• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BERBANTUAN RUMUS CEPAT ARIMETIKA SOSIAL DAN PERBANDINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BERBANTUAN RUMUS CEPAT ARIMETIKA SOSIAL DAN PERBANDINGAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BERBANTUAN RUMUS CEPAT

ARIMETIKA SOSIAL DAN PERBANDINGAN

Herdianto*, Rizky Wahyu Yunian Putra**, Bambang Sri Anggoro***

Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

herdianto05@gmail.com*, rizkywahyu@radenintan.ac.id**, bambangsrianggoro@radenintan.ac.id***

Abstrak: Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangakan modul matematika berbantuan rumus cepat aritmetika social dan perbandingan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan dengan menggunakan 7 tahap prosedur Borg and Gall. Jenis penelitian ini adalah deskriftif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpove sampling dengan sampel yang digunakan adalah peserta didik SMP N 21 Bandar Lampung Kelas 7. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan penyebaran angket. hasil utama penelitian ini adalah sebuah modul matematika berbantuan rumus cepat aritmetika social dan perbandingan. Adapun hasil hasil validasi dari ahli materi diperoleh presentase pada kriteria sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran dan dilakukan uji coba lapangan. Sedangkan hasil validasi ahli media diperoleh presentase pada kriteria sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran dan dilakukan uji coba lapangan, (2) kemenarikan modul yang dikembangkan pada skala kecil diperoleh presentase rata-rata 76.96% dan pada skala besar diperoleh presentase rata-rata 90.18% dengan msing-masing pada kriteria respon siswa sangat menarik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa modul matematika berbantuan rumus cepat aritmetika social dan perbandingan yang dikembangkan sangat layak dan sangat menarik untuk digunakan sebagai media pembelajaran matematika.

Kata kunci: modul matematika; rumus cepat; aritmetika sosial; perbandingan. PENDAHULUAN

Pada era kemajuan ilmu engetahuan tehnologi, tentunya pendidikan harus mengikuti perkembangan zaman yang ada. Karena pendidikan merupakan sarana untuk menuju kepada pertumbuhan dan perkembangan bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia (Yuliasari, 2017). Maka dari itu pendidikan menjadi salah satu modal penting untuk memajukan sebuah bangsa karena kesejahteraan dan

kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan individu berkualitas (Widyawati, 2017). Maka dari itu sudah seharusnya sudah ada inivasi-inovasi dalam dunia pendidikan sebagai jembatan untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik. Salah satu pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan serta kreatifitas adalah pendidikan matematika yang berarti didalamnya terdapat pelajaran matematika (Anggoro, 2016; Cahyono, 2017).

(2)

Pelajaran matematika sebagai salah satu ilmu yang tidak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan kehidupan bangsa. Paradigma dalam pembelajaran matematika membawa dampak pada penekanan pada perubahan peserta didik dalam proses pembelajaran. Perubahan tersebut mengubah fokus seluruh paradigma dalam suatu pendidikan matematika di seluruh dunia (Rahmadi, 2015).Pelajaran matematika salah satu mata pelajaran yang memiliki manfaat besar dalam kehidupan (W. R. Sari, 2016). Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah peserta didik dapat menerapkan matematika secara tepat dalam kehidupan sehari-hari serta dalam berbagai ilmu pengetahuan, guna mempersiapkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia(Putri, Parmiti, & Sudarma, 2017). Maka dari itu sudah sepatutnya pembelajaran matematika sudah terwudjud dengan baik dan sesuai harapan para pendidik. Namun untuk mewujudkan pembelajaran Matematika yang baik, banyak sekali permasalahan yang harus diselesaikan (Hamdi & Abadi, 2014). Seperti permasalahan dalam proses kegiatan pembelajaran yang selalu berkutat dengan metode konvesional. Selain itu juga penggunaan metode yang kurang bervariasi dan minimnya penggunaan media pembelajaran sehingga diduga bisa menyebabkan proses pembelajaran matematika terkesan monoton dan kurang kreatif (Masykur, Nofrizal, & Syazali, 2017).

Selain dengan hal itu rendahnya kemampuan siswa dalam menyekesaikan soal matematika masih manjadi problem yang harus disikapi secara khusus oleh pendidik. Rendahnya hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari hasil observasi oleh peneliti jumlah rata-rata persentase, peserta didik yang dapat mengerjakan soal tes aritmatika sosial dan perbandingan dengan benar rata-rata hanya 35% lebih kecil dari pada peserta didik yang tidak dapat mengerjakan soal tes aritmatika sosial dan perbandingan. Rata-rata peserta didik yang tidak dapat mengerjakan soal tes aritmatika sosial dan perbandingan dengan jawaban salah rata-rata adalah 65%. sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tes ujian harian dan ujian nasional merupakan soal yang tergolong sulit.

Sejalan dengan hasil observasi dan halnya anggapan-anggapan yang muncul dari peserta didik diesekolah tentang pembelajaran matematika itu sulit dan membosankan. Hal itu terjadi tidak jauh dari proses pembelajaran yang dilakukan disekolah dalam pembelajaran matematika. Anggapan-anggapan ini akan berdampak pada motivasi belajar siswa yang automaticly juga merambat pada hasil belajar peserta didik. Melihat maju tehnologi yang ada penulis menganggap bahwa metode konvensional dalam pembelajaran matematika sudah tidak relevan lagi. Pembelajaran yang terkesan konvensional tersebut selain kurang maksimal dalam memenuhi kebutuhan peserta didik juga terasa membosankan (Irwandani, 2016).

(3)

Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang bersifat mandiri yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik. Sehingga penulis terarik melakukan sebuah penelitian dengan menggunakan sebuah media pembelajaran matematika guna mengatasi kejenuhan dan kebosanan peserta didik.Penelitian dalam artikel ini penulis mengembangkan sendiri sebuah media pembelajaran sekaligus melihat kelayakan dan kemenarikan sebuah media yang penulis kembangkan dalam pembelajaran matematika. Media yang akan dikembangkan oleh penulis adalah modul berbantuan rumus cepat matematika.

Menurut (Diana, Netriwati, & Suri, 2018) Modul adalah Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam membantu proses pembelajaran. Selain itu menurut (Ambarsari, Santosa, & Maridi, 2013) Modul merupakan sebuah buku dengan tujuan untuk membuat peserta didik belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik, sehingga modul paling tidak berisi tentang komponen pokok bahan ajar. Menurut (Kurniati, 2016) modul adalah materi pembelajaran yang disusun secara teratur dan menggunakan tata bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik, hal ini juga sesuai dengan pengetahuan mereka, tingkat umur sehingga mereka dapat belajar secara mandiri dengan bantuan atau panduan oleh pendidik. Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran matematika adalah bahan ajar matematika yang

disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Namun beberapa penelitian yang telah relevan diatas hanya terfokus untuk mengembangkan modul saja dan menerapkannya dengan beberapa modul tertentu. Barunya penelitian ini dilakukan terfokus untuk mengembangkan modul berbantuan rumus cepat aritmetika social dan perbandingan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan Modul Berbantuan Rumus Cepat Materi Aritmatika sosial dan perbandingan siswa SMP.

TINJAUAN TEORETIS Modul

Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri (Majid, 2008). Menurut Soenarto sebagaimana dikutip oleh Puspita, modul adalah produk pendidikan yang berupa materi, media, model dan alat evaluasi untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran dan bukan untuk menguji teori (Puspita, Sumarni, & Pamelasari, 2014). Modul pembelajaran adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk

(4)

satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik (Fauzi & Sulistyo, 2014). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis yang disusun sistematis, memuat materi metode, tujuan, dan latihan.

Salah satu tujuan penyusunan modul adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan

kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta setting atau latar belakang lingkungan sosialanya (MA, 2011). Penyusunan modul selain harus sesuai dengan kurikulum juga harus bisa menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan peserta didik maupun dari kepntingan pendidik. Bagi peserta didik, modul bermanfaat, antara lain:

1. Peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri. 2. Belajar menjadi lebih menarik

karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pembelajaran.

3. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 4. Berkesempatan menguji

kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul.

5. Mampu membelajarkan diri sendiri.

6. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkuangan dan sumber belajar lainnya.

Bagi pendidik penyusunan modul bermanfaat karena:

1. Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks 2. Memperluas wawasan karena

disusun dengan menggunakan berbagai referensi.

3. Menambah khazanah pegetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar.

4. Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka 5. Menambah angka kredit jika

dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Sebagaimana bahan ajar yang lain, penyusunan modul hendaknya memerhatiakan berbagai prinsip yang membuat modul tersebut dapat memenuhi tujuan penyusunannnya. Prinsip yang harus dikembangkan, antara lain:

1. Disusun dari materi yang mudah untuk memahami materi yang lebih sulit, dan dari yang konkrit untuk memahami yang semikonkret dan abstrak

2. Menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman

3. Umpan balik yang positif akan memberi penguatan terhadap peserta didik

4. Memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat menentukan keberhasilan belajar

(5)

5. Latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri.

Penyusunan sebuah modul pembelajaran diawali dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

1. Menetapkan judul modul yang akan disusun.

2. Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainya.

3. Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar, melakukan kajian terhadap materi pembelajarannya, serta merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai. 4. Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan merancang bentuk dan jenis penilaian yang akan disajikan. 5. Menulis format penulisan modul. 6. Menyusun draf modul.

Menurut Santyasa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan motivasi peserta didik, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan, 2) setelah dilakukan evaluasi, pendidik dan peserta didik mengetahui benar, pada modul yang mana peserta didik telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil, 3) peserta didik mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya, 4) bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester dan 5) pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik (Somayasa, Natajaya, & Candiasa, 2013).

Rumus Cepat

Math dalam bahasa Inggris berarti matematika dan magic berarti ajaib. Jadi, math magic adalah keajaiban matematika atau matematika ajaib. Metode math magic adalah suatu pendekatan dan cara pandang baru terhadap matematika, terutama dalam cara menyampaikan materi. Materi disajikan dengan cara yang gembira, konkret dan memperhatikan aspek-aspek psikologis, cara kerja otak, gaya belajar, dan kepribadian anak didik (Jamiah & Surya, 2016).

Metode Mathmagic adalah metode pembelajaran matematika yang menitikberatkan pada pemahaman anak akan konsep dasar matematika yang benar(Nggremanto, 2010). Menurut Setyono yang telah dikutip oleh Irawan & Febriyanti (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “ Mathmagic adalah suatu pendekatan dan cara pandang baru terhadap matematika, terutama dalam cara menyampaikan materi. Materi disajikan dengan cara yang gembira, konkret dan memperhatikan aspek-aspek psikologis, cara kerja otak, gaya belajar, dan kepribadian anak didik.

Metode Mathmagic

diperuntukkan bagi anak-anak yang sudah mengenal dan memahami konsep dasar matematika nya, metode ini akan membantu peserta didik pada saat melakukan ujian agar peserta didik mampu menyelesaikan ujiannya dengan keterbatasan waktu yang ditentukan. Dalam metode Mathmagic tidak semata-mata diutamkan kecepatan, namun juga

(6)

tidak mengesampingkan konsep dasar rumus, kebenaran dan logika jawaban yang dihasilkan.Secara prinsip dalam metode Mathmagic, setiap persoalan perhitungandikerjakan dengan strategi yang sesuai untuk mendapatkan jawaban yang sederhana, mudah, cepat dan tepat.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) karena penelitian ini akan menghasilkan produk tertentu. Prosedur yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah prosedur dari Borg and Gall.

1. Potensi Masalah

2. Mengumpulkan informasi 3. Desain produk

4. Validasi desain 5. Revisi produk 6. Uji coba pemakaian 7. Revisi produk 8. Uji coba produk 9. Revisi produk 10. Produk masal

Adapun prosedur yang digunakan hanya 7 tahap dari 10 tahap dari prosedur tersebut. Pembatasan ini dilakukan karena sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, penyebaran angket dan wawancara. Angket yang digunakan adalah angket validasi media dan angket respon peserta didik. Teknik pengambilan sampel yatu teknik random sampling, adapun sample yang digunakan peserta didik kelas VIII SMPN 21

Bandar Lampung. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan lembar angket kelayakan dan kemenarikan respon siswa terhadap media yang dikembangka.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan yaitu, deskriptif kuantitatif untuk mengolah data dalam bentuk skor dari penilaian oleh validator dan respon siswa, sedangkan deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan data berupa komentar saran perbaikan dari validator.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil utama dari penelitian dan pengembahangan ni adalah berupa media pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan 7 tahap dari 10 tahap prosedur Borg and Gall. Tahapan itu adalah sebagai berikut:

Potensi dan Masalah

Pada tahap ini yang penting dilakukan adalah analisis kebutuhan terhadap produk yang akan dikembangkan melalui wawancara terhadap identifikasi (learning obstacle) yaitu identifikasi kesulitan belajar, untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik maka penulis melakukan wawancara terhadap pendidik matematika SMPN 21 Bandar Lampung serta peserta didik SMPN 21 Bandar Lampung. Selanjutnya melakukan uji soal terhadap peserta didik yang memenuhi semua

(7)

komponen-komponen yang terdapat di materi aritmarika sosial tersebut.

Dari hasil uji soal maka dapat diketahui kesulitan peserta didik pada materi aritmatika sosial, yaitu:

a. Peserta didik belum dapat memahami konsep materi aritmatika sosial

b. Dalam menentukan harga beli, harga jual, diskon, untung, rugi, dan yang lain sebagainya pada materi aritmatika sosial peserta didik belum begitu paham ketika pola soal diubah dari cara mencari keuntungan menjadi cara mencari persentase untung sehingga pada saat diberikan soal tentang mencari hasil persentasi untung atau rugi peserta didik belum dapat menjawab soal dengan benar.

c. Peserta didik belum begitu dapat memahami dan menjawab soal dengan benar ketika diberikan soal dalam bentuk cerita.

Di sisi lain tehnik pengajaran yang digunakan oleh guru dari wawancara hanya berkutat dengan pembelajaran metode konvensional, tanpa adanya inisiatif menggunakan cara pembelajaran yang dapat membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran pokok bahasan aritmetika. Sehingga siswa belajar dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan benar seperti yang diharapkan oleh para guru di sekolah. Selain itu berdasarkan data yang didapatkan kegemaran siswa membaca dan ingin cepat menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal ini maka penulis melihat adanya

potensi untuk melakukan inovasi terbaru dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan aritmetika. Maka peneliti ingin mengembangkan sebuah Modul Berbantuan Rumus Cepat Materi Aritmatika sosial dan perbandingan Siswa SMP.

Pengumpulan Data

Setelah melakukan identifikasi (learning obstacle) dan mengetahui hasilnya, dalam pengembangan ini langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan dan mengolah data yang menunjang pengembangan bahan ajar. Data-data yang dikumpulkan disini adalah terkait pengembangan media berupa buku-buku dari perpustakaan dan beberapa hasil dari beberapa ahli untuk menemukan rumus cepat dalam materi aritmetika dan perbandingan. Desain Produk

Setelah diperoleh data informasi dari studi lapangan dan studi literatur, maka dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk perencanaan pengembangan produk. Data informasi yang terkumpul dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk analisis kebutuhan sumber belajar baru berupa modul yang akan dikembangkan. Setelah analisis kebutuhan, diketahui sekiranya menegani rancangan produk yang akan dikembangkan. Selanjutnya tahap pembuatan media. Media dibuat dengan menggunakan progam aplikasi Microsoft word dan adobe corel draw.

(8)

Validasi Desain

Validasi desain merupakan langkah untuk menilai apakah rancangan pengembangan produk, dalam hal ini sudah cukup dikatan layak sebelum uji coba produk. Setelah desain produk selesai, kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli materi dan ahli media. Dari masing masing penilaian yang diberikan oleh validator ahli, media pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran setelah dilakukan revisi. Media dilakukan validasi kepada ahli media, ahli materi dan ahli praktisi pendidikan sekolah.

a) ahli materi

validasi yang pertama dilakukan validasi kepada ahli materi. Validasi ahli materi dilakukan kepada 3 ahli materi yang berkompeten dibidangnya yaitu 2 dosen matematika UIN Raden Intan Lampung dan 1 guru Matematika SMPN 21 Bandar Lampung. Validasi kepada ahli materi dlakukan 2 kali tahap sampai media memiliki kriteria sangat langak digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan materi yang digunakan. Adapun hasil validasi sebagai berikut.

Tabel 1

Hasil Valiadasi Ahli Materi Tahap Pertama

Aspek Valiadator 1 Validator 2 Valiadator 3 Rata-rata Kriteria

kelayakan isi 72,5% 77,5% 75% 75% Layak

kebahasaan 75% 75% 75% 75% Layak

Bardasarkan tabel di atas dapat dilihat dari validasi tahap rata-rata yang diperoleh pada aspek kelayakan isi dari ketiga validator 75 dengan kriteria layak dan pada aspek kebahasaan rata-rata yang diperoleh 75 dengan kriteria layak. Berdasarkan hal ini maka media dilakukan

perbaikan atau revisi sebagian. Perbaikan media dilakakan sesuai dengan masukan dan saran para ahli materi pada tahap pertama. Setelah media dilakukan perbaikan maka dilakukan validasi tahap 2 hasilnya sebagai berikut.

Tabel 2

Hasil Validasi Tahap 2 Ahli Materi

Aspek Valiadator 1 Validator 2 Valiadator 3 Rata-rata Kriteria kelayakan isi 87,5% 97,5% 85% 90% Sangat layak kebahasaan 89,29% 82.14% 89,29% 86,90% Sangat layak Berdasarkan Tabel 2 hasil validasi

tahap 2, hasil validasi yang diperoleh

pada aspek kelayak isi mencapai rata-rata presentase 90% dan pada aspek

(9)

kebahasan mencapai rata-rata 86,90%. Beradasarkan hal ini dapat dilihat validasi tahap 2 mengalami peningkatan pada masing-masing aspek dengan kriteria sangat layak. Berdasarkan hasil ini maka media sudah sangat layak dilakukan uji coba lapangan dan tidak lagi dilakukan perbaikan kepada media berdasarkan ahli materi atau materi yang telah digunakan dalam media.

b) Ahli media

Selanjutnya dilakukan validasi kepada ahli media dengan tujuan

menilai dari segi aspek desain cover, isi modul dan ukuran modul. Validasi ahli media dilakukan validasi kepada 2 validator yang berkompeten dibidangnya yaitu 1 dosen UIN Raden Intan Lampung dan 1 Dosen IAIN Metro Lampung. Validasi kepada ahli media berlangsung 2 kali tahap validasi sampai media benar benar mendapat kriteria sangat layak. Hasil dari validasi ahli media sebagai berikut:

Tabel 3

Hasil Validasi Tahap 1 Ahli Media

Aspek Valiadator 1 Validator 2

Rata-rata Kriteria

Ukuran Modul 75% 75,5% 75,25% layak

Cover modul 68,75% 75% 71,88% layak

Isi modul 61,54% 65,55% 63,54% layak

Berdasarkan Tabel 3 hasil validasi kepada ahli media tahap 1 pada aspek ukuran modul diperoleh presentase rata-rata 75,25%, pada aspek cover modul peroleh presentase rata-rata 71,88% dan pada aspek isi modul diperoleh presentase rata-rata 63,54% dengan masing-masing

kriteria layak atau revisi sebagian. Maka peneliti melakukan perbaikan media sesuai masukan dan saran para ahli media. Setelah media derbaiki maka dilakukan validasi tahap 2. Hasil dari validasi tahap 2 sebagai berikut.

Tabel 4

Hasil Validasi Tahap 2

Aspek Valiadator 1 Validator 2 Rata-rata Kriteria

Ukuran Modul 100% 95,55% 95,55% Sangat layak

Cover modul 95% 97,35% 95% Sangat layak

Isi modul 100% 95% 95% Sangat layak

Berdasarkan Tabel 4 hasil validasi pada tahap 2, masing-masing aspek mengalami peningkatan yaitu memperoleh presentase rata-rata di

atas atau sama dengan 95% dengan kriteria sangat layak. berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa media yang dierbaiki sudah sesuai dengan

(10)

saran dan masukan oleh ahli materi. Selanjutnya media yang dikembangkan sangat layak untuk menjadi media pembelajaran dan dilakukan uji coba lapangan.

Perbaikan Produk

Perbaikan produk penting dilakukan pada proses tahap validasi. Karena kelayakan produk yang dikembangkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran matematika haruslah sangat-sangat valid dan membuat peserta didik

mudah dalam mempelajarinya. Perbaikan produk dilakukan sesuai dengan masukan dan saran oleh para validator. Perbaikan yang dilakukan di antaranya masukan dari para ahli bahwa materi yang disajikan belum jelas dan kurang menarik sehingga peserta didik sulit untuk memahaminya dan membuat peserta didik kurang aktif belajar. Validator menyarankan sebaiknya memberi gambar dan jelaskan pengertiannya terlebih dahulu, supaya peserta didik mudah untuk memahaminya.

Selanjutnya salah satu perbaikan dilakukan pada bagian cover modul. Masukan dari para ahli salah satunya pada biografi diberi warna font lebih terang, dari masukan tersebut maka peneliti melakukan tindak lanjut dengan memperbaiki semua sesuai dengan masukan sehingga bahan ajar (modul) lebih baik dari sebelumnya, sampai

akhirnya bahan ajar (modul) layak diujicoba.

Uji coba produk

Uji coba produk dilakukan di SMPN 21 Bandar Lampung. Uji coba dilakukan pada 2 skala yaitu skala kecil dan skala besar.

Sebelum Revisi Setelah Revisi

Gambar 1

(11)

Uji coba produk skala besar

Pada uji coba kelompok kecil dimaksudkan untuk menguji kemenarikan produk, peserta didik dalam uji kelompok kecil ini melihat bahan ajar (modul) yang diberikan, dan diakhir uji coba produk dengan melibatkan 10 peserta didik yang dipilih secara heterogen berdasarkan kemampuan dikelas dan jenis kelamin kemudian peserta didik diberi angket untuk menilai kemenarikan media pembelajaran. Uji kelompok kecil dilakukan di SMP N 21 Bandar Lampung diperoleh rata-rata 76.96% dengan kriteria interpretasi yang di capai yaitu “Baik”, hal ini berarti bahan ajar (modul) yang dikembangkan oleh peneliti mempunyai kriteria menarik untuk digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar pada materi aritmatika sosial untuk kelas VII SMP/MTs.

Uji coba produk skala besar

Setelah melakukan uji coba kelompok kecil, kemudian produk diuji cobakan kembali ke uji coba lapangan. Uji coba lapangan ini dilakukan untuk meyakinkan data dan mengetahui kemenarikan produk secara luas. Responden pada uji kelompok besar ini berjumlah 30 peserta didik SMP N 21 Bandar Lapung kelas VII dengan cara memberi angket untuk mengetahui respon peserta didik terhadap kemenarikan media pembelajaran. Hasil uji coba lapangan di SMP N 21 Bandar Lampungmemperoleh rata-rata 90.18% dengan kriteria interpretasi yang di capai yaitu

“Sangat Baik”. Hal ini berarti bahan ajar (modul) yang dikembangkan oleh peneliti mempunyai kriteria menarik untuk digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar pada materi aritmatika sosial untuk kelas VII SMP.

Revisi produk

Setelah dilakukan uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar untuk mengetahui kemenarikan bahan ajar (modul), produk dikatakan menarik. Setelah melalukan revisi yang dilakukan 2 tahap oleh 3 validator ahli materi dan satu ahli media, 2 dosen UIN Raden Intan lampung, 1 guru bimbel Ganesha Operational dan 1 pendidik SMP N 21 Bandar Lampung. Pada penelitian ini tahap revisi adalah tahap terakhir. Bahan ajar pembelajaran yang telah direvisi akan menjadi bahan ajar pembelajaran yang telah memenuhi standar kemenarikan media pembelajaran yang ditinjau dari sisi materi diantaranya kesesuaian materi, keakuratan materi, membantu dalam memecahkan masalah dalam materi, kelayakan penyajian bahan ajar, kelayakan kebahasaan dalam bahan ajar.

Ditinjau dari kelayakan media di antaranya: kesesuaian ukuran modul dengan standar ISO, kesesuian ukuran dengan materi isi modul, penampilan unsur tata letak pada sampul muka, belakang dan punggung secara harmonis memilki irama dan kesatuan serta konsisten, warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi, huruf yang

(12)

digunakan menarik dan mudah dibaca, tidak mengunakan terlalu banyak kombinasi huruf, ilustrasi sampul modul, konsisten tata letak, unsur tata letak harmonis, unsur tata letak lengkap, tata letak mempercepat halaman, tipografi isi modul sederhana, tipografi isi modul memudahkan pemahaman, ilustrasi isi. Yang dipertimbangkan kemenarikannya setelah media pembelajaran dikembangkan. Sehingga dihasilkan bahan ajar (modul) materi aritmatika sosial pada pembelajaran Matematika SMP. Berdasarkan hal ini modul matematika dapat meingkatkan ketertarikan peserta didik dalam belajar matematika, selain itu untuk mengatasi kejenuhan dan kebosan peserta didik yang selalu disuguhi dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional.

Menurut Lasmiyati & Harta (2014) modul matematika mampu meningkat kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik. Modul matematika mampu meningkatkan motivasi belajar matematika peserta didik (F. K. Sari, Farida, & Syazali, 2016). Modul matematika yang menarik dapat meningkatkan gaya berfikir kreatif peserta didik dan meningkatkan kemampuan pemahamam peserta didik (Anggoro, 2015).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengemabangan ini dikembangkan menggunakan 7 tahap prosedur Borg

and Gall. Berdasarkan hasil validasi terhadap pengembangan modul matematika berbantuan rumus cepat aritmetika social dan perbandigan diperoleh presentase rata-rata; (1) kelayakan pengembangan modul matematika berbantuan rumus cepat aritmetika social dan perbandingan hasil validasi dari ahli materi diperoleh presentase pada kriteria sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran dan dilakukan uji coba lapangan. Sedangkan hasil validasi ahli media diperoleh presentase pada kriteria sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran dan dilakukan uji coba lapangan, (2) kemenarikan modul yang dikembangkan pada skala kecil diperoleh presentase rata-rata 76.96% dan pada skala besar diperoleh presentase rata-rata 90.18% dengan msing-masing pada kriteria respon siswa sangat menarik.

Adapun saran untuk penelitian dan pengembangan ini masih memerlukan tindak lanjut sampai pada keefektifan agar diperoleh produk media pembelajaran yang lebih berkualitas dan dapat digunakan dalam pembelajaran. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber rujukan ataupun referensi penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, W., Santosa, S., & Maridi, M. (2013). Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal

(13)

Pendidikan Biologi, 5(1), 81– 95.

Anggoro, B. S. (2015). Pengembangan Modul Matematika Dengan Strategi Problem Solvin Guntuk Mengukur Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 121–130.

Anggoro, B. S. (2016). Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Melalui Discovery Learning dan Model Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 11–20. https://doi.org/10.24042/ajpm.v 7i1.23 Cahyono, A. E. Y. (2017). Pengembangan perangkat pembelajaran dengan model PBL berorientasi pada kemampuan berpikir kreatif dan inisiatif siswa. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 12(1), 1–11.

Diana, M., Netriwati, N., & Suri, F. I. (2018). Modul Pembelajaran Matematika Bernuansa Islami dengan Pendekatan Inkuiri. Desimal: Jurnal Matematika,

1(1), 7–13.

https://doi.org/10.24042/djm.v1 i1.1906

Fauzi, M. R., & Sulistyo, E. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran Pada Standar Kompetensi Memperbaiki Radio Penerima Di SMK Negeri 5 Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(3).

Hamdi, S., & Abadi, A. M. (2014). Pengaruh motivasi, self-efficacy

dan latar belakang pendidikan terhadap prestasi matematika mahasiswa PGSD STKIP-H dan PGMI IAIH. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(1), 77–87.

Irawan, A., & Febriyanti, C. (2016). Efektifitas Mathmagic dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1). Irwandani, I. (2016). Potensi Media

Sosial dalam Mempopulerkan Konten Sains Islam. Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 1(2), 173–177.

Jamiah, R., & Surya, E. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Dengan Metode Math Magic Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok Di Kelas V SD NEGERI 200211 Padang Sidimpuan. Axiom: Jurnal Pendidikan dan Matematika, 5(2).

Kurniati, A. (2016). Pengembangan Modul Matematika Berbasis Kontekstual Terintegrasi Ilmu Keislaman. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 4(1), 43–58.

Lasmiyati, L., & Harta, I. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2), 161–174. MA, H. (2011). Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Pustaka Setia.

Majid, A. (2008). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru.

(14)

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nggremanto, A. (2010). Rumus Cepat Kreatif & Sukses Matematika Dasar. Bandung: IDE Publishing.

Puspita, M., Sumarni, W., & Pamelasari, S. D. (2014). Pengembangan Modul Bilingual Bergambar Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Tema Energi di Alam Sekitar. Unnes Science Education Journal, 3(2).

Putri, N. M. L. K., Parmiti, D. D. P., & Dr. I Komang Sudarma, S. P. (2017). Pengembangan Video Pembelajaran Dengan Bahasa Isyarat Berbasis Pendidikan Karakter Pada Siswa Kelas V Di Sdlb-B Negeri I Buleleng Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal EDUTECH Undiksha, 8(2). Diambil dari https://ejournal.undiksha.ac.id/i ndex.php/JEU/article/view/1256 9 Rahmadi, F. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Berorientasi pada Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika,

10(2), 137–145.

https://doi.org/10.21831/pg.v10i 2.9133

Sari, F. K., Farida, F., & Syazali, M. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran (Modul)

berbantuan Geogebra Pokok Bahasan Turunan. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(2), 135–152.

Sari, W. R. (2016). Pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang di SMP dengan pendekatan pendidikan matematika realistik. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 3(1), 109–121.

Somayasa, W., Natajaya, N., & Candiasa, M. (2013). Pengembangan Modul Matematika Realistik disertai Asesmen Otentik Untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X di SMK Negeri 3 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Evaluasi pendidikan Indonesia, 3.

Widyawati, S. (2017). Pengaruh

Kemampuan Koneksi

Matematis Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas IX SMP DI Kota Metro. Iqra’: Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan, 1(1), 47–68.

Yuliasari, E. (2017). Eksperimentasi Model PBL dan Model GDL Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari Kemandirian Belajar. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 6(1), 1–10.

Referensi

Dokumen terkait

In this thesis, we studied CCA and three kernelized CCA variants, KCCA, gradKCCA and (S)CCA-HSIC, in 12 simulated experiments and two ex- periments with real-world data.. In

Hal ini terjadi karena pada pengamatan bulan Mei ikan Selar Kuning baik jantan maupun betina berada pada Tingkat Kematangan Gonad III dan IV serta memiliki berat gonad yang

Pelayanan terminal, adalah pelayanan tempat penyedian parkir untuk kendaraan penumpanng dan bus umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas

Perbedaan mendasar dari proses penyusunan APBD di era otonomi daerah dan pada masa orde baru yaitu bahwa APBD di era otonomi daerah disusun melalui mekanisme bottom up melalui

Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah desa yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana tebing longsor sepanjang pantai selatan Kabupaten

kelayakan media kepada para Ahli, Dari hasil angket ahli materi I (100%), ahli materi II (100%), ahli media I (69,3%) dan ahli media II (100%) dapat disimpulkan bahwa

Arah Barat dari makam Buyut Dukun terdapat makam istrinya yang tidak diketahui secara jelas identitasnya, dengan dilengkapi nisan bentuk pipih dan jirat bahan batu-batu alam.. Makam

Dugaan selanjutnya yaitu dalam rangka menstabilkan jumlah Trichoderma pada petak percobaan perlu penyemprotan susulan pada umur tanaman menjelang 6 MST, sehingga akan dapat