• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASEAN Economic Community (AEC) atau yang kita kenal dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASEAN Economic Community (AEC) atau yang kita kenal dengan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

ASEAN Economic Community (AEC) atau yang kita kenal dengan

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kini sudah mulai diberlakukan sejak 31 Desember 2015. MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang diikuti oleh Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya, dimana adanya pasar bebas barang, jassa, investasi, dan tenaga kerja. Dengan asumsi, pasar bebas akan mendorong setiap negara ASEAN melakukan efisiensi yang optimal dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat Ekonomi ASEAN juga diharapkan menjadi tulang punggung perekonomianyang mampu bersaing dengan China dan India.

Pada Desember 1997 dilaksanakan KTT di Kuala Lumpur, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020). Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020.Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang

(2)

kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada desember tahun 2015, dimana AEC memiliki lima (5) pilar utama, yakni:

1. Aliran bebas barang (free flow of goods). 2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice).

3. Aliran bebas investasi (free flof of investment).

4. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour). 5. Aliran bebas modal (free flow of capital).

2.2 Kesiapan Indonesia dalam Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Indonesia punya potensi menjadi regional champion dalam MEA. Dalam menghadapi ASEAN Economic Community, pemerintah Indonesia mau tidak mau harus melakukan langkah-langkah strategis agar tidak menjadi negara pemasaran bagi produk-produk luar negeri sedangkan untuk investasi, negara lain lebih memilih untuk investasi di negara yang pelaksanaan usahanya sudah meningkat diantaranya Thailand, Malaysia, Vietnam dan Brunei Darussalam. Untuk itu langkah strategis yang dapat dilakukan, di antaranya:

1. Sosialisasi Besar-Besaran

Upaya sosialisasi hajat besar MEA ini belum merata. Hanya terbatas kalangan tertentu. Bisa dibilang, kalangan menengah ke atas.

(3)

Sedangkan, masyarakat awam ke bawah tidak begitu mengenalnya. Jangankan bersiap, mengenal pun tidak. Berbeda dengan masyarakat Thailand, Malaysia dan Singapura yang mana 80% masyarakatnya telah siap menghadapi MEA.

2. Perbaikan Infrastruktur

Infrastruktur berupa sarana dan prasarana seperti logistik, listrik, telekomunikasi, revitalisasi transportasi, jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, bandara, dan lain-lain. Kita mengetahui bahwa kesemua faktor ini sangat mempengaruhi proses produksi dan distribusi.

3. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

UMKM merupakan sektor ekonomi nasional yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan ini dapat menciptakan iklim usaha dan mengurangi ekonomi biaya tinggi. Pemberdayaan UMKM sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing ekonomi.

4. Penyediaan Modal

Pemodalan ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha. Oleh karenanya, dibutuhkan lembaga pemodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala. Terutama pelaku UMKM yang seringkali kesulitan dalam penambahan modal. 5. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan hal yang paling krusial dalam menghadapi MEA. SDM yang berkualitas akan mampu bersaing dan kuat menghadapi

(4)

tantangan. Cekatan serta inovatif dalam mengambil ide, langkah, dan tindakan. Peningkatan kualitas SDM misalnya dengan pelatihan bahasa.

2.3 Kondisi UMKM Indonesia dalam Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Di Indonesia, UMKM memiliki kontribusi PDB 59,08 % sebesar 4.869,5 triliun/ tahun dan menyerap tenaga kerja 97,16 % atau sebanyak 107.657.509 jiwa. UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha berskala kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Sehingga UMKM memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Diakui secara luas bahwa UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha besar, terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat berpendapatan rendah (Tambunan: 2012).

Disamping itu UMKM juga memiliki ketahanan yang cukup kuat terhadap krisis ekonomi, sebagaimana pada saat terjadinya krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997- 1998an, dimana kondisi waktu itu usaha kecil, mikro, dan menengah terbukti lebih kebal daripada perusahaan besar yang justru banyak mengalami kebangkrutan. Disinilah UMKM dapat menunjukkan peranan pentingnya dengan menjaga keeksistensiannya.

(5)

Sesuai dengan pilar utama MEA, akan tercipta pasar tunggal di wilayah ASEAN. Pasar tunggal ini akan munculkan aliran perdagangan barang, jasa, modal dan investasi secara bebas. Indonesia sebagai anggota ASEAN yang mempunyai jumlah penduduk paling banyak ini akan sangat berpotensi menjadi pasar yang kuat untuk perdagangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh Negara-negara di ASEAN. Sama halnya dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN, hal tersebut juga akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM di Indonesia. Dalam hal ini peningkatan daya saing UMKM menjadi faktor kunci agar mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari implementasi MEA 2015.

2.3.1 Defenisi dan Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah 2.3.1.1 Defenisi UMKM

UMKM diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil dan Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dukuasai, atau menjadi bagian baik

(6)

langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana yang dimaksud dalam UU.

Menurut UU tersebut, yang disebut dengan Usaha Mikro adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih kurang dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta); dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan kurang dari Rp300.000.000,00. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kunatitas tenaga kerja. Usaha mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang, usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5

(7)

s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

2.3.1.2Karakteristik UMKM Adapun yang

membedakan UMKM dengan usaha lainnya dikarenakan memiliki karakteristik (Tambunan 2012:2), yakni:

1. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi usaha besar) yang tersebar diseluruh kota, pedesaan, juga daerah-daerah yang terisolasi. Oleh karena itu, kelompok usaha ini mempunyai signifikansi “lokal” yang khusus untuk daerah pedesaan.

2. Sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang saangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan- kebijakan nasional utuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutma bagi masyarakat miskin.

3. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama usaha mikro berlokasi dipedesaan, kegiatan- kegiatan produksi dari kelompok usaha ini juga pada umumnya berbasis pertanian.

4. UMKM memakai teknologi- teknologi yang lebih “cocok” (jika dibandingkan dengan teknologi- teknologi canggih usaha besar) terhadap proporsi- proporsi dari faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang.

(8)

5. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada tahun 1997/98.

6. UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan atau investasi diperdesaan; sementara, pada waktu yang sama, kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat pengujian dan peningktan

7. Terbukti bahwa pada umumnya pengusaha-pengusaha UMKM membiayai sebagian besar dari operasi-operasi bisnis mereka dengan tabungan pribadi, ditambah dengan bantuan atau pinjaman dari saudara atau kerabat, atau dari pemberi kredit informal, pedagang atau pengumpul, pemasok bahan baku, dan pembayaran dimukadari konsumen- konsumen. Oleh karena itu, kelompok usaha ini dapat memainkan suatu peran penting lainnya, yaitu sebagai suatu alat untuk mengalokasikan tabungan- tabungan, yang kalo tidak akan dipergunakan untuk maksud yang tidak produktif.

8. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk masyarakat kelas menengah dan atas, terbukti secara umum bahwa pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang- barang konsumsi sederhana dengan harga relatif murah.

9. Sebagai bagian dari dinamikanya, banyak juga UMKM yang mampu meningkatkan produktivitasnya lewat investasi dan perubahan

(9)

teknologi; walaupun negara berbeda mugnkin punyanpengalaman berbeda dalam hal ini, tergantung pada banyak faktor.

10. Seperti sering dikatakan didalam literatur, satu keunggulan dari UMKM adalah tingkat fleksibiltasnya yang tinggi, relatif terhadap pesaingnya (usaha besar).

2.3.2 Masalah pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Adapun masalah yang sering dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Hubeis 2009:4), antara lain:

1. Kesulitan Pemasaran

Salah satu aspek yang berkaitan dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UMKM adalah tekanan- tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk- produk serupa buatan usaha lain, maupun produk impor dan di pasar ekspor.

2. Keterbatasan Finansial

UMKM menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial, yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja investasi, serta finansial jangka panjang akibat skala ekonomi yang kecil. Modal yang dimiliki oleh pengusaha kecil sering kali tidak mencukupi untuk kegiatan produksi, terutama untuk investasi (perluasan kapasitas produksi), walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal sendiri atau sumber informal lain.

(10)

3. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM merupakan salah satu kendala serius bagi banyak UMKM, terutama dalam aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, perancangan teknik, pengendalian dan pengawasan mutu, organisasi bisnis, akuntansi, pengolahan data, penelitian, dan teknik pemasaran. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk, meningkatkan efisiensi dan produkstivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru.

4. Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku dan masukan lainnya sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan dan kelangsungan produksi bagi banyak UMKM.

5. Keterbatasan Teknologi

UMKM masih menggunakan teknologi dalam bentuk mesin- mesin tua (manual). Keterbelakangan teknologi ini tidak hnya menyebabkan rendahnya total produktivitas dan efisiensi didalam proses produksi, tetapi juga rendahnya mutu produk yang dibuat.

6. Manager Skill

Kekurang mampuan pengusaha UMKM untuk menentukan pola manajemenyang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usahanya, sehingga pengelolaanusaha menjadi terbatas.

