• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2011"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No.08/02/33/Th.V, 01 Pebruari 2011

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

J

AWA

T

ENGAH

B

ULAN

J

ANUARI

2011

; Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Bulan Januari 2011 mengalami sedikit penurunan indeks sebesar 0,19%, yaitu dari posisi indeks 103,12 pada Bulan Desember 2010 menjadi 102,92 pada Bulan Januari 2011. Hal ini disebabkan karena kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib)..

; It mengalami kenaikan 0,78%, dari posisi 132,64 menjadi 133,68 pada Bulan Januari 2011. Sementara Ib mengalami perubahan dari posisi 128,63 menjadi 129,88 atau naik 0,97%.

; Dari 5 (lima) sub sektor pertanian komponen penyusun NTP, hanya NTP sub sektor tanaman pangan, dan hortikultura yang mengalami kenaikan indeks. Sedangkan penurunan terjadi pada NTP sub sektor TPR, peternakan dan perikanan. NTP sub sektor tanaman pangan (NTP-Pp) naik 0,24%; NTP sub sektor hortikultura (NTP-H) naik 0,90%. Sedangkan NTP sub sektor TPR (NTP-Pr) mengalami penurunan indeks sebesar 1,37%; NTP sub sektor peternakan (NTP-T) turun 2,50%: dan NTP sub sektor perikanan (NTP-N) mengalami penurunan 0,84%.

; It Jawa Tengah naik 0,78%, yaitu dengan perubahan indeks dari 132,64 menjadi 133,68. Kenaikan indeks ini disebabkan karena kenaikan It pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura yang cukup signifikan. It sub sektor hortikultura naik 1,96%; It sub sektor tanaman pangan mengalami kenaikan 1,21% dan It sub sektor perikanan hanya mengalami sedikit kenaikan, yaitu 0,01%. Sedangkan It sub sektor peternakan turun 1,69 %; dan It sub sektor TPR turun 0,31%. Komoditas yang menjadi penyebab kenaikan It adalah Cabe, Bawang Merah, Salak dan Gabah Kering Giling (GKG).

; Ib Januari 2011 naik 0,97% dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan ini didukung oleh kenaikan Ib yang cukup signifikan pada semua sub sektor pertanian. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada sub sektor TPR, yaitu 1,08%; Ib sub sektor hortikultura naik 1,05%; 0,97% adalah kenaikan yang dialami oleh sub sektor tanaman pangan; sedang sub sektor perikanan dan peternakan masing-masing mengalami kenaikan Ib sebesar 0,86% dan 0,83 %.

; Jika dilihat dari kelompok dalam Ib, kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 1.17 %, sedang kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,33%.

;

Perubahan indeks harga konsumsi rumah tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Pada Bulan Januari 2011 di wilayah perdesaan Provinsi Jawa Tengah terjadi inflasi sebesar 1,17 %, atau naik 14,5% dibandingkan dengan bulan Desember 2010. Sedangkan secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,98%. Inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga yang cukup signifikan pada kelompok pengeluaran bahan makanan, terutama komoditas cabe dan bawang merah

;

NTP nasional mengalami kenaikan indeks sebesar 0,25%. Dari 5 (lima) provinsi di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Tengah dan Banten mengalami penurunan indeks NTP (masing-masing 0,19% dan 0,20%), sedangkan provinsi lainnya mengalami kenaikan. NTP Jawa Barat naik 0,88%; DI Yogyakart naik 0,16% dan Jawa Timur naik 0,66%.

(2)

99 100 101 102 103 104 Des '10 Jan-11 103.12 102.92 Grafik 1.

Perubahan NTP Januari 2011 Terhadap Desember 2010

0,19

1.

Nilai Tukar Petani Jawa Tengah

ilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari hasil perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menggambarkan nilai tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang/jasa yang dikonsumsi rumah tangga petani dan biaya produksi serta pembentukan barang modal. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin tinggi kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

B

erdasarkan hasil

pemantauan harga-harga pedesaan di Provinsi Jawa Tengah pada Bulan Januari 2011, menunjukkan bahwa NTP Jawa Tengah mengalami sedikit penurunan indeks sebesar 0,19 persen, yaitu dari posisi indeks 103,12 pada Bulan Desember 2010 menjadi 102,92 pada Bulan Januari 2011. Hal ini disebabkan karena kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian yang dihasilkan petani, atau indeks harga yang

diterima petani (It) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian, atau indeks harga yang dibayar petani (Ib).

. Tabel 1.

PERUBAHAN NTP JAWA TENGAH JANUARI 2011

No Rincian Des 2010 Jan 2011 Perub Jan'11

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

I. Indeks Diterima Petani 132.64 133.68 0.78

II. Indeks Dibayar Petani 128.63 129.88 0.97

1. Konsumsi Rumah Tangga 130.41 131.94 1.17

a. Bahan Makanan 135.17 137.51 1.74

b. Makanan Jadi 130.02 131.31 0.99

c. Perumahan 132.85 133.24 0.29

d. Sandang 122.71 123.63 0.75

e. Kesehatan 119.68 120.17 0.41

f. Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 121.85 122.30 0.37

g. Transportasi dan Komunikasi 112.46 113.05 0.52

2. BPPBM 123.06 123.47 0.33

a. Bibit 119.51 119.69 0.15

b. Obat-obatan & Pupuk 124.71 125.48 0.62

c. Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 134.86 135.29 0.32

d. Transportasi 119.82 120.35 0.44

e. Penambahan Barang Modal 127.10 127.48 0.30

f. Upah Buruh Tani 118.75 118.96 0.18

(3)

It Jawa Tengah pada Bulan Januari 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,78 persen yaitu dari posisi 132,64 pada Bulan Desember 2010 menjadi 133,68 pada Bulan Januari 2011. Sedangkan Ib mengalami kenaikan sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,97 persen, dari posisi 128,63 pada Bulan Desember 2010 menjadi 129,88 pada Bulan Januari 2011

Dari 5 (lima) sub sektor pertanian komponen penyusun NTP, hanya NTP sub sektor tanaman pangan dan hortikultura yang mengalami kenaikan indeks. Sedangkan NTP sub sektor lainnya (tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan) mengalami penurunan indeks yang cukup signifikan. NTP sub sektor tanaman pangan (NTP-Pp) naik 0,24 persen, dari posisi indeks 98,80 pada Bulan Desember 2010 menjadi 99,03 pada Bulan Januari 2011; dan NTP sub sektor hortikultura (NTP-H) naik 0,90 persen dari posisi indeks 102,06 pada Bulan Desember 2010 menjadi 102,98 pada Bulan Januari 2011.

Sedangkan penurunan indeks NTP terjadi pada sub sektor TPR (NTP-Pr) sebesar 1,37 persen dari posisi indeks 121,18 pada Bulan Desember 2010 menjadi 119,51 pada Bulan Januari 2011; sub sektor peternakan (NTP-T) turun menjadi 108,78 dari posisi 111,58, atau turun 2,50 persen; dan sub sektor perikanan (NTP-N) mengalami penurunan indeks menjadi 109,97 dari 110,90 atau turun 0,84 persen.

Grafik 2.

Perubahan NTP Jawa Tengah Per Sub Sektor Bulan Januari 2011

(2.0) (1.5) (1.0) (0.5) 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 NTP-Pp NTP-H NTP-Pr NTP-T NTP-N Jawa Tengah 0.24 0.90 -1.37 -2.50 -0.84 -0.19

Catatan : NTP-Pp = NTP sub sektor tanaman pangan; NTP-H = NTP sub sektor hortikultura; NTP-Pr = NTP sub sektor tanaman perkebunan rakyat; NTP-T = NTP sub sektor peternakan; NTP-N = NTP sub sektor perikanan

2. Indeks Harga Yang Diterima Petani

ndeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani. Pada Bulan Januari 2011, It Jawa Tengah naik 0,78 persen dibandingkan Bulan Desember 2010, yaitu dengan perubahan indeks dari 132,64 menjadi 133,68. Kenaikan indeks ini disebabkan karena kenaikan It pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura yang cukup signifikan. 1.21 1.96 -0.31 -1.69 0.01 0.78 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Tanaman Hortikultura TPR Peternakan Perikanan Jawa Tengah Grafik 3.

(4)

It sub sektor hortikultura mengalami kenaikan indeks tertinggi, yaitu 1,96 persen. It sub sektor hortikultura berubah dari posisi 131,14 pada Bulan Desember 2010 menjadi 133,71 pada Bulan Januari 2011; Disusul dengan kenaikan It sub sektor tanaman pangan, yang mengalami kenaikan 1,21 persen dari posisi 127,49 pada Bulan Desember 2010 menjadi 129,03 pada Bulan Januari 2011; dan It sub sektor perikanan hanya mengalami sedikit kenaikan, yaitu 0,01 persen, yang merubah indeks menjadi 141,43 dari 141,41.

Sedangkan It sub sektor peternakan mengalami penurunan 1,69 persen dari posisi 142,90 pada Bulan Desember 2010 menjadi 140,48 pada Bulan Januari 2011; dan It sub sektor TPR berubah menjadi 154,07 dari 154,55 atau turun 0,31 persen.

Jika dilihat dari komoditas yang menjadi penyebab kenaikan It Jawa Tengah pada Bulan Januari 2011 adalah Cabe, Bawang Merah, Salak dan Gabah Kering Giling (GKG).

3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani

ari indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Ib terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu kelompok indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan kelompok Biaya Produksi dan Pembentukan Barang Modal (BPPBM).

Kelompok IKRT dibagi menjadi 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yang terdiri dari bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, serta transportasi dan komunikasi. Perubahan indeks harga konsumsi rumah tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Sedangkan kelompok BPPBM terdiri dari bibit, obat-obatan dan pupuk, sewa lahan, pajak dan lainnya, transportasi, penambahan barang modal serta upah buruh tani.

Catatan : Ib = Indeks yang dibayar petani; IKRT = indeks konsumsi rumah tangga; BPPBM = biaya produksi dan penanaman barang modal

No Komoditas Perubahan IndeksHarga (% )

(1) (2) (3) 1 CABE RAWIT 16.197 2 CABE MERAH 9.644 3 BAWANG MERAH 4.383 4 SALAK 2.988 5 GABAH KERING GILING (GKG) 1.562 Tabel 2.

Perubahan Indeks Harga 5 (lima) Komoditas Pemicu Kenaikan

Indeks Harga Yang Diterima Petani

0.00 0.30 0.60 0.90 1.20 1.50

TP Hortikultura TPR Peternakan Perikanan Jawa Tengah

0.97 1.05 1.08 0.83 0.86 0.97 1.16 1.15 1.23 1.17 1.25 1.17 0.26 0.71 0.56 0.07 0.19 0.33  Grafik 4.

Perubahan Ib, IKRT dan BPPBM Per Sub Sektor Jawa Tengah Januari 2011

(5)

Ib Jawa Tengah pada Januari 2011 naik sebesar 0,97 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari posisi indeks 128,63 menjadi 129,88. Kenaikan ini didukung oleh kenaikan Ib yang cukup signifikan pada semua sub sektor pertanian. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada sub sektor TPR, yang mengalami kenaikan sebesar 1,08 persen; Sub sektor hortikultura juga mengalami kenaikan Ib yang cukup signifikan, yaitu sebesar 1,05 persen; 0,97 persen adalah kenaikan yang dialami oleh sub sektor tanaman pangan; sedang sub sektor perikanan dan peternakan masing-masing mengalami kenaikan Ib sebesar 0,86 persen dan 0,83 persen.

Jika kenaikan Ib Jawa Tengah dilihat dari kelompok penyusunnya, ternyata kedua kelompok penyusun Ib, yaitu kelompok konsumsi rumah tangga dan kelompok biaya produksi serta penambahan barang modal mengalami kenaikan. Indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) mengalami kenaikan sebesar 1.17 persen dari posisi 130,41 pada Bulan Desember menjadi 131,94 pada Bulan Januari 2011. Sedangkan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami perubahan indeks dari 123,06 pada Bulan Desember 2010 menjadi 123,47 pada Bulan Januari 2011, atau naik 0,33 persen.

Kenaikan kelompok BPPBM disebabkan karena kenaikan indeks pada semua kelompok pengeluaran, yaitu bibit mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,15 persen; obat-obatan dan pupuk naik 0,62 persen; sewa lahan, pajak dan lainnya naik 0,32 persen; transportasi naik 0,44 persen; penambahan barang modal naik 0,30 persen dan upah buruh tani mengalami kenaikan indeks sebesar 0,18 persen.

Jika dilihat dari komoditas yang menjadi penyebab kenaikan Ib Jawa Tengah pada Bulan Januari 2011 adalah Cabe dan Bawang Merah.

4. Indeks Harga Konsumen Perdesaan

erubahan indeks harga konsumsi rumah tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan.

Pada Bulan Januari 2011 di wilayah perdesaan Provinsi Jawa Tengah terjadi inflasi sebesar 1,17 persen, sedangkan secara nasional mengalami inflasi sebesar 0,98 persen. Dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, seperti bulan sebelumnya, kelompok bahan makanan, makanan jadi dan sandang menjadi pemicu terjadinya inflasi di Provinsi Jawa Tengah dan secara nasional.

Di Jawa Tengah, kelompok bahan makanan, makanan jadi dan sandang, masing-masing mengalami kenaikan indeks sebesar 1,74

No Komoditas Perubahan Indeks Harga

(% ) (1) (2) (3) 1 CABE MERAH 15.942 2 CABE RAWIT 15.580 3 BAWANG MERAH 8.151 4 CABE HIJAU 7.478 Tabel 3 :

Perubahan Indeks Harga Komoditas Pemicu Kenaikan Indeks Harga Yang Dibayar Petani

Jawa Tengah Nasional

(1) (2) (3)

Konsumsi Rumah Tangga 1.17 0.98

a. Bahan Makanan 1.74 1.37

b. Makanan Jadi 0.99 0.91

c. Perumahan 0.29 0.31

d. Sandang 0.75 0.80

e. Kesehatan 0.41 0.37

f. Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 0.37 0.32 g. Transportasi dan Komunikasi 0.52 0.34

Tabel 4.

Inflasi Perdesaan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran Januari 2011

Inflasi Perdesaan Kelompok Pengeluaran

(6)

persen, 0,99 persen dan 0,75 persen. Hal ini terjadi pula secara nasional. Kelompok bahan makanan mengalami kenaikan indeks sebesar 1,37 persen, makanan jadi naik 0,91 persen dan sandang naik 0,80 persen.

Grafik 5.

Fluktuasi Inflasi Perdesaan Jawa Tengah 6 (enam) bulan terakhir

Jika dilihat fluktuasi inflasi perdesaan di wilayah perdesaan Provinsi Jawa Tengah dari Bulan Agustus 2010 sampai dengan Januari 2011, telah terjadi kenaikan dan penurunan inflasi yang cukup signifikan. Pada Bulan Januari 2011, telah terjadi kenaikan inflasi perdesaan sebesar 14,5 persen dibandingkan dengan bulan Desember 2010.

5. NTP Nasional dan Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Jawa

TP nasional pada Bulan Januari 2011 mengalami kenaikan indeks sebesar 0,25 persen yaitu naik dari posisi indeks 102,75 menjadi 103,01. Hal ini disebabkan karena kenaikan It lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan Ib. It nasional mengalami kenaikan 1,08 persen, sedangkan Ib nasional naik 0,84 persen.

Dilihat dari 5 (lima) sub sektor penyusun NTP, sub sektor tanaman pangan hortikultura, dan TPR mengalami kenaikan indeks NTP yaitu masing-masing sebesar 0,41 persen, 0,79 persen dan 0,38 persen. Sedangkan 2 (dua) sub sektor lainnya mengalami penurunan indeks yaitu sub sektor peternakan turun 1,07 persen dan NTP sub sektor perikanan turun 0,09 persen

Dari 5 (lima) provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP pada Bulan Januari 2011, NTP Provinsi Jawa Tengah dan Banten mengalami penurunan

indeks NTP, yang masing-masing sebesar 0,19 persen dan 0,20 persen. Sedang Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan DI Yogyakarta mengalami kenaikan indeks NTP, yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen, 0,66 persen dan0,16 persen.

0.41 0.79 0.38 -1.07 -0.09 0.25 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 NTP-Pp NTP-H NTP-Pr NTP-T NTP-N Nasional Grafik 6.

(7)

Seperti bulan sebelumnya, jika dilihat dari posisi indeks, hanya NTP Provinsi Jawa Timur yang masih berada di bawah angka 100, yaitu berada pada posisi 99,52. NTP DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Barat berada pada posisi di atas angka 100.

Perubahan Desember '10 Januari '11 Januari '11 (% )

(1) (2) (3) (4) (5) 1 Jawa Barat 101.46 102.36 0.88 2 Jawa Tengah 103.12 102.92 -0.19 3 DI. Yogyakarta 113.70 113.89 0.16 4 Jawa Timur 98.87 99.52 0.66 5 Banten 103.71 103.50 -0.20 6 Nasional 102.75 103.01 0.25 Bulan Januari 2011 NO PROVINSI BULAN Tabel 5.

(8)

Des '10 Jan '11 Pe ruba ha n Ja n '1 1 (% ) Des '10 Jan '11 Pe ruba ha n Ja n '1 1 (% ) Des '10 Jan '11 Pe ruba ha n Ja n '1 1 (% ) Des '10 Jan '11 Pe ruba ha n Ja n '1 1 (% ) Des '10 Jan '11 Pe ruba ha n Ja n '1 1 (% ) Des '10 Ja n '11 Pe ruba ha n Ja n '1 1 ( %) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 ) (18 ) (19 ) I. Ind ek s D ite rim a P eta ni 12 7.4 9 12 9.0 3 1.21 13 1.1 4 13 3.7 1 1.96 15 4.5 5 15 4.0 7 -0. 31 14 2.9 0 14 0.4 8 -1. 69 14 1.4 1 14 1.4 3 0.01 13 2.64 13 3.68 0.7 8 II. Ind ek s D iba ya r P eta ni 12 9.0 4 13 0.2 9 0.97 12 8.4 9 12 9.8 4 1.05 12 7.5 4 12 8.9 2 1.08 12 8.0 7 12 9.1 4 0.83 12 7.5 1 12 8.6 0 0.86 12 8.63 12 9.88 0.9 7 1. Kons um si R um ah Ta ngga 13 0.5 7 13 2.0 9 1.16 13 0.5 6 13 2.0 6 1.15 13 0.4 2 13 2.0 2 1.23 12 9.7 1 13 1.2 3 1.17 12 9.8 3 13 1.4 5 1.25 13 0.41 13 1.94 1.1 7 a. B ah an M ak an an 13 5.5 3 13 7.8 6 1.7 2 13 5.3 6 13 7.6 6 1.7 0 13 5.0 2 13 7.4 0 1.7 6 13 3.7 7 13 6.0 9 1.7 4 13 4.0 0 13 6.6 6 1.9 9 13 5.1 7 13 7.5 1 1.7 4 b. M ak ana n J adi 12 9.7 4 13 1.0 6 1.02 12 9.6 9 13 1.0 1 1.02 13 1.6 4 13 2.8 9 0.95 13 0.9 3 13 2.1 0 0.89 13 0.0 8 13 1.2 3 0.89 13 0.02 13 1.31 0.9 9 c. P eru ma ha n 13 3.0 9 13 3.4 5 0.2 7 13 5.0 6 13 5.4 3 0.2 7 13 0.2 6 13 0.7 4 0.3 7 13 0.3 1 13 0.8 5 0.4 1 13 1.8 7 13 2.2 3 0.2 7 13 2.8 5 13 3.2 4 0.2 9 d. S an da ng 12 2.1 9 12 3.0 7 0.7 1 12 1.4 8 12 2.3 5 0.7 1 12 3.3 4 12 4.3 7 0.8 3 12 5.4 9 12 6.5 9 0.8 8 12 5.1 7 12 6.1 9 0.8 2 12 2.7 1 12 3.6 3 0.7 5 e. K es eh ata n 11 9.7 5 12 0.2 3 0.4 0 11 8.4 5 11 8.9 3 0.4 1 12 0.5 8 12 1.1 1 0.4 4 12 0.5 0 12 0.9 9 0.4 1 12 0.1 1 12 0.6 0 0.4 1 11 9.6 8 12 0.1 7 0.4 1 f. P end idik an , R ek rea si & O lah ra ga 12 2.3 4 12 2.8 1 0.38 12 0.8 6 12 1.3 4 0.40 12 0.0 1 12 0.5 7 0.47 12 1.8 0 12 2.0 7 0.22 12 2.1 7 12 2.6 1 0.36 12 1.85 12 2.3 00 .37 g. T ran sp ort as i da n K om un ika si 11 2.6 4 11 3.2 4 0.54 11 2.5 0 11 3.1 1 0.54 11 4.0 0 11 4.6 8 0.59 10 9.6 4 11 0.1 0 0.42 11 4.2 1 11 4.7 2 0.45 11 2.46 11 3.05 0.5 2 2. BPPB M 12 3.5 4 12 3.8 6 0.26 12 2.2 0 12 3.0 7 0.71 11 8.3 5 11 9.0 1 0.56 12 4.5 1 12 4.6 0 0.07 12 3.6 8 12 3.9 2 0.19 12 3.06 12 3.47 0.3 3 a. B ibit 128 .76 129 .07 0.2 4 95. 91 96 .01 0.1 0 129 .37 129 .71 0.2 6 119 .19 118 .79 -0. 34 90 .60 90. 60 0.0 0 11 9.5 1 11 9.6 9 0.15 b. O ba t-o ba tan & P up uk 12 2.7 6 12 3.6 5 0.7 2 12 1.8 5 12 2.1 6 0.2 6 11 4.4 3 11 5.6 9 1.1 0 14 3.1 5 14 4.0 2 0.6 0 12 8.1 0 12 8.4 2 0.2 5 12 4.7 1 12 5.4 8 0.6 2 c. S ewa La ha n, P aja k & La inn ya 13 6.8 8 13 7.0 6 0.1 3 14 2.9 5 14 3.7 9 0.5 9 13 0.3 1 13 0.7 0 0.3 0 10 9.7 2 11 0.7 7 0.9 6 14 4.8 5 14 5.2 6 0.2 8 13 4.8 6 13 5.2 9 0.3 2 d. T ran sp ort as i 12 3.3 8 12 3.7 6 0.31 11 9.4 0 12 0.7 3 1.11 12 1.4 6 12 1.6 0 0.12 11 0.4 5 11 0.9 6 0.46 10 3.5 3 10 3.5 9 0.06 11 9.82 12 0.35 0.4 4 e. P ena mb ah an Ba rang M oda l 13 0.8 1 13 0.8 3 0.0 1 12 7.3 5 12 9.4 6 1.6 6 11 9.8 5 12 1.3 5 1.2 5 11 9.0 2 11 8.0 5 -0. 81 11 4.9 4 11 5.0 8 0.12 12 7.10 12 7.48 0.3 0 f. U pah Bu ruh Ta ni 12 0.1 3 12 0.2 1 0.07 12 5.0 7 12 5.8 4 0.61 11 3.0 4 11 3.0 4 0.00 11 2.6 1 11 2.7 2 0.10 10 5.6 3 10 5.9 2 0.27 11 8.75 11 8.96 0.1 8 III. Nil ai T uka r P eta ni 98 .80 99 .03 0.24 10 2.0 6 10 2.9 8 0.90 12 1.1 8 11 9.5 1 -1. 37 11 1.5 8 10 8.7 8 -2. 50 11 0.9 0 10 9.9 7 -0. 84 10 3.1 2 10 2.9 2 -0. 19 JAW A T EN GAH Ta be l 6 NT P J AW A T ENG AH PE R S UB S EKT OR BUL AN J ANUA RI 20 11 Pe rik an an Ta na ma n P erk eb un an Ra ky at Pe ter nak an Rin cia n Ta na ma n P ang an Hor tikul tur a (1)

Gambar

Tabel 6 NTP JAWA TENGAH PER SUB SEKTOR BULAN JANUARI 2011 PerikananTanaman Perkebunan RakyatPeternakan RincianTanaman PanganHortikultura (1)

Referensi

Dokumen terkait

Skor DECAF menunjukkan tidak terdapatnya korelasi terhadap lama hari perawatan pasien menjadi stabil tetapi memiliki hubungan dengan LOS dan kondisi pasien pulang. Hal ini

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul : PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, SEMANGAT KERJA DAN KARAKTERISTIK

Terdapat dalam Undang – Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 54 menyatakan bahwa “ anak yang menderita disabilitas mempunyai hak untuk

PAL Indonesia dengan Tipe kapal SSV, saat ini diperoleh nilai MCE proses produksi dalam pembuatan block kapal sebesar 85 persen, artinya menyerap 15 persen aktivitas JO yang

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penagihan pajak melalui Surat Teguran dan Surat Paksa

Tahap pengujian pada sistem ini akan dilakukan pembandingan data citra tanda tangan yang sudah tersimpan di dalam data store dengan citra pembanding sehingga dari

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah penentuan faktor-faktor kesiapan penerapan e-learning, pemodelan ontologi, dan penentuan

Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah baik jika dilihat dari net profit margin, return on asset, dividend payout ratio, price earning ratio, price book value, walaupun