• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RETURN ON ASSETS ROA RETURN ON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH RETURN ON ASSETS ROA RETURN ON"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA PASAR SAHAM

PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus pada PT. Bakrie Telecom, Tbk)

Oleh: Linda Rahmawati1

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No.24 46115 Telp. (0265) 323537

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan pergerakan harga saham (2) Bagaimana pengaruh secara parsial Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham. Menurut konsep bila Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) pada laporan keuangan naik, hal ini menunjukkan kinerja keuangan yang baik yang akan berdampak pada kenaikan harga pasar saham. Hal inilah yang mendasari penulis untuk menguji konsep yang ada apakah Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) benar berpengaruh positif terhadap harga pasar saham dan berapa besar pengaruhnya tersebut bila diterapkan berdasarkan kondisi yang tercermin pada PT Bakrie Telecom, Tbk. Data yang digunakan untuk variabel X pada penelitian ini adalah data time series sedangkan data untuk variabel Y menggunakan rata-rata tertimbang harga pasar saham 6 hari setelah publikasi laporan keuangan. Data diolah dengan menggunakan SPSS versi 17. Untuk menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) secara parsial terhadap harga pasar saham dilakukan analisis persamaan regresi linear berganda, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi dan uji t. Dari hasil analisis data diketahui bahwa secara parsial Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham, sedangkan Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga pasar saham.

Kata kunci : Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Harga Pasar Saham

ABSTRACT

This study aims to determine: (1) How is Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) and stock price movements (2) How does a partial effect of Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) and Earnings Per Share (EPS) to the stock market prices. According to the concept, if the Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) and Earnings Per Share (EPS) in the financial statements up, it indicates a good financial performance that will impact the increases of the stock market prices. This is what underlies the authors to test the concept that there is Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) and Earnings Per Share (EPS) really has positive influence on the stock market prices and how big the effect is when applied under conditions that reflected by PT Bakrie Telecom, Tbk. The data used for the X variable in this study are time series data, while the data for the Y variable using the weighted average of the stock market prices 6 days after the publication of financial statements. The data were processed using SPSS version 17. To analyze the effect of Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) and Earnings Per Share (EPS) partially to the market stock price it performed by using multiple linear regression analysis, the classical assumption test, the determination coefficient test and t test. The results of this research indicate that partially the variable of Return on Equity (ROE) and Earnings Per Share (EPS) significantly influence the stock market prices, while partially the variable of Return on Assets (ROA) has no effect on the stock market prices.

(2)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Baik buruknya perusahaan tercermin dari rasio-rasio keuangan yang secara rutin diterbitkan emiten. Jika diasumsikan investor adalah seorang yang rasional, maka investor tersebut pasti akan sangat memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil yang akan diperolehnya. Variasi harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan, disamping dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Kinerja keuangan akan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar modal. Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik, maka sahamnya akan diminati investor dan harganya meningkat.

Selama ini laba akuntansi selalu menjadi fokus perhatian dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Laba/ keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan dipakai untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.

Rasio keuntungan menurut Sutrisno (2001) dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu : Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), dan Earning Per Share (EPS). Namun demikian, untuk membatasi masalah dalam penelitian ini, penulis hanya akan menganalisa melalui tiga variabel saja yakni Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS).

Dari data-data PT. Bakrie Telecom, Tbk yang ditunjukkan untuk tahun 2006-2007 dapat diketahui bahwa semakin tinggi angka yang ditunjukkan berdasarkan perhitungan ketiga rasio (ROA, ROE dan EPS), maka semakin tinggi pula harga pasar saham yang diperoleh perusahaan pada tahun yang bersangkutan yang artinya semakin baik kinerja manajemen melalui suatu analisis keuangan yang diukur dengan rasio, maka semakin baik pula respon pasar. Dengan demikian, perusahaan tidak saja mampu mencapai tujuan utama perusahaan pada umumnya yakni meningkatkan laba, tetapi juga telah mampu memaksimalkan nilai perusahaan dimana maksimalisasi nilai perusahaan ini tercermin salah satunya melalui harga saham perusahaan yang bersangkutan. Namun demikian, berkebalikan dengan data-data yang ditunjukkan untuk tahun 2008-2010 dimana angka-angka tersebut mengindikasikan bahwa ROA, ROE dan EPS tidak berpengaruh terhadap harga pasar saham sehingga menimbulkan dua asumsi yang berbeda. Berdasarkan fenomena tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai keterkaitan apakah data-data tersebut benar mempengaruhi dan/ atau berpengaruh terhadap satu sama lain terutama terhadap harga pasar saham yang dalam hal ini merupakan variabel (Y) yang diteliti berdasarkan variabel (X) nya, dalam hal ini adalah ROA, ROE dan EPS. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya diharapkan dapat mengetahui tentang pengaruh return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan earning per share (EPS) terhadap harga pasar saham. Dalam kaitan itulah, maka judul penelitian ini adalah: “Pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Pasar Saham pada Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada PT. Bakrie Telecom Tbk)”.

1.2Identifikasi Masalah

1. Bagaimana Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan pergerakan harga saham pada PT. Bakrie Telecom Tbk.

2. Bagaimana pengaruh secara parsial Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham pada PT. Bakrie Telecom Tbk.

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan pergerakan harga saham pada PT. Bakrie Telecom Tbk.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara parsial Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham PT. Bakrie Telecom Tbk.

1.4Kegunaan Penelitian

(3)

2. Bagi peneliti, untuk membuktikan adanya pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham, pada perusahaan yang terdaftar di BEI.

3. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan berkaitan dengan penanaman modal dalam saham, khususnya pada PT. Bakrie Telecom Tbk yang listing di Bursa Efek Indonesia.

