• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI

SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN

DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh : Lingga Liwa Ati

NIM. ST14 035

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul “PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO”.

Dalam penyusunan Skipsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Atiek Murharyati M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep selaku pembimbing I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya skripsi ini.

4. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya skripsi ini.

5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat baik moral, material dan spiritual untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Adik- adik saya yang selalu mendengar keluh kesah dan memberikan semangat kepada saya.

7. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta, khususnya kelompok 6 dan berbagai pihak yang tidak

(5)
(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x ABSTRAK ... xi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusam Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Imunisasi... 7 2.2 Nyeri ... 12 2.3 Kompres Es ... 17 2.4 Keaslian penelitian ... 20 2.5 Kerangka Teori ... 23 2.6 Kerangka Konsep ... 24 2.7 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian... 25

3.2 Populasi dan Sampel... 26

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 27

(7)

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 30 3.7 Etika Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat ... 34 4.2 Analisa Bivariat ... 35

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden ... 36 5.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok

Perlakuan ... 36 5.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan

Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan ... 38

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 20 3.1 Rancangan Penelitian 25 3.2 Variabel Definisi dan Skala Penelitian 27 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Kelompok

Kontrol Dan Kelompok Perlakuan di

Desa Sanggung Sukoharjo 34 4.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung

Sukoharjo 35

4.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan pada Kelompok Kontrol

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Oucher Scale 16

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

Lampiran 1 F.01 Usulan topik penelitian Lampiran 2 F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Lampiran 3 F.03 Pernyataan Pergaantian Judul Lampiran 4 F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 5 F.05 Lembar Oponen

Lampiran 6 F.06 Lembar Audience Lampiran 7 F.07 Pengajuan ijin penelitian Lampiran 8 Surat Persetujuan

Lampiran 9 Lembar Observasi Lampiran 10 Skala FLACC Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas Lampiran 12 Hasil Uji independent t test Lampiran 13 Lembar Konsultasi

Lampiran 14 SOP Kompres Es Untuk Imunisasi Campak

Lampiran 15 Surat Persetujuan Narasumber

Lampiran 16 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus

(11)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Lingga Liwa Ati

Pengaruh Kompres Es Terhadap Tingkat Nyeri saat Imunisasi Campak pada Bayi Usia 9 Bulan di Desa Sanggung Sukoharjo

Abstrak

Bayi yang mendapat imunisasi campak akan mengalami nyeri yang dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan bahkan trauma, maka dari itu perlu dilakukan tindakan atraumatic care seperti kompres es untuk menurunkan nyeri sehingga tidak akan timbul kecemasan yang berlebihan bahkan trauma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi

exsperiment post-test only with non-equivalent control group design yang

dilakukan di Desa Sanggung Sukoharjo. Teknik pengambilan menggunakan total

sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai P value < 0,000 (P value<0,05), artinya ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo. Kompres es terbukti sebagai cara yang efektif, mudah dan hemat yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat nyeri terutama nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan. Kompres es dapat meningkatkan endorphin dan menekan produksi prostalglandin sehingga dapat meningkatkan ambang batas nyeri.

Kata Kunci: Imunisasi, Nyeri, Kompres Es, Daftar Pustaka: 37 (2007- 2015)

(12)

NURSING GRADUATE STUDY PROGRAM STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Lingga Liwa Ati

The Effect of Ice Application on Pain Level during Measles Immunization in 9-Month Infants in Sanggung Village of Sukoharjo

ABSTRACT

Infants receiving measles immunization will develop pain potentially generating excessive worry even trauma; for that reason, there should be an atraumatic care like ice application to reduce pain to prevent excessive worry and even trauma. This research aimed to find out the effect of ice application on pain level during measles immunization in 9-month infants.

This study was a quantitative research using quasi-experiment post-test only with non-equivalent control group design conducted in Sanggung Village of Sukoharjo. The sampling technique used was total sampling one, with 30 respondents.

The result of research showed that P-value < 0.000 (P value<0.05), meaning that there was an effect of ice application on pain level during measles immunization in 9-month infants in Sanggung Village of Sukoharjo. Ice application proved to be an effective, simple and economic way of reducing pain level, particularly during measles immunization in 9-month infants. Ice application could increase endorphin level and suppress prostaglandin production thereby increasing pain threshold.

Keywords: Immunization, Pain, Ice Application References: 37 (2007- 2015)

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk membuat zat anti dengan mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2008). Menurut Kemenkes (2010) imunisasi juga terbukti mampu mengurangi angka kematian pada anak karena penyakit yang disebabkan karena infeksi seperti campak, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B dan TBC. Imunisasi juga merupakan salah satu program pemerintah yang dijalankan untuk mensukseskan program Millenium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan setelah Konferensi Tingkat Tinggi Milenium Perserikatan Bangsa Bangsa bulan September tahun 2000.

Data dari Unicef (2013) menyatakan di tahun 2012 presentasi pelaksanaan imunisasi secara global mencapai 83% dan tidak mengalami perkembangan dari tahun 2010. Asia Tenggara pada tahun 2011 menjadi benua dengan tingkat presentasi pelaksanaan imunisasi tertinggi dibandingkan dengan benua lain yaitu mencapai 91% dan tingkat keberhasilan pencapaian pelaksanaan imunisasi meningkat ditahun 2012 mencapai 95% (WHO, 2013). Tingkat pelaksanaan imunisasi di Indonesia menurut data dari Ditjen PPPL Kemenkes RI (2014) hanya mencapai 48,4%. Bali menduduki peringkat teratas dengan 62; sedangkan Maluku Utara

(14)

dengan 17,7%, Jawa Tengah menduduki peringkat ke-4 dengan 56,6% setelah DKI Jakarta dan Bangka Belitung.

Sukoharjo menduduki peringkat pertama dengan presentasi pelaksanaan imunisasi tertinggi di Jawa Tengah yaitu mencapai 70,1% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Presentasi pelaksanaan di Kecamatan Gatak khusus untuk imunisasi campak menurut Dinkes Kabupaten Sukoharjo (2014) mencapai 93,44% dan menduduki peringkat ke-8 diantara 12 Kecamatan yang ada di Sukoharjo.

Imunisasi pada masa bayi dan anak-anak merupakan sumber nyeri dan penderitaan paling utama yang dapat menimbulkan kecemasan dan trauma tidak hanya pada anak namun juga dapat terjadi pada keluarga (Razek & El-Dein, 2009). Kecemasan dan trauma yang ditimbulkan dari nyeri imunisasi harus segera diminimalkan karena dapat memperbesar potensi anak mengalami fobia terhadap jarum dan tindakan medis serta dapat juga menimbulkan ketidakpatuhan terhadap pelayanan kesehatan dimasa mendatang (Schechter et al, 2007).

Atraumatic care merupakan cara untuk meminimalkan kecemasan

dan trauma pada anak terutama nyeri yang disebabkan oleh injeksi imunisasi (Lory, 2009 dalam Ismanto, 2015). Atraumatic care pada anak selain untuk meminimalkan kecemasan dan trauma juga merupakan tindakan yang bertujuan untuk mengurangi distress psikologis pada keluarga terutama orang tua yang mendampingi anak (Subandi, 2012). Atraumatic care yang diterapkan dengan benar juga dapat meminimalkan trauma berkepanjangan

(15)

yang biasanya terbawa sampai dewasa sehingga akan terjadi ketidak patuhan terhadap pelayanan kesehatan selanjutnya (Taddio et al, 2010).

Atraumatic care mempunyai banyak metode yang dapat diterapkan

salah satu metode dalam atraumatic care adalah dengan ice application atau biasa disebut dengan kompres es. Menurut penelitian Jose & Umarani (2013) kompres es terbukti dapat menurunkan persepsi nyeri pada anak usia toodler saat dilakukan imunisasi. Intensitas nyeri yang ditimbulkan dari tindakan pengambilan darah vena pada anak yang dirawat di Rumah Sakit terbukti mengalami penurunan setelah dilakukan tindakan kompres es (Kiran et al, 2013). Pemberian kompres es juga terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak pra-sekolah yang akan dilakukan pemasangan infus di rumah sakit (Sulistiyani, 2009).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2015 di Puskesmas Gatak didapatkan bahwa bidan desa yang melakukan imunisasi disetiap daerahnya menyatakan bahwa kendala yang dialami di lapangan selama ini adalah rasa takut dan cemas pada bayi dan ibu atau keluarga yang mendampingi selama proses imunisasi berlangsung. 4 dari 5 ibu yang mendampingi bayi yang diimunisasi menyatakan bahwa takut dan tidak tega bila melihat anaknya menangis saat di imunisasi. 3 dari 5 ibu juga menyatakan bahwa tidak mau membantu memegang bagian tubuh bayi saat imunisasi dikarenakan bayi akan menangis histeris saat diimunisasi.

Bidan desa juga menyatakan bahwa selama ini belum ada Standar Operasional Prosedur resmi untuk pelaksanaan atraumatic care guna

(16)

mengurangi kecemasan, tangisan serta persepsi nyeri pada bayi yang diimunisasi. Bidan desa sering melakukan teknik distraksi (guide imagery) pada bayi dengan mengatakan bahwa ada hewan atau sesuatu yang menarik disisi yang lain (membuat bayi menoleh membelakangi bagian yang diimunisasi), bidan desa juga menyembunyikan jarum suntik yang akan digunakan untuk imunisasi. Hal tersebut sering dilakukan sebelum bidan desa melakukan imunisasi kepada bayi. Beberapa bayi yang mengalami kecemasan atau menangis histeris biasanya akan tetap diberikan imunisasi dan akan diberikan ASI atau susu formula setelah dilakukan imunisasi.

Sampai saat ini belum ada intervensi khusus yang dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri serta respon tangisan histeris yang ditimbulkan saat imunisasi berlangsung selain teknik distraksi (guide imagery) dan pemberian ASI atau susu formula, tidak pula dilakukan tindakan atraumatic care seperti kompres es. Fenomena inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kompres es terhadap nyeri akibat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat nyeri pada kelompok kontrol dan pada kelompok perlakuan yang telah diberikan perlakuan kompres es .

2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada kelompok kontrol dan pada kelompok perlakuan yang telah diberikan perlakuan kompres es.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat menambah ilmu tentang pengaruh atraumatic care khususnya dengan kompres es terhadap nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan. Serta diharapkan dapat menambah pengalaman dalam penerapan

atraumatic care khususnya kompres es diluar institusi rumah sakit.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan penelitian ini institusi pendidikan dapat menambah reverensi ilmu dalam pengajaran atraumatic care dan dapat memperdalam serta mengajarkan berbagai macam teknik-

(18)

teknik baru dalam atraumatic care kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi keperawatan.

1.4.3 Bagi Perawat atau Bidan

Diharapkan dengan penelitian ini perawat atau bidan dapat lebih menerapkan atraumatic care khususnya teknik kompres es dalam setiap perawatan yang diberikan terutama saat imunisasi campak.

1.4.4 Bagi Puskesmas

Diharapkan dengan penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk membantu puskesmas pada umumnya dan tim pelaksana imunisasi pada khususnya untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam meningkatkan pelayanan yang berhubungan dengan penerapan atraumatic care pada bayi.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Imunisasi

2.1.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit seperti penyakit TBC, Hepatitis, campak, difteri, pertusis, tetanus dan lain-lain (Hidayat, 2008). Pemindahan atau transfer antibodi tertentu secara pasif dapat juga dikatakan sebagai imunisasi (Ranuh, 2014).

2.1.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan utama imunisasi menurut Kemenkes (2010) adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang sangat potensial menimbulkan wabah dan kematian terutama pada balita dan anak. Tujuan lain dari imunisasi menurut Dwienda et al (2014) yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu dan untuk mengurangi resiko cacat ataupun kematian apabila di masa mendatang anak mengalami penyakit tertentu.

(20)

2.1.3 Jenis Imunisasi

Imunisasi mempunyai beberapa jenis. Jenis imunisasi dapat dilihat berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya dan dapat dilihat dari waktu pemberiannya.

1. Dilihat dari proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya

Imunisasi apabila dilihat dari proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya dikelompokkan menjadi dua jenis (Hidayat, 2008) yaitu:

a. Imunisasi Aktif

Pemberian imunisasi aktif ini akan memacu reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Apabila imunisasi aktif ini berhasil, ketika tubuh terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. Imunisasi aktif yang diberikan berasal dari bakteri atau virus yang dilemahkan sehingga vaksin ini mempunyai kemungkinan dapat menyebabkan penyakit ringan atau biasa disebut sebagai kejadian ikutan (Ranuh, 2014). b. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif merupakan imunisasi dengan pemberian zat (immunoglobulin) yang berupa virus atau bakteri yang virulensinya telah dihilangkan (Ranuh, 2014).

(21)

2. Dilihat dari waktu pemberiannya

Imunisasi apabila dilihat dari waktu pemberiannya juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu(Oktarni, 2015):

a. Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar merupakan imunisasi yang harus dilakukan pada usia balita dimana imunisasi mencakup hepatitis B, campak, polio, dan DPT yang dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

b. Imunisasi Penguat/ Booster

Imunisasi penguat atau biasa disebut imunisasi Booster merupakan imunisasi yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah tingkat kekebalan protektif vaksin sehingga tingkat respon imun protektif tetap tinggi. Imunisasi penguat biasanya dilakukan pada anak usia sekolah dan remaja.

2.1.4 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Imunisasi tidak dapat mencegah semua penyakit yang timbul pada balita dan anak, hanya penyakit yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan secara permanen saja yang saat ini dapat dicegah dengan imunisasi, antara lain (Soedjatmiko, 2009):

1. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis B merupakan penyakit yang menyerang sel-sel hati, penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin hepatitis B.

(22)

2. Polio

Penyakit polio merupakan penyakit yang menyerang pusat syaraf otot sehingga menyebabkan kelumpuhan otot dan kecacatan yang menetap. Polio disebabkan oleh virus polio dan dapat dicegah dengan vaksin polio.

3. Tubercolusis (TBC)

Penyakit tubercolusis atau biasa disebut TBC merupakan penyakit yang menyerang kelenjar getah bening, otak, paru-paru dan tulang. TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberkolusa. TBC dapat dicegah dengan imunisasi BCG.

4. Difteri

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Corrynaebacterium diphteriae. Bakteri ini akan menyerang

saluran nafas atas serta dapat melumpuhkan otot jantung dan serabut syaraf. Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT dan DT.

5. Pertusis

Pertusis biasa disebut dengan batuk rejan. Pertusis disebabkan oleh Bordetella pertusis. Bakteri ini akan menyerang saluran nafas atas. Pertusis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.

(23)

6. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh

Clostridium tetani. Penyakit tetanus dapat dicegah dengan

imunisasi DPT. 7. Campak

Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus campak golongan Paramicovirus. Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi campak. Menurut Permenkes no 42 tahun 2013 pemberian imunisasi campak dilakukan dalam 2 kali pemberian yaitu pada saat bayi usia 9 bulan sebagai imunisasi dasar kemudian diberikan juga pada usia 2 tahun sebagai imunisasi lanjutan.

2.1.5 Kontra Indikasi Imunisasi

Pemberian imunisasi tidak dapat diberikan kepada setiap bayi, balita dan anak-anak, ada beberapa kriteria yang tidak dapat diberikan imunisasi, antara lain pada bayi, balita atau anak yang sedang dalam kondisi imun yang menurun seperti pada anak yang mengalami demam dan flu, anak dengan imunokompromais, pengobatan kortikosteroid , infeksi HIV dan anak dengan penyakit kronis lainnya juga tidak dianjurkan menerima imunisasi (Oktarni, 2015).

(24)

2.2 Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri menurut International Association For Study of Pain dalam Saputra (2013) dapat dikatakan sebagai sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadi kerusakan.

2.2.2 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan durasi dan berdasarkan tempatnya (Asmadi, 2008).

1. Berdasarkan durasi

Nyeri apabila dilihat berdasarkan durasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Nyeri akut juga dapat diartikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dialami oleh anak yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.Contoh dari nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan oleh injeksi (Hockenberry & Wilson, 2007).

(25)

b. Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan atau bahkan terjadi selama bertahun-tahun.

2. Berdasarkan tempatnya

Nyeri apabila dibedakan berdasarkan tempatnya dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Pheriperal pain

Pheriperal pain adalah nyeri yang terasa pada

permukaan tubuh misalnya pada bagian tubuh yang dilakukan injeksi.

b. Deep pain

Deep pain adalah nyeri yang terasa pada permukaan

tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ visceral. c. Refered pain

Refered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan

karena penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

d. Central pain

Central pain adalah nyeri yang terjadi karena

(26)

2.2.3 Mekanisme Nyeri

Mekanisme nyeri menurut Andarmoyo (2013), stimulus nyeri pertama kali akan diterima oleh nosiseptor mekanis dan stimulus nyeri akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan oleh serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen menuju ke Sistem Syaraf Pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri ini adalah cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis. Cornus dorsalis di anggap juga sebagai gerbang nyeri karena didalam cornus dorsalis terdapat jaras askenden, apabila jaras askenden aktif atau terbuka maka impuls nyeri akan diterima serta ambang nyeri akan mengalami penurunan sehingga seseorang dapat merasakan nyeri dan dapat menimbulkan respon nyeri.

2.2.4 Respon nyeri

Prasetyo (2010) menyatakan bahwa hanya seseorang yang mengalami nyeri yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang dirasakan. Respon nyeri pada setiap individu dapat dipengaruhi oleh usia, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman terdahulu, gaya koping, dukungan keluarga dan dukungan sosial (Andarmoyo, 2013).

(27)

2.2.5 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh seseorang, yang dapat dideskripsikan melalui skala-skala tertentu yang disesuaikan dengan kondisi individu (Tamsuri, 2007). Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa skala nyeri pada bayi dapat diukur dengan FLACC, anak-anak dapat diukur dengan menggunakan skala Oucher, sedangkan untuk mengukur skala nyeri pada orang dewasa dapat menggunakan skala numerik.

1. Skala FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability)

Skala FLACC merupakan skala nyeri yang dapat digunakan untuk mengukur nyeri pada anak usia >2 bulan sampai 7 tahun dengan menggunakan respon tubuh sebagai bahan penilaiannya (Renovaldi, Novayelinda & Rahmalia, 2010). Skala FLACC merupakan skala yang menilai respon dari wajah (nilai 0= tidak ada perubahan ekspresi wajah, 1=meringis/menarik diri/tidak tertarik, 2= rahang terkatup/dagu gemetar), kaki (nilai 0= tidak ada perubahan gerakan kaki, 1=kaki cemas/gelisah/tegang, 2=menendang/menarik kaki), aktivitas (nilai 0=tidak ada perubahan aktivitas, 1= menggeliat/ tegang, 2= melengkung/kaku/ menyentak), tangisan (nilai 0=tidak menangis, 1=mengerang/merintih, 2=menangis dengan berteriak/menangis dengan mengeluh) dan konsolabilitas (0=normal, 1=mudah dialihkan dengan sentuhan/pelukan/diajak bicara, 2=sulit untuk

(28)

dihibur atau dibuat nyaman). Skala ini akan menunjukkan nilai 0-10 dengan kriteria 0 berarti tidak nyeri, 1-3 berarti nyeri ringan, 4-6 nyeri berat dan 7-10 nyeri berat sekali (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014).

2. Skala Oucher

Skala Oucher merupakan skala khusus yang digunakan untuk mengukur skala nyeri pada anak-anak. Skala ini terdiri dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan untuk anak-anak yang lebih kecil.

Gambar 2.1 Oucher Scale

(29)

Keterangan : 0-29 : sedikit nyeri 30- 69 : nyeri sedang 70-99 : nyeri berat

100 : nyeri yang sangat berat

3. Skala Numerik (Numerical Rating Scales)

Skala numeric (Numerical Rating Scales) merupakan skala yang digunakan untuk mengukur nyeri pada anak usia sekolah yang tidak mengalami gangguan komunikasi, remaja dan orang dewasa. Skala ini menggunakan skala dari 0-10 untuk menunjukkan tingkat nyeri yang dialami.

Sumber : Andarmoyo (2013).

2.3 Kompres Es

2.3.1 Pengertian Kompres Es

Kompres es merupakan suatu tindakan pemeliharaan suhu tubuh yang dilakukan menggunakan es balok dengan ukuran kecil dengan tujuan untuk mengebalkan rasa sakit dan menghentikan perdarahan (Asmadi, 2008). Kompres es dapat juga diartikan sebagai

Gambar 2.2 NRS (Numerical Rating Scales)

10 Nyeri Sangat

Hebat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak Nyeri

(30)

tindakan menempelkan atau melilitkan kumpulan es ke atas permukaan kulit dengan batas sebuah kain agar tidak menimbulkan rasa yang terlalu dingin.

2.3.2 Manfaat Kompres Es

Kompres es mempunyai manfaat yang bermacam- macam, antara lain dapat menurunkan suhu tubuh, mencegah meluasnya peradangan, mengurangi kongesti, mengurangi perdarahan setempat serta dapat mengurangi nyeri (Asmadi, 2008).

2.3.3 Mekanisme Kerja Kompres Es

Kompres es yang dilakukan pada sumber nyeri terutama nyeri superfisisal seperti nyeri yang diakibatkan oleh tusukan jarum dapat menurunkan produksi prostalglandin sehingga sensitivitas reseptor nyeri berkurang dan menghambat proses inflamasi (Muttaqin, 2008). Kompres es dapat memacu produksi endoprin yang berguna memblokir stimulus hantaran nyeri dan dapat memberikan perasaan nyaman serta mengalihkan fokus perhatian dari stimulus nyeri (Hall & Stockert, 2007). Kompres es yang dilakukan pada area kulit juga dapat membuat kulit menurunkan respon nyeri oleh karena adanya pelepasan endorphin, sehingga dapat memblokir transmisi serabut syaraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga menurunkan transmisi nyeri pada serabut C dan delta A sehingga gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009).

(31)

2.3.4 Kontraindikasi Pemberian Kompres Es

Kontraindikasi pemberian kompres es antara lain pada penderita dengan:

1. Luka terbuka

Seseorang dengan luka terbuka tidak boleh diberikan kompres es karena dapat mengurangi aliran darah ke luka terbuka sehingga akan meningkatkan kerusakan jaringan.

2. Menderita raynoud disease

Raynoud disease merupakan suatu keadaan yang menyerang pembuluh darah pada ekstremitas ketika terjadi dingin dan stess. Pemberian kompres es pada penderita raynoud disease dapat meningkatkan spasme arteri.

2.4 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Jisy Jose & Umarani (2013) Effect of ice application in reducing pain perception of toodlers during immunization - Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental. - Penelitian dilakukan di klinik imunisasi. - Sampel dipilih dengan menggunakan teknik convenience sampling dan dibagi menjadi Kompres es terbukti dapat meminimalisir nyeri imunisasi pada anak usia toodler.

(32)

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. - Sampel terdiri dari

60 anak berusia 15-18 bulan. - Sampel pada kelompok eksperimen diberikan kompres es (es dibungkus kain katun) sebelum dilakukan imunisasi, kompres dilakukan disekitar area penusukan selama 30 diikuti dengan istirahat selama 60 detik dan diulang dua kali kemudian dilakukan

imunisasi. - Tingkat nyeri

diamati dan diukur menggunakan FLACC Behavior Pain Assessment Scale. - Kelompok control dilakukan imunisasi tanpa diberikan kompres es. Navjot Kiran, Sukhjit Kaur dan Marwaha (2013)

Effect of ice pack applicationat the site prior to venipuncture on intensity of pain among children

- Sampel berjumlah 100 yang diambil secara random dan dibagi kedalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. - Kompres es dilakukan dengan cara kantong es yang dilapisi kain flannel diletakkan Kompres es terbukti murah, aman dan mampu mengurangi tingkat nyeri pada anak usia pra sekolah yang dilakukan prosedur

(33)

±5cm di sekitar area penusukan yang dilakukan sekitar 3 menit. - Alat ukur menggunakan FLACC Behavior Pain Assessment Scale. pengambilan darah vena. Gusgus Ghraha Ramdhanie (2013) Perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi venadi RSU Dr. Slamet Garut - Merupakan quasi eksperimen - Rancangan penelitian posttest only dengan 1 kelompok diberikan EMLA dan 1 kelompok diberikan kompres dingin. - Pendekatan sampling yang dipakai adalah non-probabilitas dengan metode consecutive sampling dengan jumlah sampel 50 anak usia sekolah. - Alat ukur

menggunakan

wong baker pain rating scale - Kompres es diberikan 3 menit sebelum dilakukan pungsi vena. Pemberian EMLA dan kompres dingin sama-sama dapat menurunkan tingkat nyeri pada anak usia sekolah yang dilakukan tindakan pungsi vena. Endah Sulistiyani (2009) Pengaruh pemberian kompres es batu terhadap tingkat nyeri pada anak usia pra-sekolah yang dilakukan prosedur pemasangan infus di RSUP Dr. - Penelitian menggunakan quasi-eksperimen dengan rancangan nonequivalent control group after only design - 32 anak dalam kelompok kontrol Kompres es terbukti dapat menurunkan nyeri pada prosedur pemasangan infuse pada anak pra

(34)

Ciptomangunkusumo Jakarta dan 32 kelompok perlakuan - Pengumpulan data menggunakan 1 kuisioner dan observasi menggunakan skala wong baker

pain faces

sekolah

2.5 Kerangka Teori

Sumber: Andarmoyo (2013), Hall & Stockert (2007), Saputra Lyndon (2013). Keterangan:

: Tidak diteliti : Diteliti

: Berpengaruh diteliti

Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri yang sangat berat Imunisasi Nyeri Imunisasi Faktor yang mempengaruhi nyeri: 1. Usia 2. jenis kelamin 3. kebudayaan, makna nyeri 4. perhatian 5. ansietas 6. pengalaman terdahulu 7. gaya koping Intervensi untuk mengurangi nyeri: 1. Farmakologis 2. Non Farmakologis a. Relaksasi nafas dalam b. Distraksi c. Guide imagery d. Kompres hangat e. Kompres es

(35)

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada anak usia 9 bulan.

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada anak usia 9 bulan.

Nyeri imunisasi sebelum diberikan kompres es Pemberian kompres es Nyeri imunisasi setelah diberikan kompres es

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi exsperiment post-test only with non-equivalent

control group design. Quasi exsperiment post-test only with non-equivalent control group design merupakan metode penelitian dimana peneliti tidak

dapat sepenuhnya mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen, sampel yang digunakan pada metode ini tidak boleh diambil secara acak, desain ini menggunakan kelompok kontrol dan hanya akan dilakukan pengukuran hasil setelah dilakukan perlakuan (Sugiyono, 2015).

Kelompok Perlakuan Post-test A X OX-A B Y OY-B

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Keterangan:

X : diberikan perlakuan kompres es

Y : tidak diberikan perlakuan kompres es

OX-A : tingkat nyeri setelah diberikan perlakuan kompres es pada kelompok perlakuan

OY-B : tingkat nyeri pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan kompres es

(37)

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 9 bulan yang menjalani vaksin campak yang berjumlah 30 bayi yang telah di data pada bulan November. 3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya akan diteliti (Siswanto, 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik Nonprobability sampling with total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sujarweni dan endrayanto, 2012). Penelitian ini menggunakan 30 sampel.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2015 yang dibagi menjadi 2 tahap pertemuan yaitu pada pukul 09.00 WIB (untuk kelompok perlakuan) dan pukul 15.00 WIB (untuk kelompok kontrol) di Desa Sanggung, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

(38)

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap yang meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian dari bulan Juni sampai Februari tahun 2015.

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur

Indikator Penilaian Skala Data Variabel Independen: Kompres es Tindakan menempelkan es (1 balok kecil sesuai cetakan) yang dilapisi kain pada permukaan kulit selama 3-5 menit sebelum imunisasi Lembar observasi 1 = tidak diberi kompres es 2 = diberi kompres es Nominal Variabel Dependen: Nyeri Persepsi rasa yang menyakitkan dan tidak diinginkan saat dan setelah imunisasi Skala FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) Dimulai dari angka 0 (tidak ada nyeri) sampai angka 10 (nyeri sangat berat) Rasio

(39)

34

3.5 Alat Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian 1. Nyeri

Alat penelitian yang digunakan untuk mengukur nyeri yaitu skala FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) . Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri yang terjadi setelah dilakukan perlakuan.

2. Kompres Es

Kompres es akan dilakukan segera sebelum dilakukan imunisasi. Es batu yang berbentuk balok kecil akan di masukkan ke dalam plastik tipis dan dilapisi dengan kain katun lalu dikompreskan pada area yang akan di imunisasi selama 3-5 menit. bayi yang diberikan kompres es dan yang tidak diberikan akan dicatat dalam lembar observasi.

3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan pada instrument penelitian untuk mengetahui kesamaan antara alat ukur dan objek yang diukur (Sugiyono, 2015). Uji Reabilitas adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan bahwa alat ukur tersebut dapat menunjukkan hasil yang sama apabila digunakan pada obyek yang sama dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2015).

(40)

35

Uji validitas pada FLACC dilakukan dengan metode conten

validity. Conten validity merupakan metode yang dilakukan dengan cara

menanyakan kepada orang yang dianggap ahli dan mengetahui tentang

FLACC, yaitu dilakukan kepada dosen pembimbing utama dan dosen

pembimbing pendamping yang menyatakan bahwa FLACC cukup valid dan reliable untuk digunakan sebagai alat ukur nyeri pada bayi usia 9 bulan.

3.5.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Peneliti datang ke tempat penelitian kemudian memperkenalkan diri. 2. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta

kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian.

3. Peneliti membagi bayi yang datang pada pukul 09.00 WIB menjadi kelompok perlakuan dan bayi yang datang pada pukul 15.00 WIB menjadi kelompok kontrol.

4. Peneliti memberikan perlakuan pada kelompok perlakuan dengan cara memberikan kompres es pada bayi dan meminta keluarga bayi untuk memegang kompres es secara mandiri. Prosedur pengompresan dilakukan pada area deltoid tangan yang akan dilakukan imunisasi. Setelah 3-5 menit peneliti meminta keluarga yang memegang kompres

(41)

36

untuk menghentikan proses mengompres. Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan kompres es dan hanya dilakukan imunisasi seperti biasa dimana bidan akan memberikan teknik distraksi.

5. Dilakukan imunisasi pada bayi.

6. Peneliti mengukur nyeri dengan melakukan observasi selama ±3 menit dimulai saat imunisasi berlangsung.

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data 1. Editing

Editing merupakan kegiatan memeriksa data yang didapat

dari hasil jawaban kuisioner maupun instrument (Siswanto, 2012).

Editing dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa

hasil dari alat yang digunakan untuk mengukur nyeri. 2. Coding

Coding merupakan kegiatan menyederhanakan data huruf

menjadi data dalam bentuk angka sehingga dapat diolah menggunakan software pengolah data statistik (Siswanto, 2012). Kelompok kontrol diberi kode 1 dan kelompok perlakuan diberi kode 2. Variabel yang disederhanakan dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri.

(42)

37

3. Tabulating

Tabulating merupakan proses menyusun dan menghitung

data hasil pengkodean, kemudian dibuat tabel agar mudah terbaca (Siswanto, 2012). Proses tabulating data meliputi:

a. Mempersiapkan tabel dengan kolom dan baris yang telah disusun dengan cermat sesuai kebutuhan.

b. Menghitung banyaknya frekuensi untuk setiap kategori hasil pengukuran

c. Menyusun distribusi dan tabel frekuensi dengan tujuan agar data dapat tersusun dengan rapi, mudah dibaca dan dianalisis.

4. Proccesing

Processing merupakan pengolahan data yang dilakukan

dengan program atau software komputer (Siswanto, 2012). Processing dalam penelitian ini menggunakan aplikasi software pengolah data. 5. Cleaning

Cleaning merupakan proses terakhir melihat dan mengoreksi

data untuk meminimalkan kesalahan, cleaning juga sering disebut pembersihan data (Siswanto, 2012).

(43)

38

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dengan membuat tabel distribusi frekuensi atau untuk mendeskripsikan data ditampilkan dalam proporsi atau persentase dan tabel (Hidayat, 2008). Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Dahlan, 2008). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah nyeri yang akan dimasukkan kedalam bentuk tabulasi minimum, maximum, mean, median dan standar deviasi untuk menarik sebuah kesimpulan.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui interaksi antar variabel tersebut, baik bersifat komparatif, asosiatif ataupun korelatif. Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisa bivariat (Dahlan, 2008). Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Saphiro Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50. Hasil data yang telah diperoleh telah diuji normalitas menggunakan

(44)

39

teknik Saphiro Wilk dengan hasil kelompok kontrol p> 0,05 (0,215> 0,05) dan kelompok perlakuan p> 0,05 (0,070> 0,05 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji

independent t test.

Interpretasi uji independent t test apabila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan dan apabila nilai p >0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

3.7 Etika Penelitian

3.7.1 Anonimity

Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan dalam penelitian

ini. Peneliti tidak akan mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Penulis akan mecantumkan inisial dan member nomor pada lembar observasi.

3.7.2 Confidentiality

Semua informasi data yang didapat dari sampel penelitian dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan dalam hasil penelitian.

(45)

40

3.7.3 Informed Consent

Informed consent ditujukan pada seluruh orang tua, didalam inform consent dijelaskan bahwa anak akan menjadi responden penelitian,

pada lembar Informed Consent juga akan dijelaskan mengenai tujuan, manfaat dan harapan peneliti terhadap responden.

3.7.4 Justice

Setiap responden harus diperlakukan adil dan peneliti memastikan distribusi keuntungan dan kerugiannya terdistribusi rata. Peneliti tidak boleh membeda-bedakan jenis kelamin ataupun dari bentuk fisik pada responden.

(46)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian dari 30 responden yang terdiri dari 15 responden pada kelompok kontrol dan 15 responden pada kelompok perlakuan didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung Sukoharjo

Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan frekuensi % frekuensi % Laki-laki 9 60 5 33,3 Perempuan 6 40 10 66,7 Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan bahwa distribusi frekuensi jenis kelamin pada kelompok kontrol yang berjumlah 15 responden lebih banyak laki-laki yaitu 9 responden (60%) sedangkan pada kelompok perlakuan yang berjumlah 15 responden distribusi frekuensi jenis kelamin lebih banyak perempuan yaitu 10 responden (66,7%).

(47)

4.1.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Tabel 4.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung Sukoharjo (N=30) Mean Median nilai SD

Min Max

Kel. Kontrol 4,60 4,00 1 9 1,993 Kel. Perlakuan 2,33 2,00 1 4 0,976

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat digambarkan bahwa nilai mean, median, maximum dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai maximum 9 dan standar deviasi 1,993. Nilai minimum dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sama yaitu 1.

4.2 Analisa Bivariat

4.2.1 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan

Tabel 4.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan (N=30)

Nyeri P Value Mean Std. deviasi Kelompok Kontrol 4,60 1,993 0,000 Kelompok Perlakuan 2,33 0,976

Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan bahwa P value < 0,05 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.

(48)

43

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah bayi berusia 9 bulan yang mendapat imunisasi campak. Hal ini sesuai dengan Permenkes no. 42 tahun 2013 yang menyebutkan bahwa pemberian imunisasi campak pertama kali dilakukan pada bayi usia 9 bulan sebagai imunisasi dasar.

Hasil penelitian menyatakan bahwa kelompok kontrol yang berjumlah 15 responden lebih banyak laki-laki yaitu 9 responden (60%) sedangkan pada kelompok perlakuan yang berjumlah 15 responden lebih banyak perempuan yaitu 10 responden (66,7%). Distribusi frekuensi jenis kelamin pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak sama, karena menurut peneliti jenis kelamin tidak mempengaruhi respon nyeri terutama pada bayi usia 9 bulan. Hal ini sesuai dengan Andarmoyo (2013) bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada seseorang.

5.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Hasil penelitian diketahui bahwa nilai mean, median, nilai maximum dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai maximum 9 dan standar deviasi 1,993. Nilai minimum dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sama yaitu 1. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat nyeri dalam

(49)

44

kelompok kontrol yang tidak diberikan kompres es lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang diberikan kompes es. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa setiap bayi yang diberi imunisasi campak melalui injeksi akan mengalami nyeri, walaupun tingkatannya berbeda-beda. Menurut Hockenberry & Wilson (2007) injeksi dapat diartikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dialami oleh anak yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan.

Kerusakan jaringan kulit menurut Andarmoyo (2013) merupakan stimulus nyeri yang dapat diterima oleh nosiseptor mekanis kemudian stimulus nyeri akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan oleh serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen menuju ke sistem syaraf pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri ini adalah cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis, Cornus dorsalis di anggap juga sebagai gerbang nyeri karena didalam cornus dorsalis terdapat jaras askenden, apabila jaras askenden aktif atau terbuka maka impuls nyeri akan diterima serta ambang nyeri akan mengalami penurunan sehingga seseorang dapat merasakan nyeri dan dapat menimbulkan respon nyeri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Asmadi (2007) yang menyatakan bahwa salah satu manfaat dari kompres es adalah mengurangi nyeri. Kompres es bila diberikan pada sumber nyeri seperti tusukan jarum dapat menurunkan produksi prostalglandin sehingga sensitivitas reseptor nyeri berkurang (Muttaqin, 2008). Menurut Hall & Stocker (2007) kompres es dapat memacu

(50)

45

produksi endoprin yang berguna memblokir stimulus hantaran nyeri sehingga dapat mengalihkan perhatian dari stimulus nyeri.

5.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan

Hasil analisis pada penelitian yang di uji menggunakan independent t

test menunjukkan nilai P value < 0,05 (0,000<0,05) yang berarti Ho ditolak

dan Ha diterima sehingga ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.

Penelitian ini sejalan dengan teori penelitian lain yang menyatakan bahwa kompres es terbukti dapat meminimalkan nyeri imunisasi pada anak usia toodler (Jose & Umarini, 2013). Kompres es mempunyai efek pengurang respon nyeri yang sama seperti penggunaan EMLA (Eutentic Micture of

Local Anesthetics) pada anak usia sekolah yang dilakukan prosedur pungsi

vena (Ramdhanie, 2013).

Kompres es dapat membuat kulit menurunkan respon nyeri oleh karena adanya pelepasan endorphin, sehingga dapat memblokir transmisi serabut syaraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga menurunkan transmisi nyeri pada serabut C dan delta A sehingga gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009). Penelitian Sulistiyani (2009) membuktikan bahwa kompres es merupakan metode efektif dan efisien bila digunakan sebagai stimulasi kulit, terutama pada anak usia pra sekolah yang dilakukan pemasangan infus.

(51)

46

Stimulus nyeri yang terjadi karena imunisasi campak akan diterima dan dilanjutkan oleh jaras-jaras nyeri, namun apabila dilakukan kompres es maka kemampuan jaras-jaras nyeri untuk menerima dan melanjutkan stimulus nyeri akan berkurang (Ball & Blinder, 2003 dalam Sulistiyani, 2009). Menurut penelitian Kiran, Kaur & Marwaha (2013) kompres es merupakan metode murah, aman dan mampu mengurangi rasa nyeri saat dilakukan pengambilan darah vena pada anak usia pra sekolah.

Kelompok kontrol yang tidak diberikan kompres es tetap mendapatkan imunisasi hanya dengan prosedur seperti biasa yaitu bidan akan memberikan teknik distraksi dan berusaha menyembunyikan jarum suntik dari bayi yang akan di imunisasi. Pelaksanaan imunisasi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam penelitian ini dibuat se-alami mungkin sehingga suasana lingkungan diharapkan tidak akan mempengaruhi hasil dari penelitian.

(52)

47

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data dan analisa data dapat disimpulkan:

1. Nilai mean, median dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00 dan standar deviasi 1,993. Nilai tingkat nyeri maksimum pada kelompok kontrol yang ditemukan adalah 9 dan pada kelompok perlakuan 4. Nilai minimum pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1.

2. Nilai P = 0,000 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain:

1. Bagi Perawat, Bidan atau Pelaksana Imunisasi

Diharapkan perawat, bidan atau pelaksana imunisasi dapat selalu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan imunisasi. Pelaksana imunisasi diharapkan dapat mengaplikasikan metode kompres es untuk menurunkan tingkat nyeri saat imunisasi.

(53)

48

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan penelitian ini, masyarakat khususnya masyarakat di Desa Sanggung Sukoharjo dapat menerapkan teknik kompres es dalam imunisasi selanjutnya secara mandiri, sehingga ibu atau yang mendampingi bayi saat imunisasi tidak akan merasa cemas akan rasa sakit yang akan ditimbulkan dari imunisasi khususnya imunisasi campak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan dan reverensi belajar khususnya tentang cara menurunkan tingkat nyeri dengan menggunakan kompres es sehingga dapat membantu meningkatkan mutu dalam pembelajaran untuk menghasilkan perawat yang lebih profesional, inovatif, terampil dan bermutu.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini, seperti melakukan pengamatan jangka panjang berkaitan dengan adakah efek samping yang ditimbulkan dari kompres es khususnya pada imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

(54)

49

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta. Hal 36.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta. Hal 77.

Beyer Judith E, Villaruel Antonia M, Denyes Mary J. 2009. The Oucher: User’s Manual and Technical Report. http://www.oucher.org/the_scales.html. Diakses pada 15 Juni 2015.

Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta.

Dinkes Kabupaten Sukoharjo. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014. Sukoharjo.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2010/dokumen/2014/SDK/ Mibangkes/BUKU_SAKU_TH2013.pdf. Diakses pada 15 Juni 2015.

Ditjen PPPL Kemenkes RI. 2014. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. www.depkes.go.id /download.php?

file=download/...%20Des%2014.pdf, diakses pada 15 Juni 2015.

Dwienda Octa, Maita Liva, Saputri E. Maya, Yulviana Rina. 2014. Buku Ajar

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Deepublish. Yogyakaarta. Hal 91-92.

Hall Amy, Stockert A. Patricia. 2007. Basic Nursing: Essentials for Practice. Mosby Elsevier. Canada. Hal: 841-843.

Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. Hal 54-55.

Hockenberry, MJ. Wilson D. 2007. Wongs Nursing Care of Infant and Children Edisi 8. Mosby Elsevier. St Louis.

Ikatan Dokter Anak Indonesia . 2014. Penilaian Nyeri Dan Sedasi Pada Bayi dan Anak. http://picunicu.org/wpcontent/uploads/2014/09/2_penilaian_nyeri_

dan_sedasi_pada_bayi_dan_anak-hari_kushartono.pdf. Diakses Pada 1

(55)

50

Ismanto, Y. A, Marniaty, R., Onibala F. 2015. Pengaruh Penerapan Atraumatic Care Terhadap ResponKecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado Dan Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-Journal Keperawatan 3(2): 1-9.

Jose Jisy, Umarani. 2013. Effect Of Ice Application in Reducing Pain Perception

Of Toodlers During Immunization. International Journal of Recent Scientific Research 4(5): 630-633.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 482/Menkes/SK/ IV/2010. 2010. Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kiran Navjot, Kaur Sukhjit, Marwaha. 2013. Effect of Ice Application at the Site

Prior to Venipuncture on Intensity of Pain Among Children. Nursing and Midwifery Research Journal 9(4): 160-167.

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Salemba Medika. Jakarta. Hal: 525.

Oktarni, S. Rika. 2015. Panduan Lengkap Posyandu untuk Bidan dan Kader

Posyandu. Jakarta. Hal: 91.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 42 Tahun 2013. Penyelenggaraan Imunisasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hal 50.

Ramdhanie, G. G. 2013. Perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi venadi RSU Dr. Slamet Garut. Program Magister Ilmu Keperawatan

Peminatan Keperawatan Anak Fakultas Ilmi Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.

Ranuh G, Hadinegoro S. R. S., Suyitno H., Kartasasmita C. B., Ismoedijanto, Soedjatmiko. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun

2014. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. Hal:

131-132.

Razek A. A, El-Dein N.A.Z. 2009. Effect of Breast-Feeding on Pain Relief During Infant Immunization Injections. International Journal of Nursing Practice 15: 99-104.

(56)

51

Renovaldi D., Novayelinda R., Rahmalia S. 2010. Perbandingan Validitas Alat

Ukur Nyeri Antara Self- Report Pain Scale dan Observational Paint Scale Pada Nyeri Akut Anak 3 sampai 7 Tahun. JOMP SIK 1(2): 1-10.

Saputra Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Bina Rupa Aksara Publisher. Tangerang. Hal: 210.

Schechter, L. N, Zempsky, T. W, Cohen, L. L, McGrath, J. P, McMurtry, M. C, Bright, S. N. 2007. Pain reduction during pediatric immunization: Evedence Based review and recommendation. Pediatrics 119(5): e1184-e1198.

Siswanto Viktorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Soedjatmiko. 2009. Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang

Optimal, Kreatif dan Cerdas Multipel. Kompas Media Nusantara. Jakarta.

Hal: 102-104.

Subandi, A. 2012. Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena Di Rumah Sakit Wilayah Cilacap. Tesis. Program Magister Ilmu

Keperawatan Anak Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2015. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sujarweni V. Wiratma, endrayanto Poly. 2012. Statistika untuk Penelitian. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sulistiyani Endah. 2009. Pengaruh Pemberian Kompres Es Batu Terhadap

Tingkat Nyeri Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Dilakukan Prosedur Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan Anak Universitas

Indonesia. Jakarta.

Taddio Anna, Appleton Mary, Chambers, C, Dubay Vinita, Hallperin Scoot. 2010. Reducing Pain Of Childhood Vaccination: An Evidence-based

Clinical Practice Guideline. Canadian Medical Association or its Licensors 182(18): e843-e855.

Tamsuri A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Buku Kedokteran : EGC. Jakarta

(57)

52

UNICEF. 2013. Progress Towards Global Immunization Goals-2012 Summery

Presentation of Key Indicators. New York. United Nations.

WHO. 2013. Global Immunization. http://www.who.int/immunization/moni

toring_surveillance/SlidesGlobalImmunization.pdf, diakses pada 15 Juni

Gambar

Gambar 2.1 Oucher Scale
Gambar 2.2  NRS (Numerical Rating Scales)
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian  Nama
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian  Keterangan:
+4

Referensi

Dokumen terkait

Smjernice važeće za lijekove koji se primjenjuju udisanjem u pluća navode slučajeve kada je prilikom razvoja lijeka i podnošenja zahtjeva za davanje odobrenja potrebno

Pembangunan di bidang Kelautan dan Perikanan, pada hakekatnya adalah memanfaatkan sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara optimal, yang diharapkan akan dapat

Teori ini memiliki hubungan dengan obyek penelitian yang diteliti oleh penulis dalam Song of Solomon , baik dalam bentuk metafora yang digunakan untuk diidentifikasi

Potensial tinggi (arahan preservasi dan konservasi) masih dominan pada bangunan stasiun kediri, karena banyak elemen yang memperkuat karakter bangunan kolonial seperti pada

Indonesia dengan kondisi etnis, adat-budaya, agama yang berbeda tapi dibingkai dengan semboyan negara “ Bhinneka Tunggal Ika “ memang sangat berkaitan dengan

1) Pengembangan sentra-sentra pro- duksi sapi potong dan penggalian sumber daya dukung pakan murah, khususnya pada usaha pembibitan (padang penggembalaan). Berdasar- kan

Mekanisme Bonus, Tunneling Incentive Dan Debt Covenant Pada Indikasi Melakukan Transfer Pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

Validasi tes dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas substansi tes dan penggunaan bahasa yang komunikatif dan tekstual; dan (3) Dokumentasi dimaksudkan untuk