Lampiran 1
Daftar Populasi dan Sampel
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
8 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
35 INCI Intan Wijaya International Tbk √ √ ×
63 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
73 IMAS Indomobil Sukses International Tbk √ √ ×
75 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ ×
98 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk √ √ ×
99 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk √ √ ×
100 JECC Jembo Cable Company Tbk √ √ ×
101 KBLI KMI Wire and Cable Tbk √ √ ×
102 KBLM Kabelindo Murni Tbk √ √ ×
115 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ ×
122 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
√ √ ×
123 GGRM Gudang Garam Tbk √ √ ×
124 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ ×
125 RMBA Bentoel International Investama Tbk
134 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
√ × ×
Lampiran 2
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Emiten Nama Emiten
1. MLIA Mulia Industrindo Tbk 2. KRAS Krakatau Steel Tbk 3. DPNS Duta Pertiwi Nusantara 4. ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 5. ASII Astra International Tbk 6. AUTO Astra Auto Part Tbk
7. MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 8. SMSM Selamat Sempurna Tbk 9. MYTX Apac Citra Centertex Tbk 10. PBRX Pan Brothers Tbk
11. PTSN Sat Nusa Persada Tbk 12. UNVR Unilever Indonesia Tbk
13. LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 14. PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 15. LTLS Lautan Luas Tbk.
16. KAEF Kimia Farma Tbk
17. TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk
Lampiran 3
Logaritma Financial Statement Fraud,Financial Stability, Personal Financial Need ineffective Monitoring, Leverage dan Pengalaman Pra Komite Audit KODE
EMITEN
THN RESTA TEMENT
Lampiran 4
Analisis Deskriptif Dan Regresi Logistik
Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RESTATEMENT 72 0 1 ,36 ,484
ACHANGE 72 -,20 ,92 ,1299 ,17176
OSHIP 72 ,00 16,60 1,9293 3,09410
AUDSIZE 72 3,0 4,0 3,194 ,3985
LEVERAGE 72 ,11 1,13 ,5011 ,21639
PENGALAMAN 72 ,06 1,00 ,5504 ,26709
Valid N (listwise) 72
Statistik Deskriptif Restatement Classification Tablea,b
Observed Predicted
RESTATEMENT Percentage
Correct
0 1
RESTATEMENT
0 46 0 100,0
1 26 0 ,0
Overall Percentage
63,9
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal)
Constant ACHANGE OSHIP AUDSIZE LEVERAGE PENGALAMAN
Step
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 94,184
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 94,188 -,556
2 94,184 -,571
Matriks Klasifikasi
Overall Percentage 72,2
a. The cut value is ,500
Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi Correlation Matrix
Constant ACHANGE OSHIP AUDSIZE LEVERAGE PENGALAMAN
Step
Uji Signifikansi Model secara Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients
Signifikansi Pengaruh Parsial Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
ACHANGE 1,900 1,586 1,435 1 ,231 6,688
OSHIP ,243 ,125 3,785 1 ,052 1,275
AUDSIZE ,704 ,815 ,747 1 ,388 2,022
LEVERAGE -3,141 1,577 3,967 1 ,046 ,043
PENGALAMAN -,213 1,022 ,043 1 ,835 ,808
Constant -1,877 2,631 ,509 1 ,476 ,153
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, Chad dan Albrecht, Conan. 2008. The Nature of Financial Statement Fraud.
Andriani, Susmit. 2015. “Analisis Determinan Financial Statement Melalui Pendekatan fraud Triangle”.
Ayuningtyas, 2012. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit”.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 2002. Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal, 27 Desember.
Bologna, Jack dan Robert (1993). Handbook of Corporate Fraud. Butterworth-Heinemann. Boston.
Brigham, E. F dan Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Penerbit Salemba Empat, Jilid I, Jakarta.
Beasley, M 1996. “An Empirical Analysis of he Relation Betmeen the Board of Diretor Composition and Fiancial Statement Fraud”.
Claessens, S Djankov, S Lang, L. 2000. The Sparation of Ownwership and control in east Asian corporation, Journal of Fiancial Economic.
Cressey, D. 1953. “The Internal Auditor as Fraud Buster”. Managerial Auditing Journal. MCB University Press.
Dechow, P.M., R.G Sloan, and A.P. Sweeney. 1996. Causes and Consequences of Earnings Manipulation: Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by The SEC.
Dunn, P. 2004. The impact of insider power on Fraudulent Financial Reporting.
Ernst & Young. 2009. “Detwcting Fiancial Statement Fraud: What Every Manger Needs to know”.
Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, USU press, Medan.
Foster, Bill. 2001. “Pembinaan Untuk Kinerja Karyawan”, Jakarta: PPM.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21. Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure.”
Kurniawati, Ema. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle. Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang”.
Lou, Y. I., and M. L. Wang. 2009. “Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting.”
Molida, Resti. 2011. “Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need Dan Ineffective Monitoring Pada Financial Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro”.
Manulang, M. 1984. “Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia”.
Nabila R Atia. 2013. “Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam Perspektif Fraud Triangle”. Skripsi pada FE UNDIP Semarang”.
Nguyen, Khanh. 2008. ”Financial Statement Fraud: Motives, Methodes, Cases and Detection.”
Norbarani, Listiana. 2012. Pendektesian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis fraud Truangle yang diadopsi dalam SAS no 99.
Prakoso, 2009. ”Analisa Indeks Rasio Untuk Mendeteksi Fraud (Penyimpangan / Kecurangan) Laporan Keuangan”.
Priantara, Diaz. 2013. ”Fraud Auditing & Investigation.Mitra Wacana Media. Jakarta”.
Purnamasari, D Indri, 2005. ”Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan Partisipasi dengan Efektifitas Sistem Informasi”. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Rachmawati, K Kusuma. 2014.”Pengaruh Faktor-Faktor Dalam Perspektif Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting”.
Ross, A Stephen. 1973. The Economic Theory of Agency: The Pricipals Problem.
Sihombing, Kenedy. Samuel. 2014.”Analisis Farud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud”.
Skousen, C. J., K. R. Smith, dan C. J. Wright. 2009. ”Detecting and Predecting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.”
Turner, J. L., T. J. Mock, R. P. Sripastava. 2003. ”An Analysis of the Fraud Triangle.” The University of Memphis, University of Southern California, University of Kansas.
Warsono, Sony dkk, 2009, Corporate Governance Concept and Model, Yogyakarta: Center Of Good Corporate Governance.
Yahya, S. D. 2011. “Analisis Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada PerusahaanTelekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI. Universitas Hasanuddin. Makassar”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sebab akibat (causal research) yang
bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan
fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Dengan kata lain, tujuan utama
penelitian ini adalah mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai
variabel. (Erlina, 2008:21)
Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian historis kuantitatif,
dimana penelitian ini menjelaskan sebab atau dampak dari kejadian yang telah
lalu dan fenomena yang terjadi sekarang atau untuk memprediksi kondisi masa
yang akan datang.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangasiuran
dalam membahas dan menganalisa permasalahan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti. Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian adalah ;
a. Data laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun
b. Variabel-variabel yang diteliti adalah meliputi Financial stability, Personal
Financial Need, Ineffective Monitoring, Leverage, dan Pengalaman Pra Komite
Auditpada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen. Besarnya perubahan yang disebabkan oleh variabel
independen ini, akan memberikan peluang terhadap perubahan variabel dependen
sebesar koefisien perubahan variabel independen. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah indikasi perusahaan menuju kecurangan
(fraud) yang diproksikan dengan penyajian kembali laporan keuangan
(restatement) berhubung tidak adanya data resmi mengenai data perusahaan yang
fraud. Faktor-faktor pada fraud triangle digunakan untuk mendeteksi dan
memprediksi terjadinya fraud.
Restatement yang digunakan untuk memproksikan financial statement
fraud adalah restatement yang dilakukan secara prospektif dan retroaktif.
Penelitian pada variabel ini menggunakan variabel dummy. Pemberian skor pada
variabel ini adalah satu (1) jika perusahaan melakukan penyajikan kembali
laporan keuangan (restatement) dan nol (0) jika perusahaan tidak melakukan
penyajian kembali laporan keuangan (restatement).
Perusahaan yang dikategorikan melakukan penyajian kembali laporan
keuangan (restatement) adalah perusahaan yang melakukan restatement yang
disebabkan karena penggabungan bisnis, dan perusahaan yang melakukan
restatement disebabkan karena perubahan kebijakan dan estimasi akuntansi akibat
kesalahan perhitungan, kecurangan dan kelalaian.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi
variabel terikat. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
3.4.2.1 Financial Stability
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian mengenai
kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana
keadaan asetnya. Pada kasus dimana perusahaan mengalami pertumbuhan
yang berada dibawah rata-rata, manajemen akan memanipulasi laporan
keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Demikian juga setelah
perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang cepat, manajemen akan
memanipulasi laporan keuangannya agar terlihat stabil (Skousen et al.,
2009)
������������������ =(���������� − ���������� −1)
Total Aset t
3.4.2.2 Personal Financial Need (pressure)
Personal financial need adalah suatu keadaan dimana keuangan
perusahaan juga dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
perusahaan. Adanya kepemilikan sebagian saham dimiliki oleh orang dalam
akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Kepemilikan sebagian
saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan
keuangan (Skousen et al., 2009).
Personal financial need = ����� ��ℎ������ �������� ��� ℎ����� �����
�������ℎ������� ���� �������
3.4.2.3 Ineffective Monitoring
Ineffective monitoring merupakan pemantauan yang tidak efektif
oleh perusahaan dikarenakan lemahnya sistem komite audit yang dimiliki
perusahaan. Beasly et. al. (2000) mengatakan bahwa anggota komite audit
yang lebih besar dapat mengurangi insiden fraud. Oleh sebab itu, jumlah
keanggotaan komite audit dapat mempengaruhi tingkatan terjadinya fraud
pada perusahaan. Ineffective monitoring diproksi dengan jumlah komite
audit.
Ineffective monitoring = Jumlah komite audit
3.4.2.4 Leverage
Leverage merupakan Rasio keuangan untuk mengukur seberapa
besar aset perusahaan dibiayai oleh liabilitas (Anisa 2012). Dalam penelitian
ini, digunakan dua proksi, yakni debt to total assets ratio.
Lev = ����� ����������
3.4.2.5 Pengalaman Pra Komite Audit
Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi seorang
komite audit untuk memperkaya teknik dan keterampilan audit khususnya
pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan (Purnamsari 2005).
Pengalaman tugas pra komite audit diukur dengan menggunakan proporsi
anggota komite audit yang berpengalaman sebagai komite audit sebelumnya
dibagi jumlah keseluruhan anggota komite audit.
Pengalaman = Jumlah Komite Audit Berpengalaman Jumlah Keseluruhan Komite Audit
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Indikator Skala
1
Satu (1) jika perusahaan melakukan penyajikan kembali laporan keuangan (restatement) dan Nol (0) jika perusahaan tidak melakukan penyajian kembali laporan keuangan (restatement).
Dummy
Total Aset t Rasio
3 sistem komite audit yang dimiliki perusahaan
Jumlah Komite Audit Nominal 5 Leverage baik bagi seorang komite audit untuk memperkaya teknik dan keterampilan
audit khususnya
Jumlah KA Berpengalaman
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan
2014. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode purposive sampling (BEI 2011 dan 2014). Purposive sampling
adalah penentuan sampel dari populasi yang ada berdasarkan kriteria yang
dikehendaki oleh peneliti.
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2011-2014.
b. Perusahaan yang menyajikan laporan tahunannya dalam website perusahaan
atau website BEI selama periode 2011-2014.
c. Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan dengan
variabel penelitian.
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Pengambilan Sampel
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2011-2014. 144
2 Perusahaan yang tidak menyajikan laporan tahunannya dalam
website perusahaan atau website BEI selama periode
2011-2014.
(29)
3 Laporan tahunan perusahaan yang tidak memiliki data-data
yang berkaitan dengan variabel penelitian. (97)
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan
perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari:
1. IDX (Indonesian Stock Exchanges) tahun 2011dan 2014.
2. Jurnal, makalah, penelitian, buku, website perusahaan yang bersangkutan dan
situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah karena data sekunder
lebih mudah diperoleh, biayanya lebih murah, sudah ada penelitian dengan jenis
data ini, serta lebih dapat dipercaya keabsahannya karena laporan keuangannya
telah diaudit oleh akuntan publik.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dan studi pustaka. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan
data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen–dokumen atau arsip–arsip
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Metode dilakukan dengan
mengumpulkan seluruh data sekunder dari www.idx.co.id, pojok BEI (Bursa Efek
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2011). Analisis deskriptif bertujuan
untuk mengetahui gambaran dari data variabel penelitian, dengan variabel
dependen berupa kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting)
dan variabel independen berupa komponen-komponen yang termasuk dalam
segitiga kecurangan atau fraud triangle.
3.8.2 Uji Regresi Logistik
Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah ditentukan,
maka metode analisis yang digunakan haruslah tepat untuk dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Pemilihan model ini
didasarkan alasan karena data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non
metrik pada variabel dependen, sedangkan variabel independennya terdiri dari
data metrik dan non metrik. Adapun model regresi logistik dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
RESTATEMENT = α + β1ACHANGE + β2OSHIP + β3AUDSIZE + β4
LEVERAGE + β5PENGALAMAN + ε
dimana :
RESTATEMENT = variabel dummy yang dikodekan dengan angka 1 (satu) jika
(nol) jika perusahaan tidak melakukan penyajian kembali laporan keuangan
(restatement).
α = konstanta
β = koefisien variabel
ACHANGE = financial stability
OSHIP = personal financial need
AUDCSIZE = innefective monitoring
LEVERAGE = rasio leverage
PENGALAMAN = pengalaman pra komite audit
ε = error
Selanjutnya, berdasarkan hasil output SPSS yang diperoleh, akan dilakukan
analisis pengujian model regresi logistik melalui beberapa tahapan.
3.8.2.1 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Beberapa
test statistik diberikan untuk menilai hal data. Dari hipotesis diatas, agar model fit
dengan data maka jelas kita tidak akan menolak hipotesis nol. Statistik yang
digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah (Ghozali, 2011) :
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji
likelihood (-2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata
lain model yang dihipotesiskam fit dengan data.
3.8.2.2 Menilai Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test)
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak
ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika
nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari
0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara
model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena
model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow Goodness –of-fit lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat
ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali,
2011).
3.8.2.3Koefisien Determinasi (��)
Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood
dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterpretasikan. Untuk
mendapatkan koefisien determinasi yang dapat diinterpretasikan seperti nilai
R2 pada multiple regression, maka digunakan Nagelkereke R
Snell R Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal
ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell R Square dengan nilai
maksimumnya (Ghozali, 2011). Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati suatu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
3.8.2.4. Tabel Klasifikasi
Tabel klasifikasi akan menunjukkan besarnya kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan terdapatnya restatement di suatu
perusahaan. Pada kolom dalam hasil output SPSS merupakan dua nilai prediksi
dari variabel dependen dalam hal ini yang mengungkap restatement (1) dan yang
tidak mengungkap restatement (0), sedangkan pada baris memperlihatkan nilai
observasi sesungguhnya dari variabel dependen yang mengungkap restatement (1)
dan tidak mengungkap restatement (0). Jika model sempurna, maka akan berada
pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100% pada semua kasus.
3.8.3 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebasnya. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika antar variabel bebas
ada korelasi yang cukup tinggi yang umumnya di atas 0,95, maka hal ini
3.8.4 Uji Hipotesis
3.8.4.1 Uji f-Statistik
Uji f digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Dasar penerimaan atau penolakan hipotesis dapat
dilihat dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, jika Fhitung > Ftabel
maka Ho di tolak dan Ha diterima (Ghozali 2013).
3.8.4.2 Uji t-Statistik
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikan individual. Uji t
dilakukan untuk mengetahui signifikansi secara parsial antara variabel independen
dengan variabel dependen dengan mangasumsikan bahwa variabel independen
lainnya konstan. Dasar peneriaman atau penolakan hipotesis dapat dilihat dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel, apabila thitung lebih besar dari ttabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur
pada sektor dasar & kimia (semen, logam), sektor aneka industri (otomotif &
komponen, tekstil & garment, alas kaki, kabel), sektor industri barang konsumsi
(makanan & minuman, rokok, farmasi, kosmetik & barang keperluan rumah
tangga, peralatan rumah tangga) yang listing di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2011-2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual
report perusahaan manufakturperiode 2011-2014 yang diperoleh dari situs resmi
BEI di
Populasi dalam penelitian ini diperoleh dengan jumlah perusahaan
sebanyak 144 perusahaan. Sedangkan sampel data yang memenuhi kriteria yang
dapat digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 perusahaan dari 144 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2014. Sehingga, jumlah
keseluruhan sampel yang akan dijadikan objek penelitian ini dari tahun 2011-2014
sejumlah 72 annual report perusahaan. Nama-nama perusahaan yang dijadikan
4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan
nilai standar deviasi, dari variabel financial stability, personal financial need,
ineffective monitoring, leverage, dan pengalaman pra komite audit. Berdasarkan
analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RESTATEMENT 72 0 1 ,36 ,484
ACHANGE 72 -,20 ,92 ,1299 ,17176
OSHIP 72 ,00 16,60 1,9293 3,09410
AUDSIZE 72 3,0 4,0 3,194 ,3985
LEVERAGE 72 ,11 1,13 ,5011 ,21639
PENGALAMAN 72 ,06 1,00 ,5504 ,26709
Valid N (listwise) 72
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai financial stability minimum adalah
-0,20, sedangkan nilai financial stability maksimum adalah 0,92. Diketahui nilai
rata-rata (mean) financial stability dari tahun 2011-2014 adalah 0,1299, dan
standar deviasinya adalah 0,17176. Diketahui nilai personanl financial need
minimum adalah 0,00, sedangkan personal financial need maksimum adalah
16,60. Diketahui nilai rata-rata (mean) personal financial need dari tahun
2011-2014 adalah 1,9293 dan standar deviasinya adalah 3,09410. Diketahui nilai
ineffective monitoring minimum adalah 3,0, sedangkan nilai ineffective
monitoring maksimum adalah 4,0. Diketahui nilai rata-rata (mean) ineffective
0,3985. Diketahui nilai leverage minimum adalah 0,11, sedangkan nilai leverage
maksimum adalah 1,13. Diketahui nilai rata-rata (mean) leverage adalah 0,5011,
dan standar deviasinya adalah 0,21639. Diketahui nilai pengalaman pra komite
audit minimum adalah 0,06 sedangkan nilai pengalaman pra komite audit
maksimum adalah 1,00. Di ketahui rata-rata (mean) pengalaman pra komite audit
adalah 0,5504 dan standar deviasinya 0,26709.
Tabel 4.2 Statistik Deskriftif Restatement Classification Tablea,b
Observed Predicted
RESTATEMENT Percentage
Correct
0 1
RESTATEMENT
0 46 0 100,0
1 26 0 ,0
Overall Percentage
63,9
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui perusahaan yang tidak mengungkapkan
Restatement sebanyak 46 perusahaan (63,9%), sementara perusahaan yang
mengungkapkan Restatement sebanyak 26 perusahaan (36,1%).
4.1.3 Logistic Regression (Regresi Logistik)
Dalam penelitian ini menggunakan alat uji regresi logistik melalui
program SPSS versi 21 yang dilakukan secara serentak terhadap keempat variabel
Penelitian untuk menguji hipotesis dengan menggunakan regresi logistik
tidak memerlukan uji asumsi klasik. Pengujian hipotesis yang dilakukan pertama
kali dalam regresi logistik adalah dengan menilai kelayakan model fit (Goodness
of Fit Test) yang merupakan uji pengganti dari asumsi klasik.
4.1.3.1 Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan goodness of fitness test yang diukur berdasarkan nilai
Chi-Square pada Tabel Hosmer and Lemeshow Test (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 9,582 8 ,296
Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui nilai statistik Chi-Square adalah 9,744.
Gambar 4.1 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel
Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui nilai Chi-Square tabel bernilai
15,507. Untuk menentukan apakah model layak atau tidak, maka dapat
diketahui dengan membandingkan nilai statistik Chi-square terhadap
����������� −����� ℎ��2 ≤ �������2 ,���� ����������. ����������� −����� ℎ��2 > �
������2 ,���� ����������������.
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Chi-Square (9,582) lebih
kecil dibandingkan nilai Chi-Square Tabel (15,507), maka disimpulkan
bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.
Untuk menentukan apakah model layak atau tidak, juga dapat
diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dari uji
Hosmer-Lemeshow/Pearson Chi-square terhadap tingkat signifikansi yang
digunakan.
��������� ������������ ≥ �������������������,��������������.
��������������������� <�������������������,��������������������.
Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui nilai probabilitas atau Sig.
sebesar 0,296. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas (0,296) lebih
besar dibandingkan tingkat signifikansi (0,05), maka disimpulkan bahwa
model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.
4.1.3.2 Uji Kelayakan Keseluruhan Model (Overall Fit Model)
Uji ini digunakan untuk melihat model yang telah dihipotesiskan
telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block number =
0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (block number = 1). Nilai
-2log likelihood awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan melalui
Tabel 4.4 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal)
Nilai -2 log likelihood akhir pada block number = 1, dapat dilihat
pada Tabel 4.5. Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa -2 log likelihood awal
pada block number = 0,yaitu model yang hanya memasukkan konstanta
yang dapat dilihat pada step 3, memperoleh nilai sebesar 94,184.
Kemudian pada Tabel 4.5 dapat dilihat nilai -2 LL akhir dengan block
number =1, nilai -2log likelihood pada step 1 iterasi 5 adalah 79,750.
Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (initial-2LL function) dengan
nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa
model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Penurunan
nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini
dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu
financial stability, personal financial need, ineffective monitoring,
leverage dan pengalaman pra komite audit, ke dalam model penelitian
akan memperbaiki model fit dalam penelitian ini.
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 94,188 -,556
2 94,184 -,571
3 94,184 -,571
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 94,184
c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter
Tabel 4.5 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir) Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2Log
likelihood
Coefficients
Constant ACHANGE OSHIP AUDSIZE LEVERAGE PENGALAMAN
Step
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 94,184
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
4.1.3.3 Koefisien Determinasi (��)
Dalam regresi logistik, dapat digunakan statistik Nagelkerke’s
��2untuk mengukur kemampuan model regresi logistik dalam mencocokkan
atau menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai statistik dari Nagelkerke’s
��2 dapat diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang mengukur kemampuan
variabel-variabel bebas dalam menjelaskan atau menerangkan variabel tak
bebas. Tabel 4.6 menyajikan nilai statistik dari Nagelkerke’s ��2.
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
stability, personal financial need, ineffective monitoring , leverage dan
pengalaman pra komite audit dalam mempengaruhi financial statement
fraud (Y) sebesar 24,9%, sisanya 75,1% dijelaskan oleh variabel-variabel
atau faktor-faktor lain.
4.1.3.4 Tabel Klasifikasi
Nilai tabel klasifikasi akan memperlihatkan besarnya prediksi model
regresi untuk memprediksikan kemungkinan keberadaan risk management
committee pada perusahaan. Nilai prediksi tersebut dapat dilihat pada
percentage correct dalam classification table. Hasil output SPSS regresi
logistik akan ditunjukkan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
RESTATEMENT Percentage
Correct
0 1
Step 1
RESTATEMENT
0 42 4 91,3
1 16 10 38,5
Overall Percentage 72,2
a. The cut value is ,500
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui perusahaan yang tidak
mengungkapkan Restatement sebanyak 46 perusahaan. Dari 46 perusahaan
tersebut, diprediksi 4 (0,09%) perusahaan tidak mengungkapkan
Restatement, sedangkan 16 perusahaan diprediksi mengungkapkan
Restatement. Diketahui perusahaan yang mengungkapkan Restatement
perusahaan mengungkapkan Restatement, sedangkan perusahaan diprediksi
tidak mengungkapkan Restatement. Diketahui angka ketepatan prediksi
sebesar 63,9% hal ini menandakan tingkat keakuratan model regresi logistik
dalam memprediksi sebesar 63,9%, berdasarkan data penelitian.
4.1.4 Uji Multikolinearitas
Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang
kuat antara variabel bebasnya. Multikolinearitas merupakan situasi adanya
korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Dalam
penelitian ini, gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antar
variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolinearitas
disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi Correlation Matrix
Constant ACHANGE OSHIP AUDSIZE LEVERAGE PENGALAMAN
Step
1
Constant 1,000 -,229 -,306 -,911 -,125 -,107
ACHANGE -,229 1,000 ,239 ,151 -,088 ,022
OSHIP -,306 ,239 1,000 ,190 ,072 ,000
AUDSIZE -,911 ,151 ,190 1,000 -,199 -,165
LEVERAGE -,125 -,088 ,072 -,199 1,000 ,181
PENGALAMAN -,107 ,022 ,000 -,165 ,181 1,000
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa korelasi antara financial
monitoring dan leverage sebesar -1,99, dan seterusnya. Dari hasil pengujian pada
Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar
variabel independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar
variabel independen lebih besar dari 0,90 (Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil ini
dapat disimpulkan bahwa lolos dari uji gejala multikolinieritas.
4.1.5 Uji Hiptesis
4.1.5.1 Uji f-Statistik
Tabel Omnibus Tests of Model Coefficients (Tabel 4.9) berfungsi
untuk melihat hasil pengujian secara simultan pada regresi logistik, yakni
melihat pengaruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama
(simultaneously) terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.9
diperoleh nilai probabilitas (Sig.) 0,013. Karena nilai probabilitas (0,013)
lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan bahwa variabel bebas yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik,
terhadap Financial statement frau
Tabel 4.9 Uji Signifikansi Model secara Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1
Step 14,434 5 ,013
Block 14,434 5 ,013
4.1.5.2. Uji t-Statistik
Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji �
digunakan untuk menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi
logistik, uji signifikansi pengaruh parsial dapat diuji dengan uji Wald.
Dalam uji Wald, statistik yang diuji adalah statistik Wald (Wald statistic).
Nilai statistik dari uji Wald berdistribusi chi-kuadrat. Pengambilan
keputusan terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan nilai probabilitas dari uji Wald. Berikut aturan pengambilan
keputusan berdasarkan pendekatan nilai probabilitas.
�������������������� ≥ �������������������,�0������������1�������.
��������������������<�������������������,�0�����������1��������.
Tabel 4.10 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
ACHANGE 1,900 1,586 1,435 1 ,231 6,688
OSHIP ,243 ,125 3,785 1 ,052 1,275
AUDSIZE ,704 ,815 ,747 1 ,388 2,022
LEVERAGE -3,141 1,577 3,967 1 ,046 ,043
PENGALAMAN -,213 1,022 ,043 1 ,835 ,808
Constant -1,877 2,631 ,509 1 ,476 ,153
a. Variable(s) entered on step 1: ACHANGE, OSHIP, AUDSIZE, LEVERAGE, PENGALAMAN.
��� : Financial stability berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud
Berdasarkan Tabel 4.10, nilai probabilitas (Sig.) dari financial stability adalah
0,231, yakni lebih besar dari 0,05, maka financial stability tidak berpengaruh
��� : Personal financial need berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud
Berdasarkan Tabel 4.10, nilai probabilitas (Sig.) dari Personal financial need
adalah 0,052, yakni lebih besar dari 0,05, maka Personal financial need tidak
berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap financial
statement fraud, pada tingkat signifikansi 5%.
��� : Ineffective monitoring berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud
Berdasarkan Tabel 4.10, nilai probabilitas (Sig.) dari Ineffective monitoringadalah
0,388, yakni lebih besar dari 0,05, maka Ineffective monitoringtidak berpengaruh
signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap financial statement fraud,
pada tingkat signifikansi 5%.
��� : Leverage berpengaruh signifikan terhadap Financial statement fraud
Berdasarkan Tabel 4.10, nilai probabilitas (Sig.) dari leverage adalah 0,046, yakni
lebih kecil dari 0,05, maka leverage berpengaruh secara signifikan terhadap
Financial statement fraud, pada tingkat signifikansi 5%.
��� : Pengalaman pra komite audit berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud
Berdasarkan Tabel 4.10, nilai probabilitas (Sig.) dari pengalaman pra komite
auditadalah 0,835 yakni lebih besar dari 0,05, maka pengalaman pra komite audit
tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap financial
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini akan membahas tentang pengaruh financial stability,
personal financial need, ineffective monitoring, leverage, dan pengalaman pra
komite audit terhadap Financial statement Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling sehingga didapatkan 72 sampel yang digunakan. Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa restatement secara
signifikan hanya berhubungan positif dengan variabel leverage. Pembahasan
mengenai masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut :
4.2.1 Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud
Variabel fiancial Stability menunjukkan hasil nilai signifikansi sebesar
0,231 dan lebih besar dari tingkat signifikasi sebesar 0,05 sehingga financial
stability tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud atau H1a ditolak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya sholihah (2014)
namun berbeda dengan Molida (2011) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa
financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud.
4.2.2 Pengaruh Personal Financial Need Terhadap Financial Statement
Fraud
Variabel personal financial need menunjukkan hasil nilai signifikansi
sebesar 0,52 dan lebih besar dari tingkat signifikasi sebesar 0,05 sehingga
personal financial need tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud
atau H1b ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Nabila (2013)
4.2.3 Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Keberadaan Financial
Statement Fraud
Variabel ineffective monitoring menunjukkan hasil nilai signifikansi
sebesar 0,388 dan lebih besar dari tingkat signifikasi sebesar 0,05 sehingga
ineffective monitoring tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud atau
H1c ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Molida (2011) namun
berbeda dengan Norbarani (2012) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa
personal financial need berpengaruh terhadap financial statement fraud.
4.2.4 Pengaruh Leverage Terhadap Keberadaan Financial Statement Fraud
Variabel Leverage menunjukkan hasil nilai signifikansi sebesar 0,046 dan
lebih kecil dari tingkat signifikasi sebesar 0,05 sehingga Leverage berpengaruh
terhadap financial statement fraud atau H1d diterima. Hasil ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya Kurniawati (2012) namun berbeda dengan Rachmawati
(2014) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa personal financial need
berpengaruh terhadap financial statement fraud.
4.2.5 Pengaruh Pengalaman Pra Komite Audit Terhadap Keberadaan
Financial Statement Fraud
Variabel pengalaman pra komite audit menunjukkan hasil nilai
signifikansi sebesar 0,835 dan lebih besar dari tingkat signifikasi sebesar 0,05
sehingga pengalaman pra komite audit tidak berpengaruh terhadap financial
statement fraud atau H1e ditolak. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya Kartika (2014) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa prngalaman
4.2.6 Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need, Ineffective
Monitoring, Leverage danPengalaman Pra Komite Audit Berpengaruh Secara SimultanTerhadap Financial Statement Fraud
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji signifikansi simultan (Uji f)
dengan nilai signifikansi 0,013 lebih kecil dari 0,05 menyimpulkan bahwa
financial stability, personal financial need, ineffective monitoring, leverage dan
pengalaman pra komite audit berpengaruh secara simultan terhadap financial
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial stability,
personal financial need, ineffective monitoring, leverage dan pengalaman pra
komite audit terhadap financial statement fraud dalam perspektif fraud triangle
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun
2011-2014. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan (Uji f), diketahui nilai
probabilitas dari uji simultan Omnibus Tests of Model Coefficients 0,013,
yakni lebih kecil dari 0,05, disimpulkan bahwa variabel bebas yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik,
terhadap financial statement fraud. Diketahui nilai koefisien determinasi
Nagelkerke�2 = 0,249. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas
secara simultan mempengaruhi variabel financial statement fraud sebesar
24,9%, sisanya sebesar 75,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
2. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (Uji t), diketahui nilai
probabilitas atau Sig. dari financial stability adalah 0,231, personal
fianancial need sebesar 0,052, ineffective monitoring sebesar 0,388,
pengalaman pra komite audit sebesar yaitu di atas 0,835, yakni
disimpulkan bahwa pengaruh parsial tersebut terhadap financial statement
adalah 0,046 yakni lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan bahwa
pengaruh parsial tersebut terhadap financial statement fraud signifikan.
5.2. Keterbatasan
Peneliti menyadari masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini.
Keterbatasan itu antara lain:
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014,
sehingga diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak lagi untuk dapat
merepresentasikan pengaruh antara variabel dependen dan independen.
2. Periode penelitian relatif singkat, yakni selama empat tahun (2011-2014),
sehingga hasil penelitian kurang merepresentasikan hal yang sebenarnya.
3. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian hanya
menggunakan 5 variabel yaitu financial stability, personal financial need,
ineffective monitoring, leverage dan pengalaman pra komite audit
5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini,
maka diperlukan perbaikkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Berikut
adalah saran yang diharapkan dilakukan untuk peneliti selanjutnya:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan tidak hanya mengukur pada perusahaan
manufaktur melainkan menambah perusahahan go public untuk megukur
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
3. Menambah periode penelitian, misalnya selama 5 tahun. Sehingga
diharapkan dengan penambahan periode penelitian akan memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik dari penelitian ini.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan faktor-faktor lainnya
seperti ukuran perusahaan, financial target, eksternal preasure, faktor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Persektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan memahami isu
corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri
antara pemilik dan pengelola, untuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri
tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang
bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi lebih sehat. Penerapan corporate
governance berdasarkan pada teori agensi, yaitu teori agensi dapat dijelaskan
dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agen
secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang sesuai
dengan kontrak.
Dengan hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam
perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai kemakmuran
yang dikehendaki, sehingga munculah informasi asimetri antara manajemen
dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja
ekonomi perusahaan. Masalah keagenan (agency problem) pada awalnya
dieksplorasi oleh Ross (1973), sedangkan eksplorasi teoritis secara mendetail dari
teori keagenan pertama kali dinyatakan oleh Jensen and Mecking (1976)
pengambilan keputusan bisnis kepada manajer yang merupakan perwakilan atau
agen dari pemegang saham. Permasalahan yang muncul sebagai akibat sistem
kepemilikan perusahaan seperti ini bahwa adalah agen tidak selalu membuat
keputusan-keputusan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan terbaik
principal. Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal
dan tujuan agen yang berbeda dapat memunculkan konflik karena manajer
perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan pribadi, hal ini dapat mengakibatkan
kecenderungan manajer untuk memfokuskan pada proyek dan investasi
perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek dari pada
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di
proyek-proyek yang menguntungkan jangka panjang.
Terdapat cara-cara langsung yang digunakan pemegang saham untuk
memonitor manajemen perusahaan sehingga membantu memecahkan konflik
keagenan.
1. Pemegang saham mempunyai hak untuk mempengaruhi cara perusahaan
dijalankan melalui voting dalam rapat umum pemegang saham, hak voting
pemegang saham merupakan bagian penting dari asset keuangan mereka.
2. Pemegang saham melakukan resolusi dimana suatu kelompok pemegang
saham secara kolektif melakukan lobby terhadap manajer (mewakili
perusahaan) berkenaan dengan isu-isu yang tidak memuaskan mereka.
Pemegang saham juga mempunyai opsi divestasi (menjual saham mereka),
mempertahankan investor, dimana diinvestasi diakibatkan oleh ketidakpuasan
pemegang saham atas aktivitas manajer (Warsono, 2009).
2.2 Fraud
2.2.1 Konsep Fraud
Fraud memiliki definisi yang sangat beragam. Banyak penelitian maupun
lembaga yang mencoba mendefinisikan fraud. Berikut merupakan beragam
definisi fraud dari berbagai sudut pandang.
2.2.2 Definisi Fraud
Bologna, et al (1993) mendifinisikan kecurangan adalah penipuan kriminal
yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal
disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud
jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan
korbannya secara financial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu
(1) tindakan, (2) penyembunyian dan (3) konversi. Pada dasarnya terdapat dua
tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan eksternal adalah
kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas,
seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha; wajib pajak
terhadap pemerintah. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal yang
2.2.3 Unsur-Unsur Fraud
Unsur-unsur Fraud menurut Priantara (2013:6) adalah sebagai berikut: a. Terdapat pertanyaan yang dibuat salah atau menyesatkan yang dapat berupa
laporan, data atau informasi, ataupun bukti transaksi.
b. Bukan hanya pembuatan pernyataan yang salah, tetapi fraud adalah perbuatan melanggar peraturan, standar, ketentuan dan dalam situasi tertentu melanggar hukum.
c. Terdapat penyalagunaan kedudukan, pekerjaaan dan jabatan untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya.
d. Meliputi masa lampau atau sekarang karena perhitungan kerugian yang diderita korban umumnya di hubungkan dengan perbuatan yang sudah dan sedang terjadi.
e. Didukung fakta bersifat material, artinya mesti didukung oleh objektif dan sesuai dengan hukum.
f. Kesenjangan perbuatan atau ceroboh yang disengaja, apabila kesenjangan itu dilakukan terhadap suatu data atau informasi atau laporan atau bukti transaksi, hal itu dimaksud untuk menyebabkan suatu pihak beraksi atau terpengaruh atau salah atau tertipu dalam membaca dan memahami data. g. Pihak yang dirugikan mengandalkan dan tertipu oleh pernyataan yang di
buat salah yang merugikan. Artinya ada pihak yang menderita kerugian, dan sebaliknya ada pihak yang mendapat manfaat atau keuntungan secara tidak sah baik dalam bentuk uang atau harta maupun keuntungan ekonomis lainnya.
2.2.4 Jenis-jenis Fraud
Menurut Albrecth (dikutip oleh Nguyen, 2008), fraud diklasifikasikan
menjadi lima jenis, yaitu:
Tabel 2.1 Jenis-jenis Fraud
No Jenis Kecurangan Korban Pelaku Penjelasan
1 Penggelapan Uang atau Kecurangan Pekerjaan
Pegawai Pemberi Kerja Pencurian yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh karyawan kepada perusahaan
2 Kecurangan Manajemen Pemegang saham,
Manajemen tingkat atas
Manajemen puncak
memberikan informasi yang keliru dalam laporan keuangan 3 Kecurangan Investasi Investor Individu Mengelabui
4 Kecurangan Penyediaan terlalu tinggi untuk barang dan jasa atau tidak adanya
pengiriman barang meskipun pembayaran telah
dilakukan.
5 Kecurangan Pelanggan Penjual barang atau jasa
Pelanggan Pelanggan menipu penjual agar mereka mendapatkan
sesuatu yang lebih dari seharusnya
atau menuduh
penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya.
2.3 Financial Stability
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan dari kondisi stabil. Ketika financial stability perusahaan
berada dalam kondisi yang terancam, maka manajemen akan melakukan berbagai
cara agar financial stability perusahaan terlihat baik. Gambaran kondisi keuangan
perusahaan yang stabil secara sederhana dapat dilihat dari pertumbuhan
financialnya baik dari tingkat pertumbuhan aset, penjualan, maupun pertumbuhan
laba perusahaan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu stabilitas keuangan juga
sering digunakan sebagai ukuran prestasi perusahaan, sehinggga dapat menjadi
dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi ( Skousen et al., 2009). Tingginya
aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik bagi investor. Untuk menarik
para investor, manajemen perusahaan tentunya berupaya untuk menyajikan
tampilan perusahaan yang meyakinkan bagi investor. Agar dapat menampilkan
pertumbuhan dan performa perusahaan yang meningkat, manajemen perusahaan
2.4 Personal Financial Need
Personal financial need merupakan suatu kondisi dimana keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan
(Skousen et. al., 2009). Beasly (1996), dan Dunn (2004) menunjukkan bahwa
ketika eksekutif perusahaan memiliki peranan keuangan yang kuat dalam
perusahaan, personal financial need dari eksekutif perusahaan tersebut akan turut
terpengaruh oleh kinerja keuangan perusahaan. Sebagian saham yang dimiliki
oleh eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan manajemen dalam
mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan. Dalam teori keagenan para
manajer mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan
mamaksimalkan kekayaan pemegang saham. Namun, Bringham (2006)
mengatakan bahwa para manajer dapat didorong untuk bertindak demi
kepentingan utama dari pemagang saham melalui intensif-intensif yang
memberikan imbalan atas setiap kinerja yang baik atau hukuman untuk kinerja
yang buruk.
2.5 Ineffective Monitoring
Ineffective monitoring merupakan pemantauan yang tidak efektif oleh
perusahaan dikarenakan lemahnya sistem komite audit yang dimiliki perusahaan
(Skousen et. al. 2009). Selanjutnya Beasly et al. (2000) mengatakan bahwa
anggota komite audit yang lebih besar dapat mengurangi insiden fraud. Komite
Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh Komisaris Independen
perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan
fungsi membantu Dewan Komisaris untuk (i) meningkatkan kualitas Laporan
Keuangan, (ii) menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat
mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan,
(iii) meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal audit,
serta (iv) mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas. Komite audit memiliki wewenang untuk mengakses
catatan atau informasi perusahaan. Komite audit selalu melakukan peninjauan
terhadap laporan tahunan dan menghadiri pertemuan akhir dengan auditor
eksternal.
2.6 Leverage
Leverage merupakan seberapa besar pinjaman atau hutang yang dimiliki
oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage, maka perusahaan akan
cenderung melaporkan profitabilitas yang tinggi pula. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya. Menurut Sartono (2001:120), leverage diartikan sebagai penggunaan
sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan
tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga
keuntungan pemegang saham bertambah. Sumber dana yang memiliki beban tetap
ini merupakan utang jangka panjang yang menghasilkan bunga atas pembayaran
2.7 Pengalaman Pra Komite Audit
Pengalaman dalam bekerja dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas
seseorang karena adanya pengembangan keahlian dan hal tersebut cenderung
menghasilkan kinerja yang lebih baik. Seorang dengan cukup banyak pengalaman
dibidang tertentu tentu akan lebih menguasai pekerjaan dan tanggungjawabnya
sehingga mereka pun cenderung disebut sebagai ahli di bidangnya.
Purnamasari (2005) memberikan pengertian bahwa pengalaman kerja yang
tinggi akan lebih unggul dalam beberapa hal, diantaranya :
a. Dalam mendeteksi kesalahan.
b. Memahami kesalahan.
c. Mencari penyebab munculnya kesalahan.
Salah satu bukti empiris pentingnya pengalaman dalam dunia akuntan
terlebih komite audit yang merupakan tombak dewan komisaris dalam tata kelola
perusahaan yakni terdapat regulasi yang mengatur tentang jasa akuntan publik.
Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi seorang komite
audit untuk memperkaya teknik dan keterampilan audit khususnya pendeteksian
kecurangan pelaporan keuangan. Menurut Ayuningtyas (2012), semakin tinggi
pengalaman seorang auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor menguasai
tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga membentuk
auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan
dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan
pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan
kompetensi auditor.
2.8 Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Menurut Razaee, (2002) The Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, kecurangan laporan
keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
Nguyen (2008) mengatakan bahwa kecurangan pada laporan keuangan
melibatkan skema berikut:
a. Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis.
b. Kelalaian yang disengaja, transaksi, rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang disusun.
c. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan, laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.
2.8.1 Pelaku Financial Statement Fraud
Financial Statement Fraud atau kecurangan pada laporan keuangan
dilakukan oleh siapa saja pada level apa pun, siapa pun yang memilki kesempatan.
Nguyen, (2008) mengurutkan berdasarkan keterlibatannya, yaitu:
a. Senior manajemen (CEO, CFO, dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada tingkat 72%, sedangkan CFO pada tingkat 43 %.
2.8.2 Penyajian Kembali Laporan Keuangan (Restatement)
Penyajian kembali laporan keuangan (restatement) merupakan revisi
terhadap laporan keuangan yang sebelumnya telah dilaporkan secara publik yang
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penyajian kembali
laporan keuangan dapat pula didefinisikan sebagai revisi dan publikasi satu atau
lebih dari laporan keuangan perusahaan sebelumnya. Dalam penyajian laporan
keuangan sebuah perusahaan, tidak jarang ditemukan hal-hal yang menyebabkan
laporan keuangan harus direvisi ataupun disajikan kembali, baik itu disebabkan
karena adanya kekeliruan perhitungan matematis, kekeliruan penerapan kebijakan
akuntansi, kecurangan, kelalaian, adanya penerapan kebijakan akuntansi yang
baru ataupun karena adanya perubahan estimasi akuntansi. Penyajian kembali
laporan keuangan memberikan dampak negatif terhadap investor dan
menyebabkan harga saham menurun.
Ada beberapa faktor-faktor penyebab restatement diklasifikasikan menjadi
beberapa kriteria, yaitu restatement yang disebabkan karena: 1) Akuisisi dan
merger yang tidak sesuai peraturan. 2) Kesalahan dalam mencatat biaya dan
perlakuan pajak. 3) Fraud. 4) Klasifikasi item yang tidak tepat. 5) Kesalahan
akuntansi pada akun akun investasi, goodwill, aktivitas restrukturisasi, dan
penilaian persediaan. 6) Error pada pencatatan pengakuan pendapatan. 7)
Kesalahan akuntansi dalam perlakuan saham, derivatif, dan hal-hal yang
menyangkut surat berharga.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur indikasi perusahaan menuju
keuangan (restatement) berhubung tidak tersedianya data resmi mengenai data
perusahaan yang fraud.
2.9 Fraud Triangle
Menurut Priantara (2013:44) konsep fraud triangle saat ini digunakan
secara luas dalam praktik akuntan publik pada Statement of Auditing Standard
(SAS) N0 99. Konsep ini bertumpu pada riset Donald cresey (1953) yang
menyimpulkan bahwa fraud mempunyai tiga sifat umum. Fraud triangle terdirri
dari tiga konsep yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi:
a. Insentif atau kesempatan untuk melakukan fraud (preasure)
b. Peluang atau kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity)
c. Dalih untuk membenarkan tindakan fraud (rationalization)
Cresesy tertarik pada embezzlers yang disebutnya “trust violators” atau
“pelanggaran kepercayaan” yakni mereka yang melanggar kepercayaan atau
amanah yang di titipkan kepada mereka. Dalam perkembangan selanjutnya
hipotesa ini lebih di kenal sebagai fraud tariangle atau segitiga fraud. Tiga faktor
tersebut digambarkan sebagai segitiga Fraud Triangle sebagai berikut:
Pressure
Opportunity Rationalization
2.9.1 Pressure (Tekanan)
Menurut Priantara (2013:44) Preasure adalah dorongan untuk melakukan
fraud. Pada umumnya tekanan muncul karena kebutuhan atau masalah financial,
tapi banyak juga hanya terdorong untuk keserakahan. Penggelapan uang
perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan (preasure) kebutuhan
keuangan yang mendesak yang menghampitnya yang tidak dapat ceritakan kepada
orang lain. Konsep yang penting di sini adalah tekanan yang menghampit
hidupnya (berupa kebutuhan akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi dengan
orang lain.
2.9.2 Opportunity (Peluang)
Menurut Priantara (2013:4) Opportunity adalah peluang yang
memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku kecurangan percaya bahwa aktivitas
mereka tidak akan terdeteksi. Pada dasarnya ada dua faktor yang dapat
meningkatkan adanya peluang atau kesempatan seseorang berbuat fraud yaitu ;
a. Sistem pengandalian intern yang lemah, misal kurang atau tidak ada audit trail
(jejak audit) sehingga dapat dilakukan penelusuran, ketidakcukupan dan
ketidakefektifan aktivitas pengendalian pada area dan proses bisnis yang
beresiko, sistem dan kompetensi sumber daya manusia tidak mengimbangi
kompleksitas oraganisasi, kebiajakan peosedur SDM yang kurang kondusif.
b. Tata kelola organisai yang buruk seperti tidak ada komitmen yang tinggi dan
suri tauladan yang baik dari lapisan manajemen, sikap manjamen yang lalai,
atau acuh tak acuh dan gagal mendisiplinkan atau memberikan sangsi pada