• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting keberhasilan suatu negara. Negara–negara di dunia bersaing untuk dapat mewujudkan kesejahteraan ekonomi negaranya. Fenomena ekonomi dunia yang ada sekarang ini membuat banyak negara, termasuk Indonesia dituntut untuk mengikuti kecenderungan arus globalisasi yang mengarah pada penduniaan dalam arti “peringkasan” atau “perapatan” dunia (compression of the world) di bidang ekonomi.1

Tujuan yang secara lebih lanjut telah dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan TAP MPR Nomor XVI/MPR Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi Indonesia sebagai negara berkembang juga sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan ekonomi yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, amanat yang dimaksud tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni,

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”

1

(2)

Ekonomi yang merupakan amanat konstitusi dan mendasari pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian2

Patut disadari bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak segampang membalikkan telapak tangan, namun memerlukan kerja keras semua pihak. Sarana yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut yakni melalui pranata pembangunan, untuk melaksanakan pembangunan tersebut tidak dapat dipungkiri membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya mengandalkan modal dari sumber dana pemerintah, hampir dapat dipastikan agak sulit mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh para pendiri republik ini.

.

3

Gambar1. Peran Investasi dalam Negara

Untuk dapat mengimplementasikan hal tersebut, suatu negara dapat memanfaatkan peran investasi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

4

Berdasarkan alur peran investasi diatas, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan

2

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Penjelasan Umum.

3

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Jakarta:Nuansa Aulia, 2010), hlm 34

(3)

lapangan kerja, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing5

Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum internasional seperti AFTA, APEC, ASEAN dan lainnya adalah salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian dengan membuka kerjasama ekonomi dengan negara-negara dunia. Hal ini telah membawa implikasi yuridis antara lain dalam bidang investasi terjadi perubahan yang cukup signifikan, yakni pembatasan-pembatasan yang selama ini dilakukan oleh negara yang bersangkutan semakin longgar dalam arti investor asing semakin bebas menentukan pilihan bidang investasi yang dikehendakinya

.

6

Berkaitan dengan hal tersebut dapat dipahami bahwa globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas telah menimbulkan akibat yang begitu besar pada bidang hukum. Negara-negara dunia terlibat dengan globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas ini, baik negara maupun yang sedang berkembang, bahkan negara yang terbelakang sekalipun harus membuat standarisasi hukum dalam kegiatan ekonominya.

.

7

Penanaman Modal di Indonesia secara yuridis diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut sebagai UU Penanaman Modal). Diundangkannya peraturan tersebut membawa harapan baru terkait pembaharuan hukum penanaman modal karena UU Penanaman Modal ini mencabut UU Penanaman Modal Asing dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri

5

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Penjelasan Umum.

6

Sentosa Sembiring, Op.cit., hlm 47

7

(4)

yang lama sekaligus sebagai upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para investor. Dengan UU Penanaman Modal ini diharapkan dapat mengakomodasi berbagai kendala investasi yang selama ini terjadi demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik ke depan8

1. Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment), kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

, sekaligus untuk mengakomodir berbagai prinsip perjanjian Internasional yang telah disepakati oleh Indonesia seperti WTO, AFTA, APEC, dan sebagainya.

Kegiatan Penanaman Modal sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 UU Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Berdasarkan pengertian yang dirumuskan oleh undang-undang tersebut, kegiatan penanaman modal dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yakni:

2. Penanaman Modal Dalam Negeri, kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Untuk meningkatkan investasi langsung di Indonesia, diperlukan perubahan iklim investasi. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, khususnya yang memiliki struktur ekonomi yang relatif sama seperti Thailand,

8

(5)

Philippina, Vietnam dan Malaysia, iklim investasi di Indonesia masih tertinggal dalam hal menarik minat para investor. Sekalipun demikian, peringkat Indonesia mengenai iklim investasi cenderung mengalami perbaikan dari peringkat 135 dari 175 negara pada tahun 2007 menjadi peringkat 123 dari 178 negara pada tahun 2008 (Doing Business 2008-World Bank Report)9

ketiga tahun 2014 dan 2015 .

