• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA ( 2 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA ( 2 )"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Komunikasi Antar Budaya

Oleh

Siti Rahayu Hanydar 2014140061 Lingga 2014140069 Ajeng Uma Nuraini 2014140073

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan Rahmat, Taufiq, dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah tentang Komunikasi Antar Budaya ini.

Makalah ini terselesaikan sesuai dengan pembelajaran mata kuliah komunikasi antar budaya.Makalah ini berisikan tentang Komunikasi Antar Budaya. Kami menyadari sepenuhnya dengan keterbatasan kemampuan pada diri kami bahwa penulisan ini masih jauh dengan apa yang dikatakan sempurna. Karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.Kami tak lupakan menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini.Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi semua pembaca.Amin.

Tangerang, Oktober 2015

(3)

i

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………1 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat Jejaring………..

………..2

2.2 Ruang Public………... ………....7

2.3 Komodifikasi Informasi Di Era

Digital………11 BAB III PENUTUP

(4)

ii

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi.Dapat dikatakan pula bahwa interaksi antar-budaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Maka dari itu kita perlu tahu apa-apa yang menjadi unsur-unsur dalam terbentuknya proses komunikasi antarbudaya, yang antara lain adalah adanya komunikator yang berperan sebagai pemrakarsa komunikasi; komunikan sebagai pihak yang menerima pesan; pesan/simbol sebagai ungkapan pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol.

Komunikasi Antar Budaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya. Jadi pada dasarnya komunikasi antar budaya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, dan bagaimana cara mengkomunikasikannya melalu verbal ataupun nonverbal.

Komunikasi itu muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan antar warga masyarakat yang berbeda kebudayaannya.Sehingga “kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan, begitulah kata Edward T. Hall. Jadi sebenarnya @aka da komunitas tanpa kebudayaan, dengan kata lain tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada kebudayaan tanpa komunikasi. Di sinilah pentingnya kita mengetahui komunikasi antarbudaya itu.

(5)

sektoral.Belum lagi perubahan-perubahan global lainnya yang semakin deras dan menjadi bukti nyata bahwa semua orang harus mengerti karakter komunikasi antarbudaya secara mendalam.

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MASYARAKAT JEJARING

A) Konsep Masyarakat Jejaring

Konsep masyarakat jejaring atau network society menurut Manuel Castells (1996) didekati untuk memahami fenomena sosial dan budaya sebagai sebuah struktur sosial atau social structures.Dengan adanya network munculah struktur dimana segala prosedur kerja maupun aktivitas yang pada dasarnya biasa dilakukan oleh manusia, misalnya dalam transaksi perbankan menjadi tergantikan oleh tekhnologi.Hal itu dimungkinkan karena setiap titik dalam jaringan saling berkoordinasi dan berdasarkan prosedur yang telah terprogram untuk mengeksekusi sebuah keputusan atau perintah yang terpusat (de-centralized execution) sebagai mana yang terjadi dalam struktur sosial di masyarakat.

(6)

internet menjadi lebih berperan dibandingkan kelompok.Waktu dan tempat menjadi sesuatu yang tanpa batas dan keleluasaan individu dalam menjalin relasi di dalam network menjadi faktor pembeda posisi individu didalam kelompok pada media baru.

2

Konsep social network merupakan alat untuk mempelajari struktur sosial (Barry Welman, 1988:4 seperti dikutip Gane and Beer, 2008:24).Dengan demikian konsep ini digunakan untuk melihat bagaimana relasi yang terjadi diantara setiap unit yang ada didalam struktur sosial yang ada.Juga dalam memetakan setiap karakteristik atau koneksi dari setiap relasi (komunikasi) tersebut yang menghubungkan setiap titik (nodes) yang di dalamnya bisa bermakna individu, grup, korporasi, hingga antarnegara dan kolektivitas yang jauh lebih besar.Namun relasi yang terjadi di dunia internet (offline) sangat berbeda dengan dunia nyata (online).Perkembangan tekhnologi internet, baik berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) serta beragamnya situs-situs yang ada di dunia maya, memberikan pengaruh yang semakin tinggi terhadap relasi yang terjadi antar-individu maupun antara individu dengan organisasi (kelompok).

(7)

Dengan demikian, social network analysis merupakan representasi dari teori yang menjelaskan bagaimana relasi yang terjadi di media baru tidak hanya membahas tentang struktur tekhnologi relasi atau jaringan tersebut, melainkan juga berbicara tentang hubungan antar-individu yang terhubung melalui nodes (titik-titik jaringan) dari beragam variable, mulai dari individu sampai negara dan secara global tanpa dibatasi oleh faktor seperti geografi, suku, agama, ras dan sebagainya.

3

B) Kehadiran Telecommunity

Teori klasik tentang komunitas salah satunya dikembangkan oleh Emille Durkheim yang menjelaskan tentang kesadaran kolektif atau conscience collective yang didefinisikan sebagai “the set of beliefs and sentiments common to the average members of a single society (which) forms a determinate systmen that has its own life.” Kesadaran kolektif ini salah satunya adalah nilai-nilai agama yang berlaku secara tradisional dalam masyarakat, Durkheim menyebutnya sebagai “mechanical societies”. Bagi Durkheim (1982:58), sebagaimana bahan kajian David Holmes fasilitas yang muncul dari corak struktur masyarakat yang secara radikal merupakan perwujudan dari bentuk hubungan antar-individu.

Bagi Nikolas Rose (1996:337) “society” dan komunitas dipandang sebagai sebuah konstruk yang telah mengubah aturan dan menggugurkan pandangan tentang masyarakat yang terbentuk secara nasional atau dalam sebuah negara.Karena bisa jadi aka nada gerakan yang tidak terikat oleh tali nasionalisme hanya karena alasan-alasan, misalnya ekonomi semata. Sebab, keamanan sosial, keadilan sosial, hak-hak sosial serta solidaritas sosial menjadi basis yang mendasari seseorang dalam berintegrasi .

(8)

transportation” (1980:382).Holmes (2005:222) menandakan bahwa pada dasarnya kini untuk berinteraksi dengan seseorang berarti individu itu melakukan interaksi dengan media.Fenomena ini merupakan ciri khas dari budaya global dan kaum urban.

4

C) Komunitas Virtual

Virtual communitiesatau komunitas virtual adalah kumpulan pengguna/user yang dibentuk secara online yang masing-masing menggunakan identitas nyatu atau rekaan (avatar) serta informasi online tertentu untuk melakukan komunikasi atau interaksi secara terus menerus melalui mediasi jaringan komputer. Saling berinteraksinya para netter didunia siber pada kenyataannya, disadari maupun tidak, membentuk sebuah komunitas baru, yakni komunitas virtual (virtual community). Anggota dari komunitas ini tentu saling berinteraksi dan berkomunikasi yang pada akhirnya dari interaksi inilah muncul sebuah kebuadayaan siber atau cyber culture.

Kebudayaan ini memiliki hubungan yang signifikan dengan komunitas. Menurut Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat (komunitas) ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri yang turun temurun dari satu generasi ke genarasi yang lain. Akan hal nya kebudayaan yang ada di internet, ruang individu yang dikonstruk oleh setiap user dalam interaksi di internet misalnya dalam newsgroup memiliki aturan, ciri khas, bahkan hierarki yang tidak jauh berbeda dengan dunia nyata.

(9)

merupakan hasil dari adanya kesamaan maupun kebutuhan, terbentuk dari adanya pertukaran ritual maupun simbol-simbol sebagaimana yang terjadi dalam interaksi social secara nyata yang dibangun secara face-to-face interaction.

Adapun Gesellschaft adalah kebalikan dari kondisi Gemeinschaft.Ditenggarai oleh derasnya urbanisasi di kota-kota besar, Tonnies menjelaskan bahwa jenis komunitas ini terbentuk dari berbagai aspek yang sangat heterogen.Hubungan yang terjadi antar-individu dalam komunitas ini terjadi sangat dangkal dan lebih bersifat instrument formal belaka.

5

Dalam Gesellschaft, komunitas tidak berkembang secara simultan dan tidak membesar, meski anggota komunitas yang ada didalamnya secara kuantitas berjumlah besar, sebagaimana penduduk di ibu kota, dan setaip individu akan bertemu dengan individu lainnya setiap waktu namun hubungan yang terjalin hanyalah parsial dan sementara.

Dua jenis komunitas yang di sodorkan oleh Tonnies ini pada dasarnya mewakii jenis komunitas yang ada diruang siber. Namun, pilihan apakah individu itu akan menjadi Gemeinschaft dan Gesellschaft itu tergantung dari pilihan individu itu sendiri, bukan dibentuk oleh kebiasaan yang terjadi dalam kehidupan sosial yang dibentuk dalam waktu yang lama sebagaimana di kehidupan nyata. Ia bisa menjadi individu yang aktif dalam komunitas virtual, memiliki jalinan antar-anggoa forum yang kuat dan membagi nilai-nilai kebersamaan. Tetapi di lain sisi dia juga bisa sekedar menjadi kaum urban yang bergerak dari kehidupan nyata atau offline ke online-selayaknya kaum urban di kota besar- dengan tidak melibatkan diri lebih jauh di komunitas virtual tersebut. Sekedar melihat ada topic diskusi yang menarik atau mencari kebutuhan offline dan jika kebutuhan tersebut terpenuhi, maka komunitas virtual itu pun di tinggalkan.

Contoh dari Komunitas Virtual :

1. E – mail

Kata e-mail terdiri dari dua suku kata yaitu ‘e’ dan ‘mail’. ‘e’ berarti electronic, dan ‘mail’ berarti surat. Sehingga e-mail dapat dikatakan mengirim surat melalui media

(10)

atas dua jenis e-mail yang didasarkan pada keperluan atau kepentingan interaksi yang

diinginkan, yaitu e-mail person to person (poin to point) merupakan e-mail dari satu orang ke satu orang lainnya, serta mail dalam bentuk kelompok (point to multi point) merupakan e-mail dari satu orang ke sekelompok orang dan sebaliknya. Jenis yang kedua ini disebut juga sebagai e-mail groups (e-groups ) atau mailing list.

2. Chatting

Chatting merupakan salah satu fasilitas yang diberikan internet, dimana kita dapat berkomunikasi secara interaktif dengan satu orang atau lebih secara on-line. Dalam hal ini chatting termasuk jenis komunikasi synchronous communication, artinya komunikasi melalui internet dengan interaksi yang bersamaan waktunya.

3. Web

Web dapat diartikan sebagai tempat memajang informasi secara on line & bersifat virtual (maya) yang memiliki kaitan (link) informasi tidak terbatas. Berdasarkan informasi yang disampaikan, web dapat dibedakan menjadi tiga macam :

1. Informasi umum (berita on line, info pelayanan umum dan sebagainya) misalnya : kompas.com, liputan6.com

2. Informasi khusus (web dengan isi informasi tentang suatu lembaga, atau informasi dalam berbagai kategori)

misalnya : deplu.co.id, depkominfo.go.id

3. Informasi komersial

misalnya : kapanlagi.com

Menurut jenisnya web dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu official web (website resmi yang dimiliki oleh lembaga), dan unofficial web (web tidak resmi yang dimiliki secara personal atau perorangan, seperti “blog”).

MANFAAT DARI KOMUNITAS VIRTUAL

Bermain musik di dunia virtual

Musik merupakan hal yang tak asing lagi untuk di perbincangkan. Semua orang yang normal pasti suka mendengarkan ataupun hampir semua orang pernah memainkan alat musik.

Bermain musik di dunia virtual secara sederhana dapat dengan mudah dipelajari.Dengan membunyikan tuts-tuts nada dan menghapal nya,atau kita dapat memainkan lagu sesuai dengan irama sebagai mana aslinya di dunia nyata.

(11)

Karena kesibukan masing-masing maka komunitas virtual bisa berkomunikasi dengan lancar melewati internet.

Dengan ditemukannya berbagai teknologi oleh para penciptanya, maka kehidupan manusia saat ini sudah banyak dimudahkan.

Sharing pengetahuan, pengalaman, dll.

Dari pertemuan dalam dunia maya, banyak pengetahuan yang diperoleh.

Pebisnis dapat mengiklankan produknya dan bahkan melakukan transaksi melalui komunitas ini.

Komunikasi yang terjadi, tidak menggunakan biaya yang mahal, untuk mendapatkan informasi yang banyak.

Menemukan teman/relasi baru, bahkan sebagai biro jodoh.

(12)

2.2. RUANG PUBLIC

A. Teknologi dan Redefensi Ruang Publik

Kemajuan teknologi internet, ditambah dengan karakter-karakteristik media baru (new media), menyebabkan fenomena kebebasan bersuara atau ruang public virtual (virtual sphere) berkembang semakin pesat.Misalnya melalui fenomena citizen journalism atau jurnalisme warga.Kehadiran warga dalam citizen journalism untuk motif-motif yang diinginkan, mulai dari ekonomi atau politik (pencitraan diri).

Fenomena citizen journalism merupakan fenomena yang membawa perubahan kepada kultur. Mulai dari kultur dalam mengakses media informasi, kultur berinteraksi serta pengungkapan diri (self disclosure) atau pencitraan diri, dan bagaimana kultur professional journalis cum perusahaan media dalam memosisikan khalayak. Bahwa selama ini khalayak merupakan sasaran terpaan informasi media dan bersifat pasif, kehadiran media citizen journalism membawa pada perubahan yang bisa dikatakan cukup drastis dalammemandang posisi khalayak. Inilah yang disebut Deuze bahwa dalam era perkembangan citizen journalism diperlukan kerja sama antara professional media dan khalayak dalam menjalani perubahan kultur, terutama kultur di dalam bidang jurnalisme.

B. Mendefinisikan Citizen Journalism

Term citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan salah satu kata yang dipakai untuk menjelaskan keterlibatan warga (audiences) dalam memproduksi dan mendistribusikan berita. Beberapa literature menyebutkan bahwa aktivits warga dalam memplubikasikan informasi tersebut bisa diwakili oleh term seperti public journalism, civic journalism, grassroots journalism, participatory journalism, street journalism hingga audience journalism.

(13)

Kata citizen journalism, atau variannya, berasal dari istilah jurnalistik yang selama digunakan untuk menyebutkan bagaimana aktivitas warga yang terlibat dalam pelaporan dan penulisan sebuah peristiwa untuk dipublikasikan. Fenomena citizen journalism juga menyertakan fungsi-fungsi media massa pada umumnya, misalnya sebagai penghibur (Rolnicki, et.al., 2008), memberikan informasi (McQuail, 1987), melakukan pendidikan (McQuail, 1987), propaganda (Baran dan Davis, 2009), penentuan agenda-setting (Severin dan Tankard, 2005), gerakan sosial politik (hiebert, 1995), pengawasan Negara/pemerintahan (watchdog) (Vivian, 2008), media dalam perubahan budaya (Bourdieu, 1993) dan sebagainya.

