PENGARUH PRESTASI BELAJAR EKONOMI, DUKUNGAN KELUARGA, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI PADA PESERTA DIDIK KELAS XII SMK KANISIUS
UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Rizal Agung NIM 7101410012
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
v
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs. Ar Ra’du 13:11)
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Nya. (Qs. Ali Imron 3:159)
Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Qs. Al Mujadalah 11)
Persembahan
1. Bapakku Suhadi, Ibuku Kalbadriyah yang selalu memberikan semangat dan do’a dalam setiap langkahku.
2. Kakakku Ahmad Islah Tamimi yang selalu memberikan semangat untuk menggapai cita-cita.
3. Teman-teman Mahapala Unnes yang selalu memberikan dukungan moril, sarana dan prasarana.
4. Teman-teman Pendidikan Akuntansi Angkatan 2010 yang selalu mengarahkanku.
vi
judul “Pengaruh Prestasi Belajar Ekonomi, Dukungan Keluarga, dan Lingkungan Sekolah terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Peserta Didik Kelas XII SMK Kanisius Ungaran
Kabupaten Semarang” dalam rangka menyelesaikan pendidikan strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (Universitas Konservasi).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M. Dekan FE Universitas Negeri Semarang yang telah mengesahkan Skripsi ini;
3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
4. Ahmad Nurkhin, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberi arahan pada penulis.
5. Sandy Arief, S.Pd. M.Sc. dan Lyna Latifah, S.Pd. M.Si, Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Drs. Tarsis Tarmudji, M.M. Dosen Wali yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi.
vii penulis dalam penelitian.
10.Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan yang ada dalam diri penulis terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan dunia pendidikan selanjutnya.
Semarang, Agustus 2015
viii
Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing Ahmad Nurkhin, S.Pd., M.Si.
Kata Kunci: Prestasi Belajar Ekonomi, Dukungan Keluarga, Lingkungan Sekolah, Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan tinggi.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu bangsa dan menghasilkan regenerasi yang lebih baik. Kualitas pendidikan suatu bangsa dapat dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) masyarakat di perguruan tinggi. SMK Kanisius Ungaran mempunyai APK lulusan di perguruan tinggi yang rendah yaitu dibawah 20%. Rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah adakah pengaruh prestasi belajar ekonomi, dukungan keluarga dan lingkungan sekolah baik secara parsial maupun simultan terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh prestasi belajar, dukungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi baik secara simultan maupun parsial.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran yang berjumlah 33 orang. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena populasi kurang dari 100 sehingga sampel diambil dari seluruh jumlah populasi yang ada. Penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan yaitu pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi, pengolahan data menggunakan analisis deskriptif prosentase dan statistik inferensial, serta penginterpretasian data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar ekonomi, dukungan keluarga dan lingkungan sekolah secara simultan berpengaruh positif terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebesar 31,1%. Tidak ada pengaruh prestasi belajar ekonomi terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Dukungan keluarga tidak berpengaruh terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebesar 24,40%.
ix
Final Project. Economic Education Department. Faculty Of Economics. Semarang State University. Counsellor Ahmad Nurkhin, S.Pd., M.Sc.
Keywords: Economics Learning Achievement, Family Supports, School Environment, Continuing Education Interests to University.
Education has a very important role in the development of a nation and in the production of better regeneration. The quality of education of a nation can be seen from the Gross Enrollment Rate (GER) of universities. SMK Kanisius Ungaran has low GER university graduates below 20%. The formulation of the problem in this study is whether there is influence of learning achievement of economic, family support and school environment either partially or simultaneously to the interest of continuing education to universities. This study aims to determine how much influence student achievement, family support and school environment on the interest of continuing education to university either simultaneously or partially.
The population in this study are students of class XII SMK Kanisius Ungaran with the total of 33 people. This is a population study, because the respondents/ subjects are less than 100 so that the samples were taken of the total population. This study was divided into three stages; gathering data using questionnaires and documentation, data processing using descriptive analysis of percentage and inferential statistics, and interpretation of data.
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ………... iii
PERNYATAAN ……… iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... v
PRAKATA ………...…………. vi
SARI ………... viii
ABSTRACT ………... ix
DAFTAR ISI ……….. x
DAFTAR TABEL ……….. xiv
DAFTAR GAMBAR ……… xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………..... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………. 1
1.2. Perumusan Masalah ……….. 12
1.3. Tujuan Penelitian ……….. 12
1.4. Manfaat Penelitian ……… 13
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi ………... 15
xi
2.2. Konsep Prestasi Belajar ……… 23
2.2.1. Definisi Prestasi ………. 23
2.2.2. Definisi Belajar ……….. 23
2.2.3. Pengaruh Prestasi Belajar terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi…... 25
2.3. Konsep Dukungan Keluarga ………. 27
2.3.1. Definisi Dukungan Keluarga ………. 27
2.3.2. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi …….. 30
2.4. Konsep Lingkungan Sekolah ………...…. 32
2.5. Penelitian Terdahulu ……… 38
2.6. Kerangka Berpikir ………... 39
2.7. Hipotesis Penelitian ………... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ………. 44
3.1.1. Jenis penelitian ……….. 44
3.1.2. Desain Penelitian ………... 44
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ……. 45
3.3. Variabel Penelitian ………. 45
xii
3.4.2. Teknik Dokumentasi ………. 51
3.5. Instrumen Penelitian ………... 51
3.5.1. Penyusunan Instrumen Penelitian ……….. 51
3.5.2. Validitas Instrumen Penelitian ……….. 52
3.5.3. Reliabilitas Instrumen Penelitian ………... 55
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……… 56
3.6.1. Analisis Deskriptif ………. 56
3.6.2. Statistik Inferensial ……… 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden ……….. 67
4.2. Hasil Penelitian ………... 68
4.2.1. Analisis Dekriptif ……….. 68
4.2.2. Uji Prasyarat Regresi Linier Berganda ……….. 75
4.2.3. Uji Hipotesis Regresi Berganda ………. 79