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (selanjutnya disebut BKPM), realisasi penanaman modal triwulan ketiga dan Januari-september 2015 dibanding periode sama tahun 2014 mengalami peningkatan apabila ditinjau dari jumlah modal yang masuk ke Indonesia yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Realisasi Penanaman Modal triwulan 10

Jenis Penanaman Modal Triwulan III Tahun 2014 Triwulan III Tahun 2015 Penanaman Modal Dalam

Negeri

34,7%( Rp 41,6T) 34,1% (Rp 47,8T) Penanaman Modal Asing 65,3% (Rp 75,3) 65,9% (Rp 92,5T)

Prestasi Indonesia dalam peningkatan realisasi penanaman modal tersebut belum dapat dikatakan sebagai hal yang membanggakan, berdasarkan data yang disajikan oleh BKPM, perbandingan realisasi penanaman modal pada Triwulan 2014 dan Triwulan 2015 cenderung menunjukkan bahwa Pulau Jawa masih

9

Tumpal Sihaloho dan Naufa Muna,”Kajian Dampak Ekonomi Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus” 31 Januari 2016, pukul 15:47 WIB)

10

Badan Koordinasi Penanaman Modal, Realisasi Penanaman Modal PMDN-PMA Triwulan III dan Januari-September 2015,

(6)

mendominasi persentase penanaman modal Indonesia11

Padahal dalam konstelasi perdagangan dan investasi global sebenarnya Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang seharusnya dapat menjadi peluang dalam menarik investasi. Beberapa keunggulan Indonesia antara lain:

, data diatas sekaligus menunjukkan belum meratanya upaya pembangunan di Indonesia.

12

1. Lokasi Indonesia sangat ideal bagi pengembangan pusat logistik dan distribusi karena dilewati oleh jalur maritim Internasional dari Eropa ke Asia, Asia Tenggara ke Asia Utara/Amerika, dan dari Asia ke Australia.

2. Lokasi Indonesia menguntungkan sebagai pusat produksi karena terletak di tengah pasar yang sangat besar, yaitu pasar ASEAN sekitar 500 juta pasar Cina, sekitar 1,3 miliar jiwa, dan pasar India sekitar 1,1 miliar jiwa

3. Indonesia memiliki pasar tenaga kerja yang sangat besar dengan upah yang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain disekitarnya

Melihat kenyataan tersebut, tentu upaya peningkatan penanaman modal

khususnya penanaman modal asing di Indonesia harus terus dilakukan sebagai upaya peningkatan penanaman modal yang merata di Indonesia. Salah

satu jalan yang ditempuh berdasarkan amanat Pasal 31 UU Penanaman Modal adalah melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut KEK). Perintah Pasal 31 UU Penanaman Modal menyatakan sebagai berikut13

(1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasioal dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat dikembangkan kawasan ekonomi khusus”.

:

(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi.

(3) Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Undang-undang.

11

Ibid, diakses pada 1 Februari 2016, pukul 17:49 WIB

12

Budi Santoso, Rencana Nasional Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus, dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus (Jakarta: Rajawali Press, 2010) hlm 13

13

(7)

Pasal 31 ayat (3) UU Penanaman Modal mengatur bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur dengan Undang-Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur kebijakan tersendiri mengenai KEK dalam suatu undang-undang.14

Sejak tahun 1970-an banyak negara-negara berkembang yang melaksanakan pembentukan kawasan-kawasan khusus pembangunan ekonomi. Tujuan utama dari pembentukan kawasan khusus ini adalah pengintegrasian perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya dengan ekonomi global, dengan cara melindungi mereka terhadap berbagai distorsi seperti tarif dan birokrasi yang berbelit-belit. Beberapa pertimbangan telah mendasari pembangunan kawasan ekonomi khusus adalah sebagai berikut:15

1. Pembangunan ekonomi berdasarkan good governance16

2. Hal yang berkaitan dengan skala ekonomi dari jaringan infrastruktur modern yang lebih ekonomis untuk dibangun dalam kawasan yang luasnya terbatas 3. Keterkaitan industri

4. Efisiensi yang ditimbulkan akibat aglomerasi industri.

Istilah baru KEK (Special Economic Zone) sebenarnya merupakan proses metamorfosa dari beberapa bentuk kegiatan ekonomi dalam rangka menarik investor asing seperti Free Trade Zone (kawasan perdagangan bebas), Bounded

14

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Penjelasan Umum

15

Prabowo, “Kawasan Ekonomi Khusus: Landasan Konseptual dan Pengalaman Negara-negara lain” dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm 13

16

Good Governance adalah suatu bentuk manajemen pembangunan, yang disebut administrasi pembangunan. Administrasi Pemabangunan atau Manajemen Pembangunan menempatkan peran sentral. Pemerintah menjadi agent of Change dari suatu masyarakat (berkembang) dalam negara berkembang. Agent of change (agen perubahan), dan karena perubahan yang di

kehendaki, planned change, maka juga disebut agent of development. Pendorong proses pembangunan, perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek, bahkan industri-industri, dan peran

perencanaan dan budget yang penting. Perencanaan dan budget juga menstimulasi investasi sektor swasta. Kebijakan dan persetujuan penanaman modaldi tangan pemerintah,

(8)

Zone Plus sebagaimana yang telah dipraktekkan di Pulau Batam, namun dirasakan masih belum memberikan keuntungan yang signifikan baik bagi negara Indonesia maupun bagi para investor asing17

Pengembangan kawasan ekonomi di Indonesia bukanlah hal yang asing. Pasalnya pada tahun 1970 Indonesia berhasil mengembangkan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1970, dilanjutkan pada tahun 1972 dikembangkan pula Kawasan Berikat (Bounded Warehouse), kemudian tahun 1989 dikembangkan Kawasan Industri, setelah itu pada tahun 1996 dikembangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), dan terakhir pengembangan KEK pada tahun 2009.18

Pembentukan KEK merupakan fenomena global yang sulit dihindari, karena KEK merupakan salah satu bentuk baru kerjasama internasional dalam bidang perdagangan sebagai konsekuensi masuknya Indonesia menjadi anggota berbagai organisasi perjanjian perdagangan Internasional baik GATT/WTO, APEC, AFTA maupun IMT-GT.19 KEK itu sendiri adalah kawasan yang secara geografis dan jurisdiktif merupakan kawasan dimana perdagangan bebas, termasuk kemudahan dan fasilitas duty free atas impor barang-barang modal untuk bahan baku komoditas ekspor, dibuka seluas-luasnya.20

17

Hasim Purba, “Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Fenomena Global: Suatu Kajian Aspek Hukum.” Jurnal Equality Nomor 2 (Agustus 2008), hlm 123

18

Ayu Prima Lestari,”Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus,”

2016, pukul 19:34)

19

Hasim Purba, Op.cit, hal 125

20

(9)

Secara filosofis, pembentukan KEK tentu mempunyai peran untuk menarik investasi sebesar-besarnya, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan ekonomi daerah, dan daya saing produk unggulan daerah sehingga dapat bersaing di dunia internasional. Dengan beroperasinya KEK, diharapkan juga suatu daerah akan memiliki pusat pertumbuhan ekonomi (growth pool) yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan menggali potensi ekonomi daerah tersebut, karena teori pusat pertumbuhan juga bertumpu pada kepercayaan akan kekuatan pasar bebas yang akan mempengaruhi terjadinya trickle down effect (dampak pengaruh ke bawah) dan menciptakan spread effect (dampak penyebaran) pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ke daerah lainnya.21

Dengan pertimbangan dalam rangka meningkatkan penanaman modal pada KEK yang dapat menunjang pengembangan ekonomi nasional dan pengembangan ekonomi di wilayah tertentu, serta untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pemerintah memandang perlu memberikan fasilitas dan

Saat ini, Indonesia telah mempunyai 8 KEK, antara lain KEK Sei Mangkei (Sumatera Utara), KEK Tanjung Api-api, KEK Tanjung Lesung, KEK Mandalika, KEK MBTK, KEK Palu, KEK Bitung dan KEK Morotai. Setiap Kawasan Ekonomi Khusus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu melewati tata cara penetapan KEK yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut sebagai PP Penyelenggaraan KEK). Keberadaan kedelapan kawasan dengan status KEK tersebut diharapkan dapat menggenjot perekonomian bangsa.

21

Triyono dan Ragimun: Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Kawasan Ekonomi Khusus tidak cukup dengan insentif fiskal

(10)

kemudahan di KEK berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, lalu lintas barang, ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan, serta perizinan dan nonperizinan.22

Fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan ekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan sejenis untuk mendorong agar perusahaan tersebut berperilaku atau melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Pemerintah23

Sebagai tindak lanjut dari dikeluarkannya kebijakan tersebut di KEK, pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi bagi fasilitas dan kemudahan di KEK melalui Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut PP fasilitas dan kemudahan di KEK), di dalam aturan tersebut disebutkan fasilitas dan kemudahan yang diberikan bagi Pelaku Usaha di KEK meliputi perpajakan, kepabeanan, dan cukai, lalu lintas barang, ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan dan perizinan dan nonperizinan

. Berkaitan dengan pemberian fasilitas dan kemudahan tersebut, Presiden Joko Widodo melalui Kebijakan Paket Ekonomi Jilid VI mengeluarkan kebijakan baru bagi pengembangan KEK terutama mengenai fasilitas dan kemudahan perpajakan di kawasan ekonomi khusus.

Republik Indonesia, Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota, Lampiran I

2016 pukul 19:44 WIB

24

(11)

Akibat diterbitkannya peraturan tersebut tentu menjadi suatu kajian mengenai fasilitas dan kemudahan yang berlaku di KEK mengingat Peraturan Pemerintah tersebut sekaligus menambah ketentuan perpajakan yang telah ada dan menjadi suatu aturan secara definitif ditujukan bagi investor di KEK, apakah telah cukup menjadi jawaban atas keragu-raguan investor ketika menanamkan modalnya di KEK.

Berkaitan dengan kemudahan perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus sesungguhnya adalah dilema bagi pemerintah mengenai potential loss penerimaan negara dari sektor pajak apabila memberikan pembebasan pabean maupun keringanan perpajakan atau bahkan ada sedikit keengganan dalam pemberian fasilitas ini sepenuhnya, padahal benefit yang hilang biasanya bersifat jangka pendek (short term). Sedangkan dalam jangka panjang (long term), manfaatnya jauh lebih besar karena penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi kawasan, dan sekitarnya serta peningkatan potensi penerimaan pajak.25

Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai kebijakan perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan PP Fasilitas dan Kemudahan di KEK dan mengenai insentif-insentif lain yang dapat diperoleh oleh Investor (Pelaku Usaha) dalam upaya meningkatkan sector penanaman modal Indonesia sebagai implementasi dari pasal 31 UU Penanaman Modal, termasuk syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha agar dapat memperoleh fasilitas tersebut dalam rangka meningkatkan pembangunan dan sector penanaman modal untuk

(12)

mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pancasila.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat judul dari penulisan skripsi ini yaitu, “Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan bagi Investor di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan

Sektor Penanaman Modal Indonesia

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain:

1. Bagaimana kebijakan dasar penanaman modal berdasarkan perundang-undangan nasional?

2. Bagaimana bentuk-bentuk fasilitas dan kemudahan terkait penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia?

3. Bagaimana bentuk kemudahan perpajakan yang berikan kepada Investor di Kawasan Ekonomi Khusus?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Mengetahui kebijakan dasar penanaman modal menurut perundang-undangan nasional.

(13)

3. Mengetahui bentuk kemudahan perpajakan yang diberikan kepada Investor di kawasan ekonomi khusus.

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan,26

1. Secara teoritis

sehingga harapan penulis agar penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

Penulisan skripsi ini diharapkan mampu mengisi kekosongan hukum, dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca, khususnya mengenai kebijakan dasar penanaman modal Indonesia sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi sesuai dengan amanat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan membuka khasanah berpikir penulis dan pembaca mengenai arti penting pelaksanaan kawasan ekonomi khusus yang di dalamnya terdapat fasilitas dan kemudahan yang dapat diterima investor sebagai stimulus yang diberikan oleh Pemerintah untuk meningkatkan perekonomian melalui sector penanaman modal Indonesia.

2. Secara praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang bergelut dalam bidang penanaman modal atau berada di Kawasan Ekonomi Khusus atau ingin berinvestasi di kawasan tersebut dan mendapat pemahaman mengenai fasilitas dan kemudahan yang dapat diperoleh

26

(14)

terutama di sector perpajakan sebagai akibat pemberlakuan kawasan ekonomi khusus tersebut.