Pengertian dan penggunaan istilah tentang citizen journalism, yakni sebagai “aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga, baik amatir maupun professional, dalam mempublikasikan dan mendistribusikan, dan mengembangkan informasi melalui media tradisional maupu media baru secara lebih interaktif”. Penambahan kata “pengembangan” dan “interaktif” dari definisi tersebut bukan tanpa alasan; bahwa media citizen journalism terutama di internet, bisa berupa portal atau situs jejaring sosial, memungkinkan proses interaksi antarwarga ini terjadi.

C. Kebangkitan Warga Di Ruang Publik Virtual

Keterlibatan warga dalam citizen journalism memberikan implikasi pada kebangkitan warga dalam memproduksi dan mendistribusikan informasi. Jika selama ini warga merupakan khalayak pasif dalam mnerimaa terpaan berita, kehadiran media citizen journalism menurut Bowman an Willis dalam We Media (2003: 47-52) memberikan kesempatan bagi warga untuk memproduksi berita secara bebas dan tanpa adanya pertarungan kepentingan yang biasa terjadi di Indonesia media tradisional.

Didalam praktik citizen journalism nilai-nilai yang berasal dari eksternal menjadi tersamarkan bahkan hilang.Struktur organisasi redaksional dalam media tradisional dan pengaruh yang mungkin muncul dari keberadaan struktur tersebut menjadi hilang di media citizen journalism.Sebab, salah satunya dalam citizen journalism tidak diperlukan adanya struktur mekanisme produksi berita dimana sebelum dipublikasikan sebuah peristiwa yang ditulis, misalnya harus melalui penyuntingan demi penyuntingan.

(14)

Citizen journalism memungkinkan satu warga pun untuk membuat media citizen journalism sekaligus langsung memproduksi dan mendistribusikan peristiwa sesuai dengan keinginannya. Tidak ada nilai dan aturan yang membentuk warga dalam memilah dan memilih peristiwa yang akan dipublikasikan; dalam kondisi tertentu, tidak ada kode etik yang mengikat warga utuk mempublikasikan segala sesuatu yang bisa menimbulkan konflik atau ketegangan antara agama, ras, maupun suku karena warga bisa bersembunyi di dalam identitas virtual yang palsu atau anonymity (Wood and Smith 2005:63). Sehingga baik buruk sebuah peristiwa dan keberpihakan yang disajikan dan terkandung dalam konten berita ditentukan sepenuhnya oleh warga.

Dengan demikian, penulis melihat ada semacam pergeseran kultur media berkaitan dengan warga sebagai audience. Selama ini warga yang ditempatkan sebagai konsumen pasif dari media, kehadiran internet dan gerakan citizen journalism telat menmpatkan warga sebagai produsen berita sekaligus sebagai narasumber berita.Hal ini jelas berbada dengan jurnalis tradisional yang menempatkan jurnalis dan narasumber menjadi dua posisi yang berbeda.Jika selama ini sebuah karya jurnalistik berupa pemberitaan medi dikerjakan oleh jurnalis disebuah institusi resmi media, kini pemberitaan dan atau laporan sebuah peristiwa tersebut bisa dilakukan oleh warga, peorangan maupun komunitas. Keterlibatan warga dalam citizen journalism dan kemajuan fasilitas internet pada akhirnya membuka peluang bagi distribusi informasi yang tidak hanya bersifat alternatif, melainkan juga lebih berimbang, apa adanya dan bahkan mengaburkan kategori karya jurnalistik, misalnya dengan memasukkan opini penulis didalamnya atau bahkan karya fiksi.

(15)

D. Warga Sebagai Audiens Global

Media tradisional memiliki target konsumen media (audiences) yang sangat spesifik. Spesifikasi audiences setidaknya terjadi karena

1. tipe dari konten media

2. keluasan jangkauan distribusi media 3. jumlah produk yang dihasilkan dan

4. batasan geografis tempat media itu berada.

Keterbatasan ini menyebabkan jangkauan media tradisional terbatas dibandingkan media citizen journalism dalam jaringan (Daring) atau online.

Selanjutnya pola internet yang menghubungkan atau network entitas baik berupa perangkat komputer maupun pengguna (user) secara global di seluruh dunia menyebabkan akses audiences terhadap media citizen journalism menjadi jauh lebih luas dan tanpa batas. Namun, citizen journalism memiliki pendekatan yang berbeda. Meski di Negara yang bersangkutan memiliki system pers yang otoriter dan media sangat dikontrol oleh pemerintah dalam menyiarkan informasi, tetapi melalui beragam media warga bisa mempublikasikan apa yang terjadi dan audiences yang tidak hanya berasal dari Negara tersebut melainkan dari seluruh dunia bisa mengetahuinya. Laporan warga dalam tragedi penembakan oleh tentara terhadap protes yang dilakukan oleh kalangan biksu di Myanmar pada tahun 2010 bisa dijadikan contoh bagaimana laporan citizen journalism memperoleh akses warga secara global.

(16)

2.3. KOMODIFIKASI INFORMASI DI ERA DIGITAL A. Ruang Virtual Produksi Budaya

Dalam perspektif cultural studies, internet merupakan ruang dimana kultur yang terjadi itu diproduksi,di distribusikan dan di konsumsi. Sebagaimana sifat dasar perspektif ini yang mengaburkan kelas-kelas sebagai sebuah strata yang ada di tengah masyarakat, cultury studies memberikan semacam perlawanan dari satu kemapanan strukturasi kelas sosial. Gerakan sosial seperti feminism menandakan bahwa sebuah kultur tidak hanya diciptakan oleh kelas tertentu, dalam teori Marx klasik misalnya oleh mereka yang menguasai alat-alat produksi dan memiliki modal, namun bisa di hasilkan oleh masyarakat bahkan induvidu yang merupakan agen sosial (mosco,1996;251) jika memakai term ekonomi politik, maka kultur merupakan komonitas yang di produksi. Artinya , pendekatan kultural cultural studies dalam melihat budaya siber yang ada di internet memberikan arah untuk melihat bagaimna proses komunikasi itu terjadi di ruang virtual ; dengan tentu saja mengabaikan kajiannya berdasarkan perbedaan kelas hingga hubungan pekerja pemodal sebagaimana hal ini menjadi central awal dikursus tentang politik ekonomi (hlm.252) jika politik ekonomi mengawali pembahasannya melalui “macrosocial organization of power” atau organisasi kekuasaan, maka cultural studies mendekatinya melalui” local organization of power” di mana kekuasaan itu berada di dalam diri subjek atau individual itu sendiri (intersubjective). Bagi mosco, focus dari cultural studies terletak pada teks sebagai salah satu titik awal untuk melihat bagaimana fenomena soaial itu terjadi.

McQuail menegaskan bahwa ada hubungan antara politik ekonomi dan budaya di media. Aspek politik ekonomi memainkan peran dari pengaturan produksi budaya yang terjadi di industry media massa sebagai “industry dengan kesadaran”.

Media pada dasarnya merupakan institusi yang disetir oleh logika ekonomi sampai pada perubahan budaya. aspek penting dalam pemikiran McQuail ini adalah komodifikasi budaya dalam bentuk “perangkat lunak” yang diproduksi oleh dan untuk “perangkat keras” komunikasi yang keduanya dijual dalam pasar yang lebih luas (2011:124).

(17)

Terkait dengan komodifikasi yang terjadi di media, mosco memformulasikan tiga bentuk komodifikasi, yakni komodifikasi isi, komodifikasi khalayak, dan komodifikasi pekerja.

