• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Nota Kesepahaman (MoU Helsinki) Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka Dalam Hukum Tata Negara di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan Nota Kesepahaman (MoU Helsinki) Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka Dalam Hukum Tata Negara di Indonesia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

5 2004.

Abdussalam, Politik Hukum, PTIK, Jakarta, 2011.

__________, Filsafat Hukum Perspektif Historis, PTIK, Jakarta, 2011.

Adan, Hasanuddin Yusuf, Aceh dan Inisiatif NKRI, Adnin Foundation Publisher, Banda Aceh, 2010.

Adji, Oemar Seno, Peradilan Bebas Negara Hukum, Airlangga, Jakarta, 1980.

Adolf, Huala, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Keni Media, Bandung, 2011.

Agusman, Damos Dumoli, Hukum P erjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktek di Indonesia, Aditama, Bandung, 2010.

Alfian, Teuku Ibrahim, Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah, Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, Banda Aceh, 1999.

Ali, Fachry, Kalla dan Perdamaian Aceh, LSPEU Indonesia, Jakarta, 2008.

Amin, S.M, Memahami Sejarah Konflik Aceh, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2014.

Amirin, Tatang M, Pokok-Pokok Teori Sistem, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1996.

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2006.

Aning, Floriberta, Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI, Media Pressindo, Yogyakarta, 2006.

Anwar, Chairul, Konstitusi dan Kelembagaan Negara, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 1999.

(2)

Arbas, Cakra, Jalan Terjal Calon Independen Pada Pemilukada di Provinsi Aceh, PT. Sofmedia, Jakarta, 2012.

Ashofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992.

Asshiddiqie, Jimly, P engantar Ilmu Hukum Tata Negara, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012.

______________, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

_______________, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.

_______________, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2008.

_______________, Perihal Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta, 2006.

Asshiddiqie, Jimly dan M. Ali Safa‟at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta, 2012.

Atmosudirjo, Prajudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.

Azhary, Muhammad Tahir, Negara Hukum: suatu studi tentang prinsip-prinsipnya, dilihat dari segi hukum Islam, implementasinya pada periode negara Madinah dan masa kini, Bulan Bintang, Jakarta, 1993.

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abada XVII dan XVIII Melacak Akar-akar P embaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1998.

Basyar, M. Hamdan, Aceh Baru: Tantangan Perdamaian dan Reintegrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

Bhakti, Ikrar Nusa, Beranda Perdamaian Aceh Tiga Tahun Pasca MoU Helsinki, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

(3)

Bardan, Tgk Ibrahim, Resolusi Konflik Dalam Islam, Aceh Istitute Press, Banda Aceh, 2008.

Bruggink, J.J.H, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.

Chaidar, Al, Gerakan Aceh Merdeka, Madani Press, Jakarta, 1999.

_________, Aceh Bersimbah Darah, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1998.

Chand, Hari, Modern Jurisprudence, International Law Book Service, Selangor-Malaysia, 2001.

Darmodiharjo, Darji dan Sidharta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008

Dekker, Nyoman, Hukum Tata Negara Republik Indonesia Suatu Pengantar, IKIP Malang, Malang, 1993.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, CV. Toha Putra, Semarang, 1996.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Depdikbud, Jakarta, 1977.

Diponolo, G.S, Ilmu Negara, Balai Pustaka, Jakarta, 1975.

Djalil, Munawar A, Hasan Tiro Berontak Antara Alasan Historis-Yuridis-dan Realitas Sosial, Adnin Foundation Publisher, Banda Aceh, 2009.

Djokosoetono, Kuliah Hukum Tata Negara, Ind-Hill-Co, Jakarta, 2006.

Djumala, Darmansyah, Soft Power Untuk Aceh Resolusi Konflik dan Politik Desentralisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013.

(4)

El-Ibrahimy, M. Nur, Tgk M. Daud Beure’euh Peranannya Dalam Pergolakan di Aceh, Gunung Agung, Jakarta, 1986.

Friedman W, Legal Theory, Columbia University Press, New York, 1967.

Friedman, Lawrence M, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, Tata Nusa, Jakarta, 2001.

__________________, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Nusa Media, Bandung, 2011.

Fuady, Munir, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana, Jakarta, 2013.

Gadjong, Agussalim Andi, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2007.

Gani, Yusra Habib Abdul, Self Government: Studi Perbandingan tentang Desain Administrasi Negara, Paramedia Press, Jakarta, 2009.

Gie, The Liang, Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1967.

Ginting, Budiman, Kenangan Purnabakti Prof. Dr. M. Solly Lubis, SH Refleksi Hukum dan Konstitusi di Era Reformasi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2002.

Gunawan, Restu, Indonesia Dalam Arus Sejarah Masa Pergerakan Kebangsaan, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2012.

Hadikusuma, Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 2010.

Hadjon, Philipus M, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsip, Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina Ilmu, Surabaya, 1987.

HAM, Komnas, Buku I Komnas, Laporan Tim Ad HOC Aceh, 2004.

(5)

Hamzah, Murizal, Hasan Tiro Jalan Panjang Menuju Damai Aceh, Bandar Publishing, Banda Aceh, 2014.

Hardi, Api Nasionalisme Cuplikan Pengalaman, Gunung Agung, Jakarta, 1983.

Hardjosoediro, Soejitno, Kronologi Pergerakan Kemerdekaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1979.

Hartono, C.F.G Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke 20, Alumni, Bandung, 2006.

Hartono, M. Dimyati, Problematik dan Solusi Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009.

Hasan, Husaini, Hasan Tiro The Unfinished Story Of Aceh, Bandar Publishing, Banda Aceh, 2010.