D. Keaslian Penulisan

Sebelum melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal di Indonesia”, Penulis terlebih dahulu telah melakukan penelusuran pada perpustakaan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Setelah dilakukan pemeriksaan, selanjutnya perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara mengeluarkan surat pada tanggal 26 Januari 2016 yang menyatakan tidak ada judul yang sama, namun judul skripsi ini memiliki kesamaan topik dengan beberapa judul skripsi. Adapun judul skripsi yang dimaksud adalah:

1. Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (disusun oleh: Dwi Susilawati, NIM: 100200031), setelah penulis membaca substansi dari skripsi tersebut terdapat perbedaan pembahasan antara judul skripsi tersebut dengan judul penulisan skripsi ini yaitu bahwa judul tersebut membahas mengenai penyelenggaraan dan pengelolaan kawasan ekonomi khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. 2. Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus Dalam

(15)

perbedaan mengenai pembahasan karena Penulis tersebut membahas mengenai cikal bakal terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus dan mengenai aspek hukum pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Kemudian, Penulis tersebut membahas lembaga penyelenggara Kawasan Ekonomi Khusus dan mengenai dampak negatif dari terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus.

Sedangkan dalam penulisan skripsi ini berupaya membahas mengenai kemudahan perpajakan dan bentuk fasilitas dan kemudahan lainnya yang berlaku di Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan PP No.96 Tahun 2015. Surat tersebut kemudian dijadikan dasar oleh Ketua Departemen Hukum Ekonomi Ibu Windha SH.,M.Hum untuk menerima judul skripsi yang diajukan penulis karena substansi yang dibahas belum pernah dibahas sebelumnya.

Oleh karena itu, penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan dan pemikiran dan usaha penulis sendiri dengan bantuan buku-buku penunjang, peraturan perundang-undangan dan artikel yang berhubungan dengan topik dan permasalahan yang akan dibahas. Sekalipun di suatu kesempatan terdapat judul yang sama maka penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis dalam skripsi ini adalah:

1. Kemudahan Perpajakan

(16)

Perpajakan berasal dari kata Pajak, menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya berjudul Pajak Berdasar Asas Gotong Royong menyatakan pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum27. Berdasarkan UU No. 16 tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.28

Pajak menyumbang persentase yang besar dibandingkan dengan sektor pendapatan lain untuk keuangan negara. Dalam hal ini keberhasilan suatu negara untuk memungut pajak dari warga negaranya menjadi salah satu indikator baik tidaknya keuangan yang dimiliki oleh negara untuk melakukan kegiatan pembangunan.

29

Sumber penerimaan negara tidak hanya berasal dari pajak. Selain dari pajak, penerimaan negara juga berasal dari kekayaan alam bea cuka, retribusi, iuran, sumbangan, laba dari perusahaan negara, dan sumber-sumber lain.30

27

Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Pokok-Pokok Hukum Perpajakan, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2015) hlm 9

28

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 angka 1

29

Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Op.cit, hlm 4

30

Ibid, hal 10

(17)

pajak didasarkan pada lembaga pemungutannya, dapat dibedakan sebagai berikut31

a. Pajak Pusat, merupakan pajak yang pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, terdiri atas : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

:

b. Pajak Daerah, merupakan pajak yang pemungutnya dilakukan oleh pemerintah daerah baik di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten atau kota meliputi: Pajak Kendaraan bermotor, pajak balik nama kendaraan bermotor, Pajak rokok, Pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak parkir, pajak hiburan.

2. Investor

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investor adalah penanam uang atau modal dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Berdasarkan

perpektif penanaman modal, ada dua jenis subyek yang berperan sebagai investor, yaitu penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.

Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia,32

sedangkan Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha

Januari 2016, pukul 10:06 WIB)

32

(18)

asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modak di wilayah negara Republik Indonesia.33

3. Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan Ekonomi Khusus sebagai amanat dari UU Penanaman Modal yang tercantum dalam Bab XIV Pasal 31 yang menyatakan:

“Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi khusus.

Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (3) UU Penanaman Modal memerintahkan untuk mengatur lebih lanjut mengenai dasar hukum dari KEK, sehingga pada tahun 2009 pemerintah mengundangkan pengaturan KEK dalam suatu Undang-undang yaitu Undang-undang Nomor. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut UU KEK) beserta peraturan pelaksananya PP penyelenggaraan KEK.

Pasal 1 angka 1 UU KEK merumuskan Kawasan Ekonomi Khusus sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Sebagai peraturan pelaksana dari UU KEK, Pemerintah juga mengundangkan PP Penyelenggaraan KEK sebagai payung hukum pelaksanaan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia untuk mengakomodir ketentuan Pasal 9 dan Pasal 12 ayat (6) UU KEK.

