• Tidak ada hasil yang ditemukan

OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF APACHE II UNTUK PREDIKTOR MORTALITAS PADA PASIEN KRITIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP SANGLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF APACHE II UNTUK PREDIKTOR MORTALITAS PADA PASIEN KRITIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP SANGLAH"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF

APACHE II UNTUK PREDIKTOR MORTALITAS PADA

PASIEN KRITIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP

SANGLAH

NI PUTU WARDANI MADE WIRYANA PUTU PRAMANA SUARJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

(2)

Halaman

SAMPUL DALAM …….…….……… i

LEMBAR PENGESAHAN …..………...……… ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………. iv

UCAPAN TERIMAKASIH ………. vi

ABSTRAK ……….……….. xi

ABSTRACT ………..….……… xiii

DAFTAR ISI ……… xv

DAFTAR TABEL ……….... xix

DAFTAR GAMBAR ………... xx

DAFTAR SINGKATAN ………. xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xxiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1 1.1 Latar Belakang ……….. 1 1.2 Rumusan Masalah ………. 4 1.3 Tujuan Penelitian ……….. 5 1.3.1 Tujuan Umum ………. 5 1.3.2 Tujuan Khusus ……… 5 1.4 Manfaat Penelitian ……… 5 1.4.1 Manfaat Akademis ……….. 5 1.4.2 Manfaat Praktis ….……….. 5

(3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………... 6

2.1 Scoring System ……….. 6

2.1.1 Sejarah dan Desain Scoring System ……… 7

2.1.2 Klasifikasi Scoring System ……….. 10

2.1.3 Karakteristik Scoring System ……….. 12

2.1.4 Tipe Scoring System ……… 12

2.1.5 Validasi dan Penilaian Scoring System .……….. 15

2.1.5.1 Model Kalibrasi ……….. 16

2.1.5.2 Model Diskriminasi ……… 17

2.1.6 Penggunaan dan Penyalahgunaan Scoring System ………. 19

2.2 Osmolalitas Plasma ………... 23

2.2.1 Definisi Osmolalitas Plasma ………... 24

2.2.2 Fisiologi Osmolalitas Plasma ……….. 26

2.2.3 Pengukuran Osmolalitas Plasma ………. 28

2.2.4 Hubungan Osmolalitas Plasma dan Mortalitas …………... 29

2.3 Acute Physiology and Chronic Health Evaluation ………... 35

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……….. 41

3.1 Kerangka Berpikir ……… 41

3.2 Konsep …………...………... 43

3.3 Hipotesis Penelitian ……….. 43

(4)

4.1 Rancangan Penelitian ……… 44

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 44

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……… 44

4.3.1 Variabilitas Populasi ………... 44

4.3.2 Sampel Penelitian ……….. 44

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ……… 45

4.4.1 Kriteria Inklusi ……… 45

4.4.2 Kriteria Eksklusi ………. 45

4.5 Besar Sampel ……… 45

4.6 Teknik Pengambilan Sampel ……… 46

4.7 Variabel Penelitian ……… 46

4.7.1 Klasifikasi Variabel Penelitian ………... 46

4.7.2 Definisi Operasional Variabel ……… 47

4.8 Prosedur Penelitian ……… 49

4.8.1 Pendataan Pra Studi ……… 49

4.8.2 Bagan Prosedur Alur Penelitian ……….. 49

4.9 Instrumen Penelitian ………. 50

4.10 Analisis Data ………... 50

BAB V HASIL PENELITIAN ………. 51

5.1 Data Karakteristik Pasien ……….. 51

5.2 Uji Diagnostik Osmolalitas Plasma ……….. 54

5.2.1 Analisis Kurva ROC Osmolalitas Plasma ………... 54

5.2.2 Analisis Tabel 2x2 Osmolalitas Plasma ……….. 55

(5)

5.3.1 Analisis Kurva ROC APACHE II ….……….. 56

5.3.2 Analisis Tabel 2x2 APACHE II ……….. 57

5.4 Uji Analisis ROC ……….. 58

BAB VI PEMBAHASAN ……… 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ………. 67

7.1 Simpulan ………... 67

7.2 Saran ……….. 67

DAFTAR PUSTAKA ……….. 68

LAMPIRAN ………. 71

OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF APACHE II

UNTUK PREDIKTOR MORTALITAS PADA PASIEN KRITIS

YANG DIRAWAT DI ICU RSUP SANGLAH

Ni Putu Wardani*, Made Wiryana**, Putu Pramana Suarjaya**

* Staf Bagian Departement of Medical Education Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

** Staf Bagian Anestesi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah

(6)

Abstrak

Prediksi mortalitas bersifat esensial pada manajemen perawatan intensif. APACHE

II merupakan scoring system kompleks yang umum digunakan di ICU, namun aplikasinya

minimal dikarenakan beberapa kekurangannya. Osmolalitas plasma merupakan scoring

system parameter tunggal dengan beberapa kelebihan dibandingkan APACHE II,

sehingga dapat menjadi alternatif prediktor mortalitas di ICU. Tujuan penelitian untuk

mengetahui besar nilai AUC, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi

negatif dari kedua prediktor dan mengetahui adanya perbedaan bermakna dari nilai AUC

kedua prediktor tersebut.

Penelitian merupakan uji diagnostik metode cross sectional. Data retrospektif

diambil dari Januari hingga Desember 2013 dengan teknik random probability sampling.

Penelitian melibatkan 134 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian dilakukan

pengukuran kedua prediktor. Uji diagnostik menggunakan kurva ROC dan tabel 2x2.

Analisis ROC untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna antara kurva ROC kedua

prediktor.

Perhitungan data didapatkan nilai AUC osmolalitas plasma 75,9%

(95%CI=67,7-84,3%). Cut off point 297 mOsm/kg, sensitifitas 70%, spesifisitas 79,7%. Tabel 2x2

menghasilkan NDP 79% (95%CI=66,8-88,3%), NDN 70,8% (95%CI=58,9-81%). Nilai

AUC APACHE II 83,4% (95%CI=76,5-90,3%). Cut off point 24, sensitifitas 72,9%,

spesifisitas 81,3%. Tabel 2x2 menghasilkan NDP 81% (95%CI=69,1-89,8%), NDN

73,2% (95%CI=61,4-83,1%). Analisis ROC didapatkan nilai p=0,19. Nilai AUC

(7)

(>80-90%). Analisis ROC dengan p>0,05 menyatakan tidak terdapat perbedaan

bermakna antara kurva ROC kedua prediktor.

Sekalipun osmolalitas plasma memiliki nilai diagnostik sedang, dibandingkan

APACHE II dengan nilai diagnostik baik tetapi perbedaan nilai tersebut tidak bermakna

sehingga osmolalitas plasma dapat digunakan sebagai alternatif APACHE II untuk

prediktor mortalitas di ICU.

ABSTRACT

Prediction of in-hospital mortality is essential for management of intensive care.

Complex scoring system commonly used is APACHE II, but several drawbacks make it

rarely used. Plasma osmolality is a single parameter scoring system that has several

advantages compared with APACHE II, thus it may be an alternative for mortality

predictors in the ICU. The objective of this study was to determine the AUC value,

sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value for both

predictors and to determine significant differences in AUC values in both scoring system.

This was a diagnostic test with cross-sectional method. Retrospective data taken from

January to December 2013 with random probability sampling technique. The study

included 134 patients who met the inclusion criteria, then both predictor were measured.

Diagnostic test using ROC curves and 2x2 tables. ROC analysis was used to determine

the significant differences between both predictors.

Data result plasma osmolality AUC 75.9% (95%CI=67.7-84.3%). Cut off point 297

mOsm/kg, sensitivity 70%, specificity 79.7%. Two point two table result PPV 79%

(8)

83.4% (95%CI=76.5-90.3%). Cut off point 24, sensitivity 72.9%, specificity 81.3%. Two

point two table result PPV 81% (95%CI=69.1-89.8%), NPV 73.2%

(95%CI=61.4-83.1%). ROC analysis result p value=0.19. AUC values of plasma osmolality were at

moderate level (>70-80%), APACHE II at good level (>80-90%). ROC analysis with

p>0.05 states there was no significant difference between the ROC curves in both

predictors.

Although plasma osmolality has moderate diagnostic value, compared with

APACHE II, with a good diagnostic value but the value differences was unsignificant

thus plasma osmolality can be used as an alternative of APACHE II for mortality

predictors in critically ill patients in the ICU.

Keywords : plasma osmolality, APACHE II, predictors of mortality, diagnostic test, ICU

Pendahuluan

Prediksi mortalitas in-hospital dan derajat keparahan merupakan komponen esensial

pada manajemen perawatan intensif (Palazzo, 2009; Vincent dan Moreno, 2010). Scoring

system of Acute Physiologic and Chronic Health Evaluation (APACHE) II merupakan

prediktor yang umum dipakai di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah untuk

memprediksi mortalitas pasien ICU (Holtfreter dkk., 2006; Vincent dan Moreno, 2010).

Scoring system ini menggunakan banyak parameter pa parameter yang bersifat subjektif

selain menggunakan banyak parameter (Holtfreter dkk., 2006) yang berdampak pada

peningkatan biaya perawatan dan waktu penilaian. Alternatif lain adalah scoring system

parameter tunggal. Penelitian yang dilakukan oleh Holtfreter dkk. (2006) menemukan

(9)

yang cukup baik untuk memprediksi mortalitas dengan nilai yang tidak jauh berbeda

dengan parameter kompleks (Holtfreter dkk., 2006). Osmolalitas plasma merupakan salah

satu parameter tunggal yang diketahui memiliki nilai prediktor yang kuat. Kelebihan

penggunaan parameter tunggal adalah mudah dilakukan, biaya lebih murah, dan lebih

bersifat objektif. Walaupun parameter tunggal cenderung untuk memberikan informasi

yang lebih sedikit, tetapi kelebihannya dapat menjadikan penilaian ini menjadi salah satu

alternatif prediktor mortalitas di ICU (Holtfreter dkk., 2006).

Untuk mengetahui peranan osmolalitas plasma sebagai prediktor mortalitas pasien

kritis di ICU. Mengetahui nilai AUC, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan

nilai prediksi negatif dari osmolalitas plasma lebih dari 75% sebagai prediktor mortalitas

pada pasien ICU. Mengetahui nilai AUC, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif

dan nilai prediksi negatif dari APACHE II lebih dari 75% sebagai prediktor mortalitas

pada pasien ICU. Mengetahui adanya perbedaan bermakna antara nilai AUC osmolalitas

plasma dan APACHE II.

Bahan dan Metode

Desain Penelitian:

Penelitian ini merupakan jenis uji diagnostik dengan desain cross sectional.

APACHE II ditetapkan sebagai reference standard pada penelitian ini.

Tempat dan waktu penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui data sekunder di Ruang Rekam

(10)

diambil dari data pasien yang dirawat di Ruang Terapi Intensif RSUP Sanglah,

Kotamadya Denpasar, pada bulan Januari sampai dengan Desember 2013.

Populasi dan Sampel

Populasi target adalah pasien yang dirawat di ruang terapi intensif. Populasi

terjangkau adalah pasien dewasa yang dirawat di ruang terapi intensif RSUP Sanglah

Denpasar pada tahun 2013. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi, yang diambil secara konsekutif dari bulan Januari sampai

dengan Desember 2013.

Kriteria Pemilihan (inklusi dan eksklusi)

Inklusi : Pasien dewasa usia 18 tahun keatas, Pasien yang dirawat di ICU lebih dari 24

jam

Eksklusi : Pasien yang tidak memiliki catatan rekam medis yang lengkap, Pasien yang

masuk ke ICU untuk kedua kalinya pada waktu rawat yang sama, Pasien dengan diagnosis

luka bakar, Pasien dengan diagnosis mati batang otak, Pasien pasca bedah jantung

Cara pemilihan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random probability sampling.

Perkiraan besar sampel

Penelitian ini menggunakan rumus besar sampel untuk uji diagnostik dalam satu populasi

(Pusponegoro dkk., 2012). Dimana p yang merupakan prevalensi diganti menjadi

(11)

spesifisitas sebesar 75% pada osmolalitas plasma. Sedangkan presisi penelitian

ditentukan sebesar 0,1 yang diterima peneliti sebagai penyimpangan dari populasi. Dari

hasil perhitungan didapatkan sampel n1 sebesar 62 pasien dan n2 sebesar 72 pasien,

sehingga total jumlah sampel penelitian adalah 134 pasien.

Definisi Variabel

APACHE II : Acute Physiologic and Chronic Health Evaluation II. Scoring system ini

terdiri atas tiga bagian yaitu Acute Physiology Score (APS), skor untuk penyakit kronis

sesuai dengan penyakit komorbid pasien dan skor usia. Skor APS dinilai melalui 12

variabel yang terdiri dari temperature, TAR, frekuensi jantung, frekuensi nafas,

oksigenasi, pH arteri, natrium plasma, kalium plasma, kreatinin plasma, hematokrit,

jumlah leukosit dan GCS. Keduabelas variabel (kecuali GCS) bernilai -4 sampai dengan

+4. Sedangkan nilai GCS adalah 15 dikurangi GCS saat penilaian. Skor penyakit kronis

memiliki poin 0, 2 dan 5. Sedangkan usia memiliki poin 0 sampai 6. APACHE II diukur

selama 24 jam pertama perawatan di ICU; skor maksimal adalah 71 / Osmolalitas plasma

: konsentrasi osmolalitas pada plasma yang diukur menggunakan rumus yang melibatkan

kadar natrium, urea dan glukosa yang diukur pada satu waktu yang sama. Nilai normal

285–295 mOsm/kg / Mortalitas : kualitas atau kondisi yang berhubungan dengan

kematian yang terjadi pada saat pasien dirawat di rumah sakit yang ditandai dengan

hilangnya semua tanda hidup berupa fungsi jantung dan nafas.

(12)

Dilakukan pemilihan pasien berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan. Rekam

medis dinilai kelengkapannya berdasarkan daftar kelengkapan rekam medis yang telah

dibuat.

Pasien yang dirawat di ICU yang memenuhi kriteria eligible subject dilakukan pencatatan

identitas, diagnosis, hasil laboratorium terburuk dalam 24 jam pertama saat perawatan di

ICU, serta mortalitasnya. Setelah data didapatkan, maka dilakukan perhitungan skor

APACHE II dan osmolalitas plasma untuk kemudia dilakukan analisis data.

Instrumen Penelitian Rekam medis pasien, Tabel Skor APACHE II, Program

pengukuran osmolalitas plasma, Alat tulis

Analisis Data

Deskripsi karakteristik data berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data

kuantitatif disajikan sebagai rerata ± standar deviasi dan data kualitatif sebagai frekuensi

(persentase). Data osmolalitas plasma dan APACHE II diinterpretasikan dalam uji

diagnostik. Kurva ROC diolah untuk mendapatkan cut off point terbaik melalui nilai

correctly classified yang tertinggi (akurasi terbaik). Melalui kurva ROC didapatkan

sensitivitas dan spesifisitas pada cut off point terbaik. Tabel 2x2 diolah untuk

mendapatkan nilai duga positif dan nilai duga negatif. Untuk mengetahui perbedaan kurva

ROC osmolalitas plasma dan APACHE II, dilakukan analisis ROC dimana hasil nilai

p<0.05 pada analisis tersebut berarti terdapat perbedaan bermakna antara kurva ROC

(13)

Program computer ?

Hasil

Penelitian ini melibatkan 134 pasien yang diikutsertakan dalam analisis data.

Sebanyak 1310 pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUP Sanglah pada periode Januari

dan Desember 2013 diseleksi menggunakan randomized probability sampling sehingga

didapatkan 134 data pasien yang merupakan eligible subject.

Tabel Karakteristik Data Pasien

Karakteristik Pasien Nilai

Jumlah Pasien 134 pasien

Jenis Kelamin

Laki-laki [n(%)]

Perempuan [n(%)]

82 (61,2%) pasien

52 (38,8%) pasien

Usia (Mean ± SD) 54,2±15,7 tahun

Diagnosis Medikal [n(%)] Trauma [n(%)] Bedah Elektif [n(%)] Bedah Emergensi [n(%)] 66 (49,3%) pasien 4 (3%) pasien 14 (10,4%) pasien 50 (37,3%) pasien

(14)

Divisi Interna [n(%)] Kardiologi [n(%)] Neurologi [n(%)] Obgin [n(%)] Bedah Saraf [n(%)] Bedah Trauma [n(%)] Bedah Plastik [n(%)] BTKV [n(%)] Orthopedi [n(%)] Onkologi [n(%)] Digestif [n(%)] Urologi [n(%)] 38 (28,4%) pasien 17 (12,7%) pasien 12 (9%) pasien 8 (6%) pasien 35 (26,1%) pasien 12 (9%) pasien 1 (0,7%) pasien 3 (2,2%) pasien 2 (1,5%) pasien 2 (1,5%) pasien 3 (2,2%) pasien 1 (0,7%) pasien

Keluaran Rumah Sakit

Hidup [n(%)] Meninggal [n(%)] 64 (47,8%) pasien 70 (52,2%) pasien Penggunaan ventilator Dengan ventilator [n(%)] Nafas Spontan [n(%)] 84 (63%) pasien 50 (37%) pasien

Lama rawat di ICU (Mean ± SD) 8,7 ± 11,8 hari

Osmolalitas plasma (Mean ± SD) 297,8±19,3 mOsm/kg

APACHE II (Mean ± SD) 22,3±8,3

(15)

Karakteristik Pasien Nilai Jenis Kelamin Laki-laki [n(%)] Perempuan [n(%)] 45 (64,3%) pasien 25 (35,7%) pasien

Usia (Mean ± SD) 58,9±14,9 tahun

Diagnosis Medikal [n(%)] Trauma [n(%)] Bedah Elektif [n(%)] Bedah Emergensi [n(%)] 40 (57,1%) pasien 3 (4,3%) pasien 4 (5,7%) pasien 23 (32,9%) pasien Divisi Interna [n(%)] Kardiologi [n(%)] Neurologi [n(%)] Obgin [n(%)] Bedah Saraf [n(%)] Bedah Trauma [n(%)] BTKV [n(%)] Onkologi [n(%)] Digestif [n(%)] 22 (31,4%) pasien 8 (11,4%) pasien 9 (12,9%) pasien 2 (2,9%) pasien 22 (31,4%) pasien 4 (5,7%) pasien 1 (1,4%) pasien 1 (1,4%) pasien 1 (1,4%) pasien Penggunaan ventilator Dengan ventilator [n(%)] Nafas Spontan [n(%)] 60 (85,7%) pasien 10 (14,3%) pasien

(16)

APACHE II (Mean ± SD) 26,8± 6,2

Uji Diagnostik Osmolalitas Plasma

Analisis Kurva ROC Osmolalitas Plasma

Melalui analisis uji diagnostik, didapatkan output berupa kurva ROC yang

digambarkan pada gambar 5.1. Melalui tabel 5.3 disajikan hasil AUROC dengan AUC

sebesar 75,9% (95%CI: 67,7%-84,3%). Melalui kurva ROC ini ditetapkan cut off point

sebesar 297 mOsm/kg dengan sensitifitas 70% dan spesifisitas 79,7%. Cut off point

diambil berdasarkan nilai correctly classified tertinggi yang didapat dari uji statistik yaitu

sebesar 74,63% yang mencerminkan akurasi tertinggi pada kurva ROC tersebut.

Gambar Kurva ROC Osmolalitas Plasma

(17)

Area Std. Error

Asymptotic Sig.

Asymptotic 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

.759 .042 .000 .677 .843

Analisis Tabel 2 x 2 Osmolalitas Plasma

Melalui cut off point yang telah didapatkan sebelumnya, dilakukan analisis data

menggunakan tabel 2x2. Melalui analisis menggunakan tabel 2 x 2 didapatkan hasil

sensitivitas sebesar 70% (95%CI: 57,9-80,4%), spesifisitas 79,7% (95%CI: 67,8-88,7%),

nilai duga positif (NDP) 79% (95%CI: 66,8-88,3%), nilai duga negatif (NDN) 70,8%

(95%CI: 58,9-81%). Tabel 2 x 2 dari osmolalitas plasma digambarkan pada tabel 5.4.

Tabel 2x2 Osmolalitas Plasma

Aktual Mortalitas Total Meninggal Hidup Osmolalitas Plasma Meninggal 49 13 62 Hidup 21 51 72 Total 70 64 134

(18)

Uji Diagnostik APACHE II

Analisis Kurva ROC APACHE II

Melalui analisis uji diagnostik, didapatkan output berupa kurva ROC yang

digambarkan pada gambar 5.2. Melalui tabel 5.4 disajikan hasil AUROC dengan AUC

sebesar 83,4% (95%CI: 76,5%-90,3%). Melalui kurva ROC ini ditetapkan cut off point

sebesar 24 mOsm/kg dengan sensitifitas 72,9% dan spesifisitas 81,3%. Cut off point

diambil berdasarkan nilai correctly classified tertinggi yang didapat dari uji statistik yaitu

sebesar 76,87% yang mencerminkan akurasi tertinggi pada kurva ROC tersebut.

Gambar Kurva ROC APACHE II

(19)

Area Std. Errora

Asymptotic Sig.b

Asymptotic 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

.834 .035 .000 .765 .903

Analisis Tabel 2 x 2 APACHE II

Melalui cut off point yang telah didapatkan sebelumnya, dilakukan analisis data

menggunakan tabel 2x2. Melalui analisis menggunakan tabel 2 x 2 didapatkan hasil

sensitivitas sebesar 72,9% (95%CI: 60,9-82,8%), spesifisitas 81,3% (95%CI:

69,5-89,9%), nilai duga positif (NDP) 81% (95%CI: 69,1-89,8%), nilai duga negatif (NDN)

73,2% (95%CI: 61,4-83,1%). Tabel 2 x 2 dari osmolalitas plasma digambarkan pada tabel

5.6

Tabel 2x2 dari APACHE II

Aktual Mortalitas Total Meninggal Hidup APACHE II Meninggal 51 12 63 Hidup 19 52 71 Total 70 64 134

(20)

Hasil analisis ROC pada osmolalitas plasma dan APACHE II disajikan pada tabel

5.7. Melalui uji analisis ROC didapatkan nilai p sebesar 0,19 (p<0,05=terdapat perbedaan

bermakna antara kedua kelompok). Perbandingan antara ROC osmolalitas plasma dan

APACHE II disajikan dalam gambar 5.3.

Tabel Analisis ROC

Obs ROC Area Std. Err.

-Asymptotic Normal-- [95% Conf. Interval] Osmolalitas Plasma 134 0.7598 0.0425 0.67656 0.84308 APACHE II 134 0.8339 0.0353 0.76476 0.90310

Ho: area(osmplasma) = area(apacheii)

(21)

Gambar Kurva ROC Osmolalitas Plasma-APACHE II Diskusi

Prediksi mortalitas in-hospital dan derajat keparahan merupakan komponen yang

esensial pada manajemen perawatan intensif. Keluaran pasien ICU baik berupa mortalitas

maupun derajat keparahan penyakit dapat diprediksi berdasarkan beberapa parameter

klinis maupun laboratoris spesifik yang didapatkan pada saat pertama kali pasien masuk

ICU (Palazzo, 2009; Vincent dan Moreno, 2010). Sebagian besar ICU diketahui tidak

menggunakan scoring system pada kesehariannya karena kurangnya waktu. Schonhofer

dkk. (2002) melaporkan bahwa hampir 80% intensivis jarang melakukan pengukuran

menggunakan scoring system walaupun mereka mengetahui pentingnya scoring system

tersebut dalam pelayanan kesehatan.

Osmolalitas plasma adalah salah satu parameter tunggal yang dapat digunakan

sebagai prediktor mortalitas pasien kritis di ICU. Pada beberapa penelitian dikatakan

(22)

data yang telah tersedia secara luas pada saat pasien masuk rumah sakit (Holtfreter dkk.,

2006).

Hubungan osmolalitas plasma dengan morbiditas dan mortalitas dikaitkan dengan

adanya dehidrasi sel yang diakibatkan kondisi hiperosmolar yang merupakan penyebab terbesar kerusakan sel terutama pada pasien sakit kritis O’Donoghue dkk., 2009). Hal ini banyak terjadi pada pasien-pasien yang tidak mendapatkan terapi cairan yang cukup pada

saat di ruangan (sebelum masuk ICU) maupun diakibatkan oleh penyakit dasarnya yang

mempengaruhi kestabilan zat-zat terlarut baik permeabel maupun impermeable pada

cairan plasma tubuh (Bhalla, 2000). Selain itu, peningkatan mediator pro-inflamasi

seperti netrofil, eosinofil dan sitokin inflamasi (interleukin-1ß) pada kondisi

hiperosmolaritas dikatakan memperburuk kondisi dan memperburuk homeostasis

(Pogson dkk., 2008). Pasien di ICU merupakan pasien-pasien dengan permasalahan yang

kompleks yang mana telah terjadi peningkatan mediator inflamasi baik karena penyakit

dasarnya maupun efek dari pasca pembedahan dan trauma. Sehingga kondisi

hiperosmolalitas akan semakin memperburuk tidak hanya makrosirkulasi dalam tubuh

pasien tetapi juga mikrosirkulasinya.

Stress hiperosmolar berhubungan dengan banyak kerusakan, baik akut maupun

kronis, baik bersifat lokal maupun sistemik, dan juga gangguan inflamasi. Hiperosmolar

mengakibatkan terjadinya penyusutan sel, stress oksidatif, karbonilasi protein,

pembentukan ulang sitoskeleton, depolarisasi mitokondria, kerusakan DNA dan

penghentian siklus sel, yang menyebabkan sel rentan terhadap apoptosis (Brocker dkk.,

2012).

Pada penelitian yang dilakukan pada pasien stroke didapatkan bahwa peningkatan

(23)

secara independen. Sehingga mungkin terdapat hubungan langsung antara peningkatan

osmolalitas plasma dan mortalitas (Bhalla, 2000).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nag dkk. (2012) ditemukan nilai plasma

omolalitas yang cukup tinggi (>312 mOsm/kg) pada pasien perdarahan intrakranial yang

berhubungan dengan mortalitas pada 7 hari pertama perawatan di ICU. Nilai osmolalitas

plasma dengan kisaran 293-295 mOsm/kg memiliki survival yang lebih baik. Pada pasien

stroke akut, umumnya terjadi dehidrasi, yang akan meningkatkan viskositas darah akibat

pengaruhnya pada osmolalitas plasma, yang kemudian mempengaruhi hemodinamik

serebral dan merubah aliran darah serebral. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa

osmolalitas plasma dapat menjadi prediktor yang baik terhadap outcome stroke (Nag

dkk., 2012).

Holtfreter dkk. (2006) juga melakukan penelitian untuk melihat keterkaitan

osmolalitas plasma dengan mortalitas. Hubungan antara osmolalitas plasma dan

mortalitas tidak dijelaskan secara langsung. Holtfreter dkk. (2006) mendapatkan nilai

AUC sebesar 73% dengan cut off point sebesar 298 mOsm/kg berhubungan dengan

mortalitas pada pasien kritis yang dirawat di ICU, baik pasien medis, pasca pembedahan

maupun trauma. Pada cut off point tersebut didapatkan bahwa osmolalitas plasma

memiliki spesifisitas sebesar 61,3% dan sensitivitas sebesar 76,4%.

Pada penelitian retrospektif ini didapatkan nilai AUC sebesar 75,9 % yang tergolong

pada level sedang (>70-80%) dengan sensitivitas yang dihasilkan lebih kecil daripada

penelitian-penelitian sebelumnya yaitu sebesar 70% dan spesifisitas sebesar 79,7%

dengan cut off point 297 mOsm/kg. Sedangkan melalui analisis data menggunakan tabel

(24)

duga positif sebesar 79% dapat diartikan bahwa dari keseluruhan data, terdapat 79% nilai

true positive dan 21% false positive. Hal ini menandakan bahwa osmolalitas plasma dapat

dipercaya sebagai alternatif prediktor mortalitas dimana nilai true positivenya lebih tinggi

daripada false positivenya. Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai AUC,

sensitivitas, spesifisitas, NDP dan NDN lebih dari 75%, tetapi pada perhitungan statistik

terdapat beberapa variabel yang berada dibawah nilai yang diharapkan. Data hasil analisa

statistik menunjukkan tidak adanya cut off point yang memiliki nilai sensitivitas dan

spesifisitas diatas 75%, oleh karena itu dipilih nilai cut off point yang berada pada poin

correctly classified yang tertinggi. Pemilihan cut off point terbaik berpengaruh pada nilai

NDP dan NDN yang dihasilkan.

Osmolalitas plasma sebagai prediktor mortalitas dengan parameter tunggal memiliki

beberapa keuntungan yaitu waktu pengukuran yang lebih singkat dan biaya yang lebih

murah karena parameter yang digunakan lebih sedikit serta menggunakan parameter

objektif sehingga dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan tanpa menimbulkan bias

yang besar (Holtfreter dkk., 2006). Tetapi osmolalitas plasma juga mempunyai kerugian

yaitu memiliki limitasi yang besar sehingga sehingga bila dikombinasi dengan hasil

laboratorium lain dapat menjadi sangat bermanfaat. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Nicholson dkk. (2011) didapatkan peningkatan nilai sensitivitas dari osmolalitas plasma

jika digabungkan dengan parameter laboratorium lain seperti CKMB.

Reference standard yang umum digunakan untuk mengukur mortalitas pada pasien

ICU adalah APACHE II. Banyak studi telah dilakukan sehubungan dengan prediksi

mortalitas oleh APACHE II. Pada penelitian yang melibatkan 12.000 pasien ICU

didapatkan nilai AUC sebesar 84% pada APACHE II (Vincent dan Moreno, 2010). Pada

(25)

APACHE II yang bernilai 25 menyatakan prediksi mortalitas sebesar 55% dan skor lebih

dari 35 menyatakan prediksi mortalitas sebesar 80%.

Pada studi ini, AUC pada APACHE II didapatkan sebesar 83,4% yang mana lebih

kecil dibandingkan dengan studi-studi yang dilakukan di tempat lain. Nilai AUC ini dapat

diinterpretasikan bernilai baik (>80-90%). Melalui kurva ROC juga didapatkan cut off

point 24 dengan sensitivitas sebesar 72,9% dan spesifisitas 81,3%. Melalui tabel 2 x 2

didapatkan nilai duga positif sebesar 81% dan nilai duga negatif sebesar 73,2%. Hasil

yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai AUC, sensitivitas, spesifisitas, NDP dan

NDN lebih dari 75%, tetapi pada perhitungan statistik terdapat beberapa variabel yang

berada dibawah nilai yang diharapkan. Hal ini juga terjadi pada osmolalitas plasma

dimana cut off point terbaik dipilih berdasarkan poin correctly classified tertinggi, dan

hal ini mempengaruhi hasil nilai NDP dan NDN.

APACHE II merupakan salah satu scoring system internasional yang telah tervalidasi

dengan baik, dan memiliki sensitivitas lebih dari scoring system kompleks lainnya (Bouch

dan Thompson, 2008; Palazzo, 2009). Akan tetapi, APACHE II memiliki beberapa

keterbatasan antara lain menggunakan banyak parameter sehingga membutuhkan biaya

yang lebih besar dan waktu pengukuran yang lebih lama serta penggunaan skor yang

bersifat subjektif sehingga dapat menimbulkan bias. Oleh karena itu banyak penelitian

dilakukan untuk menilai dan mencari parameter tunggal yang dapat memberikan nilai

prediktor mortalitas pada pasien kritis di ICU yang tidak berbeda bermakna dengan

parameter atau scoring system kompleks.

Melalui analisis ROC, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara

(26)

bahwa osmolalitas plasma dapat digunakan sebagai alternatif dalam prediksi mortalitas

dengan nilai prediktor yang relevan yang mana dapat digunakan dengan cepat, mudah

dan murah. Akan tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah AUC dari APACHE II lebih

besar dibandingkan osmolalitas plasma sehingga dapat dikatakan APACHE II memiliki

validitas yang lebih baik daripada osmolalitas plasma. Hal ini dapat dijelaskan

sehubungan dengan penggunaan parameter pada APACHE II yang lebih banyak

sehingga akan menjadi lebih sensitif dan spesifik dibandingkan osmolalitas plasma yang

melibatkan tiga nilai laboratoris saja. Pada kondisi dimana pelayanan kesehatan tidak

menyediakan pemeriksaan kompleks yang diperlukan oleh APACHE II, maka

osmolalitas plasma dapat dijadikan alternatif dalam prediktor mortalitas. Selain itu

osmolalitas plasma dapat digunakan sebagai pengukuran awal dari prediktor mortalitas

sebelum dilakukan pengukuran APACHE II.

Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak menentukan nilai osmolalitas plasma

dibawah normal yang berhubungan dengan mortalitas. Seperti pada penelitian oleh

Nicholson dkk. (2011) yang menyatakan bahwa prediksi kematian ada pada osmolalitas

plasma dibawah 280 mOsm/kg dan lebih dari 298 mOsm/kg. Oleh karena itu diperlukan

prediksi mortalitas yang dibagi menjadi beberapa quartile seperti pada penelitian tersebut

di atas untuk mengetahui angka kematian pada masing-masing nilai osmolalitas plasma.

Simpulan dan Saran

Osmolalitas plasma memiliki nilai diagnosis sedang (AUC 75,9%), sedangkan APACHE

II memiliki nilai diagnosis yang baik (AUC 83,4%). Perbedaan pada kedua alat diagnostik

tersebut tidak bermakna (p>0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa osmolalitas plasma

(27)

pasien kritis di ICU terutama pada rumah sakit yang tidak menyediakan pemeriksaan

kompleks yang diperlukan untuk mengukur skor APACHE II. Saran Pada rumah sakit

yang tidak menyediakan pemeriksaan penunjang kompleks maka osmolalitas plasma

Gambar

Gambar Kurva ROC Osmolalitas Plasma
Tabel 2x2 Osmolalitas Plasma
Gambar Kurva ROC APACHE II
Tabel 2x2 dari APACHE II
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

◮ Dapat menghindari panas yang tinggi dan pengaruh dari elektro-magnetik pada saat terjadi arus hubung singkat, karena arus maksimum dari hubung singkat sesuai dengan arus cut-off

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara frekuensi senam lansia dengan kualitas tidur pada lanjut

TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KOTA TANGERANG. Urusan Pemerintahan

Karena membuat anak-anak berkenalan denga buku atau bahan bacaan lain seawal mungkin sangat penting, dan karena jika tidak memiliki pengalaman bersentuhan dengan buku,

Dari 43 responden lebih dari separuh 24 ibu (55,8%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil 12 ibu (27,9%) berpengetahuan kurang mengenai manajemen nyeri

Masalah yang akan dipecahkan adalah bagaimana bagian keuangan pada Unit Pelayanan Teknik Dinas Pendidikan Kecamatan Kuala dapat memanfaatkan aplikasi penggajian ini,

Pihak Cakra Kusuma Yogyakarta telah efektif dalam mengin- formasikan dan memberitahukan pelanggan apa saja program yang dibuat oleh Hotel Cakra Kusu- ma Yogyakarta melalaui