II .

TI NJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMI KIRAN, HI POTESI S

2.1Tinjauan Pustaka

a. Return on Asset (ROA)

Menurut James C Van Horne dan Jhon M. Wachowicz JR. yang dialihbahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005:224), mengemukakan:

“Tingkat pengembalian atas investasi (Return on InvestmentROI), atau disebut juga tingkat pengembalian atas aktiva (Return on AssetROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Hal ini dapat dilihat dengan rumus sebagai berikut:

Pengembalian atas Investasi ( ROI, ROA) = Laba Ber sih Setelah Pajak Total Ak tiva

Sehubungan dengan rumus sebelumnya yang dikemukakan oleh James C Van Horne dan Jhon M. Wachowicz JR., Mohamad Samsul (2006:145) menyatakan ROA berbeda dengan ROI karena dalam investment hanya ada unsur modal pinjaman jangka panjang dan ekuitas, sedangkan asset dibiayai dari sumber pinjaman jangka panjang, ekuitas dan utang jangka pendek, sehingga rumus keduanya adalah sebagai berikut:

= laba Operasi−Pajak PPh Total Aset

sedangkan,

= Laba Operasi −Pajak PPh Ekuitas + Pi njaman Jangka Panj ang b. Return on Equity (ROE)

Menurut Freddy Rangkuti (2006:77), keuntungan modal sendiri disebut juga dengan ROE (Return on Equity) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari investasi pemilik modal dan dihitung berdasarkan pembagian antara laba bersih (keuntungan neto sesudah pajak) dengan modal sendiri. Rumus yang digunakan adalah:

ROE = Labe Ber sih Sesudah Pajak Modal sendir i

(Freddy Rangkuti, 2006:77) Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:146), mengemukakan:

“Hasil atas Ekuitas (HAE) atau Return on Equity (ROE) adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen atau saham biasa) atas investasi di perusahaan. Semakin tinggi hasil semakin baik”.

Hasil atas ekuit as ( HAE) ,( ROE) = Laba Ber sih Setel ah Pajak Total Ekui tas c. Earning Per Share (EPS)

Komponen penting yang pertama harus diperhatikan dalam analisis perusahaan menurut Eduardus Tandelilin (2001:241) adalah laba bersih setelah pajak per lembar saham atau lebih dikenal dengan Earning Per Share (EPS), karena Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menentukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

(4)

Adapun pengertian Earning Per Share menurut Ali Arifin (2002:87), adalah sebagai berikut:

“Earning Per Share merupakan hasil perhitungan laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar. Jika pertumbuhan EPS suatu perusahaan mengalami peningkatan, kemungkinan minat beli investor terhadap saham perusahaan tersebut juga akan mengalami peningkatan. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau Earning After Tax (EAT)”.

EPS = Laba Ber sih setelah Paj ak ( EAT) Jumlah Lembar Saham yang Beredar

(Ali Arifin, 2002:87) d. Harga Pasar Saham

Pandji Anaroga dan Piji Pakarti (2003:59), mendefinisikan harga pasar saham sebagai berikut:

“Harga pasar saham adalah harga saham tersebut pada harga riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya”.

Adapun Jogiyanto (2000:88) mendefinisikan harga pasar sebagai berikut:

“Harga pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa”.

Harga pasar saham menurut Abdul Halim (2005:20), adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa efek.

2.2Kerangka pemikiran

Baik buruknya perusahaan tercermin dari rasio-rasio keuangan yang secara rutin diterbitkan emiten. Pada umumnya, perusahaan yang sudah go public diwajibkan oleh peraturan yang dikeluarkan oleh pihak BAPEPAM untuk menerbitkan laporan keuangan, dimana laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, perubahan posisi keuangan yang bermanfaat sebagai salah satu data untuk pengambilan keputusan baik oleh pihak manajemen perusahaan itu sendiri atau pihak investor. Jika pengumuman (penerbitan laporan keuangan) mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan diperlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lain. Rasio-rasio keuangan ini dirancang untuk membantu kita mengevaluasi suatu laporan keuangan.

Menurut Susan Irawati (2006:25), analisis keuangan dalam rangka evaluasi kinerja diperlukan rasio-rasio keuangan yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (financial-nya yang harus segera dipenuhi).

2. Rasio Leverage

Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa jauh perusahaan menggunakan hutangnya untuk jangka panjang.

3. Rasio aktivitas

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya.

4. Rasio Profitabilitas

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Dalam rasio keuntungan atau profitability ratio, ada beberapa rumusan yang digunakan diantaranya: Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Operating Ratio, Net Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, Return on Investment, dan Earning Per Share.

5. Rasio Penilaian

(5)

Dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya menggunakan beberapa rasio antara lain: Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) saja. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham pada PT. Bakrie Telecom Tbk. Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Saham itu sendiri merupakan asset (aktiva) perusahaan. Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas keseluruhan modal yang dimilikinya, yang dihitung berdasarkan pembagian antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas. Semakin baik nilai ROA maupun nilai ROE, maka semakin baik pengelolaan perusahaan atas saham yang tercermin dari laba yang dihasilkan. Sedangkan Earning Per Share (EPS) atau laba per saham digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan, yang dihitung berdasarkan pembagian antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS). Seperti yang telah kita ketahui bahwa harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Informasi mengenai ROA, ROE dan EPS diharapkan mampu memberikan penilaian yang baik atas kinerja perusahaan yang pada akhirnya mampu menarik minat investor untuk menanamkan investasi di perusahaan terutama investasi dalam saham, atas kepercayaan yang diberikan investor terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Dalam analisis laporan keuangan perusahaan untuk berinvestasi saham, pihak investor akan melihat ROA, ROE dan EPS sebagai langkah awal dalam melihat kinerja perusahaan. Semakin baik dan semakin naik ROA, ROE dan EPS yang diperoleh pihak perusahaan, maka semakin baik pula pandangan investor terhadap perusahaan tersebut. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi pasar dimana minat beli terhadap saham perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Dan begitupula sebaliknya semakin turun perubahan ROA, ROE dan EPS perusahaan, maka pandangan investor akan kurang baik. Dengan demikian, pihak perusahaan akan berusaha mempertahankan kenaikan ROA, ROE dan EPS yang diperoleh agar memperoleh pandangan baik investor terhadap perusahaan. Pandangan baik investor akan memberikan dampak positif terhadap perusahaan, salah satunya keikutsertaan dalam menanamkan modalnya dalam membeli saham perusahaan. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah permintaan akan saham perusahaan meningkat dimana kenaikan permintaan akan menimbulkan kenaikan pula terhadap harga saham di pasar bursa itu sendiri.

Sesuai uraian diatas, peneliti beranggapan bahwa dengan menggunakan ketiga variabel tersebut (ROA, ROE dan EPS), para investor akan dapat menilai kinerja perusahaan guna memperkirakan return (pengembalian/ laba) atas investasi yang ditanamkannya berdasarkan harga pasar sahamnya. Selain itu perusahaan dapat mengetahui seberapa besar kinerja yang telah dihasilkan, sehingga tujuan untuk memakmurkan pemegang saham dapat tercapai. Selanjutnya dengan menggunakan ketiga variabel tersebut (ROA, ROE dan EPS) akan diteliti alat ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap harga pasar saham.

2.3Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh ROA terhadap harga pasar saham secara parsial. 2. Terdapat pengaruh ROE terhadap harga pasar saham secara parsial. 3. Terdapat pengaruh EPS terhadap harga pasar saham secara parsial.

II I .

OBJEK DAN METODE PENELI TI AN

3.1Objek Penelitian

(6)

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode desktiptif analitis dengan pendekatan even study. Metode desktiptif analitis yaitu metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya, menyajikan dan menganalisanya, sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti, dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan

Even studies menurut Eduardus Tandelilin (2001:126) adalah sebagai berikut:

“Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas”. Sedangkan menurut Mohamad Samsul (2006: 273), even studies diartikan sebagai mempelajari pengaruh suatu peristiwa terhadap harga saham di pasar, baik pada saat peristiwa itu terjadi maupun beberapa saat setelah peristiwa itu terjadi, apakah harga saham akan meningkat atau menurun setelah peristiwa itu terjadi atau apakah harga saham sudah terpengaruh sebelum peristiwa itu terjadi.

3.3Model/ Paradigma Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran, paradigma penelitian dapat disajikan dalam gambar 3.1:

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Dimana:

X1 : Return on Asset (ROA)

X2 : Return on Equity (ROE)

X3 : Earning Per Share (EPS)

Y : Harga Pasar Saham

ε : Faktor lain yang tidak diteliti tetapi berpengaruh terhadap harga pasar saham 3.4Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset, Return On Equity, dan Earning per Share terhadap Harga Pasar Saham, maka analisis data sebagai berikut:

a. Analisis Rasio Finansial Return On Asset

Return On Asset (ROA) dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.

Secara formulasi sebagai berikut:

= 100%

Munawir (2007 : 89)

Return On Equity

Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Secara formulasi sebagai berikut:

= 100%

Sutrisno (2005 : 239)

ε X1

X2 Y

(7)

Earning Per Share

Earning per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah jumlah total laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar. Nilai Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menentukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Secara formulasi sebagai berikut:

EPS = Laba Ber sih Setelah Pajak ( EAT) Juml ah lembar saham beredar

Ali Arifin (2002:87) Harga Pasar Saham

Harga saham berdasarkan nilai penutupan perdagangan (close price) 6 hari sesudah diterbitkannya laporan keuangan. Penggunaan jangka waktu 6 hari merujuk pada konsep pasar efisien dimana menurut konsep pasar efisien, pasar dikatakan efisien bilamana harga-harga yang terbentuk dipasar merupakan cerminan dari informasi yang ada. Salah satu konsep dari hipotesis pasar efisien adalah bahwa sekali suatu informasi menjadi informasi publik (umum), artinya tersebar di pasar, maka semua investor akan bereaksi dengan cepat dan mendorong harga naik untuk mencerminkan semua informasi yang ada.

b. Analisis Regresi Berganda

Analisis data untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi ganda dengan menggunakan time lag satu tahun. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable) dalam hal ini adalah pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Pasar Saham.

Sugiyono (2006:210), menyatakan analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.

Persamaan regresi untuk dua prediktor adalah: Y = a + b1X1 + b2X2

Persamaan regresi untuk tiga prediktor adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Persamaan regresi untuk n prediktor adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + …….. + bnXn

(Sugiyono, 2006:211) Dikarenakan publikasi laporan keuangan tahunan dipublikasikan pada tahun setelahnya dengan menggunakan harga pasar saham pada tahun publikasi (tahun yang diteliti) atau dengan kata lain bahwa data keuangan tahun sebelumnya digunakan untuk memprediksi tahun sekarang, maka pengaruh tersebut dapat disederhanakan dalam model matematis regresi berganda dengan time lag satu tahun sebagai berikut:

HPS(Yt) = a+b

1ROA(t-1)+b2ROE(t-1)+b3EPS(t-1)+ε Dimana :

Harga Pasar Saham (Yt) = variabel dependen pada tahun t.

