• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI BENTUK DAN PERTALIAN MAKNA KATA TURUNAN men- + D(-i/-kan), pen- + D, dan pen--an + D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI BENTUK DAN PERTALIAN MAKNA KATA TURUNAN men- + D(-i/-kan), pen- + D, dan pen--an + D"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI BENTUK DAN PERTALIAN MAKNA

KATA TURUNAN meN- + D(-i/-kan), peN- + D, dan peN--an + D

Oleh : Cahyo Yusuf

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Tidar Magelang

ABSTRACT

The point of view of an item and arrangement, bound morpheme [meN-] has allomorphs

/məm-/ /məm-/mən-/məm-/, /məm-/məŋ-/məm-/, /məm-/məñ-/məm-/ correlated in form with bound morpheme (1.1) [peN-] has allomorphs /məm-/pəm /məm-/, /pən-/, /pəŋ-/, peñ-/, and (1.2) [peN--an] has allomorphs /pəm--an /, /pən--an/, /pəŋ--an/, /pəñ--an/

when the bound morpheme is attached to the free morpheme (-bound). The point of view item and process or word and paradigm, (2.1) the derivative word mencangkul (has element meN-) 'to work with hoe' has root cangkul ‘tools are made of iron plates to handle a long-stemmed', (2.2) the derivative word pencangkul (has element peN-) 'the person who works with hoe' has the root

mencangkul, and (2.3) the derivative pencangkulan (that has element peN--an) the process of working

with hoe has the stem mencangkul. The derivative element of [meN-], [peN-], [peN--an], respectively, related too because they have the same stem, mencangkul.

Keywords : morfem, alomorf, morfofonemik, item and arrangement, item and process, word and paradigm.

A. PENDAHULUAN

Morfem merupakan satuan bahasa terkecil yang bermakna yang tidak dapat diperkecil lagi. Secara induktif, satuan bahasa membaca (kata turunan) dijabarkan menjadi mem- [meN-] (morfem terikat) dan baca (morfem bebas). Secara deduktif, morfem terikat peng--an [peN--an] dilekatkan/digabungkan pada morfem bebas-terikat aju membentuk kata turunan pengajuan.

Dari segi bentuk, pelekatan mofem terikat meN-, peN- dan peN--an pada morfem bebas

tulis, masing-masing, menjadi kata turunan menulis, penulis dan penulisan. Kata turunan menulis, penulis dan penulisan terdapat gejala fonologis (fonemis) pada fonem-fonem yang

bersinggungan, yaitu gejala fonologis: (1) pengubahan N pada meN-, peN- dan peN--an menjadi nasal /n/ sehingga meN- berujud /mən-/, peN- berujud /pən-/ dan peN--an berujud /pən--an/, (2) pengurangan konsonan /t/ pada morfem bebas tulis, dan (3) penggeseran nasal /n/ anggota

/mən-/, /pən-/mən-/, /pən--an/ ke /(t)ulIs/mən-/, kata turunan yang dihasilkan ialah /mə-nulIs/mən-/, nulIs/ dan /pə-nuli-san/, serta (4) khusus, peN--an terdapat pula pengubahan alofon /I/ pada /tulIs/ menjadi /i/

dan penggeseran konsonan /s/ pada /tulIs/ ke -an bagian anggota /pən--an/. Karakteristik yang sama ini, pengubahan nasal N menjadi /n/, pengurangan konsonan /t/ dan penggeseran nasal /n/

(2)

pada /mə-n(t)ulis/, /pə-n(t)ulis/ dan /pə-n(t)uli-san/, menunjukkan terdapat korelasi bentuk antara [meN-], [peN-], dan [peN--an]. Kajian ini menggunakan pendekatan model penataan (item and arrangement).

Dari segi makna, /mənulis/ bermakna ’melakukan tulis’, /pənulis/ bermakna ’orang yang menulis’, dan /pənulisan/ bermakna ’proses menulis’. Kata turunan /mənulis/, /pənulis/ dan

/pənulisan/ berpangkal sama, yaitu tulis. Sistem makna pada kata turunan ini terdapat pertalian

makna. Kajian ini menggunakan pendekatan model proses (item and process) dan model paradigma (word and paradigm). Tiga model kajian ini didasari kerangka teori Hockett (1954) dan Malmkjxr (1991).

B. RUMUSAN MASALAH

Korelasi bentuk dan pertalian makna pada pendahuluan di atas menghasilkan rumusan masalah penelitian yang berikut:

(1) Bagaimanakah sistem korelasi bentuk pada kata turunan meN- + D(-i/-kan), peN- + D, dan peN--an + D?

(2) Bagaimanakah sistem pertalian makna pada kata turunan meN- + D(-i/-kan), peN- + D, dan peN--an + D?

C. LANDASAN TEORI

a. Hakikat Morfem

Kata turunan mencetak, pencetak, pencetakan dijabarkan terdiri atas /məñ-/ [meN-], /pəñ-/

[peN-], /pəñ--an/ [peN--an] dan cetak. Setiap satuan bahasa ini ialah morfem. Samsuri (1987:

170) mengatakan, jika mendapat cukup data bentuk (morf) terdapat pula berulang, dan karena itu disebut masing-masing morfem. Jadi, morfem adalah komposit bentuk-pengertian yang terkecil yang sama atau mirip (secara fonologis) yang berulang.

Dalam distribusinya, morfem terikat [meN-] mempunyai variasi bentuk, misalnya dalam distribusi pada morfem bebas /ajar/, /buka/, /cuci/, /dəŋar/, dan /rakIt/, [meN-] menjadi

/məŋajar/, /məmbuka/, /məñcuci/, /məndəŋar/ dan /mərakIt/. Variasi /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/ dan /mə-/ anggota morfem [meN-] disebut alomorf. Menurut Santoso (2010: 2), morfem

ialah konsep abstrak, sedangkan alomorf merupakan konsep yang (agak) konkret. b. Morfofonemik

Penggabungan morfem terikat dan morfem bebas menjadi morfem kompleks, alih-alih kata turunan, dapat menimbulkan berbagai gejala fonologis pada fonem-fonem yang bersinggungan atau berdekatan dengan persinggungan. Gejala fonologis ini disebut morfofonemik atau morfofonologi. Kridalaksana (2011: 159) menyatakan, bahwa morfofonologi adalah struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologi dari morfem; termasuk di dalamnya penambahan, pengurangan, penggantian fonem atau perubahan tekanan yang menentukan

Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80 Korelasi Bentuk dan Pertalian Makna Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf)

(3)

bangun morfem. Alwi, dkk (2010: 31) menyatakan, bahwa proses perubahan bentuk yang diisyaratkan oleh jenis fonem atau modem yang digabungkan dinamakan proses morfofonemik.

Gejala fonologis pada fonem atau fonem-fonem akibat penggabungan morfem terikat

[meN-], [peN-], dan [peN--an] dan morfem bebas (-terikat) dapat diklasifikasikan dan

dideskripsikan sistem fonemisnya: pengubahan fonem, pengurangan fonem, penambahan fonem, penggeseran fonem, dan gejala fonologis-kompleks (beberapa gejala fonologis), contoh:

(1) pengubahan fonem

[meN-] → /məñ-/ + /corεt/ → /meñcorεt/ [peN-] → /pəñ-/ +/corεt/ → /peñcorεt/

[peN-an] → /pəñ--an/ +/corεt/ → /peñcorεtan/.

(2) pengurangan fonem

[meN-] → /mə-/ + /lempar/ → /məlempar/ [peN-] → /pə-/ + /lempar/ → /pəlempar/

[peN--an] → /pə--an/ + /lempar/ → /pəlemparan/.

(3) penambahan fonem

[meN-] → /məŋ-/ + /gadaykan/ → /məŋgadaykan/ [peN-] → /pəŋ- / + /gaday/ → /pəŋgaday/

[peN--an] → /pəŋ--an/ +/gaday/ → /pəŋgadayyan/.

(4) penggeseran fonem

[meN-] → /məŋ-/ + /ikat/ → /mə-ŋikat/ [peN-] → /pəŋ-/ + /ikat/ → /pə-ŋikat/

[peN--an] → /pəŋ--an/ + /ikat/ → /pə-ŋika-tan/ (5) gejala fonologis-kompleks

[meN-] → /mən-/ + /tata/ → /mə-n(t)ata/ [peN-] → /pən-/ + /tata/ → /pə-n(t)ata/

[peN--an] → /pən--an/ + /tata/ → /pə-n(t)ata?-an/.

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas tata

/tata/, nasal (N)-nya berubah menjadi nasal /n/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an]

berujud /mən-/, /pən-/, /pən--an/, fonem /t/ anggota /tata/ berkurang, dan nasal /n/ anggota /mən-/, /pən-/ menggeser ke /(t)ata/ sehingga menjadi kata turunan /mə-n(t)ata/,

/pə-n(t)ata/, serta khusus [peN--an] terjadi pula penambahan fonem /?/ sehingga menjadi

kata turunan /pə-n(t)ata?-an/, fenomena terakhir tidak dibahas dalam penelitian ini. Gejala fonologis ini menunjukkan korelasi bentuk.

Perwujudan nasal (N) di atas tidak manasuka tetapi sifatnya ialah komplementer, maksudnya nasal itu berpasangan dengan fonem tertentu yang sesuai daerah artikulasi atau berdekatan daerah artikulasi.

(4)

c. Pangkal dan Kata Dasar

Kata turunan mencoret, pencoret dan pencoretan berpangkal yang sama, yaitu coret. Dengan model proses, kata turunan mencoret berkata-dasar coret (tunggal). Kata turunan

mencoret bermakna ‘melakukan/membubuhkan coret’. Kata turunan pencoret dan pencoretan

berkata-dasar mencoret (kata turunan), maka pencoret bermakna ‘orang yang mencoret’ dan

pencoretan bermakna ‘proses mencoret’. Pemaknaan kata turunan ini menunjukkan pertalian

makna dengan kata dasarnya. Juka, kata turunan yang mempunyai pangkal yang sama menunjukkan pertalian makna.

D. METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA

Data penelitian ini berupa kata turunan berunsur morfem terikat [meN-], [peN-],

[peN--an]. Data dianalisis dengan metode agih dan teknik bagi unsur langsung. Dari segi bentuk,

morfem-morfem, alih-alih unsur langsung, digabungkan membentuk kata turunan untuk menentukan korelasi morfofonemiknya. Dari segi makna, kata turunan dikembalikan pada pangkal dan dasarnya untuk menentukan kekaitan makna.

E. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Pengubahan Nasal

Penggabungan morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dan morfem bebas dapat terjadi pengubahan nasal (N) pada morfem [meN-], [peN-], [peN--an]:

(a) [meN-]  /məm-/ + /bəli/  /məmbəli/

[peN-]  /pəm-/ + /bəli/  /pəmbəli/

[peN--an]  /pəm--an/ + /bəli/  /pəmbəliyan/

(b) [meN-] /məm-/ + /fItnah/  /məmfItnah/

[peN-] /pəm-/ + /fItnah/  /pəmfItnah/

[peN--an] /pəm--an/ + /fItnah/  /pəmfItnahan/

(c) [meN-]  /mən-/ + /dəŋar/  /məndəŋar/

[peN-]  /pən-/ + /dəŋar/  /pəndəŋar/

[peN--an]  /pən--an/ + /dəŋar/  /pəndəŋaran/

(d) [meN-]  /məŋ-/ + /gulay/  /məŋgulay/

[peN-]  /pəŋ-/ + /gulay/  /pəŋgulay/ [peN--an]  /pəŋ--an/ + /gulay/  /pəŋgulayyan/

(e) [meN-]  /məŋ-/ + /xayal/  /məŋxayal/

[peN-]  /pəŋ-/ + /xayal/  /pəŋxayal/

[peN--an]  /pəŋ--an/ + /xayal/  /pəŋxayalan/

(f) [meN-]  /məŋ-/ + /hisap/  /məŋhisap/

[peN-]  /pəŋ-/ + /hisap/  /pəŋhisap/

Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80

(5)

