• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP RESISTANSI SALURAN PERNAFASAN PADA PEROKOK AKTIF DAN BUKAN PEROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP RESISTANSI SALURAN PERNAFASAN PADA PEROKOK AKTIF DAN BUKAN PEROKOK"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP RESISTANSI SALURAN

PERNAFASAN PADA PEROKOK AKTIF DAN BUKAN PEROKOK

Oleh :

Gisella Maria Sitoresmi NIM : 642011003

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

Program Studi Fisika

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2015

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Ketika kehidupan kamu jalani dengan kesungguhan, maka kamu

akan menjalaninya dengan penuh kekuatan.

Hidup bukan tentang mendapatkan yang kamu inginkan, tetapi

menghargai apa yang kamu miliki dan sabar menanti yang akan

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Pengaruh Asap Rokok Terhadap Resistansi Saluran Pernafasan Pada Perokok Aktif dan Bukan Perokok”. Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Sains di bidang fisika. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis miliki. Berdasarkan hal tersebut penulis mengahrapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun ke arah penyempurnaan.

Berbagai bantuan telah penulis terima dalam proses pembuatan tugas akhir ini, baik secara langsung dan tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu, terkhusus :

1. Tuhan YME, berkat perlindungan, tuntunan dan berkahnya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

2. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendukung baik secara moril dan materiil, mendoakan dan membimbing saya hingga saat ini. Adik-adik (Gilang dan Diana) yang selalu medoakan dan Mas Yoseph Oktareka yang mengajari, membantu, mendoakan dan mendukung saya. Bapak dan ibu Nan yang juga mendoakan mendukung saya. 3. Saudara-saudaraku yang membantu, mendoakan dan mendorong saya selama ini. 4. Ibu Made Rai Suci Shanti N.A, S.Si.,M.Pd selaku walistudi angkatan 2011 dan

pembimbing utama dalam tugas akhir ini.

5. Ibu dr.Jodelin Muninggar, M.Sc selaku pembimbing pendamping.

6. Laboran-laboran FSM, terkhusus laboran progdi fisika (mas Tri, mas Sigit, pak Tafip) yang senantiasa membantu menyediakan peralatan selama penelitian.

7. Teman-teman sampel skripsi saya yang bersedia menjadi sampel penelitian ini.

8. Teman-teman Fisika dan Pendidikan Fisika 2011 (Fani, Kristia, Aproditha, Arientya, Yospina, Umi, Debora, Ishak, Yodhi, Azis, Azhar, Satrya, Puis, Icol) yang menjadi teman seperjuangan kuliah, teman main dan teman belajar. Terlebih Laorency Fania C yang selalu setia menemani pada saat bimbingan.

9. Pakde dan Bude Sugiyono, Kos Andong yang selalu mendoakan dan mendukung saya. 10. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Salatiga, 21 September 2015 Penulis,

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii

LEMBAR PERSETUJUAN AKSES iv

MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

Budaya merokok merupakan krisis kesehatan global yang sampai sekarang belum dapat ditangani. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) diperkirakan terdapat 7,9 milyar orang dewasa saat ini perokok aktif dan 3,5 milyar orang terpapar asap rokok di tempat kerja. Hampir 2/3 perokok di dunia tinggal di 10 negara dan menurut Tobacco Atlas 2012, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah perokok (4%) setelah China (38%), Rusia (7%) dan Amerika Serikat (5%) (Depkes, 2012).

Menurut survei Riskesdas 2013, konsumsi rokok di Indonesia cenderung meningkat menjadi (36,3%) di tahun 2013 yang awalnya hanya 34,7% pada tahun 2010. Sedangkan rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur = 10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun yaitu sebesar 33,4%, pada laki-laki lebih banyak (47,5%) dibandingkan perempuan (1,1%) (Riskesdas,2013).

Merokok merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit paru obstruksi kronis karena mengandung 4.000 jenis bahan kimia. Zat yang berkaitan dengan berbagai penyakit akibat merokok adalah nikotin, tar dan CO (karbon monoksida) yang merupakan sumber oksidan. Zat ini merupakan zat beracun yang menyebabkan penurunan butir darah mengangkut oksigen sehingga sel-sel tubuh yang kekurangan oksigen akan melakukan spasme yang akan menciutkan pembuluh darah dan apabila proses ini berjalan terus menerus maka pembuluh darah akan cepat rusak dengan terjadinya proses aterosklerosi. Pada akhirnya bahan-bahan berbahaya rokok akan menstimulus produksi berlebihan dari radikal bebas atau oksidan dalam tubuh manusia (Aula, 2000).

(10)

Secara kuantitatif perubahan resistansi saluran pernafasan dapat diketahui dengan menggunakan spirometer. Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas paru seseorang

melalui udara yang dihirup dan dihembuskan selama proses pernafasan. Spirometer berfungsi untuk memonitor dan mengevaluasi penyakit yang berhubungan dengan penyakit paru dan jantung.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Aristiyanti,Tri Ayu. Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-laki Perokok. Surakarta: Skripsi. 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.

Choudari,S.P;R.S Doiphode;U.S Zingade; Dr Ahmed Munibuddin; Dr Khaled Mohsin Badaam. Evaluation of Airway resistance and Spirometry in Petrol Pump Workers:A Crossectional study.

Huda Rahardjo,R.A. Hubungan Antara Paparan Debu Padi dengan Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Penggilingan Padi Anggraini,Sragen,Jawa Tengah. Surakarta:UNS.2010.

Latif Nur, Vita.Rr. Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang. Pekalongan:Universitas Pekalongan.

Parker. Air Pollution. John Willey & Sons, New York.1981.

Paul Davidovids. Physics in Biology and Medicine, Academic Perss.2008.

Sudarmo,R.P (Trans). Analisa dan Tafsir Data Monitoring Udara, terjemahan dari buku WHO no.51 tahun 1980 Kantor Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

WHO, regional Office for Europe, Copenhagen. Air Quality Guidelines for Europe, WHO regional Publication, European Series no.23, 1987.

(12)

4

(13)
(14)
(15)

kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan spirometer. Oleh karena itu penelitian tentang pembelajaran perhitungan kapasitas paru manusia dengan spirometer vernier dirasa penting karena dengan mengetahui kapasitas paru manusia, kita dapat mengetahui sehat atau tidaknya organ paru manusia tersebut.

Kapasitas paru adalah suatu kombinasi peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau menyatakan dua atau lebih volume paruyaitu volume alun nafas, volume cadangan ekspirasi dan volume residu (Arthur C.G,1990). Volume alun nafas atau tidal volume yaitu volume udara inspirasi atau ekspirasi tiap kali bernafas normal. Volume residu adalah sisa gas dalam paru-paru saat menghembus maksimal. Kapasitas fungsi paru merupakan kesanggupan atau kemampuan paru dalam menampung udara di dalamnya (Rokhim A, 2000).

Dengan menggunakan spirometer, kita dapat menghitung kapasitas paru. Spirometer juga dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memonitor penyakit yang berhubungan dengan penyakit paru dan jantung. Dalam penelitian

ini digunakan spirometer vernier order code SPR-BTA.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di laboratorium fisika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan menggunakan sampel sebanyak 6 orang . Usia sampel berkisar antara 21-23 tahun atau disebut sebagai usia produktif. Pengukuran kapasitas paru menggunakan spirometer Vernier order code SPR-BTA yang dihubungkan dengan komputer yang telah diinstall dengansoftware logger pro.

(lihat lampiran A)

Software logger pro ini berfungsi untuk merekam dan mencatat data yang sedang diambil dengan menggunakan spirometer vernier. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data yaitu penjepit hidung, mouth piece dan filter bakteri, seperti pada lampiran (lihat lampiran B).

Selama proses pengambilan data, sampel menggunakan penjepit hidung dan mouth piece yang telah dihubungkan dengan sensor vernier dimasukkan ke dalam rongga mulut.

(16)

Pada pengambilan data ini setiap satu sampel melakukan pengulangan pencatatan data sebanyak lima kali. Setiap satu kali perekaman data pada sampel dilakukan tiga kali pernapasan tidal, satu kali pernapasan menghisap maksimal (inspiratory reserve volume) dan satu kali pernapasan menghembus maksimal (expiratory reserve volume).

(lihat lampiran C)

Perekaman data dilakukan dengan melihat grafik yang tampak pada logger pro. Penganalisaan data dilakukan dengan cara mengatur baseline adjustment dengan menurunkan atau menaikkan posisi grafik sesuai kebutuhan. Grafik yang dituju (dari lembah dan puncak grafik) diblok lalu klik statistic untuk memperoleh ∆y. ∆y menunjukkan besarnya nilai volume paru-paru pada grafik tersebut.

(lihat lampiran D)

Data yang didapat dari grafik tersebut yaitu tidal volume, inspiratory reserve volume (volume udara saat hisap napas maksimal), dan expiratory reserve volume (volume udara saat hembus napas maksimal). Dengan ketiga data diatas, kapasitas inspirasi (inspiratory

capacity) dan kapasitas ekspirasi (expiratory capacity) dapat dicari. Rumus dari inspiratory capacity (kapasitas inspirasi) = tidal volume + inspiratory reserve volume dan rumus untuk expiratory capacity (kapasitas ekspirasi) = tidal volume + expiratory reserve volume.

HASIL DAN DISKUSI

Sampel penelitian sebanyak 6 orang dan berjenis kelamin laki-laki. Usia sampel antara 21-23 tahun. Kapasitas paru menunjukkan bahwa rerata tidal volume, inspiratory reserve volume dan expiratory reserve volume setiap sampel nilainya mendekati standar nilai yang ditetapkan.

(lihat lampiran E)

Menurut Guyton dan Hall, standar nilai untuk tidal volume 0,5 liter untuk keadaan normal, inspiratory reserve volume saat keadaan santai atau normal pada laki-laki mencapai 3,3 liter dan nilai untuk expiratory reserve volume saat keadaan santai atau normal mencapai 1,00 liter pada usia muda laki-laki. Seluruh sampel yang digunakan menunjukkan hasil yang mendekati standar nilai yang ditetapkan dengan demikian sampel telah melakukan praktikum alat dengan benar.

(17)

KESIMPULAN

Spirometer Vernier dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran sistem pernapasan manusia, khususnya untuk pengukuran kapasitas paru pada skala laboratorium kampus. Ketelitian spirometer vernier ini lebih tinggi dibandingkan dengan ketelitian pada spirometri skala rumah sakit atau klinik pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Guyton, Arthur C dan John E Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Lasmana, P.D. 2010. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Polisi Satlantas Dengan Polisi Bagian Administrasi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Latif, Nur Vita Rr. 2011. Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru Pada Operator SPBU Sampangan Semarang. Pekalongan: Universitas Pekalongan

Syaifuddin, B.A.C . 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: Gramedia Tulaekha, Rokhim A. 2000. Toxicologi. Jakarta: Gramedia

(18)

LAMPIRAN

A. Tampilan Software Logger Pro

Tampilan software logger pro yang digunakan untuk membaca dan menganalisis data B. Komponen-komponen Spirometer

Gambar diatas merupakan peralatan yang digunakan untuk pengambilan data

C. Perekaman Data

(19)

D. Langkah Pembacaan Data

Gambar diatas merupakan langkah pembacaan data dari software logger pro. ∆y yang dilingkari merupakan hasil dari pembacaan data.

E. Tabel 1 Hasil Analisis Kapasitas Paru

Sampel TV (liter) IRV (liter) ERV (liter) IC (liter) EC (liter)

A 0,52 2,19 0,98 2,71 1,51 B 0,67 1,33 0,8 2,01 1,47 C 0,58 1,44 0,97 2,02 1,55 D 0,48 1,59 0,83 2,08 1,32 E 0,55 2,36 0,91 2,92 1,47 F 0,51 2,34 0,84 2,86 1,36 Rata-rata 0,551667 1,875 0,8883333 2,433333 1,44667 TV, IRV, ERV, IC dan EC menunjukkan besarnya volume kapasitas paru

(20)

F. Grafik 1. Nilai Kapasitas Inspirasi dan Ekspirasi Paru-paru

Tabel Pengukuran Kapasitas Paru Setiap Sampel

Pengukuran SAMPEL A B C D E F TV 0,57 0,71 0,53 0,53 0,61 0,55 0,47 0,69 0,53 0,49 0,45 0,54 0,45 0,83 0,65 0,55 0,57 0,56 0,55 0,55 0,69 0,45 0,59 0,41 0,57 0,59 0,51 0,41 0,57 0,53 Rata-rata 0,522 0,674 0,582 0,486 0,558 0,518 IRV 2,18 1,18 1,59 1,16 2,45 2,09 2,3 1,1 1,51 1,59 2,77 2,45 2,38 1,43 1,34 1,9 2,29 2,48 2,14 1,38 1,45 1,67 2,31 2,56 1,98 1,59 1,32 1,67 2,02 2,16 Rata-rata 2,196 1,336 1,442 1,598 2,368 2,348 ERV 1,01 0,86 0,97 0,75 0,96 0,83 0,99 0,65 0,99 0,53 0,94 0,94 0,98 0,96 0,97 0,98 0,94 0,85 0,97 0,61 0,97 0,94 0,92 0,79 0,99 0,92 0,95 0,98 0,83 0,81 Rata-rata 0,988 0,8 0,97 0,836 0,918 0,844 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 vo lu m e ( lite r) IC EC

(21)
(22)

penelitian ini menggunakan spirometer vernier order code SPR-BTA. Spirometer vernier ini digunakan dalam skala laboratorium kampus.

1. Pembahasan

Penelitian dilakukan di laboratorium fisika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan menggunakan sampel sebanyak 4 orang laki-laki. Sampel dibedakan antara sampel perokok aktif dan sampel bukan perokok. Usia sampel berkisar antara 19-22 tahun sebagai usia produktif. Pengukuran kapasitas paru menggunakan spirometer Vernier order code SPR-BTA yang dihubungkan ke

komputer yang telah diinstall dengan software logger pro. Software logger pro ini berfungsi untuk merekam dan mencatat data yang sedang diambil dengan menggunakan spirometer vernier. Peralatan lain yang digunakan dalam pengambilan data yaitu penjepit hidung, mouth piece dan filter bakteri.

Selama proses pengambilan data, sampel menggunakan penjepit hidung dan mouth piece yang telah dihubungkan dengan sensor vernier dimasukkan ke dalam rongga mulut. Pada pengambilan data ini setiap satu sampel melakukan pengulangan pencatatan data sebanyak tiga kali. Setiap satu kali perekaman data pada sampel dilakukan tiga hingga empat kali pernapasan tidal, satu kali pernapasan menghisap maksimal (inspiratory reserve volume) dan satu kali pernapasan menghembus maksimal (expiratory reserve volume).

Setelah perekaman data dilakukan, penganalisaan data dilakukan dengan cara mengatur baseline adjustment dengan menurunkan atau menaikkan posisi grafik sesuai kebutuhan agar mudah dibaca dan dianalisa. Data grafik yang akan dianalisa dipilih dan diukur besar volume terukur yang

dinyatakan dalam sumbu y (∆V), ∆V tersebut menunjukkan volume yang diukur. Data yang didapat dari grafik tersebut merupakan tidal volume ( TV), inspiratory reserve volume (volume udara saat hisap nafas maksimal), expiratory reserve volume (ERV, volume udara saat hembus nafas maksimal). Dengan ketiga data, vital capacity (VC) diperoleh dengan persamaan ;

(1)

1.1. Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan

Kapasitas paru-paru adalah jumlah dari dua atau beberapa volume utama. Ada 5 macam kapasitas paru yaitu inspiratory capacity, expiratory capacity, functional residual capacity, vital capacity dan total lung capacity. Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai vital capacity (kapasitas vital) dan aliran udara pernafasan pada sampel perokok dan bukan perokok. Didapatkan hasil pengukuran pada kedua macam sampel dapat dilihat pada tabel 1 untuk sampel bukan perokok dan pada tabel 2 untuk sampel perokok aktif. Pada tabel 1 menunjukkan sampel bukan perokok A dan C memiliki vital capacity yang lebih tinggi dari sampel B dan D hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pada sampel B dan D, lingkungan sekitar tempat tinggal dan di kampus mayoritas perokok aktif maka dari itu diperoleh hasil pengukuran VC yang lebih rendah. Hal ini akibat dari paparan asap rokok yang

(23)

secara tidak langsung terhirup oleh sampel B dan D yang mengakibatkan penurunan kapasitas vital paru-paru.

Pada tabel 2 menunujukkan sampel perokok aktif CC dan DD memiliki vital capacity yang rendah, yaitu 2,87 liter dan 2,69 liter. Sampel CC yang mempunyai riwayat merokok 5 sejak tahun yang lalu dan mempunyai keluhan batuk ringan untuk beberapa waktu. Pada sampel DD mempunyai riwayat merokok sejak 8 tahun yang lalu dan mempunyai keluhan batuk ringan dan mudah lelah Lamanya waktu merokok juga mempengaruhi kesehatan paru-paru terutama berefek pada nilai aliran yang cenderung akan meningkat. Aliran saluran udara pernafasan ini berakibat pada kondisi kesehatan pada setiap sampel, dari hasil pendataan diperoleh bahwa seorang perokok yang lebih lama riwayat merokoknya, berakibat buruk pada kesehatan dan berpengaruh pada nilai alirannya. Asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke aliran darah. Merokok menurunkan kapasitas vital paru dibandingkan hal lain seperti kelelahan akibat kerja.

Walaupun lamanya merokok sampel DD lebih lama daripada sampel CC, namun sampel DD mempunyai kebiasaan rutin berolah raga sepak bola. Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Menurut Guyton &Hall (1997:605), kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas paru 30-40%. Kebiasaan berolah raga ini dapat mempengaruhi kebugaran tubuh dan mempengaruhi kapasitas paru walaupun DD seorang perokok.

Aliran udara pernafasan menunjukkan nilai dimana paru-paru mengalami gangguan. Aliran udara ini dapat timbul akibat kebiasaan merokok, penyakit pada saluran pernafasan dan pola hidup dari setiap individu. Aliran udara pernafasan dapat diperoleh dengan mencari gradien (kemiringan) grafik yang tersaji pada logger pro. Dari gradien atau kemiringan tersebut akan muncul besarnya ∆t dan ∆y. ∆t menunjukkan perubahan waktu tiap detiknya sedangkan ∆y menunjukkan volume pada paru-paru yang diukur.

Besarnya aliran udara pada sistem pernafasan sebanding dengan perubahan volume tiap waktu.

(2)

Aliran udara dianalogikan sebagai arus listrik, didekati pada udara yang laminar. Sehingga persamaan aliran udara yang sesuai dengan hukum Hagen Poiseuille adalah,

(3)

Pada hasil analisa, dilihat bahwa aliran pada masing-masing sampel memiliki nilai yang berbeda-beda. Untuk sampel bukan perokok, A dan C dengan kapasitas vital sebesar 3,77 liter dan 3,02 liter

(24)

memiliki nilai aliran yang dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Dibandingkan dengan sampel perokok aktif CC dan DD yang memiliki kapasitas vital sebesar 2,87 liter dan 2,69 liter memiliki nilai aliran yang dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6. Hasil pengukuran keempat sampel diatas terlihat adanya perbedaan antara kapasitas vital dan aliran pada sampel bukan perokok dan perokok aktif. Dari nilai alirannya, sampel perokok memiliki nilai aliran lebih tinggi dibandingkan sampel bukan perokok Karena zat-zat adiktif yang terkandung dalam rokok tersebut akan mengendap pada saluran pernafasan dan mempengaruhi nilai aliran pada saluran pernafasan. Selain itu aktifitas lain juga menjadi salah satu faktor pendukungnya.

Dari grafik yang tersaji pada software logger pro menunjukkan bahwa saat inspirasi (menghirup udara) grafik yang ditunjukkan adalah grafik saat posisi naik (puncak) sedangkan saat ekspirasi (menghembus udara) ditunjukkan pada grafik turun (lembah)

2.2 Gambar

Gambar 1. Tampilan Software Logger Pro

Gambar 1 merupakan tampilan dari software Logger pro yang digunakan penulis untuk merekam data dan mengolah data.

Gambar 2. Komponen Spirometer Vernier

Gambar 2 menunjukkan komponen-komponen peralatan yang dipakai untuk pengambilan data seperti sensor spirometer vernier, penjepit hidung, mouth piece dan filter bakteri.

(25)

Gambar 3. Skema Susunan Alat

Gambar 3 menunjukkan skema susunan alat untuk pengambilan data

Gambar 4. Grafik Pada Sampel A

Gambar 4 ini menunjukkan hasil perekaman data dengan tampilan keluaran berupa grafik. Terdiri dari grafik TV, IRV dan ERV.

Gambar 5. Grafik Pada Sampel C

(26)

Gambar 7. Grafik Pada Sampel DD

Gambar 8. Grafik Aliran Sampel A

Gambar 9. Grafik Aliran Sampel C

Gambar 10. Grafik Aliran Sampel CC Gambar 10. Grafik Aliran Sampel CC

Gambar 10. Grafik Aliran Sampel EE

Gambar 11. Grafik Aliran Sampel DD -2 0 2 0 5 10 15

F

F -2 0 2 0 5 10 15

F

F -5 0 5 0 5 10 15

F

F -2 0 2 0 5 10 15

F

F

(27)

2.3 Tables

Tabel 1. Rata-rata Kapasitas Paru Sampel Bukan Perokok

Rata-rata SAMPEL A (l) C (l) TV 0,49 0,57 IRV 2,28 1,48 ERV 0,99 0,97 VC 3,76 3,02

Tabel 2. Rata-rata Kapasitas Paru Sampel Perokok Aktif

Rata-rata SAMPEL CC (l) DD (l) TV 0,51 0,43 IRV 1,66 1,48 ERV 0,7 0,77 VC 2,87 2,69

Tabel 3. Nilai Aliran Sampel A

∆v t F 0,62 1,08 0,5740741 -0,59 2,39 -0,4503817 0,65 3,44 0,5371901 -0,59 4,75 -0,443609 0,62 6,14 0,4558824 -0,68 7,45 -0,4892086 0,59 8,89 0,4097222 -0,82 10,07 -0,6949153

(28)

Tabel 4. Nilai Aliran Sampel C ∆v t F 0,81 0,97 0,835052 -0,81 2,48 -0,53642 0,9 3,68 0,75 -1,07 5,21 -0,69935 0,93 6,46 0,744 -0,86 7,79 -0,64662 0,72 8,86 0,672897 -0,95 10,29 -0,66434

Tabel 5. Nilai Aliran Sampel CC

∆v t F 0,88 0,92 0,956522 -1,16 2,12 -0,96667 1,24 3,19 1,158879 -1,18 4,26 -1,1028 1,04 5,18 1,130435 -1,1 6,3 -0,98214 0,98 7,24 1,042553 -1,14 8,52 -0,89063 1,12 9,46 1,191489 -1,14 10,74 -0,89063 1,12 11,68 1,191489 -1,12 12,7 -1,09804

(29)

Tabel 6. Nilai Aliran Sampel EE

3.Kesimpulan dan Saran

Pengukuran kapasitas paru antara sampel bukan perokok dan perokok aktif memiliki nilai yang berbeda. Begitu juga dengan nilai alirannya, semakin rendah kapasitas vital paru maka nilai alirannya semakin tinggi

Saran untuk penelitian sebaiknya jumlah sampel diperbanyak. Dengan demikian bisa dilihat banyak perbedaan dari hasil pengukurannya. Pada saat sebelum pengambilan data, sebaiknya diberikan instruksi yang benar kepada setiap sampel agar data yang dihasilkan memperoleh data yang lebih benar

Daftar Pustaka

Evelyn C. Pearce. 1995. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Guyton, Arthur C dan John E Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Lasmana, P.D. 2010. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Polisi Satlantas Dengan Polisi Bagian Administrasi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Latif, Nur Vita Rr. 2011. Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru Pada Operator SPBU Sampangan Semarang. Pekalongan: Universitas Pekalongan

Putra N.A. 2006. Pengaruh dan Hubungan Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Pria Dewasa. Skripsi.Bandung: Universitas Kristen Maranatha

∆v t F 1,06 1,28 0,828125 -1,24 2,94 -0,74699 1,04 4,45 0,688742 -1,26 6,34 -0,66667 1,02 8 0,614458 -1,08 9,56 -0,69231 1,16 11,12 0,74359 -1,24 12,88 -0,70455

(30)

S.N.A Made Rai Suci dan Adita Sutresno. 2012. Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Topik Rangkaian RC Untuk Menganalogikan Sistem Pernafasan Pada Bidang Fisika Kesehatan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Penerapan MIPA UNY

Syaifuddin, B.A.C . 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: Gramedia Tulaekha, Rokhim A. 2000. Toxicologi. Jakarta: Gramedia

(31)
(32)
(33)

Gambar

Gambar diatas merupakan peralatan yang digunakan untuk pengambilan data
Gambar  diatas  merupakan  langkah  pembacaan  data  dari  software  logger  pro.  ∆y  yang  dilingkari  merupakan hasil dari pembacaan data
Tabel Pengukuran Kapasitas Paru Setiap Sampel
Gambar 1. Tampilan Software Logger Pro
+6

Referensi

Dokumen terkait

Modul aplikasi ini dibuat sedemikian rupa, sehingga pemakai yang belum pernah menyentuh piano sekali pun akan dapat belajar piano dengan baik. Secara urut, menu utama terdiri

Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis menggunakan pendekatan sosio-historis, dan menggunakan teori tindakan social dari parsons dan Estetika Islam dari Ismail

Edi Santoso, M.Sc, selaku dosen pembimbing Teknik Industri yang telah banyak meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberi petunjuk, masukan, dan bimbingan yang berharga pada

a) Dengan dilakukannya konfigurasi, semua akses ke aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan kebutuhan internal pemerintah Provinsi Gorontalo tidak

Bab ini berisi penyajian dan pembahasan data yang telah didapat dari hasil penelitian, yang terdiri dari perbandingan perlindungan hukum pidana terhadap anak sebagai pelaku

[r]

Berdasarkan hasil regresi logistik dan pembahasan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa profitabilitas, ukuran Kantor Akuntan Publik, dan ukuran perusahaan