33

(19)

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu unsure yang mutlak harus ada di dalam suatu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,34

1. Jenis, sifat dan pendekatan penelitian

untuk itu diperlukan suatu metode penelitian sebagai suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh gambaran data keterangan dari suatu obyek yang diteliti. Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah pen elitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan

perundang-undangan yang dalam hal ini meliputi: UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Peraturan Pemerintah No 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Sifat penelitian yang melekat pada penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Penelitian tersebut maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori baru35

34

Soerjono soekanto, Op.cit.hlm 7

35

Ibid, hlm 10.

(20)

Pendekatan penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan Yuridis Normatif, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

2. Data penelitian

Lazimnya di dalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Penulis mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara dan metode, baik secara komersial dan non-komersial.

Adapun data sekunder yang dipakai penulis adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan terkait seperti Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal; Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus; Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus;

(21)

c. Bahan hukum tersier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang berkaitan dan dapat dipergunakan untuk memperlengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka (literature research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu Internet, selanjutnya penulis mengumpulkan, memadukan, menafsirkan dan membandingkan buku-buku dan bacaan tersebut dengan setiap permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

4. Analisis data

Umumnya, Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder penyajian datanya dilakukan sekaligus dengan analisa.36 Metode analisis data dilakukan secara kualitatif.37

36

Ibid. hal 69

37

Dalam penelitian kualitatif, memberi arti dalam analisis kualitatif hanya dapat dilakukan jika peneliti berkemampuan memahami norma, kaidah azas, sistem hukum yang berkaitan peraturan perundang-undangan sebagai pijakan dari obyek yang diteliti dan mengabaikan dorongan adagium hukum yang actual. Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum: Penulisan Skripsi, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2005) hlm. 134

(22)

G. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah yang baik adalah karya ilmiah yang disajikan secara sistematis, maka penulis membagi penulisan karya ilmiah ini ke dalam susunan yang terdiri atas 5 (lima) bab, selanjutnya tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub bab tersendiri yang maksudnya adalah untuk mempermudah dalam menguraikan dan mendeskripsikan setiap permasalahan yang dikaji yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, Bab ini merupakan gambaran umum dan menyeluruh yang disusun secara sistematis berkaitan dengan judul skripsi Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan bagi Investor di Kawasan Ekonomi Khusus sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II Kebijakan Dasar Penanaman Modal Indonesia, Bab ini akan dibahas mengenai politik hukum penanaman modal di Indonesia yaitu mengenai pengertian, asas, manfaat, tujuan penanaman modal, faktor pendorong terjadinya penanaman modal, sumber hukum penanaman modal, hak dan kewajiban investor dan fasilitas penanaman modal di Indonesia berdasarkan UU Penanaman Modal.

(23)

Bab IV Kemudahan perpajakan yang diberikan bagi investor di Kawasan Ekonomi Khusus, bab ini merupakan inti dari permasalahan penulisan skripsi ini. Pembahasan dalam bab keempat ini adalah pembahasan mengenai perkembangan pengaturan kemudahan perpajakan di Indonesia, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh investor untuk mendapatkan kemudahan perpajakan, bentuk-bentuk kemudahan perpajakan yang diberikan kepada investor yang menanamkan modalnya di kawasan ekonomi khusus

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam pengembangan aplikasi website ini menggunakan pengumpulan data materi-materi kimia yang sesuai dengan standar kurikulum SMP, dari data materi yang dikumpulkan

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini, Penulis membuat situs e-learning dengan menggunakan kombinasi perangkat lunak yang mendukung pembangunan situs yang dinamis dan interaktif, yaitu

[r]

Namun walaupun gratis, Linux menyuguhkan performa dan kemampuan yang sangat baik, tidak kalah dengan Windows, bahkan disisi lain Linux lebih mengungguli Windows, seperti bebas

Sehubungan dengan pembuktian kualifikasi yang akan dilakukan Pokja pengadaan barang/jasa Kantor SAR Timika ULP Basarnas, maka kami mengundang perusahaan saudara

Klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) dalam hal peserta yang memasukkan penawaran kurang dari 3 (tiga) dilakukan