(11)

7. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antar pengusaha dengan tingkatkan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar.istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa meskipun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang setara dan dapat membantu perkembangan UMKM. 2.4 Kesiapan UMKM Kota Medan dalam Implementasi Masyarakat

Ekonomi ASEAN

Bermula dari persiapan UMKM Indonesia, pada tingkat daerah khususnya kota Medan, kita dapat melihat bahwa secara umum pertumbuhan perekonomian kota Medan tidak terlepas dari kontribusi UMKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM-nya yang cukup banyak, dengan jumlah lebih kurang 242.890 UMKM yang terdiri dari jenis usaha perdagangan jasa, industri kerajinan dan aneka usaha lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, proporsi jumlah pengusaha mikro, kecil dan menengah mencapai 99,8 % dari total usaha ekonomi yang ada di kota Medan. Artinya, jumlah UMKM mencapai hampir 500 kali lipat dari jumlah usaha besar. Meski demikian, kontribusi UMKM ke kota Medan diperkirakan baru mencapai 39,8 % sedangkan usaha besar mencapai 60,2 %. Hal ini menunjukkan kuatnya sektor usaha besar dan masih terbatasnya sektor UMKM (BPS Sumatera Utara, 2014).

Adapun keunggulan UMKM di kota Medan daripada usaha besar yang ada di Medan, antara lain: 1) Inovasi teknologi mudah dilakukan dalam upaya pengembangan produk. 2) Hubungan kemanusiaan yang akrab terjalin dalam

(12)

usaha kecil. 3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapan tenaga kerja cukup tinggi. 4) Memilik fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat. 5) Terdapat manajerial yang dinamis dan peran kewirausahaan.

Permasalahan yang kebanyakan dialami para pelaku UMKM di Kota Medan yaitu akses permodalan dan infrastruktur terkait lainnya. Permodalan memang menjadi masalah klasik UMKM kita, umumnya pelaku UMKM mengeluhkan tentang terbatasnya modal, yang menyebabkan usaha mereka dari tahun ke tahun tidak berkembang menjadi lebih besar. Usaha mikro dan kecil umumnya memiliki keunggulan dalam bidang yang memanfaatkan sumberdaya alam dan padat karya. Untuk itu, diperlukan adanya komitmen bersama untuk menumbuhkan pusat-pusat aktivitas ekonomi di daerah melalui reformasi pembangunan ekonomi yang mampu mengembangkan sumberdaya lokal dan menggerakkan ekonomi rakyat yang lebih produktif dan berdaya saing. Di pihak lain perekonomian daerah saat ini yang meskipun terus tumbuh, namun mengkhawatirkan karena pertumbuhannya lebih ditarik oleh sektor konsumsi dan bukan sektor produksi. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta rendahnya pertumbuhan usaha baru perlu memperoleh perhatian yang serius pada masa mendatang dalam rangka mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah menuju usaha yang berdaya saing tinggi. Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Keadaan ini diperparah dengan

(13)

diberlakukannya perdagangan bebas yang menyebabkan membanjirnya di pasaran berbagai produk-produk UMKM yang berasal dari luar. Di sisi dalam pelaksanaan MEA ini dapat dikatakan bahwa sampai saat ini kita masih belum siap dalam menghadapi pasar bebas tersebut khsususnya dampak yang timbulkannya bagiUMKM di daerah.

Produk-produk UMKM Kota Medan saat ini menghadapi tantangan produk unggulan asing, tentunya dengan berbagai kendala yang ada UMKM harus dapat meningkatkan daya saing untuk bisa survive dan berekspansi. Sebagai contoh adalah sayur-sayuran dan buah-buahan impor mendominasi pasar di Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Impor sayur-sayuran mengalami peningkatan sebesar 89,40% pada periode Januari hingga Maret 2011 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010, dimana negara-negara asal sayur-sayuran dan buah- buahan impor tersebut adalah China, Singapura, Myanmar, dan Thailand. Hal ini disebabkan karena daya saing produk lokal kalah dibandingkan produk impor, meskipun secara kualitas produk lokal tidak kalah dengan produk impor.

2.5 Analisis SWOT

2.5.1 Defenisi Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). (Rangkuti 2001:18).

(14)

Didalam analisis SWOT terdapat dua faktor penentu yakni yang pertama faktor internal berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness), adapun faktor kedua faktor eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threats). Dengan begitu analisis SWOT dapat dipakai untuk menentukan strategi perusahaan agar mampu memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalikan kelemahan yang ada dan menekan ancaman yang timbul dan harus dihadapi secara tepat.Sehingga dengan adanya faktor tersebut membantu memilih strategi ataupun langkah yang akan diambil selanjutnya dengan memaksimalkan faktor internal yang menghasilkan profit bagi perusahaan.

Tabel 2.1

Matriks SWOT (Rangkuti 2006)

Strength (S) Weakness (W) Opurtunities (O) Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk menghindari ancaman 2.5.2 Indikator Faktor Internal dan Eksternal

Analisis SWOT yang mengavaluasi kekuatan (strenghts), peluang

(opportunity), kelemahan (weakness),dan ancaman (threats). Dimana kekuatan

(15)

UMKM harus mampu menutupi kelemahan dan memaksimalkan kekuatan UMKM. Dengan begitu dalam menghadapi MEA, UMKM di kota medan harus mampu menangkap peluang yang ada dengan menentukan strategi yang tepat untuk menguassai pangsa pasar yang besar.

Adapun yang termasuk indikator faktor internal dari UMKM itu sendiri, yakni:

1. Kualitas produk

Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi daya tahan keandalan, ketepatan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya.

2. Teknologi

Teknologi adalah kumpulan alat, termasuk mesin, modifikasi, pengaturan dan produser yang digunakan oleh manusia untuk menghasilkan suatu produk.

3. Tenaga Kerja

Menurut UU NO.13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

4. Harga produk industri

Harga adalah salah satu bagian yang penting dalam pemasaran suatu produk dimana harga sebagai penentu permintaan akan barang dan jasa itu sendiri.

(16)

5. Sumber Daya Keuangan

Kurangnya permodalan menjadi kendala utama dalam mengembangkan perusahaan dan menjamin ketahanan perusahaan untuk menjaga kelangsungan usahanya. Kurangnya permodalan menghambat kinerja perusahaan dalam peningkatan kapasitas produksi, peningkatan mutu karyawan, peningkatan jumlah karyawan, penggunaan teknologi, pengadopsian teknologi baru, perluasan wilayah distribusi dan pemasaran, peningkatan strategi pemasaran, serta menghambat peningkatan pelayanan.

6. Manajerial dan Strategi Pemasaran

Manajerial dan strategi pemasaran yang dijalankan kurang tepat dan dapat membuat posisi perusahaan tidak stabil. Perusahaan hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut sehingga kurang efektif. Ekpansi pemasaran seperti menggunakan brosur sederhana, pembukaan counter-counter di wilayah yang strategis, dan jasa konsinyasi maupun media informasi canggih belum dimanfaatkan perusahaan.

Sedangkan indikator faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi UMKM adalah:

1. Konsumen

Pemasaran berasal dari kebutuhan dan keinginan pelanggan serta berakhir dengan keputusan loyalitas pelanggan. Pemasar wajib memahami siapa saja pelanggannya, prefensi, karakteristik,

(17)

kebutuhan, dan keinginan, gaya hidup, serta faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi mereka.

2. Pesaing

Memenuhi kepuasan konsumen tidaklah cukup. Apabila ada pesaing yang sanggup memuaskan pelanggan dengan lebih baik, maka pelanggan akan beralih ke pesaing. Oleh karena itu, setiap usaha harus memperhatikan faktor persaingan pula. Faktor tersebut meliputi siapa saja pesaing usaha, strategi, kelemahan, kompetensi diri, serta relasi mereka.

3. Potensi Pasar

Potensi pasar di kota tempat lokasi perusahaan menjadi sangat besar, dilihat dari jumlah penduduk yang semakin padat mengindikasikan kemungkinan bertambahnya target pasar.

4. Teknologi

Adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat dan semakin bertambahnya keanekaragaman teknologi yang ada, seharusnya perusahaan dapat memanfaatkan teknologi itu secara maksimal.

5. Investasi Asing

Penanam modal atau uang kepada perusahaan dalam negri agar memperoleh keuntungan. Dana ini bersumber dari pembiayaan luar negri yang dapat digunakan dalam proses produksi.

(18)

2.6 Penelitian Terdahulu

Analisis kesiapan pelaku UMKM dalam menghadapi MEA menarik untuk diteliti. Penelitian pertama oleh Iin Indarti dan Anton dengan judul Tantangan UMKM dalam Menghadapi AEC 2015. Penelitian ini menggunakan metode content analysis, dimana hasil penelitian menyimpulkan bahwa Indonesia belum siap untuk masuk AEC 2015, disinilah peran UMKM yang sangat besar sebagai lokomotif penggerak perekonomian yang dipicu oleh tingkat konsumtif masyarakat. Three Generic Competitive Strategy menjadi langkah pilihan UMKM untuk mampu bersaing dengan 10 negara ASEAN.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Sudaryanto, Ragimun, dan Rahma dengan judul Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan eksploratif deskriptif, dimana hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Strategi untuk mengembangkan UMKM di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit dan Strategi untuk mengantisipasi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif khususnya di kawasan Asean adalah penguasaan pasar, yang merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Ana Syukuriah dan Imam Hamdani dengn judul Peningkatan Eksistensi UMKM melalui Comparative Advantage dalam Rangkan Menghadapi MEA 2015 di Temanggung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana hasil peneitian ini menyimpukan bahwa MEA ini akan membawa dampak positif dan negatif terhadap UMKM yang ada. Untuk menghadapi dampak negatif yang ada, perlu

(19)

adanya starategi salah satunya adalah melalui keunggulan komparatif yaitu dengan menciptakan produk yang berbeda dan khas serta menciptakan pelayanan yang baik dan khas.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh Julius F. Nagel dengan judul Peluan dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi MEA 2015. Penelitian ini menggunakan metode seccondary research (riset sekunder), dimana hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa apabila Indonesia tidak mendorong UKM dalam hal daya saing dan nilai tambah atas barang/produk yang diproduksi, maka Indonesia dapat kehilangan perannya di kawasan dan menjadi objek kemajuan pembangunan di kawasan tanpa memperoleh keutungan yang maksimal.

Penelitian kelima oleh Tri Ernayanti yang berjudul Penerapan Analisis SWOT dalam Strategi Peningkatan Daya Saing Pedagang Muslim untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberhasilan busana muslim rabbani dalam berbisnis dalam hal pelayanan konsumen dan kualitas produk yang ditawarkan menyebabkan busana muslim rabbani terus mengalami peningkatan. Namun demikian, untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih besar, busana muslim rabbani dapat melakukan cara memperbanyak jenis variasi produk busana muslim dan membuka beberapa outlet ke wilayah potensial lainnya secara intensif.

Penelitian keenam oleh Khabid Alia Akhmad dengan judul Strategi Produk “CIU” untuk Memenangi Persaingan Perdagangan Asia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap pelaku UKM dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang creative, inovative dan unique dalam rangka untuk memenangkan

(20)

persaingan yang terjadi, karena hal tersebut merupakan strategi yang paling mudah dilakukan oleh para pelaku UKM dan hal ini sudah ada di produk-produk lokal Indonesia, hanya perlu pengembangannya dari para stakeholder pendukung UKM.

2.7 Kerangka Pemikiran

Kota Medan merupakan kota yang berbatasan dengan beberapa negara ASEAN lainnya akan mendapat peluang dan ancaman dari adanya MEA, ini berdampak langsung juga terhadap UMKM yang ada di kota Medan agar dapat memperoleh peluang yang ada. Oleh karena itu peneliti melakukan analisi SWOT

(Strength, Weakness, Oppurtunity, and Threat) dalam menentukan kebijakan

untuk memperoleh peluang pasar yang besar dari adanya MEA. Dimana analisis ini terdiri dari 2 variabel analisis, yaitu analisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Sedangkan analisis faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Penelitian ini dibatasi dengan meneliti kesiapan pelaku UMKM di Kota Medan dalam implementasi MEA 2015.

(21)

UMKM Kota Medan

Faktor Internal Faktor eksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

(strength) (weakness) (oppurtunities) (threats)

Strategi

Masyarakat Ekonomi ASEAN Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

masalah atau dilema moral. f) Pengenalan diri adalah kemampuan mengenali perilaku diri kita dan mengevaluasi secara kritis dan jujur.dalam pengenalan diri kemampuan

1.3 Batasan Masalah Agar dalam penulisan tugas akhir ini lebih terarah dan masalah yang dihadapi tidak terlalu luas, maka dibatasi masalah hanya pada proses 13kenaikan gaji

[r]

pada saat terbentuknya Persero sebagai pengganti Pertamina, badan usaha milik negara tersebut wajib mengadakan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana untuk melanjutkan

Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam adalah Soxhlet.. yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan

Rekaman Akta Pembukaan cabang Usaha (apabila ada Badan Usaha berkedudukan / memiliki cabang di luar wilayah Kab.. Jalan Siliwangi Nomor 88 Telp. Peraturan

Penerapan pembelajaran metode mind mapping dapat meningkat kan aktivitas belajar dengan kriteria pengamatan terdiri dari kegiatan visual meliputi siswa mengamati

Unsur “dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain” adalah apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang mempunyai tujuan