DENGAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS
PRAMBON SIDOARJ O
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh:
Rizky Novrianto NPM : 0541010019
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SKRIPSI
Oleh:
Rizky Novrianto NPM : 0541010019
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA 2011
DENGAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI
PUSKESMAS PRAMBON SIDOARJ O
Disusun oleh:
Rizky Novrianto NPM : 0541010019
Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Administrasi Ngara Fakultas Ilmu Politik Dan Ilmu Sosial Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur Pada
tanggal 15 Desember 2011.
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
Dra.Diana Hertati, M,Si Dr. Lukman Arif, M,Si
NIP. 196601031989032001 NIP. 196411021994031001
Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris
Dra.Ertien Rining N, M,Si Dra.Ertien Rining N, M, Si
NIP.196801161994032001 NIP.196801161994032001
3. Anggota
Dr s. Hartono Hidayat, M,Si NIP.030115320
Mengetahui DEKAN
oleh:
Rizky Novrianto NPM : 0541010019
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dra.Diana Hertati, M, Si Dra.Ertien Rining NMSi
NIP. 196601031989032001 NIP. 196801161994032001
Mengetahui DEKAN
DENGAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI
PUSKESMAS PRAMBON SIDOARJ O
NAMA : Rizky Novrianto
NPM : 0541010019
PROGRAM STUDI : Ilmu Administrasi Negara
FAKULTAS : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Menyatakan Bahwa Skripsi Ini Telah Direvisi Dan Disahkan Pada Tanggal : ...
Mengetahui,
Tim Penguji
1. 2 3.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Analisis
Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta J amkesmas Dengan Indeks Kepuasan
Masyarakat Di Puskesmas Prambon Sidoarjoo
”
.Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan ilmu
Administrasi Negara, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr.Lukman Arif,MSi. Selaku Ketua Program Studi Administrasi
Negara Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra.Diana Hertati,MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas
telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan
tugas skripsinya
6. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“
Jawa Timur.
7. Kepada kedua orangtuaku dan adikku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
8. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, Desember 2011
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
ABSTRAKSI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 13
2.2. Pelayanan Publik ... 18
2.2.1. Pengertian Pelayanan Publik ... 18
2.2.2. Hakikat, Azas Dan Prinsip Pelayanan Publik ... 19
2.3. Kualitas Pelayanan ... 21
2.3.1. Pengertian Kualitas Pelayanan ... 21
2.3.1.1.Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat ... 22
2.4. Jamkesmas... 24
2.4.1. Pengertian Jamkesmas... 24
2.4.1.1.Bentuk-Bentuk Askes ... 25
2.5. Kepuasan Masyarakat ... 26
2.5.1. Pengertian Kepuasan Masyarakat ... 26
2.6.1. Pengertian Kemiskinan ... 32
2.6.1.1. Ukuran Kemiskinan... 33
2.6.1.2. Sebab-sebab Kemiskinan ... 34
2.6.1.3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan ... 35
2.7. Konsep Jamkesmas ... 36
2.7.1. Prosedur Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jamkesmas ... 36
2.8. Pelayanan Kesehatan ... 39
2.8.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 39
2.8.1.1. Kualitas Pelayanan ... 39
2.8.1.2. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan... 41
2.9. Kerangka Pikir ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional ... 41
3.6.1. Metode Penghitungan Indeks Kepuasan Masyarakat 51
3.6.2. Pengolahan Data ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 58
4.1.1. Gambaran Puskesmas Prambon ... 58
4.1.2 Visi Puskesmas Prambon ... 59
4.1.3. Misi Puskesmas Ptrambon ... 59
4.1.4. Jenis Pelayanan Puskesmas ... 59
4.2.1.2. Responden Berdasarkan usia ... 70
4.2.1.3. Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 71
4.2.2. Hasil Setiap Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat ... 71
4.3. Analisis hasil Penelitian ... 85
4.3.1. Pembahasan ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 90
5.2. saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Tabel 1. Profile Kecamatan Prambon Sidoarjo... 8
Tabel 3.1 Pertanyaan Indeks Kepuasan Masyarakat ... 44
Tabel 4.1. Jumlah Tenaga Medis Dan Non Medis Puskesmas Prambon 65 Tabel 4.2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69
Tabel 4.3. karakteristik Berdasarkan Usia ... 70
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 71
Tabel 4.5. Prosedur Pelayanan DI Puskesmas Prambon ... 72
Tabel 4.6. Persyaratan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jamkesmas 74 Tabel 4.7. Kejelasan Petugas Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jamkesmas... 74
Tabel 4.8. Kedisiplinan Petugas Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Bagi bagi peserta jamkesmas di Puskesmas Prambon ... 75
Tabel 4.9 Tanggung Jawab Petugas Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Jamkesmas di Puskesmas Prambon ... 76
Tabel 4.10. Kemampuan Pelayanan Kesehatan bagi peserta jamkesmas di Puskesmas Prambon ... 77
Tabel 4.11. Kecepatan Pelayanan bagi peserta jamkesmas di Puskesmas Prambon ... 78
Tabel 4.12. Keadilan Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan bagi peserta jamkesmas di Puskesmas Prambon... 79
Tabel 4.13. Kesopanan Dan Keramahan Petugas Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan bagi peserta jamkesmas di Puskesmas Prambon... 80
Tabel 4.14. Kewajaran Biaya Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jamkesmas Di Puskesmas Prambon... 81
Bagi Peserta Jamkesmas Di Puskesmas Prambon... 84
Tabel 4.18. Keamanan KesehatanBagi Peserta Jamkesmas Di
Puskesmas Prambon... 85
Tabel 4.19. Nilai Rata-Rata Unsur Dari Masing-Masing Unit Pelayanan Pada Bagi Peserta Jamkesmas Di Puskesmas Prambon... 86
Lampiran 1 : Kuesioner + Indeks Kepuasan Masyarakat
Analisis Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta J amkesmas Dengan Indeks Kepuasan Masyarakat Di Puskesmas Prambon Sidoarjo
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat.Idealnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas lebih ditekankan pada tindakan promotif dan preventif dari pada kuratif dan rehabilitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan informasi tentang efektivitas. dan efisiensi pelayanan medik di Puskesmas Prambon sampel yang terkait dengan program pembiayaan kesehatan di Puskesmas Prambon Sidoarjo yaitu (1) jaminan kesehatan masyarakat miskin (Jamkesmas), (2) jaminan kesehatan Daerah (Jamkes-da) dan (3) asuransi kesehatan (Askes) serta (4) jaminan kesehatan lainnya.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif deskriptif dengan pengambilan data primer melalui wawancara serta observasi objek penelitian dan di dukung data skunder dari puskesmas Prambon
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak
dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan
masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya berbagai keluhan masyarakat
yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang
kurang baik terhadap aparatur pemerintah. Mengingat fungsi utama pemerintah
adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS),
perlu disusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur untuk menilai
tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu data indeks kepuasan masyarakat akan
dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu
perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya. Mengingat jenis pelayanan sangat beragam
dengan sifat dan karakteristik yang berbeda, maka untuk memudahkan
penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) unit pelayanan diperlukan
pedoman umum yang digunakan sebagai acuan bagi Instansi, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengetahui tingkat 4 kinerja unit
pelayanan di lingkungan instansi masing-masing. Oleh karena itu, penetapan
sama Kementerian PAN dengan BPS. Dari hasil penelitian diperoleh 48 (empat
puluh delapan) unsur penting yang mencakup berbagai sektor layanan yang sangat
bervariasi dan dari hasil pengujian akademis/ilmiah diperoleh 14 (empat belas)
unsur yang dapat diberlakukan untuk semua jenis pelayanan, untuk mengukur
indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan. Namun demikian, masing-masing
unit pelayanan dimungkinkan untuk menambah unsur yang dianggap relevan
dengan karakteristiknya. (Kepmen PAN No.25 Tahun 2004)
Pelayanan publik menjadi persoalan yang senantiasa mewarnai keseharian
masyarakat. Dalam berbagai media massa seperti radio, televisi, koran, dan
sebagainya. Citra negatif tentang birokrasi publik maupun rendahnya kualitas
pelayanan publik tercermin pada maraknya tanggapan, keluhan dan cibiran di
koran misalnya, dapat disimak pada kolom surat pembaca atau pembaca menulis.
Masyarakat mengeluhkan kualitas pelayanan, adanya korupsi, pungli atau tarikan
dana di luar ketentuan yang ditetapkan, lamban kinerja petugas, banyaknya meja
yang harus dilalui ketika mengurus surat IMB, sertifikat tanah, bukti kepemilikan,
ketidakpastian dan lamanya tempo penyelesaian urusan dan sebagainya. Yamit,
(2005: 22) mendefinisikan kualitas layanan adalah sekelompok manfaat yang
berdaya guna baik secara eksplisit maupun inplisit atas kemudahan untuk
mendapatkan barang maupun jasa pelayanan. Sedangkan menurut Parasuraman et.
al (1988) mengartikan kualitas sebagai suatu bentuk sikap, berhubungan namun
tidak sama dengan kepuasan, yang merupakan hasil dari perbandingan antara
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan kalangan akademisi dan
birokrat tentang pelayanan publik di Indonesia, ternyata kondisinya masih
seringkali “dianggap” belum baik dan memuaskan. Santoso, (1998:4-8)
memisahkan berbagai pandangan tentang kebijakan publik ke dalam dua
kelompok. Pemikiran pertama menyatakan bahwa kebijakan publik sama dengan
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Dye,(1978:3) kebijakan publik itu adalah mancakup “apa” yang dilakukan,
“mengapa” mereka melakukannya, dan “bagaimana” akibatnya.
Hal ini ditunjukkan dari kesimpulan yang dibuat oleh Dwiyanto, dkk.
(2003: 102). Dalam GDS (Governance and Decentralization) 2002 di 20 propinsi
di Indonesia tentang kinerja pelayanan publik menyebutkan “… secara umum
praktek penyelenggaraan pelayanan publik masih jauh dari prinsip – prinsip tata
pemerintahan yang baik “. Kemudian kinerja pelayanan birokrasi publik di
Indonesia, berdasarkan laporan dari The World Competitiveness Yearbook tahun
1999 berada pada kelompok Negara-negara yang memiliki indeks competitiveness
paling rendah antara 100 negara paling kompetitif di dunia (Cullen dan Cushman,
dalam Dwiyanto, dkk., 2002: 15).
Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu
perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin
baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha
dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,
keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan
semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh
pemerintahnya. Pemerintah di dalam menyelenggarakan pelayanan publik masih
banyak dijumpai kekurangan sehingga jika dilihat dari segi kualitas masih jauh
dari yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya
berbagai keluhan masyarakat melalui media massa. Jika kondisi ini tidak direspon
oleh pemerintah maka akan dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap
pemerintah sendiri. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani
masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan publik. (KepMen PAN, 2004: 5).
Mengingat jenis pelayanan sangat beragam dengan sifat dan karakterisitik
yang berbeda, maka dalam memenuhi pelayanan diperlukan pedoman yang
digunakan sebagai acuan bagi instansi dilingkungan instansi kesehatan
pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional,
pemerintah sebagai institusi tertinggi yang bertanggungjawab atas pemeliharaan
kesehatan harus pula memenuhi kewajiban dalam penyediaan sarana pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia yang harus
diselenggarakan oleh pemerintah. Pemerintah harus melaksanakan prinsip-prinsip
good governance dalam melaksanakan pelayanan publik, termasuk pelayanan
kesehatan, prinsip tersebut mencakup keadilan, responsivitas dan efisiensi
pelayanan. Untuk mencapai harapan tersebut diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan untuk
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesinambungan dan
keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya pedoman
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Hasanbasri, Lazuardi dan Efransyah,
(2010).
Melalui Jamkesmas diharapkan dapat memberikan kontribusi
meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia, dapat terlayaninya
kasus-kasus kesehatan peserta pada umumnya. Program jaminan kesehatan ini telah
memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan
masyarakat peserta. Pelaksanaan Jamkesmas 2010 merupakan kelanjutan
pelaksanaan tahun 2009 dengan perbaikan dan peningkatan yang mencakup aspek
kepesertaan, pelayanan kesehatan, pendanaan dan organisasi manajemen.
Jamkesmas adalah Program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu.Program ini diselenggarakan secara nasional
agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh bagi masyarakat miskin.
(http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5168). Jamkesmas memiliki tujuan
umum untuk meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyaarakat
yang optimal secara efektif dan efisien.
Pada tahun 2008 program Askeskin ini diubah namanya menjadi Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang tidak mengubah jumlah sasaran.
Program ini bertujuan untuk memberi akses pelayanan kesehatan kepada
(Keputusan Menteri Kesehatan No.125/Menkes/SK/II/2008 Tanggal 6 Februari
2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat). Jamkesmas
merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan merupakan bagian
dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga tidak ada lagi
Maskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena alasan biaya.
Tuntutan masyarakat adalah optimalnya pelayanan yang diberikan oleh
Jamkesmas Demikian pula pelayanan yang diberikan kepada pengguna
jamkesmas harus optimal dari segi mutu. Pada dasarnya pengguna jamkesmas
bukannya gratis, akan tetapi mereka membayar melalui PT Askes Indonesia. Perlu
sekali memanusiakan para pengguna jamkesmas jika masih ada petugas kesehatan
yang menganggap rendah pengguna jamkesmas.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat.Idealnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas lebih
ditekankan pada tindakan promotif dan preventif dari pada kuratif dan
rehabilitatif.
Puskesmas Prambon akan selalu berinvestasi kepada pengembangan
karyawan – karyawati menjadi pribadi-pribadi yang ramah dan santun sehingga
klien akan selalu dilayani dengan cara yang optimal karena karyawan-karyawati
dan dari kegiatan untuk masyarakat. Pelayanan yang ramah dan santun merupakan
jiwa dari Puskesmas Prambon, maka layanan ini akan membuat puskesmas
PRambon setara dengan layanan oleh pihak swasta yang sudah menjadikan
keharusan dalam membuat klien terpuaskan.
Puskesmas Prambon terletak di bagian Barat Kota Sidoarjo, berlokasi di
Kecamatan Prambon yang mempunyai 20 desa atau kelurahan. Wilayah kerja
puskesmas Prambon meliputi 20 kelurahan Masyarakat di wilayah kerja kami
selain memanfaatkan pelayanan puskesmas juga memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan lain baik itu Rumah sakit
swasta, pemerintah maupun praktek dokter atau bidan swasta yang kebetulan
tempatnya berdekatan dengan lokasi Puskesmas Prambon. Penelitian ini bertujuan
untuk menyajikan informasi tentang efektivitas dan efisiensi pelayanan medik di
RSUD sampel yang terkait dengan program pembiayaan kesehatan di Puskesmas
Prambon Sidoarjo yaitu (1) jaminan kesehatan masyarakat miskin (Jamkesmas),
(2) jaminan kesehatan Daerah (Jamkes-da) dan (3) asuransi kesehatan (Askes)
serta (4) jaminan kesehatan lainnya. Contoh kebijakan Askeskin yang semula
diharapkan dapat menanggulangi masalah kesehatan gakin, ternyata sarat
penyelewenang, yang belum genap satu tahun harus dievaluasi, lalu Menkes
mengganti kebijakan Jamkesmas yang juga sarat masalah, yang dibutuhkan adalah
bagaimana kebijakan Menkes yang (A++++) agar tetap (A++++) hingga pada
petugas pemberi pelayanan kesehatan dilapangan.
Pembiayaan kesehatan seperti Jaminan kesehatan masyarakat miskin
masalah kesehatan keluarga miskin (gakin), namun kenyataan dilapangan
bukannya menyelesaikan masalah kesehatan gakin, justru membuat masalah baru
(penyelewengan dana). Berikut dapat disajikan tabel jumah penduduk, pria dan
wanita, penduduk miskin dan penduduk yang menerima Jamkesmas.
Tabel 1. Profile Kecamatan Prambon Sidoarjo
Keter angan 2008 2009 2010
Jumlah Penduduk 70.533 jiwa 71.089 jiwa 77.737 jiwa
Penduduk Miskin 15785 jiwa 17800 jiwa 21655 jiwa
Penduduk Yang Mendapat Jamkesmas 9729 jiwa 9729 jiwa 9729 jiwa
Jumlah Pengunjung 3750 4650 5810
Sumber : DISPENDUK,Kabupaten Sidoarjo,(2010).
Berdasarkan data di atas menunjukkan demografi kependudukan yang ada
di wilayah prambon Sidoarjo cukup padat dapat dilihat pada tabel dalam kurun
waktu tiga tahun jumlah penduduk meningkat dari 70.522 jiwa pada tahun 2008
kemudian naik menjadi 71.089 jiwa di tahun 2009 sedangkan di tahun 2010 juga
mengalami peningkatan sebesar 77.737 ribu jiwa, sedangakan mengenai kualitas
layanan bagi masyarakat yang mnerima jamkesmas di Puskesmas Prambon sangat
berbanding jauh sekali dimana tahun 2008-2010 sebanyak 9729 orang hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keluarga yang kurang mampu di tahun 2008-2010
tidak mengalami perubahan artinya masyarakat yang menerima Jamkesmas di
Wilayah Prambon sidoarjo berkisar angka tersebut.
Namun dari data pengunjung di Puskesmas Prambon mengalami
penurunan yang drastis, dapat dilihat dari keseluruhan pengunjung di tahun 2008
sebesar 3750 pasien, kemudian tahun 2009 sebesar 4650 pasien kemudian di
tahun 2010 sebesar 5810 pasien dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
dihimpun oleh peneliti menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat penggunaan
Jamkesmas masih rendah karena masyarakat lebih memilih menjadi pasien umum
daripada menggunakan kartu berobat Jamkesmas, menurut mereka bahwa mereka
tidak mau repot dengan penggurusan administrasi kartu Jamkesmas. Permasalahan
yang lain adalah seberapa besar pengaruh dimensi service quality yang terdiri dari
dimensi reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible terhadap di
Puskesmas Prambon Sidoarjo.
Nasution (2004:47), kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Meskipun dari segi layanan yang diberikan oleh Puskesmas
Prambon ini sudah memiliki kategori layanan kesehatan yang baik namun tetap
saja masih terdapat kekurangan-kekurangan yang ada dari hasil penelusuran
informasi yang mendalam, diketahui bahwa orang sakit yang melakukan
kunjungan ke Puskesmas Prambon dan menjalani pemeriksaan kesehatan, pasien
yang menjalani rawat inap yang melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia, yang
berarti banyak pasien dirawat di luar ruang perawatan (hanya menggunakan kasur,
kursi atau meja panjang), kondisi perawatan pasien di Puskesmas Prambon seperti
ini biasa terjadi bila suatu daerah terserang wabah penyakit menular atau kejadian
luar biasa.
Kemiskinan sebagai kelompok masyarakat. Konsentrasi kemiskinan
memberikan gambaran dan perbandingan antara satu komunitas dengan
komunitas yang lain. Wilson tahun 1987, menyebutkan bahwa kelompok
(Fitrady, 2003:1) Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konsentrasi
kemiskinan. Perbedaan kemajuan pembangunan suatu wilayah akan menimbulkan
kesenjangan pendapatan, yang sekaligus akan menimbulkan perbedaan tingkat
kemiskinan. Pada umumnya perkembangan ekonomi tidak terjadi secara serempak
di semua sektor dan wilayah.
Problem lain banyak dokter yang melakukan praktik pagi, menggunakan
fasilitas dinas dalam Puskesmas Prambon, kondisi ini terkesan diskriminatif
terhadap pasien dari keluarga miskin (gakin) sehingga mempengaruhi kualitas
pelayanan medik, belum lagi sikap perawat yang kurang bersahabat bahkan sering
memarahi pasien miskin, ironis memang pasien gakin diminta membayar biaya
pemeriksaan dokter, demikian pula pada pasien peserta Jamkesmas setelah
menjalani perawatan disuruh membayar, walaupun pihak puskesmas menyatakan
tidak ada pembayaran bagi pasien peserta Jamkesmas dan Jamkesda, adapun
fenimena mengenai kualitas layaan mengenai program Jamkesmas di puskesmas
tersebut yang di beritakan adalah sebagai berikut:
“Warga Miskin Kesulitan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan”
Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Sidoarjo, ternyata program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tidak sepenuhnya berjalan optimal khususnya pada tahapan sosialisasi dan validasi data yang itu menjadi tugas dari tim pengelola Jamkesmas yang dikomandoi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sidoarjo.
Fakta ini terlihat dengan adanya beberapa masalah yang terjadi di lapangan dengan banyaknya pengaduan dari masyarakat yang disampaikan kepada DKR Sidoarjo, kurang optimalnya tim dalam melakukan sosialisasi dan validasi data yang berdampak pada proses pelayanan kesehatan yang diterima pasien.
Karena kurangnya sosialisasi maka saat pengambilan obat Bpk.Khoir hanya membawa kartu Jamkesmas saja. Ternyata diluar kartu tersebut masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga saat pengambilan obat di apotik dia kesulitan karena pihak apotik tidak mau memberi obat ketika persyaratan tidak terpenuhi. Misalnya, fotocopy Kartu Keluarga, fotocopy kartu Jamkesmas, fotocopy kartu berobat dari Rumah Sakit tempat dia berobat, fotocopy rujukan dari puskesmas, dan resep dari dokter, dll.(DKR.Sidoarjo,2010/1/7).
Dugaan selanjutnya alokasi dana kesehatan gratis tidak sesuai dengan
peruntukannya untuk pelayanan kesehatan pada masyarakat, khususnya bagi
gakin, beberapa kejadian digunakan untuk pengadaan peralatan dan penunjang di
rumah sakit atau puskesmas, penyusunan anggaran kesehatan di tingkat kabupaten
masih banyak tidak berbasis kinerja, bahkan alokasi dana untuk perjalanan pada
Dinas Kesehatan mencapai milyaran rupiah, tidak sesuai kebutuhan yang sangat
perlu dan mendesak untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat,
banyak masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi justru mengemuka dan
mencoreng pengelola program pembiayaan kesehatan gratis di puskesmas,
pelaksanaan Jamkesmas belum maksimal hal terseut didukung juga penuturan dari
salah satu DPRD Sidoarjo adalah sebagai berikut:
dan berpola hidup sehat. “Karena upaya promotif dan preventif lebih murah dibandingkan upaya secara kuratif. DPRD.Kabupaten Sidoarjo.go.id.(12/04/2011)
Berdasarkan latar belakang dan fakta di atas peneliti tertarik untuk
meneliti ”Analisis Pelayanan Kesehatan Bagi Peser ta J amkesmas Dengan
Indeks Kepuasan Masyarakat Di Puskesmas Pr ambon Sidoarjo”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian, yaitu: bagaimana mutu pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas
dengan indeks kepuasan masyarakat di puskesmas prambon sidoarjo?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dirumuskan beberapa tujuan
penelitian, yaitu: Untuk mengetahui pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas
dengan indeks kepuasan masyarakat di puskesmas prambon sidoarjo.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Relevansi yang diharapkan dari penelitian ini untuk program studi ilmu sosial
dan ilmu administrasi negara adalah mengenai kebijakan publik yang dibuat
oleh pemerintah terkait hasil akhir yang dicapai.
2. Bagi dinas kesehatan Puskesmas Prambon
Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi sejaumana kualitas pelayanan yang
di berikan program Jamkesmas di wilayah Puskesmas Prambon.
3. Peneliti
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Ter dahulu
1. Andika, Norman, (2010). Dari Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Unversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim
dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Jagir Surabaya”.
a. Permasalahan yang di ajukan: bgaimana implementasi program jaminan
kesehatan masyarakat di puskesmas Jagir Surabaya.
b. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
program jaminan kesehatan masyarakat di puskesmas Jagir Surabaya.
c. Alat analisis: dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah
metode deskripti kualitatif sedangkan penelitian yang sekarang ini
mengginakan variabel kualitas layanan Jamkesmas di Puskesmas
Prambon. Persamaan dalan penelitian ini adalah mengkaji kualitas layanan
Jamkesmas di puskesmas.
d. Hasil penelitian :Di dalam penelitian ini menemukan bahwa :
1. Biaya Pelayanan :Dari segi biaya, pelaksanaan Program Jamkesmas di
Puskesmas Jagir berjalan dengan baik, dan pasien Jamkesmas yang
berobat di Puskesmas Jagir tidak dikenai biaya pelayanan. Hal ini telah
sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor 125/Menkes//SK/II/2008
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
pelayanan secara gratis di Puskesmas / Rumah sakit yang telah
ditunjuk.
B. Cakupan Pelayanan: Dari segi Cakupan Pelayanan, pelaksanaan
program Jamkesmas di Puskesmas Jagir berjalan dengan baik, pasien
Jamkesmas yang berobat mendapatkan pelayanan dari semua fasilitas
yang dimiliki di Puskesmas Jagir yaitu rawat inap kamar bersalin , dan
rawat jalan yang mencakup : pengobatan umum, pengobatan gigi,
pengobatan Ibu dan anak, Laboratorium, dan pelayanan obat yang
dapat diperoleh secara cuma - cuma untuk semua pemegang kartu
Jamkesmas, bila dibutuhkan pelayanan yang membutuhkan fasilitas
yang tidak dimiliki di Puskesmas Jagir , maka pasien akan diberi surat
rujukan ke rumah sakit.
c. Keandalan (Reliability) Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil
wawancara penulis dengan pasien dan pegawai dapat diambil
kesimpulan dari sebagian besar pasien yang menyatakan bahwa sikap
petugas dalam memberikan pelayanan dan cara petugas berkomunikasi
dengan pasien adalah baik, karena petugas loket selalu sabar, ramah
dan sopan kepada pasien.2. Daya tanggap (Responsiveness)
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara penulis dengan
pasien, dalam hal ini meliputi tindakan petugas terhadap keluhan
pasien adalah baik, karena petugas langsung bisa mengerti dan paham
apa yang diinginkan oleh pasien tanpa harus menuggu lama.
belum memuaskan, karena membutuhkan waktu yang lama, hal ini
dikarenakan petugas loket yang ada dua orang saja dan persyaratan
peserta Jamkesmas lebih banyak sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama dari pasien umum, jadi pasien hanya dapat menunggu.3.
Jaminan (Assurance) bahwa kredibilitas petugas terhadap pekerjaan
dan keamanan bagi pasien adalah baik, karena identitas pasien dan
juga mengenai penyakit yang diderita pasien dapat dijamin
kerahasiaannya dan juga peran serta petugas keamanan sangat cekatan
dalam memperhatikan keamanan pasien dari sesuatu yang tidak
diinginkan.4. Empati (Emphaty) Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara penuis dengan pasien dan Kepala Puskesmas jagir dapat
disimpulkan bahwa mengenai kemudahan pasien dalam mencari
petugas dan perhatian petugas terhadap pasien adalah baik, karena
pasien yang datang selalu disambut dengan senyuman, selain itu
petugas tidak pernah pilih kasih jadi semuanya sama tanpa ada
diskriminasi.5.Bukti langsung (Tangibles) Berdasarkan hasil
pengamatan dan hasil wawancara penulis dengan pasien, pegawai dan
Kepala Puskesmas Jagir dapat disimpulkan bahwa kebersihan semua
fasilitas yang ada di Puskesmas Jagir adalah baik, karena dilingkapi
dengan beberapa fasilitas lainnya dan tempatnya yang strategis. Hanya
untuk fasilitas toilet sebagian pasien mengatakan belum baik, sampah
2. Eva Zulfa; Sunarto; Titik Kuntar,(2009) dengan judul penelitian “
Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Peserta Jamkesmas dan Pasien
Umum di Instalasi Rawat Jalan RSUD Cilegon-Banten”. Jurusan ilmu
kedokteran Fakultas Kedokteran Masyarakat, Universitas Indonesia.
a. Permasalahan yang di ajukan: apakah terdapat perbedaan tingkat
kepuasan antara pasien peserta Jamkesmas dan pasien di Instalasi
rawat jalan RSUD Cilegon-Banten terhadap dimensi kualitas mutu
Tangibel, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, dan
Accesibility.
b. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui.
perbedaan tingkat kepuasan antara pasien peserta Jamkesmas dan
pasien di Instalasi rawat jalan RSUD Cilegon-Banten terhadap dimensi
kualitas mutu Tangibel, Reliability, Responsiveness, Assurance,
Empathy, dan Accesibility.
c. Alat analisis: dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik
deskriptif.
d. Hasil penelitian : bahwa pasien umum lebih puas daripada pasien
Jamkesmas Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik
status perkawinan, tingkat pendidikan dan penghasilan terhadap
kepuasan responden. Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan yang
bermakna antara pasien Jamkesmas dan pasien umum terhadap
dimensi kualitas mutu Tangibel. Terdapat perbedaan tingkat kepuasan
3. Indasah, (2010) dengan judul penelitian “ Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas
(Studi Crossectional pada Pasien Jamkesmas di RSUD Kabupaten
Kediri)”.Jurusan manajemen Fakultas Ekonomi Dr.Sutomo Surabaya.
a. Permasalahan yang di ajukan: “Faktor faktor yang Berpengaruh terhadap
Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada
Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri”.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan administrasi
terhadap Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada Masyarakat Miskin
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri.
c. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi
d. Kesimpulan :
1. Tidak ada pengaruh antara faktor pendidikan terhadap kelengkapan
administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat
miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,713 > α 0,05) dengan nilai
OR = 1,170.
2. Ada pengaruh antara faktor pengetahuan terhadap kelengkapan
administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat
miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,000 < 0,05) dengan nilai
2.2. Pelayanan Publik
2.2.1. Pengertian Pelayanan Publik
Taliziduhu (2000: 59-60) menyatakan bahwa layanan dapat diartikan
sebagai produk dan dapat juga diartikan sebagai cara atau alat yang digunakan
oleh provider (penyedia layanan) dalam memasarkan atau mendistribusikan
produknya. Jika barang dan jasa dianggap sebagai produk (komoditi), maka
perdagangannya dapat disertai dengan layanan sebagai cara atau alat. Yang
dimaksud dengan layanan dalam pengertian di atas adalah layanan sebagai
produk. Kemudian, bagaimana halnya dengan layanan jasa public.
Dari segi konseptual, pengertian pelayanan publik dapat ditelusuri melalui
istilah layanan civil. Istilah civil berasal dari kata Latin civil (kata sifat), yaitu
segala sesuatu yang menyangkut kehidupan sehari-hari warganegara di luar
urusan militer dan ibadah. Pelayanan civil semula diartikan sebagai suatu cabang
pelayanan publik, menyangkut semua fungsi pemerintahan di luar pelayanan
militer. Seiring dengan perkembangan masyarakat ilmu pengetahuan, setiap
disiplin memakai konsep-konsep itu dalam konteks yang berbeda-beda, sehingga
setiap pemakaian mempunyai konteks yang berbeda-beda pula.
Layanan publik dapat dibedakan menjadi layanan publikl guna memenuhi
hak bawaan (asasi) manusia dan layanan civil guna memenuhi hak derivatif, hak
berian, atau hak sebagai akibat hukum yang menyangkut diri seseorang. Misalnya,
wajib minta ijin jika seseorang ingin membuka usaha. Provider (penyedia)
layanan civil yang disebut belakang di atas adalah birokrasi. Oleh karena itu,
Jadi, layanan birokrasi atau layanan publik termasuk di dalam layanan civil.
Mengingat produk birokrasi itu bersifat jasa, maka birokrasi adalah pabrik jasa
pemerintahan.
Dalam kaitan ini, Taliziduhu (2000: 65) menegaskan bahwa di Indonesia,
pelayanan birokrasi atau pelayanan publik itu yang paling lemah dan terkesan
sebagai sarang KKN, dan lebih dari pada itu berperan sebagai pasar politik.
Birokrasi memasang”jebakan” melalui peraturan, lalu menetapkan ”tarif” yang
tinggi, sementara warga masyarakat tidak mempunyai bargaining position (posisi
tawar menawar) terhadap birokrasi. Kemudian, definisi yang sangat simpel
tentang pelayanan antara lain diberikan oleh Ivancevich, Lorenzi, Skinner, dan
Crosby (2000: 448), yaitu”pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata
(tidak dapat diraba) yang melibatkan uisaha-usaha manusia dan menggunakan
peralatan.” Sedangkan menurut Gronroos (2001: 27), pelayanan adalah suatu
aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat
diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dan
karyawan atau hal-hal yang disediakan oleh organisasi pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang dilayani.
2.2.2. Hakikat, Asas, dan Prinsip Pelayanan Publik
Keputusan Menpan No. 63 Tahun 2003 menyatakan bahwa hakikat
pelayanan public adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakatt yang
merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus
memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut :
(1) Transparan (bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti)
(2) Akuntabilitas (dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kebutuhan
perundangan)
(3) Kondisional (sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi serta penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efesiensi dan efektivitas); (4)
Partisipatif (mendorong peranserta masyarakat dalam pelaksanaan pelayanan
publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat)
5) Kesamaan hak (tidak diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi); dan (6) Keseimbangan hak dan
kewajiban (pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak).
Adapun prinsip pelayanan publik adalah:
(1) Kesederhanaan (prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan
mudah dilaksanakan)
(2) Kejelasan (misalnya kejelasan persyaratan teknis dan administrasi pelayanan
publik)
(3) Kepastian waktu (dapat dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan)
(5) Keamanan (proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum)
(6) Tanggung jawab (pimpinan penyelenggara pelayanan public bertanggung
jawab atas pelaksanaan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan
dalam pelaksanaan pelayanan public
(7) Kelayakan sarana dan prasarana (tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja, dan pendukung lainnya yang memadai, termasuk penyediaan
sarana teknologi dan informatika atau telematika)
(8) Kemudahan akses (termpat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,
mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan telematika)
(9) Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan (pemberian pelayanan harus bersikap
disiplin, sopan santun, ramah, serta memberikan pelayanan yang ikhlas)
10) Kenyamanan (lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, dan lingkungan yang indah, sehat, serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat
ibadah, dan lain-lain).
2.3. Kualitas Pelayanan
2.3.1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah salah satu unsur penting dalam organisasi jasa.
hal ini disebabkan oleh kualitas pelayanan merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk mengukur kinerja organisasi jasa (Hope dan Muhlemann, 1997).
Oleh karena itu, kualitas pelayanan harus mendapat perhatian yang serius dari
dicapai oleh sebuah organisasi jasa, terlebih dahulu organisasi tersebut harus
mempunyai tujuan yang jelas Berbagai definisi diberikan para ahli terhadap
kualitas pelayanan. Parasuraman et. al (1988) mengartikan kualitas sebagai suatu
bentuk sikap, berhubungan namun tidak sama dengan kepuasan, yang merupakan
hasil dari perbandingan antara harapan dengan kinerja aktual. Namun kualitas
pelayanan dan kepuasan dibentuk dari hal yang berbeda. Selanjutnya disebutkan
bahwa pengertian yang paling umum dari perbedaan kualitas pelayanan dan
kepuasan adalah bahwa kualitas pelayanan merupakan satu bentuk sikap,
penilaian dilakukan dalam waktu lama, sementara kepuasan merupakan ukuran
dari transaksi yang spesifik. Perbedaan antara kualitas pelayanan dan kepuasan
mengarah pada cara diskonfirmasi yang dioperasionalkan.
Menurut keputusan Men.PAN Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 dalam
(Nurul, 2003) tentang pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik,
kualitas pelayanan yaitu kepastian prosedur, waktu, dan pembiayaan yang
tranparansi dan akuntable yang harus dilaksanakan secara utuh oleh setiap instansi
dan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya secara
menyeluruh. Penyempurnaan definisi pelayanan publik menurut
KEP/25M.PAN/2/2004 yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan publik
sehingga upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.3.1.1. Penyusunan Indek Kepuasan Masyarakat
Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat Berdasarkan prinsip pelayanan
63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang
“relevan, valid” dan “reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar
pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung
jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
7. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat.
8. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
9. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
10. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati.
11. kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan 8 masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
12. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
13. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
14. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang
bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan.
15. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap
resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
2.4. J amkesmas
2.4.1. Pengertian J amkesmas
Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan
merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan
mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga
tidak ada lagi Maskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena
I. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin
dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien.
b. Tujuan Khusus
- Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat
pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit.
- Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
c. Terselanggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
2.4.1.1. Bentuk-bentuk Askes
Tergantung dari ciri-ciri khusus yang dimiliki, asuransi kesehatan dapat
dibedakan menjadi bebrapa macam, diantaranya yaitu (Jati dan Syamsulhuda,
2009) :
a. Ditinjau dari pengelolaan, dibedakan menjadi:
1) Asuransi Kesehatan Pemerintah (Goverment Health Insurance),
dimana pengelolaan dana dilakukan oleh pemerintah sehingga dapat
dikatakan bahwa pemerintah ikut serta dalam pembiayaan kesehatan
2) Asuransi Kesehatan Swasta (Privete Health Insurance), dimana
pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta
b. Ditinjau dari keikutsertaan anggotanya, dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1) Asuransi Kesehatan Wajib (Compulsary Health Insurance), dimana sifat
keanggotaannya adalah wajib yang berlaku untuk setiap penduduk atau
2) Asuransi Kesehatan sukarela (Voluntary Health Insurance), dimana
keikutsertaan peserta tidak wajib, melainkan terserah pada kemauan
masing-masing.
c. Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung, dibedakan atas:
1) Menanggung selur jenis pelayanan kesehatan (Comprehensive Plans),
dimana jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung tidak hanya
bersifat kuratif, tetapi juga bersifat preventif dengan tujuannya adalah
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja (partial plans).
2) Menanggung sebagian pelayanan kesehatan saja (partial plans).
d. Ditinjau dari jumlah dana yang ditanggung, dibedakan menjadi:
1) Menanggung seluruh biaya kesehatan yang diperlukan (first dollar
principle). Pada sistem ini seluruh biaya kesehatan ditanggung oleh
asuransi kesehatan. Hal ini dapat mendorong pemanfaatan yang
berlebihan sehingga menyulitkan badan asuransi dan atau penyedia
pelayanan kesehatan.
2) Hanya menanggung pelayanan kesehatan dengan biaya yang tinggi saja
(large loss principle). Untuk mengatasi penggunaan yang berlebihan
dikenal bentuk lain dimana asuransi kesehatan hanya menanggung
pelayanan kesehatan dengan biaya yang tinggi saja, apabila biaya tersebut
masih di bawah standar yang ditetapkan, peserta harus membayar sendiri.
2.5. Kepuasan Masyarakat
2.5.1. Pengertian Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan
dari produk yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan
Beteson (1997, p.270), yaitu:”weithout custumers, the service firm has no reason
to exist”. Definisi kepuasan masyarakat menurut Mowen (1995, p.511):
”Costumers satisfaction is defined as the overall attitudes regarding goods or
services after its acquisition and uses”. Oleh karena itu, badan usaha harus dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga mencapai kepuasan
masyarakat dan lebih jauh lagi kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat.
Sebab, bila tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan masyarakat
akan suatu produk menjadi luntur dan beralih ke produk atau layanan yang
disediakan oleh badan usaha yang lain.
2.5.1.1. Indeks Kepuasan Masyarakat.
Pemerintah sebagai penyedia jasa layanan publik, harus senantiasa
meningkatkan kualitasnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS), perlu disusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur
untuk menilai tingkat kualitas pelayanan.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang
tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara
kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan
dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara
2.5.1.2. Faktor-faktor yang Mempengar uhi Kepuasan Masyarakat
Menurut Kotler & Amstrong (dalam Huriyati, 2005 & Rangkuti, 2006)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan berhubungan dengan tingkah laku
konsumen yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi.
a. Faktor Kebudayaan
Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap
perilaku pelanggan/klien. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu
budaya, sub-budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan
dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan atau kepuasan
orang. Sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras, dan daerah
geografi.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang
yang berpengaruh kelompok/lingkungannya biasanya orang yang mempunyai
karakteristik, keterampilan, pengetahuan, kepribadian. Orang ini biasanya
menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.
c. Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan
dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasaannya.
Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan
kepribadian/konsep diri. Usia mempunyai dimensi kronologis dan intelektual,
akan kembali sedangkan usia berdimensi intelektual berkembang melalui
pendidikan dan pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangan
kematangan/kedewasaan seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu
tindakan yang diambilnya.
d. Faktor Psikologi
Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai hubungan erat
dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar dan haus, ada
kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan penghargaan. Kebutuhan
akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan (Sutojo,
2003). Menurut Kotler (2005 dalam Wijono 1999) menyebutkan bahwa
kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : pendekatan dan
perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang, mutu
informasi yang diterima.
3. Kepuasan yang mengacu pada Penerapan Standar dan Kode Etik Profesi
Kepuasan pemakai jasa kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan
standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai
pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik
profesi dapat memuaskan pasien. Menurut Azwar (2006) ukuran-ukuran yang
dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien
a) Hubungan bidan dengan pasien.
Terbinanya hubungan bidan dengan pasien yang baik adalah salah satu
dari kewajiban etik adalah amat diharapkan setiap pasiennya secara
pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab
dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal ingin
diketahui oleh pasien.
b) Kenyaman pelayanan
Kenyamanan yang dimaksud disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas
yang disediakan, tetapi terpenting menyangkut sikap serta tindakan bidan
ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan
c) Kebebasan melakukan pilihan
Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu bila kebebasan memilih ini
dapat diberikan dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap
penyelenggara pelayanan kesehatan.
d) Pengetahuan dan kompetensi teknis
Secara umum disebut semakin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi
teknis tersebut, maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.
e) Efektifitas pelayanan
Makin efektif pelayanan kesehatan makin tinggi pula mutu pelayanan
kesehatan.
f) Keamanan tindakan
keamanan tindakan ini harus diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang
membahayakan pasien bukanlah pelayanan yang baik dan tidak boleh
dilakukan.
Ruang lingkup pedoman umum ini diterapkan terhadap seluruh unit
pelayanan instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, sebagai instrumen penilaian dan
evaluasi kinerja pelayanan publik di lingkungan instansi masing-masing. Manfaat
dengan tersedianya data IKM secara periodik, dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
(a) Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
(b) Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh
unit pelayanan publik secara periodic
(c) sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu
dilakukan;
(d) diketahui indeks kepuasan masyarakat secara menyeluruh terhadap hasil
pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah;
(e) memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada
lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya peningkatan kinerja
pelayanan;
2.6. Kemiskinan
2.6.1. Pengertian Kemiskinan
Ada banyak definisi dan konsep tentang kemiskinan. Kemiskinan
merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendasarkan pada besarnya rupiah yang dibelanjakan
perkapita/bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan
(BPS, 1994). Kebutuhan minimum makanan menggunakan patokan 2.100
kalori/hari, kebutuhan non makanan meliputi perumahan, sandang, aneka barang
dan jasa.
Pengeluaran bukan makanan ini dibedakan antara perkotaan dan pedesaan.
Pola ini telah dianut secara konsisten oleh BPS sejak tahun 1976. Menurut Prof.
Sujogyo kemiskinan didasarkan atas harga beras, yaitu tingkat konsumsi perkapita
setahun yang sama dengan beras. Konsumsi beras untuk perkotaan dan pedesaan
masing masing ditentukan sebesar 360 kg dan 240 kg per kapita per tahun (BPS,
1994) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendefinisikan
kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain: (1)
terpenuhinya kebutuhan pangan; (2) kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan; (3) rasa
dalam kehidupan sosial-politik (Bappenas, 2004) Kemiskinan menurut Kantor
Menteri Negara Kependudukan atau BKKBN adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang
dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya
untuk memenuhi kebutuhannya.
2.6.1.1. Ukuran Kemiskinan
Pada umumnya terdapat dua indikator untuk mengukur tingkat kemiskinan
di suatu wilayah, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Mengukur
kemiskinan dengan mengacu pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut,
sedangkan konsep kemiskinan yang pengukurannya tidak didasrkan pada garis
kemiskinan yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut
kemiskinan relatif (Tambunan, 2001)
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut merupakan ketidak mampuan seseorang dengan
pendapatan yang diperolehnya untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum
yang diperlukan untuk hidup setiap hari. Kebutuhan minimum tersebut
diterjemahkan dalam ukuran finansial (uang). Nilai minimum tersebut
digunakan sebagai batas garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada
tingkat yang selalu konstan secara riil sehingga dapat ditelusuri kemajuan
yang diperolah dalam menanggulangi kemiskinan pada level absolut
sepanjang waktu. World Bank menggunakan ukuran kemiskinan absolut ini
untuk menentukan jumlah penduduk miskin. Menurut world bank, penduduk
(Purchasing Power Parity). Akan tetapi, tidak semua negara mengikuti standar
minimum yang digunakan world bank tersebut, karena bagi negara-negara
berkembang level tersebut masihlah tinggi, oleh karena itu banyak negara
menentukan garis kemiskinan nasional sendiri dimana kriteria yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai
standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga proses
penentuannya sangat subyektif. Mereka yang berada dibawah standar
penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Kemiskinan
relatif ini digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan.
2.6.1.2. Sebab-Sebab Kemiskinan
Menurut Kuncoro (2000: 107) yang mengutip Sharp, penyebab
kemiskinan adalah:
1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
terbatas dan kualitasnya rendah;
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia.
Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah,
yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini
karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya keterbelakangan,
ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka
terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan
dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya
2.6.1.3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Kartasismim, (1996:241) mengatakan untuk menanggulangi kemiskinan
sekaligus meratakan pembangunan dan hasil-hasilnya, diperlukan upaya untuk
maemadukan berbagai kebijaksanaan dan program pembangunan yang tersebar
diberbagai suktor dan wilayah. Kebijaksanan penanggulangan kemiskinan
tertuang dalam tiga arah kebijakan:
1. Kebijakan Tidak Langsung
Yang diarahkan penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan upaya
penanggulangan kemiskinan.
2. Kebijaksanaan Langsung
Yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
3. Kebijaksanaan Khusus
Untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu itu sendiri dan aparat yang
bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan sekaligus
Sedangakan Mashoed, (2004: 72) juga mengungkapkan bahwa strategi
kebijakan yang terpusat pada kemiskinan terdiri dari upaya untuk mencapai:
1. Meningkatkan jumlah yang dipunyai kaum miskin
2. Meningkatkan volume penjualan mereka dipasaran
3. Meningkatkan harga jasa yang mereka jual
2.7. Konsep J amkesmas
Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan
merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan
mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga
tidak ada lagi Maskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena
alasan biaya. Lubis,(2008).
2.7.1. Prosedur Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta
J amkesmas
Adapun proses untuk memperoleh pelayanan Jamkesmas adalah sebagai
berikut: Sumber: http://sidoarjorkab.go.id.
1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke
Puskesmas dan jaringannya.
2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu
yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin
yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan Surat
kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya (ketentuan
kesepertaan, lihat pada bab III)
3. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka
yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai
surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum
mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency.
4. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) di atas meliputi :
a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di puskesmas, BKMM/
BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.
b. Pelayanan Rawat Inap di pukesmas
c. Pelayanan obat-obatan
d. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic
5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di puskesmas, maka peserta harus
menunjukkan kartu peserta Jamkesmas atau SKTM dan surat rujukan dari
Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit
(PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh
petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes
(Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta
selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.
6. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di puskesmas peserta harus
menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di
loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS).
(Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero)
mengeluarkan SKP dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat inap.
7. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di puskesmas termasuk kasus gawat
darurat di puskesmas, peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM
dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi
Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi
kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap,
petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta. Bagi
pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan,
sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses
rawat inap sebagaimana item 5 dan 6 diatas.
8. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal
sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di beri
waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada
kondisi tertentu dimana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan
identitas sebagaimana dimaksud diatas maka pihak puskesmas dapat
menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Yang
dimaksud pada kondisi tertentu pada butir 8 di atas meliputi anak terlantar,
gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera
mendapatkan SKTM. Pelayanan atas anak terlantar, gelandangan, pengemis