____________, Dari Rimba Aceh Ke Stockholm, Batavia Publishing, Jakarta, 2015.

Hasan, Teuku Moehammad, Gubernur Sumatera Dari Aceh Ke Pemersatu Bangsa, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 1999.

Hatta, Mohammad, Menuju Gerbang Kemerdekaan, Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2011.

_______________, Demokrasi Kita-Bebas Aktif-Ekonomi Masa Depan, UI Press, Jakarta, 2002.

HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani, P enerapan Teori Hukum Pada P enelitian Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.

Husain, Farid, To See The Unseen-Kisah Dibalik Damai Aceh, Health & Hospital Indonesia, Jakarta, 2007.

___________, To See The Unseen Scenes Behind The Aceh P eace Treaty, Health & Hospital Indonesia, Jakarta, 2007.

(6)

Ibrahim, Jhonny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2007.

Indra, Muhammad Ridhwan, Undang-Undang Dasar 1945 Sebagai Karya Manusia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1990.

Indrayana, Denny, Amandemen UUD 1945 Antara Mitos dan Pembongkaran, Mizan, Jakarta, 2008.

Indrati, Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan 1, Kanisius, Yogyakarta, 2007.

_________________, Ilmu Perundang-Undangan 2, Kanisius, Yogyakarta, 2007.

Insider, Aceh Sepintas Lalu, Archapada, Jakarta, 1950.

Ishak, Otto Syamsuddin, Aceh Paska Konflik Kontestasi 3 Varian Nasionalisme, Bandar Publishing, Banda Aceh, 2013.

Iwaichi, Fujiwara, Kikan Operasi Intelijen Tentara Jepang di Asia Tenggara Selama Perang Dunia ke II, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988.

Jakobi, Tgk. A.K, Aceh Daerah Modal, Pelita Persatuan, Jakarta, 1992.

______________, Aceh Dalam Perang Mempertaha nkan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998.

Jalil, Husni, Hukum Pemerintahan Daerah, Syiah Kuala University Press, Banda Aceh, 2008.

Jessup, Philip C, Pengantar Hukum Modern Antar Bangsa, Nuansa Cendekia, Bandung, 2012.

Jihad, Abu, Hasan Tiro dan Pergolakan Aceh, Aksara Centra, Jakarta, 2000.

Joeniarto, Selayang Pandang Tentang Sumber -Sumber Hukum Tata Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1991.

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, 2008.

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2013.

(7)

Kaloh, J, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

Kamelo, Tan, Pemikiran Guru Besar Universitas Sumatera Utara Dalam pembangunan Nasional, Dewan Guru Besar USU, Medan, 2012.

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, 2002.

___________, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.

Kansil, C.S.T dan Christine S.T. Kansil, Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2002.

Kartasapoetra, R.G, Sistematika Hukum Tata Negara, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987.

Kawilarang, Harry, Aceh Dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki, Bandar Publishing, Banda Aceh, 2010.

Kelsen, Hans, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2011.

___________, Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, Bandung, 2012.

Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.

Koesoemahatmaja, RDH, Pengantar ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1979.

Koswara, E, Otonomi Daerah: Untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat, Yayasan PARIBA, Jakarta, 2001.

Kranenburg, R, dan B. Sabaroedin, Ilmu Negara Umum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1975.

Kusnardi, Moh dan Harmaily Ibrahim, Penganta r Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Ilmu Hukum UI, Jakarta, 1988.

(8)

Kusumo, Sardono W, Aceh Kembali Ke Masa Depan, IKJ Press, Jakarta, 2005.

Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT. Sofmedia, Jakarta, 2012.

____________, Manajemen Strategis Pembangunan Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2011.

____________, Serba-serbi Politik dan Hukum, PT. Sofmedia, Medan, 2011.

____________, Paradigma Kebijakan Hukum P asca Reformasi, PT. Sofmedia, Jakarta, 2010.

____________, Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Mandar Maju, Bandung, 2009.

____________, Hukum Tata Negara, Mandar Maju, Bandung, 2008.

____________, Kebijakan Publik, Mandar Maju, Bandung, 2007.

____________, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung, 2007.

____________, Pergeseran Garis Politik dan Perundang-undangan Mengenai Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, 1983.

____________, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, 1978.

Mahfud M.D, Moh, Politik Hukum di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

_______________, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi, Rajawali Press, Jakarta, 2011.

_______________, Konstitusi Dan Hukum Dalam Kontroversi Isu, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.

Manan, Bagir, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 2001.

___________, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945, Unsika, Karawang, 1993.

(9)

Mansoer, Moh. Tolchah, Sumber Hukum dan Urutan Tertib Hukum Menurut Undang-Undang Dasar RI ’45, Binacipta, Bandung, 1979.

Marzuki, M. Laica, Berjalan-jalan di Ranah Hukum, Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.

Mauna, Boer, Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2005.

Mertokusumo, Sudikno, Teori Hukum, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2012.

___________________, Penemuan Hukum, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2010.

Mill, John Stuart, On Liberty-Perihal Kebebasan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1996.

Missbach, Antje, Politik Jarak Jauh Diaspora Aceh, Ombak, Yogyakarta, 2012.

Muslimin, Amrah, Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 1982.

Nasroen, M, Masalah-masalah Sekitar Otonomi Daerah, Wolters, Jakarta, 1951.

Nietzsche, Friedrich, Sabda Zarathustra, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.

Nonet, Philippe dan Philip Selznick, Hukum Responsif, Nusa Media, Bandung, 2011.

Nurdin, Abidin, Idealisme Politik Islam di Aceh, Lembaga Kajian Agama dan Sosial (LKAS), Banda Aceh, 2011.

Pane, Neta S, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka Solusi, Harapan, dan Impian, PT. Gramedia, Jakarta, 2001.

Panjaitan, Merphin, Logika Demokrasi Rakyat Mengendalikan Negara, Permata Aksara, Jakarta, 2011.

Pathiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung, 1990.

(10)

________________, Hukum Perjanjian Internasional Bagian I, Mandar Maju, Bandung, 2002.

Pemerintah Republik Indonesia Daerah Atjeh, Revolusi Desember ’45 di Atjeh Atau Pembasmian Pengkhianat Tanah Air, Ttt.

Permanasari, Arlina, Pengantar Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Sekretariat Jenderal MPR RI, Jakarta, 2012.

Polim, Teuku Mohammad Ali Panglima, Sumbangsih Aceh Bagi Republik, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996.

Ponto, Soleman B, TNI dan Perdamaian di Aceh, Rayyana Komunikasindo, Jakarta, 2013.

Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Prawiranegara, Syafruddin, Pemimpin Bangsa Dalam Pusaran Sejarah, Harian Republika, Jakarta, 2011.

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia, PT. Dian Rakyat, Jakarta, 1977.

Purbacaraka, Purnadi dan M. Chidir Ali, Disiplin Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990.

Putra, Lamkaruna, Perja lanan Panjang Aceh Menuju Islam Kaffah, Titian Ilmu Insani, Bekasi, 2001.

Radjab, Dasril, Hukum Tata Negara Indonesia, Rhineka Cipta, Jakarta, 1994.

Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1982.

Rahmany, Dyah, Matinya Bantaqiah Menguak Tragedi Beutong Ateuh, LSPP & Cordova, Jakarta, 2001.

(11)

Rasjidi, Lili, Monograf F ilsafat Ilmu Hukum, Bandung, 2005.

Rawls, John, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011.

Reid, Anthony, Sumatera Revolusi dan Elite Tradisional, Komunitas Bambu, Jakarta, 2012.

Rhiti, Hyronimus, Filsafat Hukum, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2011.

Riyanto, Astim, Teori Konstitusi, Yapemdo, Bandung, 2000.

Runawijaya, Usep, Hukum Tata Negara Indonesia; Dasar-dasarnya, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.

Saleh, Hasan, Mengapa Aceh Bergolak, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1992.

Salim HS, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding/MoU, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.

Salman, Otje dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, PT Refika Aditama, Bandung, 2010.

Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999.

Sefriani, Hukum Internasional, Rajawali Press, Jakarta, 2011.

Siahaan, Pataniari, Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD 1945, Konstitusi Press, Jakarta, 2012.

Sidharta, Bernard Arief, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2009.

__________________, Ilmu Hukum Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2013.

__________________, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2000.

(12)

_____________________, Revolusi di Serambi Mekkah, UI-Press, Jakarta, 1998.

_____________________, Integrasi Politik di Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1989.

Soehino, Bunga Rampai Hukum Tata Negara, BPFE, Yogyakarta, 2011.

_______, Politik Hukum di Indonesia, BPFE, Yogyakarta, 2010.

_______, Hukum Tata Negara Perkembangan Sistem Demokrasi di Indonesia, BPFE, Yogyakarta, 2010.

_______, Hukum Tata Negara Teknik Perundang-undangan, Liberty, Yogyakarta, 2008.

_______, Perkembangan Pemerintahan di Daerah, Liberty, Yogyakarta, 1980.

Soejito, Irawan, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994.

Strong, CF, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Nusa Media, Bandung, 2011.

Suhaidi, dkk, Spirit Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Sulaiman AB, Aceh Bakal Lepas, Yayasan Taman Iskandar Muda, Jakarta, 2005.

Sulaiman, M. Isa, Sejarah Aceh, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.

______________, Aceh Merdeka Ideologi, Kepemimpinan dan Gerakan, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2000.

Sumardjono, Maria S.W, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Sebuah Panduan Dasar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Sumantri, Sri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung, 2006.

(13)

Suny, Ismail, Bungai Rampai Tentang Aceh, Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 1980.

Suradinata, Ermaya, Kebijaksanaan Pembangunan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Ramadan, Bandung, 1993.

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1992.

Suryokusumo, Sumaryo, Studi Kasus Hukum Internasional, PT. Tatanusa, Jakarta, 2007.

___________________, Hukum Organisasi Internasional, UI-Press, Jakarta, 2010.

Suseno, Franz Magnis, Etika Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994.

Syarifin, Pipin dan Dedah Jubaedah, Ilmu P erundang-Undangan, Pustaka Setia, Bandung, 2012.

Syaukani, HR, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.

Syueb, Sudono, Dinamika Hukum P emerintahan Daerah, Laksbang Mediatama, Surabaya, 2008.

Tanya, Bernard L, dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2013.

___________________, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011.

Tasrif, S, Hukum Internasional Tentang Pengakuan Dalam Teori dan Praktik, Abardin, Jakarta, 1987.

Tempo, Daud Beureueh Pejuang Kemerdekaan Yang Berontak, Gramedia, Jakarta, 2011.

Thaib, Dahlan, Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945, Liberty, Yogyakarta, 1993.

(14)

Tiro, Hasan, Aceh Dimata Dunia, Bandar Publishing, Banda Aceh, 2013.

_________, Demokrasi Untuk Indonesia, Teplok Press, Jakarta, 1999.

Tresna, Bertamasya ke Taman Ketatanegaraan, Dibya, Bandung.

Usman, Abdullah Sani, Krisis Legitimasi Politik Dalam Sejarah Pemerintahan di Aceh, Puslitbang Lektur Keagamaan, Jakarta.

Utrecht, P engantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar Baru, Jakarta, 1990.

Veer, Paul Van „T, Perang Aceh Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje, Grafiti Press, Jakarta, 1985.

Vlies, I.C. Van Der, Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-Undangan, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2005.

Wheare, K.C, Modern Constitution, Pustaka Eureka, Surabaya, 2003.

