• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Penggunaan Sebagian Hak Pengelolaan (HPL) Bandara Kuala Namu Oleh Pihak Ketiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mekanisme Penggunaan Sebagian Hak Pengelolaan (HPL) Bandara Kuala Namu Oleh Pihak Ketiga"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Agraria atau Hukum Pertanahan yang berlaku sekarang ini konsepsi asas-asas dan ketentuan-ketentuan pokoknya dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang lebih dikenal dengan sebutan “Undang-Undang Pokok Agraria”, disingkat “UUPA”, Hukum Tanah Nasional kita terdiri atas suatu rangkaian peraturan-peraturan perundang-undangan, yang dibuat oleh Penguasa dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan Hukum adat setempat, mengenai hal-hal yang belum mendapat pengaturan dalam hukum yang tertulis. Dalam tulisan ini yang dimaksudkan dengan “Hukum Tanah”, dibatasi pada hukum yang tertulis, yaitu yang tertuang dalam peraturan-peraturan perundang-undangan.1

Hukum agraria adalah hukum yang mempelajari seluk-beluk pertanahan, mulai dari kepemilikan, jenis hak atas tanah serta orang ataupun badan hukum yang dapat memiliki hak atas tanah tersebut. Hak-hak atas tanah diatur di dalam pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria, dimana salah satu hak atas tanah tersebut terdapat suatu hak atas tanah yang dinamakan hak pengelolaan, mengenai hak pengelolaan banyak pengertian serta kontroversial atas jenis hak ini.

(2)

Sekalipun para ahli banyak yang menyangsikan bahwa Hak Pengelolaan bukanlah hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 UUPA (Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Guna Usaha, dan lain-lain) atau hak-hak Keperdataan atas tanah. Namum Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972 Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah telah mengkontruksikan HPL adalah administrasi tanah. HPL merupakan salah satu wujud nyata bahwa hukum pertanahan adalah bagian hukum administratif.2

Hukum yang tertulis mulai dari yang bertingkat tertinggi sampai yang terendah sebagai bentuk peraturan yang diciptakan oleh konstitusional yang berwenang untuk itu selalu berisikan rumusan kebijakan Penguasa yang berkuasa pada waktu pembuatannya. Hukum tidak mempunyai kedudukan otonom, melainkan pada kenyataannya hanya berfungsi melayani perumusan dan memberikan landasan hukum bagi sahnya berlaku dan pelaksanaan kehendak Penguasa yang bersangkutan, apapun yang merupakan kehendak itu, Maka dalam hubungannya itu, ada yang mengatakan bahwa “Hukum pada kenyataaannya adalah hukum yang berkuasa”, biarpun demikian menurut falsafahnya, selain memberikan kepastian hukum, yang antara lain meliputi pemberitahuan mengenai apa yang dikendaki Penguasa yang membuatnya, hukum dari suatu Negara hukum, yaitu Negara yang didasarkan pada

(3)

hukum, bukan didasarkan pada kekuasaan, seperti yang dinyatakan dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, harus juga memujudkan keadilan.3

Kebutuhan akan tanah dalam rangka meningkatkan kegiatan usaha semakin tinggi, Dalam rangka kegiatan tersebut, diperlukan suatu hak yang memberikan kewenangan besar kepada pemegang hak untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan guna keperluan usahanya. Hak Guna Usaha diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dirasa tidak cukup untuk mengakomodasi kebutuhan kegiatan usaha yang semakin meningkat. Oleh karena itu pemerintah memberikan suatu hak yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam UUPA yang dinamakan Hak Pengelolaan.

