• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PHK dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu cara cara atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PHK dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu cara cara atau"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Adaptasi

Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para korban PHK dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu cara – cara atau tindakan yang dilakukan oleh korban PHK untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarganya. Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup (coping strategi ) adalah kemampuan seorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penangan masalah ini pada dasarnya merupakan segenap asset yang dimilikinya bisa juga dinamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress) (Suhartono. 2007. htpp://www.policy.hu. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 16:00 )

Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup (coping

strategis) Dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan

dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan dengan 3 cara yaitu :

a. Strategi Aktif yaitu strategi yang mengoptimalakan segala potensi keluarga ( misalnya melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitarnya dan sebagainya).

(2)

b. Strategi Pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya ).

c. Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun secara formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, mengutang diwarung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke renteinir atau bank dan sebagainya) (Suhartono. 2007. htpp://www.policy.hu. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 16:00)

Sebagian besar peneliti mengenai coping strategis menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang – orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan rumah tangga menunjukkan pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersam-sama.

Konsep mata pencaharian (livelihood) sangat penting dalam memahami

coping strategis karena merupakan bagian dari atau kadang – kadang dianggap

sama dengan strategi mata pencaharian (livelihood strategies). Satu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai ataupun barang), lembag-lembag sosial, relas gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan. Seperti kasus kehidupan nelayan yang senantiasa tidak mendapat jaminan kehidupan yang layak dan nelayan senantiasa

(3)

tidak dapat dilepaskan dari jebakan kemiskinan. Sejak enam bulan terakhir, dari bulan Februari hingga Juli sekarang masyarakat nelayan dihadapkan pada musim paceklik yang tak kunjung akhir. Untuk mengatasi masalah di musim paceklik ini, berbagai upaya telah dilakukan nelayan, contohnya adalah beberapa nelayan Pangandaran menjual perhiasan istri demi menyambung hidup keluarganya.

Musim paceklik adalah permasalahan klasik, dikarenakan musim paceklik akan senantiasa datang setiap tahun. Sampai saat ini nelayan tidak mendapatkan dana asuransi dan tabungan untuk jaminan keselamatan atau masa depan keluarganya dalam menghadapi musim paceklik itu. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa mereka tetap bertahan menjadi nelayan meskipun selalu terjebak dalam kubangan kemiskinan dan bagaimana caranya mereka keluar dari jebakan kemiskinan di musim paceklik.

Selain itu, kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi inilah yang mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan perusahaan asuransi, seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses pinjaman modal, baik untuk modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

(4)

Berbagai strategi adaptasi dilakukan masyarakat nelayan untuk bertahan hidup. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga di wilayah pesisir atau desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual (the

division of labour by sex) yang berlaku pada masyarakat setempat.

Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata-pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk miskin itu hidup.

Sedangkan strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan (kaum suami) adalah diversifikasi pekerjaan untuk memperoleh sumber penghasilan baru. Bahkan, strategi adaptasi tersebut diselingi dengan menjual barang-barang berharga yang ada dan berhutang. Namun, kedua strategi ini pun tidak mudah didapat karena berbagai faktor telah membatasi akses mereka.

(5)

ekonomi. Kendati pun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan sosial masih bersifat karitatif, bukan merupakan solusi substansial untuk mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga nelayan secara mendasar. Hal ini dikarenakan, faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan sangat kompleks. (Solihin. 2004. http://io.ppi-jepang.org. Diakses tanggal 7 september 2009)

2.2 Sebab – sebab kemiskinan

Kemiskinan adalah sebuah kondisi kekurangan yang dialami oleh seseorang atau keluarga. Batas garis kemiskinan itu ditentukan antara lain kebutuhan pokok minimum untuk hidup. Dibidang perburuhan, terdapat ketentuan kebutuhan fisik minimum (KFM) yang dinilai dengan uang untuk seorang saja atau seseorang dengan beberapa keluarga. (Raharja, 1955: 145)

Orang miskin adalah mereka yang tingkat pedapatannya dibaawah garis kemiskinan, yang dalam Susenas ditentuka sebesar Rp 20.614,- per kapita per bulan (daerah perkotaan) dan Rp 13.295,- per kapita per bulan (daerah pedesaan) untuk tahun1990. Sebenarnya ukuran ini juga berbeda dari satu propinsi kepropinsi lainnya. Batas miskin tertinggi untuk propinsi adalah untuk Kalimantan Selatan sebesar Rp 26.208,-, sedangkan yang terendah adalah Lampung sebesar Rp 17.664,-

Kondisi kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda antara lain :

(6)

Seseorang miskin karena mengangur, sehingga tidak memperoleh penghasilan atau kalau bekerja tidak penuh, baik dalam ukuran hari, minggu, bulan ataupun tahun. Hal yang kedua itu sering disebut gejala setengah menganggur (disguised unemployment). Apabila orang bersangkutan memperoleh pekerjaan dengan upah atau gaji yang memadai, maka orang tersebut terlepas dari kemiskinan.

2. Upah gaji dibawah standart minimum.

Seseorang bisa memiliki pekerjaan tertentu tetapi jika upahnya dibawah standart, sementara itu pengeluarannya cukup tinggi, maka orang tersebut tergolong miskin.

3. Produktivitas kerja yang rendah.

Produktivitas kerja yang rendah. Lebih dari 60,0% insiden kemiskinan terdapat disektor pertanian. Pada umumnya kemiskinan disektor ini disebabkan produktivitas yang sudah rendah.

4. Ketiadaan aset.

Dibidang pertanian, kemiskinan terjadi karena petani tidak memiliki lahan atau kesempatan untuk mengolah lahan. Disini terjadi perbedaan antara pemilikan lahan dan penguasaan lahan. Petani yang memiliki lahan atau hanya memiliki lahan sempit belum tentu miskin asalkan mempunyai lahan garapan. Hanya saja, dengan menyewa atau menyakap, pendapatan yan diterima tentu lebih kecil dibandingkan dengan pemilikan lahan.

(7)

5. Diskriminasi.

Kemiskinan juga terjadi karena diskriminasi seks. Dari data upah diketahui bahwa penghasilan perempuan perbulan itu rata-rata 56, 0% saja dari penghasilan laki-laki. Jika itu merupakan tambahan bagi penghasilan keluarga, maka penghasilan perempuan ikut mengangkat keluarga dari kemiskinan. Tetapi bagi wanita yang belum kawin atau menjanda, maka hal itu berarti kemiskinan.

6. Tekanan harga.

Pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan karena rendahnya produktivitas, melainkan juga karena tekanan harga. Hal ini terutama berlaku pada petani kecil pengrajin dalam industri rumah tangga. Tekanan harga juga bukan hanya disebabkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran bebas, tetapi juga disebabkan oleh pembili, penimbunan aturan tata niaga dan berbagai bentuk manipulasi.

7. Penjualan tanah.

Penjualan tanah baik tanah pertanian, pertambakan atau perumahan bisa menimbulkan kejatuhan dan akhirnya kemiskinan. Banyaka terdengar informasi masyarakat tradisional menjual tanah untuk naik haji. Uang yang didapatkan cukup banyak tetapi karena dipakai untuk membayar ONH dan bekal naik haji lainnya, orang trsebut bisa miskin. Penjualan tanah bisa disebabkan karena penjulan tanah yang cukup baik dengan tanah lain yang ditukarkan dipinggiran, tetapi bisa juga terjadi akibat kompensasi penganguran. (Raharja, 1955: 145)

(8)

1.6 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Masalah terpenting atau yang sangat terpenting dalam masalah ketenagakerjaan adalah soal pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja berarti kehilangan mata pencaharian yang berarti pula permulaan penganguran dengan segala akibatnya sehingga untuk menjamin kepastian dan ketentraman hidup kaum tenaga kerja sehaharunya tidak ada PHK (Manulang, 1988 : 106)

Ada 4 istilah dalam PHK:

1. Termination, yaitu putusnya hubungan kerja karena selesainya berakhirnya

kontrak kerja.

2. Dismissal, yaitu putusnya hubungan kerja karena tindakan indispliner.

Misalnya tenga kerja melakukan kesalahan-kesalahan seperti pemabok, madat serta melakukan tindakan kejahatan.

3. Redundancy, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan

perkembangan teknologi.

4. Retrenchment, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan

masalah-masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi, masalah pemasaran dan lain sebagainya, sehingga perusahaan tidak dapat/tidak mampu untuk memberikan upah kepada tenaga kerja/karyawannya.

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1696 Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (pasal 1). Jadi penegertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliput i tenaga kerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat reproduksi

(9)

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran ciri khas dari hubungan kerja tersebut diatas ialah bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah (Manulang, 1988 : 3)

Menurut DR. Payman Simanjuntak (dalam Manulang 1988 : 3) Tenaga Kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melaksanakan kegiatan lainnya seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

2.1.1 Hak-Hak Tenaga Kerja

1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.

2. Tiap tenaga kerja berhak memilih atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

3. Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan dan keahlian dan kejujuran untuk memperoleh serta menambah keahlian dan ketrampilan kerja, sehingga potensi dan daya kerjanya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat dipasahkan dari pembinaan bangsa.

4. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai denagan amartabat manusia dan moral agama.

5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja.

(10)

2.1.2 Keselamatan Kerja

Berbicara mengenai keselamatan kerja maka yang dimaksudkan disini adalah bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Sesuatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.

Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab-musababnya demikian pula kecelakaan industri/ kecelakaan kerja ini dimana ada 4 faktor penyebabnya: 1. Faktor manusianya

Misalnya karena kurangnya keterampilan atau pengetahuan salah penempatan misalnya tenaga kerja tamatan STM tetapi ditempatkan sebagai tata usaha.

2. Faktor materilnya/ bahan/peralatannya

Misalnya bahan seharusnya terbuat dari besi akan tetapi, supaya lebih mudah dibuat dari bahan lainnya sehinnga nudah menimbulkan kecelakaan.

3. Faktor bahaya/sumber bahaya, ada dua sebab: a. Perbuatan berbahaya

Misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna dan sebagainya.

b. Kondisi/keadaan berbahaya

Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/peralatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.

(11)

Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin-mesin peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.

2.1.3 Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja

Prosedur pemutusan hubungan kerja menurut Undang-undang No. 12 Tahun 1964 adalah sebagai berikut.

a. Pertama–tama pengusaha harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

b. Apabila setelah diadakan segala usaha dimana pemutusan hubunga kerja tidak dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan maksudnya untuk memutuskan hubungan kerja dengan organisasi pekerja yang bersangkutan/yang ada diperusahaan tersebut atau dengan karyawan/tenaga kerja.

c. Bila perundingan tersebut nyata-nyata tidak menghasilkan persesuaian paham, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan tenaga kerja setelah memperoleh izin dari P4D (Panitia Penyelesaian Perburuhan Daerah), bagi pemutusan hubungan kerja perseorangan dan P4P ( Panitia Penyelesaian Peselisihan Perburuhan Pusat ) bagi pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran.

d. P4 Daerah dan P4 Pusat menyelesaikan permohonan izin pemutusan hubungan kerja dalam waktu sesingkat singkatnya, menurut tata cara yang berlaku untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

(12)

e. Dalam hal P4 daerah atau P4 Pusat memberikan izin, maka dapat ditetapkan pula kewajiban pengusaha untuk memberikan kepada tenaga kerja/ karyawan yang bersangkutan uang pesangon. Uang jasa dan ganti rugi.

f. Terhadap penolakan pemberian izin oleh P4 daerah atau pemberian izin dengan syarat dalam waktu 14 hari setelah putusan diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan, baik tenaga kerja maupun pengusaha atau organisasi tenaga kerja dan organisasi pengusaha yang bersangkutan dapat minta banding kepada P4 Pusat.

g. P4 pusat menyelesaikan permohonan banding menurut tata cara yang berlaku untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam tingkat banding.

Pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran dianggap terjadi jika suatu perusahaan dalam satu bulan pengusaha memutuskan hubungan kerja lebih dari 10 orang tega kerja atau lebih, atau mengadakan retetan pemutusan– pemutusan hungan kerja yang dapat menggambarkan suatu itikad untuk mengadakan suatu pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran.

2.2 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara sendiri – sendiri pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada objeknya sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang

(13)

dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteran yang ruang lingkupnya pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Ekonom secara etimologi berasal dari bahasa yunani yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya yang artinya mengatur. Ekonomi sering diartikan sebagaia cara manusia memenuhi segala kebutuhannya sehari-hari.

Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia ekonomi adalah segala sesuatu tentang azas-azas produksi distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan, perindustrian jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidupnya sehari – hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status (Koentjaraningrat, 1977: 35)

Pengertian sosial ekonomi yaitu sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat atau sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya dilingkungannya sehingga ia dapat

(14)

menentukan keberadaan dirinya berdasarkan atas apa yang dimilikinya yaitu mengenai pendapatan bagaimana pendapatan dari masyarakat itu sama halnya dengan perumahan, kesehatan, pendidikan, kondisi pangan apakah masyarakat sudah mampu untuk mencukupi kehidupan masyarakat itu.

2.3 Keluarga

2.5.1 Pengertian keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan salah satu group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan perempuan yang mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. (Ahmadi, 2000: 239)

Secara Historis, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutam pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Keluarga sebagai organisasi mempunyai perbedaan dengan organisasi-organisasi lainnya salah satu perbedaan yang cukup penting terlihat dari bentuk hubungan anggota-anggotanya yang lebih bersifat mendalam dan merupakan

Ciri-ciri kelompok primer antara lain: 1. Mempunyai hubungan yang lebih intim 2. Kooperatif

(15)

4. masing-masing anggota memerlukan anggota lainnya sebagai tujuan bukannya alat untuk mencapai suatu tujuan

Ciri-ciri lain juga dikemukakan oleh Paul H. Landis, adalah:

1. Intimate 2. Face to face

3. Warm hearted relationship

Dengan demikian keluarga mempunyai system jaringan interaksi yang lebih bersifat hubungan interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga mempunyai intensitas hubungan satu sama lain antara ayah dan ibu dan anak, maupun antara anak-anak. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.

2.5.2 ciri-ciri keluarga

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal–hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.

a. ciri – ciri umum

Menurut Mac iver and Page, ciri – ciri umum keluaga antara lain 1. keluarga merupakan hubungan perkawinan

(16)

2. bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara

3. suatu system tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan

4. ketentuan – ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota – anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan– kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. 5. merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang

walau bagaimana pun tidak mungkin menjadi terpisah dari kelompok keluarga.

b. ciri – ciri khusus

1. Kebersamaan : keluarga merupakan bentuk yang hampir paling universal dari antara bentuk organisasi sosial lainnya.

2. Dasar–dasar emosional : hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan–dorongan yang sangat mendalam dan ikatan kelompok yang erat tentang emosi–emosi sekunder, dari cinta romantik, rasa kasih saying sampai pada kebanggan akan ras.

3. Pengaruh perkembangan : bahwa keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama–pertama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, termasuk manusia. Pada khusunya membentuk karakter individu.

(17)

4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannnya dan merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi formal yang merupakan struktur sosial

5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan inti dari organisasi-organisassi sosial lainnya kerap kali didalam masyarakat yang sederhana maupun didalam masyarakat yang lebih maju, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan – satuan keluarga.

6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan – tuntutannya dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi – kondisi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mampu dilakukan oleh keluarga.

7. Aturan kemasyarakatan (aturan – aturan sosial) : aturan-aturan kemasyarakatan pada khusunya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu dan aturan-aturan sah yang menetukan kondisi-kondisi masyarakatnya (Khairuddin, 1997: 5-10)

2.5.3 Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan. Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain :

(18)

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak – anak, fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun, fungsi ini juga mengalami perubahan karena keluarga sekarang cenderung pada jumlah anak yang sedikit.

b. Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Melalui hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan, dari cinta kasih ini lahirlah hubungan hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaaan, indentifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai cinta kasih. Hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat pada keluarga, suasana afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial lainnya.

c. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi menunjukkan peranan keluarga dalam kepribadian anak. Melalui interak sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola – pola tingkah laku, sikap dan keyakinan, cita-cita dan nilai–nilai dalam mayarakat dalam rangka perkembangan kepribadiaannya.

2.5.4 Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan Individu

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana dia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Semua yang diuraikan mengenai

(19)

interaksi kelompok berlaku pula dalam interaksi kelompok keluarga yang merupakan kelompok primer termasuk pembentukan norma-norma sosial, internalisasi norma-norma, terbentunya tingkah laku individu dan lain-lain. Di dalam keluarga interaksi sosial individu berdasarkan simpati, ia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama, bantu membantu.

Dalam interaksi sosial individu, seseorang pertama-tama memegang peranan sebagai mahluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan dalam pergaulannya dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarganya, didalam masyarakat pada umumnya berlangsung tidak wajar.

Selain peranan umum keompok keluarga sebagai kerangka sosial yang pertama, tempat manusia berkembang sebagi mahluk sosial terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-keadaan keluarga yang dapat mempenagaruhi perkembangan individu sebagai mahluk sosial, antara lain:

a. Status sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan individu, apabila kita perhatikan bahwa adanya perekonomian yang cukup, maka lingkungan material yang dihadapi individu didalam keluarga itu lebih luas untuk mengembangkan bermacam – macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada peranannya. Hubunagn orang tua dalam status sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan – tekanan fundamental seperti dalam

(20)

memperoleh nafkah hidupnya yang memadai. Orang tua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam pada pendidikan anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah kebutuhan primer.

b. Kebutuhan keluarga

Salah satu faktor utama lain yang mempengaruhi perkembangan sosial individu adalah faktor keutuhan keluarga. Keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam struktur keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu atau bahkan keduanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Selain keutuhan dalam struktur keluarga dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi keluarga, bahwa dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmonis). Apabila orang tua berselisih disertai dengan tindakan agresif; keluarga tidak dapat tidak dpat dikategorikan sebagai keluarga yang utuh.

c. Sikap dan kebiasaan orang tua

Peranan keluarga terhadap perkembangan sosial individu tidak hanya terbatas pada status sosial ekonominya atau pada keutuhan struktur dan interaksinya saja. Demikin juga cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulannya memegang peranan cukup penting didalamnya. Keluarga itu merupakan kelompok sosial dengan tujuan, struktur norma, dinamika kelompok, termasuk cara–cara kepemimpinanya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjaddi anggota keluarga tersebut. Begitu pula cara-cara bertingkah laku orang tua yang dalam hal ini menjadi pemimpin kelompok sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anaknya.

(21)

Status anak berperan sebagai suatu faktor yang dapat mempeenagaruhi perkembangan sosial dalam keluarganya. Status anak misalnya, status anak sebagi anak tunggal, anak sulung atau anak bungsu diantara saudaranya. Hasil dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa anak tunggal dibandingkan dengan anak–nak yang bersaudara biasanya sangat egois, terdapat hal – hal mengenai ‘peranan aku’ didalam dirinya.

2.6 Defenisi Konsep Kesejahteraan Sosial

Konsep kesejahteran sosial sebagai suatu program yang teroganisir dan sistematis yang dilengkapi dengan segala macam ketrampilan ilmiah merupakan suatu konsep yang baru berkembang terutama di negara berkembang. Masalah-masalah kemiskinan, penyakit dan disorganisasi sosial merupakan Masalah-masalah yang sudah lama. Akan tetapi di negara-negara maju baru kira-kira seratus tahun masalah itu dirasakan sangat berat dan menggangu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem yang lebih teratur. Menurut Walteral Friedlander (Nurdin, 1992: 1)

Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.

(22)

Sedangkan kesejahteraan menurut UU No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut: Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setianp warga negara untuk mengadakan pemuasan kebutuhan jasmaniah dan rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah negara kita yaitu Pancasila.

2.7 Kerangka Pemikiran

Krisis ekonomi global yang melanda dunia sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, krisis ekonomi telah membuat kondisi kehidupan rumah tangga korban PHK sangat mengkhawatirkan. Buruh yang belum berkeluarga memilih untuk pulang kampung atau pindah kota untuk mencari pekerjaan lain sedangkan para buruh yang sudah berkeluarga memilih menetap karena untuk pindah mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di tengah Pemutusan Hubungan Kerja rumah tangga buruh harus tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup misalnya sandang, pangan, uang sekolah anaknya, biaya sewa rumah dengan lapangan pekerjaan sangat sedikit dengan banyak persaingan.

Pemutusan hubungan kerja ini disebabkan oleh banyak perusahaan yang tidak sanggup bertahan terhadap krisis ekonomi global sehingga untuk menekan

(23)

biaya produksi perusahaan mengurangi kerugian dengan mengambil inisiatif yaitu mengurangi jumlah tenaga kerja.

Rumah tangga yang terkena PHK tidak boleh pasrah dalam menghadapi kondisi seperti ini harus ada suatu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi permasalahan kehidupan dilakukan oleh rumah tangga untuk tetap dapat bertahan dalam menghadapi krisis global ini. Perlu adanya strategi adaptasi yang mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan oleh rumah tangga korban PHK agar dapat mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk memperjelas bahasan ini peneliti menggambarkan kerangka pemikiran strategi adaptasi masarakat korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga sebagai berikut

(24)

Gambar I

Bagan Kerangka Penelitian

Pemutusan Hubungan Kerja

1. Pengontrolan konsumsi keluarga

2. Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau terjangkau misalnya mengganti ikan dengan telur.

3. Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabotan rumah tangga untuk memperoleh tambahan uang.

4. Peminjaman kredit dari Bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah darat.

5. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warungan atau kedai sampah.

6. Menanam tanaman yang bisa yang bisa di konsumsi di pekarangan rumah

7. Migrasi ke desa atau ke kota lain.

8. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen.

9. Penjualan asset produksi seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh tambahan uang

10. Menjadi Buruh Harian Lepas untuk menambah uang tambahan. 11. Mencari pekerjaan lain.

Pemenuhan Kebutuhan Pangan & bukan Pangan Krisis Ekonomi Global

Kondisi Sosial ekonomi Korban PHK Buruk Pendapatan, Perumahan, Pendidikan, Kesehatan, Pangan

(25)

2.8 Defenisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1981:32) dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.

a. Starategi adaptasi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi adaptasi disini adalah suatu cara atau teknik dari suatu gambaran tentang reaksi manusia dalam menanggapi suatu keadaan yang ditempuh oleh keluarga korban PHK dalam memenuhi kebutuhan keluarga

b. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu, bapak dan anak-anaknya

c. Rumah tangga adalah menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah.

d. PHK adalah kehilangan mata pencaharian bagi tenaga kerja. Dan berakhirnya kontrak/perjanjian kerja dengan pengusaha.

e. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan Keluarga akan Pendapatan, Perumahan, Pendidikan, Kesehatan dan Pangan.

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan regresi (Gambar 6.) menunjukkan Jumlah biji merah tertinggi ada pada kemiringan lereng (8-16), dalam hal ini kemiringan lereng tidak berpengaruh nyata

Assalamu’alaikum Wr. Alhamdulillah sebagai ungkapan syukur kami kepada Alloh Swt. Atas beberapa Ni’mat dan Hidayah Nya. Bersama ini kami Pengurus RMI NU Kab. Kuningan

Proses pemecahan kesulitan belajar pada siswa yaitu dimulai dengan memperkirakan kemungkinan bantuan apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi

Peserta didik dapat menyajikan hasil pengamatan video dalam bentuk laporan sederhana tentang kelistrikan pada sistem saraf manusia dan dikirim melalui aplikasi

Aktor-aktor berikut terdiri dari admin yang dapat mengakses menu kelola user untuk menambah dan ubah pengguna, Bagian produksi yang dapat mengakses menu kelola

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis, pada awalnya dilakukan studi literatur mengenai aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mengetahui nilai

Penelitian empiris terbaru mengindikasikan bahwa proses keputusan yang mencakup pembuatan pilihan strategis menghasilkan keputusan yang baik dalam organisasi 6

Selain itu dengan melakukan penelitian ini penulis mengetahui dan dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan tentang bagaimana pengaruh disiplin, kompetensi sumber