viii
ABSTRAK
Kawasan Labuhan Deli, Medan, menyimpan banyak potensi sejarah dan budaya. Saat ini potensi-potensi tersebut masih tersimpan bahkan hampir terabaikan. Peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah yaitu Vihara, Deretan Ruko Cina, Masjid Al-Oesmani, dan tanah bekas Istana Deli, memiliki potensi yang besar jika dikembangkan untuk kepentingan pariwisata dan pendapatan daerah. Saat ini, potensi-potensi tersebut masih terabaikan. Revitalisasi berupa perencanaan kota yang baik perlu dilakukan untuk memaksimalkan potensi-potensi bangunan bersejarah tersebut. Selain bangunan bersejarah, pada kawasan Labuhan Deli juga terdapat Sungai Deli yang dulunya merupakan sarana transportasi masyarakat setempat. Secara budaya, kawasan Labuhan Deli dihuni oleh tiga etnis yaitu Melayu, Arab, dan Tionghoa yang saling berpengaruh. Perencanaan kawasan ini kemudian diberi nama Labuhan Heritage Town dengan konsep “Urban Heritage Tourism” yang berfokus di sektor pariwisata Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. Labuhan Deli yang terletak di bagian Utara Kota Medan memiliki aksesibiltas yang cukup mudah karena dilengkapi dengan jalan raya, jalur kereta api dan jalan tol berhubungan langsung dengan pusat Kota Medan. Sebagai destinasi pariwisata, kawasan perencanaan Labuhan Heritage Town memerlukan fasilitas hotel untuk menampung wisatawan yang menginap. Pada masterplan Labuhan Heritage Town, area yang dipergunakan untuk perencanaan Hotel adalah area di pinggir Sungai Deli, sehingga hotel dirancang untuk berorientasi terhadap sungai. Judul untuk perancangan hotel ini adalah “The Reborn of Indo-Oriental Stories” yang artinya kembalinya kisah-kisah Indo-China (Peranakan). Kawasan Labuhan Deli dulunya bukan hanya pusat aktifitas kerajaan Deli, namun juga kawasan perdagangan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya banyak bangunan-bangunan komersil dengan suasana asimilasi indo-china (peranakan) bahkan rumah Tjong A Fie (seorang pedagang dari China yang berpengaruh pada aktifitas perdagangan Kota Medan) di kawasan ini. Namun saat ini nilai-nilai dari sejarah dan arsitektur peranakan di kawasan Labuhan Deli seakan ditinggalkan. Oleh karena itu, kisah-kisah kejayaan dan pengaruh budaya peranakan di kawasan ini harus dibangkitkan kembali. Dengan menerapkan tema arsitektur eklektik kontekstual dengan fungsi hotel butik resort, rancangan hotel yang baru akan mengembalikan nilai-nilai peranakan tersebut dan berbaur dengan lingkungan sekitarnya, baik secara sosial maupun visual.
Kata kunci: Labuhan Deli, Pariwisata, Peranakan, Revitalisasi, Urban Heritage Tourism, Hotel Butik
ix
ABSTRACT
The District of Labuhan Deli, Medan, is keeping plenty of cultural and historical potentials. Nowadays, these potentials are still kept hidden and even almost forgotten. Historical buildings such as Buddhist Temple, shophouses, Masjid Al-Oesmani, and the remainings of Istana Deli, contain a huge potential in the develompments of tourism and regional income. Presently, they are remained forgotten. Revitalization in the form of good urban planning is needed to maximize these potentials. Besides historical buildings, in Labuhan Deli, there is Deli River which was functioned as transportation facility for local people. Culturally, Labuhan Deli is occupied by three ethnics such as Melayu, Arab and Tionghoa, which mutually affect each other. The planing of this district then named as Labuhan Heritage Town in the concept of “Urban Heritage Tourism” which focuses in the sector of tourism in North Sumatera, specifically Medan City. Labuhan Deli, which is located in the north of Medan City, can be reached conveniently because it is linked to main roadway, railway and highway which are directly connected to the heart of Medan City. As a tourism destination, Labuhan Heritage Town requires hotel facility to accommodate those staying visitors. In the masterplan of Labuhan Heritage Town, the occupied area for hotel islocated along the sides of Deli River, so the hotel is designed to be riverside-oriented. The title is The Reborn of Indo-Oriental Stories which means to return the values of Indo-oriental cultures. Labuhan Deli was once not only the mainland of Deli Kingdom, but also the mainland for economic activities. This is proven by the standing relics of commercial buildings in the atmosphere of indo-chinese assimilations and a house owned by Tjong A Fie (a trader from China who had great influences in the economic developments of Medan) in this area. But these days the value of indo-oriental architecture in Labuhan Deli is somewhat left behind. Therefore, the glory stories and the influences of oriental culture in this area, need to be returned. By applying the contextual eclectic architecture theme and functioned as a boutique resort hotel, the new design will return those indo-oriental values and collaborate with its surroundings, both socially and visually.
Keywords: Labuhan Deli, Tourism, Revitalization, Urban Heritage Tourism, Boutique Hotel