• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

2.4. Konsep Lingkungan Sekolah

Hamalik (2009:5) mengatakan bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Lembaga pendidikan ini

memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan keluarga dan masyarakat yang memberikan pendidikan secara informal. Sekolah telah menyusun dan mengatur pola dan sistematika tertentu yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar berlangsung dan terarah pada pembentukan dan pengembangan peserta didik.

Lingkungan dapat diartikan sebagai segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio- kultural (Dalyono, 2007:129). Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi material jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Sedangkan secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain.

Menurut Sertain dalam Dalyono (2007:133), lingkungan dibagi menjadi tiga macam yaitu lingkungan alam, lingkungan dalam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam/ luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan manusia seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan lain sebagainya. Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Jaringan tubuh manusia merupakan salah satu dari lingkungan dalam. Lingkungan sosial adalah semua orang lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh yang kita terima dari lingkungan sosial bisa secara langsung maupun tidak langsung.

Baharuddin dan Wahyuni (2008:26) membagi lingkungan sekolah menjadi dua yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial/ lingkungan alam.

Lingkungan sosial sekolah berarti semua orang yang berada di sekolah yang mempengaruhi kita. Seorang dapat dipengaruhi oleh orang lain ketika orang tersebut berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu orang lain yang dapat mempengaruhi seorang peserta didik di sekolah adalah orang lain yang berinteraksi dengan peserta didik tersebut. Guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan dan teman sekelas adalah orang-orang yang berhubungan dengan peseta didik di sekolah. Lingkungan alam di sekolah adalah segala sesuatu yang bukan manusia yang ada di sekolah. Lingkungan alam ini berupa bangunan, sarana-prasarana, kondisi alam dan sebagainya. Mengingat begitu luasnya pembahasan tentang lingkungan sekolah maka pada penelitian ini, peneliti hanya akan memfokuskan pada lingkungan sosial sekolah. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir peserta didik. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolah turut menentukan pola pikir serta kepribadian seorang peserta didik.

Hurlock dalam Yusuf (2009:54) mengemukakan pentingnya lingkungan sekolah dalam perkembangan kepribadian seorang individu. Sekolah menjadi tempat penentu dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan substitusi orang tua. Beberapa faktor yang mengakibatkan sekolah dapat mempengaruhi pola pikir seorang anak adalah karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah dan sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meraih kesuksesan dan menilai dirinya secara realistik.

Diantara orang-orang yang berinteraksi dengan peserta didik di sekolah, guru dan teman sekelas mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pola pikir

peserta didik karena mempunyai intensitas interaksi paling banyak. Relasi antara guru dan peserta didik terjadi ketika proses belajar. Yusuf (2009:56) berpendapat keharmonisan hubungan antara guru dan peserta didik akan berpengaruh positif terhadap kemajuan belajar peserta didik. Selaras dengan pendapat tersebut, Slameto (2010:66) mengungkapkan bahwa ketertarikan seorang peserta didik terhadap gurunya akan berpengaruh terhadap ketertarikannya pada mata pelajaran yang diampu guru tersebut. Ini artinya peserta didik akan lebih berminat mempelajari mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang disukai.

Selain sebagai seorang pengajar guru juga sebagai seorang pembimbing dan motivator di kelas. Bimbingan dan motivasi yang diberikan oleh guru akan mempengaruhi pola pikir dari peserta didik. Seorang guru yang mempunyai hubungan harmonis dengan siswa dan sering memberi motivasi dan bimbingan kepada peserta didik akan berpengaruh positif terhadap pola pikir, semangat dan motivasi peserta didik untuk memperoleh kemajuan dalam belajar. Disisi lain peserta didik yang mempunyai hubungan harmonis dengan gurunya dan telah mendapatkan bimbingan serta motivasi dari guru akan mempunyai minat yang lebih untuk mendalami mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Pendalaman mata pelajaran inilah yang menjadi cikal bakal munculnya minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Selain guru ada satu lagi yang berpengaruh besar terhadap seorang peserta didik yaitu teman sekelas. Teman sekelas yang merupakan teman sebaya tidak bisa ditinggalkan dari perkembangan pola pikir dan perilaku peserta didik. Desmita (2009:219) menjelaskan bahwa perkembangan kehidupan sosial remaja

ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupannya. Teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Teman sebaya akan berpengaruh besar dalam pengambilan pilihan kehidupan seorang remaja. Masa remaja adalah masa mencari jati diri, oleh karena itu remaja mempunyai kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya. Disinilah letak pengaruh terbesar teman sebaya. Banyak pilihan yang diambil oleh remaja ditentukan karena dia mengikuti atau dibujuk oleh temannya. Ketika teman kelas mengajak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi maka peserta didik tersebut juga akan punya kecenderungan yang besar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi mengikuti temannya. Di sisi lain teman sebaya menjadi akses informasi yang paling besar bagi seorang peserta didik. Banyak informasi yang didapatkan oleh peserta didik berasal dari teman sekelasnya.

Lingkungan secara umum terbagi menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik (bangunan dan fasilitas) yang ada di sekolah. Lingkungan sosial merupakan semua orang yang ada di sekolah yang mempengaruhi peserta didik. Pihak-pihak yang berada di sekolah yang bisa mempengaruhi peserta didik adalah guru, karyawan, kepala sekolah dan teman sekelas. Pada penelitian ini, fokus penelitian hanya pada sisi lingkungan sosialnya, dengan keyakinan bahwa lingkungan fisik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap psikologi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan sekolah dalam hal ini lingkungan sosial sekolah mempunyai pengaruh yang positif terhadap minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur lingkungan sosial sekolah dapat dilihat dari hubungan peserta didik dengan guru, kepala sekolah, pegawai atau karyawan dan teman sebaya. Pengukuran indikator- indikator pada variabel lingkungan sekolah menggunakan metode angket. Adapun indikator yang dapat dijadikan untuk mengukur lingkungan sekolah menurut Dalyono (2007:131) adalah,

1. Interaksi antara peserta didik dengan guru

Interaksi ini meliputi pemberian informasi, dukungan, perhatian, dan motivasi dari guru terhadap peserta didik.

2. Interaksi antara peserta didik dengan kepala sekolah

Interaksi ini meliputi pemberian informasi dan fasilitas untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dari kepala sekolah terhadap peserta didik.

3. Interaksi antara peserta didik dengan karyawan sekolah

Interaksi ini meliputi pemberian informasi dan dukungan administrasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dari karyawan terhadap peserta didik.

4. Interaksi antara peserta didik dengan teman sekolah

Interaksi ini meliputi pemberian informasi, dukungan, perhatian, dan motivasi dari teman sekelas terhadap peserta didik.

Dokumen terkait