ROA, ROE, EPS (X(t-1)) = Variabel independen sebelum tahun t.

a = Konstanta.

b1, b2, b3 = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan maupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.

ε = Faktor lain yang tidak diteliti. c. Pengujian Asumsi Klasik

(8)

(LM Test), uji linearitas dengan metode analisis grafik (ZRESID dan ZPRED) dan metode Lagrange Multiplier (LM Test) (Dr. Suliyanto, 2011).

d. Koefisien Determinasi

Merupakan besaran yang memberikan informasi goodness of fit dari persamaan regresi, yaitu memberikan proporsi atau persentase kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (X1, X2, X3) secara

simultan terhadap variasi dari variabel dependen (Y).

Analisis ini digunakan untuk menunjukkan berapa besar pengaruh Return On Asset (X1), Return On Equity (X2), dan Earning per Share (X3) terhadap Harga Pasar Saham (Y). Koefisien Determinasi

(KD) menunjukkan ragam naik turunnya variabel terikat (Y) yang diterangkan oleh variabel X (berapa bagian dari total keragaman dari variabel Y yang dapat dijelaskan oleh beragamnya nilai-nilai yang diberikan setiap variabel bebas X). Koefisien determinasi dihitung untuk memperoleh kontribusi variabel bebas ROA (X1), ROE (X2), dan EPS (X3) terhadap variabel terikat Harga Pasar saham (Y). dimana

dalam penggunaannya koefisien determinasi dinyatakan dalam persentase. Adapun koefisien determinasi menutur J. Supranto (2004:208), dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Koefisien Determinasi = r2 x 100% Koefisien Non Determinasi = 1- (r2) x 100%

Dimana: r2 = koefisien korelasi pangkat dua (alat analisis untuk mengukur kuatnya hubungan antara variabel X dan variabel Y).

Karena jumlah variabel independen yang diteliti adalah tiga buah variabel, maka untuk menghitung koefisien korelasi dapat digunakan rumus (Sugiyono, 2006:218) sebagai berikut:

Ry( . . ) = b

X Y + b

X Y + b

X Y

Y

Keterangan:

X = variabel bebas Y = variabel terikat

R = koefisien korelasi ganda tiga prediktor

b = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan maupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.

Koefisien korelasi ini akan besar jika tingkat hubungan antar variabel kuat. Demikian jika hubungan antar variabel tidak kuat, maka nilai R akan kecil. Besarnya koefisien korelasi ini akan diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Tingkat Keeratan Hubungan Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 1,99

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,00

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

(Sugiyono, 2006:183)

 Jika nilai koefisen penentu (KD) = 0, berarti tidak ada pengaruh ROA, ROE, dan EPS terhadap Harga Pasar Saham.

 Jika nilai koefisen penentu (KD) ≠ 0, berarti variasi naik turunnya Harga Pasar Saham adalah 100% dipengaruhi oleh ROA, ROE, dan EPS.

(9)

e. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sigifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan.

Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi

dengan nilai ttabel (nilai kritis) dengan tingkat signifikan α= 5% dengan derajat kebebasan (degree of

freedom) df = (n-k-1), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel. Jika thitung > ttabel

atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen.

a. Menentukan Hipotesis

1. Pengujian pengaruh ROA terhadap harga pasar saham

a. Ho1: ρ = 0, tidak terdapat pengaruh ROA terhadap harga pasar saham

b. Ho1: ρ ≠ 0, terdapat pengaruh ROA terhadap harga pasar saham

2. Pengujian pengaruh ROE terhadap Harga Pasar Saham

a. Ho2: ρ = 0, tidak terdapat pengaruh ROA terhadap harga pasar saham

b. Ho2: ρ ≠ 0, terdapat pengaruh ROA terhadap harga pasar saham

3. Pengujian pengaruh EPS terhadap Harga Pasar Saham

a. Ho3: ρ = 0, tidak terdapat pengaruh ROA terhadap harga pasar saham

b. Ho3: ρ ≠ 0, terdapat pengaruh ROA terhadap harga pasar saham

b. Uji Signifikansi

Uji signifikansi dalam kasus ini berupa uji t (signifikan secara parsial) dan dibantu melaui program SPSS versi 17 sebagai berikut:

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara terpisah/ parsial serta penerimaan atau penolakan hipotesis.

c. Tentukan daerah kritis dengan tarap nyata 5% atau pada selang kenyataan sebesar 95%. d. Kriteria Uji t

Uji t menggunakan rumus:

t = r √ −2 1− dimana:

t = thitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan ttabel

rp = koefisien korelasi parsial yang ditentukan

n = jumlah sampel

e. Pembuktian dilakukan dengan cara menmbandingkan hasil dari thitung dengan tα yaitu:

 Jika thitung < ttabel (α/2;n-k-1), maka Ho diterima dan Ha ditolak

Artinya variabel independen (ROA, ROE dan EPS) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Harga Pasar Saham).

 Jika thitung > ttabel (α/2;n-k-1), maka Ho ditolak dan menerima Ha

Artinya variabel independen (ROA, ROE dan EPS) berpengaruh terhadap variabel dependen (Harga Pasar Saham).

f. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian diatas, penulis akan melakukan analisis secara statistik melaui program SPSS versi 17. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah diterapkan itu diterima atau ditolak.

IV.

HASI L PENELITI AN DAN PEMBAHASAN

(10)

Namun pada tahun 2008 berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2008, harga saham tertimbang turun cukup drastis pada level Rp 72,- sementara ROA, ROE dan EPS mengalami kenaikan dari periode sebelumnya (per 30 Juni 2008). Hal ini disebabkan pada periode tersebut BTEL mengalami autoreject bawah yang mengakibatkan disuspensinya BTEL oleh BEI dalam perdagangan saham. BTEL selaku grup Bakrie terkena sentiment negatif akibar BNBR selaku induk usaha mereka tidak segera menyelesaikan masalah hutang sebesar Rp 11,51 triliun yang melilit BNBR sehingga membuat anggapan pemegang saham grup Bakrie yang melihat masih besarnya potensi gagal bayar lantaran negosiasi penjualan saham BNBR tidak kunjung selesai, terlebih ditengah kondisi pasar yang sedang ambruk sehingga mereka memilih melepas portofolio secara besar-besaran pasa saham-saham grup Bakrie. Perlu diketahui bahwa pada tahun 2008 terjadi krisis global yang membuat IHSG ikut tertekan dan mengakibatkan sebagian besar saham Indonesia ikut anjlok termasik salah satunya BTEL. Krisis ini terjadi akibat bangkrutnya lembaga keuangan Lehman Brother akibat kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat.

Sepanjang tahun 2011 ROA, ROE dan EPS mengalami penurunan yang sangat drastis ke level terendahnya. Hal ini disebabkan BTEL menderita rugi karena beban usaha yang naik justru lebih tinggi dari pendapatan yang hanya naik tipis. Namun demikian harga pasar tertimbang tahun yang bersangkutan justru mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.

a. Persamaan Analisis Regresi Berganda

Dari tabelcoefficientsa dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 248,659 – 60,805X1 + 96,049X2 – 49,120X3 + e Keterangan:

Y = Harga Pasar Saham X1 = Return On Asset (ROA)

X2 = Return On Equity (ROE)

X3 = Earning Per Share (EPS)

ε = Faktor lain yang tidak diteliti. Interpretasi:

Dalam persamaan regresi berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa konstanta 248,659 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan ROA, ROE dan EPS, maka harga pasar saham sebesar Rp 248,659,-.

Koefisien regresi ROA memiliki nilai 60,805 dengan arah negatif menunjukkan bahwa kenaikan ROA sebesar satu satuan (∆X1=1%) akan menurunkan harga pasar saham sebesar Rp 60,805,-.

Koefisien regresi ROE memiliki nilai 96,049 dengan arah positif menunjukkan bahwa kenaikan ROE sebesar satu satuan (∆X2=1%) akan menaikkan harga pasar saham sebesar Rp 96,049,-.

Koefisien regresi EPS memiliki nilai 49,120 dengan arah negatif menunjukkan bahwa kenaikan EPS sebesar satu satuan (∆X1=Rp 1) akan menurunkan harga pasar saham sebesar Rp 49,120,-.

b. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda Uji Normalitas

Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Kriteria Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (Dr.Suliyono, 2011:75):

- Jika nilai probabilitas (Kolmogorov-Smirnov) < taraf signifikansi 5% (0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal.

- Jika nilai probabilitas (Kolmogorov-Smirnov) > taraf signifikansi 5% (0,05), maka distribusi data dikatakan normal.

Berdasarkan output hasil uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari semua variabel. ROA (0,163), ROE (0,054), EPS (0,031) dan harga pasar saham (0,810) lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini semuanya berdistribusi normal. Atau dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) Standarized Residual sebesar 0,377 > 0,05.

Uji Multikolinearitas

(11)

dan nilai TOL (Tolerance) variabel EPS sebesar 0,029, sedangkan nilai VIF (Variance Inflation Factor) variabel ROA 47,459, ROE 101,680 dan EPS sebesar 34,776. Dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor) variabel ROA, ROE dan EPS yang lebih dari 10, maka pada model regresi yang terbentuk terjadi gejala multikolinearitas.

Uji multikolinearitas berdasarkan Eigenvalue dan Condition Index dilakukan dengan melihat rasio Maximum Eigenvalues (k). Jika k antara 100 dan 1000, maka menunjukkan adanya gejala multikolinear yang moderat sampai kuat, sedangkan jika nilai k > 1000 menunjukkan gejala multikolinear yang sangat kuat, atau dengan berdasarkan pada Condition Index (CI). Jika nilai CI antara 10 dan 30 menunjukkan adanya gejala multikoliner yang moderat sampai kuat, sedangkan jika nilai CI > 30 menunjukkan adanya gejala multikolinear yang sangat kuat. (Dr. Suliyanto, 2011).

Berdasarkan output pada Collinearity Diagnostic terlihat bahwa Eigenvalue maksimum sebesar 2,944 sedangkan Eigenvalue minimum sebesar 0,006 sehingga nilai k adalah sebagai berikut:

k =

k =

,

,

= 490,67

Sedangkan

CI =

CI =

,

, = 22,15

Dengan melihat nilai k sebesar 490,67 > 100, model regresi yang dibentuk mengandung gejala multikolinear. Demikian juga jika melihat nilai CI sebesar 22,15 > 10, maka model regresi yang dibentuk mengandung multikolinearitas sedang. Nilai CI (Condition Indeks) sebesar 10-30 termasuk pada multikolinearitas sedang (Setiawan dan Dwi Endah Kusrini, 2010 : 92).

Uji multikolinearitas dengan melihat nilai R2 dan nilai t statistik dilakukan dengan membandingkan nilai R2 dan nilai statistik. Jika nilai R2 tinggi, misalkan diatas 0,80 dan uji F menolak hipotesis nol, tetapi nilai t statistik sangat kecil atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan, maka hal itu menunjukkan adanya gejala multikolineritas. (Dr. Suliyanto, 2011: 81-83). Hasil penelitian dengan bantuan SPSS disajikan dalam tabel Model Summary dan tabel Coefficientsa lampiran 1 halaman 110 menunjukkan nilai R2 0,407 < 0,8, F menolak hipotesis nol, pada nilai t statistik terdapat dua variabel bebas yang signifikan dan hanya satu variabel yang tidak signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan kemultikolinearitasan dapat diabaikan. Untuk lebih menguatkan penarikan kesimpulan mengenai kemultikolinearitasan ini, penulis menemukan pendapat dari para ahli mengenai hal tersebut.

Setiawan dan Dwi Endah Kusrini (2010: 92), multikolinearitas dapat dideteksi apabila memperoleh R2 yang tinggi (>0,7) dalam model, tetapi sedikit sekali atau bahkan tidak satupun parameter regresi yang signifikan jika diuji secara individual dengan menggunakan statistik uji t. Seperti telah diuraikan sebelumnya pada tabel Model Summary diperoleh nilai R2 < 0,7, F pada tabel ANOVAb menolak hipotsis nol, dan nilai t statistik pada tabel Coefficientsa menunjukkan terdapat dua variabel bebas yang signifikan, sehingga menolak kemulltikolinearitasan.

Setiawan dan Dwi Endah Kusrini (2010: 92), multikolineritas juga dapat dideteksi apabila dalam model regresi memperoleh koefisien regresi (βj) dengan tanda yang bebeda dengan koefisien korelasi

antara Y dengan Xj. Misalnya korelasi antara Y dengan Xj bertanda positif (ryxj > 0), tetapi koefisien

regresi yang berhubungan dengan dengan Xj bertanda negatif (βj < 0) atau sebaliknya. Hasil penelitian

pada tabel Coefficientsa menunjukkan koefisien regresi (βROA dan βEPS) bertanda negatif, senada dengan koefisien korelasi (r) antara Y dengan ROA, dan Y dengan EPS yang bertanda negatif. Begitupula

koefisien regresi (βROE) bertanda positif, senada dengan koefisien korelasi (r) antara Y dengan ROE yang bertanda positif, sehingga deteksi semula mengenai adanya kemultikolinearitasan dapat diabaikan.

(12)

diabaikan (model regresi tidak bermasalah) dan model penelitian tetap BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator).

Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan analisis grafik (SRESID dan ZPRED) dengan melihat tampilan scatterplot.

Berdasarkan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plot menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Stidentized ResidualI. Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas menggunakan analisis grafik memiliki beberapa kelemahan. Disamping dapat memberikan penilaian yang subjektif, metode ini juga sulit diinterpretasikan jika jumlah pengamatannya sedikit. Oleh karena itu penulis menguji kelinearitasan model regresi dengan menggunakan alat uji lainnya yakni uji heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman.

Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien korelasi Rank Spearman dari masing-masing variabel bebas dengan nilai absolute residualnya, |e|. Jika nilai signifikasi lebih besar dari nilai alpha (Sig.

> α), maka dapat dipastikan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila thitung < ttabel (Dr. Suliyono, 2011:112).

Berdasarkan output, nilai Sig. variabel ROA (0,563), ROE (0,556), dan EPS (0,379) > 0,05 maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Sedangkan nilai t hitung adalah sebagai berikut:

t hitung ROA = ρ √ 0,899) lebih kecil dari ttabel = 2,101 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut (Dr.Suliyono, 2011:127): dU s.d. 4-dU Tidak ada autokorelasi 4-dU s.d. 4-dL Tanpa kesimpulan

> 4 -dL Ada autokorelasi (-)

Pada bagian model summary, terlihat angka Durbin-Watson sebesar 1,127. Apabila kita lihat tabel Watson dengan n=22, K=3, maka akan diperoleh nilai dL=1,053 dan dU=1,664. Nilai Durbin-Watson hitung sebesar 1,127 berada pada daerah dU s.d dL, hal ini berarti model regresi tidak dapat disimpulkan. Dikarenakan menurut Durbin-Watson model regresi tidak dapat disimpulkan, maka penulis menguji dengan alat uji lain yakni dengan metode Lagrange Multiplier (LM Test).

Prinsip uji autokorelasi dengan metode Lagrange Multiple (LM-Test) adalah dengan membandingkan X2 hitung dengan rumus (n-1) x R2 dengan X2tabel dengan df=(α, n-1).

Kriteria uji autokorelasi dengan metode Lagrange Multiple (LM-Test) (Dr.Suliyono, 2011:129) adalah sebagai berikut:

 jika X2 hitung > X2tabel dengan df=(α,n-1), hal itu menunjukkan adanya masalah autokorelasi.  jika X2 hitung ≤ X2 tabel dengan df=(α,n-1), hal itu menunjukkan tidak terjadi masalah

autokorelasi.

(13)

adalah sebesar (n -1) x R2 = (22-1) x 0,214 = 4,494. Sedangkan nilai X2 tabel dengan df:0,05;21 adalah 32,671. Karena nilai X2 hitung 4,494 < X2 tabel 32,671 maka model persamaan regresi tidak mengandung masalah autokorelasi.

Uji Linearitas

Uji Linearitas dilakukan dengan Metode Analisis Grafik (ZRESID dan ZPRED) dengan melihat scatterplot.

Berdasarkan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plot menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu regression standardized residual. Oleh karena itu berdasarkan uji linearitas menggunakan metode analisis grafik, model regresi yang terbentuk dinyatakan linear.

Uji linearitas menggunakan analisis grafik memiliki beberapa kelemahan. Disamping dapat memberikan penilaian yang subjektif, metode ini juga sulit diinterpretasikan jika jumlah pengamatannya sedikit. Oleh karena itu penulis menguji kelinearitasan model regresi dengan menggunakan alat uji lainnya yakni uji linearitas dengan metode Lagrange Multiplier (LM Test).

Prinsip uji linearitas dengan metode Lagrange Multiplier (LM-Test) adalah dengan membandingkan X2 hitung (n x R2) dengan X2tabel dengan df=(n,α).

Kriteria uji linearitas dengan metode Lagrange Multiplier (LM-Test) (Dr.Suliyono, 2011:163) adalah sebagai berikut:

 Jika X2 hitung > X2tabel dengan df=(n,α), maka model dinyatakan tidak linier.  Jika X2 hitung < X2tabel dengan df=(n,α), maka model dinyatakan linier.

Berdasarkan output hasil uji linearitas dengan metode Lagrange Multiple (LM-Test) maka diperoleh koefisien determinasi (R2) persamaan regresi yang baru sebesar 0,046 sehingga nilai X2 hitung adalah sebesar (n x R2) = (22 x 0,046) = 1,012. Sedangkan nilai X2 tabel dengan df:0,05;22 adalah 33,924. Karena nilai X2 hitung 1,012 < X2 tabel 33,924 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi adalah linier.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-varianel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas (Dr. Suliyanto, 2011).

Dari hasil output dilihat bahwa nilai R2 adalah sebesar 0,407. Hal ini berarti bahwa pengaruh ROA, ROE dan EPS terhadap harga pasar saham adalah sebesar 40,7%. Dikarenakan jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik digunakan Adjusted R square untuk menentukan korelasi/ keeratan hubungan antara harga pasar saham dengan ketiga variabel independennya. Adjusted R Square yaitu koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan jumlah dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur bias jika terjadi penambahan variabel maupun penambahan ukuran sampel (Dr. Suliyanto, 2011). Adjusted R Square adalah 0,308 (selalu lebih kecil dari R Square). Hal ini berarti 30,8% variasi dari harga saham yang bisa dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independennya, sedangkan sisanya (100%-30,8%)=69,2% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Angka Adjusted R Square 0,308 menunjukkan korelasi yang rendah (Sugiyono, 2006:183).

d. Uji t (Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara Parsial Terhadap Harga Pasar

Dari tabel Coefficientsa dapat dilihat nilai correlation parsial untuk ROA sebesar 0,227 yang berarti bahwa derajat hubungan antara ROA dengan harga pasar saham adalah sebesar 22,7% dimana korelasi ini termasuk pada kategori korelasi sangat lemah. Correlation parsial untuk ROE sebesar 0,539 yang berarti bahwa derajat hubungan antara ROE dan harga pasar saham adalah sebesar 53,9% dimana korelasi ini termasuk pada kategori korelasi cukup. Correlation parsial untuk EPS sebesar 0,636 yang berarti bahwa derajat hubungan antara EPS dan harga pasar saham adalah sebesar 63,6% dimana korelasi ini termasuk pada kategori korelasi cukup.

Dari tabel Coefficientsa juga dapat dilihat thitung ROA -0,990>ttabel -2,101 yang berarti Ho diterima

dan Ha ditolak, thitung ROE 2,719>ttabel 2,101 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, thitung EPS

-3,495<ttabel -2,101 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai Sig. ROA

sebesar 0,335>0,05, nilai Sig ROE sebesar 0,014<0,05 dan nilai Sig. EPS sebesar 0,003<0,05.

(14)

(ROE) berpengaruh secara parsial terhadap harga pasar saham sehingga hipotesis 2 (Ha2) diterima dan

pengaruh tersebut signifikan, Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial terhadap harga pasar saham sehingga hipotesis 3 (Ha3) diterima dan pengaruh tersebut signifikan.

V.

SI MPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) cenderung fluktuatif sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2011 dimana Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) secara bersamaan berfluktuasi pada tahun 2007 yang merupakan titik tertingginya. Hal ini akibat pengaruh dari jumlah pelanggan BTEL yang meroket sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan yang berdampak pada kenaikan laba perusahaan.

Selanjutnya Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) secara bersamaan mengalami penurunan dengan penurunan yang amat drastis terjadi di tahun 2011 yang merupakan titik terendahnya hal ini terjadi karena BTEL mengalami rugi akibat beban usaha yang naik tinggi tidak sebanding dengan pendapatan usaha perseroan yang hanya naik tipis.

Perkembangan harga pasar saham pun cenderung fluktuatif sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2012 dengan titik tertinggi pada tahun 2008 dengan pencapaian tertinggi Rp 438,-. yang merupakan cerminan reaksi/ respon investor terhadap kinerja keuangan yang baik pada tahun sebelumnya (2007) dan harga pasar saham mengalami penurunan dengan titik terendah pada tahun 2009 Rp 71,-. Hal ini disebabkan pada periode tersebut BTEL terkena sentiment negatif akibat buruknya kinerja keuangan grup Bakrie lainnya (BNBR selaku induk dari grup yang tidak juga dapat menelesaikan hutang yang melilitnya) juga ditambah akibat dari krisis global pada saat itu yang berdampak pada IHSG sehingga berdampak pada penurunan/ anjloknya sebagian besar saham di Indonesia termasuk BTEL yang mengalami autoreject bawah yang mengakibatkan disuspensinya BTEL oleh BEI dalam perdagangan saham. Krisis global ini terjadi akibat bangkrutnya lembaga keuangan Lehman Brother akibat kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat.

2. Pengaruh secara parsial Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham pada PT Bakrie Telecom, Tbk diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Return On Asset (ROA) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga pasar saham. b. Return On Equity (ROE) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. c. Earning Per Share (EPS) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham.

5.2Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi investor yang akan/ sedang berinvestasi dalam bentuk saham di Bursa Efek Indonesia, penulis menyarankan untuk memperhatikan setiap pergerakan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share dalam memproyeksikan pergerakan harga pasar saham sehingga investor dapat menentukan momentum yang tepat dalam membuat keputusan membeli, menjual ataupun (hold) menahan saham, baik itu saham secara keseluruhan ataupun dalam hal ini terutama terhadap saham PT Bakrie Telecom, Tbk. Akan tetapi investor disarankan untuk tidak langsung bereaksi atau memfokuskan diri pada pergerakan Return On Asset (ROA) karena berdasarkan penelitian ini, Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2. Bagi perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan aspek ROE dan EPS karena didalam berinvestasi

investor cenderung memperhatikan seberapa besar keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri (saham) dan seberapa besar pengembalian atas suatu investasi per lembar sahamnya.

(15)

yang lebih akurat, maka objek penelitian ditambah dan periode penelitian diperpanjang. Selanjutnya, variabel penelitian yang tidak konsisten dan tidak signifikan dengan yang dilakukan oleh peneliti agar dijadikan penelitian yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Arifin. 2007. Membaca Saham, edisi ketiga. Yogyakarta: Andi.

Aryati Kusumastuti. 2008. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Pasar Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.

Ayuk Prasetya Uni. 2006. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Universitas Negeri Semarang.

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi keempat, cetakan ketujuh. Yogyakarta: BPFE.

Damodar N. Gujarati. 2003. Ekonometri Dasar. Jakarta: Erlangga.

Damodar N. Gujarati. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Damodar N. Gujarati. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Denny Suryo Utomo. 2006. Pengaruh Asset Growth, Debt to Equity Ratio, Return On Equity dan Earning Per Share terhadap Beta Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Universitas Islam Yogyakarta.

Edo Febianto. 2007. Pengaruh Dividen Per Lembar Saham terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada Emiten Sektor Industri Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, buku I, edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Freddy Rangkuti. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan, edisi keempat, cetakan pertama. Yogyakarta : BPFE.

Irfan Fahmi. 2009. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Pasar Saham Periode 2005-2008 (Studi Kasus pada PT. Plaza Realty, Tbk di Bursa Efek Indonesia). Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. Jogiyanto. 2004. Metode Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman, cetakan pertama.

Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto H. M. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. edisi kedua, cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE.

Jonni Manurung dan Adler Haymanas. 2009. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Jakarta: Salemba empat.

Kamaruddin Ahmad. 2003. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koetin, E.A. 2002. Analisis Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.

Mardiasmo. 2000. Akuntansi Keuangan Dasar 2, edisi kesatu, cetakan kedua. Yogyakarta: BPFE. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, edisi pertama, cetakan kesatu. Yogyakarta: Andi. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Cetakan keenam. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen, cetakan kesatu. Jakarta: Salemba Empat.

Nur Indriyantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodolgi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen, edisi pertama, cetakan kedua. Yogyakarta: BPFE.

Panji Anoraga dan Piji Pakarti. 2003. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta: Rhineka Cipta. Ridwan S. Sundjadja dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 1, edisi kelima. Jakarta: Literata

Lintas Media.

Ridwan S. Sundjadja dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2, edisi keempat. Jakarta: Literata Lintas Media.

(16)

Setiawan dan Dwi Endah Kusrini. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta: ANDI.

Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid II. Jakarta: Salemba Empat.

Suad Husnan. 2001. Dasar-dasar Teori Potrofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ketiga. Yogyakarta: AMP YKPN.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesembilan. Bandung: ALFABETA.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Edisi Kesatu. Yogyakarta: ANDI.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi ketiga. Yogyakarta: AMP YKPN. Susan Irawati. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka.

Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, edisi pertama, cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE.

Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, cetakan ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia (Pendekatan Tanya Jawab), edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia (Pendekatan Tanya Jawab), edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis, Buku 1, edisi keempat. Jakarta: Salemba Empat. Van Horne, James C. dan Jhon M. Wachowicz. _____. Fundamental of Financial Management, 12thed.

Prentice-Hall Inc. Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, buku 1, edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.

http://www.bakrietelecom.com/investor-rooms http://www.bakrietelecom.com/financial-statement http://www.bakrietelecom.com/annual-repots

Gambar

Gambar 3.1  Paradigma Penelitian
Tabel 3.4 Tingkat Keeratan Hubungan
Tabel 4.7 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Referensi

Dokumen terkait

Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar mengenai data: harga jual per unit, biaya variabel per unit, jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biaya tetap tunai

Niiden vastaajien, joilla oli vähintään yksi ystävä, kokemukset olivat positiivisempia kuin niiden vastaajien, joilla ei ollut Suomessa yhtään ystävää.. 3 Vastaajien, joilla

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian terkait kualitas tidur bayi, sehingga dapat disarankan perlu adanya penyebaran/ infomasi kepada ibu terkait dengan pijat

Untuk menguji sistem kontrol backstepping control konvensional, metode ini akan diuji dengan skenario kesalahan pada motor yang ditentukan pada Tabel 4.5, berdasarkan

1974 tentang Penertiban perjudian, dan UU No.11 Tahun 2008 tentang ITE masih kurang ini terbukti masih adanya praktek perjudian walaupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi,

Hasil studi pendahuluan tersebut sesuai dengan pendapat Vernon yang dikutip oleh Hargrove dan Poteet (dalam Riana, 2003) yang mengemukakan bahwa perilaku siswa

Petani yang status gizinya buruk cenderung berisiko mengalami keracunan yang lebih besar bila bekerja dengan pestisida organofosfat dan karbamat. Enzim kolinesterase

Dengan demikian, dari hasil pengujian model yang dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan algoritma Naive Bayes dapat dijadikan rekomendasi