4.2.4. Analisis Regresi Berganda ……… . 83
4.3. Pembahasan ………. 84
xiii
Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi ..….... 93
4.3.4. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi……… 97
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ………. 102
5.2. Saran ………... 103
DAFTAR PUSTAKA……… 104
xiv
Kanisius Ungaran yang Melanjutkan ke Perguruan
Tinggi ……... 9
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ……….. 38
Tabel 3.1. Penilaian (Scoring) Jawaban Responden ………. . 50
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Minat Melanjutkan ke Perguruan Tinggi………. 53
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Dukungan Keluarga ………... 54
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Lingkungan Sekolah ……….. 55
Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ………... 56
Tabel 3.6. Kategori Skor Variabel Y ………. 60
Tabel 3.7. Kategori Skor Variabel X2 ………... 60
Tabel 3.8. Kategori Skor Variabel X3 ………... 60
Tabel 4.1. Deskripsi Statistik Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi ………..………... 68
Tabel 4.2. Deskripsi variabel Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi ……… 69
Tabel 4.3. Deskripsi Statistik Prestasi belajar ……….... 70
Tabel 4.4. Deskripsi Variabel Prestasi belajar ... 71
Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Dukungan Keluarga ……… 72
xv
………... 75
Tabel 4.9. Hasil Uji Multikolinearitas ………... 76
Tabel 4.10.Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)....………… 78
Tabel 4.11.Hasil Uji Simultan (Uji F) ……… 79
Tabel 4.12.Hasil Uji Determinasi Simultan ……… 79
Tabel 4.13.Hasil Uji Parsial ……… 80
Tabel 4.14.Hasil Uji Determinasi Parsial ………... 81
xvi
xvii
Lampiran 2. Daftar Responden Uji Coba ………... 109
Lampiran 3. Uji Coba Instrumen ……… 110
Lampiran 4. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Penelitian .…………... 116
Lampiran 5. Data Hasil Uji Coba Instrumen ………..………….... 117
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Menggunakan SPSS v.22………...……. 121
Lampiran 7. Instrumen Penelitian ……….. 129
Lampiran 8 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ………... 135
Lampiran 9 Data Hasil Instrumen Penelitian ……… 136
Lampiran 10 Data Nilai Rapor Kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 ...……….. 142
Lampiran 11 Statistik Deskriptif Indikator Variabel Y …………... 143
Lampiran 12 Statistik Deskriptif Indikator Variabel X2 …………. 145
Lampiran 13 Statistik Deskriptif Indikator Variabel X3 …………. 147
Lampiran 14 Output SPSS v.22 Uji Asumsi Klasik ……….... 149
Lampiran 15 Output SPSS Uji Hipotesis ……….... 151
Lampiran 16 Surat Izin Penelitian ... 152
1
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Dalyono (2007:5) dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena
pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran.
Pendidikan menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam (Dalyono, 2007:6)
adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan
tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang
tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai
kewajiban untuk mendidik.
Kemajuan suatu bangsa bergantung dari kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang dimiliki oleh bangsa atau negara tersebut. Untuk memperoleh SDM
yang berkualitas, pendidikan memiliki peranan penting. Pendidikan merupakan
investasi penting dalam pengembangan SDM. Dengan demikian, pendidikan
sangat penting untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-manusia
yang berkebudayaan, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang
Warga negara Indonesia yang baik, tentunya mempunyai minat yang
tinggi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebagai wadah
untuk mengembangkan diri menuju manusia yang memiliki kualitas SDM yang
baik. Minat yang besar terhadap sesuatu hal merupakan modal untuk mencapai
tujuan. Bila seseorang memiliki ketertarikan terhadap bidang studi tertentu, maka
hal tersebut akan mempengaruhi dan membentuk diri serta kesadarannya.
Sehingga akan menjadikan penyemangat dalam memperolehnya.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2010:180).
Gie (1995:129) suatu minat dalam belajar merupakan suatu kewajiban
yang menyertai seseorang ke kelas dan menemani seseorang selama tugas studi,
dengan demikian memungkinkan seseorang berhasil dalam kegiatan studi. Djaali
(2007:121) Minat ini dapat ditunjukkan dengan lebih menyukai sesuatu hal
daripada yang lainnya ataupun dapat ditunjukkan dengan melakukan suatu
aktivitas yang disenanginya.
Menurut Syah (2009:175) sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengarahkan
siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah
menengah yang ditandai dengan adanya perasaan senang, adanya keinginan,
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor
penggerak untuk dapat menjadi tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat,
tujuan belajar tidak akan tercapai. Minat yang besar terhadap suatu hal merupakan
modal yang besar untuk mencapai tujuan. Bila seseorang siswa memiliki
ketertarikan terhadap bidang studi tertentu maka hal tersebut akan mempengaruhi
dan membentuk diri serta kesadarannya. Artinya melalui kesadaran itu siswa
tersebut cenderung mempunyai keinginan yang lebih besar untuk hadir dan
berhubungan dengan keinginan melanjutkan ke perguruan tinggi dengan harapan
menambah ilmu untuk bekal hidup.
Minat untuk belajar dan prestasi belajar sejatinya merupakan mata rantai
yang tidak pernah terputus. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi. Seseorang yang memiliki minat belajar yang tinggi, maka ia akan
memiliki peluang yang besar dalam memperoleh prestasi belajar, karena
didalamnya ia akan selalu bersungguh-sungguh dalam memperolehnya. Akhirnya
akan memunculkan suatu kebanggaan bagi orang yang telah memiliki prestasi
yang baik. Sehingga hal tersebut akan memacu minat dan motivasinya untuk rajin
giat belajar lagi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.
Bahri (1994:20) yang mengatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati akan diperoleh
dengan jalan keuletan kerja. Hal ini selaras dengan yang terdapat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1991:787) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai
dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Sehingga prestasi dapat
kelompok yang telah dikerjakan maupun diciptakan yang menyenangkan hati.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1990:130) mengemukakan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (internal) seperti motivasi, minat, bakat, kepandaian,
kesehatan, sikap dan perasaan maupun dari luar (eksternal) seperti sarana
prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi sosial dan
ekonomi.
Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental
anak dapat menentukan prestasi belajarnya. Dan memang ada hubungan yang erat
antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau tingkat kematangan terhadap anak
(Dalyono, 2007:73).