__________, Konstitusi-Konstitusi Modern, Nusa Media, Bandung, 2011.

Widagdo, Setyo, Masalah-Masalah Hukum Internasional Publik, Bayumedia Publishing, Malang, 2008.

Widjanarko, Tulus dan Asep S. Sambodja, Aceh Merdeka Dalam Perdebatan, Citra Putra Bangsa, Jakarta, 1999.

Wignjosoebroto, Soetandyo, Pergeseran Paradigma Dalam Kajian-Kajian Sosial dan Hukum, Setara Press, Malang, 2013.

Wijaya, I. G. Ray Merancang Suatu Kontrak (Contract Drafting) Teori dan Praktik, Kasaint Blanc, Jakarta, 2003.

Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1960.

(15)

B.Disertasi

Hamidi, Jazim, Makna Dan Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung, 2005.

Hoessein, Bhenyamin, Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi Daerah Tingkat II, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Jalil, Husni, Eksistensi Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung, 2004.

Saidin, Transplantasi Hukum Asing Ke Dalam Undang-Undang Hak Cipta Nasional Dan Penerapannya Terhadap Perlindungan Karya Sinematografi, Disertasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013.

C.Jurnal

Arbas, Cakra, dkk, Independent Candidates of Regional-head election in Aceh, IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), January 2015, Volume 20, Issue 1, Ver. II.

Gusman, Delfina, Kedudukan TAP MPR Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang P emebentukan Peraturan Perundang-undangan, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 12 No. 3, September 2012.

Indrayana, Denny, Negara Hukum Pasca-Soeharto: Transisi Menuju Demokrasi vs Korupsi, Jurnal Konstitusi, Mahkamah Konstitusi RI Vol. 1 No. 1, Juli 2004.

Jaweng, Robert Endi, Kritik Terhadap Desentralisasi Asimetris di Indonesia, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 40, No. 2, Juni 2011.

Manan, Bagir, P enelitian di Bidang Hukum, Jurnal Pusat Penenlitian Perkembangan Hukum No. 1, Universitas Padjajaran, Bandung, 1999.

(16)

Suharizal, Kewenangan Pemerintah Aceh Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh-Potensi Sengketa Hubungan Pusat Daerah, Seumike-Jurnal Kajian Aceh, Volume 3, No.1, Banda Aceh, November 2007.

D.Seminar / Makalah

Djohan, Djohermansyah, Desentralisasi Asimetris dan Masa Depannya di Indonesia: Kasus Aceh dan Papua, Makalah dalam Seminar Nasional AIPI di Manado, 15 Agustus 2007.

Hoessein, Bhenyamin, Otonomi Daerah: Review Implementasi dan Prospek ke Depan, Makalah dalam Temu Refleksi Politik dan Pemerintahan Dalam Negeri Tahun 2003 dan Proyeksi Tahun 2004, diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri, di Sasana Bhakti Praja Departemen Dalam Negeri, Jakarta, tanggal 15 Januari 2004.

Kalla, Jusuf, Implementasi Model Aceh Sebagai Posibilitas Alternatif Terhadap Konflik di Sri Langka, Makalah, Sekretariat Wakil Presiden dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Yogyakarta, 10 Maret 2007.

Nasution, Faisal Akbar, Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum, Makalah, dilaksanakan dalam Seminar Kajian Sistem Ketatanegaraan, diselenggarakan oleh MPR dan USU pada tanggal 6 Mei 2013.

Rahardjo, Satjipto, Mengejar Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan (Teaching Order Finding Disorder), Universitas Diponegoro Semarang, 15 Desember 2000.

Syafruddin, Ateng, Pasang Surut Otonomi Daerah, Bandung: UNPAR-Orasi Diesnatalis, 1983.

(17)

E.Media Elektronik

Cakra Arbas, “Aceh dan MoU Helsinki”, http://cakraarbas. blogspot.com

/2013/08/aceh-dan-mou-helsinki.html, diakses pada tanggal 9 Februari

2014.

___________, “Bendera dan Lambang Aceh (Perkembangan Politik Hukum)”,

http://cakraarbas. blogspot.com/ 013/04/ bendera –dan –lambang –aceh

-perkembangan_208.html, diakses pada tanggal 9 Februari 2014.

Direktur SEFAS DESAK, “Komparasi Pemikiran David Easton dan Gabriel Almond Tentang Sistem Politik”,

http://sefasdesak.wordpress.com/teori-politik/komparasi- pemikiran- david- easton- dan- gabriel- almond.html,

diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

Faisal A. Rani, “Non Muslim Bisa Tunduk Pada Qanun”,

http://hukumonline.com/berita/baca/lt54893fea1712d/prof-faisal-a-rany--brnon-muslim-bisa-tunduk-pada-qanun, diakses pada tanggal 31 Maret

2015.

Gubernur Aceh, “Poin Penting MoU Belum Terwujud”, http:// jdih.acehprov. go.id/berita/artikel/262-gubernur- poin- penting- mou- belum- terwujud. html, diakses pada tanggal 22 Maret 2014.

Holan, “Gerakan Aceh Merdeka”, http://holan-hukum. blogspot.com /p/gerakan-aceh-merdeka -gam.html, diakses pada tanggal 11 Juli 2012.

Iqrak Sulhin, “MoU Helsinki dan Masa Depan Aceh”, http ://kriminologi1 .wordpress. com /2007/08/31/mou-helsinki-dan-masa-depan-aceh/, diakses pada tanggal 13 Maret 2012.

TNI, “Sejarah TNI”, http://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.

(18)

Wikipedia, “Abdurrahman Wahid”, http://id.wikipedia.org /wiki/Abdurrahman _Wahid, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.

________, “B.J Habibie”, http://id.wikipedia.org/wiki/B.J_Habibie, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.

________,“Konferensi Meja Bundar”, http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi _Meja_Bundar, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.

________,“Konflik”, http://id.m.wikipedia.org/wiki/konflik, diakses pada tanggal 1 Agustus 2014.

________,“KNIL”, http://id.m.wikipedia.org/wiki/KNIL, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.

________,“Sejarah TNI”, http://id.m.wikipedia. org/wiki /Sejarah_ Tentara_ Nasional_Indonesia, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.

________, “Seni”, http: //id. Wikipedia .org/wiki/Seni, diakses pada tanggal 9 Maret 2014.

http://lontar.ui.ac.id/opac/ui, diakses pada tanggal 17 Februari 2013.

http://etd.ugm.ac.id/index, diakses pada tanggal 17 Februari 2013.

http://pustaka.unpad.ac.id/archives, diakses pada tanggal 16 Januari 2014.

F. Media Cetak

Abdullah Saleh, “SBY Ingkar Janji”, (Serambi Indonesia, Selasa 1 Juli 2014).

Analisa, “Piliphina-MILF Tandatangani Perjanjian Damai”, (Analisa, Jumat 28 Maret 2014).

Cakra Arbas, “Apa Kabar Janji Untuk Aceh?”, (Waspada, Rabu 4 Februari 2015).

Dibalik Proses Perdamaian Aceh, (Kompas, 16 Agustus 2005).

(19)

Hamid Awaluddin, “soal perundingan itu: itu urusan Indonesia dengan Aceh”, (Media Indonesia, 23 Mei 2005).

Jusuf Kalla, “Wapres: Perundingan RI-GAM Amanat MPR”, (Kompas, 5 Juni 2005).

_________, “JK Janji Selesaikan RPP Turunan UUPA Akhir Tahun Ini”, (Serambi Indonesia, Senin 24 November 2014).

Ketua KPA Wilayah Pase, “Memperingati MoU Untuk Mengingat Jasa Perjuangan”, (Analisa, Selasa 19 Agustus 2014).

Kontra-Gerilya Cara Jusuf Kalla, (Gatra, 28 Januari 2005).

Maria Farida Indrati, “Apa Beda Keppres-Perpres-Inpres ?”, (Kompas, Kamis 14 Juli 2005).

Menteri Dalam Negeri, “Mendagri Sampaikan 13 Poin Klarifikasi Bendera Aceh”, (Serambi Indonesia, Kamis 4 April 2013).

_________________, “Inti Koreksian Mendagri Atas Qanun Wali Nanggroe”, (Serambi Indonesia, Senin 10 Juni 2013).

PBB Sambut Gembira Perjanjian Damai Aceh, (KCM, 19 Juli 2005).

Pemulihan Keamanan Tetap Dilakukan di Aceh, (Media Indonesia, 3 Maret 2005).

Penyelesaian GAM Tak Akan Diinternasionalkan, (Kompas, 7 Februari 2005).

Pimpinan Parpol, “Parpol Sepakat Akomodasi Mantan GAM Jadi Kepala Daerah di NAD”, (Suara Pembaruan, 7 Juli 2005).

Presiden Republik Indonesia, “Penyelesaian GAM Tak Akan Diinternasionalkan”, (Kompas, 7 Februari 2005).

_______________________, “Presiden: Jangan Khawatir Aceh Lepas”, (Kompas, 10 Agustus 2005).

(20)

Ryaas Rasyid, “Mestinya Legislator Aceh Yang Kawal Turunan UUPA”, (Serambi Indonesia, Kamis 3 Juli 2014).

Soal Perundingan: Itu Urusan Indonesia Dengan Aceh, (Media Indonesia, 23 Mei 2005).

Tjahyo Kumolo, “Tiga Menteri Diutus Antar Turunan UUPA ke Aceh”, (Serambi Indonesia, Sabtu 31 Januari 2015).

Zaini Abdullah, “Aceh Segera Terima Tiga Aturan Turunan UU-PA”, (Analisa, Senin 2 Februari 2015).

____________, “Aceh Akan Terima Perpres dan PP Pelaksana UUPA”, (Waspada, Senin 2 Februari 2015).

G.Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

TAP MPR No. VI/MPR/2002 tentang Hasil Pembahasan MPR RI terhadap Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA, pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2002.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1948 tentang Pembagian Sumatera Dalam Tiga Provinsi.

Undang-Undang Darurat Republik Indonesia No. 16 Tahun 1955 tentang Pengubahan peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Otonom Provinsi di Sumatera.

Undang-Undang No. 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara.

Undang-Undang No. 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keisitimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

(21)

Undang-Undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh

Undang-Undang No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Provinsi.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 1950.

Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2007 tentang Partai Politik Lokal di Aceh.

Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007 tentang Lambang Daerah

Inpres No. 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka.

Peraturan Wakil-Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah No.8/Des/WKPM Tahun 1949 tentang Pembentukan Provinsi Aceh

(22)

Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Daerah di Provinsi Aceh.

Qanun Aceh No. 8 Tahun 2012 tentang Wali Nanggroe

Keputusan KIP Aceh No. 1 Tahun 2003 tentang Penetapan Partai Politik Lokal Sebagai Peserta Pemilu Anggota DPRA dan DPRK Tahun 2014.

Nota Kesepahaman (MoU Helsinki) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, Finlandia, 2005.

H.Kamus

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012.

Echols, John M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 2000.

Garner, Bryan A, Black’s Law Dictionary – Ninth Edition, Thomson Business, USA, 2009.

Puspa, Yan Pradnya, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 2008.

Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991.

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Gitamedia Press, Surabaya, 2006.

(23)

Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan dan bermartabat bagi semua.

Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga pemerintahan rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam negara kesatuan dan konstitusi Republik Indonesia.