Pengertian Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya dan bagian-bagian dari Hak Pengelolaan tersebut dapat diberikan kepada pihak ketiga dengan hak-hak tertentu, Jadi dalam konteks Agraria Hak pengelolaan ini termasuk hak atas tanah, yakni Hak Menguasai Negara yang dikonkritkan. Konkrit subjeknya dalam arti jelas siapa yang dapat diberikan oleh hukum sebagai pemegangnya, baik objektifnya, artinya kewenangan untuk menggunakan HPL ini telah ditentukan. Maka dengan demikian HPL sebagai gampilan HMN ini jelas sebagai hak atas tanah yang sudah konkrit diberikan kepada subjeknya untuk keperluan subjek dengan segala kewajiban dan kewenangannya.4

Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria di Indonesia tidak mengatur mengenai hak Pengelolaan. Meskipun demikian, UUPA

3Ibid, hlm. 39.

(4)

telah mengandung cikal bakal hak pengelolaan yang dapat kita temukan dalam penjelasan Umum angka II:

“Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, Misalnya hak milik, hak guna usaha hak guna bangunan atau hak hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada sesuatu Badan Penguasa (Departemen Jawatan atau Daerah Swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing”.

Peraturan Menteri Agraria Nomor: 9 Tahun 1965 mengatur mengenai konversi hak penguasaan atas tanah Negara sebagai berikut:

1. Hak Penguasaan atas tanah Negara yang diberikan kepada departemen-departemen, direktorat-direktorat dan daerah-daerah swantantra yang hanya dipergunakan untuk kepentingan instansi itu sendiri dkonversi menjadi hak pakai.

2. Apabila tanah Negara yang diberikan kepada departemen-departemen, direktorat-direktorat dan daerah-daerah swatantra tersebut dipergunakan untuk kepentingan Instansi itu sendiri juga dimaksudkan untuk dapat diberikan kepada pihak ketiga, maka hak penguasaan tersebut dikonversikan menjadi hak pengelolaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya, pengertian tersebut dipandang belum lengkap.

(5)

1. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah; 2. Badan Usaha Milik Negara;

3. Badan Usaha Milik Daerah; 4. PT Persero;

5. Badan Otorita;

6. Badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.

Arie S. Hutagalung menyatakan bahwa “perusahaan yang berstatus badan hukum Indonesia dapat menguasai tanah sesuai dengan peruntukkannya dengan hak, antara lain Hak Pengelolaan khusus untuk Badan Usaha Milik Negara yang sahamnya 100 % dimilik Negara yang penguasaan tanahnya tidak terbatas pada penggunaan untuk keperluan sendiri, akan tetapi dimaksudkan untuk menyerahkan tanah kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan yang ditentukan oleh perusahaan pemegang Hak Pengelolaan, meliputi segi-segi penggunaan jangka waktu dan keuangan “.5

Hak Pengelolaan sebagai jenis hak penguasaan atas tanah lahir tidak didasarkan pada undang-undang, melainkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor: 9 Tahun 1965. Hak Penguasaan lahir dari konversi hak penguasaan atas tanah Negara. Hak Pengelolaan dapat dikuasai oleh departemen-departemen, direktorat-direktorat, dan daerah-daerah swantantra, Meskipun hak pengelolaan diatur dengan Peraturan Menteri Agraria, namun hak pengelolaan mempunyai kekuatan mengikat, baik bagi pemegang hak pengelolaan maupun pihak lain yang menggunakan bagian-bagian tanah hak pengelolaan.6

5Arie S Hutagalung, “Kebijakan Pertanahan Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal”, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun ke 38 No. 3, (2008).

(6)

Jaminan kepastian hukum meliputi kepastian status hak pengelolaan, subjek hak pengelolaan dan objek hak pengelolaan. Jaminan perlindungan hukum bagi pemegang hak pengelolaan yaitu pemegang hak pengelolaan mendapatkan rasa aman menguasai tanah hak pengelolaan, tidak mendapatkan gangguan atau gugatan dari pihak lain. Perlindungan hukum didapatkan pemegang hak pengelolaan sepanjang tidak ada cacat yuridis, yaitu cacat prosedur, cacat wewenang, atau cacat substansi dalam penerbitan hak pengelolaan.