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah
tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari. Besar
kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya
bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan
rohaninya. Sementara tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya
(Dalyono, 2007:130).
Menurut Ahmadi (2007:108) keluarga adalah wadah yang sangat penting
diantara individu-individu dan kelompok, dan merupakan kelompok sosial yang
Dalyono (2007:59) adalah ayah, ibu dan anak-anak serta keluarga yang menjadi
penghuni rumah.
Cukup atau kurangnya perhatian orang tua dan bimbingan dari orang tua
akan mempengaruhi pencapaian anak dalam belajar. Keakraban antara anak dan
orang tua dalam berhubungan juga berpengaruh dalam proses belajar anak.
Dukungan dari keluarga terutama dari orang tua baik yang berupa materi maupun
non-materi seperti perhatian dan bimbingan mampu meningkatkan minat dalam
diri anak untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Seorang anak
yang mendapatkan dukungan dari keluarga meskipun hanya berupa nasehat dan
perhatian yang baik akan meningkatkan semangatnya untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Dalyono, 2007:59).
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Slameto (2010:61),
menurutnya orang tua yang tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya
dalam belajar, tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak
dalam belajar akan menyebabkan anak kesulitan untuk mencapai kemajuan dalam
belajar. Hal tersebut semakin menguatkan jika dukungan keluarga sangat
diperlukan demi kesuksesan pembelajaran bagi anak.
Menurut Sertain dalam Dalyono (2007:133), lingkungan dibagi menjadi
tiga macam yaitu lingkungan alam, lingkungan dalam dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam/ luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan
manusia seperti : rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan sebagainya.
Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Jaringan tubuh
semua orang lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh yang kita terima dari
lingkungan sosial bisa secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman
kelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang peserta didik. Hubungan yang
harmonis antar ketiganya dapat menjadi penyemangat bagi siswa untuk belajar
lebih baik lagi di sekolah. Selain menjadi penyemangat, menurut Dalyono
(2007:131) sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir peserta didik.
Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolah turut menentukan pola pikir serta
kepribadian seorang peserta didik.
Yusuf (2009:56) berpendapat bahwa keharmonisan hubungan antara guru
dan peserta didik akan berpengaruh positif terhadap kemajuan belajar peserta
didik. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slameto (2010:66)
yang mengungkapkan bahwa ketertarikan seorang peserta didik terhadap gurunya
akan berpengaruh terhadap ketertarikannya pada mata pelajaran yang diampu guru
tersebut. Ini artinya peserta didik akan lebih berminat mempelajari mata pelajaran
yang diajarkan oleh guru yang disukai.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengeluarkan
berbagai program untuk memancing agar semakin banyak peserta didik dari
sekolah menengah yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Diantara program
tersebut adalah program beasiswa bagi calon mahasiswa kurang mampu.
Didukung dengan perundang-undangan yang mengharuskan pemerintah
mengalokasikan 20% (APBN) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk
program beasiswa di perguruan tinggi. Beasiswa Bidikmisi yang membebaskan
mahasiswa kurang mampu dari segala biaya selama menempuh studi di perguruan
tinggi merupakan salah satu wujud usaha pemerintah untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
(http://www.dikti.go.id/).
APK (Angka Partisipasi Kasar) perguruan tinggi yang merupakan
cerminan tingkat partisipasi masyarakat untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih rendah tingkat
pendidikan yang telah ditempuhnya. Sampai saat ini Indonesia baru mencapai
Angka Partisipasi Kasar perguruan tinggi 18,7%, angka ini menunjukkan bahwa
hanya 18,7% lulusan SMA/ SMK sederajat yang melanjutkan ke perguruan tinggi,
sedangkan sisanya sebesar 81,3% tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan
tinggi. Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan rata-rata APK Negara maju
sebesar 40% (http://www.menkokesra.go.id/).
Penelitian ini mengangkat fenomena yang terjadi di SMK Kanisius
Ungaran Kabupaten Semarang. Rendahnya APK di Indonesia tampak jelas terjadi
pada SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang. SMK Kanisius Ungaran
kabupaten Semarang merupakan sekolah swasta yang berbasis keagamaan,
dimana kurikulumnya terdapat mata pelajaran umum, kejuruan dan mata pelajaran
keagamaan. Data yang diperoleh peneliti berdasarkan informasi dari guru BK
SMK Kanisius Ungaran menunjukkan prosentase partisipasi siswa yang
melanjutkan ke perguruan tinggi dari SMK Kanisius Ungaran kabupaten
peserta didik dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi perlu
ditingkatkan. Ini merupakan tugas dari pihak sekolah, orang tua, masyarakat, dan
tentunya pemerintah.
Dilihat dari sudut pandang peserta didik di SMK Kanisius Ungaran
sebenarnya banyak yang berprestasi dalam bidang akademik ataupun bidang
lainnya. Maka seharusnya perlu adanya perubahan yang besar dalam
meningkatkan minat anak terhadap melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Awal-awal yang dilakukan selayaknya dengan memberi stimulus terhadap peserta
didik, agar tergerak dari dalam diri peserta didik untuk selalu berfikir akan
meningkatkan kualitas dirinya dengan mengenyam pendidikan. Kemudian
daripada itu selanjutnya adalah dengan semangat dari orangtua, karena lingkungan
yang sangat berpengaruh kental terhadap kepribadian anak. Dari lingkungan
sekolah yakni dengan semangat dari para guru, sangat diharapkan oleh murid,
didukung dengan informasi-informasi terkait beasiswa, agar siswa semakin
mengukuhkan diri untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, dengan seperti
itu, kualitas diri dari peserta didik akan semakin meningkat.
Hal yang paling penting dalam meningkatkan kapasitas dari siswa adalah
dengan meningkatkan mental belajar pada anak. Menurut Dalyono (2007:73)
umur mental anak akan mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental
anak dapat menentukan tingkat prestasi belajarnya. Dan memang ada hubungan
yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau tingkat kematangan
terhadap anak. Jika hanya sekolah di SMK, maka kompetensi siswa akan terbatas
peserta didik harus selalu meningkatkan kemampuan, keterampilan dan keahlian
di bidangnya. Karena kebutuhan akan dunia tenaga kerja tingkat persaingannya
cukup tinggi.
