• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BAS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X3

SMA NEGERI 14 PEKANBARU 2015/2016

OLEH: SELAMET1)

ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi di SMA Negeri 14 Pekanbaru tahun pelajaran 2014/2015 khususnya dikelas X, umumnya pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru dengan metode ceramah, dan siswa kurang dihadapakan pada persoalan nyata yang menyebabkan kemampuan berpikir siswa kurang optimal, dalam menganalisa, membuat pemecahan masalahdan menyampaikan pendapat.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dan (2) Untuk meningkatkan hasil belajar kognitif biologi siswa melalui menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Bentuk Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Parameter dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah, hasil belajar, aktivitas siswa dan aktivitas guru. Instrumen penelitian terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Prosedur penelitian terdiri dari (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi dan (4) tahap refleksi. Data diperoleh dari hasil penelitian di kelas berbentuk deskripsi.

Teknik analisis data terdiri dari sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian sebagai berikut :rata-rata sikap ilmiah pada siklus I yaitu 69,26% (cukup) pada siklus II 78,55% (baik) terdapat pemeningkatandan pada siklus III menjadi 86,43 % (baik sekali)lebih meningkat.Ketuntasan belajar siswa pada siklus I 72,97% dengan nilai rata-rata 82,57%, pada siklus II meningkat menjadi 91,89% dengan nilai rata 85% dan pada siklus III lebih meningkat menjadi 94,59% dengan nilai rata-rata 86,62%.Aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus I yaitu 72,16% (cukup), pada siklus II meningkat menjadi 81,98% (baik). Dan pada siklus III 92,25% (baik sekali). Aktivitas guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I adalah 86,36% (baik), pada siklus II adalah 100% (baik sekali) dan siklus III adalah 100% (baik sekali)Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan sikap ilmiah dan

hasil belajar kognitif biologi siswa kelas X3SMAN Negeri 14 Pekanbaru Tahun

Ajaran 2015/2016.

(2)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 2 “THE IMPROVING OF STUDENTS' SCIENTIFIC ATTITUDE AND

STUDENTS' COGNITIVEACHIEVEMENT IN BIOLOGY SUBJECT THROUGH PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL

OF X3 CLASS AT SMAN 14 PEKANBARU 2015/2016”

Oleh: SELAMET1)

ABSTRACT

Based on the observation result on learning process in biology subject at SMAN14 Pekanbaru academic year 2014/2015, especially in X grade, in general, the implementation of leaming still focus on the teachers center through lecture method, and the students less given of real issue that caused the students' thinking skills were not optimal, difficult to analyze and communicate the ideas.

The objectives of this study were to improve students' scientific attitude,and (2) To improvestudents' cognitive achivement in Biology subject through model of learning “Problem BasedLearning (PBL)”. Model in this research was the classroom action research. The parameter in this researchwere scientific attitude, students' achievements, students' activities, and teachers' activities. Theinstruments of Research consist of learning tools and collecting of data. The procedure ofresearch consist of (1) planning (2) implemtation (3) observating (4) reflecting. The data was obtained based on the result of research in descriptive research in the classroom

The technique of data analysis consist of scientific attitude and students’ achievements. The result of this research as follow: The average of students' scientific attitude in the first cyclewas 69,26% (enough) in the second cycle 78,55% (good) there wasa significant increase in thethird cycle into 86,43% (excellent). The students' mastery learning in the first cycle 72,97% with an average value of 82,57%, in the second cycle increases to 91,89% with an average value of85% andthe third cycle was more increase to 94,59% with an average value of 86,62%. The students'learning activities in the learning process in the first cycle was72,16%(enough), in the secondcycle increase to 8l,89% (good). And the third cycle 92,25% (excellent). The teacher's activities in the learning process in the first cycle was 86,36% (good), in the second cycle was 100% (excellent) and the third cycle was 100% (excellent). From the results of this study, it could be concluded that,the implementationof Problem Based Learning (PBL) model could improve the students' scientific attitude and theircognitive achievement in Biology subject of students grade X3 SMAN 14 Pekanbaru forAcademicYear 2015/2016.

(3)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 3 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

SMAN 14 merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Pekanbaru yang masih menerapkan kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun ajaran 2008/2009. Sesuai dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan siswa dapat menguasai berbagai konsep-konsep dan prinsip biologi untuk mengembangkan pengetahuan. Artinya proses pembelajaran biologi yang dilakukan guru hendaknya

memungkinkan terjadinya

pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran biologi (Setyawan, 2008).

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi di SMA Negeri 14 Pekanbaru tahun pelajaran 2014/2015 khususnya dikelas X, umumnya pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru dengan metode ceramah, dan siswa kurang dihadapakan pada persoalan nyata yang menyebabkan kemampuan berpikir siswa kurang optimal, belum terlatih dalam

menganalisa, dan membuat

pemecahan masalah. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai siswa sebelumnya yaitu hanya 14 dari 36 orang siswa mampu mengerjakan soal-soal yang dikaitkan dengan materi dan permasalahan yang terjadi disekitar lingkungan.

Cara pembelajaran dan metode belajar yang konvensional salah satu pemicu siswa lebih pasif dalam pembelajaran. Fakta yang terlihat masih banyak siswa malu bertanya dan hanya sedikit siswa menjawab pertanyaan dari guru, selain itu

kerjasama siswa dalam belajar tidak terlihat, siswa cenderung belajar individual, kurang teliti dan kurang disiplin dalam pembelajaran.

Hal tersebut menunjukan siswa tidak dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Rendahnya sikap ingin tahu atau menjawab pertanyaan diatas menyebabkan sikap kritis terhadap proses pembelajaran menjadi rendah. Dalam proses pembelajaran siswa tidak dapat mengaitkan konsep pembelajaran dengan masalah yang ada di disekitar lingkungannya, demikian pula antara mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya. Contoh kasus yang diberikan oleh guru membutuhkan waktu yang lama untuk bisa dimengerti. Selain itu, masih kurangnya kemampuan guru

untuk membangun dan

membangkitkan kemampuan analisa siswa terhadap proses pemecahan masalah dalam pembelajaran, yang berdampak pula pada hasil belajar kognitif siswa yang rendah. Hal ini ditunjukan dari nilai rata-rata siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 78, dimana rata-rata hasil ulangan siswa hanya 70.

Berdasarkan permasalahan diatas perlu dilakukan usaha perbaikan agar sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran meningkat, sehingga berdampak pula pada hasil belajar siswa. Salah satu alternatif yang dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran PBL, karena model pembelajaran ini dapat

membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah dan

(4)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 4 meningkatkan kerjasama team

sekaligus dapat mengaktifkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Artinya, PBL merupakan model yang dapat dijadikan pilihan guna membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, keterampilan intelektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanggung jawab, berkerjasama antar siswa sehigga dapat merubah pola tingkah laku berdasarkan adanya pengalaman pemecahan masalah yang berinteraksi dengan lingkungan dan dapat digunakan sebagai memperbaiki sistem pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model

pembelajaran PBL dapat

meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif Biologi siswa kelas X3 SMA Negeri 14 Pekanbaru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengen penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dan hasil belajar kognitif Biologi Siswa Kelas X3 SMA Negeri 14 Pekanbaru Tahun Ajaran 2015/2016.

KAJIAN PUSTAKA A. Model PBL

Model Pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dan menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata, dan permasalahan ini digunakan untuk

mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif terhadap materi pembelajaran (Amir: 2010).

Menurut Trianto (2012) PBL merupakan interaksi antara stimulus dan respon yang merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahan masalah terhadapnya dengan baik.

Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan serta dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Siswa harus dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat menantang untuk memecahkannya (Trianto. 2012)

Selanjutnya, Yustina dan Syafi’ (2010) mengatakan bahwa tujuan dari pengajaran berbasis masalah adalah

membimbing siswa untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dasar, memiliki ketrampilan memecahkan masalah dan pengarahan diri dalam belajar. Tujuan yang lain yaitu mengembangkan ketrampilan belajar dari kehidupan, menjadi kolaborator yang efektif dan merangsang tumbuhnya motivasi intrinsik.

(5)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 5 peran guru sebagai fokus pendidik

yaitu:

1) Memfasilitasi proses pembelajaran, Guru berperan mulai dari merubah

kerangka pikir siswa,

mengembangkan kemampuan

bertanya, membuat siswa terlibat aktif didalam kelompok belajar 2) Menuntut siswa. Guru berperan

mulai dengan penalaran yang mendalam (deep reasoning), serta berpikir metakognitif dan kritis. 3) Memediasi siswa. Guru memediasi

proses mendapatkan informasi, mulai dari mencari sumber informasi, membuat hubungan anatara satu sumber dengan sumber lain dan memberikan isyarat.

Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah: 1) Mengklarifikasi istilah dan konsep

yang belum jelas. 2) Merumuskan masalah. 3) Menganalisis masalah.

4) Memformulasikan tujuan

pembelajaran

5) Mencari informasi tambahan dari sumber lain

6) Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

Sudjana (2004), mengatakan bahwa kelebihan dari model pembelajaran PBL yaitu interaksi sosial antar siswa lebih banyak dikembangkan sebab hampir setiap langkah dalam model mengajar ini ada dalam situasi kelompok serta membiasakan siswa berpikir logis dan

sistematis dalam pemecahan masalah. Trianto (2012), juga mengungkapkan bahwa diskusi dalam PBL dapat mengembangkan pengetahuan yang diraih melalui kegiatan aktif siswa meliputi bertanya antar siswa satu dengan yang lain juga pemberian alasan dengan adanya bukti. Serta pembelajaran yang diseting dalam

kelompok dalam kerangka

memecahkan masalah telah

menunjukan hasil yang sangat baik.

B. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan aspek dari sikap sains, dimana sikap terhadap sains adalah kecenderungan pada rasa senang atau tidak senang terhadap sains. Sikap ilmiah yang muncul dari seseorang disebabkan adanya stimulus berupa objek yang diberikan, sikap yang ditimbulkan terhadap objek tersebut akan menimbulkan perilaku, baik positif maupun negatif bagi individu yang bersangkutan (Anonimus, 2007).

Menurut Suryabrata (2004), sikap dapat terbentuk dari suatu proses pembelajaran. Sikap ilmiah yang baik, secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Hal ini didukung oleh Purwaningsih (2007), mengetahui nilai sikap ilmiah dalam pembelajaran sangat penting karena komponen sikap ilmiah menjadi sala satu faktor penting terhadap hasil belajar.

(6)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 6 terjadinya suatu kegiatan yang diamati,

baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan.

C. Hasil Belajar kognitif Biologi Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tingkah laku yang terjadi harus disertai dengan usaha supaya belajar dapat menjadikan siswa tersebut dari tidak tahu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Proses belajar dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal sehingga kemudian dapat diperoleh hasil belajar siswa.

Hasil belajar dapat mengukur seberapa jauh siswa telah menguasai pengetahuan yang telah dipelajarinya. Pengukuran hasil belajar yang diperoleh siswa dapat berupa skor, dimana berdasarkan skor tersebut dapat ditentukan ketuntasan belajar siswa. Menurut Hamalik (2013) Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah dapat dimengerti siswa. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami pembelajaran diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi (Ibrahim: 2003)

Penilaian hasil belajar merupakan aktifitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Menurut Bloom (2003) penilaian hasil pembelajaran meliputi 3 ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). 2) Ranah afektif, merupakan hasil

belajar yang berhubungan dengan sikap atau tingkah laku siswa seperti penerimaan (receiving), tanggapan (responding), penghargaan (valuing), pengorganisasian (organization), karakterisasi berdasarkan nilai (characterization by a value or value complex).

3) Ranah psikomotor, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan serta kemampuan bertindak seperti persepsi (perception), kesiapan (set), respon terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), respon tampak yang kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), penciptaan (orgigination).

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dalam rangka menyelesaikan suatu program pendidikan (Sudjana, 2006). Hasil belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Maksud dari defenisi ini bahwa seseorang dikatakan belajar jika ada perubahan pada tingkah laku dan dari tidak tahu menjadi tahu dalam menguasai ilmu pengetahuan.

D. Kerangka Berpikir

(7)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 7 melibatkan siswa secara langsung dan

mampu menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran, sebagai seorang guru seharusnya mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika terjadi Feed back atau balikan yang baik antara guru dengan peserta didik. Penggunaan serta pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan hasil belajar kognitif siswa. Menurut Hosnan (2014), model pembelajaran PBL memiliki tujuan membantu siswa agar memperoleh pengalaman dan mengubah tingkah laku baik dari segi kualitas maupun kuantitas, perubahan tingkah laku yang dimaksut meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsisebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

Selain itu dalam penerapan model PBL ini, siswa dituntut untuk bekerjasama satu sama lain terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk saling berbagi informasi serta berdiskusi aktif didalam kelompoknya. Dimana hal ini akan mendorong sikap ilmiah siswa berupa toleransi terhadap argumen yang disampaikan oleh teman dalam satu kelompok, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat

dimaksimalkan khususnya hasil belajar kognitif biologi siswa.

Melalui menerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar kognitif biologi siswa karena dalam proses pembelajarannya siswa ikut terlibat langsung bukan hanya sebagai pendengar saja. Pada saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan serangkaian kegiatan seperti mengorientasi siswa kepada sebuah permasalahan serta merumuskan pertanyaan dan saling bekerjasama dalam kelompok. Berdasarkan uraian ini penulis mengasumsikan bahwa model pembelajaran PBL merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan aktivitas, sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu kegiatan penelitian dengan mencermati kegiatan proses pembelajaran yang sengaja diberikan suatu tindakan dengan tujuan memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 14 Pekanbaru pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X3 yang berjumlah 37 orang siswa yang terdiri dari 17 siswa dan 20 siswi. Pemilihan kelas X3 ini dikarenakan nilai ulangan harian lebih rendah dibandingkan dengan kelas X2 dan kelas X1.

(8)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 8 melakukan refleksi. Penelitian

dilakukan secara bersiklus dimana siklus berikutnya bertujuan untuk melakukan perbaikan siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil refleksi jika permasalahan belum terselesaikan dapat dilanjutkan siklus berikutnya untuk perbaikan hal-hal yang tidak tepat pada siklus sebelumnya dan seterusnya sampai dihasilkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa.

Dalam penelitian ini data sikap ilmiah siswa dijaring dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan oleh observer dengan menggunakan format yang sudah disiapkan sehingga observer hanya mengisi angka 1, 2, 3 atau 4 pada lembar obervasi. Sementara untuk mendapatkan data hasil belajar kognitif dikumpulkan dengan lembaran tes. Selanjutnya, observasi aktivitas guru dan siswa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan belajar mengajar melalui penerapan Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

Sebelum instrument penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi. Validitas dilakukan dengan tujuan agar instrumen yang digunakan dalam penelitian valid, yaitu instrumen yang digunakan sesuai untuk menilai hal-hal yang akan dinilai. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu tingkat kevalidan instrumen yang ditentukan dengan kesesuaian tes dengan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2009). Salah satu cara untuk mendapatkan validitas isi adalah dengan meminta penilaian

instrumen yang telah dibuat kepada para pakar.

HASIL PENELITIAN A. Siklus I

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I diketahui bahwa rata-rata persentase sikap ilmiah siswa kelas X3 SMAN 14 Pekanbaru setelah penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I yaitu 69,26% (cukup). Pada pertemuan I persentase sikap ilmiah siswa sebesar 68,41% kategori cukup, sedangkan pada pertemuan II meningkat menjadi 70,10% kategori cukup. Kesimpulan dari sikap ilmiah pada siklus I, dari keempat indikator yang sangat rendah adalah indikator teliti dengan kategori 64,87% (kurang), selanjutnya indikator keingintahuan 65,88% (cukup), selanjutnya disiplin 70,95% (cukup) dan indikator kerja sama 75,34 (baik) merupakan indikator dengan rentang tertinggi pada siklus I.

Untuk daya serap siswa setelah tindakan siklus I adalah 82,57 dengan kategori (cukup). Pada pertemuan 1 daya serap siswa 77,03 dengan kategori (cukup) dan pada pertemuan II daya serap siswa 80,81 dengan kategori (cukup). Hal ini disebabkan siswa belum memahami proses pembelajaran PBL. Selama pengerjaan LTS, siswa lebih banyak melihat LTS teman sekelompok saja sehingga pada saat pelaksanaan post-test, siswa tidak mampu untuk menjawab soal. Meskipun daya serap pada ulangan harian hanya tergolong cukup, daya serap pada setiap pertemuan mengalami kenaikan. Hal ini

disebabkan selama proses

(9)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 9 diskusi menjadi mau mengerjakan

LTS sehingga siswa mampu menjawab pertanyaan pada lembar post-test.

Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran selain dilihat dari daya serap, juga dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara individual. Ketuntasan belajar siswa diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian I. Berdasarkan hasil ulangan harian I setelah penerapan model pembelajaran PBL dapat dilihat siswa yang tuntas pada siklus I dengan materi virus adalah 27 siswa (72,97%) dan siswa yang tidak tuntas adalah 10 siswa (27,03%). Hal ini, telah menunjukkan bahwasanya telah terjadi peningkatan presentase ketuntasan pada siswa jika dibandingkan sebelum dilaksanakannya pembelajaran PBL, rata-rata ketuntasan siswa pada ulangan harian adalah 16 orang (42,24%).

Pada penelitian ini juga dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Setelah penerapan model

pembelajaran PBL hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I diketahui bahwa rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan pada tiap pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata aktivitas siswa adalah 70,81% (cukup), pertemuan II meningkat menjadi 72,97% (cukup). Sedangkan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 71,89% (cukup). Pada siklus I aktivitas siswa pada indikator membaca dan menganalisa wacana kasus yaitu 64,86% (cukup) kemudian pada pertemuan II menjadi 72,97% (cukup). Sementara itu untuk aktivitas guru pada siklus I juga terjadi peningkatan di setiap pertemuannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

persentase aktivitas guru pada pertemuan I dengan materi ciri-ciri, struktur dan daur hidup virus adalah 81,81% (baik) dan meningkat pada pertemuan II dengan materi klasifikasi dan peraran virus dalam kehidupan dengan persentase menjadi 90,90% (Baik sekali). Dimana rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus I adalah 86,36% (Baik).

B. Siklus II

Rata-rata persentase sikap ilmiah siswa kelas X3 SMAN 14 Pekanbaru pada sikus II mengalami peningkatan dari siklus I dengan rata-rata 78,55% (baik). Dan rata–rata persentase pada setiap indikator juga mengalami peningkatan pada siklus II demikian juga pada tiap pertemuannya. Dari keempat indikator yang sangat rendah adalah indikator teliti dengan kategori 76,80% (baik), selanjutnya indikator kerja sama 78,38% (baik), selanjutnya disiplin 78,83% (baik) dan indikator keingintahuan 80,18% (baik) merupakan indikator dengan rentang tertinggi pada siklus II.

Daya serap siswa pada siklus II dengan pokok bahasan Arcaebacteria dan eubacteria setelah penerapan model pembelajaran PBL juga mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata nilai post test yaitu 84,46 (baik), pertemuan II rata-rata nilai post test yaitu 85,68 (baik), pertemuan III rata-rata nilai post test yaitu 86,76 (baik). sedangkan rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II yaitu 85,00 (baik). hal ini menunjukkan terjadi peningkatan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan.

(10)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 10 siklus I. Dimana pada siklus I siswa

yang tidak tuntas sebanyak 10 orang (27,03%), dan siswa yang tuntas sebanyak 27 orang (72,97%). Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 34 orang (91,89%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang (8,11%).

Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II kembali mengalami peningkatan pada tiap pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata persentase aktivitas siswa yaitu 78,38% (baik), pertemuan II yaitu 81,08% (baik) dan pertemuan III yaitu 86,49 (baik sekali). Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II meningkat yaitu 81,98% (baik) dibandingkan siklus I yaitu yaitu 72,16% (cukup). Meningkatnya aktivitas siswa ini dikarenakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL )menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran, dimana dalam kegiatan pembelajarannya siswa dituntut mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

Untuk aktivitas guru pada siklus II, diketahui rata-rata aktivitas guru adalah 100% (sangat baik). Dibandingkan pada siklus I rata-rata aktivitas guru adalah 86,36% (baik). Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II guru telah melaksanakan semua langkah-langkah model pembelajaran PBL dengan baik selama proses pembelajaran dan guru yang berperan sebagai fasilitator, aktif memberikan bimbingan, dorongan serta motivasi kepada siswa selama proses pembelajaran. Sehingga aktivitas guru dapat dikategorikan sangat baik dalam proses pembelajaran.

C. Siklus III

Pada siklus III ini, rata-rata persentase sikap ilmiah siswa kelas X3 SMAN 14 Pekanbaru pada sikus III mengalami peningkatan dari siklus II dengan rata-rata 83,43 (baik sekali). Dan rata–rata persentase pada setiap indikator mengalami peningkatan pada siklus III demikian juga pada tiap pertemuannya. Dari keempat indikator yang sangat rendah adalah indikator teliti dengan kategori 79,28% (baik), selanjutnya indikator keingintahuan 86,26% (baik sekali), selanjutnya disiplin 89,64% (baik sekali) dan kerja sama 90,54% (baik sekali) merupakan indikator dengan rentang tertinggi pada siklus III.

Siklus III dengan pokok bahasan protista setelah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu 86,62% yang mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Dan mengalami peningkatan pula pada setiap pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata nilai post test yaitu 87,70 (baik), pertemuan II rata-rata nilai post test yaitu 90,27 (baik), pertemuan III rata-rata nilai post test yaitu 91,08 (baik). hal ini menunjukkan terjadi peningkatan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan. Jika dibandingkan dengan daya serap siswa pada siklus I dan siklus III dapat digambarkan secara jelas bahwa daya serap siswa secara perlahan menunjukan hasil yang baik, sejalan dengan meningkatnya sikap ilmiah siswa setelah penerapan pembelajaran PBL.

(11)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 11 dibandingkan dengan dua siklus

sebelumnya, pada siklus I siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang (27,03%), dan siswa yang tuntas sebanyak 27 orang (72,97%). Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 34 orang (91,89%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang (8,11%). Hal ini menunjukan peningkatan yang signifikan pada rata-rata nilai ketuntasan belajar siswa dengan mengunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Hasil observasi siklus III dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan pada tiap pertemuan. Pada pertemuan I rata-rata persentase aktivitas siswa yaitu 89,19% (baik), pertemuan II yaitu 92,97% (baik sekali) dan pertemuan III yaitu 94,59 (baik sekali). Rata-rata aktivitas siswa pada siklus III meningkat drastis yaitu 92,25% (baik) dibandingkan siklus II yaitu 81,96% (baik). Meningkatnya aktivitas siswa di dalam pembelajaran, menunjukan bahwa pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah diterapkan dengan baik, hal tersebut di karenakan indikator yang diamati dalam aktivitas siswa merupakan bagian dari tahapan dari pembelajaran PBL.

Pada siklus III, pada pertemuan I dengan materi protista mirip hewan (protozoa), pertemuan II dengan materi Protista mirip tumbuhan dan jamur, sedangkan pertemuan III dengan materi peranan protista dalam kehidupan rata-rata aktivitas guru adalah 100% (sangat baik). Rata-rata aktifitas guru pada siklus III ini sam halnya dengan rata-rata aktivitas pada siklus II sebelumnya. Dengan

demikian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model PBL telah menunjukan hasil yang maksimal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sikap ilmiah siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II hingga siklus III. Rata-rata sikap ilmiah pada siklus I yaitu 69,26 % (cukup), pada siklus II meningkat menjadi 78,55 % (baik) dan pada siklus III lebih meningkat menjadi 86,43 % (baik sekali).

2. Daya serap siswa pada siklus I yaitu 82,57 % (cukup), meningkat pada siklus II menjadi 85,00 % (baik) dan lebih meningkat pada siklus III menjadi 86,62 % (baik) 3. Ketuntasan belajar siswa pada

siklus I 72,97 % dengan nilai rata-rata 82,57 %, meningkat pada siklus II menjadi 91,89 % dengan nilai rata-rata 85 % dan lebih meningkat pada siklus III menjadi 94,59 % dengan nilai rata-rata 86,62 %.

4. Aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus I yaitu 72,16 % (cukup), pada siklus II meningkat menjadi 81,98 % (baik). Dan pada siklus III 92,25 % (baik sekali)

5. Aktivitas guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I adalah 86,36 % (baik), pada siklus II adalah 100 % (baik sekali) dan siklus III adalah 100% (baik sekali)

(12)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 12

hasil belajar biologi siswa kelas

X3 SMAN Negeri 14 Pekanbaru

Tahun Ajaran 2015/2016.

DAFTAR PUSTAKA

Afcariono, M. 2008. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan

KemampaunBerpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif No. 2, Vol. 2, Maret 2008. Retrieved, 10

Januari 2016.

from:http://jurnaljpi.files.wordpr ess.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamad- afcariono.pdf

Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Anonimus. 2007. Sikap Ilmiah pada Perguruan Tinggi. http://blogbarul.wordpress.com. Diakses 06-03-2013.

Arikunto dan Jabar. 2009. Evaluasi Program Pendidikan ; Pedomanan Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi ke 2. Bumi Aksara. Jakarta.

Aryulina, D, Khoirul

Muslim.2012.Biologi 1 Sma dan MA untuk Kelas X.Esis Erlangga.Jakarta

Asbullah. 2008. Pengintegrasian Model Pembelajaran yang Inovatif Dalam Pembelajaran Biologi. Simposium HIMAPRODI Pendidikan Biologi, Pekanbaru

Asrori, M. 2007. Psikologi Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Bundu. 2006. Penilaian Keterampil Proses dan Sikap Ilmiah. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Djamarah, S. B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Erni Juliani Siregar, Ramlan Silaban dan Mahmud. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Bermediakan Internet Terhadap Hasil Belajar Dan Karakter Jubermadita Pada Materi Asam Basa Siswa Sma Di Kota Binjai. e-jurnal. Error! Hyperlink reference not valid. di download Juli 2015.

Hamalik, O. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Hosnan. 2014. Pendekatan Sainstifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Ibrahim, M. 2003. Pembelajaran Kooperatif. University Press. UNESA. Surabaya

Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press

Imaningtyas.2013. Mandiri Mengasah kemampuan Diri Biologi Untuk

SMA/M Kelas

(13)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 13 Lestari, J. 2012. Motivasi dan Sikap

Ilmiah Siswa Kelas XI IPA MAN 2 Model Pekanbaru Dalam Pembelajaran Biologi Tahun Ajaran 2010-2011. FKIP UR. Pekanbaru.

Lepiyanto, A. 2011. Membangun

Karakter Siswa Dalam

Pembelajaran Biologi. Bioedukasi Vol. 2, No. 1, Mei 2011. Retrieved, 10 Maret 2016 From http://www.ummetro.ac.id/file_jur nal/8.Agil%20Lepiyanto%20UM. pdf

Maryanti, S., Zikra., Nurfarhanah.

2012. Hubungan Antara

Keterampilan Komunikasi dengan Aktivitas Belajar Siswa. Padang: Universitas Negeri Padang NCREL, Metiri

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Remosa Rosdakarya. Bandung.

Purwaningsih. D.D. 2007. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Hasil Belajar Materi Bangunan Ruang Siswa Kelas VIII Smp Negeri 16 Semarang. Skipsi. FMIPA UNS. Semarang.

Roby, A. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011.FKIP UR. Pekanbaru.

Rosyid, Budi Jatmiko, Z.A. dan

Imam Supardi. 2013

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Orientasi Ipa (Pbl Dan Multi Representasi) Pada Konsep Mekanika Di SMA. Jurnal_Pancaran, Vol. 2, No. 3, hal 1-12, Agustus 2013

Usman, M.U. 2008. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosda Krya. Bandung.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Silberman, ML. 2009. Aktive Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif). Diterjemahkan Oleh Raisul, M. Jakarta: Nusamedia.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Setiawan, I.G.N. 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, April 2008. Retrieved, 9 Januari

2016 from

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jur nal/21084259.pdf

Sudarman. 2007. Problem Based

Learning: Suatu Model

Pembelajaran Untuk

Mengembangkan dan

Meningkatkan Kemampuan

(14)

1) Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru Page 14 Nomor 2, Maret 2007. Retrieved,

27 Februari 2016 from physicsmaster.orgfree.com/Artike l%20.../PBL%20Model.pdf

Sudijono. 2007. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Yudistira. Surabaya.

Suryabrata, S. 2004. Psikologi Pendidikan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2012. Mendesains Model Pmbelajaran Inovatif Progesif. Kencana. Jakarta.

Purnamaningrum, A, Dwiastuti, S., Probosari, R.M., Noviawati. 2012.

Peningkatan Kemampuan

Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning (Pbl) Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. Retrieved, 2 Februari

2016 from

http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/ARIFA H-PURNAMANINGRUM.pdf

Purwaningsih. D.D. 2007. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Hasil Belajar Materi Bangunan Ruang Siswa Kelas VIII Smp Negeri 16 Semarang. Skipsi. FMIPA UNS. Semarang.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Offiset. Bandung

Widodo dan Lusi Widayanti. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013

Yasa, D. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. Diakses Tanggal 14

Januari 2016. Dari:

http//ipotes.wordpress.com/2008/ 05/24/aktivitas-dan-prestasi-belajar/24/02/1.

Yustina dan Syafei W. 2010. Model Pembelajaran Biologi SMA. FKIP UR. Pekanbaru

Yustina dan Suwondo.2015. Sikap Ilmiah dan Kreativitas Produk Pada Isu Lingkungan Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek. Prosiding Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS.Solo.8 Agustus 2015.

Wee Keng, Neo, Lynda, Megan A. Kek, 2002, Autentic Problem Based Learning: Rewriting Business Education, Prentice Hall.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Perceived Ease of Use berpengaruh positif signifikan terhadap Attitude Towards Using pada penggunaan mesin CDM Perceived Usefulness Perceived Ease of Use Attitude

Menurut Robbins (2007: 241) kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan dapat mempengaruhi loyalitas karyawan. Apabila kompensasi diberikan.. JOM

Pendapatan dari luar usaha yang diterima petani juga tidak lebih baik dari pendapatan dalam usahatani, sehingga rumahtangga hendaknya mengalokasikan waktu kerja

Tombol Ubah untuk mengubah data yang disimpan, Tombol Batal untuk membatalkan perubahan data kedalam database, Tombol Hapus untuk menghapus data di dalam database,

Sebaliknya dengan bangunan yang berorientasi Utara-Selatan, bangunan tidak akan mendapat radiasi matahari sebesar sisi Timur dan Barat, sehingga ruang-ruang yang menghadap Utara

Konsentrasi limbah artifisial LAS dan Pb tahap range finding test telah menemukan variasi konsentrasi yang akan dilakukan tahap selanjutnya yaitu acute toxixcity test

Tanggung jawab Pelaku usaha atas pelanggaran terhadap JPH terkait hak konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi barang ; jaminan