Penerbitan sertifikat hak pengelolaan mengakibatkan pemegangnya mempunyai wewenang yang bersifat eksternal, yaitu menyerahkan bagian-bagian tanah hak pengelolaan kepada pihak ketiga atau bekerja sama dengan pihak ketiga. Menurut Yudhi S dan Boedi D.H. wewenang diartikan sebagai satu hak untuk bertindak atau suatu kekuasaan untuk membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.7

Bandara Kuala Namu yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II Medan adalah salah satu contoh hak pengelolaan yang diberikan negara kepada Badan Usaha milik Negara yaitu PT. Angkasa Pura II. Tanggung jawab Perseroan Negara tersebut selaku pemegang hak atas tanah berupa hak pengelolaan haruslah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada.

Selaku pemegang hak pengelolaan yang diberikan negara, PT. Angkasa Pura mempunyai tanggung jawab besar atas hak pengelolaan tersebut, tanggung jawab

(7)

tersebut meliputi penggunaan sebagaimana dasar diberikannya hak pengelolaan pada PT. Angkasa Pura II, selain tanggung jawab dasar tersebut, ada juga tanggung jawab dari PT. Angkasa Pura II atas tanah hak pengelolaan yang diberikan negara kepada perseroan tersebut.

Tanggung jawab di luar tanggung jawab dasar yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura II tersebut berupa, menjalankan fungsi pengaturan pemberian hak atas tanah berupa hak sewa, hak pakai dan hak guna bangunan diatas tanah hak pengelolaan itu. Pemberian hak sewa, hak pakai, dan hak guna bangunan sebagaimana diatas diberikan kepada pihak ketiga (pihak swasta) yang berkeinginan untuk membuka usaha, adapun usaha-usaha tersebut seperti usaha penjualan sovenir, usaha penjualan makanan-makanan, dan usaha pelayanan lainnya yang dapat bermanfaat bagi para penumpang pengguna alat transportasi udara yang ada di Bandara Kuala Namu.

Bandara Kuala Namu (KNIA) adalah bandara yang diperuntukan untuk umum yang baru beroperasi di Sumatera Utara pada tahun 2013 menggantikan bandara Polonia Medan. Keberadaan kegiatan operasi yang baru ini, diperlukan pengawasan yang ketat dalam segala hal yang menyangkut operasional bandara tersebut.

(8)

tersebut. Proses atau mekanisme pemberian hak tersebut kepada pihak ketiga perlu ditinjau secara yuridis, untuk mengetahui kepastian proses peralihannya secara pasti menurut peraturan-peraturan yang ada.

Hak atas tanah yang diperoleh oleh pihak ketiga dari penyerahan bagian-bagian tanah Hak pengelolaan adalah hak guna bangunan, hak pakai dan hak milik diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1 Tuhan 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyerahan Pemberian Hak Atas Bagian-bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya, yang menetapkan bahwa bagian-bagian tanah hak pengelolaan yang diberikan kepada pemegang haknya dapat diserahkan kepada pihak ketiga dan diusulkan kepada Menteri Dalam Negeri atau Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan untuk diberikan dengan hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai sesuai dengan rencana peruntukan dan penggunaan tanah yang telah dipersiapkan oleh pemegang hak pengelolaan yang bersangkutan.

Ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 1977 hanya mengatur bahwa hubungan hukum antara pemegang hak pengelolaan dengan pihak ketiga berkaitan dengan penyerahan penggunaan tanah hak Pengelolaan dibuat dengan perjanjian secara tertulis.

(9)

Bandara Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara untuk Kota Medan yang lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang yang diperlengkapi dengan sarana akomodasi, sarana komunikasi dan lain sebagainya.