Seiring dengan tujuan pendidikan menengah kejuruan dalam pasal 3 ayat 2
PP no. 29 tahun 1990 memang menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja
serta mengembangkan sikap profesional, mampu memilih karier, kompetensi dan
pengembangan diri. Namun upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya dasar
pendidikan (SMA/ SMK) merupakan bagian yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama dikaitkan dengan
tuntutan era globalisasi. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perubahan
struktur ekonomi, industri dan informasi membawa implikasi terhadap jenis-jenis
pekerjaan dan kualisasi jabatan. Tentunya melanjutkan ke perguruan tinggi, maka
akan meningkatkan kompetensi. Perubahan tersebut akan menyebabkan
pergeseran kebutuhan jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kerja.
Data prosentase peserta didik yang melanjutkan ke perguruan tinggi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1.1.
Rekapitulasi jumlah peserta didik Kelas XII SMK Kanisius Ungaran yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi
No Tahun Lulus
Jumlah Siswa
Jumlah peserta didik yang melanjutkan ke PT
Prosentase minat siswa ke PT
1 2011/ 2012 42 4 10%
2 2012/ 2013 52 10 20%
3 2013/ 2014 46 6 15%
Sumber : Data diperoleh dari BK SMK Kanisius Ungaran
Keinginan untuk membahagiakan kedua orang tua mendorong anak-anak
telah dijalani di sekolah menengah telah memberi banyak sedikitnya manfaat
dalam kontribusi pada kehidupan nantinya.
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan formal yang paling
akhir, dimana semua manfaat pendidikan akan dirasakan jika telah sepenuhnya
berhasil menempuh jenjang ini. Perguruan tinggi yang baik memiliki faktor
pendorong dalam perubahan orientasi kehidupan, kedua faktor tersebut yaitu
faktor intelektual dan faktor politik. Dimana kedua faktor tersebut akan
menunjukkan citra universitas yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk
pemenuhan kebutuhan pendidikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2006:189) menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua terhadap
motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebesar 35,6 %. Besarnya
pengaruh masing-masing variabel yaitu kondisi sosial orang tua terhadap motivasi
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebesar 12,4 %. Pengaruh kondisi
ekonomi orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
sebesar 9,5 %.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2010:35),
bahwa ada pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap minat anak melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi (studi kasus kelas XI semester genap di SMA
Sinar Husni Medan Helvetia Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2010/
2011). Pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap minat anak melanjutkan
Sinar Husni Medan Helvetia Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2010/ 2011
dapat diterima dan Ho ditolak.
Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan Arifin dkk (2013:10)
hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Hasil persentase kondisi sosial ekonomi
orang tua menunjukkan nilai rata-rata (mean) adalah 76,58% sehingga dapat
diketahui bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua termasuk dalam kategori
“sedang”, (2) Hasil persentase tingkat partisipasi anak pada jenjang pendidikan
tinggi menunjukkan nilai rata-rata (mean) adalah 40,80% sehingga dapat
diketahui bahwa tingkat partisipasi termasuk dalam kategori “rendah”, (3) Hasil
regresi linear menunjukkan bahwa pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga
terhadap partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi yaitu sebesar 0,197,
sehingga dikatakan rendah.
Diantara penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh peneliti,
menunjukkan bahwa variabel yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap minat
anak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah pengaruh kondisi sosial
ekonomi orang tua yang berpengaruh besar terhadap kelangsungan pendidikan
bagi anak-anaknya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan menjadikan
variabel lain yang dapat digunakan sebagai penentu terhadap minat anak
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh secara simultan prestasi belajar ekonomi, dukungan
keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran
Kabupaten Semarang ?
2. Adakah pengaruh prestasi belajar ekonomi terhadap minat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK
Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?
3. Adakah pengaruh dukungan keluarga terhadap minat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK
Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?
4. Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK
Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan prestasi belajar ekonomi,
dukungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK
2. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar ekonomi terhadap minat
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII
SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?
3. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap minat
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII
SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?
4. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap minat
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII
SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
rangka mendukung teori yang berkaitan dengan pengaruh prestasi
belajar ekonomi, dukungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap
minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh
peneliti-peneliti selanjutnya terkait objek peneliti-penelitian yang sama.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi peserta didik
Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada peserta didik terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan pendidikan ke
faktor-faktor minat melanjutkan ke perguruan tinggi, diharapkan peserta didik
semakin termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi.
b. Manfaat bagi keluarga peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan keluarga dalam
menumbuhkan motivasi peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang perguruan tinggi.
c. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan sekolah tentang
seberapa besar pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi. Sehingga akan mengurangi jumlah peserta didik
yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
d. Manfaat bagi perguruan tinggi
Penelitian ini dapat dijadikan manifestasi pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi di universitas yang bersangkutan.
e. Manfaat bagi pemerintah
Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang akar permasalahan
APK perguruan tinggi yang rendah. Sehingga harapannya, pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan APK
15
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
2.1.1. Definisi Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2010:180).
Sardiman (2008:95) mengungkapkan bahwa minat dan motivasi
mempunyai hubungan yang sangat erat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,
begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang
pokok. Minat yang tinggi terhadap sesuatu hal akan meningkatkan motivasi
terhadap hal tersebut. Sehingga mempelajari minat bisa juga dilihat dari sisi
motivasi. Dari aspek kajian psikologi, minat mempunyai ketergantungan terhadap
faktor internal yang ada dalam diri manusia seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
Menurut Dalyono (2007:56) minat menjadi sebuah modal awal untuk
mencapai sesuatu. Sedangkan motivasi menjadi penggerak atau daya dorong
untuk melakukan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, minat dan motivasi sejatinya
mempunyai hubungan yang sangat erat yaitu sama-sama berfungsi untuk
Menurut Syah (2009:175) sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengarahkan
siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah
menengah yang ditandai dengan adanya perasaan senang, adanya keinginan,
perhatian, dorongan dan kemauan, kebutuhan dan harapan.