Para pihak sangat yakin bahwa hanya dengan penyelesaian damai atas konflik tersebut yang akan memungkinkan pembangunan kembali Aceh pasca Tsunami tanggal 26 Desember 2005 dapat mencapai kemajuan dan keberhasilan.

Para pihak yang terlibat dalam konflik bertekad untuk membangun rasa saling percaya.

Nota Kesepahaman ini memerinci isi persetujuan yang dicapai dan prinsip-prinsip yang akan memandu proses transformasi.

Untuk maksud ini Pemerintah RI dan GAM menyepakati hal-hal berikut:

1. Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh

1.1. Undang-undang tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh

1.1.1. Undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh akan diundangkan dan akan mulai berlaku sesegera mungkin dan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret 2006.

1.1.2. Undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh akan didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

(24)

b) Persetujuan-persetujuan internasional yang diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia yang terkait dengan hal ikhwal kepentingan khusus Aceh akan berlaku dengan konsultasi dan persetujuan legislatif Aceh.

c) Keputusan-keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang terkait dengan Aceh akan dilakukan dengan konsultasi dan persetujuan legislatif Aceh.

d) Kebijakan-kebijakan administratif yang diambil oleh Pemerintah Indonesia berkaitan dengan Aceh akan dilaksanakan dengan konsultasi dan persetujuan Kepala Pemerintah Aceh.

1.1.3. Nama Aceh dan gelar pejabat senior yang dipilih akan ditentukan oleh legislatif Aceh setelah pemilihan umum yang akan datang.

1.1.4. Perbatasan Aceh merujuk pada perbatasan 1 Juli 1956.

1.1.5. Aceh memiliki hak untuk menggunakan simbol-simbol wilayah termasuk bendera, lambang dan himne.

1.1.6. Kanun Aceh akan disusun kembali untuk Aceh dengan menghormati tradisi sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh serta mencerminkan kebutuhan hukum terkini Aceh.

1.1.7. Lembaga Wali Nanggroe akan dibentuk dengan segala perangkat upacara dan gelarnya.

1.2. Partisipasi Politik

1.2.1 Sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini, Pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi pembentukan partai-partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai politik lokal, Pemerintah RI, dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini yang tepat waktu akan memberi sumbangan positif bagi maksud tersebut.

1.2.2 Dengan penandatanganan Nota Kesepahaman ini, rakyat Aceh akan memiliki hak menentukan calon-calon untuk posisi semua pejabat yang dipilih untuk mengikuti pemilihan di Aceh pada bulan April 2006 dan selanjutnya.

(25)

Kepala Pemerintah Aceh dan pejabat terpilih lainnya pada bulan April 2006 serta untuk memilih anggota legislatif Aceh pada tahun 2009.

1.2.4 Sampai tahun 2009 legislatif (DPRD) Aceh tidak berkewenangan untuk mengesahkan peraturan perundang-undangan apapun tanpa persetujuan Kepala Pemerintah Aceh.

1.2.5 Semua penduduk Aceh akan diberikan kartu identitas baru yang biasa sebelum pemilihan pada bulan April 2006.

1.2.6 Partisipasi penuh semua orang Aceh dalam pemilihan lokal dan nasional, akan dijamin sesuai dengan Konstitusi Republik Indonesia.

1.2.7 Pemantau dari luar akan diundang untuk memantau pemilihan di Aceh. Pemilihan lokal bisa diselenggarakan dengan bantuan teknis dari luar.

1.2.8 Akan adanya transparansi penuh dalam dana kampanye.

1.3. Ekonomi

1.3.1. Aceh berhak memperoleh dana melalui hutang luar negeri. Aceh berhak untuk menetapkan tingkat suku bunga berbeda dengan yang ditetapkan oleh Bank Sentral Republik Indonesia (Bank Indonesia).

1.3.2. Aceh berhak menetapkan dan memungut pajak daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan internal yang resmi. Aceh berhak melakukan perdagangan dan bisnis secara internal dan internasional serta menarik investasi dan wisatawan asing secara langsung ke Aceh.

1.3.3. Aceh akan memiliki kewenangan atas sumber daya alam yang hidup di laut teritorial di sekitar Aceh.

1.3.4. Aceh berhak menguasai 70% hasil dari semua cadangan hidrokarbon dan sumber daya alam lainnya yang ada saat ini dan di masa mendatang di wilayah Aceh maupun laut teritorial sekitar Aceh.

1.3.5. Aceh melaksanakan pembangunan dan pengelolaan semua pelabuhan laut dan pelabuhan udara dalam wilayah Aceh.

(26)

1.3.7. Aceh akan menikmati akses langsung dan tanpa hambatan ke negara-negara asing, melalui laut dan udara.

1.3.8. Pemerintah RI bertekad untuk menciptakan transparansi dalam pengumpulan dan pengalokasian pendapatan antara Pemerintah Pusat dan Aceh dengan menyetujui auditor luar melakukan verifikasi atas kegiatan tersebut dan menyampaikan hasil-hasilnya kepada Kepala Pemerintah Aceh.

1.3.9. GAM akan mencalonkan wakil-wakilnya untuk berpartisipasi secara penuh pada semua tingkatan dalam komisi yang dibentuk untuk melaksanakan rekonstruksi pasca-Tsunami (BRR).

1.4. Peraturan Perundang-undangan

1.4.1. Pemisahan kekuasaan antara badan-badan legislatif, eksekutif dan yudikatif akan diakui.

1.4.2. Legislatif Aceh akan merumuskan kembali ketentuan hukum bagi Aceh berdasarkan prinsip-prinsip universal hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Hak-hak Sipil dan Politik dan mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

1.4.3. Suatu sistem peradilan yang tidak memihak dan independen, termasuk pengadilan tinggi, dibentuk di Aceh di dalam sistem peradilan Republik Indonesia.

1.4.4. Pengangkatan Kepala Kepolisian Aceh dan Kepala Kejaksaan Tinggi harus mendapatkan persetujuan Kepala Pemerintah Aceh. Penerimaan (rekruitmen) dan pelatihan anggota kepolisian organik dan penuntut umum akan dilakukan dengan berkonsultasi dan atas persetujuan Kepala Pemerintahan Aceh, sesuai dengan standar nasional yang berlaku.

1.4.5. Semua kejahatan sipil yang dilakukan oleh aparat militer di Aceh akan diadili pada pengadilan sipil di Aceh.

2. Hak Asasi Manusia

2.1. Pemerintah RI akan mematuhi Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Hak-hak Sipil dan Politik dan mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

(27)

2.3. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi akan dibentuk di Aceh oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Indonesia dengan tugas merumuskan dan menentukan upaya rekonsiliasi.

3. Amnesti dan reintegrasi ke dalam masyarakat

3.1. Amnesti

3.1.1. Pemerintah RI, sesuai dengan prosedur konstitusional, akan memberikan amnesti kepada semua orang yang telah terlibat dalam kegiatan GAM sesegera mungkin dan tidak lewat dari 15 hari sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini.

3.1.2. Narapidana dan tahanan politik yang ditahan akibat konflik akan dibebaskan tanpa syarat secepat mungkin dan selambat-lambatnya 15 hari sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini.

3.1.3. Kepala Misi Monitoring akan memutuskan kasus-kasus yang dipersengketakan sesuai dengan nasihat dari penasihat hukum Misi Monitoring.

3.1.4. Penggunaan senjata oleh personil GAM setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap Nota Kesepahaman dan hal itu akan membatalkan yang bersangkutan memperoleh amnesti.

3.2. Reintegrasi kedalam masyarakat

3.2.1. Sebagai warga negara Republik Indonesia, semua orang yang telah diberikan amnesti atau dibebaskan dari Lembaga Permasyarakatan atau tempat penahanan lainnya akan memperoleh semua hak-hak politik, ekonomi dan sosial serta hak untuk berpartisipasi secara bebas dalam proses politik baik di Aceh maupun pada tingkat nasional.

3.2.2. Orang-orang yang selama konflik telah menanggalkan kewarganegaraan Republik Indonesia berhak untuk mendapatkan kembali kewarganegaraan mereka.

(28)

yang telah memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak. Suatu Dana Reintegrasi di bawah kewenangan Pemerintah Aceh akan dibentuk.

3.2.4. Pemerintah RI akan mengalokasikan dana bagi rehabilitasi harta benda publik dan perorangan yang hancur atau rusak akibat konflik untuk dikelola oleh Pemerintah Aceh.

3.2.5. Pemerintah RI akan mengalokasikan tanah pertanian dan dana yang memadai kepada Pemerintah Aceh dengan tujuan untuk memperlancar reintegrasi mantan pasukan GAM ke dalam masyarakat dan kompensasi bagi tahanan politik dan kalangan sipil yang terkena dampak. Pemerintah Aceh akan memanfaatkan tanah dan dana sebagai berikut:

a) Semua mantan pasukan GAM akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila mereka tidak mampu bekerja.

b) Semua tahanan politik yang memperoleh amnesti akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja.

c) Semua rakyat sipil yang dapat menunjukkan kerugian yang jelas akibat konflik akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja.

3.2.6. Pemerintah Aceh dan Pemerintah RI akan membentuk Komisi Bersama Penyelesaian Klaim untuk menangani klaim-klaim yang tidak terselesaikan.

3.2.7. Pasukan GAM akan memiliki hak untuk memperoleh pekerjaan sebagai polisi dan tentara organik di Aceh tanpa diskriminasi dan sesuai dengan standar nasional.

4. Pengaturan Keamanan

4.1. Semua aksi kekerasan antara pihak-pihak akan berakhir selambat-lambatnya pada saat penandatanganan Nota Kesepahaman ini.

4.2. GAM melakukan demobilisasi atas semua 3000 pasukan militernya. Anggota GAM tidak akan memakai seragam maupun menunjukkan emblem atau simbol militer setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini.

(29)

4.4. Penyerahan persenjataan GAM akan dimulai pada tanggal 15 September 2005, yang akan dilaksanakan dalam empat tahap, dan diselesaikan pada tanggal 31 Desember 2005.

4.5. Pemerintah RI akan menarik semua elemen tentara dan polisi non-organik dari Aceh.

4.6. Relokasi tentara dan polisi non-organik akan dimulai pada tanggal 15 September 2005, dan akan dilaksanakan dalam empat tahap sejalan dengan penyerahan senjata GAM, segera setelah setiap tahap diperiksa oleh AMM, dan selesai pada tanggal 31 Desember 2005.

4.7. Jumlah tentara organik yang tetap berada di Aceh setelah relokasi adalah 14.700 orang. Jumlah kekuatan polisi organik yang tetap berada di Aceh setelah relokasi adalah 9.100 orang.

4.8. Tidak akan ada pergerakan besar-besaran tentara setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini. Semua pergerakan lebih dari sejumlah satu peleton perlu diberitahukan sebelumnya kepada Kepala Misi Monitoring.

4.9. Pemerintah RI melakukan pengumpulan semua senjata illegal, amunisi dan alat peledak yang dimiliki oleh setiap kelompok dan pihak-pihak illegal manapun.

4.10. Polisi organik akan bertanggung jawab untuk menjaga hukum dan ketertiban di Aceh.

4.11. Tentara akan bertanggung jawab menjaga pertahanan eksternal Aceh. Dalam keadaan waktu damai yang normal, hanya tentara organik yang akan berada di Aceh.

