BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan fashion di era modren semakin meningkat, ditandai dengan
munculnya beranekaragam fashion. Perkembangan fashion dan rancangan
pakaian yang ada di Indonesia sudah mulai berkembang. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia (Uswatun, 2014) Pakaian merupakan barang yang dipakai oleh
seseorang seperti baju, celana, dan sebagainya. Manusia membutuhkan pakaian
untuk menutup tubuhnya dari terik matahari dan dinginnya udara (Godam,
2015). Akan tetapi seiringnya perkembangan zaman, pakaian berguna juga
sebagai simbol, status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya
(Godam, 2015). Pakaian dibeli bukan hanya sebagai fungsi dari pakaian tersebut
melainkan sebagai keinginan seseorang untuk mencapai trend fashion yang
berkembang pesat (Karimah, 2014).
Akan tetapi perekonomian di Indonesia belum cukup stabil untuk mengikuti
trendfashion internasional. Hal ini membuat kebanyakan masyarakat Indonesia
tertarik untuk membeli pakaian bekas dengan harga yang lebih terjangkau.
Pakaian bekas merupakan salah satu target masyarakat untuk mendapatkan style
yang berbeda dengan yang lain, karena kebanyakan pakaian bekas mempunyai
merek ternama dari luar negeri dan model pakaian yang tidak pasaran (Karimah,
merupakan produk gagal, pakaian yang sudah pernah dipakai orang, atau
produk-produk luar negeri yang tidak laku dijual, misalnya dari Singapura,
Malaysia, Korea, Eropa, dan Thailand.
Konsumen yang membeli pakaian bekas berpendapat bahwa pakaian bekas
yang dijual memiliki model yang unik, murah, bermerek, dan barang impor.
Seperti penuturan O, salah seorang konsumen pakaian bekas di kota Medan. Hal
ini sejalan dengan penyataan yang dikemukakan oleh subjek S dan F yang
merupakan konsumen pakaian beka, mereka menyatakan bahwa pakaian bekas
yang dijual memiliki model yang bagus, murah, serta mereka membeli pakaian
bekas sudah dari orang tua dan ada yang terpengaruh oleh teman-teman mereka,
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumen terhadap pakaian
bekas, maka pasar-pasar menjual pakaian bekas mulai berkembang. Bahkan ada
beberapa situs yang menjual pakaian bekas secara online bahkan sekarang pakaian
bekas mulai masuk mall. Pada saat ini pakaian bekas sudah mulai masuk mall di
salah satu kota di Jawa, baju-baju bekas dari luar negeri dengan klasifikasi
peringkat pertama mengisi booth fashion Miki Setyawan (Bondan, Jawa Pos
2015). Dari hasil pengamatan peneliti ada beberapa web yang menjual pakaian
bekas seperti grosir pakaian bekas import http : // grosirpakaianbekasimport.
weebly.com/, dan di instagram juga ada menjual pakaian bekas. Misalnya saja di
kota Medan ada tempat yang menjual pakaian bekas, seperti di Pajak Melati,
Petisah, Sambu, Pancing, Simalingkar, dan Padang Bulan (depan Pajak USU /
Pasar-pasar tempat menjual pakaian bekas ini selalu ramai dikunjungi
konsumen, bahkan sampai mengakibatkan kemacetan di jalan raya. Seperti yang
terjadi di salah satu pajak yang menjual pakaian bekas di kota Medan. Berikut
penyataan subjek K yang tinggal di lokasi dekat pajak M. Hasil komunikasi
personal yang peneliti lakukan, bahwa banyak konsumen yang datang ke pajak M
hanya untuk membeli pakaian bekas, sehingga mengakibatkan macet disekitar
pajak M.
Pesatnya perkembangan pakaian bekas ini ternyata mendapatkan perhatian
dari pemerintah. Pemerintah pernah menyatakan untuk menutup pusat-pusat
penjualan pakaian bekas, dan pada saat ini sedang menyiapkan peraturan terkait
larangan perdagangan barang bekas (Kusuma, 2015). Kementerian Perdagangan
dan Dinas Perindustrian melarang jual beli pakaian bekas impor karena sangat
berbahaya bagi kesehatan. Direktor Jenderal Standardisasi dan Pelindungan
Konsumen (Dirjen SPK) sudah mengadakan tes laboratorium terhadap beberapa
pakaian bekas ternyata memang menggandung bakteri atau virus-virus yang
berbahaya bagi konsumen (Karwur, 2015).
Akan tetapi sampai saat ini, penyataan pemerintah tidak sepenuhnya
didukung oleh masyarakat terutama bagi konsumen pakaian bekas. Konsumen
tetap membeli pakaian bekas sesuai dengan tujuannya masing-masing. Seperti
penuturan dari beberapa pedagang pakaian bekas yang menyatakan bahwa isu-isu
mengenai penutupan penjualan pakaian bekas dari pemerintah tidak membuat
pakaian bekas, dan para penjual membanta bahwa pakaian bekas yang dijual
mengandung penyakit.
Selain itu, berberapa konsumen pakaian bekas juga menyatakan hal
mengenai pendapat mereka yang dinyatakan oleh pemerintah. Seperti kata R, S,
dan E. Mereka ada yang tidak setujuh dengan dilarangnya penjualan pakaian dan
ada juga yang mendukung pemerintah dengan pelarangan jual beli pakaian bekas.
Meskipun ada larangan pembelian pakaian bekas berlaku, tetapi hal ini
tidak menyurutkan minat warga untuk membelinya (Dewi & Royanto, 2015). Dari
beberapa gambaran fenomena pakaian bekas di atas, dapat disimpulkan bahwa
meskipun membeli pakaian bekas memiliki risiko akan terkena penyakit, tetapi
konsumen tetap membeli pakaian bekas.
Perilaku membeli merupakan salah satu contoh dari perilaku yang tampak,
faktor ini merupakan besarnya intensi untuk menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Salah satu faktor yang menentukan
dari perilaku pembelian adalah intensi (Fishbein & Ajzen, 1975). Intensi
merupakan suatu keputusan yang dibuat oleh manusia untuk berperilaku secara
tertentu (Craighead dan Nemerof, 2002). Jadi ketika seseorang akan memutuskan
sesuatu, ada niat ataupun suatu hal yang mendasari mereka untuk berperilaku. Hal
inilah yang dinamakan intensi.
Mowen dan Minor (2002) menjelaskan intensi membeli merupakan intensi
yang berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara
membeli pakaian bekas merupakan kecenderungan individu atau keputusan
individu untuk melakukan tindakan membeli, dalam hal ini adalah membeli
pakaian bekas.
Dalam theory of planned behavior dinyatakan bahwa intensi seseorang
akan memunculkan perilaku apabila ia menilai perilaku itu baik atau bernilai
positif ketika orang-orang di sekitar ia mengharapkan perilaku tersebut terjadi,
dan ketika ia memiliki kontrol diri berupa kesempatan dan kepercayaan diri untuk
menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Suatu tingkah laku tidak hanya
dipengaruhi oleh intensi saja tetapi terdapat faktor lain. Pada theory of planned
behavior terdapat tiga faktor yang mempenggaruhi intensi yaitu, faktor sikap,
norma subjektif, dan perceived behavioral control (Ajzen, 2005).
Sikap merupakan penilaian seseorang baik itu positif atau negatif terhadap
benda, orang, insitusi, peristiwa, perilaku, dan minat tertentu (Ajzen, 2005). Sikap
memiliki dua komponen yang mempengaruhi intensi yaitu, behavioral belief
(keyakinan terhadap perilaku) merupakan keyakinan seseorang akan konsekuensi
perilaku yang akan muncul serta outcome evaluation merupakan penilaian
individu akan konsekuensi yang dihasilkan perilaku tersebut. Azjen (2005)
menyatakan bahwa seseorang yang yakin bahwa menampilkan perilaku tertentu
akan mengarah pada hasil yang positif akan memiliki sikap favorable terhadap
perilaku yang ditampilkan. Sedangkan seseorang yang percaya bahwa
menampilkan perilaku tertentu akan mengarah pada hasil yang negatif maka ia
akan memiliki sikap unfavorable. Konsumen akan memiliki sikap mereka
mereka menyatakan bahwa subjek RH memiliki sikap yang negatif, karena ia
tidak suka membeli pakaian bekas dan ia merasa bahwa pakaian bekas itu
menggandung banyak bakteri dan sumber penyakit, ia lebih memilih untuk
membeli pakaian baru dari pada pakaian bekas; sedangkan subjek T beranggapan
tidak masalah bagi dia untuk membeli pakaian bekas karena bagi ia pakaian bekas
yang dijual tidak semuanya bekas orang lain tetapi ada juga barang yang cacat
dari pabrik asal orang yang membeli pakaian bekas bersih dalam mencucinya.
Bukan hanya sikap saja tetapi norma subjektif juga mempengaruhi intensi
seseorang dalam menampilkan perilaku. Norma subjektif merupakan kepercayaan
seseorang terhadap harapan orang lain untuk dilakukan dan keinginan mengikuti
harapan tersebut (Ajzen, 2005). Ajzen (2005) menyatakan bahwa Norma subjektif
memiliki dua komponen yaitu Normative belief (keyakinan normatif) dan
motivation to comply (keinginan untuk mengikuti). Seseorang akan melakukan
suatu perilaku tersebut apabila ia percaya bahwa orang-orang sekitarnya
menganggap positif pada suatu perilaku dan mendorong untuk menampilkannya.
Keyakinan normatif berasal dari orang terdekat dan kelompok yang
mempengaruhi individu seperti orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja, dan
lain-lain; tergantung pada perilaku yang terlibat. Pengaruh normatif subjek
terhadap intensi membeli pakaian bekas dapat dilihat dari hasil wawancara.
Subjek H menyatakan bahwa dia tidak mendapatkan dukungan dari orang tuanya
dalam membeli pakaian bekas.
Selain kedua komponen di atas, perceived behavioral control juga
persepsi seseorang tentang seberapa mudah atau seberapa sulit ia memunculkan
perilaku tersebut. Semakin seseorang merasa mudah atau mampu dalam
menampilkan perilaku itu maka semakin besar pula intensinya akan muncul.
Tetapi apabila seseorang merasa tidak mampu atau sulit dalam memunculkan
perilaku tersebut, maka semakin kecil intensinya dalam memunculkan perilaku
tersebut. Perceived behavioral control memiliki dua aspek yaitu control belief
yang merupakan persepsi seseorang akan kapasitas yang dimilikinya untuk
memunculkan perilaku dan power of factor yang merupakan seberapa besar
derajat faktor kontrol yang mempengaruhi keputusan untuk memunculkan
perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Hal ini dapat dilihat dari hasil komunikasi
personal dengan subjek P, ia beranggapan bahwa tidak masalah bagi ia untuk
membeli pakaian bekas karena pakaian bekas yang dijual memiliki kualitas yang
bagus dan masi ada juga barang baru yang dijual di tempat penjualan pakaian
bekas.
Teori yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) yaitu Threory of
Planned Behavior banyak digunakan sebagai penelitian untuk melihat pengaruh
sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi
seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu. Rahmah (2011) melakukan
penelitian mengenai pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral
control terhadap intensi membeli buku referensi kuliah ilegal pada mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa ada
pengaruh yang tinggi dan signifikasi secara keseluruhan dari sikap, norma
kuliah ilegal. Sikap memiliki pengaruh yang tinggi dan signifikasi terhadap
intensi membeli buku referensi kuliah ilegal. Norma subjektif memiliki pengaruh
yang tinggi dan signifikasi terhadap intensi membeli buku referensi kuliah ilegal.
Dan perceived behavioral control juga memiliki pengaruh yang tinggi dan
signifikasi terhadap intensi membeli buku referensi kuliah ilegal. Ajzen (2005)
mengungkapkan bahwa intensi sudah dapat dijelaskan apabila hanya ada satu atau
dua faktor yang berpengaruh pada intensi pembentukan perilaku tersebut.
Ketiga faktor ini memiliki peran masing-masing dalam menjelaskan intensi.
Setiap orang memiliki nilai yang berbeda dari ketiga faktor tersebut. Individu
yang memiliki sikap positif pada pakaian bekas akan cenderung memiliki intensi
untuk membeli pakaian bekas. Orang-orang yang ada di sekitar individu seperti
orang tua, saudara, sahabat berperan penting untuk memunculkan perilaku
tersebut. Apabila orang-orang di sekitar individu memandang pakaian bekas
sebagai sesuatu yang positif maka intensi seseorang akan semakin besar. Faktor
mampunya seseorang untuk membeli pakaian bekas berpengaruh terhadap intensi
seseorang tersebut.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin mencoba menerapkan theory of
planned behavior pada intensi membeli pakaian bekas. Pada penelitian ini peneliti
ini mengetahui bagaimana peran sikap, nomra subjekti, dan perceived behavioral
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral
control terhadap intensi membeli pakaian bekas?
2. Seberapa besar peran sikap terhadap intensi membeli pakaian bekas?
3. Seberapa besar peran norma subjektif terhadap intensi membeli
pakaian bekas?
4. Seberapa besar peran perceived behavioral control terhadap intensi
membeli pakaian bekas?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum untuk melihat seberapa besar peran sikap, norma
subjektif, dan perceived behavioral control dengan intensi seseorang membeli
pakaian bekas. Ada pun tujuan khusus dari penelitian ini:
1. Untuk mengetahui seberapa besar peran sikap terhadap intensi
seseorang membeli pakaian bekas.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peran norma subjektif terhadap
intensi seseorang membeli pakaian bekas.
3. Untuk mengetahui seberapa besar peran perceived behavioral control
terhadap intensi seseorang membeli pakaian bekas.
4. Untuk mengetahui peran sikap, norma subjektif, dan perceived
behavioral control secara bersama-sama terhadap intensi seseorang
5. Untuk mengetahui variabel independen yang paling berperan pada
intensi seseorang membeli pakaian bekas.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun
praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu psikologi khususnya di bidang Prilaku
Konsumen, terutama mengenai variabel sikap, norma subjektif,
perceived behavioral control terhadap intensi membeli pakaian
bekas.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat untuk masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada konsumen dan calon
konsumen tentang adanya ketiga faktor yaitu sikap, norma
subjektif, dan perceived behavioral control yang mempengaruhi
intensi seseorang untuk memunculkan perilaku, sehingga dapat
mengevaluasi lebih lanjut sebelum memutuskan untuk membeli
pakaian bekas.
b. Manfaat untuk penjual pakaian bekas
Sebagai informasi bagi para penjual pakaian bekas dalam
penjual pakaian bekas harus mengetahui apa yang mendasari
keinginan masyarakat untuk membeli pakaian bekas.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan pada penelitian ini berisi:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian yaitu
tentang pakaian bekas, intensi, norma subjektif, dan perceived behavioral
control; rumusan masalah tentang peran aspek sikap, norma subjektif, dan
perceived behavioral control; tujuan penelitian untuk mengetahui peran
sikap, peran norma subjektif, dan peran perceived behavioral control;
manfaat penelitian yang meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis; serta
sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis dan teori-teori yang menjelaskan dan
mendukung data penelitian, diantaranya adalah teori mengenai intensi,
sikap, norma subjek, dan perceived behavioral control dan pakaian bekas.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi
data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur penelitian, serta metode
analisa data.
Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis hasil penelitian secara
keseluruhan dari penelitian ini yang dilakukan dengan menggunkan analisa
statistik dengan bantuan program SPSS versi 19 for windows. Pada bab ini
juga akan dibahas mengenai terbukti atau tidak terbukti hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi jawaban atas masalah yang diajukan, yaitu sikap, norma
subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama berperan
secara positif terhadap intensi membeli pakaian bekas. kesimpulan dibuat
berdasarkan analisa dan interpretasi data serta dilengkapi dengan
saran-saran bagi pengembangan dan bagi peneliti lain berdasarkan hasil