FRAMEWORKS DAN
STANDARD
SMART CITY INDONESIA
FOCUS GROUP DISCUSSION
INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY
ITB, 1 DESEMBER 2016
PROF SUHONO HARSO SUPANGKAT, CGEIT
PENDAHULUAN
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 1
ARAH STRATEGIS PENGEMBANGAN SMART CITY
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019
Strategi Pembangunan Nasional Pembangunan Nasional 2015-2019Arahan Kebijakan Umum Arahan Pengembangan Wilayah Indonesia Arahan Kebijakan Pembangunan Perkotaan Indonesia
9 Agenda Prioritas (NAWA CITA)
Visi & Misi Pembangunan Nasional 2015-2019
Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945
AMANAT UUD 1945
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 4
VISI PEMBANGUNAN INDONESIA 2015-2019:
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI,
DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN
GOTONG-ROYONG
MISI PEMBANGUNAN
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan
demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan.
9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
1.
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh
warga negara
2.
Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,
dan terpercaya.
3.
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan.
4.
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan
reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5.
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6.
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa
maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7.
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8.
Melakukan revolusi karakter bangsa.
9.
Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN
Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN)
Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota
aman, nyaman, dan layak huni
Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana
Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya
lokal
Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 5
PENGEMBANGAN KOTA CERDAS YANG BERDAYA SAING
DAN BERBASIS TEKNOLOGI DAN BUDAYA LOKAL
Mengembangkan perekonomian dengan membangun pencitraan kota
(city branding) yang mendukung pencitraan bangsa (nation branding)
Menyediakan infrastruktur dan pelayanan publik melalui
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Membangun kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif
SMART CITY
INDONESIA
LATAR BELAKANG
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 8
Perkembangan
Kota & Urbanisasi
Keberadaan kota dan Kota
sebagai pusat kehidupan
Permasalahan
Kota
Keterbatasan Sumberdaya
dan dana yang dimiliki oleh
kota
Smart City
Sebagai
Solusi
Smart City
Sebagai
Solusi
Panduan makro dalam
penentuan kebijakan dan
strategi daerah pada tingkat
yang ditetapkan disesuaikan
dengan arah pengembangan
dan kebijakan perencanaan
pada tingkat yang lebih luas.
Permasalahan Kota
Solusi Konvensional
Solusi “Smart “
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 9
SMART CITY
SEBAGAI
SOLUSI
What
(description)
Why (diagnosis)
What will happen
(prediction)
What should we
do (prescription)
Sensing
Understanding
Acting
SMART CITY
Kota yang dapat mengelola berbagai
sumber daya (alam, manusia, waktu
dll) yang ada untuk digunakan secara
efektif dan efisien dengan tujuan
untuk memaksimalkan pelayanan
kepada warganya sehingga dapat
hidup aman, nyaman dan
berkelanjutan.
Mengelola: mengetahui (sensing) permasalahan yang ada
di dalamnya, memahami (understanding) kondisi
permasalahan tersebut, dan dapat mengatur (acting)
Smart City Sensing
Understanding Acting
Cepat tanggap terhadap penanganan permasalahan kota
Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang
Berdaya saing dalam skala nasional.
KARAKTERISTIK KOTA CERDAS
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 12
TANTANGAN!
◦
Bagaimana cara memulai proses transformasi menjadi
Kota Cerdas?
◦
Di bagian mana untuk memulai proses transformasi?
◦
Proses atau komponen apa saja yang harus dirubah?
◦
Siapa saja yang harus terlibat dalam pengembangan
Kota?
◦
Standar yang harus diikuti?
◦
Dasar Hukum atas Inovasi di Bidang Smart City
Indonesia
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 13
KAJIAN REGULSI
TERKAIT SMART
CITY DI INDONESIA
REGULASI TERKAIT SMART CITY (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan, digunakan sebagai
dasar ketentuan umum (lex generalis) untuk lahirnya suatu Peraturan Pemerintah yang khusus
mengatur tentang Smart City (lex specialis)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 356, Pasal 357 dan Bab XXI Inovasi Daerah Pasal
386, Pasal 387, Pasal 388, Pasal 389 dan Pasal 390 memberikan ruang bagi Daerah untuk
membentuk kawasan perkotaan dan melakukan inovasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota.
Prinsip inovasi daerah (Pasal 386 ayat (1)) : peningkatan efisiensi, perbaikan efektivitas, perbaikan
kualitas pelayanan, tidak ada konflik kepentingan, berorientasi kepada kepentingan umum, dilakukan
secara terbuka, memenuhi nilai-nilai kepatutan dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak
untuk kepentingan diri sendiri.
REGULASI TERKAIT SMART CITY (2)
• Suatu kota yang akan menerapkan inovasi berupa Smart City, harus disediakan
beberapa kriteria penilaian teknis.
• Pemenuhan aspek teknis terhadap inovasi yang dilakukan Kota (Pemerintah Daerah)
dinilai oleh Pemerintah Pusat (Pasal 388 ayat (9)).
• Hasil penilaian Pemerintah Pusat berupa keputusan : 1. Kota dapat menyandang
predikat Smart City, 2. Kota belum dapat menerapkan Smart City (beserta rekomendasi
perbaikan).
• Pemerintah Pusat menetapkan mekanisme pengawasan dan penilaian berkala atas
kualitas penerapan Smart City.
Tahapan Pembentukan Smart City sebagai inovasi daerah menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Bab XXI Inovasi Daerah :
Tahapan Pembentukan Smart City sebagai inovasi daerah menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Bab XXI Inovasi Daerah :
REGULASI TERKAIT SMART CITY (3)
Peraturan
Perundang-Undangan
Sebagai
Konsideran
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Bab XXI Inovasi Daerah)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (payung hukum tentang
pemanfaatan informasi dan transaksi elektronik pada Smart
City)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata
ruang)
KEBUTUHAN REGULASI
Pemerintah Pusat menginisiasi pembentukan Peraturan
Pemerintah tentang Kota Cerdas (Smart City)
Pemerintah Pusat menginisiasi pembentukan Peraturan
Pemerintah tentang Kota Cerdas (Smart City)
• Konsep Smart City sebagai suatu Inovasi Daerah,
• Mekanisme pengusulan dan penilaian inovasi Smart City oleh
Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat,
• Mekanisme penetapan Peraturan Pemerintah yang menyatakan
bahwa suatu daerah dapat menyelenggarakan inovasi pemerintahan
daerah dengan konsep Smart City.
• Syarat dan kriteria teknis minimum yang harus dipenuhi oleh
pemerintah daerah yang akan menerapkan konsep Smart City.
USULAN FRAMEWORK
SMART CITY INDONESIA
FRAMEWORKS SMART CITY
ARAH PENGEMBANGAN KOTA (VISI, MISI, & STRATEGI)
ENABLER
SUMBER DAYA
MANUSIA TEKNOLOGI TATA KELOLA
SEKTOR
PENGEMBANGAN
EKONOMI SOSIAL LINGKUNGAN
MEASUREMENT
CAPABILITY ASSESSMENT PERFORMANCE MEASUREMENT
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 20
Benefit
Realization
Risk
Optimization
Resource
Optimization
SUMBER DAYA MANUSIA
Capacity
Building
Manajemen
Perubahan
(Change
Management)
Partisipasi
Pemangku
Kepentingan
(Stakeholder
Participation)
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 21
EKOSISTEM KOTA YANG SEIMBANG
Government
Academy
Citizens
Business
Share the vision,
Regulation and Basic
Infrastructure
Supportive and providing
solutions
Awareness and active
participation
Facilitating, Collaboration
PROSES TATA KELOLA / GOVERNANCE
ARSITEKTUR INTEGRASI SMART CITY
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 24
T
E
CHNOLOGY
(
IC
T
&
NON ICT
)
SUB SYSTEM SMART CITY
SMART ECONOMY
SMART ECONOMY
Pusat Kegiatan Ekonomi Pendidikan Industri & Pariwisata
Sumber Daya
SMART SOCIAL
SMART SOCIAL
Keamanan dan Kebencanaan Kesehatan Transportasi Layanan Publik Komunitas / Sosial Digital
SMART ENVIRONMENT
SMART ENVIRONMENT
Energi Ruang Terbuka Hijau
Lingkungan Hidup
DATAWAREHOUSE
INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
ANALYTICAL TOOLS
OPEN DATA ANTAR OPD OPEN DATA PUBLIK
TA
TA
K
ELOLA
(GO
VERNA
NCE)
SUMBER DA
Y
A
MA
N
U
SIA
(PEOPLE)
ENABLER
WEBSITE | OPERATION ROOM | MOBILE APPLICATION | ACTUATOR
MEASUREMENT
• SMART CITY
MATURITY
• Pemerintahan
• Kepuasan
Masyarakat
Capability
Assessment
• KEY
PERFORMANCE
INDICATOR
Performance
Measurement
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 25
GARUDA SMART CITY MODEL
(GSCM) 2.0
• Garuda Smart City Model (GSCM) merupakan sebuah
model yang dikembangkan sebagai panduan dalam
pengembangan smart city atau kota cerdas di
Indonesia.
• Secara umum model ini dikembangkan untuk
diadaptasikan dengan kondisi kota yang ada di
Indonesia
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 28
KONSEP GSCM
TUJUAN DAN TARGET GSCM
1. Mengukur tingkat kompetensi kota dalam melakukan
pengembangan smart city
2. Menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang
untuk meningkatkan kompetensi kota
3. Pengembangan masterplan/ roadmap smart city
4. Memberikan prioritas terhadap kebutuhan teknologi,
kemitraan (partnership), dan pengelolaan hal lain terkait
implementasi smart city bagi kota
5. Mengidentifikasikan
kesenjangan(gap)
yang
terjadi
dalam departemen, bisnis unit, atau antar fungsionalitas
dalam implementasi teknologi .
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 29
3
enabler
3
komponen
12 Indikator
43 sub indikator
masyarakat
37 sub indikator kota
5 level kematangan
KOMPONEN PEMBENTUK GSCM (1)
PEOPLE PEOPLE GOVERNANCE GOVERNANCE ICT ICTEnabler
Kematangan
KOMPONEN PEMBENTUK GSCM (2)
KOMPONEN GSCM
(SMART ECONOMY)
Melakukan identifikasi terhadap :
1. kepuasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi kota dan
pelayanan pemerintah kota dalam menyediakan kemudahan
terhadap layanan pusat bisnis, pendidikan, industri dan
pariwisata, dan sumberdaya kota
2. kemampuan pemerintah kota dalam meningkatkan kondisi
ekonomi kota melalui berbagai aktivitas yang dapat
memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya dalam
mendapatkan layanan dari pusat bisnis, pendidikan, industri
dan pariswisata dan sumberdaya
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 32
KOMPONEN GSCM
(SMART SOCIETY)
Melakukan identifikasi terhadap :
1. kepuasan masyarakat terhadap kondisi keamanan dan
kenyaman kota, serta pelayanan pemerintah kota dalam
menyediakan kemudahan terhadap berbagai layanan umum
2. kesiapan dan kemampuan pemerintah kota dalam menjaga
keamanan dan kenyaman kota serta untuk menciptakan rasa
aman dan kemudahan dalam menyediakan berbagai akses
terhadap layanan fasilitas umum kota seperti kesehatan dan
layanan publik
Tujuan :
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 33
KOMPONEN GSCM
(SMART SOCIETY)
Melakukan identifikasi terhadap :
1. Kepuasan masyarakat terhadap kondisi lingkungan kota
serta pelayanan pemerintah kota dalam menyediakan
lingkungan yang layak huni, nyaman dan berkelanjutan.
2. Kesiapan dan kemampuan pemerintah kota dalam
mengelola lingkungan kota serta pelayanan kota sehingga
tercipta lingkungan yang layak huni, nyaman dan
berkelanjutan
Tujuan :
KOMPONEN GSCM
(SMART SOCIETY)
Melakukan identifikasi terhadap :
Layanan dan Kemampuan kota dalam menyediakan enabler
yaitu teknologi informasi, tatakelola dan sumber daya manusia
dalam peranan mereka sebagai pemicu (trigger) terhadap
pengembangan 3 komponen utama.
Tujuan :
PEOPLE PEOPLE GOVERNANCE GOVERNANCE ICT ICTINDIKATOR GSCM MASYARAKAT
(SMART ECONOMY )
1 Pusat Kegiatan Ekonomi
EE1. Kemudahan akses menuju pasar
EE2. Waktu tempuh lokasi pasar
EE3. Kelengkapan fasilitas pasar
EE4. Kelengkapan barang yang dipasarkan
EE5. Kemampuan/daya beli masyarakat
2 Pendidikan
EP1. Kemudahan untuk mendapatkan layanan pendidikan ( mekanisme
pendaftaran )
EP2. Biaya pendidikan yang murah dan transparan
EP3. Jarak/lokasi sekolah
EP4. Kecukupan sekolah dan jumlah pengajar
EP5. Fasilitas sekolah sebagai sarana pendidikan
EP6. Dukungan pemerintah dalam Kesejahteraan tenaga pendidikan
3 Industri dan parawisata
EI1. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin industri
EI2. Kemudahan perijinan untuk membuka Industri
EI3. Keberadaan pemerintah untuk distribusi hasil industri
EI4. Dukungan pemerintah untuk melakukan promosi wisata
EI5. Dukungan akses dan bantuan modal untuk UKM
4 Sumber daya
ES1. Dampak sumber daya alam terhadap kesejahteraan masyarakat
ES2. Akses masyarakat terhadap sumber daya
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 36
INDIKATOR GSCM KOTA
(SMART ECONOMY )
1
Pusat Kegiatan Ekonomi
KE1. Rasio pasar/pusat kegiatan ekonomi terhadap jumlah penduduk KE2. Jumlah/persentase penduduk miskinKE3. Jumlah/persentase pengangguran KE4. Rata-rata pengeluaran perkapita KE5. Rata-rata pendapatan perkapita KE6. Laju PDRB
KE7. Peningkatan investasi dan usaha KE8. Tingkat Inflasi yang terjadi dalam 1 tahun KE9. Pertumbuhan nilai ekspor KE10. Pertumbuhan nilai impor
2
Pendidikan
KP1. Jumlah penduduk usia sekolah yang bersekolah KP2. Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi KP3. Jumlah siswa Putus SekolahKP4.Jumlah buta aksara KP5. Rasio Jumlah guru dan siswa KP6. Rasio Kelas dan siswa KP7. Fasilitas sekolah yang memadai
3
Industri dan pariwisata
KI1. Peningkatan industri pengolahan (non migas) KI2. Peningkatan akses usaha dan wirausaha KI3. Laju industriKI4. Rasio industri KI5. Pengelolaan objek wisata KI.6 Infrastruktur wisata
KI.7 Persentase peningkatan jumlah wisatawan
4
Sumber daya
KS1. Keberadaan sumberdaya alam non migas KS2. Keberadaan sumberdaya alam migas KS3. Pengelolaan sumberdaya alam06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 37
INDIKATOR GSCM MASYARAKAT
(SMART SOCIETY )
1 Keamanan dan bencana (Surveillance)
SB1. Kecepatan waktu respon terhadap penanganan masalah keamanan ataupun bencana (pencurian , kebakaran kecelakaan, dll)
SB2. Kecukupan sarana dan prasarana (ambulance, mobil pemadam kebakaran) SB3.Informasi terhadap kondisi keamanan kota
SB4. Kesiapan pemerintah dalam menangani masalah bencana (pra dan pasca) 2 Kesehatan SK1. Kemudahan mendapatkan layanan kesehatan (rumah sakit)
SK2. Waktu tunggu untuk mendapatkan layanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) SK3. Kemudahan akses kepada penyedia layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas klinik) SK.4 Biaya kesehatan
SK.5 Dukungan pemerintah untuk kesejahteraan tenaga medis
3 Transportasi ST1.Kemampuan mengukur waktu tempuh kendaraan dari satu lokasi kelokasi lain ST2. Kecukupan jumlah transportasi publik untuk melayani masyarakat ST3. Kemudahan akses tehadap angkutan umum yang mudah ST4. Fasilitas dan kelayakan kendaraan umum/trasnportasi umum yang baik
4 Layanan public SL1. Kecepatan waktu layanan ( pembuatan KTP, akte, berbagai perijinan, dll) SL2. Kemudahan akses terhadap layananan umum
SL3. Kejelasan layanan apa saja yang dimiliki kota
SL4. Transparansi terkait biaya, waktu, dan prosedur untuk layanan yang disediakan
5 Interaksi sosial SI1. Kemudahan mendapatkan informasi
SI2. Kemudahan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi SI3. Akses terhadap open data
INDIKATOR GSCM KOTA
(SMART SOCIETY )
1 Keamanan dan bencana
(Surveillance) KB1. Jumlah kriminalitas/kejahatan yang terjadiKB2. Jumlah/rasio polisi dan personil keamanan KB3. Persentase kasus kriminal yang berhasil diselesaikan KB4. Jumlah PMKS ( penyandang masalah kesejahteraan sosial) KB5. Jumlah bencana
KB6. Informasi terkait jenis bencana yang sering terjadi dan penanggulangannya ( kebakaran, banjir , gempa, dll)
KB7. Jumlah personil penanganan bencana KB8. Rencana /mitigasi bencana KB9. Jumlah lembaga sosial 2 Kesehatan KK1. Jumlah/rasio dokter dengan penduduk
KK2. Jumlah/rasio fasilitas kesehatan dengan penduduk ( puskesmas, klinik, rumah sakit) KK3. Rasio kamar rumah sakit dan penduduk
KK4. Fasilitas layanan kesehatan KK5. Persentase kelahiran dan ibu hamil KK6. Laju pertumbuhan kematian
3 Transportasi KT1. Jumlah dan rasio kendaraan umum KT2. Panjang jalan dan rasio jalan yang rusak KT3. Rasio kepemilikan kendaraan bermotor KT4. Tingkat kemacetan
KT5. Jumlah kecelakaan perhari KT6. Sarana dan prasarana transportasi KT7. Informasi tekait jadwal perjalanan
4 Layanan public KL1. Keberadaan informasi terkait pelayanan yang disediakan KL2. Jumlah layanan yang disediakan
KL3. Sarana dan prasarana layanan publik yang disediakan KL6. Jumlah keluhan yang dilaporkan
KL7. Jumlah keluhan yang direspon dan diselesaikan
5 Interaksi sosial KI1. Jumlah LSM KI2. Jumlah komunitas
INDIKATOR GSCM MASYARAKAT
(SMART ENVIRONMENT )
1
Energi
LE1. Kecukupan suplai energi yang disediakan pemerintah
LE2. Informasi terkait penghematan energi
LE3. Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan efisiensi
dalam penggunaan energi
2
Tataruang
LT1. Kepuasan terhadap penataan ruang kota ruang terbuka, ruang
terbuka hijau dan fasilitas umum seperti, masjid , gedung olah raga ,
dll)
LT2. Kemudahan akses terhadap fasilitas umum
LT3. Informasi terkait tataruang dan kondisi kota
3
Lingkungan
LL1. Kenyamanan masyarakat
LL2. Kemudahan masyarakat untuk mendapatkan suplai air bersih
LL3. Keberadaan pengelolaan udara, tanah dan air yang dirasakan
masyarakat
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 40
INDIKATOR GSCM KOTA
(SMART ENVIRONMENT )
1
Energi
KN1. Reduksi penggunaan energi tidak terbarukan
KN2. Penggunaan Energi Alternatif ( matahari, angin,
air ,gas)
KN3. Adopsi kendaraan hemat energi
KN4. Infrastruktur hemat energi
KN5. Sosialisasi terkait penghematan energi
2
Tataruang
KT1. Kesesuaian tataruang dengan RTRW
KT2. Kesesuaian TOD
KT3. Perencanaan dan kesesuaian ruang terbuka hijau
KT4. Keseuaian dengan image kota
KT5. Ketersediaan ruang terbuka
3
Lingkungan
KL1. Tingkat pencemaran udara
KL2. Pengendalian terhadap pencemaran udara
KL3. Tingkat pencemaran air
KL4. Tingkat pencemaran tanah
KL5. Pengendalian sampah
KL6. Jumlah/rasio bak sampah dan mobil sampah
dalam satu kasawasan penduduk
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 41
INDIKATOR GSCM
(ENABLER)
1
People
EN1. Personil yang terlibat dalam pengembangan
EN2. Kompetensi personil
EN3. Pendidikan berkelanjutan
2
Tatakelola
EN4. Dukungan kepemimpinan
EN5. Masterplan pengembangan Smart City
EN4. Kejelasan prinsip pengembangan smart city
EN5. Organisasi smart city
EN6. Proses pengembangan formal (metode)
EN7. Regulasi yang jelas dalam pengembangan smart city
3
TIK
EN8. Aplikasi yang digunakan untuk melakukan pelayanan
EN9. Infrastruktur TIK
‐
Infrastruktur
‐
Kapasitas bandwith
‐
Open data
‐
Data center
EN10. Tatakelola TIK
‐
Organisasi pengelola
‐
Kebijakan terkait penggunaan
‐
SOP dari kebijakan penggunaan
‐
Sumber daya yang memenuhi kualifikasi
‐
Dokumen rencana pengembangan
TINGKAT KEMATANGAN KOTA
1. Dalam konteks kota cerdas, tingkat kematangan
adalah merepresenatsikan kondisi dan kemampuan
kota melakukan implementasi solusi cerdas dengan
baik, serta seberapa besar solusi memberikan
dampak terhadap penyelesaian permasalahan kota.
2. Melalui model kematangan ini dapat dipetakan
beberapa manfaat:
• Mengukur
tingkat
kompetensi
kota
untuk
melakukan pengembangan smart city,
• Menentukan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang untuk meningkatkan kompetensi kota,
• Memberikan
prioritas
terhadap
kebutuhan
teknologi, partnership ,pengelolaan hal lain
terkait investasi kota,
• Mengidentifikas
Gap
yang
terjadi
dalam
departemen, bisnis unit, atau antar fungsionalitas
dalam implementasi teknologi.
DEFINISI LEVEL KEMATANGAN KOTA DALAM GSCM
level Smart Economy Smart Society Smart environment
Ad hoc Pertumbuhan ekonomi sangat rendah Kehidupan sosialisasi yang tidak layak.
keamanan dan kenyamanan intolerable Lingkungan yang tidak layak huni (intolerable) Dukungan layanan TIK sebaian besar
masih bertumpu pada proses manual
Dukungan layanan TIK sebaian besar masih bertumpu pada proses manual
Dukungan layanan TIK sebaian besar masih bertumpu pada proses manual Sebagian besar layanan tidak didukung
dengan rencana pengembangan dan pengelolaan yang baik
Sebagian besar layanan tidak didukung dengan rencana pengelolaan yang baik
Sebagian besar layanan tidak didukung dengan rencana pengelolaan yang baik Masyarakat tidak memiliki kemampuan
dan akses terhadap TIK Masyarakat tidak memiliki kemampuan dan akses terhadap TIK Masyarakat tidak memiliki kemampuan dan akses terhadap TIK
initiative Pertumbugan ekonomi rendah Kehidupan sosial tidak layak , keamanan
dan kenyamanan undesireable Lingkungan yang tidal layak huni ( undesireable) Dukungan TIK sudah mulai
diperhitungkan meskipun secara parsial Dukungan TIK sudah mulai diperhitungkan meskipun secara parsial Dukungan TIK sudah mulai diperhitungkan meskipun secara parsial Mulai terdapat rencana pengelolaan tapi
implementasi/penerapan belum maksimal
Mulai terdapat rencana pengelolaan tapi implementasi/penerapan belum maksimal
Mulai terdapat rencana pengelolaan tapi implementasi/penerapan belum maksimal Masyarakat kurang memiliki
kemampuan dan akses terhadap TIK
Masyarakat kurang memiliki kemampuan dan akses terhadap TIK
Masyarakat kurang memiliki kemampuan dan akses terhadap TIK
06/12/2016 FGD INOVASI, TKDN & STANDARISASI SMART CITY 44
DEFINISI LEVEL KEMATANGAN KOTA DALAM GSCM
level Smart Economy Smart Society Smart environment
scattered Pertumbuhan ekonomi sedang Kehidupan sosial kurang layak . Permasalahan uncomfortable
Lingkungan yang kurang layak huni (uncomfortable) Dukungan layanan TIK mulai besar tapi
aplikasi dan data masih tersebar Dukungan layanan TIK mulai besar tapi aplikasi dan data masih tersebar Dukungan layanan TIK mulai besar tapi aplikasi dan data masih tersebar Rencana pengelolaan seluruhnya
diimplementaskan namun belum didukung operasional yang baik
Rencana pengelolaan seluruhnya diimplementaskan namun belum didukung operasional yang baik
Rencana pengelolaan seluruhnya diimplementaskan namun belum didukung operasional yang baik Masyarakat cukup memiliki kemampuan dan
akses terhadap TIK Masyarakat cukup memiliki kemampuan dan akses terhadap TIK Masyarakat cukup memiliki kemampuan dan akses terhadap TIK Integrative Pertumbuhan ekonomi tinggi Kehidupan sosial cukup layak aman dan
nyaman , permasalah tolerable Lingkungan yang cukup layak huni dengan permasalahan lingkungan tolerable Dukungan layanan Tik mulai memperlihatkan
kolaborasi antar sistem Dukungan layanan Tik mulai memperlihatkan kolaborasi antar sistem Dukungan layanan Tik mulai memperlihatkan kolaborasi antar sistem Tatakelola dengan rencana dan pengembangan
serta operasional dan monitoring yang mulai menyeluruh
Tatakelola dengan rencana dan pengembangan serta operasional dan monitoring yang mulai menyeluruh Masyarakat memiliki kemampuan dan akses yang baik dalam penggunaan TIK
Tatakelola dengan rencana dan pengembangan serta operasional dan monitoring yang mulai menyeluruh Masyarakat memiliki kemampuan dan akses yang baik dalam penggunaan TIK Masyarakat memiliki kemampuan dan akses
yang baik dalam penggunaan TIK
Smart Pertumbuhan ekonomi sangat tinggi Kehidupan sosial layak aman dan nyaman ,
permasalahan acceptable Lingkungan yang cukup layak huni dengan permasalahan lingkungan Acceptable Dukungan layanan, infrastruktur dan tatakelola
yang menghasilkan layanan terintegrasi yang diakses secara ubiquotus
Dukungan layanan, infrastruktur dan tatakelola yang menghasilkan layanan terintegrasi yang diakses secara ubiquotus
Dukungan layanan, infrastruktur dan tatakelola yang menghasilkan layanan terintegrasi yang diakses secara ubiquotus
Tatakelola yang baik dengan rencana, pengembangan, operasional dan monitoring secara menyeluruh
Tatakelola yang baik dengan rencana, pengembangan, operasional dan monitoring secara menyeluruh
Tatakelola yang baik dengan rencana, pengembangan, operasional dan monitoring secara menyeluruh
Masyarakat memiliki kemampuan dan akses yang sangat baik dalam penggunaan TIK
Masyarakat memiliki kemampuan dan akses yang sangat baik dalam penggunaan TIK
Masyarakat memiliki kemampuan dan akses yang sangat baik dalam penggunaan TIK
KEBUTUHAN STANDARD UNTUK SMART CITY
Level Kota
Layanan Smart CIty
Perangkat dan
Infrastruktur
Pendukung
• Framework Pengukuran Kematangan • Framework Pola Pengambilan Keputusan (Analytics) • Framework Sustainable Development • Roadmap for Smart City • Pola Investasi Layanan Smart City • dll
• Metrik Inftastruktur • Kamus Layanan dan Data Sharing • Manajemen Resiko • Interoperabilitas • KPI Layanan • SOP • dll • IOT • Interoperabilitas • TKDN • dll