4.12. Anggota polisi organik Aceh akan memperoleh pelatihan khusus di Aceh dan di luar negeri dengan penekanan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia.

5. Pembentukan Misi Monitoring Aceh

5.1. Misi Monitoring Aceh (AMM) akan dibentuk oleh Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta dengan mandat memantau pelaksanaan komitmen para pihak dalam Nota Kesepahaman ini.

(30)

a) memantau demobilisasi GAM dan decomissioning persenjataannya. b) memantau relokasi tentara dan polisi non-organik.

c) memantau reintegrasi anggota-anggota GAM yang aktif ke dalam masyarakat.

d) memantau situasi hak asasi manusia dan memberikan bantuan dalam bidang ini.

e) memantau proses perubahan peraturan perundang-undangan. f) memutuskan kasus-kasus amnesti yang disengketakan.

g) menyelidiki dan memutuskan pengaduan dan tuduhan pelanggaran terhadap Nota Kesepahaman ini.

h) membentuk dan memelihara hubungan dan kerjasama yang baik dengan para pihak.

5.3. Status Persetujuan Misi (SoMA) antara Pemerintah RI dan Uni Eropa akan ditandatangani setelah Nota Kesepahaman ini ditandatangani. SoMA mendefinisikan status, hak-hak istimewa, dan kekebalan AMM dan anggota-anggotanya. Negara-negara ASEAN yang ikut serta yang telah diundang oleh Pemerintah RI akan menegaskan secara tertulis penerimaan dan kepatuhan mereka terhadap SoMA dimaksud.

5.4. Pemerintah RI akan memberikan semua dukungannya bagi pelaksanaan mandat AMM. Dalam kaitan ini, Pemerintah RI akan menulis surat kepada Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta dan menyatakan komitmen dan dukungannya kepada AMM.

5.5. GAM akan memberikan semua dukungannya bagi pelaksanaan mandat AMM. Dalam kaitan ini, GAM akan menulis surat kepada Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta menyatakan komitmen dan dukungannya kepada AMM.

5.6. Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi kerja yang aman, terjaga dan stabil bagi AMM dan menyatakan kerjasamanya secara penuh dengan AMM.

5.7. Tim monitoring memiliki kebebasan bergerak yang tidak terbatas di Aceh. Hanya tugas-tugas yang tercantum dalam rumusan Nota Kesepahaman ini yang akan diterima oleh AMM. Para pihak tidak memiliki veto atas tindakan atau kontrol terhadap kegiatan operasional AMM.

(31)

Pemerintah RI akan diberitahukan dan Pemerintah RI tidak akan bertanggung jawab atas keamanan patroli tersebut.

5.9. Pemerintah RI akan menyediakan tempat-tempat pengumpulan senjata dan mendukung tim-tim pengumpul senjata bergerak (mobile team) bekerjasama dengan GAM.

5.10. Penghancuran segera akan dilaksanakan setelah pengumpulan senjata dan amunisi. Proses ini akan sepenuhnya didokumentasikan dan dipublikasikan sebagaimana mestinya.

5.11. AMM melapor kepada Kepala Misi Monitoring yang akan memberikan laporan rutin kepada para pihak dan kepada pihak lainnya sebagaimana diperlukan, maupun kepada orang atau kantor yang ditunjuk di Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta.

5.12. Setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini setiap pihak akan menunjuk seorang wakil senior untuk menangani semua hal ihwal yang terkait dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dengan Kepala Misi Monitoring.

5.13. Para pihak bersepakat atas suatu pemberitahuan prosedur tanggungjawab kepada AMM, termasuk isu-isu militer dan rekonstruksi.

5.14. Pemerintah RI akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan berkaitan dengan pelayanan medis darurat dan perawatan di rumah sakit bagi personil AMM.

5.15. Untuk mendukung transparansi, Pemerintah RI akan mengizinkan akses penuh bagi perwakilan media nasional dan internasional ke Aceh.

6. Penyelesaian perselisihan

6.1. Jika terjadi perselisihan berkaitan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, maka akan segera diselesaikan dengan cara berikut:

a) Sebagai suatu aturan, perselisihan yang terjadi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan oleh Kepala Misi Monitoring, melalui musyawarah dengan para pihak dan semua pihak memberikan informasi yang dibutuhkan secepatnya. Kepala Misi Monitoring akan mengambil keputusan yang akan mengikat para pihak.

Referensi

Dokumen terkait

12 Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor BPMP 26 jenis komponen instalasi listrik/ penerangan bangunan kantor 0,00 1 fi 7Qn nnn no

Model peer teaching yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah pola pembelajaran antar sesama siswa, dimana memanfaatkan anak yang dianggap mempunyai tingkat

Sehingga dilakukan tugas akhir dengan judul "Perancangan Aplikasi Chat Translator Berbasis Desktop Untuk Komunikasi Dua Bahasa Dalam Jaringan Komputer"yang

Pilih Section A/ B ( sesuai dengan letak MLE Card ) f. mini Vidas akan membaca MLE Card secara otomatis g. Setelah selesai pembacaan, tekan Master Lot Menu h. Pilih List Master Lot6.

Buku panduan pemanfaatan dan pengembangan sudut baca kelas dan area baca sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dasar ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan

Pada hakikatnya pesan moral yang terkandung dalam karya sastra lebih memberat pada sifat kodrati manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat,

Apa yang telah nyata datangnya dari perintah Rasulullah, mesti diterima dan diamalkan. Tetapi tidak dilarang mengemukakan pendapat bila pada keterangan Hadis itu terdapat semacam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengelolaan koperasi pelajar terhadap pembentukan jiwa wirausaha santri dan kegiatan apakah yang paling