• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Gudang

Gudang PT Karuna Sumber Jaya memperlihatkan penyusunan material kayu yang rapi dan teratur, namun kebersihan di sekitar gudang belum memadai sehingga memudahkan tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis mikroorganisme perusak kayu (Gambar 1).

Gambar 1. Kondisi gudang PT Karuna Sumber Jaya

Gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry terawat dan bersih, tumpukan kayu teratur dan rapi. Jenis kayu yang disimpan pada gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry adalah jenis kayu yang berkualitas, yaitu kayu hutan (Merbau). Manajemen gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry dilakukan dengan baik; pengaturan keluar masuknya kayu atau pendistribusian kayu terpisah antara kayu yang baru tiba dan kayu yang sudah lama, kayu yang akan diberi perlakuan dan sudah diberi perlakuan dengan uap panas sampai pada kayu yang sudah di-marking dan siap ekspor gudangnya terpisah (Gambar 2).

(2)

Gambar 2. Kondisi gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry

Gudang PT Adi Putra Perkasa masih berupa ruangan yang belum tertutup rapi dan lantainya masih berupa tanah. Secara umum kondisi gudang tersebut belum terawat baik (kotor). Penumpukan kayu di gudang tersebut disusun sangat rapat dan sangat tinggi sehingga kondisi tersebut dapat mendukung perkembangan berbagai organisme perusak kayu (Gambar 3).

Gambar 3. Kondisi Gudang PT Adi Putra Perkasa

Pada Gudang CV Mitra Karya Utama penyusunan kayunya tidak beraturan, di gudang tersebut belum dilakukan pemisahan ruangan antara kayu yang baru tiba, kayu yang telah lama dan kayu yang belum diberi perlakuan. Secara umum kondisi gudang tersebut belum terawat baik (kotor). Pada gudang ini terjadi penumpukan stok kayu yang sangat banyak (Gambar 4).

(3)

Gambar 4. Kondisi Gudang CV Mitra Karya Utama

Gudang CV Mitra Pratama terawat dan bersih, tumpukan kayu teratur dan rapi. Di gudang CV Mitra Pratama produksi kayunya sedikit, sehingga tidak pernah terjadi penumpukan stok yang banyak. Pengaturan kayu dilakukan dengan baik, telah dilakukan pemisahan antara kayu yang baru tiba dan kayu yang sudah lama, kayu yang akan diberi perlakuan dan sudah diberi perlakuan dengan uap panas sampai pada kayu yang sudah dimarking dan siap ekspor gudangnya terpisah. Jenis kayu di gudang CV Mitra Pratama adalah kayu kecapi dan pinus dengan umur kayu yang dipanen tua, yaitu 8 tahun. Pada gudang CV Mitra Pratama juga dilakukan perlakuan kayu dengan insektisida pada kayu sebelum diolah jadi pallet, sehingga ketahanan kayu sangat tinggi (Gambar 5).

Gambar 5. Kondisi Gudang CV Mitra Pratama

Secara umum kondisi sanitasi gudang masih kurang baik, dari hasil survei diketahui bahwa Gudang PT Karuna Sumber Jaya dan gudang CV Mitra Pratama sanitasinya cukup baik. Kondisi sanitasi gudang pada kelima gudang kemasan kayu sangat berpengaruh terhadap perkembangan organisme perusak kayu.

Lima gudang yang dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel kayu kemasan memiliki karakteristik yang relatif berbeda terkait dengan jenis-jenis

(4)

kayu yang digunakan sebagai bahan untuk kemasan. Umumnya jenis kayu yang banyak digunakan adalah albasia dan kecapi. Dari lima gudang yang diamati, tiga diantaranya menggunakan kayu jenis tersebut. Selengkapnya mengenai karakteristik gudang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Gudang

Gudang Karakteristik A B C D E Bangunan - Lantai - Dinding Semen Permanen Semen Permanen Tanah Semi Permanen Semen Semi Permanen Semen Permanen - Penempatan Kayu dalam Gudang - Jumlah Kayu dalam

Gudang Teratur Seimbang Teratur Seimbang Ditumpuk sampai penuh Penuh Kurang teratur Penuh Tidak Teratur Penuh Jenis Kayu Albasia

Rambutan Kecapi Durian Merbau Eki Albasia Kecapi Ranbutan Albasia Rambutan Kecapi Durian Kecapi Pinus Manii Asal Kayu Cianjur

Sukabumi Irian Afrika Selatan Plbh Ratu Jampang Cianjur Cianjur Jateng Perlakuan Heat Treatment Heat Treatment Fumigasi Heat Treatment Fumigasi Heat Treatment Fumigasi Heat Treatment Disemprot insektisida Fumigasi Kebersihan Pencahayaan Sirkulasi Kotor Terang Cukup baik Baik Terang Baik Kotor Cukup terang Cukup baik Kurang Terang Kurang baik Baik Terang Baik Kondisi Lingkungan disekitar Gudang

Persawahan Perumahan Persawahan Pertokoan Perumahan

Keterangan : A = PT Karuna Sumber Jaya, B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, C = PT Adi Putra Perkasa, D = CV Mitra Karya Utama, E = CV Mitra Pratama

Dari data karakteristik gudang dapat dibuat skoring yang dikaitkan dengan hasil OPK yang ditemukan di tiap-tiap gudang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

(5)

Semakin tinggi skor karakteristik suatu gudang maka semakin baik kondisi gudang tersebut. Jika kondisi gudang semakin baik dan OPK yang ditemukan pada gudang tersebut pun semakin rendah, atau sebaliknya, maka kondisi gudang dianggap berpengaruh terhadap adanya OPK.

Berdasarkan hasil skor karakteristik gudang (Tabel 2), maka skor tertinggi dicapai oleh gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, diikuti CV Mitra Pratama, PT Karuna Sumber Jaya, PT CV Mitra Karya Utama dan yang paling rendah adalah PT Adi Putra Perkasa. Jika dilihat dari jumlah serangga perusak kayu yang ditemukan, maka gudang dengan kondisi yang terbaik dan menengah (PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry dan CV Mitra Pratama) menunjukkan tidak ditemukannya serangga perusak kayu sama sekali. Demikian pula untuk gudang yang terburuk (PT Adi Putra Perkasa) menunjukkan bahwa jumlah serangga perusak kayu yang ditemukan adalah yang terbanyak. Serangga perusak kayu dalam jumlah terbanyak dijumpai pula pada gudang dengan kondisi menengah (PT Karuna Sumber Jaya). Pada gudang dengan kondisi menengah lainnya ditemukan serangga perusak kayu dalam jumlah sedikit (CV Mitra Karya Utama). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik gudang berpengaruh terhadap jumlah serangga yang ditemukan dalam gudang penyimpanan bahan kemasan kayu. Skor karakteristik gudang dengan kondisi menengah dan cukup baik menunjukkan jumlah serangga perusak kayu yang ditemukan.

Ahasverus advena dan Lophocateres sp. adalah serangga gudang, tetapi

bukan merupakan OPK. Ditemukannya kedua jenis serangga ini pada gudang kayu kemasan dimungkinkan karena di sekitar gudang (PT Karuna Sumber Jaya dan PT Adi Putra Perkasa) terdapat komoditas lain, yaitu pakan ternak.

Spesies cendawan yang tergolong OPK yang ditemukan dari penelitian adalah Fusarium roseum, Chaetomium sp. dan Conicomyces sp. Berbeda dengan jumlah serangga yang ditemukan, maka jumlah cendawan yang tergolong OPK tidak dipengaruhi oleh kondisi gudang. Hal ini dibuktikan dengan tingginya jumlah cendawan yang ditemukan pada gudang dengan kondisi menengah (CV Mitra Karya Utama). Sedangkan pada gudang dengan kondisi terbaik, yaitu PT

(6)

Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, dan gudang dengan kondisi terburuk, yaitu CV Adi Putra Perkasa, tidak ditemukan cendawan OPK.

Tabel 2. Skoring Karakteristik Gudang terhadap adanya OPK Gudang Karakteristik A B C D E Bangunan - Lantai - Dinding 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 - Penempatan Kayu dalam Gudang - Jumlah Kayu dalam

Gudang 2 1 2 1 0 0 1 0 0 0 Kebersihan Pencahayaan Sirkulasi 0 1 1 2 1 2 0 0 1 1 1 0 2 1 2 Jumlah Skor Karakteristik Gudang 6 10 1 4 7 Serangga : Coleoptera Isoptera Jumlah Individu Serangga 5 5 10 0 0 0 6 4 10 2 0 2 0 0 0 Cendawan : Moniliales Sordariales Jumlah Jenis Cendawan 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 1 1 Keterangan :

A = PT Karuna Sumber Jaya; B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry; C = PT Adi Putra Perkasa; D = CV Mitra Karya Utama; E = CV Mitra Pratama

Skoring :

- Lantai Bangunan : Semen = 1, Tanah = 0

- Dinding Bangunan : Permanen = 1, Semi Permanen = 0

- Penempatan Kayu dalam Gudang : Teratur = 2, Kurang Teratur = 1, Tidak Teratur = 0 (termasuk Ditumpuk sampai penuh)

- Kebersihan : Baik = 2, Kurang = 1, Kotor = 0 - Pencahayaan : Terang = 1, Cukup Terang = 0

(7)

Hasil Inventarisasi Serangga

Berdasarkan hasil survei pada 5 gudang kemasan kayu, diperoleh beberapa jenis serangga hasil inventarisasi yang terdapat pada kemasan kayu yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil inventarisasi pada 5 gudang kemasan kayu yang disurvei

Jenis Serangga Jumlah yang ditemukan (ekor) di Gudang

Ordo Famili Spesies

A B C D E Coleoptera Isoptera Hymenoptera Hemiptera Cerambycidae Nitidulidae Bostrichidae Histeridae Sylvanidae Termitidae Rhinotermitidae Kalotermitidae Formicidae Anthocoridae Xystrocera sp * Batocera sp * Carpophilus sp * Sinoxylon anale * Hololepta sp Ahasverus advena Lophocateres Coptotermes havilandi * Macrotermes * Cryptotermes * Tetraponera sp Dolichoderus sp Xylocoris spp 1 0 2 2 1 1 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 3 1 0 0 1 2 0 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan : A = PT Karuna Sumber Jaya, B = PT Victory Cemerlang Indonesia

Wood Industry, C = PT Adi Putra Perkasa, D = CV Mitra Karya Utama, E = CV Mitra Pratama

*) : Organisme Perusak Kayu

Berdasarkan Tabel 3, ordo serangga yang banyak ditemukan adalah Coleoptera. Ordo ini ditemukan pada tiga gudang. Ketiga gudang tersebut adalah gudang PT Karuna Sumber Jaya, PT Adi Putra Perkasa, dan CV Mitra Karya

(8)

Utama. Berdasarkan jenis kayu yang digunakan untuk kemasan, ketiga gudang tersebut memiliki kesamaan jenis kayu yang digunakan, yaitu menggunakan kayu albasia. Ini menunjukkan ada kemungkinan ordo serangga tersebut cocok hidup pada kayu albasia.

Ordo Isoptera ditemukan pada dua gudang, yaitu gudang PT Karuna Sumber Jaya dan PT Adi Putra Perkasa, ditemukan bagian bawah tumpukan kayu. Dikaitkan dengan jenis kayu yang digunakan untuk kemasan, kedua gudang ini memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu menggunakan kayu jenis albasia, rambutan, durian, dan kecapi. Oleh karena itu, ada kemungkinan ordo jenis ini menyukai keempat jenis kayu tersebut. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan komposisi kimia dan struktur kayu akan memberikan pengaruh terhadap sifat keawetan dan kekuatan (sifat fisis mekanis) kayu. Kayu-kayu kelas rendah yang biasa dipakai sebagai bahan bangunan seperti kayu sengon, afrika, rasalama, puspa, nangka, suren mengandung banyak kandungan selulosa dan hemiselulosa, serta sedikit sekali mengandung zat-zat ekstraktif yang berguna sebagai mekanisme kimia pertahanan kayu terhadap organisme perusaknya (Rismayadi 2008).

Dua ordo serangga lainnya yang tidak termasuk OPK, yaitu Hymenoptera dan Hemiptera hanya ditemukan pada satu gudang, yaitu gudang CV Mitra Karya Utama. Dari jenis kayu yang ditemukan, ada indikasi bahwa selain disukai Coleoptera, albasia juga disukai oleh kedua ordo serangga ini. Berdasarkan tidak ditemukannya serangga pada dua gudang penyimpanan (PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry dan CV Mitra Pratama), ada indikasi bahwa kayu merbau, eki, kecapi, manii, dan pinus tidak disukai oleh serangga. Dilihat dari spesies serangga yang ditemukan pada kemasan kayu, spesies dari ordo Coleoptera merupakan spesies yang paling banyak ditemukan (Tabel 3). Dari tiga gudang (PT Karuna Sumber Jaya, PT Adi Putra Perkasa, dan CV Mitra Karya Utama), ada tujuh spesies yang tergolong dalam ordo ini. Sedangkan banyaknya spesies dari tiga ordo serangga lainnya, yaitu Isoptera, Hymenoptera dan Hemiptera berturut-turut adalah tiga, dua dan satu spesies. Jumlah spesies serangga terbanyak ditemukan pada gudang PT Karuna Sumber Jaya, yaitu sebanyak 7 spesies serangga.

(9)

1. Ordo Coleoptera

Terdapat 7 spesies serangga ordo Coleoptera yang ditemukan, yaitu

Xystrocera sp. dan Batocera sp. (Cerambycidae), Carpophilus sp. (Nitidulidae), Sinoxylon anale (Bostrichidae), Hololepta sp. (Histeridae), Ahasverus advena dan Lophocateres sp. (Sylvanidae). Dari ketujuh spesies yang ditemukan ini hanya

empat spesies yang merupakan OPK, yaitu Xystrocera sp. dan Batocera sp. (Cerambycidae), Carpophilus sp. (Nitidulidae), serta Sinoxylon anale

(Bostrichidae). a. Famili Nitidulidae Carpophilus sp.

Ciri spesifik serangga dewasa yang ditemukan adalah elitra pendek dan dua ruas abdomen terakhir terlihat dengan jelas. Serangga dewasa berukuran 2 mm berwarna merah karat dengan spot yang tidak begitu jelas pada elitra (Gambar 6). Tiga ruas terakhir dari antena membentuk struktur seperti gada (Rees 2004).

Gambar 6. Carpophilus sp. (Yani Dawy 2009) (Ket. : a : spot pada elitra, b : dua ruas terakhir dari abdomen terlihat dengan jelas dan c : antena yang ujungnya membesar (clubbed)

Carpophilus sp. merupakan salah satu spesies yang menyerang kayu

glondongan/timber (Akbulut et al. 2008). Carpophilus sp. yang ditemukan pada gudang PT Karuna Sumber Jaya memiliki ciri-ciri mengarah pada ciri Carpophilus

(10)

b. Famili Histeridae

Hololepta sp yang tergolong dalam famili ini mempunyai ciri spesifik

hampir sama dengan famili Nitidulidae, yaitu dua ruas terakhir dari abdomen terlihat dengan jelas. Serangga dewasa berwarna hitam tanpa spot dengan ukuran 2,5 mm (Gambar 7), serangga ini ditemukan di gudang PT Karuna Sumber Jaya. Serangga famili Histeridae merupakan serangga predator pada hama perusak kayu (Rees 2004).

Gambar 7 Hololepta sp c. Sinoxylon anale (Bostrichidae)

Sinoxylon anale merupakan famili Bostrichidae berdasarkan hasil identifikasi yang ditemukan pada penyimpanan kayu dengan ciri-ciri tubuh berbentuk silindris berukuran 5 mm dan berwarna coklat tua (Gambar 8).

Gambar 8 Sinoxylon anale (a : kepala , b : duri pada tepi protoraks, c : antena dan d : duri )

Kepala menekuk ke bawah dan jika dilihat dari atas seperti bersembunyi di bawah pronotum. Pada bagian tepi pronotum terdapat duri. Antena berbentuk sisir (capitate). Pada bagian ujung abdomen terdapat dua duri (Rees 2004; AQIS 2007).

(11)

Serangga ini ditemukan di gudang PT Karuna Sumber Jaya, PT Adi Putra Perkasa, dan CV Mitra Karya Utama. Serangga ini merupakan serangga yang menyerang kayu albasia.

Beberapa spesies dari famili Bostrichidae seperti S. anale dan S. conigerum merupakan hama yang sangat merusak pada kayu dan bambu. Inangnya adalah

Acacia mangium, Kompassia melaccensis, Dalbergia spp, Delonix spp, Havea brasiliensis, Leucaena spp, Mallotus spp, Shorea spp, Terminalia spp, Xylia spp

(Walker 2008).

d. Cerambycidae

Xystrocera festiva tergolong dalam famili Cerambycidae dan disebut juga

sebagai penggerek albisia. Xystrocera festiva menyerang kayu Albizia falcata, A.

chinensis, A. lebbeck, A. stipulata, A. sumatrana, Pithecolobium lobatum, Theobroma dan Coffea (Kalshoven 1981). Serangga ini mempunyai antena

panjang. Serangga ini menyebabkan spot kecoklatan pada kayu, kemudian mengering dan menghitam. Serangga ini ditemukan di gudang PT Adi Putra Perkasa.

Gambar 9 Xystrocera festiva e. Batocera sp.

Larva menggerek batang pohon kering dan dapat hidup pada pohon softwood yang telah tua dan rusak. Merupakan serangga nocturnal (Kalshoven 1981). Serangga ini ditemukan di gudang CV Mitra Karya Utama.

(12)

Gambar 10 Batocera sp. f. Ahasverus advenae

Ahaverus advenae tergolong famili Silvanidae dengan ciri spesifik yaitu

terdapat duri pada setiap sisi pada pronotum (Gambar 11). Serangga dewasa berbentuk datar dengan ukuran 2 mm (Gambar 11), berwarna merah kecoklatan, dan pronotum agak lebar. Tiga ruas terakhir dari antena berbentuk gada (clubbed) dan agak panjang (Smith et al. 1990).

Gambar 11 Ahasverus advena g. Lophocateres

Menurut Rees (2004) merupakan serangga scavenger bersifat predator, elitra longitudinal ridges berwarna coklat tua (coklat gelap). Kumbang biji-bijian Siam (Lophocateres pusillus Klug.) saat ini telah dikenal luas dan sering dijumpai dalam jumlah yang besar pada padi dan beras di beberapa negara Asia.

(13)

Gambar 12. Lophocateres

2. Ordo Hymenoptera

a. Tetraponera sp.

Tetraponera sp. tergolong famili Formicidae, terdapat dua segmen

antara mesosoma dan aster, yaitu petiole dan pospetiole, frontal lobes dan mengarah kesebelah bawah dan menutupi bagian dasar antena, mata sangat besar dan memanjang, terletak ditengah samping kepala. Segmen pertama mesosoma (pronotum) berhubungan dengan jelas dengan segmen kedua (mesonotum) antena 12 segmen (Gullan dan Cranston 2000).

Gambar 13. Tetraponera sp.

b. Dolichoderus sp.

Badan Dolichoderus sp. dengan satu petiole, tidak ada sting pada bagian posterior dan antennal soccet sekitar belakang samping clypeus,

pygdium dan hypopygdium terdapat duri-duri pendek, petiole berbentuk

bulatan pendek serta tungkai dan tubuh berwarna hitam.

Ada dua spesies yang ditemukan berdasarkan tipe pengetingan pada abdomen seperti terlihat pada Gambar 13. Beberapa spesies dari famili ini

(14)

merupakan penggerek kayu (wood boring ant) dan disebut juga sebagai semut tukang kayu (carpenter)

Sering ditemukan pada kayu tetapi tidak menimbulkan kerusakan pada kayu, di Australia salah satu dari spesies tersebut yaitu Camoponotus

modoc merupakan spesies yang merugikan secara ekonomi dan menjadi

perhatian pihak karantina (AQIS 2007).

.

Gambar 14 Dolichoderus sp.

3. Ordo Isoptera

Ordo Isoptera termasuk beberapa jenis rayap yang menyerang kayu. Klasifikasi rayap didasarkan pada perbedaan bentuk dan ukuran kepala, mandibel dan kasta prajurit. Penggunaan kasta pekerja dan imago seringkali bermanfaat untuk mengindentifikasi rayap sampai pada genus (Gullan dan Cranston 2000). Dalam penelitian ini ada dua jenis rayap yang ditemukan berdasarkan kepala (Gambar 15 dan Gambar 16). Serangga ini memakan selulosa dari kayu. Perilaku koloni rayap menunjukkan adanya kehidupan sosial yang terkoordinasi dan menunjukkan suatu bentuk kerja kelompok (team

work) yang sangat baik dalam penyelesaian tugas (Hunt dan Garratt, 1986).

a. Coptotermes sp.

Tergolong dalam famili Rhinotermitidae, ditandai dengan kepala dekat anterior, lubang fontanel jauh di depan dengan perpanjangan tubular yang pendek, lebar kepala 1,34 1,52mm, kepala oval dan tipis. Antena 14 16 segmen, segmen kedua lebih panjang daripada segmen ketiga, labrum memanjang sampai ke bagian tengah mandibula, pronotum terpisah pada bagian anterior dan posterior (Gullan dan Cranston 2000).

(15)

Gambar 15. Coptotermes sp. b. Macrotermes sp.

Merupakan bagian dari famili Termitidae, dengan ciri identifikasi adalah adanya mandibula yang berkembang baik dan fungsional, simetris, melengkung pada ujungnya, digunakan untuk memotong-motong. Labrum dengan ujung hyalin, mesonotum dan metanotum meluas secara lateral (Borror et al. 1983).

Gambar 16. Macrotermes sp. c. Cryptotermes sp.

Diklasifikasikan ke dalam famili Kalotermitidae, bersarang pada kayu-kayu kering. Koloninya sangat kecil, hanya beberapa ribu ekor, dan hanya mempunyai kasta pekerja palsu (pseudoworker).

(16)

Kasta prajurit dari spesies ini mempunyai bentuk kepala yang berwarna coklat gelap kemerah-merahan. Antena terdiri dari 11 segmen, segmen kedua lebih panjang dibandingkan segmen lainnya. Panjang kepala dengan mandibula 0,87 0,92 mm (Borror et al. 1983).

4. Ordo Hemiptera

Jenis serangga yang ditemukan adalah Xylocoris sp dan Lyctocoris

campetris, tergolong famili Anthocoridae. Serangga ini merupakan predator,

bentuknya pipih dan pada bagian toraks triangular berwarna kecoklatan. Sayapnya transparan dan antenanya 8 ruas (Rees 2004; CAB International 2007).

a. Lyctocoris campetris

Panjang Lyctocoris campetris dewasa 3,5 4 mm. Pada suhu 30°C

Lyctocoris campetris membutuhkan sekitar 4 minggu untuk berkembang

dari telur hingga menjadi dewasa (Rees, 2004).

Gambar 18. Lyctocoris sp. b. Xylocoris sp.

Xylocoris sp. Sedikit lebih kecil dibanding Lyctocoris campetris.

Nimfanya berwarna merah muda atau kuning. Xylocoris sp. membutuhkan 22 hari untuk berkembang dari telur hingga menjadi dewasa (Rees, 2004).

(17)

Upaya pengendalian serangga perusak kayu yang dilakukan oleh perusahaan kemasan kayu sesuai dengan ketentuan ISPM #15 adalah dengan perlakuan panas (Heat treatment/HT). Heat treatment dilakukan dengan cara kemasan kayu dipanaskan dalam waktu dan suhu yang cukup sehingga suhu inti kayu (wood core temperature) mencapai sekurang-kurangnya 56oC selama 30 menit. Pemanasan menyebabkan terjadinya degradasi selulosa yang ada dalam kayu. Menurut Jasni et al. (2004) bahwa kayu yang dipanaskan pada suhu di atas 180oC akan mulai terdegradasi kandungan kimianya, dalam hal ini yang akan terdegradasi pertama kali adalah hemiselulosa. Sebagaimana diketahui hemiselulosa atau selulosa merupakan makanan utama rayap. Oleh karena itu, dengan terdegradasinya hemiselulosa dalam kayu maka rayap dan serangga perusak kayu lainnya kurang mendapat makanan lalu cepat mati. Perlakuan panas dapat mematikan serangga uji sebesar 71,2% (Jasni et al. 2004). Dari hal tersebut maka perlakuan panas cukup efektif dalam mengendalikan serangga perusak kayu.

Hasil inventarisasi cendawan pada gudang kemasan kayu yang disurvei Dari hasil inventarisasi cendawan pada lima gudang kemasan kayu diketahui bahwa jenis-jenis cendawan yang ditemukan secara umum jenis cendawannya berbeda (Tabel 4). Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan cendawan tidak dipengaruhi oleh jenis kayu.

Berdasarkan hasil survei di 5 gudang menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis cendawan yang menginfestasi material kayu. Jenis cendawan tersebut umumnya merupakan cendawan yang tidak sempurna (imperfect fungi) yang terdiri dari Ordo Eurotiales, Moniliales, Dothideales, Tuberculariales. Namun hasil identifikasi juga memperlihatkan adanya beberapa jenis cendawan dari cendawan perfekti yang tergolong dalam Kelas Basidiomyctes dan Hypomyctes.

(18)

Tabel 4. Jenis-jenis cendawan yang ditemukan pada kemasan kayu

Jenis Cendawan Keberadaan di Gudang

Ordo Famili Spesies

A B C D E Moniliales Eurotiales Dothideales Polyporales Agaricales Sordariales Dematiaceae Moniliceae Tuberculariaceae Trichocomaceae Dothioraceae Polyporaceae Schizophyllaceae Chaetomiaceae Stachyllidium pallidium Collybia Sp. Humicola sp. Gliomastix sp. Paecilomyces sp. Fusarium roseum Aspergillus fumigatus Aerobasidium sp. Phynoporus sanguineus Schizophyllum commune Chaetomium sp Diademospora Conicomyces sp.

Keterangan : A = PT Karuna Sumber Jaya, B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, C = PT Adi Putra Perkasa, D = CV Mitra Karya Utama, E = CV Mitra Pratama

Hasil Identifikasi cendawan yang ditemukan pada kemasan kayu adalah sebagai berikut :

1. Paecilomyces sp.

Paecilomyces sp. dikelompokkan ke dalam Ordo Moniliales dan Famili

Moniliaceae yang dicirikan dengan adanya phialospora atau konidia yang berbentuk fusi berkelompok sampai bebentuk jeruk dengan tangkai konidia lebih menyatu seperti sikat (Gambar 20). Di atas medium buatan, koloni

Paecilomyces sp. tidak menghasilkan warna biru atau hijau seperti beberapa

jenis cendawan lainnya. Paecilomyces sp. dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu 37°C dan bersifat sebagai saprofitik.

(19)

Gambar 20. Paecilomyces sp. 2. Aspergillus sp

Gambar 21. Aspergillus sp

Cendawan Aspergillus sp. tergolong ke dalam Ordo Eurotiales dan Famili Trichocomaceae. Aspergillus sp. memiliki konidiaspora yang lebih terang

berujung seperti bengkak memiliki phialid pada ujung apeks. Konidia cendawan ini memiliki satu sel dan sering kali membentuk variasi warna. Hifa dari cendawan ini bersepta dan hialin (Gambar 21).

3. Aureobasidium sp.

Gambar 22. Aureobasidium sp.

Cendawan Aureobasidium tergolong ke dalam Ordo Dothideales Famili Dothioraceae. Cendawan ini termasuk dalam golongan cendawan Dematiaceous yang memiliki batas Blastokonidia dan berwarna. Blastokonidia berkembang merata dalam bentuk yang bertumpuk atau berkelompok. Cendawan ini memiliki hifa yang bersepta dan hialin pada awal

(20)

pembentukannya dan berubah warna menjadi kecokaltan pada saat telah menua. Umumnya hifanya berukuran 2-10 µm tetapi sangat tebal dengan ukuran ketebalan 15-20 µm. Konidiospora cendawan Aureobasidium berukuran 4-6 x 2-3 µm dalam satu sel, hialin dan berbentuk oval silindris (Gambar 22).

4. Stachylidium sp.

Gambar 23. Stachylidium palladium

Cendawan Stachylidium palladium tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki konidiaspora yang berwarna gelap dan bercabang. Konidianya subhialin dan berwarna coklat dan bersel satu, berukuran kecil dan merupakan saprofitik pada bahan-bahan sayuran. (Gambar 23).

5. Collybia sp

Gambar 24. Collybia sp.

Cendawan Collybia sp. tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki spora berukuran 4.8-6.4 x 2-2.8 (-3.5) µm dan berbentuk ellipsoid. Badan buah atau basidianya berukuran 17.5-21 x 4.8-5.6 µm. Apabila ditumbuhkan di atas medium buatan akan memperlihatkan ukuran diameter hifanya berkisar antara 3.5 - 8.4 µm.. Cendawan ini kadang-kadang membentuk sklerotia pada kondisi yang kurang

(21)

menguntungkan. Sklerotia berwarna kuning gelap atau oranye sampai coklat muda (Antonin et al. 1997).

6. Pycnoporus sanguineus

Gambar 25. Pycnoporus sanguineus

Cendawan Pycnoporus sanguineus tergolong ke dalam Ordo

Polyporales dan Famili Polyporaceae. 7. Schizophyllum commune

Cendawan Schizophyllum commune tergolong ke dalam Ordo Agaricales dan Famili Schizophyllaceae.

Gambar 26. Schizophyllum commune

8. Chaetomium sp

Cendawan Chaetomium sp. tergolong ke dalam Ordo Sordariales Famili Chaetomiaceae. Cendawan ini memiliki hifa yang bersepta. Cendawan ini juga memiliki askus serta perithesium yang panjang dan berwarna coklat. Askosporanya terdiri dari satu sel berwarna coklat dan berbentuk lemon (Gambar 27). Askusnya berbentuk silindris dan mengeluarkan askospora dalam jumlah 4 sampai 8 buah. Cendawan ini banyak ditemukan menjadi patogen dan menginfeksi manusia.

(22)

Gambar 27. Chaetomium sp. 9. Humicola sp.

Gambar 28. Humicola sp

Cendawan Humicola sp tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki konidiaspora dengan cabang yang sederhana dan pendek. Memiliki satu sel dan beberapa spesies menghasilkan phialids dan phialospora secara berantai (Gambar 28). Cendawan ini banyak ditemukan sebagai cendawan safrofit dan merupakan cendwan termofilik.

10. Gliomastix sp.

Cendawan Gliomastix sp. tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Dematiaceae. Cendawan ini memiliki miselium yang hialin dan konidiaspora biasanya berkurang menjadi phialids yang lebih ssederhana. Konidiosporanya hialin sampai gelap dengan satu sel (Gambar 29).

(23)

Gambar 29. Gliomastix sp. 11. Fusarium roseum

Cendawan Fusarium roseum tergolong ke dalam Ordo Moniliales Famili Tuberculariaceae. Cendawan ini memiliki miselium yang memanjang di atas medium kultur. Miseliumnya berwarna merah muda dan kuning. Konidiasporanya bervariasi dan bercabang serta memiliki sporodokia. Konidianya hialin yang terdiri dari makrokonidia dan mikrokonidia dengan beberapa sel (Gambar 30).

Gambar 30. Fusarium roseum 12. Conicomyces sp.

Gambar 31. Conicomyces sp.

Cendawan Conicomyces sp. tergolong ke dalam Kelas Hypomycetes. Cendawan ini menghasilkan konidia secara langsung dari struktur vegetatif hifanya (Gambar 31).

(24)

Dari lima gudang yang diamati, pada gudang CV Mitra Pratama ditemukan paling banyak jenis cendawan. Di gudang ini ditemukan enam jenis cendawan. Sedangkan jenis cendawan yang paling sedikit ditemukan terdapat pada gudang CV Mitra Karya Utama, yaitu hanya dua jenis.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cendawan yang menginfestasi material kayu ditemukan di semua gudang dengan jenis cendawan yang berbeda (Tabel 4). Perbedaan jenis cendawan yang ditemukan pada gudang-gudang tersebut dapat disebabkan oleh (1) keadaan gudang atau kondisi kebersihan gudang, (2). jenis kayu atau material kayu yang ada, (3) kualitas kayu dan kondisi fisik gudang, serta (4). pengaturan tumpukan material kayu yang ada, dan (5). kesesuaian kondisi atau tempat hidup mikrooganisme atau cendawan.

Walaupun gudang PT Karuna Sumber Jaya memperlihatkan penyusunan material kayu yang rapi dan teratur serta terawat dan bersih, namun kebersihan di sekitar gudang belum memadai sehingga memudahkan tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis mikroorganisme. Pada Gudang PT Karuna Sumber Jaya ditemukan cendawan Stachylidium sp. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat saprofitik cendawan ini pada kayu kemasan yang telah melapuk. Spora cendawan ini sangat mudah untuk diterbangkan oleh angin atau terbawa air (Elis et al. 1951; Ellis and Hesseltine 1962; Edward 1959). Spora yang ada pada material kemasan kayu di sekitar gudang dapat masuk melalui perantaraan orang atau melekat pada material kayu yang lembab yang masuk ke gudang. Kayu yang masuk ke gudang seringkali masih dalam keadaan lembab sehingga spora cendawan yang menempel dengan mudah dapat berkembang dan tumbuh pada material kayu.

Demikian pula beberapa cendawan lainnya seperti Collybia sp., Aspergillus

fumigatus, Gliomastix sp., Aerobasidium sp. dan Aspergillus fumigatus yang

ditemukan pada gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry, PT Adi Putra Perkasa, CV Mitra Karya Utama dan CV Mitra Pratama dapat disebabkan oleh terbawanya sisa-sisa material kayu yang lembab sehingga dapat hidup pada tumpukan kayu yang lembab atau dapat disebabkan adanya kayu yang lapuk. Cendawan-cendawan tersebut juga merupakan mikroorganisme yang bersifat saprofit yang dapat hidup pada kayu yang lapuk dan material lain yang membusuk serta tumbuh dan berkembang pada kondisi yang lembab, kecuali cendawan

(25)

Gliomastix sp. dapat bertindak sebagai mikoparasit bagi cendawan lainnya (Raper

and Fennel 1965; Ellis 1967; Brown and Kendrick 1958; Cooke 1959; Mulas et al. 2002).

Ditemukan pula keberadaan cendawan Pycnoporus sanguineus dan

Schizophyllum commune yang merupakan cendawan yang dapat bersifat sebagai

patogen tanaman. Hal ini disebabkan kedua cendawan tersebut dapat pula memarasit batang-batang atau bagian berkayu dari tanaman atau pohon. Keberadaannya di gudang tersebut dimungkinkan karena sporanya telah melekat pada batang kayu tanaman sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada kondisi yang sesuai untuk perkembangannya di dalam gudang, apalagi gudang yang tidak terawat atau kurang bersih .

Adanya cendawan Humicola sp. pada gudang PT Adi Putra Perkasa dapat disebabkan oleh terikut pada manusia saat pengangkutan kayu masuk ke dalam gudang. Hal ini karena Humicola sp. diketahui dapat menginfeksi atau terikut pada manusia atau dapat pula keberadan cendawan Humicola sp. di dalam gudang karena cendawan ini merupakan cendawan tanah yang berada di sekitar perakaran dan menghambat pertumbuhan akar. Keberadaan di dalam gudang dapat terikut pada bagian material kayu yang masuk ke dalam gudang (Cooney and Emerson 1964; White and Downing 1953).

Cendawan Conicomyces sp., Fusarium roseum, Chaetomium sp. yang diisolasi dan identifikasi keberadaan dari material kayu di gudang PT Adi Putra Perkasa dan CV Mitra Karya Utama dapat dikarenakan ketiga jenis cendawan ini mampu menginfestasi kayu dan dapat menjadi patogen tanaman hutan. Namun keberadaannya dapat disebabkan oleh terikut dari material kayu yang diambil dari pertanaman dan terbawa hingga ke dalam gudang. Cendawan F. roseum merupakan cendawan yang banyak ditemukan sebagai cendawan tanah dan dapat berada di dalam jaringan pengangkutan tanaman atau pohon yang berkayu. Sporanya dapat hidup pada suhu rendah dan dapat diterbangkan oleh angin dan konidianya dapat tersebar melalui batang yang terinfeksi oleh cendawan ini sehingga keberadaannya di dalam gudang diduga karena konidia terikut pada bagian material kayu (Toussoun dan Nelson 1968).

(26)

Keberadaan cendawan Paecilomyces sp. di dalam gudang CV Mitra Pratama diduga dikarenakan cendawan banyak ditemukan sebagai parasit serangga atau entomopatogen (Brown dan Smith 1957). Sehingga diduga keberadaannya di dalam gudang karena terbawa oleh serangga yang terikut pada material kayu.

Ditemukannya beberapa jenis cendawan yang berbeda pada gudang yang berbeda pula menunjukkan bahwa penanganan atau manajemen gudang perlu lebih diperhatikan untuk menghindari terjadinya infestasi cendawan yang bersifat safrotik atau ikutan pada kayu dan cendawan-cendawan yang berpotensi sebagai patogen penyebab penyakit yang bisa terbawa oleh material kayu. Dibutuhkan pula perlakuan-perlakuan khusus terhadap cendawan sehingga tidak memungkinkan cendawan tersebut untuk tumbuh dan berkembang.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pallet yang diproduksi oleh kelima gudang digunakan untuk kemasan berbagai macam komoditas yang dikirimkan ke berbagai negara, yang merupakan negara-negara yang telah menerapkan ISPM #15. Meskipun Indonesia baru melakukan persiapan penerapan ISPM #15, akan tetapi belum ada notifikasi yang ditujukan oleh negara-negara lain berkaitan dengan kemasan kayu. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya laporan notifikasi mengenai kemasan kayu (Lampiran 1). Tidak adanya klaim dari negara lain akan adanya OPK pada kemasan kayu dimungkinkan karena perlakuan terhadap kayu kemasan, diantaranya dengan heat treatment dan fumigasi, yang mampu mematikan OPK.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada dua gudang yang tidak ditemukan serangga OPK (Tabel 1). Tidak ditemukannya serangga OPK pada gudang tersebut disebabkan beberapa hal yaitu : (1). kebersihan gudang (2). jenis kayu, (3). kualitas kayu dan (4). kondisi fisik gudang dan (5). pengaturan tumpukan kayu. Pada Gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry dan CV Mitra Pratama gudang terawat sehingga bersih, tumpukan teratur dan rapi. Selain itu pengaturan keluar masuknya kayu atau pendistribusian kayu terpisah antara kayu yang baru datang dan yang sudah lama, kayu yang akan

(27)

Tabel 5. Nama Negara Tujuan Pengiriman pallet dan peruntukan Kemasan Gudang

A B C D E

Nama Negara Tujuan Pengiriman Pallet Jepang, Filipina, Korea, New Zealand, USA, Kanada Jepang, Australia Korea, Belanda, USA, Australia, Cina, Hongkong, Jepang Korea Eropa, Jepang, Australia

Peruntukan Kemasan Pallet untuk

keramik, elektronik dan bahan

kimia

Pallet Pallet untuk

elektronik, mesin, teh, plastik, minuman, bahan kimia, kosmetik Pallet untuk elektronik Pallet untuk elektronik dan bahan kimia Keterangan :

A = PT Karuna Sumber Jaya

B = PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry C = PT Adi Putra Perkasa

D = CV Mitra Karya Utama E = CV Mitra Pratama

diberi perlakuan dan sudah diperlakukan dengan uap panas sampai pada kayu yang sudah dimarking dan siap ekspor gudangnya terpisah. Kondisinya sangat baik sehingga kemungkinan untuk ditemukan serangga hama menjadi sangat kecil karena manajemen gudang sudah sangat baik berdasarkan ISPM #15. Selain karena manajemen gudang yang sangat baik juga jenis kayu yang disimpan adalah jenis kayu yang berkualitas yaitu kayu hutan (Merbau) untuk gudang PT Victory Cemerlang Indonesia Wood Industry sedangkan pada gudang CV Mitra Pratama kayu kecapi dan pinus dengan umur kayu yang dipanen tua, yaitu 8 tahun untuk kayu kecapi dan pinus. Jenis kayu tersebut memang bersifat tahan terhadap serangan hama. Pada gudang CV Mitra Pratama juga dilakukan perlakuan dengan insektisida pada kayu sebelum diolah jadi pallet sehingga ketahanan kayu sangat tinggi. Namun demikian, pengaruh karakteristik gudang terhadap jumlah OPK

(28)

yang ditemukan tidak mewakili seluruh populasi gudang perusahaan eksportir kayu kemasan di Indonesia karena jumlah gudang yang dijadikan sampel sangat terbatas, yaitu 5 gudang.

Selama ini cara pengendalian cendawan perusak kayu yang dilakukan oleh perusahaan kemasan kayu sesuai dengan ketentuan ISPM #15 adalah dengan perlakuan panas (Heat Treatment/HT). Pemanasan menyebabkan terjadinya degradasi selulosa yang ada dalam kayu. Menurut Jasni et al. (2004) bahwa kayu yang dipanaskan pada suhu di atas 180oC akan mulai terdegredasi kandungan kimianya, dalam hal ini yang akan terdegradasi pertama kali adalah hemiselulosa. Hemiselulosa juga dapat mendegradasi komponen kayu lainnya. Hemiselulosa bersifat higroskopis (mudah menyerap air) sehingga kayu menjadi mudah diserang cendawan pelapuk. Dengan terdegradasinya hemiselulosa akibat aplikasi panas maka sifat higroskopis kayu dapat dikurangi sehingga menjadikan kayu lebih tahan terhadap serangan cendawan dan serangga sehingga kayu menjadi lebih awet. Perlakuan panas cukup efektif untuk mengendalikan cendawan perusak kayu (Nicholas 1987).

Cara pengendalian Organisme Perusak Kayu yang dilaksanakan di 5 gudang yang disurvei adalah dengan heat treatment. Fumigasi sebagai perlakuan tambahan yang dilaksanakan di bawah pengawasan karantina diberlakukan pada semua gudang, kecuali gudang PT Karuna Sumber Jaya, karena negara tujuan tidak mempersyaratkan. Untuk gudang CV Mitra Pratama memberlakukan perlakuan tambahan lainnya, yaitu penyemprotan insektisida terhadap kayu. Perlakuan yang diterapkan untuk pengendalian OPK tersebut diatas dapat mengendalikan hama, hal ini terbukti tidak ditemukannya hama pada kayu yang telah dijadikan kemasan. Hingga saat ini fumigasi sebagai salah satu pengendalian organisme perusak kayu masih menggunakan metil bromida, meskipun telah diketahui bahwa senyawa kimia ini sangat berbahaya terhadap lingkungan karena dapat merusak ozon. Namun demikian, mulai 2015 penggunaan metil bromida sebagai bahan fumigasi akan dilarang, sehingga dibutuhkan perlakuan terhadap kayu yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh negara tujuan ekspor. Setelah penggunaan metil bromida dilarang di negara-negara berkembang pada tahun 2015, maka akan ada perubahan prinsip dalam kegiatan pengendalian hama gudang. Jika

(29)

sebelumnya pengendalian hama dilakukan dengan memberantas hama setelah terjadi serangan hama, maka sistem baru adalah mencegah sebelum terjadi serangan hama.

Gambar

Gambar 1. Kondisi gudang PT Karuna Sumber Jaya
Gambar 3.  Kondisi Gudang PT Adi Putra Perkasa
Gambar 4. Kondisi Gudang CV Mitra Karya Utama
Tabel 1. Karakteristik Gudang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adaptasi Tampilan Bangunan Kolonial Pada Iklim Tropis Lembab (Studi Kasus Bangunan Kantor PT. KAI Semarang).. Environment and

Apabila pengusaha yang telah dicabut status PKP-nya dapat membuktikan masih berstatus sebagai PKP, agar segera menyampaikan sanggahan kepada Kantor Pelayanan

[r]

Sistem Informasi Akuntansi , Edisi Ketiga, Terjemahan Amir Abadi Yusuf, Salemba Empat, Jakarta.. Ikatan Akuntan

yang memiliki sikap positif pada pakaian bekas akan cenderung memiliki intensi. untuk membeli pakaian

[r]

[r]

Utilitas merupakan unit penunjang utama dalam memperlancar jalannya suatu proses produksi. Dalam suatu pabrik, utilitas memegang peranan yang penting. Karena suatu proses