PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera) ORAL TIDAK MENINGKATKAN KADAR INSULIN TETAPI MENURUNKAN KADAR
GLUKOSA DARAH PUASA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN DIABETES MELITUS
ABSTRAK
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat dari berkurangnya sekresi inuslin, resistensi jaringan terhadap insulin, ataupun keduanya. Daun kelor (Moringa oleifera) mengandung senyawa aktif seperti flavonoids, tannin, saponins, polifenol dengan kapasitas antioksidan yang cukup tinggi dan memiliki potensi sebagai agen hipoglikemik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan kadar insulin puasa pada tikus diabetes melitus.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan randomized pretest-posttest control group design. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, galur wistar, dewasa (berumur 2,5 bulan), diinduksi diabetes dengan cara pemberian streptozotocin sehingga didapatkan kadar glukosa darah sewaktu > 135 mg/ dL sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol P0 yang diberikan aquades, kelompok perlakuan P1 yang diberikan Glibenclamide 0,09mg/200 gram BB tikus, dan kelompok perlakuan P2 yang diberikan ekstrak daun kelor 300 mg/KgBB. Penelitian ini dilakukan selama 14 hari, kadar gula darah tikus diperiksa dengan metode glucose oxidase dan kadar insulin plasma diukur dengan menggunakan metode ELISA dari Boehringer Mannheim kit.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi perubahan kadar glukosa darah pada kelompok aquadest (p>0,05). Sedangkan pada kelompok glibenclamide terjadi penurunan kadar glukosa dari 179,70±20,68 mg/dL menjadi 110,50±20,14 mg/dL (p<0,01), begitu pula pada kelompok yang diberikan ekstrak daun kelor menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang sangat bermakna dari 197,20±20,41 mg/dL menjadi 134,30±18,14 mg/dL (p<0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar insulin pada kelompok yang diberikan glibenklamid dari 17,33+2,92 mIU/ml menjadi 20,59+11,45 mIU/ml dan pada kelompok yang diberikan daun kelor dari 17,67+2,84 mIU/ml menjadi 19,16+7,66 mIU/ml
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa namun tidak meningkatkan kadar insulin puasa pada tikus diabetesmelitus
ADMINISTRATION OF MORINGA (Moringa oleifera) LEAVES EXTRACT DID NOT INCREASE INSULIN LEVEL BUT REDUCED FASTING GLUCOSE
LEVELS IN DIABETES MELITUS-INDUCED RATS (Rattus novergicus) ABSTRACT
Diabetes melitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting from defects in insulin secretion, resistensi insulin, or both. Moringa leaf (Moringa oleifera) contains bioactive compounds such as flavonoids, tannins, saponins, polyphenols with remarkable antioxidant capacity and potential hypoglycemic activity. The purpose of this study was to prove that the administration of moringa (Moringa oleifera) leaf reduced the fasting glucose levels but did not increase the fasting insulin level in diabetes melitus-induced rats.
This research was a true experimental study using randomized pretest-posttest control group design. In this study, 30 male rats (Rattus norvegicus) were used as a subject, with inclusion criteria of wistar strain, adult (2.5 months old), induced diabetes by given streptozotocin injection so that blood glucose level of >135 mg/dL, divided into 3 groups which were control group treated with aquadest (P0), the treatment group treated with Glibenclamide of 0,09 mg/200 gram BW (P1), and the treatment group treated with Moringa leaf extract of 300 mg/kgBW (P2). This study was conducted for 14 days, blood glucose levels of mice examined by glucose oxidase method and plasma insulin levels were measured by using ELISA method of Boehringer Mannheim kit.
The results showed no change in blood glucose levels in the control group treated with aquadest (P0) (p>0.05). On the other hand, the glibenclamide-treated group (P1) showed a significant decrease of glucose level from 179,70±20,68 mg/dL to 110,50±20,14mg/dL (p<0.01), as well as on group treated with Moringa leaf extract (P2) which showed a significant decreasing on levels of fasting blood glucose from 197.20 ± 20.41 mg/dL to 134.30 ± 18.14 mg/dL (p<0.01). The results showed that there was change of fasting insulin level in the group treated with glibenklamid from 17,33+2,92 mIU/ml to 20,59+11,45 mIU/ml and in the group treated with moringa leaf extract from 17,67+2,84 mIU/ml to 19,16+7,66 mIU/ml
Based on the results of this study, it can be concluded that administration of moringa (Moringa oleifera) leaf reduced the fasting glucose levels but did not increase the fasting insulin level in diabetes melitus-induced rats.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM...i
PRASYARAT GELAR... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...v
UCAPAN TERIMAKASIH...vi
ABSTRAK...ix
ABSTRACT...x
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR SINGKATAN... xvii
DAFTAR LAMPIRAN...xviii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.3.1 Tujuan Umum... 6 1.3.2 Tujuan Khusus... 7 1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...9
2.1 Penuaan... 9
2.1.1 Definisi Penuaan... 9
2.1.2 Penyebab Penuaan...9
2.2 Diabetes Melitus...10
2.2.2 Terapi Farmakologis Diabetes Melitus... 13
2.2.3 Peran Glibenklamid dalam Kendali Glukosa Darah... 13
2.3 Hormon Insulin... 15
2.3.1 Pembentukan dan Sekresi Insulin... 15
2.3.2 Dinamika Sekresi Insulin... 17
2.3.3 Aksi Insulin... 18
2.4 Tanaman Obat... 19
2.4.1 Definisi Tanaman Obat... 19
2.4.2 Tanaman Obat untuk Diabetes...20
2.5 Daun Kelor...22
2.5.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kelor...22
2.5.2 Kandungan Nutrisi dan Senyawa Daun Kelor... 24
2.5.3 Pengaruh Daun Kelor Terhadap Glukosa Darah...26
2.6 Mekanisme Streptozotocin Menginduksi Diabetes Melitus... 31
2.7 Mekanisme Nicotinamide Melindungi Sel Beta Pankreas...33
2.8 Hewan Percobaan...36
2.8.1 Tikus Putih (Rattus novergicus) sebagai Hewan Coba...36
2.8.2 Tikus Putih Galur Wistar... 37
2.8.3 Kriteria Tikus Diabetes... 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 39
3.1 Kerangka Berpikir...39
3.2 Konsep...40
3.3 Hipotesis Penelitian...41
BAB IV METODE PENELITIAN... 42
4.1 Rancangan Penelitian...42
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 44
4.2.1 Lokasi Penelitian...44
4.3 Populasi dan Sampel... 45
4.3.1 Populasi Penelitian ...45
4.3.2 Kriteria Subyek... 45
4.3.3 Kriteria Drop Out... 45
4.3.4 Penghitungan Besar Sampel...46
4.3.5 Teknik Penentuan Sampel...46
4.4 Variabel Penelitian...47
4.4.1 Klasifikasi Variabel...47
4.4.2 Definisi Operasional Variabel...48
4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian...51
4.6 Prosedur Penelitian...52
4.6.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Kelor...52
4.6.2 Cara Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah...52
4.6.3 Cara Pemeriksaan Kadar Insulin...53
4.6.4 Pemeliharaan Hewan Tikus Percobaan...54
4.6.5 Pelaksanaan Penelitian ...55
4.6.6.Alur Penelitian... 58
4.7 Analisis Data... 59
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Deskriptif... 60
5.2 Uji Normalitas Data... 61
5.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok...62
5.4 Uji Komparabilitas Data... 64
5.4.1 Analisis Komparabilitas antar Kelompok Sebelum Perlakuan... 66
5.4.2 Analisis Komparabilitas antar Kelompok Sesudah Perlakuan...66
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Subyek Penelitian...69
6.2 Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian...70
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan... 76
7.2 Saran...76
DAFTAR PUSTAKA... 78
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Senyawa Kimia Daun Kelor...25
Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif Kadar Gula Darah...63
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok...64
Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok... 64
Tabel 5.4 Analisis Komparabilitas Sebelum Perlakuan ...65
Tabel 5.5 Analisis Komparabilitas Sesudah Perlakuan ...67
Tabel 5.6 Analisis Lanjutan Kadar Gula Darah antar Kelompok Setelah Perlakuan...68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fisiologi Homeostasis Kadar Glukosa Darah Perifer...11
Gambar 2.2 Efek Sulfonylurea pada Sel Beta Pankreas ... 14
Gambar 2.3 Skema Jalur Sinyal Insulin...16
Gambar 2.4 Mekanisme yang Mendasari Terapi Hipoglikemik Tanaman Herbal...20
Gambar 2.5 Beberapa Tanaman Herbal Hipoglikemik dan Kandungannya.21 Gambar 2.6 Tanaman Daun Kelor... 23
Gambar 2.7 Struktur Kimia Quercetin...27
Gambar 2.8 Mekanisme Quercetin dalam Menurunkan Glukosa Darah... 28
Gambar 2.9 Struktur Kimia Streptozotocin dan Nicotinamide...31
Gambar 2.10 Skema Aksi Sitotoksik Streptozotocin dan Aksi Proteksi Nicotinamide...35
Gambar 2.11 Tikus Putih (Rattus novergicus) Sebagai Hewan Coba...37
Gambar 3.1 Konsep Penelitian...40
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian... 43
Gambar 4.2 Hubungan antara Variabel Bebas dan Tergantung...49
Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian... 59
Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Glukosa Antar Kelompok...70
DAFTAR SINGKATAN
ADP : Adenosine Diphosphate
ATP : Adenosine Triphosphate
Ca2+ : Calsium 2+
DM : Diabetes Mellitus
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid GLUT 2 : Glucose Transporter – 2 GLUT 4 : Glucose Transporter – 4
GAEAC : Garlic Acid Equivalent antioksidant capacity
GAE : Garlic acid Equivalent
TAE : Tannic Acid Equivalent
IC 50% : Inhibitor konsentrasi terhadap radikal bebas DPPH 0,1 mM
IC : Inhibition Concentratiom IRS : Insulin Receptor Substrate STZ : Streptozotocin
NA : Niacinamid
PARP-1 : Poly Adenosinetriphosphate Ribose Polymerase – 1 PRPP : Phosphoribosylpyrophosphate
NMN : Nicotinamide Mononucleotide
NAMPT : Nicotinamide Phosphoribosyltransferase
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance………82
Lampiran 2. Hasil Analisis Fitokimia Ekstrak Daun Kelor……….83
Lampiran3.Konversi Perhitungan Dosis Beberapa Jenis Hewan dan Manusia……….84
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa Pre Test………..………85
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa Post Test………86
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Insulin………...87
Lampiran 7. Analisis Deskriptif………...88
Lampiran 8. Uji Normalitas Data……….89
Lampiran 9. Uji Homogenitas Data……….90
Lampiran 10. Uji Komparasi………91
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Proses penuaan merupakan proses alamiah yang terjadi pada seluruh makhluk hidup termasuk manusia. Pada proses penuaan akan terjadi hilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Namun saat ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya di bidang anti aging medicine, proses penuaan ini dapat dicegah atau dihambat sehingga dapat menjalankan kehidupan di usia tua dengan kualitas hidup yang baik.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses penuaan di antaranya faktor lingkungan, genetik, gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi seseorang menua lebih cepat ataupun lebih lambat sehingga dapat memperpanjang usia harapan hidup, serta menjalani masa tua dengan kualitas hidup yang lebih baik (Pangkahila, 2011).
Dengan bertambahnya usia seseorang, dimana terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, sehingga penyakit degeneratif dapat pula dikatakan sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan (Karyani, 2003).
Salah satu penyakit degeneratif metabolik yang akhir-akhir ini prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun adalah diabetes melitus tipe 2. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Perkeni, 2011). Terdapat peningkatan epidemik DM tipe 2 pada anak muda sesuai dengnan peningkatan obesitas dan gaya hidup yang kurang sehat pada kelompok usia ini (Fitriani et al, 2014).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik kronis, yang disebabkan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik dan menumpuk dalam pembuluh darah karena pankreas tidak cukup memproduksi insulin dan tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi atau terjadi reistensi insulin sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia (Wijaya et al., 2011). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diabetes melitus antara lain stress, sistem kekebalan tubuh, radikal bebas, faktor gizi, genetik, infeksi yang berakibat pada kerusakan atau kelelahan sel-sel beta pankreas sehingga tidak mampu memproduksi insulin (Stumvoll et al., 2005).
Diabetes melitus juga sering dianggap sebagai model biologik proses penuaan dini. Mereka yang mengalami diabetes, lebih awal mengalami proses patologik, dibandingkan pada non diabetes. Karena itu, usia harapan hidup pada orang dengan diabetes lebih pendek (Pangkahila, 2011).
Pengobatan diabetes melitus pada dasarnya ditujukan pada disfungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin (Permana, 2008). Obat-obatan modern yang digunakan sebagai antidiabetik antara lain golongan sulphonylurea, biguanide dan glitazon. Obat-obat ini cukup efektif untuk mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 namun kadang sering di jumpai berbagai efek samping misalkan mual, ruam kulit, hipoglikemi, naiknya berat badan, sakit kepala (Waspadji et al.,2012) Oleh karena itu pengelolaan diabetes tanpa efek samping masih merupakan sebuah tantangan bagi para peneliti untuk mencari obat baru yang efektif dan aman (Fitriani et al., 2014).
Indonesia adalah negara dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah, termasuk didalamnya adalah tanaman-tanaman: daun, bunga, buah atau akarnya dapat dijadikan obat untuk mencegah ataupun mengobati berbagai penyakit (Fitriani et al, 2014). Salah satu tanaman yang sering digunakan untuk pengobatan adalah daun kelor (Moringa oleifera). Daun kelor memiliki komposisi nutrisi kimia, asam amino, asam lemak, beta karoten, mineral, dan vitamin. Asam amino yang terkandung dalam Moringa oleifera adalah lysine, leucine, isoleucine, methionine, cysteine, phenylalanine, tyrosine, valine, histidine, threonine, serine, glutamic acid, aspartic acid, proline, glycine, alanine, arginine, HO-proline, dan tryptophan. Terdapat kadar polifenol yang tinggi seperti quercetin, rutin, kaempferol glycoside pada daun kelor (Sulistyorini et al,. 2015)
Hasil analisis fitokimia ekstraksi daun kelor (Moringa oleifera) dengan metode maserasi dalam larutan etanol 96% yang dilakukan di laboratorium pangan
Universitas Udayana mengungkapkan bahwa terdapat kandungan flavonoids, tannin, saponins, total fenol serta kapasitas antioksidan yang tinggi (Reza, 2017).
Peran senyawa flavonoid dalam mengendalikan glukosa darah dengan cara meningkatkan pengeluaran insulin yang dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pankreas dengan cara meningkatkan metabolisme Ca2+. Melalui interaksi dengan ATP sensitif K channel pada membran sel-sel beta menimbulkan depolarisasi membrane dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca, maka ion Ca2+ akan masuk ke dalam sel beta kemudian merangsang granula yang berisi insulin dan menyebabkan terjadinya sekresi insulin (Wibudi et al, 2008).
Senyawa aktif lain yang terdapat dalam daun kelor adalah saponin dan tanin yang bermanfaat dalam menurunkan glukosa darah. Mekanisme kerja saponin dalam menghambat peningkatan glukosa darah adalah dengan cara menghambat aktivitas enzim alfa glukosidase (enzim dalam pencernaan yang bertanggung jawab terhadap perubahan karbohidrat menjadi glukosa). Saponin menghambat penyerapan molekul zat gizi yang lebih kecil seperti glukosa dengan cara menghambat sistem transporter glukosa (Rotblatt dan Zimet, 2002).Tanin diketahui dapat memacu metabolisme glukosa dan lemak, sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari. Tanin mempunyai aktivitas antioksidan, senyawa ini juga mempunyai aktivitas hipoglikemik yaitu dengan meningkatkan glikogenesis (Dalimartha, 2005).
Peran polifenol dalam daun kelor sebagai antioksidan mampu melindungi sel beta pankreas dari efek toksik radikal bebas yang diproduksi di bawah kondisi hiperglikemia kronis. Pada sel-sel yang memiliki reseptor insulin (sel otot, sel adipose, sel hati), pengikatan radikal bebas akan meningkatkan insulin sinyal pada
translokasi GLUT 4 intraseluler ke membrane sel sehingga mampu mengambil glukosa dari darah (Cartailler, 2004).
Penelitian tentang aktivitas daun kelor pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan pemberian ekstrak air daun kelor pada dosis 300 mg/KgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes sebesar 44,06% ( Edoga et al., 2013). Untuk meningkatkan aktivitasnya dalam menurunkan kadar glukosa darah, maka dilakukan ekstraksi menggunkan pelarut etanol karena penyairan yang dilakukan dengan etanol dapat lebih maksimal menarik zat-zat aktif yang terkandung didalam daun kelor dibandingkan penyairan yang dilakukan dengan pelarut air (Wardani et al,. 2015).
Pada evaluasi toksisitas oral ekstrak daun kelor yang dilakukan pada tikus dengan parameter hematologi, biokimia, dan histologi, ekstrak daun kelor tidak menyebabkan kematian pada hewan, bahkan pada dosis 2000 mg/kg sehingga relatif aman sebagai nutrisi dan untuk pengobatan (Sulistyorini et al., 2015). Mustafa (2003), mengatakan bahwa LD50 dari ekstrak etanol daun kelor terdapat
pada dosis 20.000 mg/KgBB.
Pada penelitian ini di gunakan glibenklamid sebagai pembanding karena glibenklamid merupakan salah satu obat standar yang dipakai dalam pengobatan diabetes melitus dan sudah terbukti manfaatnya dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan merangsang sekresi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas.
Manfaat daun kelor dalam pengobatan tradisional memang telah banymak diakui secara empiris oleh masyarakat. Akan tetapi diperlukan pembuktian secara ilmiah tentang manfaat tanaman ini dalam pengobatan diabetes melitus baik untuk
menurunkan kadar gula darah maupun meningkatkan kadar insulin. Meskupun telah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efek pemberian daun kelor pada model diabetes melitus, belum ada penelitian tentang efek pemberian daun kelor terhadap kadar insulin dalam darah. Dengan semakin banyaknya penelitian ilmiah tentang herbal ini, diharapakan dapat menjadi agen terapeutik pendamping disamping obat-obatan sintetik yang sudah ada.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pemberian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) oral dapat meningkatkan kadar insulin puasa tikus diabetes melitus?
2. Apakah pemberian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) oral dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes melitus? 3. Apakah pemberian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) oral
dalam meningkatkan kadar insulin puasa pada tikus diabetes melitus sama efektifnya dengan glibenklamid?
4. Apakah pemberian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) oral dalam menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus diabetes melitus sama efektifnya dengan glibenklamid?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
membantu mengontrol kadar glukosa darah
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk membuktikan pemberian ekstrak etanol daun Kelor (Moringa
oleifera) oral dapat meningkatkan kadar insulin puasa tikus diabetes melitus.
2. Untuk membuktikan pemberian ekstrak etanol daun Kelor (Moringa
oleifera) oral dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes melitus.
3. Untuk membuktikan pemberian ekstrak etanol daun kelor oral (Moringa
oleifera) sama efektifnya dengan glibenklamid dalam meningkatkan kadar insulin puasa
tikus diabetes melitus
4. Untuk membuktikan pemberian ekstrak etanol daun kelor oral (Moringa
oleifera) sama efektifnya dengan glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah
puasa tikus diabetes melitus
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah
Menambah wawasan ilmu pengetahuan para ilmuwan dan akademisi mengenai khasiat ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) serta kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat klinis
Setelah dilakukan uji klinis, diharapkan dapat digunakan sebagai pengobatan tambahan yang dapat membantu pengobatan utama secara medis terhadap penyakit Diabetes Melitus.
Sebagai acuan masyarakat untuk memahami manfaat dari konsumsi ekstrak daun kelor (Moringa oliefera).