[peN--an]  /pəŋ--an/ + /hisap/  /pəŋhisapan/

(g) [meN-]  /məñ-/ + /cuci/  /məñcuci/

[peN-]  /pəñ-/ + /cuci/  /pəñcuci/

[peN--an]  /pəñ--an/ + /cuci/  /pəñcucian/

(h) [meN-]  /məñ-/ + /jarIŋ/  /məñjarIŋ/

[peN-]  /pəñ-/ + /jarIŋ/ /pəñjarIŋ/ [peN--an]  /pəñ--an/ + /jarIŋ/  /pəñjariŋan/

(i) [meN-]  /məñ-/ +/šukuri/  /məñšukuri/

[peN-]  /pəñ-/ + /šukur/  /pəñšukur/

[peN--an]  /pəñ--an/ +/šukur/  /pəñšukuran/

(j) [meN-]  /məñ-/ + /zakatkan/  /məñzakatkan/

[peN-]  /pəñ-/ + /zakat/  /pəñzakat/ [peN--an]  /pəñ--an/ + /zakat/  /pəñzakatan/

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /b, f/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-],

[peN--an] direalisasi menjadi nasal /m/ karena nasal /m/ pada akhir alomorf /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /b/ (bilabial),

dan nasal /m/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang berdekatan dengan konsonan /f/ (bilabial-labiodental).

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mən-/, /pən-/, /pən--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /d/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-],

[peN--an] direalisasi menjadi /n/ karena nasal /n/ pada akhir alomorf /mən-/, /pən-/, /pən--an/

mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /d/ (dental/alveolar) pada awal kata dasar.

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal /g, x, h/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] direalisasi menjadi /ŋ/ karena nasal /ŋ/ pada akhir alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /g, x, h/ (velar) pada awal kata dasar.

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /c, j, š, z/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-],

[peN--an] direalisasi menjadi nasal /ñ/ karena /ñ/ pada akhir alomorf /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/

mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /c, j/ (palatal) dan nasal /ñ/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang berdekatan dengan konsonan /z/ (palatal-alveolar) pada kata dasar.

2. Pengurangan Nasal

Penggabungan morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dan morfem bebas dapat terjadi pengurangan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an]:

(a) [meN-]  /mə-/ + /lompat/  /məlompat/

Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80

(6)

[peN-]  /pə-/ + /lompat/  /pəlompat/

[peN--an]  /pə--an/ + /lompat/  /pəlompatan/

(b) [meN-]  /mə-/ + /warisi/  /məwarisi/

[peN-]  /pə-/ + /warIs/ /pəwarIs/ [peN--an]  /pə--an/ + /warIs/  /pəwarisan/

(c) [meN-]  /mə-/ + /rusa?/  /mərusa?/

[peN-]  /pə-/ + /rusa?/  /pərusa?/

[peN--an]  /pə--an/ + /rusa?/  /pərusakan/

(d) [meN-]  /mə-/ + /masu?kan /  /məmasu?kan/

[peN-]  /pə-/ + /masu? /  /pəmasu?/

[peN--an]  /pə--an/ + /masu? /  /pəmasukan/

(e) [meN-]  /mə-/ + /nanti/  /mənanti/

[peN-]  /pə-/ + /nanti/  /pənanti/

[peN--an]  /pə--an/ + /nanti/  /pənantiyan/

(f) [meN-]  /mə-/ + /ñarIŋ/  /məñarIŋ/

[peN-]  /pə-/ + /ñarIŋ/  /pəñarIŋ/

[peN--an]  /pə--an/ + /ñarIŋ/  /pəñariŋan/

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami pengurangan nasal (N) atau nasal (N) tidak direalisasi sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mə-/, /pə-/, /pə--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /l, w, r, m, n, ñ/.

3. Pengubahan Nasal, Penambahan Vokal dan Penggeseran Nasal

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang melekat pada morfem bebas bersilabe satu mengalami pengubahan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] menjadi /ŋ/ pada alomorf

/məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/, penambahan vokal /ə/ pada morfem bebas bersilabe satu dan

penggeseran nasal /ŋ/ anggota alomorf ke morfem bebas (dasarnya).

(a) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /som/  /mə-ŋəsom/

[peN-]  /pəŋ-/ + (/ə/) + /som/  /pə-ŋəsom/ [peN--an]  /pəŋ--an/ + (/ə/) + /som/  /pə-ŋəso-man/

(b) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /tI?/  /mə-ŋətI?/

[peN-]  /pəŋ-/ + (/ə/) + /tI?/  /pə-ŋətI?/ [peN--an]  /pəŋ--an/ + (/ə/) + /tI?/  /pə-ŋəti-kan/

(c) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /bor/  /mə-ŋəbor/ [peN-]  /pəŋ-/ + (/ə/) + /bor/  /pə-ŋəbor/

[peN--an]  /pəŋ--an/ + (/ə/) + /bor/  /pə-ŋəbo-ran/

(d) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /las/  /mə-ŋəlas/

[peN-]  /pəŋ-/ + (/ə/) + /las/  /pə-ŋəlas/ [peN--an]  /pəŋ--an/ + (/ə/) + /las/  /pə-ŋəla-san/

(e) [meN-]  /məŋ-/ + (/ə/) + /cat/  /mə-ŋəcat/

(7)

[peN-]  /pəŋ-/ + (/ə/) + /cat/  /pə-ŋəcat/ [peN--an]  /pəŋ--an/ + (/ə/) + /cat/  /pə-ŋəca-tan/

(f) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /lap/  /mə-ŋəlap/ [peN-]  /məŋ-/ + (/ə/) + /lap/  /pə-ŋəlap/ [peN--an]  /pəŋ--an/ + (/ə/) + /lap/  /pə-ŋəla-pan/

(g) [meN-]  /məŋ-/ + (/ə/) + /dram/  /mə-ŋədram/

[peN-]  /pəŋ-/ + (/ə/) + /dram/  /pə-ŋədram/

[peN--an]  /pəŋ--an/ + (/ə/) + /dram/ /pə-ŋədra-man/

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] digabungkan pada morfem bebas bersilabe satu mengalami gejala fonologis: pengubahan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] menjadi

/ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/, penambahan fonem /ə/

pada morfem bebas dan penggeseran nasal /ŋ/ anggota alomorf ke morfem bebas (dasarnya).

4. Pengubahan dan Penggeseran Fonem

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang melekat pada morfem bebas berfonem awal vokal /a, e, ə, o, u/ mengalami pengubahan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] menjadi /ŋ/ pada alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan penggseran nasal /ŋ/ anggota morfem terikat ke morfem bebas (dasarnya).

(a) [meN-] → /məŋ-/ + /ambIl/  /mə-ŋambIl/

[peN-] → /pəŋ-/ + /ambIl/  /pə-ŋambIl/

[peN—an] /pəŋ--an/ + /ambIl/  /pə-ŋambi-lan/

(b) [meN-] → /məŋ-/ + /ekͻr/ /mə-ŋekͻr/ [peN-] → /pəŋ-/ + /ekͻr/ /pə-ŋekͻr/

[peN--an] → /pəŋ--an/ + /ekͻr/ /pə-ŋekͻ-ran/

(c) [meN-] → /məŋ-/ + /əndap/  /mə-ŋəndap/

[peN-] → /pəŋ-/ + /əndap/  /pə-ŋəndap/

[peN--an] → /pəŋ--an/ + /əndap/  /pə-ŋənda-pan/

(d) [meN-] → /məŋ-/ + /ikat/  /mə-ŋikat/

[peN-] → /pəŋ-/ + /ikat/  /pə-ŋikat/

[peN--an] → /pəŋ--an/ + /ikat/  /pə-ŋika-tan/

(e) [meN-] → /məŋ-/ + /obral/  /mə-ŋobral/

[peN-] → /pəŋ-/ + /obral/  /pə-ŋobral/

[peN--an] → /pəŋ--an/ + /obral/  /pə-ŋobra-lan/

(f) [meN-] → /məŋ-/ + /usIr/  /mə-ŋusIr/

[peN-] → /pəŋ-/ + /usIr/  /pə-ŋusIr/

[peN--an] → /pəŋ--an/ + /usIr/  /pə-ŋusi-ran/

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan nasal /ŋ/ mengalami

Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80 Korelasi Bentuk dan Pertalian Makna Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf)

(8)

penggeseran ke morfem bebas (dasarnya) apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal vokal /a, e, ə, i, o, u/.

5. Pengubahan Nasal, Pengurangan Konsonan dan Penggeseran Nasal

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal konsonan /k, p, s, t/ terjadi gejala fonologis yang berikut:

(a) [meN-] → /məŋ-/ + /kaji/  /mə-ŋ(k)aji/

[peN-] → /pəŋ-/ + /kaji/  /pə-ŋ(k)aji/

[peN--an] → /məŋ-/ + /kaji/  /pə-ŋ(k)ajiyan/

(b) [meN-] → /məm-/ + /pukUl/  /mə-m(p)ukUl/

[peN-] → /pən-/ + /pukUl/  /pə-m(p)ukUl/

[peN--an] → /pəm--an/ + /pukUl/  /pə-m(p)uku-lan/

(c) [meN-] → /məñ-/ + /sikat/  /mə-ñ(s)ikat/

[peN-] → /pəñ-/ + /sikat/  /pə-ñ(s)ikat/

[peN--an] → /pəñ--an/ + /sikat/  /pə-ñ(s)ika-tan/

(d) [meN-] → /mən-/ + /tulIs/  /mə-n(t)ulIs/

[peN-] → /pən-/ + /tulIs/  /pə-n(t)ulIs/

[peN--an] → /pən--an/ + /tulIs/  /pə-n(t)uli-san/

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /k/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan pengurangan konsonan /k/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /ŋ/ pada anggota alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ ke morfem bebas (dasarnya).

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /p/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /m/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ dan pengurangan konsonan /p/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /m/ pada anggota alomorf /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ ke morfem bebas (dasarnya).

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /s/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /ñ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/ dan pengurangan konsonan /s/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /ñ/ pada anggota alomorf /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/ ke morfem bebas (dasarnya).

Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /t/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /n/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mən-/, /pən-/, /pən--an/ dan pengurangan konsonan /t/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /n/ pada anggota alomorf /mən-/, /pən-/, /pən--an/ ke morfem bebas (dasarnya).

6. Kekaitan Makna

(9)

Kata turunan menggulai berkata dasar gulai. Kata dasar gulai bermakna ‘masakan ikan atau daging berkuah santan’. Dengan analisis model proses, kata turunan penggulai berkata dasar

menggulai, penggulai bermakna ‘orang yang menggulai’. Kata turunan penggulaian berkata

dasar menggulai, penggulaian bermakna ‘proses menggulai’. Dengan analisis model paradigma, pangkal gulai dibentuk verba menggulai, verba menggulai menjadi dasar penurunan kata

penggulai dan penggulaian.

Kata turunan merusak berkata dasar rusak. Kata dasar rusah bermakna ‘keadaan yang sudah tidak sempurna (baik/utuh) lagi’. Dengan analisis model proses, kata turunan perusak berkata dasar merusak, perusak bermakna ‘orang yang merusak’. Kata turunan perusakan berkata dasar merusak, perusakan bermakna ‘proses merusak’. Dengan analisis model paradigma, pangkal rusak dibentuk verba merusak, verba merusak menjadi dasar penurunan kata perusak dan perusakan.

F. SIMPULAN

1. Pengubahan nasal: morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengubahan nasal (N) menjadi /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/ sehingga [meN-] berujud /məm-/ /mən-/,

/məŋ-/, /məñ-/, [peN-] berujud /pəm-/, /pən-/, /pəŋ-/, /pəñ-/, dan [peN--an] berujud /pəm--an/, /pən--/pəm--an/, /pəŋ--/pəm--an/, /pəñ--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN--an], masing-masing,

dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /b, f, d, g, x, h, c, j, ŝ, z/.

2. Pengurangan nasal: morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengurangan nasal (N) sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mə-/, /pə-/, /pə--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN--an] dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /l, w, r,

m, n, ñ/.

3. Pengubahan nasal, penambahan vokal /ə/ dan penggeseran nasal: morfem terikat [meN-],

[peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengubahan (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN--an] dilekatkan pada morfem bebas bersilabe satu, dan penambahan vocal /ə/, serta

penggeseran nasal /ŋ/ anggota alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ ke morfem bebas (dasarnya).

4. Pengubahan dan penggeseran nasal: morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal vokal /a, e, ə, i, o, u/ mengalami gejala fonologis pengubahan nasal (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud

/məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan /ŋ/ anggota alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ bergeser ke

morfem bebas (dasarnya).

5. Pengubahan nasal, pengurangan konsonan dan penggeseran nasal: morfem terikat [meN-],

[peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengubahan (N) menjadi /ŋ/, /m/, /ñ/, /n/

sehingga [meN-] berujud /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/, [peN-] berujud /pəŋ-/, /pəm-/,

/pəñ-/, /pən-/, dan [peN--an] berujud /pəŋ--an/, /pəm--an/, /pəñ--an/, /pən--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN--an] dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal konsonan /k, p,

Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80

(10)

s, t/ dan pengurangan konsonan awal /k, p, s, t/ pada awal morfem bebas serta penggeseran

nasal /ŋ/, /m/, /ñ/, /n/ anggota alomorf (a) /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/, (b) /pəŋ-/, /pəm-/,

/pəñ-/, /pən-/, (c) /pəŋ--an/, /pəm--an/, /pəñ--an/, /pən--an/, masing-masing, ke morfem

bebas (dasarnya).

6. Kata turunan bermorfem terikat [meN-] dengan alomorf /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/ menunjukkan korelasi bentuk dengan morfem terikat [peN-] dengan alomorf /pəŋ-/,

/pəm-/, /pəñ-/pəm-/, /pən-/pəm-/, juga berkorelasi bentuk dengan morfem terikat [peN--an] dengan alomorf /pəŋ--an/, /pəm--an/, /pəñ--an/, /pən--an/.

7. Kata turunan berunsur morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dan morfem bebas yang mempunyai pangkal yang sama menunjukkan kekaitan makna. Dengan model proses dan model paradigma, masing-masing kata turunan berkaitan makna.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi Tiga-Cetakan Kedelapan. 2010.

Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80

(11)

Hockett, Charles F. Two Models of Grammatical Description dalam Word Journal of The

Linguistic Circle of New York. New York: The Linguistic Circle of New York. 1954.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Edisi Keempat-Cetakan Ketiga. 2011.

Malmkjxr. Kirsten (ed.). The Linguistics Encyclopedia. London and New York: Routledge. 1991. Samsuri. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. 1987.

Santoso, Budi S. Hubungan Pengertian Morfem dan Kata. http://budisantoso87.

blogspot.com/2010/12/hubungan-pengertian-morfem-dengan-kata.html. 2010.

Sugono, Dendy, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. 2012 Yusuf, Cahyo. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Semarang: Bandungan Institut.

Referensi

Dokumen terkait

stemming Arifin dan Setiono. Contoh proses stemming pada tabel IV. Vector space model adalah salah satu model yang digunakan untuk mengukur derajat kemiripan antara suatu

Namun pada perkembangannya muncul permasalahan mengenai lingkup kewenangan lembaga arbitrase dalam menyelesaikan sengketa perdata, yang salah satunya bersumber dari Investment

Immobilisasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan hasil korosi perunggu yang disebabkan oleh klorida (Sudiono, 1993 : 307). Kelebihan dari

Biaya merepresentasikan investasi yang penting untuk menangkap nilai atau keuntungan- keuntungan dari proyek-proyek yang diajukan. Unit-unit TI atau bisnis bisa saja

Tujuan yang hendak dicapai adalah (a) memahami persepsi dan pandangan masyarakat budaya Jawa Mataraman terhadap kritik, (b)memahami strategi kesantunan kritik yang

Kaji konntak kulit Nilai dengan penilaian APGAR Berikan mata prophilaxis & vitamin K

Dalam tulisan ini, satu dari dua kode linier (8, 4, 4) yang digunakan didapat dengan memberikan kerangka matriks generator yang elemen- elemennya memenuhi aturan

Pengaruh penambahan massa nilon terhadap kuat tarik membran yaitu semakin besar penambahan massa nilon (semakin bertambah konsentrasi), maka nilai kuat tarik yang