• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN GANGGUAN MEMORI ANTARA PASIEN STROKE HEMISFER KANAN DAN KIRI. Henry Tandow (G ) dkk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN GANGGUAN MEMORI ANTARA PASIEN STROKE HEMISFER KANAN DAN KIRI. Henry Tandow (G ) dkk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN GANGGUAN MEMORI ANTARA PASIEN STROKE HEMISFER KANAN DAN KIRI

Henry Tandow (G0006091) dkk

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2010

(2)

PERBANDINGAN GANGGUAN MEMORI ANTARA PASIEN STROKE LESI HEMISFER KANAN DAN KIRI

MEMORY DEFICIT COMPARISON BETWEEN RIGHT AND LEFT HEMISPHERE LESSION STROKE

Henry Tandow *), FX Soetedjo*), Diah KM*), Risono*), Kusmadewi*)

The aim of this research is to determine the comparison of memory deficit between the right hemisphere stroke lession patient and the left one. This research was conducted at the outpatient unit at the clinic of nerve disease in January 2010 to February 2010.

This reseacrh is an analytical research with cross sectional aprroach. The number of the sample is 30 which is divided into two groups, the right and the left group using purposive random sampling. Data were obtained using the questionnaire with a guided interview technique. The obtained data is presented in table form and be analyzed using Chi Square test at the level of significance α = 0,05.

The research which was conducted at the outpatient unit at the clinic of nerve disease in January 2010 to February 2010 give the result that the right side handicap having the memory deficit was 13 people (86,67%), and the rest were normal. Meanwhile, the 15 left side handicaps which had memory deficit was 7 people (46,67%) and the rest is normal (53,33%). So, there are 20 people deficit in memory (66,67%) and the rest, 10 people (33,33%) are normal, among 30 samples. While the results of data analysis have obtained X² = 5,40; so that it can be concluded statistically that there is significant difference in the case of memory deficit between the left and the right hemisphere stroke lession.

The conclusion is that left hemisphere stroke lession give more memory deficit than the right one.

Kata kunci: Gangguan Memori – Stroke

(3)

PENDAHULUAN

Stroke dapat menyebabkan gangguan dalam berpikir, belajar, konsentrasi, mengingat, mengambil keputusan, membuat alasan dan rencana. Ini dikenal dengan masalah kognitif. Demensia adalah sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Secara etiologi demensia ini dapat dibagi menjadi demensia karena idiopatik, vaskuler, dan sekunder (Martini, 2000). Pada tahun 1990 dilakukan penelitian menilai 252 penderita yang sebelumnya menderita stroke. Didapatkannya bahwa 26,3% dari mereka menderita demensia(pikun). Angka ini lebih tinggi dari kelompok pembanding (kontrol) yaitu 3,2%. Pada tahun 1987 dilakukakan penelitian pada penderita yang dalam 3 bulan terakhir menderita stroke ringan, atau atau RIND. Diantara mereka didapatkan 23,5% menderita demensia, 23,5% menderita demensia borderline dan pada 53% tidak ditemukan gejala demensia(Lumbantobing, 2002). Namun peneliti tidak secara khusus menyebutkan perbedaan gangguan memory, yakni salah satu komponen yang mengalami defisit pada kejadian demensia, yang terjadi pada pasien stroke lesi hemisfer kiri dengan pasien stroke lesi hemisfer kanan. Dan hal tersebutlah yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan gangguan memori yang bermakna antara stroke kanan dan kiri, sehingga dapat dimanfaatkan guna membantu dalam pencegahan, penatalaksanaan pasien stroke maupun rehabilitasi pasien post stroke.

(4)

MATERI dan METODE

Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler (Aliah, 2000).

Secara fisiologi, ingatan atau memori adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari aktivitas neural sebelumnya. Perubahan ini kemudian menghasilkan jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan neural otak. Jaras yang baru atau yang terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini penting karena begitu jaras-jaras ini menetap/ada, maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan yang ada(Guyton, 1997). Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap keadaan iskemik. Meskipun berat otak hanya sekitar 2% dari total berat badan, otak menerima lebih dari 20% dari cardiac output untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya, oksigen, dan glukosa. Kegagalan dalam memasok darah dalam jumlah yang mencukupi akan menyebabkan gangguan fungsi bagian otak yang terserang atau nekrosis, yang disebut sebagai stroke iskemik(Iskandar, 1997). Jika cerebral blood flow tersumbat secara parsial, maka daerah yang bersangkutan langsung menderita karena kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan daerah iskemik. Pada pusat daerah iskemik akan berkembang proses degenerasi yang irreversibel, sel-sel syaraf daerah iskemik tidak bisa tahan lama(Mardjono, 2000).

Infark otak-kematian neuron, glia dan vaskula disebabkan oleh tiadanya oksigen atau nutrien atau terganggunya metabolisme. Infark bisa disebabkan oleh iskemia sehingga terjadi hipoksia sekunder, terganggunya nutrisi seluler, dan kematian sel otak (Harsono, 1999).

(5)

KERANGKA PEMIKIRAN

Stroke

Hemisferium Kiri Hemisferium Kanan

Lesi Hemiferium Kiri Lesi Hemisferium Kanan Afasia Apraksia : Ø ideomotorik Ø Ideasional Aleksia Sindrom Gerstman: Ø Kacau kanan-kiri Ø Alkalulia Ø Agnosia jari Ø Agrafia Gangguan Repetisi Gangguan Memori Verbal Gangguan Visuospasial

Gangguan Atensi, emosi Ø Pengabaian Ø Impersistensi motorik Ø Anosognosia Ø Emosi dangkal Gangguan Visuospasial Ø Apraksia konstruksi Ø Apraksia berpakaian Ø Prosopagnosia amusia

Gangguan Memori Visual

(6)

Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap dan poliklinik Lab/UPF Saraf RSUD dr. Moewardi Surakarta

Subyek dalam penelitian ini adalah pasien yang berada di ruang rawat inap dan poliklinik Lab/UPF Saraf RSUD dr. Moewardi Surakarta, yang memenuhi syarat-syarat subyek berikut:

1) Kriteria Inklusi:

a. Pasien yang berobat di bangsal rawat inap dan poliklinik Lab/UPF Saraf RSUD dr. Muwardi Surakarta

b. Usia diatas 50 tahun

c. Pasien post stroke 3bulan-1tahun, serangan pertama

d. Tidak mengalami gangguan kesadaran saat diadakan pemeriksaan e. Tidak mengalami afasia ataupun disfasia

f. Bersedia menandatangani surat persetujuan sebagai subyek penelitian 2)Kriteria Eksklusi:

a. Pasien dengan delirium

b. Pasien dengan gangguan melihat dan mendengar c. dan lain-lain diluar kriteria inklusi

Pengambilan sample dalam penelitian ini akan dilakukan secara Purposive Random Sampling. Sampel yang digunakan berjumlah 30.

(7)

Jalannya Penelitian

Data diolah menggunakan teknik analisis statistik yaitu Uji Chi Square (X2) dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan interval kepercayaan 95%

Stroke kanan

MMSE

Memori Terganggu Memori normal

Stroke Kiri

MMSE

Memori Terganggu Memori Normal

Populasi

Sampel

(8)

HASIL PENELITIAN

Tabel 4. Perbandingan terjadinya gangguan memori pada penderita stroke lesi hemisfer kanan dan kiri

Stroke Lumpuh Kanan Stroke Lumpuh Kiri Jumlah Total Kelompok

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Gangguan Memori (+) 13 86,67 7 46,67 20 66.67 Gangguan Memori (-) 2 13,33 8 53,33 10 33,33 Jumlah Total 15 100 15 100 30 100

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa pada penderita stroke lumpuh kanan yang menderita gangguan memori sebanyak 13 orang(86,67%), yang tidak mengalami gangguan memori sebanyak 2 orang (13,33%). Sedangkan pada 15 orang penderita stroke lumpuh kiri yang menderita gangguan memori sebanyak 7 orang (46,67%) dan yang tidak mengalami gangguan memori sebanyak 8 orang(53,33%). Sehingga penderita gangguan memori pada 30 sampel sebanyak 20 orang (66,67%) dan yang tidak mengalami gangguan memori sebanyak 10 orang(33,33%).

Berdasarkan tabel 4 diatas, hasil analisa statistik Uji Chi Square dengan menggunakan SPSS didapatkan X2

= 5,40. Angka yang didapat

ini lebih besar dari harga kritik untuk signifikansi ά= 0,05, yaitu sebesar 3,84 atau p<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna terjadinya gangguan memori antara stroke lesi hemisfer kanan.

(9)

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di poliklinik syaraf RSUD Dr. Moewardi tanggal 28 Januari – 11 Februari 2010 diperoleh bahwa perbandingan penderita stroke yang mengalami gangguan memori didapatkan 13 orang (86,67%) dari total 15 orang yang menderita stroke dengan kelumpuhan tubuh sisi kanan (menunjukkan lesi hemisfer kiri) dan 7 orang (46,67%) dari 15 orang yang menderita stroke dengan kelumpuhan tubuh sisi kiri (menunjukkan lesi hemisfer kanan). Setelah dilakukan Uji Chi Square dengan ά= 0,05 didapatkan hasil X2 hitung=5,40. Angka yang didapat ini lebih besar dari harga kritik untuk taraf signifikasi ά= 0,05 yaitu sebesar 3,84.

Hasil tabel 4 ini menunjukkan terdapatnya perbedaan yang bermakna antara stroke lesi hemisfer kiri dan kanan dengan angka kejadian gangguan memori. Perbedaan ini berhubungan dengan perbedaan antara fungsi hemiisfer kiri dan kanan. Hemisfer kiri berfungsi dalam pengaturan kemampuan berbicara, berbahasa, membaca, dan berhitung. Cara berpikirnya bersifat logis, analitis,terarah pada satu persoalan dan bertahap. Belahan otak kiri ini berkaitan dengan kecerdasan seseorang. Sementara hemisfer kanan berkaitan dengan pengaturan kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pengenalan dimensi ruang dan situasi serta fungsi emosi. Cara berpikirnya adalah dalam pola besar, lebih memakai perasaan dan intuisi, menyelesaikan masalah sekaligus, dasarnya adalah kreativitas dan ketakwaan. Apabila kerusakan otak mengenai hemisfer kiri maka akan menimbulkan gangguan antara lain: berbahasa dan kemampuan verba, mengenal dan mengingat kembali apa yang didengar, membaca dan mengaeja, matematika dan berhitung. Sementara jika kerusakan mengenai hemisfer kanan maka gangguan yang akan ditimbulkan antara lain: kemampuan visual, mengenal dan mengingat kembali bentuk, pola huruf, angka, dan simbol

(10)

membedakan kanan dan kiri. Pada penderita post stroke, rusaknya hemisfer kiri yang sangat berkaitan dengan kecerdasan, kemampuan berbahasa dan berhitung seseorang apabila kemudian diperiksa menggunakan MMSE akan memperlihatkan adanya gangguan fungsi kognitif yang jelas, yang mana jika hanya digunakan beberapa komponen pemeriksaan dari MMSE akan memperlihatkan adanya gangguan memori. Dari penelitian-penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa komponen fungsi kognitif yang paling sering dan paling awal terganggu adalah fungsi memori. Kemampuan mengingat diatur secara bersama-sama oleh hemisferium kanan dan kiri. Dimana hemisferium kiri mengatur kemampuan memori verbal dan hemisferium kiri mengatur memori visual. Komponen atensi yang diatur oleh hemisferium kiri juga merupakan komponen fungsi kognitif yang relatif sering tergangu (Noerjanto, 1991).

Berdasarkan hasil ini maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang menunjukkan stroke lesi hemisfer kiri lebih banyak menimbulkan gangguan memori daripada stroke lesi hemisfer kanan. Hasil kesimpulan tabel 4 juga sesuai dengan penelitian potong lintang yang dilakukan di Swedia, bahwa prevalensi stroke 10% pada pria dan 8% pada wanita, kemudian sepertiga dari mereka yang selamat didapatkan fungsi kognitif 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa stroke. Gangguan fungsi kognitif setelah serangan stroke akut yang pertama sebesar 28,9%, dan sebagian besar adalah usia lanjut, tingkat pendidikan rendah, lesi pada hemisfer kiri dan disfasia (Pernodjo Dahlan dkk, 2000).

SIMPULAN

1.Terdapat perbedaan yang bermakna terjadinya gangguan memori antara lesi hemisfer kiri dan kanan

(11)

SARAN

1.Perlunya diadakan penyuluhan pada penderita stroke khususnya stroke lesi hemisfer kiri tentang kemungkinan terjadinya gangguan memori 2.Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penatalaksanaan terhadap

penderita stroke harus juga mempertimbangkan kemungkinan terjadinya gangguan memori sehingga pasien memperoleh terapi yang sesuai

3.Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk dapat mengetahui pengaruh tingkat keparahan antara stroke lesi hemisfer kiri dan kanan terhadap keparahan gangguan memori yang terjadi

DAFTAR PUSTAKA

Aliah, A., Kuswara, F.F., Limoa, A.P., Wuysang, 6. 1996. Gambaran Umum Tentang Gangguan Peredaran Darah Otak (GDPO). Dalam Lumbatoing, S.M., Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal: 81-101

Guyton, A.C., Hall J.E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Jakarta : EGC. p : 912

Harsono. (1999). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Iskandar, J. 1997. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta. Bhuana Ilmu Populer. Hal: 1-16

Lumbantobing, S.M. 2002. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Penerbit Balai FKUI. p: 31.

Mardjono M. dan Sidharta P. (1997). Neurologi Klinis Dasar. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Balai Penerbit FKUI. pp: 82-269.

Martini, S. Lamsudin, R, Prahasta, D. I. 2000. Faktor Resiko Demensia Pasca Stroke Iskemik akut. B. Neurosains. Vol 2 (1). Hal:213-20

(12)

Pernodjo Dahlan. 1999. Pemeriksaan Neuropsikologi Pada Demensia, Neuro

Gambar

Tabel  4.  Perbandingan  terjadinya  gangguan  memori  pada  penderita  stroke lesi hemisfer kanan dan kiri

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai..

Dengan membaca wacana tentang proses membuat garam, siswa dapat mengidentifikasi informasi yang terkait dengan wujud benda dengan tepat.. Dengan membuat cerita bergambar, siswa

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi logisitik, pengaruh simultan financial stability, personal financial need, ineffective monitoring, leverage ,

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Oktabriliand Nuridzqy 2016

Kegiatan ini bertujun untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tertulis. Melalui kegiatan ini siswa dibiasakan membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan

bahwa peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga. sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai

Penulis menemukan beberapa hasil penelitian, analisis dan data tentang jumlah ketersediaan air dan jumlah kebutuhan air pada DAS Serayu, namun

Triatmodjo (2010) menjelaskan neraca air dapat menggambarkan bahwa di dalam suatu sistem hidrologi (DAS, waduk, danau, aliran permukaan) dapat dievaluasi air yang masuk