• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Konsep Manajemen Proyek Pad (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Konsep Manajemen Proyek Pad (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Konsep Manajemen Proyek Pada

Pekerjaan

Network

dan

Security Enhancement

Jaringan

e-Government

Studi Kasus Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

Marion Renaldo Rotinsulu (1606844795)

Network and Information Security, Electrical Engineering Department Faculty of Engineering, University Indonesia

Jakarta, Indonesia marion.rotinsulu@gmail.com Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

AbstractProvinsi Gorontalo saat ini belum memiliki pusat data tersentralisasi, gangguan layanan akibat belum tersedianya sumber energi listrik cadangan, gangguan keamanan informasi (hacking, DDoS, virus, malware), dan Adanya isu kapasitas yang dikaitkan dengan tidak seimbangnya bandwidth yang tersedia dan jumlah pengguna. Banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo khususnya infrastruktur jaringan dan keamanan informasi, maka Pemerintah Provinsi Gorontalo mengadakan kegiatan proyek network dan security enhancement pada jaringan e-Government guna menanggulangi masalah yang ada saat ini. Untuk memaksimalkannya, perlu disusun sebuah kerangka manajemen proyek yang baik berdasarkan project management body of knowledge (PMBOK) dimana menjadi fokus peneliti dalam tulisan ini. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, faktor penentu kesuksesan proyek dipemerintah terletak pada bagian inisiasi dan perencanaannya terlebih cara mengkomunikasikan pekerjaan secara internal dan eksternal serta mengantisipasi resiko yang diperkirakan akan timbul.

KeywordsManajemen Proyek, Project Management Body of Knowledge, e-Government, Network and Security Enhancement, Keamanan Jaringan e-Government, Provinsi Gorontalo

1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Saat ini, infrastruktur TIK yang telah ada pada lingkungan pemerintah Provinsi Gorontalo dibangun berdasarkan pelaksanaan masterplan e-Government Provinsi Gorontalo 2014-2019 yang telah dijabarkan dalam dokumen Detail Engineering Design (DED) Pengembangan TIK di Provinsi Gorontalo 2014-2019 dan diperkuat oleh landasan hukum Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo No. 3 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi [2,3,4]. Pembangunan dan pengembangan TIK di Provinsi Gorontalo diprioritaskan pada beberapa hal utama sebagai berikut [3]:

1) Peningkatan Pelayanan Publik sebagai fungsi birokrasi harus ditunjang oleh infrastruktur, aplikasi, dan sumber daya manusia.

2) Penyediaan informasi yang cepat, akurat, handal, dan aman serta terintegrasi sehingga tidak ada data yang tumpang tindih.

3) Diperlukan pembangunan pusat data dan infrastruktur jaringan komunikasi data.

Tersedianya acuan, panduan dan landasan hukum memberikan implikasi yang baik bagi Pembangunan TIK di Provinsi Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian pada tahun 2015 yang dilakukan oleh Direktorat e-Government, Direktorat Jenderal Aplikasi dan Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Provinsi Gorontalo ditetapkan berada pada peringkat 4 (Empat) nasional dalam rangka pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) tingkat Provinsi atas 5

aspek/dimensi penilaian yakni Kebijakan, Kelembagaan, Infrastruktur [1]. Dari kelima dimensi penilaian tersebut, Provinsi Gorontalo memiliki nilai terendah pada Infrastruktur.

Beberapa isu terkini terkait yang menjadi penyebab atas rendahnya nilai Infrastruktur pada penilaian PeGI tahun 2015 dikarenakan beberapa hal berikut:

 Seringnya dilakukan pemadaman listrik pada kompleks perkantoran Gubernur yang mengakibatkan ruang server dimana terdapat Infrastruktur TIK e-Government Provinsi Gorontalo mengalami kerusakan.

 Tidak tersedianya Catu Daya cadangan (seperti GENSET) yang dikhususkan untuk menangani peralatan infrastruktur TIK e-Government Provinsi Gorontalo.

 Adanya isu kapasitas yang dikaitkan dengan tidak seimbangnya bandwidth yang tersedia dan jumlah pengguna.

 Setiap instansi memiliki ruang server masing-masing sehingga masih menyebabkan pemborosan di sisi infrastruktur karena harus membiayai hal yang sama untuk fungsi pemerintahan yang sentral.

 Seringnya terjadi gangguan keamanan informasi pada layanan yang disediakan dan digunakan dalam keseharian berupa kehilangan data, hacking, DDoS, dan

(2)

Marion Renaldo Rotinsulu 2 NIM. 1606844795 consolidation, capacity planning, dan penataan kembali

jaringan yang telah ada.

1.2Rumusan dan Pembatasan Masalah

Sebagaimana uraian pada bagian latar belakang atas lemahnya infrastruktur TIK di Provinsi Gorontalo, tentu perlu disusun dan di tata rapi hal-hal yang berkaitan dengan strategi pengembangan dan pembangunan infrastruktur TIK, batasan dalam pekerjaan, resiko-resiko yang harus diminimalisir, strategi komunikasi untuk menyelesaikan pekerjaan, biaya, dan waktu yang dibutuhkan. Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang telah diuraikan dan menjawab hal-hal di atas, maka rumusan masalah dari jurnal ini adalah bagaimanakah cara yang tepat dan hal-hal yang harus diperhatikan untuk melaksanakan kegiatan network dan security enhancement di Provinsi Gorontalo menggunakan kerangka manajemen proyek yang baik berdasarkan Project Management Body of Knowledge (PMBOK)?

Di dalam jurnal ini, penulis akan memfokuskan dan membatasi permasalahan pada tahapan project initiation dan project planning. Terdapat beberapa asumsi yang menyebabkan penulis fokus pada pembahasan kedua tahapan tersebut. Pertama, mekanisme project control dan monitoring pada pemerintah sudah memiliki standar acuan yang jelas mulai dari Peraturan Presiden sampai dengan Peraturan Gubernur. Kedua, umumnya pekerjaan yang dilakukan oleh instansi pemerintah menjadi berantakan karena buruknya perencanaan awal dari pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini juga merupakan pengamatan langsung penulis selama berkecimpung dan menjadi pelaksana pekerjaan di dalam proyek pemerintah.

Di dalam tahapan project planning, penulis tidak akan membahas masalah project time management, project cost management, project quality management, project human resource management, dan project procurement management. Pemerintah telah memiliki standar aturan baku yang jelas tentang bagaimana penentuan standar biaya sebuah proyek, hal itu dimulai dengan adanya angka dasar yang telah ditetapkan oleh Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo yang mengacu pada aturan menteri keuangan. Kedua, pemerintah telah memiliki mekanisme penyerahan dan pemeriksaan pekerjaan yang di atur oleh Undang-undang, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden sampai dengan Peraturan Gubernur. Ketiga, terkait dengan project procurement management, pemerintah telah memiliki sebuah mekanisme tersendiri untuk pengadaan barang dan jasa yakni di atur langsung oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Republik Indonesia. Dimana sudah ada mekanisme melalui lpse atau e-catalog. Project Human Resource Management tidak akan penulis uraikan pembahasan rinci di dalam jurnal ini, karena pembahasan terkait pembentukan sebuah tim yang lengkap dan proyeksi serta pemilihan anggota tim berdasarkan keahlian membutuhkan analisa yang komprehensif, sehingga daripada tidak begitu lengkap dalam paper ini maka penulis memilih untuk tidak membahasnya detil.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian menyusun sebuah dokumen yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan network dan security enhancement di Provinsi Gorontalo berdasarkan PMBOK yang meliputi tahapan Initiating, Planning, Executing, Monitoring & Controlling, dan Closing.

Manfaat dari penelitian ini adalah jurnal atau tulisan ini dapat dijadikan pedoman dan panduan pelaksanaan proyek oleh Pemerintah Provnisi Gorontalo dalam melaksanakan kegiatan network dan security enhancement Provinsi Gorontalo sehingga dalam pelaksanaannya proyek ini terhindar dari kegagalan atau berbagai kendala.

2 KAJIANPUSTAKA

2.1Manajemen Proyek

Definisi Manajemen Proyek menurut Project Manajement Institute (PMI) adalah penerapan pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), peralatan (tools), dan teknik (technique) ke dalam kegiatan proyek untuk memenuhi tuntutan proyek [5]. PMI mendefinisikan terdapat 47 proses dalam manajemen proyek yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok besar yang biasa disebut Project Management Process Groups dan tersebar ke dalam 10 kelompok knowledge area seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 2-1.

2.1.1 Project Management Process Groups

Gambar 2-1. Project Management Process Groups

Gambar 2-1 menunjukkan keterkaitan kelima process group dalam sebuah proyek. Penjelasan lebih rinci terkait kelima kelompok project management process groups sebagai berikut:

Inisiation: Tahapan awal dari dimulainya sebuah proyek. Pada tahap ini akan memberikan gambaran suatu proyek secara keseluruhan. Pada tahap ini akan didefinisikan apa saja yang menjadi kriteria sukses, hambatan utama, dan mengidentifikasi stakeholder dari proyek. Hal-hal tersebut harus ditulis dan didokumentasikan dalam sebuat Project Initiation Document. 


(3)

kebutuhan resource (sumber daya manusia) dan requirement-nya. pada tahap ini belum dilakukan hal-hal teknis dan keluaran dari tahap ini adalah Project Plan Document. Ini adalah tahapan yang paling penting dalam mengerjakan suatu proyek. 


Action: Dalam tahapan ini menindaklanjuti hal-hal yang telah dituangkan dalam tahapan planning. Tujuan dari tahap ini adalah bagaimana proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan hasil yang diharapkan dan biaya dan waktu yang telah direncanakan. Agar tercapai tujuan tersebut maka pada tahap ini perlu dilakukan kegiatan monitoring progress dengan membuat Gantt Chart, pemantauan biaya, dan mengkomunikasikan perkembangan proyek tersebut seta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya (jika ada). 


Monitoring: Tahapan ini merupakan proses pemantauan terhadap aktivitas – aktivitas dalam proyek, terhadap kesesuaian dengan perencanaan yang telah dibuat. Selain itu, dalam tahapan ini dipantau masalah estimasi waktu dan biaya yang telah direncakan pada tahap perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian antara actual and planning, maka akan ditentukan tindakan apa yang akan diambil agar actual proyek tersebut kembali sesuai dengan planning. 
  Project Closing: proses ini merupakan tahap akhir dari

suatu proyek yaitu dimana pengerjaan proyek selesai dan diterima oleh client. Pada tahap ini juga akan dilakukan serah terima proyek, hasil apa saja yang telah dicapai, dan yang paling penting adalah hal – hal apa saja yang bisa dipelajari dari proyek tersebut agar bisa

menjadi pembelajaran bagi proyek – proyek serupa lain nya dimasa mendatang. 


2.1.2 Knowledges Area

Knowledge Area merupakan pengelompokan area project management atau area tertentu yang didasarkan atas kesamaan

konsep, istilah, dan aktivitas. Kesepuluh knowledge area tersebut yakni:

2.1.2.1 Project Integration Management

Kumpulan aktivitas dan proses yang diperlukan untuk mengidentifikasi, mendefinisi, mengkombinasi, menyatukan dan mengkoordinasi berbagai proses dan aktivitas manajemen proyek dalam suatu proses yang berkesinambungan. Project Integration Management terdiri dari 5 proses, yaitu:

Develop Project Charter: Proses membuat sebuah dokumen yang menyatakan secara formal keberadaan suatu proyek dan menyediakan otoritas kepada project manager untukmengaplikasikan sumber daya organisasi pada aktivitas proyek.


Direct and Manage Project Execution: Proses untuk memimpin dan melakukan pekerjaan yang telah dijelaskan dalam project management plan dan menerapkan perubahan yang telah disetujui untuk menjapai tujuan dari suatu proyek.

Monitor and Control Project Work: Proses melacak, meninjau dan melaporkan perkembangan untuk menyesuaikan dengan objektif dalam project management plan. Tujuan utama dari proses ini untuk melaporkan pada para stakeholder kondisi proyek, evaluasi, dan perencanaan proyek kedepannya

(4)

Marion Renaldo Rotinsulu 4 NIM. 1606844795  Project Integrated Change Control: Proses meninjau

ulang semua permintaan perubahan; Menyetujui perubahan dan mengelola segala aspek yang dibutuhkan. Tujuan utama proses ini untuk mengatur perubahan agar terintegrasi dengan risiko pekerjaan minimal. Inputs Tools & Techniques Outputs 


Close Project or Phase: Tujuannya adalah untuk secara formal menutup proyek dan membuat lesson learned yang kelak dapat dipelajari.


2.1.2.2 Project Scope Management

Kegiatan yang dilakukan telah mencakupi semua kebutuhan yang telah didefinisikan, dan tidak terdapat kegiatan tambahan yang tidak berhubungan dengan requirement. Project Scope Management memiliki 6 proses, yaitu:

Plan Scope Management

Collect Requirements: kegiatan untuk mengumpulkan kebutuhan dari Stakeholder.

Define Scope: Pada tahap ini, dilakukan pemilihan requirement berdasarkan requirement yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dibuat deskripsi lengkap tentang proyek dan produk, atau layanan.


Create Work Breakdown Structure (WBS): Pada tahap ini, dilakukan pemecahan pekerjaan menjadi lebih rinci dan lengkap agar lebih mudah dilakukan.

Validate Scope: Proses validasi ini dilakukan berdasarkan quality control yang ditinjau oleh customer atau sponsor.


Control Scope: Proses untuk memantau status dari suatu proyek dan scope produk serta mengelola perubahan pada scope.


2.1.2.3 Project Communications Management

Proses ini dibutuhkan untuk menyebarluaskan informasi terkait kebijakan-kebijakan proyek, hasil-hasil kerja proyek, dan cara melakukan komunikasi terkait rencana proyek selanjutnya. Terdapat 3 proses dalam knowledge area ini, yaitu:


Plan Communication Management: Dilakukan pendekatan dan rencana untuk bagaimana mengkomunikasikan perkembangan proyek berdasarkan informasi dari stakeholder dan requirement.


Manage Communication: Membuat, pengumpulkan, mendistribusikan, menyimpan, semua dokumen yang berhubungan dengan informasi proyek.


Control Communication: proses untuk memonitor dan mengontrol komunikasi melalui project life cycle untuk memastikan informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan stakeholder.

2.1.2.4 Project Risk Management

Proses dan pendekatan untuk mengidentifikasi dan menetukan risiko dan kemudia membuat rencana bagaimana merespons risiko tersebut. Terdapat 6 proses dalam knowledge area ini, yaitu:

Plan Risk Management: proses untuk menentukan bagaimana mengatur risiko dari suatu project secara bersama – sama.


Identify Risk: Menentukan kemungkinan risiko yang akan muncul pada suatu proyek dan mendokumentasi karakteristik dari risiko tersebut.


Perform Qualitative Risk Analysis: Mengidentifikasi risiko dengan menggunakan peluang terjadinya dan dampaknya terhadap tujuan proyek bila risiko itu terjadi.


Perform Quantitative Risk Analysis: Proses menganalisa (secara numerik/kuantitas) dari risiko yang telah teridetifikasi dan pengeruhnya terhadap proyek secara keseluruhan.


Plan Risk Response: Proses mengembangkan pilihan dan menentukan tindakan untuk meningkatkan peluang dan mengurangi ancaman terhadap tercapainya tujuan proyek.


Monitoring and Controlling Risk: Tujuan utama dari proses ini adalah mengidentifikasi, menganalisis, dan merencanakan risiko-risiko yang baru muncul, melacak risiko teridentifikasi, menganalisis ulang risiko sekarang, memonitor kondisi pemicu rencana kontingensi, memonitor sisa risiko, dan mereview pelaksanaan respon risiko saat mengevaluasi keefektivannya.

2.1.2.5 Project Stakeholder Management

Merupakan proses yang diperlukan untuk mengidentifikasi orang-orang, kelompok, atau organisasi yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proyek. Terdapat empat proses yang termasuk dalam knowledge area ini, yaitu:

Identify Stakeholder: Mengidentifikasi orang, kelompok, atau organisasi yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu keputusan, aktivitas, atau pendapatan dari suatu proyek


Plan Stakeholder Management: Mengembangkan manajemen strategis untuk keterlibatan secara efektif dari stakeholder melalui siklus hidup proyek, berdasarkan pada analisa kebutuhan, kepentingan dan efek potensial pada kesuksesan proyek.


Control Stakeholder Engagement: Memonitor keseluruhan hubungan dan penyesuaian strategi dan perencanaan untuk keterlibatan stakeholder.


Manage Stakeholder Engagement: Mengkomunikasi-kan dan bekerja dengan stakeholder untuk mewujudMengkomunikasi-kan harapan dan kebutuhan mereka, isu-isu, dan penanganan yang tepat terhadap keterlibatan stakeholder pada proses aktivitas proyek.


2.2IT Infrastructure Capacity Planning

Capacity Planning dibutuhkan untuk memastikan bahwa kapasitas infrastruktur TI dapat memenuhi kebutuhan bisnis (yang selalu berubah) secara tepat waktu dan tepat anggaran. Bebrapa faktor yang dijadikan pertimbangan dalam capacity planning adalah Cost, Capacity, Demand dan Supply.

(5)

Untuk menjalankan skenario proactive capacity planning, perlu dipahami lebih jauh tingkat penggunaan komponen-komponen infrastruktur dan pertumbuhannya untuk menentukan: komponen yang harus di upgrade, kapan waktu yang tepat untuk melakukan upgrade, berapa biaya yang dibutuhkan untuk upgrade. Manfaat yang diberikan dengan proactive capacity planning adalah proses pengadaan menjadi terencana, sehingga memungkinkan pembelian dalam skala besar dengan harga khusus dari vendor dan mencegah sebelum terjadi gangguan atau pelanggaran Service Level Agreement.

Reactvie Capacity Planning lebih kepada mencari solusi permasalahan yang disebabkan karena keterbatasan kapasitas infrastruktur dan peningkatan beban penggunaan yang tidak diantisipasi.

Untuk mendapatkan perencanaan kapasitas yang tepat, perlu dilakukan capacity alignment yakni penjabaran strategi bisnis ke dalam rencana pengembangan kapasitas teknologi informasi untuk mendapatkan kebutuhan riil dari kapasitas yang dibutuhkan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-2.

Tujuan akhir dari dilakukannya capacity planning adalah Memahami (memodelkan) dan memonitor tingkat penggunaan setiap komponen infrastruktur TI seperti (CPU, memory, network bandwidth, disk, dan lainnya) dan Mengalokasikan sumber daya TI yang dimiliki berdasarkan distribusi beban kerja sehingga sistem yang berjalan tidak rentan terhadap gangguan.

2.3Data Center Consolidation

Saat ini Data Center dan aplikasi yang berjalan di dalamnya tumbuh secara eksponensial. Perusahaan-perusahaan raksasa seperti Amazon, Microsoft, IBM, Google, dan Facebook telah memberikan sajian baru terkait penggunaan data center dengan layanan berbasis cloud dengan harga yang relative murah. Hal ini memberikan sebuah ilusi baru bahwa data center merupakan pusat data yang menyediakan resource tanpa batas kepada pengguna melalui media internet. Akibatnya, konsumsi energi dan dampak lingkungan (e-waste) menjadi semakin penting. Data dari USEPA (United States Environmental Protection Agency) menyebutkan bahwa pada tahun 2011 total energi yang dikonsumsi oleh berbagai layanan data center yang ada di Amerika Serikat mencapai 100 Milyar KWh dan diprediksikan akan mengalami kenaikan sebesar 66% dalam kurun waktu antara 2011-2035 [11].

Data Center Consolidation (DCC) merupakan pendekatan yang efektif dan banyak digunakan untuk mengurangi konsumsi energi total dalam data center. Banyak instansi di dunia yang sedang mengimplementasikan strategi ini untuk mengurangi jumlah aset IT dengan cara memanfaatkan dan menggunakan teknologi virtualisasi yang memungkinkan beberapa mesin virtual (VM) dapat dikemas pada Mesin Fisik (PM) tunggal.

Menggabungkan beberapa data center ke dalam sebuah data center biasanya bertujuan untuk menyederhanakan infrastruktur dan pemeliharaan, menghemat uang, dan meningkatkan keamanan dan kepatuhan. Namun akan menjadi kurang efektif jika pengguna mengalami permasalahan latency

dalam menggunakan aplikasi dan memaksa kita justru menambah biaya pembelian bandwidth yang relative lebih mahal. Untuk menjadikan DCC menjadi efektif maka yang perlu dilakukan adalah:

 Memastikan pengguna layanan tidak mengalami permasalahan pada user experience maupun latency  Melakukan mitigasi risiko dari mengkonsolidasikan

beberapa data center ke dalam sebuah data center  Tidak menyebabkan peningkatan pengeluaran pada

pembelian bandwidth

Sehingga yang menjadi tujuan akhir dengan dilakukannya konsolidasi server adalah:

 Mengurangi jumlah server fisik

 memaksimalkan investasi IT yang sudah dilakukan  Mengatur dan meningkatkan performansi dari aplikasi  Mengurang biaya pemeliharaan dan investasi pada

cabang

Teknik untuk melakukan DCC diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yakni: (1) Time of applying the technique; (2) Constraints and Requirements considered during the optimization process; (3) Optimization method used.

2.4Jaringan Komputer

Jaringan komputer merupakan cara untuk menghubungkan dua atau lebih perangkat untuk dapat saling berkomunikasi baik itu mempertukarkan data, video atau suara. Berdasarkan jenisnya, terdapat tiga kategori jaringan komputer yakni: Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN), dan Wide Area Network (WAN). Umumnya ketiga jenis jaringan ini memiliki pola dan perilaku yang sama, yang membedakannya adalah area.

Berdasarkan cara mengirimkan data di dalam jaringan komputer, dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni: unicast, multicast, atau broadcast. Unicast umumnya digunakan untuk mengirimkan paket data dari satu sumber ke satu tujuan. Multicast digunakan untuk mengirimkan paket data dari satu sumber ke beberapa tujuan. Sedangkan untuk Broadcast digunakan untuk mengirimkan data dari satu sumber ke seluruh host yang terhubung dalam jaringan komputer.

Berdasarkan jenis dari topologinya, jaringan komputer dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni Topologi Star, Topologi Bus, Topologi Ring, dan Topologi Mesh.

2.5Keamanan Jaringan Informasi

Tujuan dari mengamankan jaringan adalah untuk memberikan pengguna kebebasan untuk menikmati jaringan komputer tanpa adanya rasa takut dimana hal itu mengorbankan hak-hak dan kepentingan mereka [10]. Untuk itu sebuah sistem keamanan jaringan yang ideal adalah sistem yang menjaga dan melindungi data elektronik baik disimpan dalam jaringan komputer atau ditransmisikan dalam jaringan.

(6)

Marion Renaldo Rotinsulu 6 NIM. 1606844795 X.805. Pendekatan konspetual pada ITU-T perlu melibatkan

komponen keamanan berikut:

 Perimeter keamanan (perimeter defense)  Virtual Private Network (VPN)


 Sistem Monitoring Keamanan
Akses Kontrol Jaringan (Network Access Control)

 Redundancy & High Availability  Pengaturan Kualitas Layanan (QoS)

 Parameter Keamanan Lain (Server, Aplikasi, dan Layanan)

3 METODOLOGIPENELITIAN

Metodologi adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir mampu menyajikan informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan (Bungin (ed), 2006). Penerapan konsep manajemen proyek pada pekerjaan network dan security enhancement dalam jaringan e-government studi kasus Pemerintah Provinsi Gorontalo ini dapat dicapai apabila diketahui hal-hal sebagai berikut:

 Potret eksisting pengembangan infrastruktur TIK e-government di Provinsi Gorontalo;

 Konsep ideal pengembangan infrastruktur TIK e-government di Provinsi Gorontalo;

 Kebutuhan pelaksanaan pengembangan infrastruktur TIK e-government di Provinsi Gorontalo;

Ketiga hal tersebut di atas dapat dihasilkan dengan pendekatan metodologi sebagai berikut:

1. Potret eksisting pengembangan e-government di Provinsi Gorontalo perlu diketahui untuk dapat mengetahui ketersediaan dan potensi regulasi, kebijakan, program, perangkat, serta sumber daya manusia dalam menangani kebutuhan e-government. Untuk itu, hal ini dapat diperoleh melalui kajian terhadap:

a. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan e-government;

b. Kebijakan pembangunan daerah (RPJPD, RPJMD Provinsi Gorontalo);

c. Renstra Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo;

d. Perangkat dan sumberdaya lainnya yang sudah tersedia dalam pengembangan infrastruktur TIK e-government, seperti sistem informasi, SDM, kelembagaan, pendanaan.

Data dan informasi yang diperlukan untuk melakukan kajian akan diperoleh dalam dokumen-dokumen yang didapatkan melalui kegiatan survei dan laporan studi, artikel, dan sumber literatur lainnya yang didapatkan melalui survei kepustakaan dari sumber-sumber terpercaya seperti Perpustakaan Kementerian/ Lembaga maupun Perguruan Tinggi.

2. Konsep ideal pengembangan infrastruktur TIK e-government di Provinsi Gorontalo perlu diketahui karena perlu pengembangan e-government yang berkesesuaian dengan permasalahan yang dihadapi oleh

daerah. Konsep ideal pengembangan e-government diperoleh melalui:

a. Evaluasi Infrastruktur TIK yang telah dibangun dan terkait dengan e-government di Provinsi Gorontalo. Dengan melakukan evaluasi infrastruktur TIK yang telah dibangun dan terkait dengan pengembangan e-government kita dapat menemukan faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan dalam pengembangan e-government di daerah sehingga dapat dirumuskan pengembangan e-government kedepannya yang berkesesuaian dengan permasalahan di daerah; b. hasil koordinasi dan sinkronisasi dengan lembaga

terkait seperti BAPPEDA, DKAD, dan DPRD. Banyaknya sektor dan pelaku yang terlibat dalam pengembangan e-government membutuhkan adanya penyamaan persepsi dan cara pandang terhadap e-government sehingga dapat diperoleh pengembangan e-government yang ideal di daerah sesuai dengan peran, tugas dan keterlibatan masing-masing lembaga.

3. Kebutuhan pelaksanaan pengembangan infrastruktur TIK e-Government di Provinsi Gorontalo perlu diketahui karena pencapaian target dapat dilakukan apabila telah teridentifikasi regulasi, kebijakan, perangkat, sumber daya yang diperlukan untuk mencapai target. Rumusan kebutuhan ini diperoleh dari:

a. Hasil analisis terhadap gap antara kondisi dan potensi eksisting dengan kondisi ideal pengembangan e-government. Kondisi dan potensi eksisting dan kondisi ideal pengembangan e-government adalah hasil dari output sebelumnya. Rumusan kebutuhan dihasilkan melalui kajian desk study.

b. Hasil sinkronisasi dan koordinasi dengan lembaga terkait seperti BAPPEDA, DKAD dan DPRD. Sebagai tindak lanjut dari penyamaan persepsi antarpelaku pada tahap persiapan, maka rumusan kebutuhan ini untuk mendapatkan masukan kebutuhan dalam menyusun Konsep Manajemen Proyek dalam rangka network dan security enhancement untuk jaringan e-government Provinsi Gorontalo.

3.1.1 Metode Pengkajian

Metode yang digunakan dalam mengkaji Penerapan konsep manajemen proyek pada pekerjaan network dan security enhancement dalam jaringan e-government studi kasus Pemerintah Provinsi Gorontalo pada prinsipnya menggunakan 3 (tiga) metode yang dilakukan secara simultan, yaitu Desk Study, Survei Lapangan, dan Diskusi.

1. Desk Study: Ditujukan untuk melakukan kajian terhadap data-data sekunder, hasil wawancara, dan hasil diskusi tentang permasalahan yang dirasakan terkait dengan jaringan e-government milik Pemerintah Provinsi Gorontalo.

(7)

melalui kegiatan survei koneksi backbone yang digunakan, survei data center, kelistrikan dan wawancara kepada pihak terkait di daerah. Sehingga menemukenali faktor-faktor keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan penanganan.

3. Diskusi: Ditujukan untuk menyamakan persepsi dan cara pandang dengan pelaku pengembang dan pengguna fasilitas infrastruktur TIK e-government di Provinsi Gorontalo guna memperoleh masukan terhadap substansi atas permasalahan yang dialami. Diskusi yang dilakukan dalam kegiatan ini lebih kepada Focus Group Discussion (FGD) dengan seluruh stakeholder yang ada di Provinsi Gorontalo:

3.1.2 Metode Pengumpulan Data

Pada kajian yang memiliki sifat kualitatif terdapat tiga metode yang lazim dilakukan untuk mengumpulkan data, yaitu survei sekunder; observasi; dan wawancara. Dalam pekerjaan Penerapan konsep manajemen proyek pada pekerjaan network dan security enhancement dalam jaringan e-government studi kasus Pemerintah Provinsi Gorontalo akan digunakan seluruh metode dalam rangka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin. Berikut ini akan dijelaskan pemanfaatan metode-metode tersebut.

 Survei Sekunder

Survei sekunder yang dilakukan berupa survei instansional dan survei kepustakaan. Survei instansional adalah tipikal pengumpulan data sekunder yang berbentuk produk-produk pendataan informatif (dokumen) maupun beberapa masukan yang terkait dengan materi pekerjaan yang berasal dari pelaku terkait guna eksplorasi informasi lebih lanjut. Dalam pekerjaan ini data yang dikumpulkan bersumber dari:

a. Laporan Bulanan, 3 Bulanan, Tahunan terkait penggunaan bandwidth

b. Laporan pemeliharaan perangkat bulanan, 3 bulanan, dan tahunan.

c. Laporan kerusakan perangkat bulanan, 3 bulanan, dan tahunan.

d. Laporan pemeliharaan terhadap wireless radio bulanan, 3 bulanan dan tahunan.

e. Laporan gangguan availability perangkat f. Laporan gangguan keamanan jaringan g. Laporan gangguan interkoneksi

h. Laporan harian pengamatan keadaan jaringan pada NOC

i. Laporan penarikan jaringan atau sambungan baru yang akan melakukan interkoneksi dengan network e-government

j. Kontrak kerjasama dengan penyedia bandwidth k. Kontrak kerjasama pemeliharaan dengan pihak

ketiga

Sementara survei kepustakaan merupakan survei yang dilakukan terhadap data dan informasi yang telah tersedia. Melalui survei kepustakaan ini akan digali konsep-konsep, teori-teori, serta hasil studi dan kajian mengenai pengembangan e-government. Data serta informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui buku teks, laporan-laporan studi, makalah, jurnal dan buletin.

 Survei/Observasi Lapangan

Observasi lapangan adalah suatu metode untuk melakukan kajian langsung pada lokasi kasus studi, yang dalam hal ini terdiri atas 5 (lima) lokasi, yaitu Data Center, Network Operation Center, dan Wireless Radio yang telah digunakan. Dalam konteks pekerjaan Penyusunan Manajemen Proyek Network dan Security enhancement infrastruktur TIK e-Government Provinsi Gorontalo, observasi lapangan ini digunakan untuk mengamati secara langsung lokasi di daerah studi. Metode ini digunakan untuk melengkapi pemahaman program implementasi e-government yang telah dilakukan serta hasil pelaksanaan program yang bersumber dari data-data sekunder.

 Wawancara Semi-Terstruktur

Wawancara semi terstruktur terkait dengan pengumpulan data yang bersumber langsung dari sumber data dengan menggunakan teknik wawancara untuk menggali informasi yang akurat dan mendalam dari para pelaku, dimana informasinya seringkali tidak tercatat di dalam suatu dokumen dan berdasarkan pada pengalaman yang terjadi di lapangan. Teknik wawancara semi-terstruktur dimana pewawancara menggunakan daftar pertanyaan untuk memandu jalannya wawancara. Daftar pertanyaan tersebut tidak mengikat tetapi fleksibel karena informasi yang disampaikan oleh responden dapat menimbulkan pertanyaan lainnya yang mungkin belum disiapkan. Dengan teknik ini maka dapat digali informasi lebih mendalam dan lebih luas dari responden.

Wawancara semi-terstruktur dilakukan terhadap pelaku penanganan e-government di daerah, baik pemerintah daerah sebagai pengguna dari jaringan e-government maupun pelaku di lapangan. Informasi yang akan digali dari responden terutama adalah terkait dengan praktik penanganan e-government sebagai berikut:

a. Program e-government yang telah dilaksanakan; b. Proses pelaksanaan e-government beserta hasil

pelaksanaannya;

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan program;

d. Potensi dan persoalan pengembangan e-government.

4 PEMBAHASAN

Untuk melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan kerangka kerja PMBOK peneliti mencoba membagi dan mengelompokkan guna menyelesaikan pekerjaan menjadi 5 tahapan, yakni Project Pre-initiation Phase, Project Initiaton Phase, Project Planning Planning, Project Execution Phase, Project Monitoring and Controlling Phase, dan Project Closing.

4.1Project Pre-initiation Phase

(8)

Marion Renaldo Rotinsulu 8 NIM. 1606844795 4.1.1 Kondisi Saat Ini

Beberapa informasi yang berhasil dirangkum terkait kondisi saat ini terkait infrastruktur TIK dan Keamanan Jaringan e-Government di Provinsi Gorontalo akan disampaikan dengan menggunakan beberapa data sejak tahun 2014-2016 diantaranya hasil audit Infrastruktur Jaringan dan Keamanan Informasi berdasarkan COBIT 5 pada tahun 2014, Hasil Pengukuran Signal dan Kualitas Link saat survey lapangan, Hasil Pengamatan Pemanfaatan Bandwidth Jaringan e-Government, dan Topologi jaringan saat ini.

Informasi tambahan dari project sponsor mereka sudah beberapa kali menggunakan tenaga ahli untuk mengurusi ini pada tahun 2008 dan 2012 dan belum mendapatkan hasil signifikan seperti yang diinginkan. Kendalanya ada pada komunikasi dan banyak risiko yang tidak tidak terduga tiba-tiba menjadi muncul saat pekerjaan dilakukan. Sehingga pekerjaan tercapai 100% namun output yang diharapkan

belum sesuai. Hal ini yang menjadi titik berat ari penelitian ini

di tulis

4.1.1.1 Hasil Audit Infrastruktur Jaringan dan Keamanan Informasi berdasarkan COBIT 5 pada tahun 2014

Hasil audit yang dilakukan pada tahun 2014 difokuskan pada dua IT Related Goal yakni Keamanan Jaringan dan Infrastruktur Jaringan. Dari Kedua IT Related Goal yang ada, terdapat 16 IT Processes yang akan di ukur seperti yang ditunjukkan pada tabel 4-1.

Gambar 4-2 menunjukkan persentase dan tingkat kapabilitas proses yang diukur. Saat ini terdapat 11 (sebelas) proses yang masih berada pada kapabilitas tingkat 0 (incomplete process), 4 (empat) proses pada kapabilitas tingkat 1 (performed process) dan 1 (satu) proses pada kapabilitas tingkat 2 (managed process).

Tabel 4-1. Item yang akan dinilai berdasarkan COBIT 5

Kode Proses Keterangan

EDM03 Memastikan optimasi terhadap risiko.

Memastikan besarnya risiko dan toleransi risiko yang dapat diterima organisasi dimengerti, diartikulasi serta dikomunikasikan dan dilakukan kegiatan identifikasi dan pengelolaan risiko yang berhubungan dengan nilai infrastruktur jaringan.

EDM04

Memastikan

pengoptimalan sumber daya.

Memastikan bahwa sumber daya (SDM, teknologi dan proses) terkait dengan infrastruktur jaringan memadai untuk mendukung tujuan organisasi dan berfokus pada penggunaan biaya secara optimal.

APO01 Manajemen kerangka manajemen TI

Menjaga tatakelola TI organisasi, mekanisme dan otoritas dalam mengelola informasi dan penggunaan TI dalam organisasi agar sejalan dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku.

APO03 Manajemen Enterprise Architecture

Membuat kerangka kerja umum (Renstra TI) yang mencakup proses bisnis, informasi, data, aplikasi dan arsitektur teknologi untuk mewujudkan strategi organisasi dan strategi TI.

APO04 Manajemen inovasi Menyadari dan menganalisis tren TI dengan tujuan untuk mengidentifikasi kesempatan dalam berinovasi dan membuat perencanaan untuk mendapatkan keuntungan dari inovasi tersebut.

APO07 Manajemen sumber daya manusia

Menyediakan pendekatan terstruktur untuk mendapatkan struktur, penempatan, hak dan

kemampuan yang optimal dari sumber daya manusia. Termasuk di dalamnya mengkomunikasikan peran dan tanggung jawab, rencana perkembangan karir dan ekspektasi kinerja.

APO12 Manajemen risiko Mengidentifikasi, menilai dan mengurangi risiko terkait dengan infrastruktur jaringan agar tetap di dalam batasan toleransi yang ditetapkan oleh pimpinan organisasi.

APO13 Manajemen keamanan. Mendefinisikan, mengoperasikan dan memantau sistem manajemen keamanan informasi.

BAI04 Manajemen ketersediaan dan kapasitas

Menyeimbangkan keadaan saat ini dengan kebutuhan di masa depan terkait dengan ketersediaan, kinerja dan kapasitas serta penggunaan biaya yang efektif. Termasuk penilaian dan kemampuan saat ini, perkiraan kebutuhan masa depan berdasarkan kebutuhan bisnis, analisis dampaknya bagi bisnis dan penilaian risiko serta tindakan implementasi untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi.

BAI06 Manajemen perubahan

Mengelola semua perubahan dengan terkendali, termasuk perubahan biasa dan darurat terkait dengan proses pelayanan, aplikasi dan infrastruktur. Termasuk standar prosedur, peniliaian dampak, pengaturan prioritas, perubahan darurat, pelacakan, pelaporan dan dokumentasi.

BAI09 Manajemen aset

Mengelola aset infrastruktur jaringan untuk memastikan dapat memberikan manfaat dengan biaya yang optimal, beroperasi dengan baik dan dilindungi secara fisik. Mengelola lisensi perangkat lunak untuk memastikan jumlah yang dimiliki sesuai kebutuhan dan digunakan dengan tepat.

BAI10 Manajemen konfigurasi

Mendefinisikan dan menjaga deskripsi dan hubungan antara sumber daya kunci dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan layanan TI, termasuk mengumpulkan informasi konfigurasi, menetapkan acuan dasar konfigurasi, memverifikasi dan mengaudit konfigurasi serta

memperbarui penyimpanan konfigurasi.

DSS01 Manajemen operasional. Mengkoordinasikan dan melaksanakan aktivitas dan prosedur operasional yang dibutuhkan untuk memberikan layanan TI, termasuk pelaksanaan SOP dan aktivitas pemantauan.

DSS03 Manajemen Permasalahan

Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah dan penyebabnya serta menyediakan pemecahan masalah untuk menghindari terulangnya kejadian yang sama

DSS05 Manajemen keamanan layanan

Melindungi informasi organisasi untuk menjaga tingkat risiko keamanan agar tetap bisa diterima sesuai dengan kebijakan keamanan. Menetapkan peran, hak dan melakukan pemantauan kemanan.

MEA01

Memantau,

mengevaluasi, menilai kinerja dan kesesuaian

(9)

Gambar 4-1. Grafik Pencapaian Tingkat Kapabilitas

Target tingkat kapabilitas untuk seluruh proses yang dievaluasi adalah 3,00. Target ini ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dengan tim teknis selaku penanggung jawab saaat penilaian berdasarkan kerangka COBIT 5 dilakukan.

Gambar 4-2 menunjukkan kesenjangan yang terjadi antara target tingkat kapabilitas proses yang diharapkan dengan tingkat kapabilitas proses saat ini.

Berdasarkan hasil observasi, dan hasil pengukuran COBIT, posisi e-government di Provinsi Gorontalo saat ini masih berada pada tahap pertama yakni tahap pengembangan. Penyelenggaran e-Government di Provinsi Gorontalo masih fokus pada pengembangan pelayanan informasi, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya aplikasi yang dikembangkan untuk kebutuhan pelayanan informasi untuk transparansi pembangunan, monitoring, dan pengendalian.

4.1.1.2 Hasil Pengukuran Signal dan Kualitas Link Radio antar SKPD di Provinsi Gorontalo

Review konfigurasi jaringan wireless dilakukan sebagai salah satu bentuk mengenali kendala atau masalah lambatnya akses internet yang dikeluhkan oleh seluruh SKPD. Guna menemukenali masalah yang dialami, dirancang sebuah metode survey yang telah didiskusikan dan menimbang masukan Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo dan juga tetap menjadikan dokumen Kerangka Acuan Kerja sebagai acuan, dipilihlah beberapa titik untuk dilakukan survey yakni BAPPEDA, DINKES, DIKPORA, PU, BPMPTSP, BPKB.

Klasifikasi besarnya SNR yang dihasilkan menunjukkan kualitas link yang ada saat ini. Tabel berikut ini akan menjelaskan angka yang diperoleh dari pengukuran besarnya SNR yang telah dilakukan sebelumnya:

0 0,5 1 1,5 2

0 1 1

0 1

0 0 0 0 0 1

0 0 0 0 2

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 EDM03

EDM04

APO01

APO03

APO04

APO07

APO12

APO13

BAI04 BAI06

BAI09 BAI10 DSS01

DSS03 DSS05

MEA01

Tingkat Kapabilitas saat ini

Target Kapasitas

(10)

Marion Renaldo Rotinsulu 10 NIM. 1606844795

Tabel 4-2. Konversi nilai Signal to Noise ratio

No Nilai SNR Keterangan

1 29,0 dbm ~ ke

atas Outstanding (bagus sekali) 2 20,0 dbm ~ 28,9

dbm

Excellent (bagus) pada nilai ini koneksi dalam keadaan stabil

3 11,0 dbm ~ 19,9 dbm

Good (baik) pada nilai ini koneksi tidak stabil namun transmisi data lancar

4 7,0 dbm ~ 10,9 dbm

Fair (cukup) Kondisi cuaca sangat mempengaruhi kualitas koneksi dan link radio 5 0 dbm ~ 6,9 dbm Bad (buruk) Sinyal dan koneksi jelek.

Jika dipetakan berdasarkan tabel di atas informasi SNR yang terdapat pada tabel 2-25 maka link milik BPKB dan BPMPTSP sangat baik atau kategori OUTSTANDING, kemuian link BAPPEDA dan DIKPORA berada pada kategori EXCELLENT, dan link milik PU dan DINKES berada pada kategori Good (Baik). Artinya semua link yang dilakukan survey kali ini berada pada level minimal yakni Baik, sehingga faktor cuaca tidak akan akan menjadi penyebab utama terjadinya gangguan konektivitas.

4.1.1.3 Hasil Pengamatan Pemanfaatan Bandwidth Jaringan e-Government

Akses terkait pengamatan Bandwidth internet yang digunakan dilakukan pengumpulan pada tanggal 25 Agustus 2014 sejak pukul 08.00 WITA – pukul 17.00 WITA. Saat itu data yang tersedia sejak tanggal 17-24 Agustus 2014, oleh karenanya pengamatan terkait pemanfaatan internet tetap dilakukan dengan cara mengamati pemakaian selama periode yang diberikan yakni sejak tanggal 18 Agustus 2014 hingga tanggal 24 Agustus 2014 selama 24 jam. Data ini diperoleh dengan melakukan pemetaan data yang kami amati dan ambil dari system proxy dan calamaris yang terdapat pada firewall.

Gambar 4-4. Grafik aktivitas transmisi data selama periode survey 18-24 Agustus 2014

Grafik di atas menunjukkan bahwa aktivitas penggunaan internet tidak pernah berhenti selama 7x24 jam. Periode tersibuk dari pemanfaatan internet setiap harinya terjadi pada selang waktu pukul 08.00-18.00 WITA. Pada periode waktu 18.01 – 24.00 WITA penggunaan internet masih tetap ramai namun tidak sebesar pada saat aktivitas kerja. Data ini merupakan peta terkait jumlah data yang dikonsumsi oleh jaringan e-government selama periode pengamatan dilakukan.

Pengaturan bandwidth management saat ini hampir pasti tidak ada, seluruh user tidak ada yang dibatasi dalam memanfaatkan bandwidth. Gambar berikut ini menujukkan keadaan pengaturan bandwidth saat ini yang tersimpan pada router.

4.1.1.4 Topologi Jaringan di Provinsi Gorontalo

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari pengelola jaringan e-Government Provinsi Gorontalo, topologi jaringan yang terbaru tidak dimiliki oleh Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo. Hal ini dikarenakan rusaknya harddisk notebook milik pengelola jaringan yang menyebabkan hilangnya data. Untuk itu paparan terkait review topologi jaringan dilakukan berdasarkan data topologi yang ditemukan dari salah satu materi bacaan yang diberikan oleh tim teknis dan ditambah

(11)

Marion Renaldo Rotinsulu 11 NIM. 1606844795 Jika dilihat dari topologi di atas, jenis topologi yang ada

hanyalah topologi High Level Design(HLD), atau gambaran besar dari infrastruktur yang dibangun. Hasil observasi dan analisa awal ini menunjukkan bahwa selama ini tidak pernah ada dokumen lebih detil atau Low Level Design(LLD). Seharusnya pembangunan sebuah jaringan harus memiliki rencana detail yang tergambarkan melalui low level design.

Dari topologi yang ada belum tergambarkan secara lebih terperinci bahwa ada sekat pemisah yang jelas antara akses internet dan akses intranet. Perlu dibedakan antara permasalahan lambatnya akses internet dengan akses intranet. Akses Intranet adalah akses menuju aplikasi-aplikasi internal yang digunakan khusus untuk lingkungan pemprov. Aplikasi tersebut diletakkan pada datacenter Pemprov Gorontalo dan diakses oleh SKPD-SKPD menggunakan jaringan wireless intranet. Sedangkan akses Internet adalah akses menuju internet seperti membuka situs2 internet, youtube, facebook, download file dan lainnya.

Seperti beberapa masalah yang disampaikan di bagian 2.5.1.2 kunjungan ke beberapa SKPD, ada banyak temuan yang tidak sesuai dari sisi jaringan yang telah ada, yakni

banyak keluhan akses yang lambat ketika melakukan akses internet. Jika problemnya adalah akses menuju aplikasi intranet, maka beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah Kondisi Signal to Noise Ratio (SNR) Wireless radio dari Pemprov ke SKPD. Variabel yang mempengaruhi seperti (1)Interference, (2) Arah antenna yang tidak pas, (3) Obstacle, yang menyebabkan tidak Line of Sight(LoS), dan (4) Jarak antara satu titik ke titik yang lain.

Selain itu, Interkoneksi antara perangkat server dengan switch dan router di data center. Misalkan penggunaan Gigabit Ethernet, tidak terjadi collision paket, atau kondisi patchcord kabel UTP yang digunakan, sumber daya server dimana aplikasi tersebut diletakkan. Semakin banyak aplikasi yang diletakkan dalam sebuah servermaka akan mempengaruhi performa.

Jika problemnya adalah akses menuju internet, maka beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah (1)Pengaturan bandwidth tiap-tiap user, (2) Bagaimana mekanisme pengaturan bandwidth tiap user saat ini, (3) Apakah tiap user layak mendapatkan bandwidth yang sudah dialokasikan, (4)Apakah ada sistem prioritas dalam penggunaan bandwidth

Tabel 4-3. Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur TIK Pemerintah Provinsi Gorontalo.

NO KATEGORI IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

1 Sumber Tenaga Listrik Perlu diadakannya generator set pada data center Penggantian UPS dengan UPS standar data center.

2 Pusat Data Center

Seluruh server yang saat ini tersebar perlu disatukan secara terpusat Perlu dilakukan studi khusus terkait pengembangan data center terpusat yang baru dengan melakukan komparasi antara pembangunan sendiri atau menggunakan sistem sewa ke pihak penyedia data center.

Perlu dilakukan audit yang lebih mendalam terkait pemanfaaatan seluruh fasilitas pemerintah, baik fasilitas hardware maupun software untuk kepentingan non-pemerintah (pribadi maupun perusahaan).

Data center harus mampu menjamin tingkat availibiltas minimal. Perlu dipasang Raised Floor.

3 Optimalisasi Penggunaan Bandwidth

Perlu dilakukan studi khusus terkait optimasi penggunaan bandwidth yang telah tersedia saat ini.

Dilakukan implementasi hasil studi untuk mengoptimalkan penggunaan bandwidth dengan melakukan rekonfigurasi jaringan secara menyeluruh Penambahan bandwidth internet saat ini belum diperlukan, Bandwidth 40 Mbps dirasa dan dinilai sudah cukup.

4 Optimalisasi Routing

Perlu dilakukan studi khusus terkait optimasi routing dan backbone yang telah dibangun saat ini.

Penambahan atau perubahan konfigurasi routing dan backbone dilakukan setelah studi optimasi selesai dilakukan.

5 Network Operation Center

Perlu dibangun ruangan khusus network operation center.

Pembangunan network operation center berlokasi di dekat data center untuk memudahkan monitoring.

Monitoring pada NOC perlu dilakukan selama 7x24 Jam

6 Keamanan

Peningkatan pengamanan data center harus berdasarkan ISO27001.

Aplikasi yang terpublikasi secara luas di internet perlu dilakukan pengamanan dengan penerapan SSL.

Pemasangan CCTV

Pemasangan 2 Factor Authentication

Pemasangan Fire Alarm dan Fire Protection Suspension khusus untuk Datacenter. 7 Pengatur Suhu Ruangan Perlu diadakan AC Presisi yakni AC khusus pengatur ruangan data center

Pengadaan Pengukur Suhu dan Kelembaban 8 Daftar Asset

Perlu dibuat sistem atau aplikasi untuk registrasi asset perangkat yang lebih terperinci dan detil serta dapat diupdate sehingga dapat ditrace keberadaan perangkat ketika dipertukarkan atau ada yang ditemukan dalam keadaan rusak 9 Topologi Perlu dibuat topologi jaringan secara menyeluruh dan detil sampai dengan

konfigurasi IP perangkat.

10 Pengembangan Media Transmisi

Pengembangan media transmisi akan dilakukan setalah optimalisasi penggunaan bandwidth dan routing telah dilakukan pada proses nomor 3 dan 4.

Perlu dilakukan studi antara pengembangan transmisi yang menggunakan fiber optic apakah akan dikelola secara sendiri atau melakukan sewa dengan pihak ketiga.

Pengembangan fiber optic dilakukan setelah studi dan optimasi telah dilakukan dan dibuktikan bahwa permasalahannya ada media transmisi

11 Pemeliharaan

Dilakukan pemeliharaan berkala terhadap seluruh perangkat yang berada di dalam

data center

(12)

Marion Renaldo Rotinsulu 12 NIM. 1606844795 oleh user ketika mengunjungi website tertentu, (5) Apakah ada

sistem hirarki dimana seorang user dapat menggunakan bandwith secara maksimal ketika kondisi bandwidth idle.

Di dalam topologi yang ada terdapat sebuah mesin yang difungsikan sebagai proxy server. Hal-hal yang perlu diverifikasi lebih lanjut diantaranya (1) Apakah Proxy Server sudah dikonfigurasi secara optimal sebagai caching server. Dengan mengoptimalkan fungsi cache pada Proxy maka akses internet akan terasa lebih cepat karena sebagian konten akan disimpan dalam proxy server. (2) Apakah setiap user ketika ingin akses internet sudah dilewatkan ke proxy server. (3) Apakah spesifikasi hardware yang digunakan untuk proxy server layak untuk melayani jumlah user di lingkungan pemprov. Seperti Processor, RAM dan Harddisk.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam jaringan ini adalah malicious software (malware). Virus bekerja dengan cara mengirimkan paket flood yang datang dari sisi client yang dapat mempengaruhi performa jaringan. Perlu dipastikan seluruh client yang terkoneksi dengan SKPD tidak terdapat virus sehingga habisnya bandwidth karena menjadi habitat virus dapat diminimalkan.

Di dalam infrastruktur yang telah dibangun terdapat Email server, berdasarkan informasi yang didapatkan telah ada antispam yang merupakan fitur bawaan dari mail server yang

digunakan. Banyaknya SPAM dari dan menuju mail server Pemprov Gorontalo yang dapat memenuhi bandwidth internet.

Faktor terakhir yang mungkin menyebabkan habisnya bandwidth internet seperti yang dikeluhkan selama ini adalah adanya serangan dari luar. Perlu dilihat apakah ada sistem yang dapat mendeteksi serangan dari luar(internet) yang dapat memenuhi bandwidth internet.

4.1.2 Kondisi yang ingin dicapai

Permasalahan yang berhasil diidentifikasi dari hasil wawancara, observasi, dan audit terkait keadaan infrastruktur saat ini sebagai berikut:

Sering terjadinya pemadaman listrik secara bergilir dan tanpa pemberitahuan menyebabkan banyaknya perangkat pada datacenter DISHUBPARKOMINFO mengalami kerusakan, salah satu kerusakan yang pernah terjadi pada tahun 2014 yakni rusaknya harddisk pada perangkat firewall (PNSBox) yang menyebabkan matinya seluruh jaringan internet menuju internet. Penyediaan sumber tenaga listrik cadangan sebagai alternatif sumber tegangan saat ini perlu disediakan. Stabil

tidaknya layanan e-government yang diberikan salah satunya ditentukan oleh ketersediaan sumber daya cadangan. Keberadaan sebuah data center bergantung sepenuhnya pada tenaga listrik. UPS yang saat ini disediakan adalah UPS yang bukan secara khusus disediakan untuk keperluan data center.

Saat ini pusat data tidak terkumpul pada sebuah ruangan yang sama, Pusat data saat ini tersebar dan berada di masing-masing SKPD bergantung pada siapa yang meiliki data, sebagai contoh, data keuangan pusat datanya ada di BKD, data LPSE pusat datanya ada di P2E, Website Provinsi berada di data center milik KOMINFO.

Keberadaan pusat data yang tersebar seperti ini menyebabkan sulitnya pemberian jaminan layanan yang prima, alokasi bandwidth yang tidak optimal, dan jarak yang harus ditempuh untuk sebuah data yang akan diakses.

Sebuah pusat data harus mampu memberikan jaminan dari sebuah layanan. Merujuk pada tabel 2-23 mengenai tier pada data center menurut TIA-942, standar minimal tingkat kehandalan sebuah sistem dalam data center adalah 99,761% atau mengalami gangguan perangkat tidak dapat diakses sama sekali atau mati dalam setahunnya hanya 28,8 jam.

Saat observasi dilakukan, situs LPSE yang memiliki ruang server sendiri mengalami gangguan selama 12 hari atau 288

jam atau kehandalannya hanya 96,71%. Masalah-masalah seperti ini seharusnya tidak menjadi tanggungjawab utama dari biro P2E karena secara fungsi, tanggungjawab jaringan e-government dari Provinsi Gorontalo adalah milik DISHUBPARKOMINFO sebagaimana dijabarkan dalam PERGUB No. 25 tahun 2014.

Alokasi bandwidth akan menjadi tidak optimal karena adanya keharusnya mengalokasikan bandwidth secara dedicated terhadap server-server tertentu. Hal ini menyebabkan bandwidth internet yang 40Mbps terasa tidak optimal. Implikasi nyata dari hal ini adalah lambatnya akses ketika melakukan browsing terhadap internet. Bandwidth 40 Mbps untuk sebuah organisasi yang terdiri dari 5000 user sudah dapat dikategorikan cukup.

Kerugian lain yang diakibatkan dari tidak tersentralsasinya pusat data adalah beban atau jarak rute yang harus ditempuh dari data yang akan diakses. Salah satu dampak nyata yang dirasakan adalah lambatnya akses terhadap aplikasi. Rute tempuh data di dalam ilmu networking disebut dengan istilah hop. Normalnya sebuah aplikasi yang berada di dalam sebuah

Tabel 4-4. Tabel identifikasi awal Project Sponsor dan Project Team

Nama Peran Posisi Contact Info

MJN Sponsor/Pengguna Anggaran Kepala Dinas HUBPARKOMINFO Alfarul01@gmail.com AKAR Sponsor/Kuasa Pengguna Anggaran Kepala Bidang KOMINFO Mecca.226@gmail.com

RAP Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Kasie. Infrastruktur Jaringan e-Government njumhe@gmail.com

MRR Project Manager Perusahaan Pelaksana marionrotinsulu@gmail.com

RAL Ass. Project Manager Perusahaan Pelaksana rizkaliputo@gmail.com MNNI Ahli Jaringan Komputer Perusahaan Pelaksana Nanda.ftui@gmail.com RPH Ahli Data Center Perusahaan Pelaksana ripan@gmail.com

IAW Ahli Kelistrikan Perusahaan Pelaksana nyoman@gmail.com FBK Network Engineer Perusahaan Pelaksana Bos_fer@gmail.com

(13)

Marion Renaldo Rotinsulu 13 NIM. 1606844795 network organisasi diakses hanya dengan 3 hop. Besarnya

waktu tempuh dari client ke server dalam setiap hop dalam sebuah organisasi tidak lebih dari 10ms. Waktu tempuh untuk menuju ke server lebih dari 10ms (150-200 ms). Hal ini mengindikasikan adanya kesalahan dalam konfigurasi yang telah dibangun.

Menyatukan data center ke dalam sebuah pusat data, perlu ditunjang dengan infrastruktur yang lebih baik. Infrastruktur yang sudah ada saat ini dapat dikategorikan dalam data center darurat. Karena ditinjau dari pengamanan ruangan & data, struktur kabel, sistem pendingin tidak sesuai dengan standar TIA-942.

Ruangan command center atau lebih dikenal dengan sebutan network operation center tidak ditemukan di dalam observasi yang dilakukan. Ruangan ini memegang peranan penting dalam memastikan jalannya infrastruktur jaringan e-government yang telah ada. Tugas dari petugas yang berada di dalam ruangan ini adalah memastikan sistem berjalan tanpa gangguan selama 24 jam dan 7 hari full. Tidak ditemukannya ruangan dan petugas khusus di dalam struktur organisasi maupun implementasi dilapangan menunjukkan perlu dilakukan program ini.

Masalah terkait keamanan informasi belum menjadi prioritas dari pengelolaan e-government. hal ini tergambar dari hasil audit COBIT EDM03 & APO13, dan hasil wawancara dengan staf yang bertugas dalam mengelola seluruh jaringan e-government Provinsi Gorontalo. Kepatuhan terhadap keamanan informasi saat ini dikesampingkan karena beban kerja saat ini cukup berat mengingat tanggungjawab jaringan dan infrastruktur hanya dikelola oleh seorang staf.

Daftar asset dan manajemen asset yang dimiliki saat ini tidak memiliki data yang cukup jelas. Kepemilikan data seharusnya memiliki registrasi sampai dengan serial number

dan part number perangkat yang terpasang disetiap SKPD.

Ketidaktersediaan peta pengembangan terbaru hingga tahun 2014 terhadap jaringan yang menghubungkan antar SKPD, topologi jaringan di dalam data center dan topologi jaringan internal di setiap SKPD mempersulit pengelolaan yang optimal dari jaringan e-government yang ada. Seharusnya setiap kali terjadi perubahan konfigurasi dilakukan update topologi secara rutin setiap pekerjaan selesai dilakukan. Berdasarkan hasil audit dari COBIT bagian APO01 menunjukkan tidak adanya manajemen operasional dari jaringan e-government yang ada atau berjalan tanpa ada arah yang jelas. Pengembangan jaringan yang dilakukan selama ini yang ditandai dengan adanya pembelian barang atau pengadaan setiap tahunnya tidak diiringi dengan adanya roadmap atau peta yang dituju. Sehingga dapat disebutkan bahwa pengembangan infrastruktur jaringan e-government yang dilakukan selama ini adalah pembangunan tanpa arah dan terstruktur.

Kesulitan lain yang didapatkan yakni pengukuran kebutuhan data yang ditransmisikan dari setiap SKPD ke pusat data untuk aplikasi internal dan ke internet untuk akses ke aplikasi eksternal sulit untuk dilakukan pengukuran. Ketidaktersediaan laporan menyulitkan dalam melakukan estimasi dan kalkulasi secara tepat apakah perlu dilakukan peningkatan infrastruktur seperti penggantian media transmisi yang saat ini SKPD ke pusat data center dihubungkan dengan RADIO WIRELESS diganti dengan penarikan kabel fiber optic.

4.2Project Initiation Phase

Berdasarkan kerangka manajemen proyek pada PMBOK, ada dua hal utama yang harus diselesaikan dalam tahapan ini yaitu Project Charter dan Mengidentifikasi Stakeholder.

Tabel 4-5. Draft Communication Management Plan

Konten Frekuensi Audiens Metode Author

Kick off Meeting

 Rencana Kerja mengacu pada dokumen Perencanaan yang telah dibuat  Penjelasan poin-poin yang terdapat dalam project charter

 Penjelasan terkait anggota tim kepada project sponsor  Penjabaran aktivitas pekerjaan yang akan dibuat

Pertemuan

 Isu dan Permasalahan yang dihadapi  Rencana pekerjaan selanjutnya

Biweekly Project  Status of Schedule  Status of Budget  Status of Scope

 Accomplishment Achieved  Concerns/Issues

 Next Steps

Weekly Project Team

Email dan

 Project Problem and Issues  Project Checklist

Daily Project Team

Group  Seraht erima Proyek

(14)

Marion Renaldo Rotinsulu 14 NIM. 1606844795 4.2.1 Project Charter (Piagam Proyek)

Ada beberapa bagian umum yang harus terdapat dalam project charter seperti nama proyek, tanggal mulai proyek, tanggal selesai proyek, Informasi anggaran, manajer proyek, sasaran proyek, pendekatan pelaksanaan proyek, pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek.

4.2.1.1 Nama Proyek

Sebagaimana informasi di awal dan yang menjadi judul dari jurnal ini, yaitu: Network dan Security Enhancement Jaringan e-Government Pemerintah Provinsi Gorontalo.

4.2.1.2 Tanggal Mulai Proyek

Tanggal dimulainya pekerjaan ini pada hari Senin, 4 April 2016.

4.2.1.3 Tanggal Selesai Proyek

Tanggal berakhirnya pekerjaan ini selambat-lambatnya pada hari Sabtu, 3 September 2016.

4.2.1.4 Informasi Anggaran

Anggaran yang disediakan untuk pekerjaan ini sebesar Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah), yang dibayarkan sekaligus dan bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2016.

4.2.1.5 Manajer Proyek

Yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan ini adalah Marion Renaldo Rotinsulu.

4.2.1.6 Sasaran Proyek

Terdapat beberapa tujuan dari dilaksanakannya pekerjaan ini sesuai dengan identifikasi kebutuhan yang telah dijabarkan dan keinginan dari sponsor proyek:

a) Rekonfigurasi dan Optimalisasi penggunaan Intranet b) Penerapan user access policy untuk pemanfaatan

bandwidth internet

c) Penataan kembali IP Address yang digunakan d) Penataaan kembali jaringan nirkabel

e) Migrasi Data Center dari Ruang Server di Kantor Gubernur ke Data center milik Pemerintah Provinsi Gorontalo yang telah dibangun.

4.2.1.7 Pendekatan Pelaksanaan Proyek

Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini yaitu lebih memanfaatkan ketersediaan perangkat yang telah diadakan selama ini dan penataan kembali jaringan sesuai dengan best practice jaringan pada area campus network yang memanfaatkan jaringan radio wireless sebagai backbone utama.

4.2.1.8 Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Proyek

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pekerjaan ini sebagaimana dijabarkan dalam proyek ini sebagai berikut:

4.2.2 Identifikasi Stakeholder

Implikasi secara langsung dari pembenahan layanan ini adalah para ASN dan Pegawai Honor yang bekerja dan berada dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo secara

keseluruhan. Kegiatan ini semata-mata untuk peningkatan akan akses terhadap jaringan dan kebutuhan pelaksanaan pemerintahan secara internal.

4.3Project Planning Phase

4.3.1 Project Scope Management

Sasaran yang telah tertera di dalam project charter adalah scope pekerjaan yang harus diselesaikan pada saat proyek berlangsung. Adapun scope pekerjaan menurut project charter yang ada sebagai berikut:

a) Rekonfigurasi dan Optimalisasi penggunaan Intranet b) Penerapan user access policy untuk pemanfaatan

bandwidth internet

c) Penataan kembali IP Address yang digunakan d) Penataaan kembali jaringan nirkabel

e) Migrasi Data Center dari Ruang Server di Kantor Gubernur ke Data center milik Pemerintah Provinsi Gorontalo yang telah dibangun.

Dari scope pekerjaan yang ada, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a) Dengan dilakukannya konfigurasi, semua akses ke aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan kebutuhan internal pemerintah Provinsi Gorontalo tidak berketergantungan dengan koneksi internet melainkan bisa diakses menggunakan intranet. Akibatnya pemanfaatan bandwidth internet bisa dimaksimalkan untuk aktivitas lainnya.

b) PEnerapan user access policy akan memberikan sebuah pemerataan akses internet, karena setiap individu akan mendapatkan kecepatan yang sama pada saat sibuk, sehingga keluhan lambatnya kecepatan internet disetiap instansi berkurang.

c) Pemusatan Pusat Data ke dalam Data Center dibutuhkan untuk mengurangi pembiayaan kelistrikan yang ada saat ini guna memaksimalkan anggaran yang ada untuk kebutuhan lainnya yang menjadi prioritas pembanguna di daerah

Untuk mencapai hasil yang diharapkan di atas, maka rencana pengelolaan scope management yang ada yaitu dengan:

a) Memilih tenaga ahli atau perusahaan pelaksana yang memenuhi standar kriteria tenaga ahli

b) Produk yang akan digunakan merupakan hasil assessment pihak ketiga sehingga kualitas dan keputusan pemilihannya merupakan hasil objective. c) Konsolidasi melalui diskusi dan focus group

discussion dengan pengelola ruang server yang sudah ada dan data center yang terdistribusi perlu dilakukan secara rutin guna mendapatkan kata sepakat bersama. Hal ini untuk mengurangi ego sectoral yang ada.

4.3.2 Project Communication Management

(15)

Komunikasi yang dilakukan terhadap stakeholder, project sponsor, supplier, serta terhadap pihak-pihak terkait lainnya dikelompokkan sebagai komunikasi dengan Pihak Eksternal. Komunikasi dengan pihak internal adalah komunikasi yang dilakukan dengan anggota tim pelaksanaan proyek.

Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi secara formal, informal, tertulis dan tidak tertulis, serta komunikasi secara vertikal dan horizontal. Pada komunikasi formal, komunikasi yang dilakukan melalui rapat dan pelaporan, sedangkan komunikasi informal yang dilakukan adalah dengan memo, media telekomunikasi elektronik seperti handphone dan email (surat elektronik). Komunikasi tertulis yang dilakukan berupa memo atau surat pemberitahuan, sedangkan komunikasi tidak tertulis dengan cara melakukan tatap muka langsung kepada pihak terkait baik secara terencana (toolbox meeting setiap hari) maupun yang tidak terencana (kondisional). Tabel di bawah ini menggambarkan rencana komunikasi yang akan dilakukan.

4.3.3 Project Risk Management

4.3.3.1 Basic Risk Information

Di bawah ini merupakan data awal terkait resiko yang akan menjadi kendala dalam pelaksanaan pekerjaan

Tabel 4-6. Basic Risk Information

RISK

NUMBER RISK DESCIPTION RESONSIBLE

R1

pengadaan dan pada saat implementasi

Pemerintah

R3

Keterlambatan

pengiriman barang dari gudang principal di luar negeri Mekanikal & Elektrikal

DC-Baru belum

sepenuhnya tersedia dan berfungsi

Pemerintah

RISK

NUMBER RISK DESCIPTION RESONSIBLE

R8 digunakan dari kabel Fiber Optik dan UTP Catagory-6 (Cat-6) dan atau Category-5E tidak

sesuai dengan Baru blm dapat diakses

Kontraktor, Pemerintah

R11

User belum dapat melakukan akses ke aplikasi melalui DC-Baru

Pemerintah

4.3.3.2 Risk Assessment Information

Berdasarkan risk information yang telah dibuat pada sub bab sebelumnya, berikut merupakan risk assessment yang telah dibuat.

Tabel 4-7. Risk Assessment Information

RISK NUMBER

IMPACT

DESCRIPTION Probability Impact

(16)

Marion Renaldo Rotinsulu 16 NIM. 1606844795 RISK

NUMBER

IMPACT

DESCRIPTION Probability Impact

R5

4.3.4 Project Plan Stakekholder Management

Bagian ini akan menjelaskan bagaimana cara melakukan komunikasi dengan stakeholder utamanya piha-pihak yang menjadi sponsor utama dalam proyek ini. Dikarenakan stakeholder dari proyek ini adalah ASN dan Pegawai Honor di lingkungan pemerintah Provinsi Gorontalo, maka strategi untuk berkomunikasi dengan mereka adalah melakukan sosialisasi dan tanya jawab disetiap instansi. Hal ini akan difasilitasi dengan sistem survey, sosialisasi satu arah melalui leaflet dan media komunikasi digital seperti videotron. Diakhir dari pekerjaan akan diadakan survey kepuasan stakeholder untuk memastikan bahwa pekerjaan ini dapat dirasakan oleh seluruh kalangan.

Komunikasi dengan project sponsor khususnya Kepala Dinas dan Kepala Bidang lebih cenderung untuk tatap muka langsung. Apabila sedang tidak berada ditempat akan diupdate setiap minggunya melaui telepon maupun email terkait progress.

5 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dibuat pada tahap inisiasi dan perencanaan dalam paper ini, faktor penting yang harus dan selalu diperhatikan untuk kelancaran pekerjaan dalam proyek pemerintah adalah komunikasi dan memastikan resiko yang telah ada harus selalu diantisipasi. Komunikasi yang tidak teratur secara internal dan eksternal serta resiko yang tidak dimaintain akan banyak membuat proyek menjadi terhambat. Ada banyak faktor lainnya yang belum dimuat dalam tulisan ini seperti bagaimana cara mengontrol resiko, memaintain komunikasi, serta mengontrol biaya yang timbul.

6 DAFTARPUSTAKA

[1] Direktorat e-Government, DITJEN APTIKA, KEMKOMINFO, 2015, “Pegi Tingkat Provinsi Tahun 2015”,

http://pegi.layanan.go.id/download/tabel_pegi_2015/2015_PRO VINSI.PNG (diakses pada tanggal 1 Desember 2016 pukul 20.00 WIB).

[2] KOMINFO, DISHUBPARKOMINFO PROV. GORONTALO, 2014, “Masterplan e-Government Tahun 2014-2019 Provinsi Gorontalo tahun 2014-2019”, PT. Geomatik Konsultan, Gorontalo.

[3] KOMINFO, DISHUBPARKOMINFO PROV. GORONTALO, 2015, “DED (Data Centre, Integrasi Aplikasi dan Sistem serta Ekspansi Layanan e-Government) Provinsi Gorontalo”, PT. Geomatik Konsultan, Gorontalo.

[4] Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo, 2016, “Penyelenggaraan Pemerintahan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”,

http://jdih.gorontaloprov.go.id/peraturan/PERDA%20NOMOR %203%20TAHUN%202016.pdf (diakses pada tanggal 4 Desember 2016 pukul 20.00 WIB).

[5] Project Management Institute (PMI), “A Guide to Project Management Body of Knowledge (PMBOK) Fifth Edition”, Project Management Institute, Pennsylvania, 2013.

[6] S. M. Nadaf, H. K. Rath, and A Simha, “A Novel Approach for an Enterprise Network Transformation and Optimization”, India Conference (INDICON) 2012 Annual IEEE, pp 317-322, Dec. 2012.

[7] L. Popa, S. Ratnasamy, et al., “A Cost Comparison of Data Center Network Architectures”, CoNEXT 2010, pp.1-12, Oct. 2010.

(17)

Knowledge (PMBOK): Studi Kasus Migrasi Data Center PT. XYZ”, FASILKOM Universitas Indonesia, 2013.

[9] J. Allspaw, “The Art of Capacity Planning”, O’Reilly, Sept. 2008

[10] J. Wang, Z. Kissel, “Introduction to Network Security Theory and Practice”, Wiley, 2015.

Gambar

Gambar 2-1. Project Management Process Groups Gambar 2-1 menunjukkan keterkaitan kelima process
Tabel 4-1. Item yang akan dinilai berdasarkan COBIT 5
Gambar 4-2. GAP Tingkat Kapabilitas Proses Saat ini dan Target yang akan dicapai.Klasifikasi besarnya SNR yang dihasilkan menunjukkan
Gambar 4-4. Grafik aktivitas transmisi data selama periode survey 18-24 Agustus 2014 Grafik di atas menunjukkan bahwa aktivitas penggunaan
+5

Referensi

Dokumen terkait

1.Apakah instansi yang bersangkutan mempunyai aplikasi yang berkaitan dengan fungsi administrasi dan manajemen umum untuk keperluan internal. 2.Berapa macam aplikasi fungsi

Untuk pembangunan kapal baru nilai payload jika sistem air tawar diberi penambahan sistem RO lebih besar dari pada sistem air tawar secara konvensional. Selisih

Jika hasil perhitungan nilai arus harmonisa setelah pemasangan filter sesuai dengan standar pada tabel 2.3 maka masuk ke tahap selanjutnya yaitu menghitung nilai harmonisa

Akan tetapi meskipun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi dalam peningkatan kesehatan kerja, baik di negara maju maupun berkembang kita dapat sama-sama melihat bahwa

a. Siswa yang telah mencapai ketuntasan, yakni telah mendapat nilai minimal 60 sebanyak 12 orang atau 70,6 %. Siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 5 orang atau 29,4%.

Dari hasil penelitian pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap Ibu PKK RW IX Kelurahan Tangkeran Timur tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

batan yang sangat serius terutama berpandangan bahwa riset strategis tidak selalu dapat atau boleh dikaitkan begitu saja dengan aspek pendidikan dan pengajaran, Buffler et

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan (subyek pajak) yang menurut ketentuan peraturan undang-undang perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban