• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Bisnis Kelas Perusahaan Kepiting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rencana Bisnis Kelas Perusahaan Kepiting"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Bisnis (Kelas Perusahaan

Kepiting)

(2)

KATA PENGANTAR

Kepiting “soka” Bakau (Scylla serrata) merupakan komoditas penting di sektor usaha budidaya perikanan dan merupakan salah satu produk yang dikembangkan di KPH-TBS sebagai komoditas khas. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka diperlukan penyususnan bisnis plan yang lengkap. Tujuan penyususnan bisnis plan ini adalah untuk memberikan informasi yang akurat tentang prospek bisnis kepiting soka kepada para pihak, terutama investor.

Tim KPH-TBS mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya bisnis plan buaya ini yaitu: 1. Rektor Instiper yang telah memberikan fasilitas

2. Dekan Fakultas Kehutanan Instiper yang telah memberikan fasilitas

3. Bapak Dr. Ir. Agus Setyarsoyang telah memberikan pengarahan, dorongan, dan bimbingan sehingga bisnis paln ini dapat tersusun.

4. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan sehingga bisnis plan ini dapat tersusun.

Penulis berharap semoga dokumen bisnis plan ini memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang ingin berinvestasi pada bisnis kepiting soka.

Yogyakarta 19 Desember 2014

Tim KPH

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengentar... i

Daftar Isi ... ii

Executive Summary ... iii

I. Sistem Organisasi ... 1

I.1 Pernyataan Misi Bisnis... 1

I.2 Status Organisasi Sekarang... 1

I.3 Sejarah Organisasi... 1

I.4 Tim Manajemen Untuk Kelas Perusahaan... 2

II. Rencana Pemasaran ... 4

2.1 Penentuan Harga... 4

2.2 Manajemen Permintaan... 5

2.3 DistriBusi Pemasaran... 5

2.4 Promosi dan Pengelolaan Branding... 6

III. Rencana Operasional... 7

3.1 Riset dan Pengembangan... 7

3.2 Produksi dan Alokasi... 8

3.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi... 17

3.4 Rencana SDM... 18

IV. Rencana Finansial... 20

V. Analisis Resiko... 24

VI. Mekanisme Pengmbilan Keputusan... 25

6.1 Mekanisme Pengambilan Keputusan... 25

(4)

EXECUTIVE SUMMARY

Kepiting memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak dimanfaatkan sebagai makanan restoran baik di dalam maupun di luar negeri. Meskipun kepiting mengandung kolesterol, namun kalau kandungan lemak jenuhnya cukup rendah dan merupakan sumber niacin, folate, proteinvitamin B12, selemium dan potassium. Salah satu jenis kepiting adalah kepiting soka.

Kepiting soka merupakan kepiting cangkang lunak yang berasal dari kepiting bakau dengan metode tertentu yang di panen pada saat pergantian kulit sehingga cangkangnya menjadi lunak dan dapat di konsumsi dengan mudah secara utuh. Habitat kepiting soka meliputi seluruh wilayah hutan bakau dan daerah estuaria. Pengembangan budidaya kepiting soka diharapkan dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat yang pada umumnya bekerja sabagai nelayan dan petani laut.

Kabupaten pelalawan saat ini mempunyai mangrove yang cukup luas sepanjang pantainya. Mangrove berfungsi untuk mencegah abrasi air laut, hutan mangrove juga berpotensi sebagai lahan budidaya kepiting soka.

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa payback period dicapai pada bulan kelima dari pengusahaan. Perhitungan Net Present Value diperoleh nilai sebesar Rp2.148.095.000,-. Ini menunjukkan bahwa investasi kepiting layak untuk diusahakan. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode IRR menghasilkan angka 29,85%, berarti investasi kepiting layak untuk diusahakan. Gross B/C dihitung dengan membandingkan Gross Benefit dengan Gross Cost diperoleh nilai sebesar 1,30. Nilai ini lebih besar dari satu, berarti investasi kepiting layak untuk diusahakan.

(5)

BAB I. SISTEM ORGANISASI

1.1. Pernyataan Misi Bisnis

Misi bisnis budidaya kepiting soka adalah “kepiting soka bersertifikat ekolabel”. Perusahaan harus mempunyai daya saing dengan menghasikan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Perusahaan ini diharapkan juga memberikan manfaat yang signifikan dalam memberikan tambahan pendapatan masyarakat. Misi itu mendorong perusahaan untuk melakukan aktifitas usahanya dengan melibatkan banyak masyarakat.

Berdasarkan pemetaan potensi yang ada, usaha kepiting soka akan dikembangkan di pulau mendolyang dipandang strategis. Keberadaan perusahaan di wilayah tersebut dibangun dengan model kemitraan bersama masyarakat. Pada tahap awal keterlibatan masyarakat berupa pengumpulan kepiting bakau dalam size tertentu(6-8) yang hasil pengumpulannya dibeli oleh perusahaan. Dengan model kemitraan ini diharapkan akan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam hayati asli indonesia, sekaligus dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Dalam perspektif lain, kegiatan ini akan berdampak terhadap pelestarian hutan mangrove sebagai ekosistem kepiting bakau. Kemungkinan masih belum besar, kemudian berjalannya waktu akan ditingkatkan menjadi lebih besar.

1.2. Status Organisasi Sekarang

Kelas perusahaan kepiting soka merupakan usaha baru yang akan dirintis oleh KPH TBS pekanbaru. Merupakan bisnis yang bersifat modern, dengan produk khas, unik, dengan pasar yang sangat luas baik untuk konsumen lokal maupun ekspor. Melihat pangsa pasar yang masih sangat luas dan kepiting termasuk bahan makanan mewah dengan harga yang cukup mahal, maka keuntungan yang didapat perusahaan juga akan besar.

Untuk menjalankan bisnis kelas perusahaan kepiting soka dilakukan oleh tenaga profesional dengan keahlian dan skill yang khusus. Sampai saat ini belum dapat dipenuhi dari tenaga yang langsung diambil dari KPH. Untuk memenuhi tenaga kerja yang kompeten tersebut harus dilakukan rekruitmen dengan kompetensi yang diperlukan. Untuk tahap awal tenaga yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Manager kelas perusahaan kepiting soka sebanyak 1 orang

2. Tenaga pemasaran (untuk tahap awal tenaga pemasaran dirangkap oleh manager)

3. Tenaga teknik budidaya kepiting soka sebanyak 1 orang. Untuk tenaga ini dapat direkrut tenaga yang profesional. 4. Tenaga keamana 1 orang. Dapat diambil dari tenaga kerja yang ada di KPH TBS

5. Tenaga kasar(sesuai dengan kebutuhan) dipenuhi dari tenaga lokal 1.3. Sejarah Organisasi

KPH Model Tasik Besar Serkap ditetapkan oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 21 September 2010, yang mencakup wilayah semenanjung kampar. Pembentukan KPH TBS merupakan salah satu implementasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan membentuk suatu unit pengelolaan hutan ditingkat tapak. Kebijakan pembentukan KPH ini tertuang dalam Undang-Undang Kehutanan No 41 Tahun 1999 dalam pasal 17 ayat 1 diuraikan bahwa pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan untuk tingakat provinsi, kabupaten/kota dan unit pengelolaan (kesatuan pengelolaan hutan). KPHP Model TBS dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No 509/MENHUT-VII/2010 pada tanggal 21 September 2010.

Sebagi sebuah institusi pengelola tingkat tapak dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan, maka KPHP Model TBS harus mempunyai rencana pengelolaan yang merupakan roh penggerak seluruh kegiatan untuk mengarahkan pada pencapaian tujuan dari pengelolaan hutan yang telah ditetapkan. Rencana pengelolaan hutan (RPH) tersebut dapat berupa rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan hutan jangka pendek yang merupakan sebuah dokumen rencana pengelolaan hutan dan dibuat berdasarkan hasil kegiatan tata hutan.

(6)

kehutanan. Program yang harus dilakukan adalah memberikan pengertian dan pemahaman terhadap staff baru yang berasal dari dinas tersebut untuk segera dapat beradaptasi dengan lingkungan baru yang sama sekali berbeda. Untuk mempercepat adaptasi, dapat dilakukan program pelatihan baik mengenai kewirausahaan, bisnis dan motivasi untuk perubahan. Motivasi pentingnya perubahan, dan bagaimana cara melakukan perubahan. Oleh karenanya KPH harus mempunyai semacam lembaga “learning development” yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran kualitas SDM di KPH.

1.4. Tim Manajemen untuk Kelas Perusahaan

Keorganisasian kelas perusahaan budidaya kepiting soka dibentuk dengan ramping dan efisien, sesuai dengan kebutuhan. Organisasi ini akan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan perusahaan. Berikut ini disampaikan bagan organisasi perusahaan budidaya kepiting soka KPH TBS.

Organisasi perusahaan kepiting soka sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur organisasi kelas perusahaan kepiting soka KPH-TBS

Unit bisnis kepiting soka dipimpin oleh seorang manager yang langsung dibawah KKPH. Manager kepiting soka dibantu oleh 3 asisten yaitu asisten produksi, asisten pemasaran dan asisten pemberdayaan pada masyarakat. Asisten pemberdayaan masyarakat akan membawahi plasma kepiting soka. Dalam melakukan kegiatan operasionalisasi perusahaan manager KP kepiting soka merangkap sebagai asisten pemasaran. Kebijakan perusahaan harus selalu dikoordinasikan dengan kepala KPH dan seksi produksi dan jasa KPH. Bagian keamanan akan ditangani langsung oleh kepala resort KPH (Resort KPH Pelalawan).

KKPH

Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Seksi

Rehabilitasi dan

Perlindungan Hutan

Seksi Perencanaan

Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan

Manager Bisnis Kelas Perusahaan Buaya

Produksi Pemasaran Pemberdayaan

Masyarakat

(7)

Tanggung jawab pemberdayaan masyarakat). Tupoksi masing-masing akan disampaikan kemudian. Untuk tahap awal keorganisasian dibuat seramping mungkin, agar lebih efisien, fleksibel, dan dinamis. Bahkan manager masih merangkap sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Demikian juga tenaga keamanan tidak hanya mengurusi keamanan saja, namun juga dilibatkan untuk membantu operasianal produksi.

