• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tahapan Proses Perancangan Dan Pengembangan Produk

Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu :

(2)

 Fase 0. Perencanaan

Kegiatan ini disebut sebagai ‘zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

 Fase 1. Pengembangan Konsep

Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya disertai dengan

sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta

pertimbangan ekonomis proyek.

 Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem

Fase Perancangan Tingkatan Sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

 Fase 3. Perancangan Detail

Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unit pada produk

(3)

dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.

 Fase 4. Pengujian dan Perbaikan

Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Sasaran dari prototipe

beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan

keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan

perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir.

 Fase 5. Produksi awal

Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Pada beberapa titik pada masa

(4)

peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.

Seperti yang kita lihat pada gambar 2.1 bahwa dari ke 5 fase diatas, didalamnya terdapat macam-macam proses yang dilakukan dalam melakukan tahapan proses perancangan dan pengembangan produk dalam buku Ulrich-Eppinger, yaitu:

 Bab 2, “Proses dan Organisasi Pengembangan Produk,” menguraikan

proses pengembangan produk generic dan memperlihatkan variasi penggunaan proes ini dalam berbagai situasi dan lingkungan industri. Bab ini juga menjelaskan bagaimana seorang individu diorganisasikan dalam suatu kelompok yang terlibat dalam proyek pengembangan produk.

 Bab 3, “Perencanaan Produk,” menjelaskan metoda untuk mengambil

keputusan produk mana yang akan dikembangkan. Keluaran dari metode ini adalah pernyataan misi untuk proyek tertentu.

 Bab 4 sampai bab 8, menguraikan aktivitas-aktivitas kunci pada fase

Pengembangan Konsep. Metode-metode yang dijelaskan akan menuntun tim pengembangan produk mulai dari pembuatan misi sampai seleksi konsep.

 Bab 9, “Arsitektur Produk,” mendiskusikan implikasi arsitektur terhadap

(5)

biaya manufaktur, dan manajemen proyek. Terakhir dijelaskan suatu metode untuk membuat arsitektur produk.

 Bab 10, “Desain Industri,” menjelaskan peran desainer industri, isu-isu

berkaitan dengan interaksi produk dengan pemakainya, termasuk pertimbangan aspek estetika dan ergonomic dalam proses pengembangan produk.

 Bab 11, “Desain untuk Proses Manufaktur,” mediskusikan teknik-teknik

apa yang digunakan untuk mengurangi biaya manufaktur. Teknik-teknik ini terutama diterapkan pada fase Perancangan Sistem dan Perancangan Detail Sistem dari proses pengembangan produk.

 Bab 12, “Membuat Prototipe,” menjelaskan metode untuk menjamin

upaya pembuatan prototype produk yang berlangsung selama proses pengembangan diterapkan secara efektif.

 Bab 13, “Analisis Ekonomi Pengembangan Produk,” menguraikan

metode-metode untuk memahami pengaruh factor-faktor internal dan eksternal terhadap nilai ekonomis proyek.

 Bab 14, “Mengendalikan Proyek,” menjelaskan beberapa konsep

mendasar untuk memahami dan menggambarkan interaksi antara tugas-tugas di dalam proyek, juga menjelaskan metode untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek pengembangan.

(6)

Sementara itu menurut C. Merle Crawford dan C. Anthony Di Benedetto dalam buku mereka yang berjudul “New Products Management”, dikatakan bahwa tahapan pengembangan produk terdiri atas 5 fase yaitu :

Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk Menurut Crawford-Benedetto

Fase 1. Identifikasi peluang dan Seleksi ( Opportunity Identification and

Selection)

Menghasilkan sebuah peluang dari produk baru menjadi peluang bisnis, mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya, dan kebutuhan yang terdapat pada pasar. Mengadakan riset pasar untuk

Phase 1: Opportunity Identification/Selection

Phase 2: Concept Generation

Phase 3: Concept/Project

Phase 4: Development

(7)

kemudian dievaluasi, divalidasi dan keluarannya adalah pernyataan

strategic untuk menuntun lebih jauh ke tahap selanjutnya.

Fase 2. Pengembangan Konsep (concept generation)

Memilih peluang yang paling berpotensi untuk dikembangkan dan mulai dengan keterlibatan konsumen dalam tahap identifikasi kebutuhan. Mulai menyusun konsep produk baru yang dapat menjawab kesempatan atau peluang yang ada.

Fase 3. Evaluasi Proyek / Konsep (Concept /Project Evaluation)

Mengevaluasi konsep produk tersebut (seperti pada saat mereka mulai masuk) pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih yang terbaik kedua atau ketiga.

Fase 4. Pengembangan (Development) :

Pada fase ini merupakan tahap pengujian konsep yang sudah matang dengan pembuatan prototipe yang langsung diujikan kepada konsumen, sambil tidak lupa mempersiapkan strategi pemasaran dan persiapan peluncuran produk tersebut dengan memperhatikan jalur distribusi dan biaya-biaya yang dibutuhkan melalui sebuah business plan.

Fase 5. Peluncuran (Launch)

Mulai produksi awal dan pemasaran dengan ruang lingkup yang kecil dulu sambil memantapkan sistem produksi pembuatan produk tersebut, dan

(8)

mulai menjalankan program peluncuran sesuai yang direncanakan secara bertahap.

Kelima fase ini lebih difokuskan untuk pengembangan produk yang betul-betul merupakan produk baru (Crawford-Beneditto, 2000).

Satu lagi pendapat dari ahli pengembangan produk di USA yaitu R. Cooper dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper menyebutkan tahapan pengembangan produk yang dikenal sebagai Stage-Gate Process yaitu sebuah tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah ide hingga ke tahap peluncuran. Stage merupakan tahapan sebenarnya dimana diwujudkan dalam tindakan nyata. Sedangkan gate merupakan point pengambilan keputusan untuk dilanjutkan atau tidak ke tahap atau stage selanjutnya. Berikut penjelasan singkat mengenai Stage-Gate Process :

Gambar 2.3 Stage-Gate Process Menurut R. Cooper

Discovery Stage . Tahap pemilihan ide

Dalam tahapan ini, munculnya ide-ide tentang produk apa yang akan dikembangkan dan apa jenis pengembangannya semuanya pasti muncul dari suatu ide atau gagasan.

(9)

Gate 1. Idea screen

Merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang telah didapatkan.  Stage 1. Scooping

Merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk yang akan dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon pasar terhadap produk tersebut nantinya.

Gate 2. Second screen

Dalam tahap ini diadakan penyaringan konsep produk mana yang akan dilanjukan untuk dikembangkan.

Stage 2. Building the business case

Merupakan tahap yang paling menentukan bagi tim pengembangan produk, disini akan dibuat definisi dari produk dan proyek tersebut, rencana proyek dan pembenaran dari proyek tersebut di masa-masa mendatang.

Gate 3. Go to Development

Pada tahap ini ditentukan apakah diteruskan ke tahap pengembangan atau tidak berdasarkan hasil dari tahapan sebelumnya dan konsep yang telah terpilih.

Stage 3. Development

Tahap ini yang disebut tahapan pengembangan, pada tahap ini dilakukan seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep, persiapan

(10)

peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap selanjutnya.

Gate 4. Go to Testing

Merupakan tahapan awal dari pengujian konsep produk yang sudah dikembangkan.

Stage 4. Testing and Validation

Merupakan tahapan final dari pengujian dan validasi data pengujian dari seluruh proyek, perkiraan rencana proses produksi, analisa ekonomi produk, respon dari konsumen, dan pembuatan prototipe.

Gate 5. Go to launch

Tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang sudah diuji.  Stage 5. Launching

Produksi awal sudah mulai dilakukan, beserta perbaikan-perbaikan sistem produksi dan peralatan untuk efisiensi proses, jalur distribusi dan komersialisasi mulai dibangun dan diperluas secara bertahap.

Review dari peluncuran produk

Setelah produk diluncurkan secara komersialisasi, dilakukan review untuk memastikan bahwa hambatan-hambatan yang ada bisa teratasi, serta memastikan apakah produksi tetap dilanjutkan beserta pemasarannya, atau tetap memasarkan sisa stok barang (bila produksi dihentikan karena tidak

(11)

dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang produk tersebut sehingga dapat dimanfaatkan menjadi barang lain

Setelah melihat ketiga model tahapan-tahapan pengembangan produk yang merupakan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat dilihat banyak kesamaan dari ketiga proses tersebut, perbedaan jumlah tahapan atau fase disebabkan karena adanya penggabungan dari beberapa tahapan yang sejenis ataupun membaginya menjadi beberapa tahapan yang lebih detail. Pada tahap pembahasan pengembangan produk ini nantinya akan disesuaikan menurut tahapan yang dikembangkan oleh Ulrich dan Eppingger.

2.1.1.1 Perencanaan Produk (Product Planning)

Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan.

Dalam perencanaan produk, proyek pengembangan produk dikelompokan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Platform produk baru: Tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan

(12)

yang baru dan umum. Keluarga produk baru akan memasuki pasar dan produk yang sudah dikenal.

2. Turunan dari platform produk yang sudah ada: Proyek-proyek ini

memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.

3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada: Proyek-proyek

ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa detail produk dproduk yang telah ada dalam rangka menjaga lini produksi yang ada pesaingnya.

Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek, ada lima tahapan proses berikut :

1. Mengidentifikasi peluang

Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang pengembangan produk. Langkah ini dapat dibayangkan sebagai input dari perusahaan. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal dari beberapa sumber, meliputi (diantaranya):

 Personal pemasaran dan penjualan

 Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi

 Tim pengembangan produk saat ini

(13)

 Pelanggan sekarang atau potensial

Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan identifikasi kebutuhan pelanggan. Beberapa pendekatan proaktif meliputi:

 Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan

produk yang sudah ada sekarang

 Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses

inovasi oleh penguna-penguna ini dan modifikasi-modifikasi yang dilakukan oleh para pengguna terhadap produk yang sudah ada.

 Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya

kecenderungan-kecenderungan dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori produk yang ada dan peluang-peluang kategori produk baru.

 Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis

melalui tenaga penjual dan sistem pelayanan pelanggan.

 Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk memfasilitasi

perpindahan teknologi yang tepat dari penelitian ke arah pengembangan produk.

2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek

Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih proyek.

(14)

memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang sudah ada adalah

 Strategi bersaing

Strategi bersaing perusahaan merupakan suatu pendekatan pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan melakukan kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing.

 Segmentasi pasar

Dengan membagi suatu pasar menjadi segmen-segmen,

memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan para pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas. Dengan memetakan produk-produk pesaing dan produk milik perusahaan sendiri dalam segmen-segmen, lini produknya dan yang mana memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing-pesaing.

 Mengikuti perkembangan teknologi

Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaan produk yang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan teknologi dasar yang baru dalam lini produksi. Sebagai contoh, dalam bisnis pencatatan, permasalahan teknologi utama pada pergantian abad adalah pergantian untuk pemerosesan dan pencetakan digital.

(15)

Keputusan perencanaan produk yang menggunakan lensa lampu. Kurva teknologi S merupakan suatu alat konseptual untuk membantu berpikir mengenai keputusan seperti diatas.

Perncanaan platform produk

Platform produk merupakan sekumpulan asset yang dibagi dalam sekumpulan produk. Komponen-komponen dan subrakitan-subrakitan sering menjadi hal terpenting dari aset-aset ini. Platform yang efektif dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan lebih mudah, dimana setiap produk memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh segmen pasar utama.

3. Mengalokasikan Sumberdaya dan rencana waktu

Penentuan waktu dan alokasi sumber daya ditentukan untuk proyek-proyek yang lebih menjanjikan, terlalu banyak proyek-proyek akan menimbulkan persaingan untuk beberapa sumber daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk merancang sumber daya memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti. 4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek

Setelah proyek disetujui, maka diadakan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan, dibentuk sebuah tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pernyataan misi produk yang isinya memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan.

(16)

Pernyataan misi mungkin mencangkup beberapa dari keseluruhan informasi berikut:

Uraian produk ringkas (satu kalimat): Uraian ini mencangkup

manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa pernyataan visi produk.

Sasaran utama bisnis: Sebagai tambahan sasaran proyek yang

mendukung strategiperusahaan, sasaran ini biasanya mencangkup waktu, biaya, dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan produk, performasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar).  Pasar target untuk produk: Terdapat beberapa pasar target untuk

produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha mengembangan

Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan: Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati,

meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola.  Stakeholder: Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan

pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Stakeholder juga

(17)

mencangkup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen produksi. Daftar

stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk

mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang dipengaruhi oleh produk.

5. Merefleksikan kembali hasil dan proses

Pada tahap ini dilakukan reality check terhadap pernyataan misi yang merupakan pegangan untuk tim pengembangan. Langkah awal untuk ini adalah waktu untuk memperbaiki apakah pengembangan ini bisa berjalan dan konsisten.

2.1.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan pesaing dan menetapkan spesifikasi produk.

Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer

(18)

industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman dengan lingkungan pengguna.

Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah :

 Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan

 Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak

terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang ekplisit.

 Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk

 Memudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan untuk

proses pengembangan produk

 Menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan

 Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan

diantara anggota tim pengembangan

Lima tahap proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :  Mengumpulkan data mentah dari pelanggan

Proses pengumpulan data mentah dari pelanggan akan mencakup kontak dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Sebelum dilakukan wawancara atau lainnya harus dibuat dahulu matriks seleksi pelanggan untuk memilih pelanggan yang akan digali kebutuhannya dan mempunyai pengalaman dengan penggunaan produk tersebut.

(19)

Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan

Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah setiap pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan pelanggan.

Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan jika perlu tertier

Daftar kebutuhan yang didapatkan sebelumnya beberapa diantaranya merupakan kebutuhan primer, dimana kebutuhan primer dapat tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.

Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan

Dalam menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara bersama untuk menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan secara bersama-sama. Atau cara kedua adalah dengan melakukan survey lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting.

(20)

Menganalisa hasil dan proses

Langkah terakhir pada metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan. Beberapa pertanyaan dapat dijadikan acuan :

2.1.1.3 Menentukan Jumlah Ukuran Sampel

Jumlah ukuran sampel diambil dengan menggunakan rumus dari Isaac dan

Michael. Berikut adalah rumus yang digunakan:

N 1

λ2 P Q 2 d Q P N 2 λ s         S = jumlah sampel 2 λ = taraf kesalahan (1%, 5%, 10%) 2 d = 0.05 P=Q = 0.5 2.1.1.4 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang mengungkapkan detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan

(21)

pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.

Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan dibawah ini.

Tabel 2.1 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan

No Kebutuhan

Kepen-tingan

1 (Produk)

2 (Produk)

3 (Produk)

Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yang secara keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). 4 langkah tersebut adalah :

Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan matriks-metrik kebutuhan jika diperlukan.

Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan metrik merupakan inti dari proses spesifikasi. Asumsinya adalah menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait.

(22)

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika membuat daftar metrix: 1. Metrix harus komplit

2. Metrix harus merupakan variabel berhubungan (dependent), bukan variabel bebas (interdependent)

3. Metrix harus praktis

4. Beberapa keluhan yang tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi metrix yang terukur

5. Metrix harus merupakan istilah yang populer untuk perbandingan di pasar.

Setelah itu daftar metrik dapat dihubungkan dengan kebutuhan menggunakan Matriks kebutuhan-metrik (Needs-Metrics Matrix). Yang contohnya seperti di bawah ini :

(23)

Gambar 2.4 Contoh Format Matriks Kebutuhan-Metrik (QFD)

Mengumpulkan informasi tentang pesaing.

Kecuali tim mengharapkan monopoli total, analisi hubungan antara produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan komersial. Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, targer

(24)

spesifikasi adalah bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing. Informasi mengenai produk pesaing harus dikumpulkan untuk mendukung keputusan mengenai Positioning produk.

Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik.

Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur nilai target untuk setiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target, yaitu: nilai ideal dan nilai yang dapat diterima secara marginal. Nilai ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan tim. Nilai yang dapat diterima secara marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial. Kedua target ini berguna untuk menuntun tahap pengembangan konsep dan pemilihan konsep, serta memperbaiki spesifikasi setelah konsep produk dipilih. Karena sebagian besar nilai diekspresikan dalam batasan-batasan tertentu (maksimal, minimal atau keduanya) perlu dibuat batasan-batasan nilai yang layak dan dapat bersaing dengan produk pesaing.

Merefleksikan hasil dan proses

Perlu dilakukan beberapa kali pengulangan sampai akhirnya target disetujui. Melakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan

(25)

membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan tujuan proyek.

Spesifikasi secara keseluruhan dapat ditinjau kembali untuk diperbaiki agar lebih tepat, sehingga yang tadinya hanya berupa pernyataan target dan selang tertentu, kini dapat dibuat lebih tepat.

Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap pengembangan dan perencanaan desain selanjutnya, spesifikasi diperiksa kembali. Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu, sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.

Menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu hubungan berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk yang dipilih. Trade-offs terjadi antara metric kinerja teknik yang berbeda dan hampir selalu terjadi antara biaya dan metric kinerja tekniik.

2.1.1.5 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir.

(26)

Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :

Gambar 2.5 Langkah Metode Penyusunan Konsep

Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah menggunakan prosedur pencarian eksternal dan internal, pencarian eksternal untuk konsep yang sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru.

(27)

Pohon klasifikasi digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Jadi intinya pohon klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya dapat dibuat sebuah langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil, seperti yang digunakan oleh proses.

2.1.1.6 Seleksi Konsep

Beberapa konsep yang sudah terbentuk pasti memilih kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu seleksi konsep merupakan proses menilai

konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain,

membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Ada 7 kriteria yang menjadi dasar pemilihan sebuah konsep produk, yaitu:

1. Kemudahan penanganan 2. Kemudahan penggunaan

3. Kemudahan membaca ukuran (untuk alat yang memiliki alat ukur) 4. Akurasi pengukur dosis (untuk alat ukur)

(28)

5. Daya tahan

6. Kemudahan proses manufaktur 7. Mudah dibawa.

Metode pemilihan konsep sangatlah bervcariasi dilihat dari efektivitasnya. Beberapa metode tersebut adalah:

Keputusan eksternal

Konsep-konsep dikembalikan kepada pelanggan, klien, atau beberapa lingkup eksternal lainnya untuk diseleksi

Produk juara

Seorang anggota yang berpengaruh dari tim pengembangan produk memilih sebuah konsep atas dasar pilihan pribadi.

Intuisi

Konsep dipilih berdasarkan perasaan. Kriteria eksplisit atau analisis pertentangan tidak sigunakan. Konsep yang dipilih semata-mata yang kelihatan lebih baik.

Multivoting

Tiap anggota tim memilih beberapa konsep. Konsep yang paling banyak dipilih yang akan digunakan.

(29)

Pro dan kontra

Tim mendaftar tiap kelemahan dan kekuatan dari tiap konsep dan membuat sebuah pilihan berdasarkan pendapat kelompok.

Prototype dan pengujian

Organisasi membuat dan menguji prototipe dari tiap konsep, lalu menyeleksi berdasarkan data pengujian.

Matriks keputusan

Tim menilai masing-masing konsep berdasarkan kriteria penyeleksian yang telah ditetapkan sebelum yang dapat diberi bobot.

Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi.

Gambar 2.6 Seleksi dan Penyaringan Konsep

Semua fase awal dari pengembangan produk sangat berpengaruh pada kesuksesan produk. Proses seleksi konsep yang terstruktur akan membantu

(30)

mempertahankan objektivitas keseluruhan fase konsep dari proses pengembangan dan menuntun tim pengembangan produk melalui proses yang kritis, sulit dan kadangkala emosional. Secara khusus, metode seleksi konsep yang terstruktur memberikan keuntungan potansial, diantaranya:

Produk terfokus pada pelanggan

Karena konsep secara eksplisit dievaluasi berdasarkan kriteria pelanggan, seleksi konsep kemungkinan besar difokuskan kepada pelanggan.

Rancangan yang kompetitif

Dengan membandingkan (benchmarking) konsep dengan rancangan yang sudah ada, desainer akan mengusahakan rancangan agar menyamai atau melebihi penampilan pesaingnya pada beberapa dimensi kunci.

Koordinasi antara proses dan produk yang lebih baik

Evaluasi produk yang eksplisit dengan penekanan terhadap kriteria manufaktur akan memperbaiki kemampuan produksi produk dan menyesuaikan produk dengan kapabilitas proses dari perusahaan.

Mengurangi waktu untuk pengenalan produk

Sebuah metode yang terstruktur akan menjadi sebuah bahasa umum diantara insinyur perancangan, manufaktur, perancangan industri, pemasaran dan manajemen proyek. Hal itu mengakibatkan berkurangnya kesalahan dalam komunikasi sehingga komunikasi yang lebih cepat dan kesalahan awal dapat diminimalkan.

(31)

Pengembilan keputusan kelompok yang efektif

Metode yang terstruktur akan mendorong pengambilan keputusan berdasarkan kriteria objektif dan memperkecil kemungkinan keputusan yang sewenang-wenang atau faktor personal yang mempengaruhi pemilihan konsep produk.

Dokumentasi proses keputusan

Metode yang terstruktur akan membantu menghasilkan catatan yang akan membantu memahami alasan yang berada dibelakang keputusan konsep. Catatan ini bermanfaat untuk membantu proses pembelajaran anggota tim baru dan untuk menilai dengan cepat pengaruh perubahan kebutuhan konsumen pada alternatif yang tersedia.

Proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980-an dan sering sekali disebut seleksi konsep Pugh (Pugh,1990). Tujuan tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep.

(32)

Tabel 2.2 Tabel Matriks Penyaringan Konsep Kriteria Konsep A B C Kriteri 1 Kriteri 2 Kriteri 3 Kriteri 4 Kriteri 5 Kriteri 6 Kriteri 7 Kriteri 8 Jumlah + Jumlah 0 Jumlah -Nlai akhir Peringkat Lanjutkan?

Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya. Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi rangking.

Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks.

(33)

Tabel 2.3 Tabel Penilaian Konsep

Konsep

A B

Kriteria seleksi Beban Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban

Kriteri 1 % Kriteri 2 % Kriteri 3 % Kriteri 4 % Kriteri 5 % Kriteri 6 % Kriteri 7 % Kriteri 8 % Total Nilai Peringkat Lanjutkan ?

Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%. Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang memiliki rangking tertinggi.

Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih

satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut

dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari pelanggan.

(34)

2.1.1.7 Pengujian Konsep

Pengujian Konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang. Tim bisa saja memilih tidak melakukan pengujian konsep apa pun jika waktu yang dibutuhkan untuk menguji konsep relative panjang dibandingkan dengan siklus waktu hidup produk, atau jika biaya pengujian relative cukup besar bila dibandingkan dengan biaya peluncuran (launching) produk.

Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji.

Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu :

1) Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep → Pengujian konsep dapat diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena itu perlu didefinisikan dahulu maksud dari eksperimen ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti Konsep mana yang akan diuji?, Bagaimana konsep dapat diperbaiki?, Berapa Jumlah produk yang dapat dijual?, Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?.

(35)

2) Memilih Populasi Survei → Seringkali produk ditujukan untuk pasar potensial dengan beberapa segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengujian ke beberapa segmen sekaligus akan membuang banyak waktu dan biaya

3) Memilih Format Survei → Sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan pada tahapan sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan : face-to-face interaction, Telepon, Surat, E-mail, Internet. Dan tiap format memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. 4) Mengkomunikasikan Konsep → Yang membedakan survei pengujian

konsep dengan survei-survei sebelumnya adalah adanya konsep terpilih yang harus dkomunikasikan kepada responden untuk dinilai sendiri oleh mereka. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan Sehingga tim pengembang dapat memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yang ada.

5) Mengukur respon pelanggan → Data yang didapatkan dari survei dapat diolah dan digunakan untuk mengukur respon pelanggan, dan hal yang terutama diukur adalah Konsep mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta keinginan pelanggan untuk membeli dengan dibagi ke dalam 5 skala yaitu pasti akan membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan membeli, pasti tidak akan membeli. Atau

(36)

bisa juga dengan cara menyuruh responden untuk menyebut angka peluang sendiri untuk membeli.

6) Mengiterpretasikan Hasil → Maksud dari mengiterpretasikan hasil adalah bila memang ada konsep yang mendominasi, maka secara langsung konsep tersebut dapat dipilih untuk dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi bila hasilnya tidak terbatas, maka konsep dapat dipilih berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Meskipun sifatnya tidak pasti, tetapui prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebenarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan informasi yang sangat berharga bagi Tim pengembangan produk.

Sebelum melanjutkan ketahap model, perlu diperhatikan bahwa prediksi penjualan produk baru mengandung sejumlah besar ketidak pastian, dan akan menghasilkan tingkat kesalahan yang tinggi. Walaupun demikian, prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebenarnya. Karena itu prediksi penjualan merupakan informasi yang berharga bagi tim pengembangan. Hal ini dapat dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada pelanggan untuk mengetahui apakah dia akan membeli produk tersebut atau tidak.

Untuk mengetahui Q (jumlah produk yang diharapkan terjual untuk jangka waktu tertentu), dapat menggunakan rumus:

P A N

(37)

N = jumlah pelanggan potensial yang diharapkan melakukan pembelian selama periode waktu tertentu

A = proporsi pelanggan potensial

P = peluang produk akan dibeli jika tersedia dan jika pelanggan menyadari keberadaan produk tersebut.

probably F probably C definitely F definitely C P    definitely

F = proporsi responden survei dari survei pengujian konsep yang

memilih skala ‘ pasti akan membeli’

probably

F = proporsi responden survei dari survei pengujian konsep yang

memilih skala ‘ mungkin akan membeli’ probably

C & definitely

C = konstanta kalibrasi yang biasa ditetapkan

berdasarkan pengalaman perusahaan dengan produk yang sama dimasa lalu. Umumnya nilai

definitely

C berkisaran antara 0.1 – 0.5,

sedangkan

probably

C berkisaran antara 0 – 0.25. Jika tidak terdapatt

masa lalu, sebagian besar tim pengembangan menggunakan nilai 0.4 untuk

definitely

C dan 0.2 untuk

probably

C .

7) Merfleksikan Hasil dan proses → Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang

(38)

diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang terdapat pada model prediksi yaitu : Ukuran Pasar keseluruhan, Ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang mungkin akan membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep, sebaiknya 2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu : apakah konsep sudah dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan sesuai dengan yang dituju ? Akhirnya pengalaman dengan produk baru kemungkinan besar dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk produk-produk yang hampir sama.

2.1.1.8 Arsitektur Produk

Arsitektur produk adalah penugasan eleman-eleman fungsional dari produk terhadap kumpulan bangunan fisik (physical building blocks) produk. Tujuan arsitektur produk adalah menguraikan komponen fisik dasar dari produk, apa yang harus dilakukan komponen tersebut dan seperti apa hubungan / pembatas yang digunakan untuk peralatan lainnya.

Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk.

(39)

Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut.

Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap Chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk.

Salah satu hal yang mesti dilakukan dalam membuat arsitektur produk yaitu membuat susunan geometris yang masih kasar. Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2 atau 3

dimensi. Pembuatan susunan geometris akan mendorong tim untuk

mempertimbangkan apakah antarmuka antar chunk cukup layak untuk mendukung hubungan dimensi dasar diantara chunk. Pada tahap ini, tim akan menghasilkan beberapa alternatif susunan geometris dan memilih yang terbaik. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.

2.1.1.9 Desain Industri

Desain industri adalah jasa profesional dalam menciptakan dan

mengembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungi-fungsi, nilai, dan penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara pemakai dan produsen.

(40)

Ada lima tujuan penting yang didapat dari desain industri:

 Kegunaan

Hasil produksi manusia harus selalu aman, mudah digunakan, dan intuitif. Setiap ciri harus dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan pemakainya mengetahui fungsinya.

 Penampilan

Bentuk, garis, proporsi, dan warna digunakan untuk menyatukan produk menjadi satu produk yang menyenangkan.

 Kemudahan pemeliharaan

Produk harus juga didesain untuk memberitahukan bagaimana mereka dapat dirawat dan diperbaiki.

 Biaya-biaya rendah

Bentuk dan ciri memegang peranan besar dalam biaya perawatan dan produksi. Karena itu, hal ini harus diperhatikan secara bersama-sama oleh tim.

 Komunikasi

Desain produk harus dapat mewakili filosofi desain perusahaan dan misi perusahaan melalui visualisasi kualitas produk.

Kebanyakan produk di pasaran diperbaiki dengan beberapa cara atau dengan desain industri yang baik. Semua produk yang digunakan, dioperasikan, atau dilihat

(41)

oleh orang-orang amat bergantung pada desain industri untuk mencapai kesuksesan komersial.

Dengan adanya pemikiran demikian, akan mudah menilai pentingnya desain industri terhadap suatu produk tertentu. Untuk menjelaskan pentingnya desain industri, ada dua dimensi yang harus diperhatikan yaitu ergonomik dan estetis.

Kebutuhan-kebutuhan ergonomik:

 Seberapa penting kemudahan pemakaian?

 Seberapa pentingnya kemudahan perawatan

 Berapa banyak interaksi pemakai yang diperlukan untuk fungsi-fungsi

produk?

 Berapa pembaruan yang interaksi pemakai diperlukan?

 Apa pokok permasalahan keamanan?

Kebutuhan-kebutuhan estetis:

 Apa diferensiasi produk diperlukan?

 Seberapa penting gengsi kepemilikan, kesan, dan model?

 Apakah suatu produk estetis memotivasi tim?

Setelah kebutuhan ergonomik dan estetis terpenuhi, penilaian kualitas desain industri untuk produk yang sudah jadi dapat dinilai secara kualitatif dapat dilakukan untuk mengetahui apakah desain industri telah mengerjakan tujuannya dengan

(42)

menimbang setiap aspek dari produk yang dipengaruhi oleh desain industri. Ada 5 kategori yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi produk:

 Kualitas dari antar muka pengguna

 Daya tarik emosional

 Kemampuan memelihara dan memperbaiki produk

 Ketepatan penggunaan sumber daya

 Perbedaan produk

2.1.1.10 Desain Untuk Proses Manufaktur (DFM)

Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis dari suatu produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Jadi secara keseluruhan DFM memiliki sasaran jaminan kualitas produk yang tinggi, sambil meminimasi biaya manufaktur.

Biaya manufaktur secara keseluruhan dapat diperkirakan dengan memperhatikan variabel-variabel komponen seperti yang terdapat pada contoh format tabel di bawah yang secara sistematis memperlihatkan cara memperkirakan biaya manufaktur secara keseluruhan.

(43)

Tabel 2.4 Tabel Perkiraan Biaya Manufaktur

2.1.1.11 Analisis ekonomi Pengembangan Produk

Analisis Ekonomi membantu tim pengembangan produk untuk mengambil keputusan, proses ini memuat dua jenis analisis, kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis kuantitatif

Adalah analisis yang melihat dari segi aliran kas masuk (pendapatan) dan kas keluar (biaya). Kas masuk berasal dari hasil penjualan produk. Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan, biaya produksi seperti pembelian perlengkapan, dan alat-alat, biaya pemasaran dan penyokong produk dan biaya produksi yang terus-menerus seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk yang menguntungkan adalah produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas yang masuk lebih banyak dibandingkan yang keluar.

Pemrosesan Total Biaya Peralatan & Umur pakai Total Biaya

Komponen Material (mesin + Perakitan Variabel Biaya tidak peralatan biaya tetap Total

Yang dibeli T. kerja) (T.Kerja) per unit berulang lain per unit

Badan sumpit Batang sumpit Besi prnghubung Besi Lem Total Biaya Langsung Beban Overhead Biaya Total

(44)

Metode ini menggunakan metode Nilai bersih saat ini (Net Present Value / NPV), karena metode ini lebih mudah dimengerti dan digunakan secara luas dalam bidang bisnis. Metode analisis NPV menggunakan rumus :

1 r

t

C PV

 

Dimana : PV = Nilai saat ini

C = Nilai pada periode t r = Suku bunga

t = Periode

Penggunaan rumus tersebut untuk menghitung aliran kas masuk dan keluar yang untuk mempermudah biasanya disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.

Tabel 2.5 Tabel Aliran Kas, Nilai Saat Ini dan Nilai Bersih Saat Ini

Nilai dalam ribuan (Rp) Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Biaya Pengembangan Biaya Perakitan Biaya Pemasaran dan penunjang Biaya Produksi Volume produksi Biaya Produksi/unit Pendapatan Penjualan Volume Penjualan Harga / unit Aliran kas / periode Nilai saat ini tahun 1, r+10% Nilai bersih Proyek saat ini

(45)

2. Analisis kualitatif

Adalah analisis yang lebih memperhatikan masalah lingkungan

proyek, yakni menangkap persoalan-persoalan dan

mempertimbangkan interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro. Analisis ini menggunakan analisis kuantitatif, hanya saja disesuaikan dengan keadaan faktor perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro tadi. Analisis kualitatif dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang lebih kompetitif dan dinamik.

Setelah mengenal kedua jenis analisis yang umumnya dipakai pada analisis ekonomi suatu produk, maka perlu diketahui kapan seharusnya analisis tersebut ditampilkan. Analisis ekonomi yang mencakup kedua pendekatan kuantitatif dan kualitatif, berguna paling tidak dalam kedua keadaan yang berbeda, yakni :

- Melaksanakan / tidak kejadian penting : Yaitu biasanya pada setiap

fase akhir pengembangan dimana perlu diambil keputusan untuk meneruskan atau tidak peluncuran dari produk tersebut.

- Keputusan bentuk operasional dan pengembangan : Keputusan

operasional berkaitan dengan, memperkirakan jumlah biaya

(46)

dengan faktor lingkungan pasar dan keadaan ekonomi makro, dengan mengharapkan penurunan harga bahan baku pada periode tersebut.

2.1.1.12 Prototipe

Prototipe dapat didefinisikan sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian. Dengan difinisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototipe. Membuat prototipe merupakan proses pengembangan perkiraan-perkiraan semacam itu dari produk

Prototipe dapat berguna diklasifikasikan di antara dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah tingkat dimana sebuah prototipe merupakan suatu bentuk fisik sebagai lawan dari analitik. Prototipe fisik merupakan bentuk nyata yang dibuat untuk memperkirakan produk. Aspek-aspek dari produk yang diminati oleh tim pengembangan secara nyata dibuat menjadi suatu benda untuk pengujian dan percobaan.

Dimensi yang kedua adalah tingkat dimana suatu prototipe merupakan prototipe yang menyeluruh sebagai lawan dari terfokus. Prototipe yang menyeluruh mengimplementasikan sebagian besar atau semua atribut dari produk. Prototipe yang menyeluruh dapat disamakan dengan pemakaian sehari-hari dari kata prototipe, yaitu merupakan sebuah skala keseluruhan, versi kerja keseluruhan dari produk.

(47)

Prototipe menyeluruh adalah yang diberikan kepada pelanggan untuk mengidentifikasi kekurangan dari desain sebelum memutuskan untuk diproduksi. Sedangkan prototipe terfokus mengimplementasikan satu atau sedikit sekali atribut produk.

Dalam proyek pengembangan produk, prototipe digunakan untuk empat tujuan, yaitu:

 Pembelajaran

Prototipe sering digunakan untuk menjawab dua macam pertanyaan ”Akankah dapat bekerja?” dan”Sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan pelanggan?” Saat harus menjawab pertanyaan semacam ini, prototipe diperlakukan sebagai alat pembelajaran.

 Komunikasi

Prototipe memperkaya komunikasi dengan manajemen puncak, penjual, mitra, keseluruhan anggota tim, pelanggan, dan investor. Hal ini benar karena sebuah gambaran, alat, tampilan 3D dari produk lebih mudah dimengerti daripada sebuah penggambaran verbal, bahkan sebuah sketsa produk sekalipun.

 Penggabungan

Prototipe digunakan untuk memastikan bahwa komponen-komponen dan subsistem-subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang diharapkan. Prototipe fisik menyeluruh paling efektif sebagai alat

(48)

penggabung dalam proyek pengembangan produk karena prototipe ini membutuhkan perakitan dan keberhubungan fisik dari seluruh bagian dan subasembli yang membentuk sebuah produk.

Milestones

Dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototipe digunakan untuk mendemonstrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan

yang diinginkan. Prototipe milestone menyediakan hasil nyata,

memperlihatkan kemajuan dan dipersiapkan untuk menjalankan jadwal.

2.2 Pengujian Data

Pengujian data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut valid dan reliabel atau tidak. Karena instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan tersebut. Hal ini dikarenakan benar atau tidaknya data sangat menentukan akan apakah penelitian tersebut bermutu atau tidak. Sedangkan benar atau tidaknya data, tergantung dari baik atau tidaknya instrumen yang digunakan untuk penelitian. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian validitas dan reliabilitas.

2.2.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau tingkat kebenaran suatu instrumen. Suatu instument dikatakan valid apabila telah memenuhi standar batas ukuran yang digunakan.

(49)

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengitung data yang diinginkan secara benar dan tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Untuk memperoleh instrumen yang valid, peneliti harus bertindak berhati-hati sejak awal penyusunannya. Dengan mengikuti langkah penyusunan yaitu dengan memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru memuaskan butir-butir pertanyaan, maka peneliti sudah bertindak berhati-hati. Apabila cara dan tindakan ini sudah dilakukan, maka peneliti dapat berharap bahwa instrumen penelitiannya valid. Dapat dikatakan valid karena peneliti sudah berhati-hati melalui cara yang benar sehingga mendapatkan hasil yag valid.

Ada dua macam jenis validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.

1. Validitas eksternal, dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen yang dipakai sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Rumus korelasi yang digunakan yaitu rumus

Pearson Product Moment sebagai berikut:

   

 

 

2

i Σy 2 i Σy n 2 i Σx 2 i Σx n i Σy i Σx i y i Σx n xy r       

2. Validitas internal, didapat apabila terdapat kesamaan atau kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.

(50)

Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mengungkap data dari variabel yang dimaksud.

2.2.2 Uji Reliabilitas

Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut cukup baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil, akan menghasilkan jawaban yang sama pernyataan umum menyatakan bahwa instumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian kita kita dapat salah arah (misleading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan hanya instrumennya saja. Ungkapan yang menyatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen harus baik hingga mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. Apabila pengertian ini sudah bisa dimengerti maka tidak akan begitu kesulitan dalam menentukan cara pengujian instrumen reliabilitas.

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Sama halnya seperti pada uji validitas, yang membedakan antara eksternal dan

(51)

internal hanyalah cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika perhitungan dilakukan memasukkan atau termasuk data dari luar, itu berari pengujian secara eksternal. Sebaliknya jika data perhitungan hanya berasal dari data itu saja, maka termasuk dalam pengujian internal.

Pada enulisan skripsi ini, penulis menggunakan pengujian reliabiltas internal yaitu dengan cara menganalisa data hasil satu pengetesan yaitu dengan menggunakan rumus Spearman brown

b r 1 b r 2 i r    i

r = realibilitas internal seluruh instrument

b

r = korelasi product moment antara belahan pertama dengan belahan

Gambar

Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger
Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk Menurut Crawford-Benedetto
Gambar 2.3 Stage-Gate Process Menurut R. Cooper
Tabel 2.1 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan melakukan pengukuran tingkat kecemasan khususnya pasangan infertil yang sedang menjalani pengobatan infertilitas, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi

Kecamatan Bandar Dua seluas 1.935,29 Ha, terdiri dari Gampong Blang Dalam, Gampong Pulo, Gampong Uteun Bayu, Gampong Jeulanga Barat, Gampong Alue Keutapang,

Sebanyak 1 g hati mencit betina dihomogenasi dalam 10 ml dapar tris-kalium klorida 150 mM:50 mM pH 7,2 yang dijaga pada suhu dingin kemudian disentrifuga dengan kecepatan 3000

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis,

24 Penelitian yang dilakukan adalah penelitian terhadap putusan hakim dalam menjatuhkan vonis terhadap pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang

sampling ini peneliti menggunakan sampling jenuh, dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Tes yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes tertulis. Pada

Pembuatan minuman fermentasi berbasis rice bran terfermentasi probiotik akan memberikan nilai tambah yang bersifat multifungsional, yakni kandungan senyawa