Dari kajian teori serta keadaan nyata adanya pihak ketiga (pihak swasta) yang menggunakan tempat dagang diatas tanah pengelolaan yang dimiliki oleh Bandara Kuala Namu, yang mana tempat dagang yang dimiliki oleh pihak ketiga tersebut, merupakan hak atas tanah berupa hak pakai dan atau hak guna bangunan yang berdiri diatas tanah hak pengelolaan yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura II. Perlu untuk diketahui mekanisme atau prosesnya jangan sampai terdapat penyalah gunaan kewenangan di dalam pengalihan hak pengelolaan sebagaimana terjadi atas tanah hak pengelolaan milik pemerintah tebing tinggi yang diberikan kepada pengusaha Ramayana Depatemen Store, dimana Hak pengelolaan tersebut diberikan keseluruhan menjadi milik Ramayana Departemen Store, hal ini jelas bertentangan dengan peraturan perundang-undang yang berlaku, yang mengatur, bahwasanya hak pengelolaan tersebut dapat diberikan maksimum sepertiga dari total keseluruhan hak pengelolaan yang dimiliki oleh pemegang hak pengelolaan dalam hal ini badan atau instansi yang berkaitan dengan negara yang diberikan kewenangan untuk mengelolahnya.

(10)

Internasional dalam pemberian bagian atas tanah hak pengelolaan tersebut, atau dengan kata lain penelitian ini berusaha untuk membuka fakta mengenai telah sesuai tidak antara praktek peralihan yang terjadi berdasarkan fakta-fakta yang ada dilapangan dengan aturan-aturan hukum pertanahan serta teori-teori di dalam hukum agraria di Indonesia. Proses kajian ini dianggap perlu, karena didasari oleh keberadaan Bandara Kuala Namu yang baru beroperasi dan proses-proses pemberian hak kepada pihak ketiga dari PT. Angkasa Pura II tersebut, juga baru terjadi dan akan terjadi sejalan dengan beroperasinya Bandara Kuala Namu tersebut. Apabila antara kenyataan atau realita pemberian hak atas Pengelolaan Bandara Kuala Namu yang diberikan kepada pihak ketiga menyalahi aturan, maka keadaan ini dapat dibatalkan menurut hukum.

Berdasarkan dari uraian diatas, melalui serangkaian data, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang lebih menitik beratkan pembahasan mengenai Judul: “Mekanisme Penggunaan Sebagian Hak Pengelolaan (HPL) Bandara Kuala Namu Oleh Pihak Ketiga”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini yang perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah : 1. Bagaimana bentuk hubungan hukum antara PT. ANGKASA PURA II dengan

(11)

lahan tanah yang dimiliki bandara tersebut yang merupakan hak pengelolaan bandara ?

2. Bagaimana pelaksanaan pemberian penggunaan atau pemanfaatan ruang yang merupakan hak pengelolaan (HPL) Bandara Kuala Namu kepada pihak ketiga oleh PT. ANGKASA PURA II ?

3. Bagaimana langkah hukum yang perlu dilakukan PT. ANGKASA PURA II di dalam melakukan sewa menyewa kepada pihak ketiga ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui bentuk hubungan hukum antara PT. ANGKASA PURA II dengan pihak ketiga yang menggunakan bagian atas ruang Bandara Kuala Namu serta lahan tanah yang dimiliki bandara tersebut yang merupakan hak pengelolaan bandara.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian penggunaan atau pemanfaatan ruang yang merupakan hak pengelolaan (HPL) Bandara Kuala Namu kepada pihak ketiga oleh PT. ANGKASA PURA II.

3. Untuk mengetahui aturan hukum yang mengatur serta langkah hukum yang perlu dilakukan PT. ANGKASA PURA II di dalam melakukan sewa menyewa kepada pihak ketiga tersebut

D. Manfaat Penelitian

(12)

1. Secara teoritis, kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbang saran dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan berbagai konsep kajian yang pada gilirannya dapat memberikan andil bagi perkembangan hukum Agraria, khususnya mengenai mekanisme pemberian sebahagian hak pengelolaan (HPL) Bandara.

2. Secara praktis, diharapkan kegiatan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada instansi terkait, guna menentukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memecahkan masalah yang timbul sehubungan dengan terjadinya monopoli swasta atas usaha-usaha dalam bidang Agraria akibat Pemberian Hak Pengelolaan Atas Tanah.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran yang dilakukan dikepustakaan khususnya di Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Mekanisme Penggunaan Sebagian Hak Pengelolaan (HPL) Bandara Kuala Namu Oleh Pihak Ketiga, belum pernah ada penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, dengan demikian penelitian ini adalah asli.

1. Anggasana Siboro (NIM. 047005019), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Kebijakan Pemberian Hak Pengelolaan Atas Tanah Dalam Perspektif Otonomi Daerah (Studi Pemko Medan)”.

(13)

3. Sri Puspita Dewi (NIM. 077011062), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Hak Pengelola Kepada Pemerintah Kota Medan”.

4. Bukhari Muhammad (NIM. 097011129), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Perlindungan Pemegang Hak Guna Bangunan di Atas Hak Pengelolaan PT Kreta Api Indonesia (persero) di Kabupaten Aceh Utara”.

5. Sugiono Harianto (NIM.097011105), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Tentang Pelaksanaan Perpanjangan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang Berada di Atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Pekanbaru”.

6. Candy Desita (NIM. 1070111117), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Kajian Hukum Terhadap Pengalokasian Lahan Fasilitas Umum di Atas Hak Pengelolaan Untuk Kegiatan Perumahan (Studi Pada Perumahan Plamo Garden dan Taman Harapan Indah di Kota Batam)”.

7. Wahyudi Putra Winata (NIM. 107011099), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Kepastian Hukum Atas Pengalokasian Peruntukan Lahan Pada Kawasan Hutan di Atas Tanah Hak Pengelolaan Otoritas Batam”.

(14)

Atas Hak Pengelolaan (HPL) No. 3 Milik PT. Kawasan Industri Medan (Persero) (Studi Kasus Putusan Peninjauan Kembali No. 94 PK/PDT/2004)”.

9. Sheila Aristyani (NIM. 127011014), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Industri Sei Mangkai PT. Perkebunan Nusantara II”.

10. Astrya Umacy (NIM. 107011059), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Pemberian Ganti Kerugian Terhadap Tanah Bagi Pembangunan Jalan Arteri Akses Bandara Kuala Namu (Studi di Desa Telaga Sari Tanjung Morawa)”.

11. Iwan Setyawan (NIM. ), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Mengamankan Bandara Internasional Polonia Medan”.

12. Ahd. Nasir Hia (NIM. 057005026), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Hukum Terhadap Birokrasi Pengurusan Paspor Berbasis Biometrik di Kantor Imigrasi Polonia”. 13. Omica (NIM. 037011063), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas

(15)

14. Syafrida Waty Tarigan (NIM. 057011087), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Penerbangan Pada PT. (PERSERO) Angkatan Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”.

15. Deasy Carolina Perangin-angin (NIM.077011011), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Hukum Pelaksanaan Hapusnya Sanksi dan Tidak di Periksa Pajak Dengan Pemberlakuan Sunset Policy (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia)”.

16. Romirita S.M. Tobing (NIM.097011102), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Analisis Yuridis Tindakan Pelelangan Atas Harta Kekayaan Wajib Pihak (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia)”.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Dalam penelitian hukum, adanya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teori menjadi syarat yang penting. Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum, dan didalam landasan/kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu sistem aneka “theore’ma” atau ajaran.8

(16)

Kerangka teori adalah merupakan kerangka berfikir lebih lanjut terhadap masalah-masalah yang diteliti. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dari kerangka teori, maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori. Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,9 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.10Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.11

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran yang teoritis. Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia.12Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.13 Dengan adanya teori, maksud dan tujuan dalam suatu penelitian dapat dicapai secara maksimal. Teori biasa dipergunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Karena itu kegunaan teori hukum dalam penelitian adalah sebagai pisau analisis pembahasan tentang peristiwa atau fakta hukum yang diajukan dalam masalah penelitian.14

9 J.J.J. M. Wuisman dan M. Hisyam,Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, ( Jakarta: FE-UI, 1996), hlm. 203.

10

Ibid, hlm. 3.