(8)

BAB II. RENCANA PEMASARAN

Kepiting merupakan salah satu komoditas ekspor yang prospektif dan semakin diminati oleh pasar dunia. Data kementrian kelautan dan perikanan mencatat setiap tahunnya nilai ekspor kepiting mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 menempati urutan ketiga setelah udang dan tuna yaitu sejumlah 21.510 ton dengan nilai 170 juta dolar AS. Sedangkan untuk tahun 2011 nilai ekspor kepiting dan rajungan mencapai 250 juta dolar AS atau mengalami kenaikan 10-20 persen.

Sampai dengan saat ini indonesia merupakan negara pengekspor kepiting terbesar di dunia. Kebutuhan kepiting internasional seperti amerika dan china didatangkan dari indonesia. Pada semester satu tahun 2013 , ekspor kepiting dan produk olahannya mencapai 19.786 ton. Volume ekspor ini meningkat 25,76% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 15,733 ton. Adapun nilai ekspor kepiting tercatat pada tahun 2012 US$ 183,7 juta pada semster satu atau setara Rp 2,09 triliun, menjadi US$ 198,0 juta (Rp 2,25 triliun) naik 7,82% pada semester 1 tahun 2013. Amerika serikat menjadi pasar ekspor kepiting terbesar dengan volume ekspor 5.711 ton senilai US$ 104,7 juta atau 1,193 triliun.

Tujuan ekspor kepiting bukan hanya Amerika tetapi juga China, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan sejumlah negara di kawasan Eropa. Jumlah permintaan tersebut belum dapat terpenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan minimnya produksi dari hasil budidaya.

Habitat kepiting soka meliputi seluruh wilayah hutan bakau dan daerah Estuaria. Pengembangan budidaya kepiting soka diharapkan dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat yang pada umumnya bekerja sebagai nelayan dan petani laut. Kabupaten pelalawan saat ini mempunyai mangrove yang cukup luas di sepanjang pantainya. Mangrove berfungsi untuk mencegah abrasi air laut, hutan mangrove juga berpotensi sebagai lahan budidaya kepiting soka.

Dalam budidaya kepitig soka perlu dilakukan sistem khusus. Sebelumnya perlu dilakukan penyuluhan tentang teknik budidaya kepiting soka kepada warga masyarakat sasaran agar mendapatkan hasil yang maksimal. Masyarakat sebagai central dalam pengembangan budidaya kepiting soka ini, pada awalnya diarahkan tentang cara pelestarian mangrove di kawasan pantai. Sementara itu di kawasan yang telah tertanami mangrove tepatnya di wilayah yang berdekatan dengan pantai dapat langsung dilakukan budidaya kepiting soka oleh warga sekitar.

Produksi kepiting bakau bila dikelola dengan baik akan memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat sekitar secara berkelanjutan. Peningkatan produksi harus diimbangi dengan kegiatan konservasi sehingga tidak merusak lingkungan dan pemanfaatannya dapat berlangsung secara berkelanjutan. Pemasaran kepiting soka dapat dilakukan pada pasar local di wilayah Pekanbaru dan Batam yang mempunyai banyak hotel dan restorant. Dalam pengembangannya dapat dilakukan ekspor sampai Singapura dan Malaysia.

2.1.Penentuan Harga

Harga merupakan nominal angka dalam mata uang tertentu. Harga merupakan sesuatu yang harus dibayarkan oleh konsumen atas suatu produk tertentu dengan nilai (value) tertentu dalam rangka pemenuhan kebutuhan (needs) atau keinginan (wants) untuk mencapai kepuasan (satisfy). Harga ini ada sebagai pengganti biaya tetap dan variabel pada biaya produksi.

Strategi penentuan harga bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, merebut pangsa pasar, menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta Return Of Investment (ROL). Penentuan harga ini sangat penting karena dapat mempengaruhi laba rugi perusahaan dan mempengaruhi pencitraan dari produk yang dijual tersebut.

Penetapan harga jual dari hasil produksi pada dasarnya dihitung dengan cara menjumlahkan biaya produksi atau harga pokok pembelian barang per unit serta beban biaya tetap per unit dan menentukan besarnya jumlah keuntungan yang diinginkan (Ibrahim 2003). Rumus penetapan harga adalah sebagai berikut

harga jual=biaya produksi per unit

1−margin/100 (sumber : ibrahim 2003)

harga kepiting soka di pasaran lokal sekitar Rp 100.000,- hingga Rp perkilogram, untuk luar daerah mencapai Rp 150.000,-sampai Rp 175.000,- perkilogram. Permintaan kepiting sangat besar di pasar internasional dan pasokannya terbatas maka harga jualnya tinggi.

(9)

2.2.Manajemen Permintaan

Potensi kepiting di provinsi Riau khususnya kabupaten pelalawan cukup besar. Walaupun belum ada data atau informasi tentang potensi umum dari hasil pengamatan lapangan dan wawancara dengan masyarakat sudah menunjukkan bahwa ketersediaan kepiting bakau sebagai salah satu potensi perikanan pesisir cukup bisa diandalkan. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan hidup (habitat) yang berupa hutan mangrove yang cukup luas.

Kepiting bakau atau yang dikenal dengan nama Scylla serrata merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang memiliki nilai ekonomis dan mengandung gizi yang tinggi bagi kesehatan pertumbuhan. Hal ini menyebabkan permintaan pasar terhadap kepiting bakau di pasaran terus meningkat dari waktu ke waktu.

Kepiting bakau banyak diminati oleh masyarakat lokal maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Kepiting bakau merupakan satu diantara komoditas laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasaran dunia. Komoditas kepiting bakau sangat digemari konsumen luar negeri dan menjadi salah satu makanan bergengsi.

Kepiting soka mempunyai peluang bisnis yang menjanjikan, karena di pasaran harga kepiting soka mencapai 3-4 kali lipat dibandingkan harga kepiting biasa. Kepiting menjadi masakan yang banyak diminati oleh konsumen terutama yang ada di kota besar seperti Jakarta. Setiap restoran menetapkan harga yang berbeda-beda. Di sebuah restoran di Jakarta, kepiting soka seharga Rp 45.000 per porsi sementara kepiting biasa seharga Rp 17.000 per porsi. Beberapa restoran yang menyediakan masakan kepiting diantaranya adalah Courtuard, Thai Express, Dapur Babah Elite, Sarang Kepiting, Hasil Laut, Santai 1001, Dan Rasane.

Harga jual kepiting soka ini cukup mahal dan akan terus meningkat disebabkan oleh cangkang kepiting yang lunak akan memudahkan penggemar menyantapnya. Sementara kepiting soka dalam menyantapnya tidak perlu sulit-sulit, langsung bisa disantap karena sangat lembut. Permintaan kepiting soka ini tidak hanya pada pasaran domestik namun juga dibutuhkan di pasar internasional. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor adalah USA, Jepang, dan Eropa. Dari tahun ke tahun, nilai ekspor kepiting cenderung mengalami kenaikan. Nilai ekspor kepiting disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1. Nilai ekspor kepiting indonesia periode tahun 2004-2008 n

Pemasaran (penjualan) kepiting bakau dapat diartikan sebagai kegiatan manusia untuk mengalihkan kepiting bakau kepada pihak pembeli atau konsumen. Untuk proses penjualan kepiting bakau dari produsen (nelayan dan petani tambak) ke konsumen biasanya melibatkan lembaga-lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga atau badan-badan yang menyelenggarakan fungsi kegiatan atau fungsi tata niaga yang mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai ke pihak konsumen. Menurut Swastha (1993), saluran distribusi atau saluran pemasaran untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen (penjual atau lembaga pemasaran) sampai ke konsumen. Penjualan kepiting bakau melibatkan fungsi-fungsi pemasaran antara lain : (1) fungsi pertukaran kepiting baik pembelian maupun penjualan kembali, (2) fungsi penyediaan fisik seperti pengangkutan dan penyimpanan kepiting bakau, dan (3) fungsi penunjang yang meliputi keperluan pembelanjaan dan stok kepiting bakau produsen untuk penjualan, penanggungan resiko terhadap kerusakan kepiting selama distribusi dan penyimpanan, standar kualitas mutu dan ukuran kepiting, serta informasi kebutuhan pasar maupun konsumen terhadap kepiting.

Lembaga-lembaga atau individu pemasaran dalam saluran pemasaran kepiting bakau bertugas untuk melaksanakan aktifitas pemindahan sehingga dapat meningkatkan kegunaan. Peningkatan kegunaan ini yang memungkinkan penjualan menjadi produktif. Untuk penyaluran kepiting bakau, lembaga-lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran adalah produsen, pedagang perantara dan konsumen akhir. Saluran pemasaran dapat berbentuk rantai pendek dan berbentuk rantai panjang.

(10)

Saluran pemasaran dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasi-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan pemasaran.

Saluran pemasaran kepiting bakau dapat berupa hubungan langsung antara produsen dan konsumen, dapat pula melalui beberapa saluran. Menurut swastha (1993), ada 5 alternatif saluran pemasaran yang dapat dipilih, yaitu :

1. Produsen <> konsumen

2. Produsen <> pengecer <> konsumen

3. Produsen <> pedagang <> pengecer <> konsumen 4. Produsen <> agen <> pengecer <> konsumen

5. Produsen <> agen <> pedagang besar <> pengecer <> konsumen

Pendek atau panjangnya saluran pemasaran akan menyebabkan perbedaan dalam harga jual. Pada saluran yang lebih panjang, harga jual akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga jual komoditi yang sama pada saluran pemasaran yang lebih pendek. Kondisi inilah yang menyebabkan masih rendahnya efisiensi pemasaran kepiting bakau. Menurut Mubyarto (1995), suatu sistem pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam semua kegiatan produksi dan pemasaran tersebut.

Produk kepiting yang dihasilkan dapat di pasarkan ke kota-kota besar seperti Pekanbaru, Batam, Jakarta, Medan, bahkan bisa didistribusikan sampai ke luar negeri dengan ekspor.

2.4.Promosi dan Pengelolaan Branding

Strategi dalam meningkatkan penjualan merupakan salah satu upaya di dalam mencari terobosan dan solusi untuk keberlanjutan usaha yang dilakukan oleh para pemasar yang menjual produknya. Strategi pemasaran dan promosi adalah kegiatan yang dapat saling menunjang untuk keberhasilan pemasaran. Tujuan dilaksanakan promosi adalah : (a) unuk memperkenalkan produk kepada konsumen, (b) memberikan daya tarik kepada konsumen untuk membeli produk yang di pasarkan. Promosi dapat dilakukan secara langsung seperti, pameran, tatap muka, maupun secara tidak langsung melalui media masa seperti : koran, majalah, TV, radio, brosur, dan internet dengan pembuatan web site yang menyajikan katalog dan keunggulan/kekhasan produk.

Salah satu strategi pemasaran yang sangat prestisius dan sangat efektif adalah dengan menciptakan brand. Keuntungan melakukan branding produk selain sebagai pengenalan identitas produk, brand juga akan menumbuhkan loyalitas konsumen. Biasanya bila seseorang sudah cocok dan akrab dengan satu brand , dia tidak mudah berpaling pada produk lain. Selain itu brand juga sering dianggap sebagai identitas dirinya. Namun, kecocokan tak hanya dari nama, tetapi juga kualitas produk, pelayanan yang memuaskan, dan harga yang reasonable. Semakin banyak konsumen yang merasa puas denga kualitas produk, maka semakin tinggi nilai jual suatu brand.

Branding yang dibangun dalam bisnis ini adalah kepiting ekolabeling, yang dikelola dengan melibatkan masyarakat lokal, dilakukan untuk mendukung kelestarian ekosistem mangrove. Produk kepiting yang dikembangkan dari hutan mangrove ini diharapkan akan mempunyai “ value proposition” tinggi di konsumen, karena dapat mengurangi tekanan terhadap kerusakan hutan mangrove. Sedangkan brand yang di bangun adalah “ mendol soft crab”.

(11)

BAB III. RENCANA OPERASIONAL

3.1.Riset dan Pengembangan

Kepiting soka adalah nama lain dari kepiting cangkang lunak. Lunaknya cangkang yang dimiliki kepiting ini bukan karena jenis kepitingnya, namun lunaknya cangkang kepiting disebabkan kepiting baru melewati tahap ganti kulit (molting). Jadi cangkang kepiting yang keras ditanggalkan dan muncul cangkang baru yang masih lunak. Cangkang baru yang lunak ini juga akan mengeras beberapa saat setelah terjadi molting.

Terdapat beberapa species kepiting yang ada di dunia ini. Ada yang berdiam dilingkungan air tawar, bakau, dan laut. Adapun jenis yang berpotensi besar untuk dibudidayakan adalah kepiting bakau dan rajungan. Terdapat empat jenis kepiting bakau yang ditemui di indonesia yaitu Kepiting Bakau Merah (Scylla alivacea) atau Red/Orange/Mud Crab, Kepiting Bakau Hijau (S.serrata) atau Giant Mud Crab karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg/ekor, Kepiting Bakau Ungu (S. tranquebarica) juga dapat mencapai ukuran besar, dan Kepiting Bakau Putih (S. paramamosain). Semua jenis kepiting bakau tersebut berpotensi untuk dijadikan produk kepiting soka. Kepiting bakau ungu, kepiting bakau hijau, dan kepiting bakau putih sangat baik dijadikan sebagai produk kepiting soka.

Hingga saat ini, belum banyak pembudidaya yang serius menangani budidaya kepiting. Budidaya lebih banyak dilakukan masyarakat untuk menggemukkan kepiting tangkapan yang masih kecil atau kurus. Pembudidaya yang serius untuk memenuhi kebutuhan pasar belum banyak bermunculan. Oleh karena itu budidaya kepiting cangkang lunak menjadi alternatif bisnis dibidang perikanan yang sangat menjanjikan. Adapun kepiting soka sudah menjadi salah satu produk budidaya kepiting di luar negeri. Oleh karenanya sebagai negeri yang banyak memiliki daerah pantai, indonesia berpeluang besar untuk memasok kebutuhan masyarakat dunia terhadap produk budidaya kepiting soka tersebut.

Jenis kepiting yang ditemukan di indonesia adalah :

1. Kepiting Rawa (kepiting lawo),kepiting ini mempunyai bentuk badan agak besar, bundar dan tebal. Tubuhnya mempunyai perisai tebal dan berwarna kecoklat-coklatan. Kepiting rawa banyak dijumpai hidup di tepi pantai yang tanahnya agak berlumpur. Tempat yang paling disukainya adalah tepi pantai yang memiliki tumbuh-tumbuhan rawa seperti hutan bakau. Kepiting ini banyak dijumpai di daerah sawah pasang surut atau di sawah-sawah yang berdekatan dengan hutan bakau. Kepiting rawa agak sulit untuk ditangkap sebab sering bersembunyi di dalam tanah atau disela-sela tumbuhan bakau. Salah satu contoh dari kepiting rawa yang paling terkenal adalah scyla serrata yang biasa dijumpai di lingkungan hutan mangrove (bakau), tambak air payau atau muara sungai. Dari semua jenis kepiting yang ada, Scylla serrata merupakan jenis yang paling terkenal dan banyak diperdagangkan.

2. Kepiting Suji (kepiting laut), bentuk morfologi kepiting ini adalah relatif tipis dibandingkan dengan kepiting rawa. Badannya berbentuk agak lonjong dan berbintik-bintik. Pertumbuhan badan lambat dan pada umumnya mempunyai bentuk tubuh kecil dan pipih. Kepiting laut mempunyai warna tubuh hijau kemerah-merahan. Bobot tubuh kepiting jantannya dapat mencapai 500 gram sedangkan betina lebih kecil yaitu hanya mencapai 350 gram setiap ekornya. Jenis kepiting ini hidup di lautan lepas atau di pinggir laut yang landai berbeda dengan kepiting rawa, kepiting ini lebih menyukai areal yang tidak ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan.

3. Kepiting Batu, kepiting batu memiliki perisai tubuh yang relatif tebal. Kepiting ini memiliki warna tubuh kehijau-hijauan yang sangat menarik dan sebagian dadanya berwarna putih. Gerakan kepiting batu sangat lincah kerena dilengkapi dengan kaki yang panjang. Kepiting ini cukup gesit bergerak diantara batu-batuan meskipun terkena hempasan ombak. Capit kepiting batu ini relatif kecil bila dibandingkan dengan ukuran badannya, akan tetapi dilengkapi dengan gerigi yang sangat tajam sehingga cukup efektif untuk menangkap mangsa atau menghadapi musuhnya.

4. Kepiting Geruntu, mempunyai ciri morfologi yaitu badan berbentuk bulat kecil yang berwarna kekuning-kuningan dan dilengkapi dengan perisai yang tebal. Capit dan jari-jarinya relatif pendek dan sangat malas untuk bergerak, sehingga sangat mudah untuk ditangkap bila ditemukan. Kepiting ini kurang disukai oleh masyarakat sehingga tidak diperdagangkan. Kepiting geruntu umumnya dijumpai hidup di dasatr laut terutama di daerah yang banyak ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan.

(12)

6. Kepiting Lambogo, jenis ini sering disebut juga dengan kepiting bengkalang, mampu hidup di dua alam. Ukuran kepiting ini relatif kecil, sehingga sangat sulit untuk ditangkap. Kepiting ini juga merupakan jenis beracun dan tidak dianjurkan untuk dimakan. Jenis kepiting ini memiliki kemampuan untuk mengubah warna tubuhnya (mikikri) sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Bila ia membuat lobang di pasir dan tinggal di dalamnya, maka warna tubuhnya akan sesuai dengan warna pasir.

7. Kepiting Belengkakem, kepiting ini mempunyai ukuran yang relatif kecil dibandingkan dengan kepiting rawa atau kepiting laut. Memiliki warna tubuh mendekati coklat tua dan matanya berwarna merah. Ciri khas kepiting ini adalah mempunyai sejumlah bulu yang mirip lumut pada jari dan dadanya. Bila kulitnya terluka maka luka tersebut akan keluar cairan berwarna merah seperti darah. Diduga kepiting ini beracun, sehingga dianjurkan untuk tidak dimakan.

8. Kepiting Binatu, kepiting ini mempunyai ukuran relatif kecil dan dikenal sebagai kepiting yang telah lebih baik beradaptasi dengan lingkungan darat yang lebih kering. Meskipun sudah beradaptasi dengan lingkungan darat, kepiting ini belum meninggalkan sepenuhnya kehidupan air, terbukti masih dapat dijumpai di lumpur-lumpur. Ciri khas kepiting binatu yang sangat menonjol adalah capit pada jantannya berukuran sangat besar dan tidak seimbang dengan capit yang satunya lagi yang sangat kecil, capit besar yang berwarna cerah ini sering digoyang-goyangkan untuk memikat betina pasangannya atau menakut-nakuti pejantan lain yang ingin mendekati lubangnya atau hewan lain yang hemdak memaksanya.

9. Kepeting Gelenteng, bentuk morfologi kepiting ini adalah mempunyai kantong insang yang berisi air. Jika kantong insang ini telah jenuh, maka air yang di dalamnya harus diganti dengan air baru yang lebih segar. Jenis ini mempunyai kegiatan membuat lubang persembunyian di pasir, yaitu disekitar batas atas garis pasang. Lubang persembunyian cukup dalam, yaitu sekitar 100 cm.

10. Kepiting Tentara, jenis ini sering dijuluki tentara jepang. Banyak dijumpai di pantai yang mempunyai hamparan pasir cukup luas. Jika air laut surut, maka akan terlihat gerombolan kepiting ini bergerak kesana kemari dengan jumlah ratusan hingga ribuan ekor. Kepiting ini sangat waspada, sedikit saja ada gerakan yang mengganggu maka secara serentak mereka akan menghilang kedalam lubang dan akan keluar kembali setelah suasananya aman.