Minat yang besar terhadap sesuatu hal merupakan modal untuk mencapai
tujuan. Bila seseorang memiliki ketertarikan terhadap bidang studi tertentu maka
hal tersebut akan mempengaruhi dan membentuk diri serta kesadarannya. Artinya
melalui kesadaran itu, siswa cenderung mempunyai keinginan yang lebih besar
untuk hadir dan berhubungan dengan keinginan melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi dengan harapan menambah ilmu untuk bekal hidup.
Menurut Swasta dan Handoko (2000) menyebutkan bahwa minat
mempunyai kaitan yang erat dengan sikap dan perilaku. Minat (intention)
merupakan variabel perantara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu
sikap atau variabel lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam minat
yaitu,
a. Minat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor
motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.
b. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba.
c. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan
seseorang untuk dilakukan.
2.1.2. Definisi Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi atau pendidikan tinggi, di dalam Undang-Undang (UU)
RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 19 tahun
2003 menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan tinggi berbeda dengan pendidikan
menengah dan pendidikan dasar dalam hal pelaksanaan karena pendidikan tinggi
diselenggarakan dengan sistem terbuka. Sistem terbuka inilah yang
memungkinkan perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi
melakukan inovasi-inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi maupun
seni. Peneliti menyimpulkan bahwa perguruan tinggi merupakan jenjang
pendidikan yang peserta didiknya disebut sebagai mahasiswa, berasal dari
berbagai latar belakang suku, budaya, agama, etnik, dan lain-lain untuk mengikuti
kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sehingga
mampu menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
Pendapat lain dari Hinkelman dan Luzzo dalam (Gladding, 2012:498)
menyatakan bahwa perguruan tinggi menandai dimulainya peningkatan
kebebasan, pengambilan keputusan, serta pengaturan pergeseran peran. Seiring
dengan hal ini, memang di dalam perguruan tinggi selain cara belajarnya yang
peran individu yang dewasa yang mampu untuk mengambil keputusan yang
mampu dipertanggung jawabkan.
Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan pilar yang melandasi aktivitas
perguruan tinggi menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi
seperti tercantum dalam RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) pasal 20 ayat 2 tahun 2003. Hal inilah yang membedakan
perguruan tinggi dengan pendidikan dasar dan menengah yang hanya menitik
beratkan pada pendidikan. Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi pemantik
munculnya inovasi dan kreativitas mahasiswa maupun dosen untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perguruan tinggi atau pendidikan tinggi, di dalam Undang-Undang (UU)
RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 20 tahun
2003 menyatakan bahwa perguruan tinggi dapat berbentuk universitas, akademi,
politeknik, sekolah tinggi, atau institut, Pendidikan tinggi baik akademik maupun
vokasi mempunyai berbagai macam, yaitu:
1. Universitas
Universitas adalah lembaga pendidikan yang paling dikenal di Indonesia.
Lembaga ini didirikan dengan tujuan untuk mengarahkan lulusannya menjadi
tenaga profesional siap kerja atau tenaga pendidikan serta peneliti.
Universitas terdiri atas berbagai fakultas. Fakultas adalah bagian dari
2. Akademi
Akademi hanya menyelenggarakan satu program studi dan lebih menekankan
pada keterampilan praktik kerja dan kemampuan untuk mandiri. Umumnya,
lama pendidikan di perguruan tinggi ini hanya 3 tahun. Di perguruan tinggi
ini porsi praktik lebih besar daripada teori. Banyak akademi di Indonesia
berstatus kedinasan. Artinya akademi itu diselenggarakan oleh dinas
pemerintah.
3. Politeknik
Politeknik merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan
menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, serta
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai tujuannya,
politeknik memberikan pengalaman belajar berupa praktik dan latihan yang
memadai. Di politeknik porsi praktik lebih besar daripada teori.
4. Institut
Institut berbeda dengan universitas yang mempunyai program studi beragam,
institut berkonsentrasi pada satu bidang saja. Sebagai contoh, institut
pertanian hanya mengkhususkan bidang pertanian saja, institut teknik hanya
berkonsentrasi di bidang teknologi saja, atau institut seni berkutat di bidang
seni saja. Meskipun demikian, institut juga mempunyai beberapa fakultas.
Sebagai contoh institut pertanian mempunyai Fakultas Pertanian, Peternakan,
5. Sekolah Tinggi
Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni.
Jika memenuhi syarat, sekolah tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan
profesi.
Pendidikan tinggi mempunyai tujuan yang majemuk dan dalam rangka
menampung calon mahasiswa yang mempunyai minat dan kemampuan yang
beragam maka pendidikan tinggi disusun dalam struktur multi strata. Jenjang
pendidikan pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik
adalah S1, S2 dan S3. Program S1 ditempuh antara 8 – 12 semester, S2 ditempuh selama 4-10 semester dan program S3 ditempuh selama 8-14 semester.
Sedangkan pada pendidikan vokasi ada empat jenjang pendidikan yaitu D1, D2,
D3 dan D4 (www.dikti.go.id).
2.1.3. Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi
Sardiman (2008:95) mengungkapkan bahwa minat dan motivasi
mempunyai hubungan yang sangat erat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,
begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang
pokok. Minat yang tinggi terhadap suatu hal akan meningkatkan motivasi
terhadap hal tersebut. Sehingga mempelajari minat bisa juga dilihat dari sisi
motivasi. Dari aspek kajian psikologi, minat mempunyai ketergantungan terhadap
faktor internal yang ada dalam diri manusia seperti pemusatan perhatian,
Minat merupakan ketertarikan atau keinginan terhadap sesuatu hal. Maka
dalam hal ini minat melanjutkan ke perguruan tinggi merupakan ketertarikan atau
keinginan lulusan SMA sederajat untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke
perguruan tinggi baik universitas, institut, sekolah tinggi maupun yang lainnya.
Ketika minat yang dimiliki tinggi maka kemungkinan untuk merealisasikan minat
tersebut sangat besar pula.