11 M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1994), hlm. 27. 12

HR.Otje Salman dan Anton F.Susanto,Teori Hukum, (Bandung: Refika aditama, 2005), hlm 22.

13Soejono Soekamto, Pengantara Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, hlm. 126.

(17)

Sugiono berpendapat bahwa fungsi dari kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan yaitu bahwa teori-teori yang relevan dapat dipergunakan untuk menjelaskan tentang variable yang akan diteliti, setara sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan.15 Karena itu, teori dan kerangka teori memiliki kegunaan paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Teori tersebut berguna untuk mempertajam fakta; b. Teori sangat berguna didalam klasifikasi fakta;

c. Teori merupakan ihktiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.16

Dalam penelitian ini teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah teori kepastian hukum, bahwa teori ini bersumber dari aliran normatif-dogmatik. Aliran ini menganggap bahwa hukum semata-mata bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum. Karena didasarkan atas pemikiran positivistis yang melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom atau hukum hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya, karena hukum itu otonom sehingga tujuan hukum tentu saja adalah untuk mendapatkan kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang.17

Bagi penganut aliran ini, kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum, contohnya “barang siapa yang

15 Sugiono,Metode Penelitian administrasi,( Bandung : Alfa Beta, 1983), hlm. 200. 16 Op Cit, hlm 121.

(18)

mengambil barang orang lain, dengan maksud memiliki, dengan cara melawan hak, dapat dihukum…..”(Pasal 369 KUH Pidana).18

Perkataan “barang siapa” pada Pasal itu menunjukan pengaturan yang umum. Dan sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.19

Menurut penganut aliran ini, meskipun aturan hukum atau penerapan hukum terasa tidak adil dan tidak memberikan manfaat yang besar bagi mayoritas masyarakat, hal itu tidak menjadi soal, asalkan kepastian hukum dapat terwujud. Hukum identik dengan kepastian.20

Bagi penganut aliran ini, “janji hukum” yang tertuang dalam rumusan aturan tadi, merupakan “kepastian” yang harus diwujudkan. Penganut aliran ini melupakan bahwa sebenarnya”janji hukum” itu bukan suatu yang “harus” tetapi hanya suatu yang “seharusnya”. Keadaan ini dapat dimengerti benar bahwa apa yang seharusnya (sollen) belum tentu terwujud dalam kenyataannya (sein).21

Lagi pula yang menerapkan aturan hukum itu adalah manusia, dan manusia dalam menerapkan suatu aturan hukum terpengaruh dengan berbagai aspek kemanusiaannya, seperti persepsi tentang suatu fenomena yang menjadi kasus yang harus diberlakukan suatu aturan hukum, nilai-nilai yang dianut oleh manusia tersebut sangat mewarnai penerapan hukum yang dilakukannya. Dan faktor manusia ini yang

18Achmad Ali,Menuak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002), hal 82.

(19)

dapat menerapkan aturan hukum dengan memberi porsi pada keadilan maupun kemanfaatannya secara kasuitis. Menjadi catatan penting dalam hal hukum menjamin kepastian, bahwa hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian dalam hubungan-hubungan kemasyarakatan adalah hukum yang berguna.22

Dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu mekanisme pemberian hak pakai, hak guna bangunan, hak sewa terhadap pihak ketiga (pihak swasta) oleh PT. Angkasa Pura II atas hak pengelolaan yang dimilikinya. Maka akan ditarik sebuah benang merah. Antara teori dengan kajian yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, berupa bagaimana pemberian hak-hak yang telah disebutkan diatas kepada pihak ketiga tersebut, dari PT. Angkasa Pura II menurut fakta atau realita yang ada, selanjutnya bagaimana selayaknya menurut hukum mengenai mekanisme pemberian hak pakai, hak guna bangunan, serta hak sewa diatas hak pengelolaan.

Selanjutnya antara fakta atau kenyataan di lapangan, akan di bandingkan dengan aturan hukum yang ada, yang dijelmakan melalui peraturan perundang-undangan yang ada. Apabila keduanya saling sejalan, maka mekanisme pemberian hak pakai, hak guna bangunan, hak sewa kepada pihak ketiga (pihak swasta) diatas hak pengelolaan PT. Angkasa Pura II (Bandara Kuala Namu) benar dalam prosedur dan peralihannya, akan tetapi apabila saling bertentang, maka sudah jelas mekanisme pemberian hak pakai, hak guna bangunan, hak sewa kepada pihak ketiga (pihak

(20)

swasta) diatas hak pengelolaan PT. Angkasa Pura II (Bandara Kuala Namu) telah menyalahi prosedur, yang barang tentu PT. Angkasa Pura II, tidak mempunyai tanggung jawab yuridis atas hak pengelolaan Bandara Kuala Namu yang dimilikinya.

2. Konsepsional

Kerangka Konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.23Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digenerasikan dari hal-hal khusus, yang disebut definisi operasional.24 Definisi operasional digunakan untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Kegunaan dari adanya konsepsi agar supaya ada pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian, sehingga memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan.25

1. Yang dimaksud dengan “Hak Pengelolaan” dalam Peraturan ini adalah: (1) Hak pengelolaan, yang berisi wewenang untuk:26

a. merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan; b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya;

c. menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pemegang hak tersebut, yang meliputi segi-segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang

23

Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 7.

24

Sumadi Suryabarata,Metodelogi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 3.

(21)

bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Hak pengelolaan yang berasal dari pengkonversian hak penguasaan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria No. 9/1965 tentang “Pelaksanaan konversi hak penguasaan atas tanah Negara dan ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya” yang memberi wewenang sebagaimana tersebut dalam ayat 1 di atas dan yang telah didaftarkan di Kantor Sub Direktorat Agraria setempat serta sudah ada sertipikatnya.

2. Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dan memberi kewenangan untuk menggunakannya bagi segala macam keperluan selama waktu tidak terbatas, sepanjang tidak ada larangan untuk itu dengan mengikat fungsi sosial atas tanah.27

3. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dalam jangka waktu tertentu dan luasan tertentu guna perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan.28

4. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu tertentu dan luasan tanah tertentu.29

5. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang memberi

27Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis,Op. Cit, hal 19. 28Ibid, hal 20.

(22)

wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberian haknya/perjanjiannya.30

6. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya dan bagian-bagian dari Hak Pengelolaan tersebut dapat diberikan kepada pihak ketiga dengan hak-hak tertentu.31

7. Sertifikat Tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang. Inilah yang disebut sertifikat tanah tadi.32

8. Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungnan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta memlihara data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.33

G. Metode Penelitian

Menurut Sunaryati Hartono, metode penelitian adalah cara atau jalan atau proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan

toeri-30Ibid, hal 23. 31Ibid, hal 23.

32Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis,Hukum Pendaftaran Tanah, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2008), hal 204.

(23)

teori yang logis-analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan teori-teori suatu ilmu (atau beberapa cabang ilnu) tertentu untuk menguji kebenaran atau alamiah, peristiwa hukum tertentu.34

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. 35 Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang teratur (sistematis) dalam melakukan sebuah penelitian.36

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris yaitu penelitian yang mengacu bertitik tolak dari fakta-fakta yang ditemukan dilapangan serta didukung oleh teori-teori, doktrin-doktrin, norma-norma, asas-asas (prinsip-prinsip), kaidah-kaidah yang berkaitan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum pertanahan serta kaidah-kaidah yang berlaku dalam standar operasional dan yang terpenting dalam bidang pertanahan, sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan fakta-fakta dengan penerapan tersebut secara analitis dan sistematis.37

34 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung, 1994, hlm. 105.

35 Zainuddin Ali,Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 14.

36 Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum, Cetakan-1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 57.

(24)

2. Sumber Data

Sebagai data dalam penelitian ini digunakan data primer (data hasil riset lapangan) sebagai data yang dapat menunjang keberadaan data sekunder tersebut, adapun kedua data tersebut meliputi sebagai berikut:

Data sekunder yaitu data yang bersumber dari bahan pustaka yang merupakan alat dasar yang digolongkan sebagai data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.38

a) Bahan Hukum Primer.

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1 Tahun 1977 tentang Tata cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak atas Bagian -Bagian Tanah Hak Pengelolaan serta Pendaftarannya Peraturan Pemerintah Nomor: 8 Tahun 1985 Pengusaan Tanah-tanah Negara dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah.

b) Bahan Hukum Sekunder.

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, serta dokumen-dokumen dan buku-buku yang berkaitan dengan pertanahan secara umum dan buku-buku yang berkaitan dengan Hak Pengelolaan.

(25)

c) Bahan Hukum Tertier.

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan sekunder seperti Kamus Hukum, Ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain:

1. Study Kepustakaan (Library Research)

Studi Kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil permikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.39

2. Wawancara

Pengumpulan data selain secara pengamatan dapat diperoleh dengan mengadakan wawancara informasi diperoleh langsung dari inporman dengan cara tatap muka. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara. Sehingga penelitian ini berusaha menggali informasi dari narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini memiliki objek penelitian berupa hak pengelolaan Bandara Kuala Namu yang diberikan kepada pihak ketiga (pihak swasta atau pedagang), sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah pihak ketiga yang menggunakan hak pengelolaan di Bandara Kuala Namu, akan tetapi untuk mendapatkan informasinya bagi penelitian ini, khusus

(26)

populasi subjek penelitian ini, perlu diambil perwakilannya sebanyak 10 orang yang mana ini merupakan sampling dari keseluruhan subjek penelitian ini. Sementara untuk mendapatkan data dari sampling penelitian ini digunakan questioner.

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.40

Analisis data penelitian berisi uraian tentang cara-cara analisis yang menggambarkan bagaimana suatu data dianalisis dan apa manfaat data yang terkumpul untuk dipergunakan memecahkan masalah yang dijadikan objek penelitian. Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif.

Pengolaan dan analisis data pada penelitian yuridis empiris, tunduk pada cara analisis data, tergantung sungguh pada sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan data). Jika sifat data yang dikumpulkan hanya sedikit, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus, sehingga tidak dapat disusun ke dalam suatu stuktur dalam bentuk angka atau matematis, maka analisis yang digunakan adalah anlisis data kualitatif.41dikarenakan penelitian ini, meneliti mengenai pelaksanaan pemberian atas tanah hak pengelolaan milik Bandara Kuala Namu kepada pihak ketiga yang jenis penelitiannya yuridis empiris dan sifat penelitiannya deskriftif analitis, maka analisis data yang tepat terhadap penelitian ini adalah analisis data kualitatif (data disimpulkan dalam bentuk uraian bukan hitungan matematis).

40Ibid, 114.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan dasar pemikiran tersebut diatas, penulis ingin meneliti pengaruh suplementasi seng 20 mg yang diberikan dua kali setiap minggu selama 12 minggu

b. Akan melaporkan kepada PA/KPA/APIP jika mengetahui terjadinya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam proses pengadaan ini. Akan mengikuti proses pengadaan secara

Sedangkan pada return on equity (rentabilitas) tingkat pertumbuhan bank umum konvensional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, berbeda dengan bank umum

Atribut-atribut tersebut adalah kualitas grafis, tidak sering crash,tidak sering hang, tidak sering lag, kapasitas baterai, kualitas gambar yang ditangkap/diambil,

Tahap pelaksanaan memberikan perlakuan media poster pada kelas eksperimen dengan Project Based Learning dan tanpa media poster pada kelas kontrol yang

Latar Belakang : Pasien yang mengalami penyakit dispepsia sering disertai dengan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman dibagian perut. Salah satu cara penanganan

Menurut Suyanto (1999) dalam Dwiyono (2004), pakan yang akan digunakan untuk pembesaran ikan lele ini relatif mudah didapat karena beberapa perusahan pakan telah