Pertama , komodifikasi isi (content) menjelaskan bagaimana konten atau isis media yang di produksi merupakan komoditas yang ditawarkan. Proses komodifikas ini berawal dengan mengubah data-data menjadi system makna oleh palaku media menjadi sebuah produk yang akan dijual kepada konsumen,khalayak maupun perusahaan pengiklanan (1996,146-147). Artinya media tidak hanya berhenti pada proses pembentukan kultur semata melalui konten yang di distribusikan, melainkan juga menjadikan budaya itu sebagai sebuah komoditas yang bisa di jual. Sejalan dengan konteks ini, adorno dan hokheimer menyodorkan tesis tentang industry budaya. Bahwa media dan hiburan yang disajikan melalui media massa pada dasarnya telah menjadi industry di era kapitalisme pasca-perang dunia II baik dalam mensirkulasikan komoditas budaya maupun dalam memanipulasi kesadaran manusia (Hokheimer dan Adorno, 1972 dalam agger,2009;180) industry budaya pada dasarnya juga menjelaskan bagaimana budaya menjadi sesuatu yang manipulasi kesadaran manusia. Budaya pop, sebagaimana di contohkan hokheimer dan adorno; bukanlah menjadi media akhir dan paling tinggi yang bisa di gunkan untuk melakukan perlawanan terhadap hegemoni capitalism sebagaimana diulas oleh Marx, melainkan budaya pop itu sendiri mengandung iklan kedok untuk menutupi aktivitas kapital melalui media massa (hlm. 182-183).

Kedua, komodifikasi khalayak.Dengan memakai wacana yang dipopulerkan oleh Smyte (1977) dalam the audience commodity, komodifikasi khalayak ini menjelaskan bagaimana sebenarnya khalayak tidak secara bebas hanya sebagai penikmat dan konsumen dari budaya yang didistribusikan melalui media.

Ketiga, komodifikasi pekerja (labour). Bahwa perusahaan media massa pada kenyataannya tak berbeda dengan pabrik-pabrik. Para pekerja tidak hanya memproduksi konten dan mendapatkan penghargaan terhadap upaya menyenangkan khalayak melalui konten tersebut, melainkan juga menciptakan khalayak sebagai penkerja yang terlibat dalam mendistribusikan konten sebagai sebuah komoditas (Mosco, 1996:158).

(18)

Kemajuan teknologi informasi merupakan contoh bagaimana tanpa sadar khalayak juga mentransformasikan dirinya tidak sekadar menjadi konsumen atau objek komoditas kepada pengiklan, melainkan juga sudah menjadi produsen dalam industry budaya.

B. Informasi Sebagai Komoditas

Teoris cybercultural seperti Manuel Castells menegaskan bahwa perkembangan teknologi internet pada dasarnya melahirkan apa yang disebut sebagai “informational capitalism” (1996/2010:18). Bahwa teknologi dan entitas yang berada di dalamya seperti produsen (perangkat keras maupun lunak), distributor, pengiklan, maupun pengguna merupakan model ekonomi baru yang melandaskan produk atau komoditasnya pada informasi. Namun patut dicatat, bagi Castells teknologi informasi tidaklah serta merta merubah kultur yang ada di tengah masyarakat dan jika ada perubahan kultur pun dikarenakan oleh interkasi yang terjadi antara keduanya (Castells, 2010:5). Informasi menjadi komoditas yang diperebutkan baik oleh pekerja, pemilik perusahaan, maupun melibatkan Negara. Dengan kata ain, siapa yang bisa menguasai cum memanipulasi informasi, maka dianggap akan memenangi persaingan global sebagaimana yang disebut Castells sebagai “dot.com businesses”. Juga individu sebagai entitas secara otomastis memosisikan dan diposisikan sebagai pekrja yang telah terprogram atau “self-programmable”.

Terkait dengan media baru dan komoditas, dalam pandangan Miller (2010) media baru memberikan sarana bagi aktivitas menulis tentang diri di jurnal elektronik. Blogging pada dasarnya merupakan kegiatan menampilkan citra diri atau memproduksi konten (informasi) yang terpusat pada diri; meminjam istilah yang dipopulerkan Giddens, Miller menyebutnya sebagai konsep “individualization” disandarkan pada sebuah proses di mana komunitas danhubungan personal di dalamnya, bentuk-bentuk kelompok sosial dan komitmen terhadap kelompok tersebut semakin berkurang karena faktor-faktor seperti sejarah, tempat dan atau tradisi.

(19)

Pada saat itulah individu membebaskan dirinya dari ruang, tradisi, pengaruh globalisasi, maupun sejarah dan pada akhirnya individu akan memosisikan dirinya sesuai dengan konteks kebutuhan saat itu, membentuk diri serta mengkonstruksikan diri sebebas-bebasnya; dalam pandangan Giddens, sebagaimana dikutip Willey, bahwa hubungan yang murni (pure) terbangun secara sadar dan sukarela. Selanjutnya hubungan tersebut akan semaki erat apabila diantara individu pancaran identitas diri di antara individu tersebut merefleksikan hal yang sama, saling menyadari adanya kebutuhan, dilandasi rasa kepercayaan, serta adanya pengungkapan diri (self-disclosure) untuk meraih kepercayaan.

Inilah yang menjadi perhatian miller tentang informasi diri yang didistribusikan melalui media baru dan aktivitas blogging. Konten yang dihasilkan oleh individu pada dasarnya memuat informasi tentang dirinya dan informasi itu menjelma sebagai komoditas yang digunakan untuk membangun dan merawat hubungan dengan individu lain. Konsep produksi informasi diri tersebut bbagi Miller merupakan salah sattu karakteristik dari entitas dalaman jejaring, sebagaimaa dijelaskan oleh Castells (2000,2006), dan menjadi semacam “database”, dalam pandangan Manovich (2001), yang bisa dikonsumsi oleh entitas lainnya.

Inilah mengapa di internet individu menjadi entitas yang selain mengonsumsi juga menghasikan produk. Sebagaimana telah diternagkan oleh Castells, sifat internet yang menghubungkan antar entitas melaui perantaraan perangkat komputer pada akhirnya menciptakan perangat tersebut sebagai pabrik dalam memproduksi produk informasi; proses ini disebut Boellstorff sebagai “creationist capitalism”. Informasi atau konten yang ada di dunia virtual pada dasarnya merupakan produk kreatif dari entitas itu sendiri.

14 BAB III PENUTUP

(20)

Konsep masyarakat jejaring atau network society menurut Manuel Castells (1996) didekati untuk memahami fenomena sosial dan budaya sebagai sebuah struktur sosial atau social structures.Dengan adanya network munculah struktur dimana segala prosedur kerja maupun aktivitas yang pada dasarnya biasa dilakukan oleh manusia.

15

DAFTAR PUSTAKA

Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antar Budaya Di Era Budaya Cyber.Jakarta. Kencana Pernada Media Grup

Referensi

Dokumen terkait

satu motor listrik. Hasil efisiensi mesin pengebor pada kayu jati, mahoni dan akasia baik. Rancang Bangun Mesin Tiga Fungsi Hasil rancang bangun mesin pengebor terdiri dari

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tinggi hak sepatu dan indek massa tubuh (IMT) dengan keluhan nyeri pinggang bawah pada sales promotion girl

- jalan udara penting di Sabah dan Sarawak kerana kebanyakan Bandar terletak jauh antara satu sama lain dan kurang pengangkutan darat -

 Peserta didik diminta untuk menganalisis data dan informasi atau mencari contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menarik kesimpulan tentang arti penting

Dari penelitian didapatkanhasil bahwa pada engine cummins KTTA 38 C untuk menentukan putaran engine terhadap daya yang sesuai adalah pada putaran 1501 rpm daya sebesar 46

tetap nilai tukar dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlsalu besar,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum amobilisasi pektinase dicapai pada waktu pengocokan 4 jam dan konsentrasi pektinase 3,774 mg/mL dengan jumlah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan asuransi jiwa bersama (AJB) Bumiputera 1912 cabang syariah