3.2.Produksi dan Alokasi 3.2.1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan mencakup legalitas, kelembagaan, riset (penelitian), sumberdaya manusia, dan teknis kemitraan.

Legalitas

Budidaya kepiting soka membutuhkan legalitas sebai berikut:

 Pembentukan badan hukum usaha dalam bentuk PT, yang dicatatkan di kementrian kehakiman.

 Pengurusan izin usaha (HO, SIUP, TDP, TDI, TDIP)

 Didaftarkan di kantor pajak untuk mendapatkan surat NPWP. (untuk produksi dan pemasaran). Kelembagaan

(13)

Gambar 2. Kelembagaan budidaya kepiting soka

Manager mempunyai tugas untuk :

 Bertanggungjawab terhadap seluruh aktifitas dalam perusahaan

 Melakukan monitoring dan evaluasi seluruh perusahaan mencakup produksi, keamanan, dan pemasaran

 Melakukan negosiasi dengan pihak lain untuk mendapatkan permodalan

 Melakukan koordinasi dengan seluruh komponen dalam perusahaan

 Melakukan terobosan untuk pemasaran dan usaha untuk memajukan perusahaan Kepala bagian produksi mempunyai tugas untuk :

 Menyusun perencanaan produksi dan infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang produksi

 Melakukan perencanaan pembuatan tambak dan budidaya kepiting soka

 Mencari sumber bibit yang akan dibudidayakan untuk produk kepiting soka

 Melakukan sortasi bibit yang dibeli baik dari perusahaan maupun dari petani sekitar

 Melakukan pemeliharaan kepiting soka

 Memberikan laporan seluruh aktifitasnya kepada manager perusahaan

 Melakukan koordinasi dengan bagian lain, terutama bagian pemasaran

 Bertanggungjawab terhadap keberhasilan produksi kepiting soka Bagian pemasaran yang dirangkap langsung oleh manager bertugas untuk :

 Memasarkan produk kepiting soka baik di pasar domestik maupun pasaran manca negara

 Mencari peluang pasar baru baik ditingkat domestik maupun mancanegara

 Menyiapkan dokumen ekspor apabila produk kepiting akan diekspor keluar negeri

 Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk pengiriman produk

 Melayani pembeli ditingkat tapak

 Melaporkan hasil pekerjaannya kepada manager Bagian pemberdayaan masyarakat bertugas untuk :

 Melakukan pembinaan kepada masyarakat dalam penyediaan pakan kepiting yang dapat disediakan oleh masyarakat

KPH

Kepala seksi perencanaan, pengembangan dan penggunaan kawasan

hutan

Manager Bisnis

Produksi

Pemasaran

Pemberdayaan

masyarakat

(14)

 Melakukan pelatihan kepada masyarakat tempatan yang akan dijadikan tenaga kerja kelas perusahaan kepiting khususnya dalam proses produksi

 Menyediakan tenaga kerja masyarakat tempatan dalam proses produksi

 Melakukan koordinasi dengan aparat wilayah setempat dan tokoh masyarakat untuk bekerjasama dalam menyediakan tenaga kerja dan pengamanan lokasi penangkaran

 Mencatat semua tamu yang datang ke perusahaan

 Melaporkan pelaksanaan tugas kepada manager selama periode tertentu

 Membantu tugas-tugas lainnya apabila diminta Sumberdaya Manusia

Kualifikasi SDM yang dibutuhkan untuk perusahaan budidaya kepiting soka adalah sebagai berikut : Manager, persyaratan yang dibutuhkan adalah :

 Minimal S-1 dibidang perikanan

 Sudah mempunyai pengalaman kerja (budidaya kepiting) minimal 3 tahun

 Bisa berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan

 Dapat menggunakan multimedia terutama internet

 Jujur, profesional

 Sehat jasmani dan rohani

 Bersedi ditempatkan di lapangan

Kepala bagian produksi, persyaratan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

 Minimal lulusan SMA, diutamakan lulusan SMK budidaya perikanan

 Sudah mempunyai pengalaman kerja dibidang perikanan minimal 2 tahun

 Jujur dan mau bekerja keras

 Sehat jasmani dan rohani

 Mau ditempatkan di lapangan

Kepala bagian pemasaran, persyaratan SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

 Minimal lulusan SMA jurusan Ekonomi atau SMK jurusan Ekonomi

 Bisa berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan

 Dapat menggunakan multimedia terutama internet

 Jujur dan mau bekerja keras

 Sehat jasmani dan rohani

 Mau di tempatkan di lapangan

 Diutamakan yang dapat mengendarai mobil dan atau motor, serta minimal mempunyai Sim C

 Dapat bekerjasama dengan kolega

Kepala bagian pemberdayaan masyarakat, SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

 Minimal lulusan SMA atau SMK

 Bisa berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan

 Dapat menggunakan multimedia terutama internet

 Sehat jasmani dan rohani

 Jujur, profesional dan mau bekerja keras

 Mau ditempatkan di lapangan

(15)

 Dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan masyarakat setempat Teknik Kemitraan

Usaha budidaya kepiting soka dilakukan dengan menggunakan pola kemitraan dengan masyarakat sekitar. Model kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat lokal dinamis. Untuk tahap awal dimana perusahaan masih awal dan masih belum stabil maka desain kemitraan yang ditawarkan kepada masyarakat lokal masih terbatas pada beberapa aspek saja, diantaranya adalah :

1. Penyediaan pakan untuk kepiting soka, baik penyediaan ikan runcah, keong mas, dan bekicot. Harga pakan sesuai dengan harga pasaran

2. Jasa keamanan, masyarakat diberikan peluang sebagai tenaga keamanan 3. Penyediaan bibit kepiting, dapat dipenuhi dari alam

3.2.2. Infrastruktur Produksi

Infrastruktur yang dibutuhkan dalam budidaya kepiting soka adalah

 pembuatan tambak ukuran fleksibel atau kurang lebih 20x10 m2 sebanyak 5 buah

 pembuatan kolam pembesaran ukuran 20x10 m2 sebanyak 2 buah

 laboratorium mini (hama dan penyakit) untuk budidaya kepiting

 pembuatan rakit pemasangan keranjang kepiting sedangkan peralatan yang dugunakan adalah :

 crab box sebanyak 1000 buah (soliter maupun kolumnar)

 bambu

 pralon

 tali plastik

 drum plastik (untuk floating)

 ember

 selang air

 pompa air listrik

 freezer

 gunting

 timbangan

bahan yang digunakan dalam budidaya kepiting disediakan oleh masyarakat sekitar berupa :

 kepiting bakau

 ikan runcah, keong mas atau bekicot 3.2.3 Lay Out dan Simpul-Simpul Penting

(16)

3.2.3. Proses Detail dalam Simpul

Budidaya kepiting soka dilakukan sebagai berikut :

(17)

No Kegiatan/tahap/komponen Kompetensi yang diperlukan Ketersediaan Interface

1 Pembelian kepiting Jual-beli kepiting Harus direkrut Manager KP kepiting

2 Budidaya kepiting Tenaga teknis Harus direkrut Produksi

3 Pemotongan capit kepiting Tenaga teknis Harus direkrut Produksi

4 Pemanenan Tenaga teknis Harus direkrut Produksi

5 Packaging/angkut Tenaga teknis Harus direkrut produksi

6 Distribusi/transaksi Pemasaran Harus direkrut Manager KP kepiting

7 Tenaga harian lepas Tenaga umum Harus direkrut Pemberdayaan masyarakat

a. Pemilihan Lokasi

Lokasi budidaya kepiting soka dapat dilakukan di perairan alami maupun di tambak. Fleksibilitas pemilihan lokasi inilah yang menjadi salah satu rekomendasi bagi para petambak untk melakukan budidaya ini. Meskipun fleksibel, pengetahuan terhadap lokasi budidaya perlu diperhatikan oleh para pebisnis sebagai bahan pertimbangan untuk menetukan lokasi. Lokasi perairan alami yang ideal adalah perairan bakau yang menjadi habitat alami kepiting bakau. Cara mudah untuk menetunkan lokasi tersebut bisa dilihat dari keberadaan kepiting bakau di perairan tersebut. Semakin banyak kepiting bakau ditemukan, maka lokasi tersebut sangat baik dijadikan sebagai tempat budidayanya.

Pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu megamati kondisi fisik perairan dan frekuensi kepiting tertangkap di habitatnya, keberadaan kepiting bakau dapat diketahui dari sarang kepiting berupa lobang disekitar pohon bakau. Untuk menguji keberadaan kepiting di dalamnya, kita bisa memancingnya keluar dengan menggunakan pancing. Jika banyak ditemukan sarangnya, lingkungan perairan di lokasi tersebut ideal bagi budidaya kepiting. Selain di lokasi bersarangnya kepiting, perairan di sepanjang pantai yang dekat dengan hutan bakau juga berpotensi untuk digunakan. Hal ini disebabkan kepiting juga melakukan perpindahan, baik untuk mencari sarang baru maupun mencari makan. Untuk menentukan lokasi sebagai tempat budidaya, untuk mengetahui seberapa banyak kepiting yang menggunakan lokasi tersebut sebagai tempat berkumpulnya, kita bisa mengetahui dengan melakukan penangkapan dengan menggunakan perangkap. Perangkap yang digunakan bisa berupa jaring (gillnet) atau bubu. Semakin banyak kepiting tertangkap, semakin berpotensial pula lokasi tersebut digunakan untuk budidaya.