Hal-hal yang dapat meningkatkan minat peserta didik dalam memperoleh
pendidikan menurut Slameto (2010:180) adalah dengan menggunakan
minat-minat siswa yang telah ada melalui pembelajaran yang sesungguhnya. Tanner
(1975) mengemukakan bahwa agar minat peserta didik terbentuk untuk semangat
dalam memperoleh ilmu dan melanjutkan pendidikan, maka dilakukan dengan
memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu.
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman
kelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang peserta didik. Hubungan yang
harmonis antar ketiganya dapat menjadi penyemangat bagi siswa untuk belajar
lebih baik lagi di sekolah. Dengan meningkatnya belajar peserta didik sehingga
minat untuk memasuki dunia perguruan tinggi akan meningkat pula. Hal ini
terjadi karena minat melanjutkan ke perguruan tinggi merupakan manifestasi
peningkatan proses belajar. Selain menjadi penyemangat, menurut Dalyono
(2007:131) sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir peserta didik.
Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolah turut menentukan pola pikir serta
Kurikulum yang digunakan di SMK memungkinkan siswa untuk belajar
sesuai dengan minatnya. Ada dua jurusan di SMK yaitu jurusan Akuntansi dan
Administrasi Perkantoran. Peserta didik di SMK Kanisius Ungaran akan
mempunyai minat yang lebih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan
ekonomi karena jurusan ekonomi sesuai dengan bidang yang diminatinya.
Sardiman (2010:57) menjelaskan bahwa seorang peserta didik akan lebih giat
belajar pada mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya karena ada daya tarik
baginya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat
melanjutkan ke perguruan tinggi yang identik dengan minat untuk belajar
dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor dari dalam diri sendiri berupa jasmani dan rohani.
Motivasi untuk menjadi lebih berprestasi menjadi faktor utama yang
mempengaruhi minat melanjutkan ke perguruan tinggi pada peserta didik. Oleh
karena itu, peserta didik yang mempunyai prestasi tinggi akan mempunyai minat
yang tinggi pula untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor dari luar diri peserta didik berupa lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sebagian besar waktu
peserta didik dihabiskan di rumah dan di sekolah sehingga lingkungan keluarga
dan lingkungan sekolah menjadi faktor pokok dari luar yang berpengaruh
terhadap minat melanjutkan ke perguruan tinggi.
Menurut Syah (2009:175) sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa minat
siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah
menengah yang ditandai dengan adanya perasaan senang, adanya keinginan,
perhatian, dorongan dan kemauan, kebutuhan dan harapan. Sehingga indikator
yang dijadikan oleh peneliti untuk mengukur tingkat minat siswa dalam
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi meliputi (a) kebutuhan akan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, (b) keinginan untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pada jurusan ekonomi, (c) keingintahuan akan
informasi tentang perguruan tinggi jurusan ekonomi dan cara untuk masuk ke
perguruan tinggi, (d) perhatian akan peserta didik terhadap perguruan tinggi
jurusan ekonomi.
2.2. Konsep Prestasi Belajar 2.2.1. Definisi Prestasi
Djamarah (1994:20) mengartikan prestasi yaitu apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja. Prestasi adalah hasil suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang maupun kelompok yang telah dikerjakan maupun diciptakan yang
menyenangkan hati. Hasil yang menyenangkan hati menjadi kunci pokok yang
membedakan prestasi dengan hasil yang lainnya. Oleh karena itu, hasil yang tidak
menyenangkan hati tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah prestasi.
2.2.2. Definisi Belajar
Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu
dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
(2009:27) dalam bukunya menafsirkan belajar dalam dua macam penafsiran.
Pertama, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut penafsiran tersebut belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari itu yaitu mengalami. Kedua, belajar ditafsirkan sebagai suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Slameto (2010:2) menafsirkan makna belajar dari sisi psikologis yaitu
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan-perubahan ini
akan tampak nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Tidak semua perubahan
dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ada beberapa ciri
perubahan yang bisa diartikan dalam pengertian belajar yaitu:
1. Perubahan terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Senada dengan Slameto, Sardiman (2008:20) memaknai belajar sebagai
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Proses belajar
akan lebih baik jika subyek belajar mengalami atau melakukan sendiri, jadi tidak
Berbagai pendapat dari para ahli yang telah diuraikan di atas mempunyai
berbagai redaksi tentang makna belajar tetapi sama-sama menitikberatkan pada
perubahan tingkah laku. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
2.2.3. Pengaruh Prestasi Belajar terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi
Winkel dalam Sunarto (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Purwanto
(2011:28) prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha belajar sebagai mana yang dinyatakan dalam rapor.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai hal. Menurut Djamarah
(2008:178) prestasi belajar dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik. Dalam
lingkunganlah peserta didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai
kehidupan. Selama hidup seorang manusia tidak bisa menghindarkan diri dari
lingkungan alami dan lingkungan sosial. Interaksi dari keduanya mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah.
b. Faktor instrumental
Faktor instrumental merupakan faktor dari sekolah yang terdiri dari kurikulum,
program dan sarana prasarana serta guru. Faktor instrumental sangat
lepas dari keempat hal di atas. Jenis kurikulum, program yang dilaksanakan,
kelengkapan sarana dan prasarana serta karakteristik guru akan mempengaruhi
cara belajar peserta didik dan akan berpengaruh pada hasil belajar yang
dicapai.
c. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda
belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan.
d. Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh sebab itu, semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
Sedangkan faktor-faktor psikologis terdiri dari minat, kecerdasan, bakat dan
motivasi.
Individu yang mempunyai kecerdasan yang tinggi akan mempunyai
peluang yang tinggi pula dalam meraih kesuksesan dalam belajar (Baharuddin dan
Wahyuni, 2008:21). Meraih kesuksesan dalam belajar berarti individu mempunyai
prestasi belajar. Ketika seorang individu mempunyai prestasi belajar maka akan
meningkatkan motivasinya untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi karena
sifat dasar manusia yang selalu merasa kurang puas. Motivasi yang tinggi inilah
yang berimbas pada meningkatnya minat seorang individu untuk belajar ke
jenjang yang lebih tinggi. Argumen ini diperkuat oleh Sardiman (2008:79) bahwa
pujian/ reinforcement akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk bekerja dan
orang yang dipuji. Begitu pula dengan seorang individu yang mendapatkan
prestasi bagus maka dia akan mempunyai rasa kebanggaan atas prestasi tersebut
sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi.
Minat untuk belajar dan prestasi belajar sejatinya merupakan mata rantai
yang tak terputus. Kedua hal tersebut mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi. Individu (peserta didik) yang mempunyai minat belajar yang
tinggi maka ia akan mempunyai peluang yang tinggi dalam mencapai prestasi
belajar karena akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Sebaliknya, ketika
seorang individu mempunyai prestasi belajar yang baik dia akan mempunyai
kebanggaan, sehingga akan memacu minat dan motivasinya untuk belajar lebih
giat lagi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.
Indikator prestasi belajar ekonomi dapat diketahui dalam nilai raport mata
pelajaran ekonomi siswa pada semester V. Indikator tersebut merupakan indikator
yang diambil dari teori Ahmadi dan Supriyono yang mengemukakan bahwa
prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal seperti kepandaian dan
faktor eksternal.
2.3. Konsep Dukungan Keluarga 2.3.1. Definisi Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan wadah yang sangat penting bagi seorang individu
karena keluarga adalah kelompok sosial pertama dimana seorang manusia menjadi
anggotanya. Keluarga menjadi tempat pertama untuk mengadakan sosialisasi
seorang manusia (anak), Ibu, ayah, saudara dan anggota keluarga lainnya adalah
orang yang pertama kali menanamkan arti kehidupan bagi seorang anak. Hampir
setengah dari umur manusia dihabiskan dalam lingkungan keluarga sehingga
keluarga menjadi pengaruh paling besar dalam pola pikir seorang individu
(Ahmadi, 2007:108).
Shochib (2000:17) mengartikan keluarga dari dua tinjauan yaitu dari
tinjauan hubungan darah dan dari tinjauan hubungan sosial. Keluarga ditinjau dari
hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan
darah antara satu sama lain. Berdasarkan tinjauan ini keluarga dibedakan menjadi
keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial,
keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya interaksi antar
anggota dan saling mempengaruhi walaupun diantara mereka tidak ada hubungan
darah. Keluarga berdasarkan dimensi hubungan sosial ini dinamakan keluarga
psikologis dan keluarga pedagogis.
Solaeman dalam Shochib (2000:17) menjelaskan makna dari keluarga
dilihat dari sudut pandang psikologis dan pedagogis. Pengertian psikologis
keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri.
Dari pandangan pedagogis, keluarga diartikan sebagai satu persekutuan hidup
yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang
dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan
Dalyono (2007:59) memberikan pengertian yang simple pada keluarga
yaitu ayah, ibu, dan anak-anak serta keluarga yang menjadi penghuni rumah. Dari
berbagai pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa keluarga merupakan suatu perkumpulan yang mempuyai
hubungan darah yang tinggal bersama dan mempunyai interaksi sosial yang erat
sehingga saling mempengaruhi dan saling memperhatikan antara satu dengan
yang lainnya.
Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang
oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga
dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa
dukungan internal, seperti dukungan dari suami/ istri, dukungan dari saudara
kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan
dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan
(Friedman, 1998).
Kane (1998 dalam Friedman, 1998) mendefinisikan dukungan keluarga
sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya.
Dukungan keluarga tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik), umpan balik
(kuantitas dan kualitas komunikasi), dan keterlibatan emosional (kedalaman
intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.
Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang
membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan
(Friedman,1998).
2.3.2. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi
Menurut Dalyono (2007:59) cukup atau kurangnya perhatian orang tua dan
bimbingan dari orang tua akan mempengaruhi pencapian anak dalam belajar.
Keakraban antara anak dan orang tua dalam berhubungan juga berpengaruh dalam
proses belajar anak. Dukungan dari keluarga terutama dari orang tua baik yang
berupa materi maupun non-materi seperti perhatian dan bimbingan mampu
meningkatkan motivasi dalam diri anak untuk melanjutkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Seorang anak yang mendapatkan dukungan dari keluarga
meskipun hanya berupa nasehat dan perhatian yang baik akan meningkatkan
semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Slameto (2010:61), menurutnya
orang tua yang tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar,
tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak dalam belajar
akan menyebabkan anak kesulitan untuk mencapai kemajuan dalam belajar. Dari
pendapat Slameto tersebut semakin menguatkan perlunya dukungan dari keluarga
untuk kesuksesan pembelajaran anak.
Dukungan dari orang tua tidak harus berupa nasehat ataupun bimbingan,
kemauan untuk mendengarkan pendapat dari anak dapat menjadi dukungan yang
remaja dimana pola pikirnya masih labil dan menginginkan kebebasan dan
pengakuan. Desmita (2009:217) berpendapat bahwa secara psikologis usia remaja
menginginkan pengakuan atas pendapatnya. Adanya kemauan orang tua untuk
mendengarkan keluh kesah anaknya dalam hal pembelajaran membuat anak
tersebut merasa dihargai sehingga rasa percaya dirinya akan meningkat. Rasa
percaya diri inilah yang meyakinkan diri seorang anak untuk mempersiapkan
masa depan yang lebih baik melalui melanjutkan ke perguruan tinggi.
Menurut Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menyebutkan bahwa ada
empat jenis dukungan keluarga, yaitu:
1) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan dalam mengungkapkan suatu masalah.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk, usulan dan
pemberian infomasi.
2) Dukungan pendampingan/ penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan
3) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya
kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelahan.
4) Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dengan afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
Dukungan keluarga diartikan sebagai sikap, tindakan, dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Pada penelitian ini dukungan keluarga
merepresentasikan segenap sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap
minat melanjutkan ke perguruan tinggi seorang anak (peserta didik). Dukungan
keluarga secara umum dapat berupa materi maupun non materi. Sehingga
dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan oleh anak untuk mencapai kesuksesan
dalam belajar. Ini artinya dukungan keluarga berpengaruh positif pada minat
seorang anak untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Adapun
indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui tingkat dukungan orang tua bisa
dilihat dari empat aspek yaitu dukungan informasi, dukungan pendampingan,
dukungan instrumental dan dukungan emosional.
2.4. Konsep Lingkungan Sekolah
Hamalik (2009:5) mengatakan bahwa sekolah merupakan suatu lembaga
memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan keluarga dan
masyarakat yang memberikan pendidikan secara informal. Sekolah telah
menyusun dan mengatur pola dan sistematika tertentu yang memungkinkan
kegiatan belajar mengajar berlangsung dan terarah pada pembentukan dan
pengembangan peserta didik.
Lingkungan dapat diartikan sebagai segala material dan stimulus di dalam
dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun
sosio-kultural (Dalyono, 2007:129). Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala
kondisi material jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan
mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam
konsesi, kelahiran sampai matinya. Sedangkan secara sosio-kultural, lingkungan
mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan
perlakuan ataupun karya orang lain.
Menurut Sertain dalam Dalyono (2007:133), lingkungan dibagi menjadi
tiga macam yaitu lingkungan alam, lingkungan dalam dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam/ luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan
manusia seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan lain sebagainya.
Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Jaringan tubuh
manusia merupakan salah satu dari lingkungan dalam. Lingkungan sosial adalah
semua orang lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh yang kita terima dari
lingkungan sosial bisa secara langsung maupun tidak langsung.
Baharuddin dan Wahyuni (2008:26) membagi lingkungan sekolah menjadi
Lingkungan sosial sekolah berarti semua orang yang berada di sekolah yang
mempengaruhi kita. Seorang dapat dipengaruhi oleh orang lain ketika orang
tersebut berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu orang
lain yang dapat mempengaruhi seorang peserta didik di sekolah adalah orang lain
yang berinteraksi dengan peserta didik tersebut. Guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan dan teman sekelas adalah orang-orang yang berhubungan dengan
peseta didik di sekolah. Lingkungan alam di sekolah adalah segala sesuatu yang
bukan manusia yang ada di sekolah. Lingkungan alam ini berupa bangunan,
sarana-prasarana, kondisi alam dan sebagainya. Mengingat begitu luasnya
pembahasan tentang lingkungan sekolah maka pada penelitian ini, peneliti hanya
akan memfokuskan pada lingkungan sosial sekolah. Sekolah sangat berperan
dalam meningkatkan pola pikir peserta didik. Tinggi rendahnya pendidikan dan
jenis sekolah turut menentukan pola pikir serta kepribadian seorang peserta didik.
Hurlock dalam Yusuf (2009:54) mengemukakan pentingnya lingkungan
sekolah dalam perkembangan kepribadian seorang individu. Sekolah menjadi
tempat penentu dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku. Sekolah
berperan sebagai substitusi keluarga dan substitusi orang tua. Beberapa faktor
yang mengakibatkan sekolah dapat mempengaruhi pola pikir seorang anak adalah
karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah dan sekolah memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk meraih kesuksesan dan menilai dirinya
secara realistik.
Diantara orang-orang yang berinteraksi dengan peserta didik di sekolah,
peserta didik karena mempunyai intensitas interaksi paling banyak. Relasi antara
guru dan peserta didik terjadi ketika proses belajar. Yusuf (2009:56) berpendapat
keharmonisan hubungan antara guru dan peserta didik akan berpengaruh positif
terhadap kemajuan belajar peserta didik. Selaras dengan pendapat tersebut,
Slameto (2010:66) mengungkapkan bahwa ketertarikan seorang peserta didik
terhadap gurunya akan berpengaruh terhadap ketertarikannya pada mata pelajaran
yang diampu guru tersebut. Ini artinya peserta didik akan lebih berminat
mempelajari mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang disukai.
Selain sebagai seorang pengajar guru juga sebagai seorang pembimbing
dan motivator di kelas. Bimbingan dan motivasi yang diberikan oleh guru akan
mempengaruhi pola pikir dari peserta didik. Seorang guru yang mempunyai
hubungan harmonis dengan siswa dan sering memberi motivasi dan bimbingan
kepada peserta didik akan berpengaruh positif terhadap pola pikir, semangat dan
motivasi peserta didik untuk memperoleh kemajuan dalam belajar. Disisi lain
peserta didik yang mempunyai hubungan harmonis dengan gurunya dan telah
mendapatkan bimbingan serta motivasi dari guru akan mempunyai minat yang
lebih untuk mendalami mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Pendalaman mata pelajaran inilah yang menjadi cikal bakal munculnya minat
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Selain guru ada satu lagi yang berpengaruh besar terhadap seorang peserta
didik yaitu teman sekelas. Teman sekelas yang merupakan teman sebaya tidak
bisa ditinggalkan dari perkembangan pola pikir dan perilaku peserta didik.
ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam
kehidupannya. Teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja.
Teman sebaya akan berpengaruh besar dalam pengambilan pilihan kehidupan
seorang remaja. Masa remaja adalah masa mencari jati diri, oleh karena itu remaja
mempunyai kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya.
Disinilah letak pengaruh terbesar teman sebaya. Banyak pilihan yang diambil oleh
remaja ditentukan karena dia mengikuti atau dibujuk oleh temannya. Ketika
teman kelas mengajak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi maka peserta didik
tersebut juga akan punya kecenderungan yang besar untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi mengikuti temannya. Di sisi lain teman sebaya menjadi akses
informasi yang paling besar bagi seorang peserta didik. Banyak informasi yang
didapatkan oleh peserta didik berasal dari teman sekelasnya.
Lingkungan secara umum terbagi menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik (bangunan dan fasilitas) yang ada di sekolah.
Lingkungan sosial merupakan semua orang yang ada di sekolah yang
mempengaruhi peserta didik. Pihak-pihak yang berada di sekolah yang bisa
mempengaruhi peserta didik adalah guru, karyawan, kepala sekolah dan teman
sekelas. Pada penelitian ini, fokus penelitian hanya pada sisi lingkungan
sosialnya, dengan keyakinan bahwa lingkungan fisik tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap psikologi peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas da