• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, Jenis-jenis disaster ditunjukkan seperti Tabel 1.1 dibawah ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, Jenis-jenis disaster ditunjukkan seperti Tabel 1.1 dibawah ini."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dalam sejarah manusia.

Disaster adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi dan terjadi secara tiba-tiba. Jenis-jenis disaster ditunjukkan seperti Tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1 Jenis – jenis disaster Mohamed (2014,p57). Jenis Disaster

A Computer Failure, Corrupted ,Data, Labor Issues, Lost Data, Medical Emergencies, Network Failure, Software Errors

B Bomb Threat, Bomb Blast, Biological Attack, Chemical, Spill/ Attack, Civil Unrest, Computer Virus, EMP, Espionage, Hacking, Human Error, Legal Issues, Logic Bomb, Sabotage, Theft, Terrorism, Workplace Violence

C Blackouts, Brownouts, Burst Pipe, Environmental Hazards, Epidemic, Evacutation, Halon Discharge, HVAC Failure, WAN/ ISP Failure, Power Surge, Power Grid Failure, Sprinkler System Discharge, Transportation Disruptions

D Earthquakes, Electrical Storms, Fire, Flooding, Hurricanes, Lighting, Tornadoes, Tsunami, Volcano, Wind Storm, Winter storms

Dengan terjadinya disaster tersebut di perusahaan, dapat menyebabkan timbulnya downtime. Sangat disayangkan bahwa hampir seluruh

(2)

perusahaan hanya melihat kerugian yang disebabkan oleh downtime hanya seputar pendapatan dan produktifitas perusahaan saja. Perlu diketahui bahwa kehilangan pendapatan dan kehilangan produktifitas hanya merupakan sebagian kecil efek yang ditimbulkan oleh adanya downtime karena kedua hal tersebut yang merupakan tangible cost.

Gambar 1.1 menunjukkan biaya yang dihabiskan perusahaan setelah melewati disaster dan persentase kemungkinan penyebab timbulnya

disaster di suatu perusahaan.

Gambar 1.1 Cost Yang Dihabiskan dan Persentase Penyebab Timbulnya Disaster Manca (2012, p1)

Contoh kejadian disaster yang mengguncang dunia adalah ketika terjadinya Badai Katrina yang melanda wilayah tenggara Amerika Serikat, dimana kota wilayah yang terkena dampak ini yaitu New Orleans City, Gulf Coast, dan sebagian besar wilayah Texas. Sebagian besar bisnis perusahaan hancur hanya dalam beberapa jam, sehingga selanjutnya perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat menjalankan bisnis perusahaan tanpa telepon, e-mail,

(3)

komputer dan didalam kantor. Dilanjutkan dengan serangan teroris pada 11 September 2001 terhadap gedung WTC yang juga terjadi di Amerika Serikat. Setelah terjadinya serangan teroris tersebut, diketahui bahwa perusahaan yang menderita kehilangan data-data perusahaannya sebanyak 43 persen tidak dapat bangkit kembali dari keterpurukan, sebanyak 51 persen tutup dalam kurun waktu 2 tahun dan hanya sebesar 6 persen yang dapat bertahan dalam jangka waktu lama. Menurut Jennex (2012, p89), Price Waterhouse Coppers memperkirakan bahwa kerugian yang dialami WTC sebesar $40.2B dan kerugian aktifitas ekonomi per hari nya mencapai $100M. Menurut studi yang dilakukan oleh Xing (2007, p3) menunjukkan bahwa sebanyak 60% perusahaan mempunyai data yang tidak dilindungi pada komputer ataupun laptop dan lebih dari 109.000 TB data tidak pernah di-backup secara berkala.

Contoh disaster lain yang diangkat oleh Kukec (2011, p1) adalah gempa bumi dan tsunami yang timbul di Jepang. Bencana ini berimbas terhadap beberapa consumer goods dan harganya. Karena Jepang merupakan negara

supplier terhadap beberapa bahan otomotif, elektronik, industri metal, dan

bahan makanan berupa seafood. Sehingga beberapa ahli menyimpulkan bahwa dengan adanya disaster tersebut mengakibatkan kenaikan harga yang cukup signifikan terhadap barang-barang yang terbuat dari komponen yang dihasilkan Jepang.

OT adalah perusahaan consumer goods yang memproduksi berbagai macam produk kebutuhan sehari-hari. Berawal dari minuman kesehatan tradisional dengan bahan dan proses terstandar berkualitas tinggi, OT telah

(4)

berkembang semakin modern tanpa meninggalkan nilai-nilai positif dan luhur yang dicetuskan oleh pendiri perusahaan. Visi misi dari OT adalah sebagai berikut :

OT Vision :The premier company delivering first-choice brands and innovative solutions to consumers in Asia Pasific.

OT Mission : We exist to brighten and delight the lives of Customers, Employees, Shareholders, and Society by creating and meeting consumers needs.

Untuk mewujudkan visi dan misi yang dimiliki tersebut, OT mengembangkan perusahaan di berbagai sektor diantaranya bidang

manufacture, property dan sebagainya. Hal ini mengakibatkan data yang

dihasilkan oleh OT semakin banyak dari hari ke hari. Data yang merupakan aset perusahaan tersebut berfungsi sebagai knowledge bagi OT sehingga data tersebut perlu disimpan dan diolah oleh suatu data center yang handal agar data tersebut dapat digunakan untuk kelancaran bisnis perusahaan. Untuk mendukung hal tersebut, maka tingkat ketersediaan sistem yang dimiliki perusahaan perlu dijaga sedari dini. Sistem yang tersedia saat ini adalah belum terdapat DRC untuk data center OT dan belum terdapat DRP. Saat ini, keadaan data center OT adalah terdiri dari beberapa server. Dimana masing-masing server tersebut memiliki database yang berfungsi untuk menyimpan data perusahaan yang terkait dengan data penjualan, pembelian, aset perusahaan, catatan transaksi dan sebagainya. Transaksi yang berada di OT melibatkan data penjualan serta pembelian dan terjadi

(5)

dalam hitungan detik ketika client/customer melakukan transaksi sehingga data tersebut harus segera diolah kedalam server tersebut. Oleh sebab itu, tingkat ketersediaan server sangat mutlak dibutuhkan oleh OT karena apabila sistem server tersebut tidak bisa digunakan selama beberapa menit akan menyebabkan kerugian finansial karena client tersebut tidak dapat melakukan transaksi dan dapat menyebabkan citra OT menjadi buruk karena terlambatnya pelayanan terhadap customer. Beberapa gangguan yang selama ini terjadi terhadap sistem server OT adalah kerusakan

hardware yang disebabkan oleh gangguan listrik secara signifikan, dan

gangguan software.

Agar OT dapat bertahan dalam kondisi terkena gangguan tersebut, dibutuhkan suatu langkah tepat untuk mengatasi hal ini. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan risk assesment dan dilanjutkan dengan merancang suatu dokumen yang dinamakan Disaster Recovery Plan (DRP). Penelitian yang berjudul Risk Assessment dan Business Impact Analysis Sebagai Dasar Penyusunan Disaster Recovery Plan (Studi Kasus di STMIK Amikom Yogyakarta) membahas bahwa DRP adalah rencana yang dipersiapkan oleh organisasi dalam menghadapi bencana, prosedur, dan langkah apa saja yang harus dilakukan tertera pada dokumen ini, sebagai dasar penyusunan dokumen tersebut diperlukan beberapa penilaian risk assesment yaitu menganalisa terhadap segala kemungkinan ancaman dan business impact analysis menganalisa dampaknya terhadap kegiatan bisnis disebuah organisasi (Hayaty, Rosidi, & Arief, 2013).

(6)

Dalam perancangan suatu DRP dibutuhkan suatu framework agar DRP tersebut dapat tersusun sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Framework yang digunakan dalam perancangan DRP di OT adalah ISO 22301:2012. Standard ini merupakan standard internasional pertama untuk membantu organisasi meminimalisir resiko dari gangguan bisnis (Abu Bakar, Yaacob, & Udin, 2015).

Agar langkah dalam melakukan risk assesment dalam penulisan ini lebih terorganisir dan tertata, dapat digunakan suatu best practice yang dikeluarkan oleh ISACA, yaitu COBIT 5 – APO12 Manage Risk. Menurut penelitian yang berjudul Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi dengan Framework COBIT 5 di Kementerian ESDM membahas bahwa COBIT 5 merupakan suatu kerangka bisnis untuk tata kelola dan manajemen organisasi dan perusahaan IT (IT Governance Framework) dan suatu sistem yang mendukung para manager untuk mengkoordinasikan kebutuhan (Hakim, Saragih, & Suharto, 2014). Dalam COBIT 5 terdapat 5 domain dan 37 proses dimana salah satu domain tersebut adalah Align, Plan and

Organise (APO) dan salah satu proses dari APO tersebut adalah APO12 –

Manage Risk yang terdiri dari 6 proses yaitu collect data, analyse risk,

maintain a risk profile, articulate risk, define a risk management action portfolio , respond a risk (Greene, 2015)

Oleh karena itu, penulisan ini berisi rancangan tahapan yang harus dilakukan untuk meminimalisir resiko yang dapat terjadi pada data center OT, dan agar OT dapat beroperasi seperti normal ketika terjadi downtime. Tahapan pertama adalah melakukan analisa resiko yang terjadi di OT

(7)

dengan menggunakan COBIT 5 terkait dengan area Align, Plan, Organise (APO)12 Manage Risk. Dimana APO12 ini terdapat 6 proses yaitu Collect

Data, Analyse Risk, Maintain a Risk Profile, Articulate Risk, Define a Risk Management Action Portfolio, dan Respond to Risk dimana untuk

melakukan tahapan tersebut dilakukan dengan wawancara kepada Head IT

Department OT. Tahapan kedua adalah merancang DRP berdasarkan

framework dari Business Continuity Management (BCM) dan standard ISO 22301:2012. Dan tahapan yang terakhir adalah perancangan Disaster

Recovery Center (DRC) yang tepat agar DRC tersebut nanti dapat recovery

data dengan segera jika terjadi disaster.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang DRP di OT yang dapat mengamankan resiko hilangnya data perusahaan dan kantor dari suatu bencana.

2. Bagaimana membangun DRC yang efisien dan secure.

3. Resiko kritis apa saja yang perlu ditanggulangi OT dan bagaimana cara penanggulangannya.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Merancang DRP yang tepat sesuai hasil analisis di OT. 2. Pemilihan jenis DRC yang tepat.

(8)

3. Melakukan analisa resiko di OT dengan menggunakan COBIT 5 APO12

Manage Risk.

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengantisipasi downtime yang terjadi di OT jika terjadi gangguan. 2. Memberikan hasil analisa resiko pada OT dengan menggunakan

framework COBIT 5 APO12 – Manage Risk.

3. Mendokumentasikan peringkat aset di OT berdasarkan tingkat critical. 4. Memberikan rancangan DRP pada OT dengan menggunakan

framework ISO 22301.

5. Memberikan rekomendasi hasil rancangan DRP pada OT dengan

framework ISO 22301.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam implementasi Disaster Recovery Plan (DRP) di Orang Tua Group terdiri dari :

1. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif.

2. Pendekatan pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan diskusi.

3. Target pengumpulan data adalah Head IT Department dan Tim Infrastruktur OT.

4. Metode yang digunakan untuk perancangan DRP adalah ISO 22301 dengan clause 4, clause 5, clause 6, dan clause 7.

5. Metode yang digunakan untuk analisa resiko adalah COBIT 5 APO12 – Manage Risk.

(9)

6. Bencana yang terkait adalah tentang realibility, gangguan lokal, alam, dan utility.

7. Topik pengumpulan data adalah terkait dengan aset yang terdapat di OT, divisi yang terkait dengan IT di OT, frekuensi dari timbulnya bencana dan impact bencana tersebut, data dan aplikasi di server, infrastruktur

data center, jenis backup yang sekarang sedang berjalan, dan waktu

tolerir downtime.

8. Analisa yang dilakukan terkait analisa server, analisa backup yang sekarang ada, business impact, dan analisa resiko.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa dalam memilih karir di bidang akuntansi dalam penelitian ini adalah Accounting Job Outcomes, Accountants’ Ethical

Pola pergerakan kapal rawai tuna saat melakukan kegiatan alih muatan dapat diidenti- fikasi dari hasil tracking VMS dengan menandai hanya dua pola kecepatan kapal yang berbeda

Hakikatnya, seorang pekerja pada hari ini perlu melakukan sesuatu perkerjaan yang sentiasa betul, bijak dalam menyelesaikan masalah dan meminimumkan kesalahan serta

Tanda positif dalam hipotesis penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 – 2010 adalah

Pada kawasan perumahan dan permukiman yang terdiri dari satuan rukun tetangga, rukun warga dan kelurahan hendaknya tersedia suatu kawasan ruang terbuka hijau yang dapat berfungsi

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Jenis perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) yang ditemukan di penangkaran Eco Green

Hutan mangrove di Indonesia barat yang relatif lebih sempit tidak memberikan peluang bagi banyak spesies untuk hidup di lingkungan yang seperti itu karena keadaannya

'5. Sudahkah saudara membaca dalam Alkitab semua ayat yang ha r us saudara baca dalam Unit 3? Bila sudah lingkarilah nomer 5.. Bagian 2 - Pertanyaan