Kualitas perairan yang disukai kepiting adalah pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Parameter kualitas air untuk budidaya kepiting

Parameter Besaran

Jenis tanah Liat berpasir

Keasaman (pH) tanah 4-5

Suhu air 28-32 oC

Salinitas 24-30 ppt

Sumber: Nurdin dan Armando (2010)

b. Pembuatan Tambak

Desain tambak yang digunakan untuk budidaya kepiting soka tidak memiliki desain yang khusus, relatif sama dengan tambak udang. Apapun skala tambak berapa saja bisa dimanfaatkan, baik tambak tradisional, semi intensif maupun intensif. Secara fisik lokasi tambak terlindung dari gempuran gelombang dan arus laut. Hal tersebut disebabkan tambak umumnya dibangun di lokasi yang bersentuhan langsung dengan laut. Pasokan air laut bisa dilakukan lewat saluran inlet-outlet. Sementara pada tambak intensif, pasokan air bisa menggunakan pompa. Tambak yang digunakan bisa tambak yang masih digunakan untuk budidaya jenis produk lainnya (polikultur) ataupun tambak yang sementara waktu tidak digunakan oleh pemiliknya. Tentu saja parameter kualitas air tambak hendaknya memenuhi parameter kualitas air untuk budidaya kepiting seperti disebutkan terdahulu.

c. Persiapan keranjang dan keramba pemeliharaan

(18)

Umumnya, keranjang yang digunakan berbentuk persegi empat. Bahan yang digunakan bisa dari plastik atau bambu. Keranjang plastik bisa diperoleh dengan cara membelinya di pasar atau toko pertanian. Pada prinsipnya wadah plastik apapun bisa digunakan, asalkan tahan lama serta bentuk dan ukurannya memungkinkan untuk dibuat basket (keranjang). Untuk keranjang bambu dibuat dalam bentuk kotak bersekat dengan ukuran 90 cm x 45 cm x 15 cm yang disekat menjadi 18 bagian. Namun demikian, dalam luasan sekat tersebut kepiting masih bisa bergerak dan beraktifitas dengan leluasa. Sekat juga bisa dibuat dari bambu papan kayu atau jaring bermata kecil.

Untuk mencegah kepiting kabur dari kota pemeliharaan bilah bambu disusun berdiri (bertingkat) dengan ketinggian yang tidak bisa dijangkau oleh kaki kepiting, misalnya 10-15 cm (tergantung ukuran) bilah bambu juga disusun melintang (horizontal) tetapi perlu disiapkan penutup bagian atas agar kepiting tidak bisa meloloskan diri, salah satunya dengan menggunakan jaring. Dalam budidaya kepiting soka kaki kepiting telah dilepas sehingga kemungkinan kepiting untuk lolos kecil. Bibit kepiting yang kurus, harus dilakukan penggemukan terlebih dahulu.

Wadah pembesaran yang digunakan bisa berupa keramba apung. Keramba ini dibuat berbentuk kotak persegi dari bahan plastik atau rangkaian bilah bambu. Adapun ukuran keramba bisa disesuaikan dengan luasan lahan tambak, asalkan padat tebar bibit kepiting menyesuikan yaitu berkisar 20 ekor per m2. Bahan lain untuk keramba juga bisa menggunakan jaring berbahan polietilen, jaring dipasang pada kerangka keramba yang terbuat dari kayu atau bambu. Agar memudahkan penanganan dan penataan keramba menjadi rapi, petambak perlu mengikat keramba dengan tali tambang, tali tambang bisa diikatkan pada bilah bambu atau pipa pralon yang digunakan sebagai pelampung keramba. Pelampung ini diikat pada badan keramba dan perlu disesuaikan letaknya agar bagian keramba yang tenggelam 10 cm, sedangkan bagian yang muncul setinggi 5 cm. Hal ini bertujuan agar kepiting tidak dapat meloloskan diri.

d. Pengadaan kepiting

Kepiting yang digunakan sebagai bibit dalam budidaya kepiting soka sebaiknya telah berukuran konsumsi, yaitu antara 150-200 gram per ekor. Dengan demikian masa pemeliharaan akan lebih singkat dan dapat menekan biaya produksi seperti diketahui masa pemeliharaan kepiting soka sekitar 15-25 hari, tergantung dari kondisi awal bibit yang diperoleh. Sumber bibit kepiting diperoleh dari perairan alami.

e. seleksi bibit

Bibit yang akan dibudidayakan sebagai kepiting soka hendaknya harus memenuhi syarat layak konsumsi sehat dan gemuk. Sering kali hasil tangkapan nelayan hanya dilihat sekilas dari penampakan ukuran tubuh kepiting. Akibatnya, kurus atau tidaknya kepiting tidak lagi menjadi pertimbangan penting. Oleh sebab itu terdapat beberapa parameter yang bisa digunakan untuk menseleksi bibit yaitu jenis kelamin, tingkat kesehatan, dan keseragaman, serta tingkat kegemukan.

Dalam budidaya kepiting soka jenis kelamin tidak dipermasalahkan, hal ini disebabkan penggemar kepiting memilihnya dengan alasan cangkang yang lunak. Sementara pada kepiting telur, bibit yang dibutuhkan adalah kepiting bakau betina. Untuk membedakan jenis kelamin bibit, bisa dengan melihat bagian perutnya. Perut bibit jantan ditutup dengan bentuk segitiga yang lancip dan relatif kecil, sementara perut bibit betina ditutup dengan bentuk segitiga yang relatif cembung dan besar. Jenis kelamin kepiting tidak dipermasalahkan dalam budidaya kepiting soka.

Tingkat kesehatan dan kesegaran kepiting menetukan keberhasilan dalam budidaya kepiting. Beberapa indikator yang biasa digunakan dalam menentukan tingkat kesegaran kepiting adalah sebagai berikut :

 cangkang kepiting yang sehat bebas dari kerak berwarna hitam. Warna cangkang juga normal tidak terlihat memucat atau menghitam

 anggota tubuh harus lengkap, biasanya anggota tubuh yang tidak lengkap adalah capit. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan saat penangkapan atau kurang nutrisi

 kepiting yang sehat dan segar sesekali mengangkat tangkai matanya. Jika disentuh atau melihat benda yang mendekat ke arahnya tangkai mata akan segera ditarik ke dalam

 kepiting yang sehat akan segera menarik dan menekuk kaki renangnya jika diluruskan

tingkat kegemukan kepiting juga berpengaruh dalam menentukan produksi budidaya kepiting. Untuk mengetahui tingkat kegemukan kepiting dapat dilakukan sebagai berikut :

 kondisi fisik terlihat jelas pada capit kepiting. Kepiting kurus ditandai dengan cangkang yang terlihat bersih dan mengkilap. Sementara kepiting gemuk ditunjukkan dengan warna capit yang kusam dan diselimuti alga. Disamping itu tonjolan gigi pada capitnya juga tangpak lebih tumpul.

(19)

 Pada bagian ventral (perut), kepiting yang gemuk biasanya berwarna kemerahan

 Pijat bagian cangkang. Untuk kepiting betina pijat bagian samping cangkang punggung. Sementara pada kepiting jantan, pijat bagian samping perut bagian kaki jalan ke-2 jika cangkang menekuk melesak, artinya kepiting tidak padat berisi atau kurus

Bibit kepiting yang baik untuk budidaya kepiting soka berkisar antara 60-150 g/ekor. Adapun lebar kerapas berkisar 5 cm. Pada ukuran tersebut molting pada kepiting bisa dilakukan dengan lebih cepat. Untuk mempermudah dalam memastikan ukuran kerapas kita dapat menggunakan jangka yang sudah diukur dengan penggaris sebelum pengukur, selanjutnya jangka ditempelkan pada kedua tepi karapas. Dengan begitu lebar kerapas kepiting dapat diketahui.

Pengangkut bibit kepiting dapat dilakukan dengan car sistem kering. Caranya kepiting dimasukkan dalam keranjang yang terbuat dari bambu. Namun, sebelumnya kepiting perlu diikat capitnya agar tidak saling menyerang selama di perjalanan. Adapun teknis pengikatannya dilakukan sebagai berikut :

 Siapka pengikat diantara dua capit dan ventral (perut)

 Lipat lengan capit ke depan, lalu lingkarkan tali pengikat pada lengan capit

 Ikat kedua ujung tali dibagian belakang kerapas

 Setelah diikat, kepiting tidak bisa bebas bergerak sehingga tidak berbahaya ketika dipegang

Bibit yang sudah diikat kemudian disusun dalam keranjang atau wadah pegangkutan. Sebaiknya kepiting diletakkan dalam posisi hidup, yaitu bagian dorsal berada di atas. Jika diletakkan secara terlentang kepiting akan berusaha untuk membalikkan tubuhnya. Hal ini tentu akan membuat kepiting banyak kehilangan energi untuk bergerak. Dalam keranjang pengangkutan, kepiting bisa diletakkan selapi demi selapis, setiap satu lapisan dengan lapisan kepiting lainnya bisa diisikan dengan kain basah atau daun yang bisa menjaga kelembaban. Jika pengangkutan menggunakan mobil bak terbuka, sebaiknya bagian atas mobil ditutupi dengan terpal untuk menjaga agar kepiting tidak terpapar langsung oleh sinar matahari. Paparan sinar matahari bisa menyebabkan kekeringan dan memacu dehidrasi, yaitu keluarnya air dari tubuh kepiting yang bisa mengakibatkan kematian.

Selama pengangkutan kepiting disiram air agar mampu bertahan lama. Frekuensi penyiraman dapat disesuaikan dengan kondisi, misalnya 2-3 kali tergantung jarak pengangkutan. Penyiraman bisa dilakukan dengan cara menepikan mobil ke pinggir jalan dan memercikkan air ke dalam keranjang. Air yang digunakan untuk menjaga kelembaban tersebut hendaknya memiliki kadar garam antara 10-25 ppt.

f. Penebaran kepiting

Penebaran bibit dilakukan pada pagi atau sore hari agar bibit tidak stres, karena suhu udara dan suhu air relatif rendah. Wadah yang digunakan untuk penggemukan bibit berupa keramba dengan ukuran 1,5-2 m x 1m x 1 m. Dalam wadah ini padat tebar bibit sekitar 15-25 kg atau sebanyak 60-79 ekor. Penempatan keramba sebaiknya memperhatika jarak ketinggian dasar keramba dengan dasar tambak, yaitu sekitar 15 cm. Hal ini dimaksudkan agar akumulasi penumpukan kotoran dan sisa pakan tidak terjebak dalam keramba dan mudah terbawa air.

g. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan, kepiting diberi pakan sebanyak 5-10 % dari berat tubuhnya. Pakan yang diberikan sebaiknya berupa daging segar, seperti ikan rucah, keong mas, ataupun bekicot. Pemberian pakan tersebut bisa dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada pagi hari dan sore atau malam hari. Ikan rucah yang sudah dipotong-potong ditebar ke dalam keramba. Perkembangan laju kenaikan bobot kepiting sangat bervariasi tergantung dari kondisi individual kepiting. Oleh karena itu petambak perlu melakukan sampling setiap 5 hari sekali. Selain untuk mengetahui pertambahan bobot kepiting, sampling juga dimanfaatkan untuk mengontrol kesehatan kepiting. Sampling dilakukan secara acak di tempat yang mewakili. Untuk satu tambak, dibutuhkan sampling minimal 30 ekor.

Molting merupakan peristiwa alami yang biasa terjadi pada kepiting dan hewan krustasea lainnya. Peristiwa molting ditandai dengan terlepasnya cangkang lama dan terbentuknya cangkang baru. Setelah molting, tubuh kepitingpun membesar. Proses molting melalui beberapa tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :

 Tahap 1, kepiting memobilisasi dan menyerap cadangan material metabolis, seperti kalsium (Ca), posfor (P), dan bahan organik ke dalam hepatopankreas selama akhir periode antarganti kulit (intermolt akhir)

 Tahap 2, pembentukan cangkang baru dimulai, diiringi resorbsi atau penyerapan kembali material organik dan anorganik dari cangkang lama selama periode persiapan (awal) ganti kulit (premolting)

(20)

 Tahap 3, kepiting melepaskan cangkang lama dan mengabsorbsi air dari media eksternal dalam jumlah besar. Pada tahap ini ukuran badan kepiting bertambah.

 Tahap 4, pembentukan dan pengerasan kulit baru dari cadangan material organik dan anorganik yang berasal dari hemolimfa (darah) dan hepotopankreas (sebagian kecil berasal dari media eksternal) yang terjadi pada periode setelah ganti kulit (postmolt).

Frekuensi molting dipengaruhi pertambahan umur. Adapun siklus hidup kepiting melalui tahapan dari telur menetas menjadi zoea (larva), megalopa, kepiting muda, dan pada akhirnya menjadi kepiting dewasa. Pada fase zoea, kepiting akan lebih sering melakukan molting dibandingkan dengan kepiting dewasa. Sementara kepiting dewasa yang telah menjadi indukan atau pernah memijah akan lebih jarang mengalami molting.

Ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya molting pada krustasea yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya stressor, nutrisi, periode pencahayaan dan suhu. Sementara faktor internal terkait dengan produksi hormon ekdisteroid dan molting inhibiting hormon (MIH), jika ekdisteroid merangsang terjadinya molting. MIH justru menghambat terjadinya molting.

Bebrapa perlakuan dapat mempercepat proses molting diantaranya adalah :

 Pematahan capit dan kaki jalan. Pemotongan kaki jalan dan capit kepiting memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mencegah kepiting keluar dari keranjang, saling memangsa dan merangsang pertumbuhan organ yang baru. Terkait dengan peristiwa molting, pematahan kaki jalan dan capit kepiting menjadi stres. Oleh karena itu kepiting terangsang untuk melakukan molting. Pematahan capit membutuhkan teknik tersendiri, setidaknya terdapat dua metode pemotongan/pematahan capit kepiting yaitu metode biasa dan metode pompey.

Metode pompey dilakukan dengan cara memotong semua kaki jalan kepiting, sedangkan capinya dibiarkan. Namun demikian, ujung capit perlu dipotong supaya kepiting tidak bisa menggigit dan keluar dari kurungan. Metode ini dinamakan metode pompey karena disaat molting capit kelihatan besar. Harga kepiting soka dengan metode ini lebih mahal dibandingkan metode biasa karena setelah molting, kepiting ini mempunyai capit yang besar dan menarik. Sebelum dilakukan pemotongan kaki, terlebih dahulu kepiting disiram dengan air asin. Penyiraman dilakukan dengan menempatkan kepiting dalam wadah berlubang dari bahan plastik. Kemudian air asin diguyurkan ke kepiting. Tujuannya untuk mempermudah pelepasan pangkal capit dan pangkas kaki secara utuh dan sempurna tanpa merusak morfologi tubuh kepiting.

 Penambahan hormon ekdisteroid

Seperti sudah diketahui aktifitas molting sangat dipengaruhi oleh keberadaan hormon ekdisteroid. Oleh sebab itu molting dapat dirangsang dengan menguatkan jumlah hormon ekdisteroid ke dalam tubuh kepiting.

Injeksi hormon ekdisteroid dapat dilakukan melalui penyuntikan bagian kaki kepiting. Hal ini disebabkan karena pangkal kaki kepiting merupakan bagian tubuh yang cukup lunak dan tempat pembuluh darah berada. Pemberian hormon ini juga dapat dilakukan dengan oral, yaitu melalui pakan. Hormon akan masuk ke dalam tubuh kepiting bersama pakan yang dikonsumsi. Caranya hormon dicampurkan ke dalam pakan secara merata.

 Pemeliharaan

Selama pemeliharaan terdapat perlakuan yang harus diperhatikan agar bibit yang telah dipersiapkan dapat di panen pada waktu yang diharapkan. Pertambahan berat yang dicapai setelah molting berkisal 20-25 % dari berat awal dengan berat rata-rata awal penebaran berkisar 80-100 g per ekor selama 15-20 hari masa pemeliharaan.

Setelah pemotongan capit dan kaki jalan kepiting disiram kembali dengan air asin. Untuk mencegah stres penebaran dilakukan pada pagi hari atau menjelang petang. Pertama, kepiting dimasukkan ke dalam keranjang soliter, kemudian kerangjang tersbut ditata diatas bambu yang lebarnya telah disesuaikan dengan panjang keranjang tersebut. Seting keranjang hanya berisi satu kepiting.

Oleh karena kepting termasuk hewan nokturnal (aktif pada malam hari), jadwal pemberian pakan kepiting dilakukan pada sore yaitu pukul 15.00-16.00. pakan yang diberikan bisa berupa ikan rucah, keong mas, bekicot, atau beliung (sejenis siput air payau). Sebelum diberikan pada kepiting pakan sebaiknya dicincang terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar kepiting mudah memakannya. Adapun doseis pemberian pakan kepiting cangkang lunak berkisar 4-6% dari biomasa (jumlah kepiting di dalam tambak) dengan frekuensi pemberian satu kali dalam sehari. Pakan berupa cacahan tersebut digunakan juka metode pemoltingan menggunakan pemotong capit atau kaki jalan. Pakan jenis ini juga bisa digunakan sebagai pakan pemacu pertumbuhan disamping pakan utama berbentuk pelet.

(21)

Adapun pakan yang diberikan pada metode pemberian hormon berupa pelet tergelam. Adapun jumlah kisaran pakannya sama seperti pemberian pakan berupa ikan rucah maupun cincang daging keong, 4-6% dari biomasa, untuk menghindari terbuangnya pakan dan pemupukan senyawa organik, diperlukan pengamatan terhadap ada atau tidaknya sisa pakan.

Pengontrolan kualitas air merupakan aktifitas yang harus mendapat perhatian penting, karena menentukan berhasil tidakna budidaya kepiting. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan dengan baik agar kualitas air tetap terjaga dan stabil selama masa pemeliharaan, pergantian air dilakukan sebanyak 50-70 %. Pergantian air ini dilakukan ketika kondisi air sudah terlihat buruk. Hal ini ditandai dengan keruhnya air tambak, adanya kematian pada kepiting. Pada tambak yang mengandalkan air pasang surut, pergantian air bisa dilakukan secara bertahap yaitu pada sore dan pagi hari. Pada saat pergantian, kualitas air optimal perlu dipertimbangkan, kondisi air yang asam mengakibatkan proses molting akan lama. Kondisi asamnya perairan ditandai dengan dinginnya suhu perairan. Jika menggunakan pompa, pergantian sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari adanya suhu yang drastis.

h. Panen dan pascapanen

Setelah masa pemeliharaan mencapai 15-20 hari, kepiting biasanya sudah melakukan molting meskipun tidak serempak. Oleh karena itu diperlukan aktifitas pengontrolan ke dalam setiap sekat untuk menghindari terlewatnya kepiting molting. Cangkang kepiting yang terlambat diangkat setelah moltingan mengeras sekali.

Pengontrolan sebaiknya dilakukan pada saat pergantian waktu malam dan siang hari. Hal ini disebabkan salah satu faktor pemacu molting adalah perubahan suhu dari dingin ke panas atau sebaliknya. Waktu pengontrolan bisa dilakukan setiap pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan 22.00.

Panen merupakan proses selektif yang dilakukan dengan memperhatikan secara cermat kondisi kepiting. Pada saat proses molting berjalan, kepiting tidak boleh dipegang atau diangkat dulu. Hal ini disebabkan kepiting membutuhkan tenaga dan gerakan yang cukup kuat melepaskan cangkang lamanya sehingga kondisi masih dalam keadaan lemah. Kepiting yang telah melepaskan cangkangnya harus segera diangkat. Keterlambatan mengangkat dalam waktu lebih dari 4-6 jam setelah molting bisa mengakibatkan kulit kepitung mengeras kembali. Mengerasnya cangkang kepiting tak lepas dari proses penyerapan ion kalium dan kalsium dalam air laut. Mengingat ruang gerak kepiting yang terbatas dan cangkang yang lunak, proses pengambilan kepiting tidak memerlukan alat khusus. Pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan. Sambil mengecek kotak lain, dilakukan pemanenan pengambilan kepiting soka satu per satu.

Seperti diketahui, air kaya ion dan mineral, oleh karena itu kepitting cangkang lunak yang telh dipanen harus segera di masukkan ke dalam air tawar untuk memperlambat proses pengerasan cangkang. Perendaman dalam air tawar ini dilakukan selama 25 menit. Perendaman juga berfugsi untuk memberika kesempatan kepiting mengebsorbsi air ke dalam tubuhnya. Ukuran tubuh kepiting setelah molting bertambah sebanyak 20-25 % dari ukuran semula.

Setelah dimasukkan ke dalam air tawar selama 20-30 menit, kepiting dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat dari bahan kayu atau styrofoam. Agar tidak mudah kering dan mengeras lapisan bawah dan atas wadah, mengangkutnya sebaiknya diberi kain basah. Selain bisa menjaga kelembapan ruangan, kain basah ini juga berfungsi agar kepiting yang lunak tidak tidak rusak akibat bersinggungan denga wadah kayu. Pengemasan seperti ini biasa dilakukan untuk pengiriman jarak dekat. Sementara untuk pengiriman ekspor, kepiting dibekukan selama 1-2 hari. Selanjutnya kepiting disusun dalam kotak styrofoam untuk dikirim. Pembekuan dilakukan di dalam freezer sehingga kepiting soka bisa tahan hingga satu tahun.

Selain dalam bentuk kepiting cangkang lunak, budidaya kepiting soka juga bisa mengharapkan pemasukan dari penjualan capit dan kaki jalan kepiting. Penjualan capit bisa dilakukan setelah mengambil isinya terlebih dahulu atau menjualnya besrta isinya. Harga jual untuk capit yang sudah diambil isinya berkisar Rp 40.000-45.000/kg. Capit yang belum dikeluarkan isinya Rp 13.000/kg, kaki jalan yang sudah diambil isinya Rp 20.000-Rp 25.000/kg, dan kaki jalan yang masih utuh dijual Rp 1.500/kg. Agar mudah mengeluarkan isinya, capit dan kaki jalan direbus terlebih dahulu hingga berwarna merah.

(22)

o Algal encrustation (AE)

o Gill commensals and parasites (GCP)

o Gill discoloration (GD)

o Incomplete molting (IM)

Proses molting tidak sempurna. Penyakit ini disebabkan oleh faktor suhu rendah dan kurangnya gizi. Dalam satu eksperimen terlihat bahwa 37 % kepiting remaja yang dibesarkan pada suhu ambien (27-30 oC) berhasil molting dalam periode waktu 30 hari.

3.3.Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Teknologi informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung usaha budidaya kepiting soka ini, terutama dalam pemasaran. Jenis teknologi informasi yang dimanfaatkan adalah penggunaan internet untuk pemasangan web site dan pelayanan pelanggan. Disamping itu alat komunikasi telfon seluler juga dibutuhkan untuk koordinasi dalam pihak managemen maupun dengan pembeli.

Beberapa jenis teknologi informasi yang dapat mendukung budidaya kepiting soka adlah sebagai berikut : 1. Jaringan internet

2. Telepon kabel atau handphone 3. Faksimail

3.4.Rencana SDM

3.4.1. Analisis Pengembangan SDM

Pengembangan SDM didasarkan pada 3 komponen yaitu skill, scientific dan karakter. Termasuk penguasaan bahasa asing (dalam hal ini bahasa inggris). Presentasi tenaga kerja sebagian juga diharapkan berasal dari tenaga lokal, yang tentu mempunyai kompetensi yang telah diperlukan. Paling tidak 30 % tenaga kerja berasal dari tenaga kerja lokal. Demikian juga presentase tenaga wanita dan pria juga perlu mendapat perhatian. Untuk pekerja yang diperlukan ketelitian seperti memasang chip, memelihara anakan arwana dapat menggunakan tenaga kerja wanita. Tenaga kerja diharapka diambil dari dalam negeri, sekaligus memberikan peluang kerja untuk rakyat indonesia.

3.4.2. Isu Ketenagakerjaan

Upah tenaga kerja disesuaikan dengan upah minimum rata-rata (UMR)myang berlaku di daerah setempat. Perusahaan akan memenuhi peraturan yang berlaku dalam ketenagakerjaan.

3.4.3. Kebutuhan Pelatihan Berbasis Kompetensi

Untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan diperlukan pelatihan-pelatihan yang disusun sebagai berikut : 1. pelatihan pemasaran

2. pelatihan budidaya kepiting soka

3. pelatihan cara penanggulangan hama dan penyakit kepiting 4. pelatihan tentang K3

5. pelatihan tentang bahasa inggris

6. pelatihan tentang cara packing yang aman untuk pengiriman antar negara 7. pelatihan tentang perizinan ekspor import.

8. Pelatihan tentang kemitraan denga masyarakat lokal 9. Pelatihan tentang teknik pemijahan

10. Pelatihan tentang ISO

11. Pelatihan tentang motivasi dan out bond

3.4.4. Rekrutmen Dan Seleksi

rekruitmmen peggawai dilakukan melalui pemasangan pengumuman di media koran lokal maupun nasional, serta di web site KPH. Kemudian dilakukan seleksi sesuai dengan kebutuhan job yang ada. Seleksi dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :

1. tahap pertama, seleksi desk evaluation, menyangkut persyaratan administrasi 2. tahap kedua tes wawancara

(23)

3. tahap ketiga psikotest

Material tes terdiri tes tertulis dan lisan. Untuk tes psikotest akan dilakukan oleh psikolog. Di dalam tes wawancara juga ditanyakan tentang gaji yang diminta, apakah sesuai dengan standart perusahaan atau tidak. Fasilitas yang diberikan juga diinformasikan, termasuk lokasi tempat kerjanya.

3.4.5. Penganggaran Untuk SDM

dalam peningkatan SDM, perusahaan mengalokasikan anggaran untuk : 1. gaji bulanan

2. jaminan askes

3. memberikan jasa produksi sesuai dengan tingkatann, apabila melebihi target produksi yang diberikan oleh perusahaan per tahun.

4. Meningkatkan skill melalui keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan 5. Memberikan reward bagi pegawai yang berprestasi

6. Memberikan tunjangan hari raya dan tunjangan anak

3.4.6. Rencana Kemitraan Bisnis

Budidaya kepiting soka merupakan bisnis kemitraan antara KPH TBS dengan masyarakat lokal. Model kemitraan bisnis ini dilakukan secara dinamis. Untuk tahap awal, model kemitraan yang akan ditawarkan kepada masyarakat masih terbatas beberapa item, diantaranya adalah

1. penyediaan bibit kepiting yang diambildari alam

2. penyediaan pakan ikan rucah, keong mas maupun bekicot

3. penyediaan tenaga kerja, terutama untk tenaga keamanan dan tenaga untuk pemanenan

3.4.7. Rencana Pengembangan Aset

1. hak kekayaan intelektual (HAKI), perusahaan memberikan sharing keuntungan kepada pihak yang mempunyai HAKI, apabila dapat meningkatkan produksi perusahaan. Disampin itu perusahaan juga memberikan peluang bagi perguruan tinggi untuk melakukan penelitian di lokasi perusahaan, dimana hasil penelitian itu dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikat HAKI.

2. Akuisis. Dalam pengembangannya perusahaan dapat melakukan akuisisi perusahaan lain yang sejenis.

3. Pengembangan pertumbuhan sumberdaya hutan. Keberadaan perusahaan budidaya kepiting di wilayah tapak diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sumberdaya hutan. Perusahaan dapat memberikan pendapatan melalui pengembangan hasil hutan non kayu (dalam hal ini produk kepiting soka), sehingga mengurangi ketergantungan pendapatan yang berasal dari kayu. Dengan demikian pertumbuhan tegakan hutan di wilayah tapak akan menjadi lebih baik karena tidak dieksploitasi, disamping gangguan masyarakat lokal juga mulai kurang karena masyarakat lokal sudah mendapatkan pendapatan dari kemutraan.

3.4.8. model alokasi pembiayaan

alokasi pembiayaan untuk modal perusahaan ini berasal dari APBN dan APBD. Apabila dirasa kurang , tidak fleksibel dalam pengalokasiannya, KPH TBS dapat mengalokasikan pembiayaan ke pihak perbankan atau bekerjasama dengan investor. Untuk skim kerjasama dengan invetor, diperlukan pembahasan tersendiri antara kedua belah pihak. Dalam kerjasama ini kedua belah pihak harus mendapatkan benefit/presentase sharing sesuai dengan potensinya masing-masing.

(24)

BAB IV. RENCANA FINANSIAL

Struktur biaya dalam analisis finansial dibedakan menjadi dua, yaitu : biaya investasi dan modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha. Sedangkan modal kerja adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Komponen baiya investasi meliputi komponen biaya persiapan dan biaya yang terkait dengan kegiatan budidaya dan output biaya budidaya. Modal investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 183.415.000,-. Nilai penyusutan sebesar Rp 36.730.000,- pertahun. Biaya investasi terbesar digunakan untuk pembelian crab box yaitu sebesar Rp 90.000.000,- seperti pada tabel berikut .

No Keterangan satuan jumlah Harga Rp/unit Nilai investasi (Rp)

1 Pembuatan tambak (20x10m) buah 5 1.500.000 7.500.000

2 Kolam pembesaran 200 m2 Buah 2 7.500.000 15.000.000

3 Crab box (100kg/harix30) (size 6) Box 4.500 20.000 90.000.000

4 Drum plastik Buah 60 36.000 2.160.000

5 Alat laboratorium lapangan (termometer, salinometer, water quality checker, pH meter)

Paket 1 3.000.000 3.000.000

6 Perijinan Paket 1 1.000.000 2.000.000

7 Pembuatan Rumah Jaga Unit 1 1.000.000 1.000.000

8 Persiapan lahan Unit 1 5.000.000 5.000.000

9 Rakit pralon untuk 4500 crab box Unit 1 10.000.000 10.000.000

10 Jembatan kontrol dari bambu Unit 200 15.000 3.000.000

11 Pompa air Unit 1 6.000.000 6.000.000

12 Genset (untuk penerangan) Unit 1 25.000.000 25.000.000

13 Freezer kapasitas 100 kg Unit 1 12.000.000 12.000.000

14 Keranjang bibit buah 10 50.000 500.000

15 Keranjang panen Buah 10 50.000 500.000

16 Timbangan duduk/meja kapasitas 10 kg

Buah 1 300.000 300.000

17 Timbangan atas, kapasitas 50 kg Buah 1 350.000 350.000

18 Tang buaya Buah 3 25.0000 75.000

19 Gunting Buah 3 10.000 30.000

Jumlah biaya investasi 1 183.415.000

Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha selama satu tahun yang terdiri dari biaya input, bahan, alat, dan biaya tenaga kerja. Rinciannya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel biaya input, bahan dan alat.

N O

Keterangan Satuan Jumlah Harga Rp/unit Nilai Investasi (Rp)

1 Perawatan rumah jaga Tahun 1 500.000 500.000

2 Biaya Listrik Tahun 1 6.0000.0000 6.0000.0000

3 Biaya telpon/komunikasi Bulan 1 3.600.000 3.600.000

4 Handuk Buah 1 20.000 20.000

5 Ember Buah 1 25.000 25.000

6 Sarung Tangan Buah 1 5.000 5.000

7 Senter (Batterai 6 volt) Buah 1 100.000 100.000

8 Lampu Paket 1 500.000 500.000

9 Beli Kepiting Kg/Thn 36.000 55.000 1.980. .0000.0000

10 Pakan kepiting (ikan rucah) Kg/hari 72,5 10.000 261.0000.0000

(25)

11 Leaflet, booklet, ATK Paket 1 2.0000.0000 2.0000.0000

12 Obat-obatan Bulan 12 50.000 600.0000

Jumlah Biaya Input, Bahan Dan Alat 2.254.350.000

Tabel Biaya Tenaga Kerja

No Keterangan Satuan Jumlah Harga Rp/Bulan Nilai

(Rp/Tahun)

1 Manager Bulan 12 1.333.333 16.000.000

2 Kepala Bagian Produksi Bulan 12 3.000.000 36.000.000

3 Kepala bagian Pemasaran Bulan 12 1.000.000 12.000.000

4 Kepala bagian Keamanan Bulan 12 1.000.000 12.000.000

5 Tenaga Panen HKO/Tahun 80 90.0000 7.200.000

Jumlah 6.423.333 83.200.000

Siklus produksi kepiting soka selama satu bulan. Masa panen paling bagus adalah pada sekitar bulan purnama. Pendapatan yang diperoleh berupa penjualan kepiting soka dan hasil samping berupa daging capit yang hasil nya sebesar 5% dari berat kepiting soka. Harga jual sebesar Rp 100.000 /kg dan harga daging capit sebesar Rp 60.000/Kg.

Dalam satu bulan didapatkan bibit kepiting 3000 Kg, dengan mengumpulkan sejumlah 100 Kg /hari, dengan asumsi penambahan berat sebesar 20% dan SR 70% dihasilkan kepiting soka sebanyak 30.240 Kg/bulan, diperoleh penerimaan kotor total sebesar Rp 3.114.720 ribu pertahun. Investasi dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp 183.415.000. biaya input, bahan dan alat sebesar Rp 2.254.350.000 pertahun dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 83.200.000 pertahun. Total biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp 2.520.965.000. dengan asumsi modal diperoleh dari pinjaman BLU kehutanan dengan bunga 10% pertahun, sehingga bunga modal yang dibayarkan sebesar Rp 252.096.500. pertahun, maka dihasilkan penerimaan bersih sebesar Rp 341.658.500 pertahun. Pada tahun kedua pengeluaran brkurang karna tidak ada biaya investasi. Pengeluaran tahun kedua dan ketiga hanya untuk biaya operasional saja. Penerimaan bersih yang diperoleh pada tahun kedua dan ketiga lebh besar dari pada pengeluaran tahun pertama karena tidak ada pengeluaran untuk investasi. Hasil analisis diperoleh penerimaan bersih tahun kedua dan ketiga masing-masing sebesar Rp. 543.415.000.

Analisis Benefit Cost Ratio

Analisis B/C pada tahun pertama diperoleh sebesar 1,24 , B/C tahun kedua dan ketiga sebesar 1,33. Selama tiga tahun masing-masing tahun mempunyai nilai B/C positif berarti investasi kepiting layak diusahakan.

Analisis Pengembalian Investasi (Payback Period)

Dari perhitngan penerimaan bersih tahun pertama diperoleh hasil positif sebesar Rp 341.658.500. berarti modal investasi sudah dapat dikembalikan pada tahun pertama. Untuk melihat lebih detail lagi, lalu dilakukan analisis cashflow bulanan pada tahun pertama yang dapat dilihat pada tabel dibawah. Diperoleh hasil bahwa pada bulan kelima sudah dapat mengembalikan investasi.

Tabel : analisi cashflow bulanan pada tahun pertama investasi usaha kepiting

No Keterangan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V

1 Biaya investasi 183.415.000 0 0 0 0

2 Biaya input, bahan, dan alat 187.862.500 187..862.500 187..862.500 187..862.500 187..862.500

3 Tenaga kerja 6.423.333 6.423.333 6.423.333 6.423.333 6.423.333

4 Total biaya 377.700.833 194.285.833 194.285.833 194.285.833 194.285.833

5 Biaya bunga modal 10% 37.770.083 19.428.583 19.428.583 19.428.583 19.428.583

6 Total biaya dan bunga modal 415.470.917 213.714.417 213.714.417 213.714.417 213.714.417

7 Penerimaan kotor 259.560.000 259.560.000 259.560.000 259.560.000 259.560.000

8 Penerimaan bersih (155.910.917) 45.845.583 45.845.583 45.845.583 45.845.583

9 Pengembalian investasi (155.910.917) (110.065.333) (64.219.750) (18.374.167) 27.471.417

Gross B/C dihitung dengan membandingkan Gross benefit dengan Gross cost diiperoleh. Net Present Value (NPV)

(26)

Perhitungan net present value dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai sekarang dari pendapatan bersih pada setiap tahunnya selam periode analisis. Dengan asumsi umur investasi selama 3 tahun, diperoleh nilai NPV positif sebesar Rp 2.148.095.000. ini menunjukkan bahwa investasi kepiting layak untuk diusahakan.

Internal Rate of Return (IRR)

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode IRR menghasilkan angka 29,85%. Angka IRR ini nilai sangat menguntungkan karena lebih besar dari tingkat bunga pinjaman modal atau investasi, berarti investasi kepiting layak untuk diusahakan.

Gross benefit cost ratio (Gross B/C) nilai sebesar 1,30. Nilai ini lebih besar dari 1, berarti investasi kepiting layak untuk diusahakan. Break Even Point

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/invast (penghasilan = total biaya). BEP dapat dinyatakan dalam bentuk unit dan dalam bentuk Rupiah. BEP unit adalah titik pulang pokok (BEP) yang dinyatakan dalam jumlah penjualan produk dinilai tertentu. BEP rupiah adalah BEP atau titik pulang pokok yang dinyatakan dalam jumlah penjualan atau harga penjualan tertentu.

Hasil analisis BEP unit diperoleh nilai sebesar 13.627, yang berarti bahwa titik pulang pokok didapat setelah penjualan mencapai 13.627 unit. Pada penjualan yang lebih besar dari 13.627 unit baru diperoleh laba. Sedangkan hasil analisis BEP harga didapat sebesar Rp 1.362.680.121.- menunjukkan bahwa bila penjualan sudah mencapai Rp 1.362.680.121.- berarti diperoleh titik impas. Penjualan selebihnya merupakan laba bagi perusahaan.

Pada tahun pertama sudah diperoleh hasil yang positif yaitu sudah dapat mengembalikan seluruh biaya investasi dan biaya operasional. Penerimaan bersih pada tahun pertama sebesar Rp 341.658.500.- per bulan.

Dengan umur investasi selama 3 tahun didapat analisis cashflow sebagai berikut :

No Keterangan Tahun I Tahun II Tahun III Jumlah

1 Biaya investasi 183.415.000 0 0 183.415.000

2 Biaya input, bahan dan alat 2.254.350.000 2.254.350.000 2.254.350.000 6.763.050.000

3 Tenaga kerja 83.200.000 83.200.000 83.200.000 249.600.000

4 Total biaya 2.520.965.000 2.337.550.000 2.337.550.000 7.196.065.000

5 Biaya bunga modal 10% 252.096.500 233.755.000 233.755.000 14.208.715.000

6 Total biaya dan bunga modal 2.773.061.500 2.571.305.000 2.571.305.000 21.654.380.000

7 Penerimaan kotor 3.114.720.000 3.114.720.000 3.114.720.000 9.344.160.000

8 Penerimaan bersih 341.658.500 543.415.000 543.415.000 1.428.488.500

B/C 1.24 1.33 1.33 1.30

22

Gambar

Gambar 1. Struktur organisasi kelas perusahaan kepiting soka KPH-TBS
Gambar 2. Kelembagaan budidaya kepiting soka
Tabel 2. Parameter kualitas air untuk budidaya kepiting
Tabel biaya input, bahan dan alat.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Solusi dari permasalan di atas adalah pembagian IP addres pada tabel 4.5 dengan satu subnet CCTV dengan vlan yang sama untuk meminimalisir data yang faliler pad

Maka dalam setiap harinya diperlukan pencatatan data-data transaksi barang logistik dari pembelian sampai barang tersebut.Adapun sistem pengolahan data barang

Bila pelaksana proyek dapat melaksanakan pekerjaan berdasarkan metode jalur kritis, maka diyakini masalah akibat keterlambatan pekerjaan dan selisih pengeluaran

Motif kejadian yang menguntungkan ini muncul dalam cerita saat para tokoh cerdik sudah putus asa kerana tidak dapat menebak teka-teki.. Mereka akan dihukum mati jika tidak dapat

Untuk peserta S2, ada 2 orang peserta training yang telah memiliki surat penerimaan dari universitas tujuan, 1 peserta lagi telah mengikuti test masuk namun belum

Data terkait dengan variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini, yaitu kinerja jangka panjang, underwriter reputation, earnings management dan size atau ukuran

Hal ini dipertegas oleh data yang diperoleh dari hasil validitas tiga orang validator yang ahli dibidang pendidikan matematika dan komputer spesialis Multimedia ini,

1) hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat;.. 2) hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana.