• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

“Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi KebangkrutanPada Perbankan Syariah di Indonesia

Periode 2012-2015” Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh: Indri Amaliah 1112046100187

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan/pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ternyata terdapat pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Tangerang Selatan,

Yang Membuat Pernyataan

(5)

i ABSTRAK

Indri Amaliah. 1112046100187. “Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015”. Program Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1437 H / 2016 M.

Tujuan penelitian ini Untuk menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2015 menggunakan metode Zmijewski X-Score. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan bank umum syariah yang telah dipublikasikan di internet. Metode yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada penelitian ini adalah metode Zmijewski X-Score. Variabel-variabel yang digunakan pada metode Zmijewski X-Score berupa rasio-rasio keuangan yaitu Return On Asset (laba bersih/total asset),

Debt to Total Asset Ratio (total kewajiban/total asset) dan Current Ratio (asset lancar/kewajiban lancar). Metode X-Score pada penelitian ini dapat dihitung dengan rumus X = -4.803 - 3.599X1 + 5.406X2 - 1.000X3. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 4 bank umum syariah yang assetnya hampir setara diantaranya, BCA Syariah, Mega Syariah, Bukopin Syariah dan Panin Syariah.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata X-Score pada bank umum syariah selama masa penelitian tahun 2012-2015 adalah pada bank BCA Syariah senilai -12.511, bank Mega Syariah sebesar -8.215, bank Bukopin Syariah dengan nilai 7.641 dan pada bank Panin Syariah sebesar -13.284.

(6)

ii

Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mumalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

4. Bapak Zainul Arifin Yusuf, Dr., H., M., selaku Dosen Penasehat Akademik. 5. Bapak Ir. Aries Koentjoro, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan waktu, ilmu, pengarahan, masukan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses perkuliahaan.

7. Kedua orang tua tercinta, Rita Zahara dan Hasan Sanusi yang senantiasa memberikan doa yang tulus, motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakak dan Adik tersayang Iqbal Furqon Rihansyah, Imran Rihansyah dan Irzie Farhansyah yang memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

9. Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman seperjuanganku Desti, Fadla, Nadya, Putri, Suci dan teman-teman mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 yang telah memberikan motivasi dan menyediakan waktu untuk mendiskusikan hal-hal terkait dengan masalah skripsi ini.

11. Teman KKN GEMPITA 2015 yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

12. Sahabat D’CBLK ( Rere, Biydah, Nida, Yayah, Zaty, Imam, Maki, dan Qibi)

(8)

iv

dikarenakan keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tangerang Selatan, Oktober 2016 Penulis,

(9)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C.Rumusan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Kerangka Berpikir ... 9

G.Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah ... 14

B. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan ... 17

2. Jenis Laporan Keuangan ... 17

3. Tujuan Laporan Keuangan ... 19

4. Laporan Keuangan Bank ... 20

C. Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan ... 21

2. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 23

(10)

vi BAB III METODE PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian ... 38

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39

C. Jenis dan Sumber Data ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Operasional Variabel Penelitian... 40

F. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses dan Hasil Analisis Data Variabel X 1. Return On Assets (X1) ... 46

2. Debt Ratio (X2) ... 47

3. Current Ratio (X3) ... 49

B. Proses dan Hasil Analisis Data X-Score ... 50

C. Interpretasi Hasil Penelitian ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(11)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai X-Score ... 45

Tabel 4.1 Data Olahan X1 Periode 2012-2015 ... 46

Tabel 4.2 Data Olahan X2 Periode 2012-2015 ... 48

Tabel 4.3 Data Olahan X3 Periode 2012-2015 ... 49

(12)

1

Industri perbankan selama beberapa kurun waktu belakangan mengalami perkembangan yang pesat. Bank dianggap sebagai penggerak roda perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangat penting, misalnya dalam peredaraan uang guna menunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan uang, melakukan pembayaran atau penagihan, pembiayaan, dan masih banyak jasa keuangan lainnya.

Dalam perkembangan industri perbankan ketatnya persaingan antar bank syariah maupun dengan bank konvensional kian terasa. Kedua industri tersebut bersaing memberikan dan menawarkan produk-produk terbaiknya agar bisa menarik kepercayaan masyarakat. Persaingan yang semakin ketat di era globalisasi ini memaksa perusahaan untuk berusaha lebih kuat dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya dengan berbagai strategi yang telah dirancang agar dapat menghadapi berbagai risiko yang akan mengancam eksistensinya di dunia perbankan.

(13)

2

financial distress yaitu keadaan yang sulit bahkan dapat dikatakan mendekati kebangkrutan dan apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak besar pada hilangnya kepercayaan dari nasabah.1

Berbagai kelemahan yang ada dalam industri perbankan dan kemudian diperburuk dengan krisis moneter, krisis likuiditas, dan kebangkrutan dunia usaha khususnya para konglomerat Indonesia, maka industri perbankan Indonesia secara cepat mengalami krisis. Krisis perbankan Indonesia yang diawali dengan memburuknya kualitas aktiva bank, meningkatnya selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalan valuta asing (net open position), dan kemudian negatifnya pendapatan bank sebagai akibat dari kebijaksanaan suku bunga tinggi sejak pertengahan semester kedua tahun 1997, telah mengakibatkan banyak bank mengalami kesulitan keuangan dan secara teknis perbankan terancam bangkrut.

Selama krisis ekonomi terjadi, perbankan syariah masih memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (Non Performing Financing) pada perbankan syariah dan tidak terjadinya negative spread. Hal tersebut dapat terjadi, karena perbankan syariah tidak mengacu pada fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga berbeda dengan perbankan konvensional.

1 Wilopo, “Prediksi Kebangkrutan Bank”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 4, No.2

(14)

3

Hal ini pun berdampak pada meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah dan pertumbuhan perbankan syariah yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Menurut data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga tahun 2015 jumlah bank umum syariah (BUS) yang ada di Indonesia sudah sebanyak 12 unit. Untuk unit usaha syariah (UUS) terdapat 22 unit dan 163 unit bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) di Indonesia.

Tabel 1.1

Jaringan Kantor Perbankan Syariah

Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Bank Umum Syariah 5 6 11 11 11 11 12

Unit Usaha Syariah 27 25 23 24 24 23 22 Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah

131 138 150 155 158 163 163

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah

(15)

4 peningkatan.

Mengetahui kondisi perbankan syariah apakah dalam keadaan sehat atau berpotensi mengalami financial distress bahkan hingga kebangkrutan menjadi hal yang penting. Dengan terdeteksinya lebih awal penurunan kinerja keuangan sangat memungkinkan bagi perusahaan, investor dan para kreditur serta pemerintah melakukan langkah-langkah intisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan segera tertangani. Plat dan Plat (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Hofer dan Whitaker (1999) mengumpamakan kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun.2

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pangsa pasar (market share) bank syariah terhadap total pasar perbankan nasional baru mencapai 4,87% pada akhir 2015 atau masih di bawah target minimal 5,0%.3 Perkembangan market share perbankan syariah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 yang telah mencapai 4,89%.4 Apabila market share perbankan syariah terus mengalami perlambatan atau penurunan tentunya hal ini merupakan pertanda yang tidak baik

2 Endri, “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan

Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score”, Perbarnas Quarterly Review, Vol. 2 No. 1, (Maret,

2009), hlm. 37.

3 Indra Arief Pribadi, “OJK: Pangsa Pasar Perbankan Syariah 4,87%”, Artikel ini diakses pada 24

Februari 16.36 WIB dari http://m.antaranews.com/berita/546856/ojk-pangsa-pasar- perbankan-syariah-487.

4

(16)

5

karena bank bisa saja mengalami kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau kesulitan likuiditas yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan aset yang dimilikinya.

Belum banyak pihak manajemen perusahaan yang melakukan pencegahan perusahaan dari risiko kebangkrutan. Padahal kebangkrutan suatu perusahaan khususnya perbankan dapat dicegah ketika perusahaan tersebut menunjukkan gejala-gejala financial distress, dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut.5 Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang dijadikan dasar prediksi financial distress. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengimplementasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai prediksi masa depan bank apakah akan bertahan atau tidak.6

Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan menjadi sangat menarik setelah Altman pada tahun 1968 menemukan suatu formula untuk memprediksi kebangkrutan dengan istilah yang sangat terkenal, yang disebut Z-Score. Penggunaan Model Altman banyak digunakan oleh para praktisi dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.7

5Dwi Puryati dan Savitri, “Model

Financial Distress VS Altman Z-Score Analisa Perbandingan Prediksi Kebangkrutan Di Industri Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2004- 2008”,

Finance and Accounting Journal, Vol. 1 No.2, (September 2010), hlm.113.

6

Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty, 2002), hlm.292.

7 Agus Sartono, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” (Yogyakarta : BPFE, 2008). Hlm.

(17)

6

Saat ini terdapat beberapa metode yang dikembangkan guna memprediksi financial distress perusahaan, beberapa dari metode tersebut adalah metode Altman Z-score (1968), metode Ohlson (1980), metode Artificial Neural Network (ANN) (1949), metode Logit (1980), metode Springate (1978) dan Zmijewski (1983). Masing-masing model mempunyai tingkat akurasi yang berbeda-beda pada setiap penelitian yang dilakukan.8 Terdapat berbagai alat analisis yang telah ditemukan, namun alat analisis yang banyak digunakan yaitu model Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski. Alasan ketiga alat analisis tersebut banyak digunakan karena ketiga alat analisis tersebut relatif mudah untuk digunakan dan juga memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam melakukan prediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.9

Model Z-Score yang dikembangkan oleh Edward l. Altman menggunakan metode multiple discriminant analysis. Hasil studi Altman ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data setahun sebelum kebangkrutan. Untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan 72%. Selain itu diketahui juga bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Untuk Model Springate pertama kali dilakukan penelitian pada tahun 1978

8Aprilia Safitri dan Ulil Hartono, “Uji Penerapan Prediksi

Financial Distress Altman, Springate, Olhson dan Zmijewski Pada Perusahaan Sektor Keuangan Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2 No 2, (April 2014), hlm. 328.

9Komang Devi Methili Purnajaya dan Ni K. Lely A. Merkusiwati, “Analisis Komparasi Potensi

(18)

7

dengan mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Altman yakni, menggunakan stepwise multiple discriminant analysis untuk memilih 4 dari 9 rasio keuangan yang popular yang membedakan antara bisnis yang sehat dengan bisnis yang gagal. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa model ini memiliki tingkat keakurasian mencapai 92,5% dengan menggunakan 40 perusahaan dan diuji oleh Springate. Sementara model

Zmijewski memiliki tingkat keakurasian mencapai 94,9%. Model ini menggunakan teknik random sampling dimana Zmijewski mensyaratkan satu hal krusial yakni, proporsi dari sampel dan populasi harus ditentukan di awal sehingga didapat besaran frekuensi financial distress. Pemilihan metode random sampling sebagai metode pengambilan sampel dikarenakan metode matched-pair sampling yang digunakan peneliti sebelumnya cenderung memunculkan bias dalam hasil penelitian sebelumnya.

(19)

8

menggunakan metode Zmijewski (X-Score) dengan formula untuk perusahaan sektor keuangan sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan formula untuk perusahaan manufaktur. Berdasarkan keterangan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015”.

B. Identifikasi Masalah

a. Apakah metode Zmijewski X-Score memiliki tingkat akurat yang tinggi dalam memprediksi kebangkrutan ?

b. Bagaimana perkembangan rasio keuangan bank umum syariah dilihat dari metode Zmijewski X-Score ?

C. Rumusan Masalah

a. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia pada periode 2012-2015 ?

b. Bagaimana prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode 2012-2015 dengan menggunakan model zmijewski (X-Score) ?

c. Bank manakah yang lebih mendekati prediksi akan potensi kebangkrutan?

(20)

9

Untuk menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2015 dengan menggunakan model Zmijewski (X-Score).

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebangkrutan bank pada waktu yang akan datang agar supaya manajemen dapat mengambil langkah-langkah strategis dan keputusan dalam melakukan persiapan dan perbaikan demi kemajuan perusahan dari pengaruh lingkungan bisnis yang semakin ketat, serta memberikan gambaran dan harapan terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut. Bagi investor penelitian ini dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi.

b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan dan bahan pembelajaran bagi para akademisi, khususnya yang berhubungan langsung dengan masalah prediksi kebangkrutan. F. Kerangka Berpikir

(21)

10

bank syariah harus waspada dan melakukan berbagai tindakan pencegahan sejak dini agar potensi dari kebangkrutan tersebut dapat terus dicegah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Zmijewski X-Score sebagai alat untuk memprediksi potensi terjadinya financial distress. Metode tersebut akan menghasilkan nilai cut-off sebagai acuan apakah perusahaan tersebut di prediksi mempunyai ancaman mengalami kebangkrutan berarti mengindikasikan potensi terjadinya financial distress ataupun tidak mengalami kebangkrutan berarti tidak mengindikasikan potensi terjadinya financial distress. Pada metode Zmijewski adalah jika nilai X < 0 dikategorikan perusahaan yang sehat dan jika nilai X > 0 dikategorikan sebagai perusahaan yang berpotensi akan mengalami kebangkrutan.

(22)

11

Kerangka Berpikir

Bank Umum Syariah

Laporan Keuangan

Model Zmijewski (X-Score)

X = -4.803 - 3.599X1 + 5.406X2 - 1.000X3 Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total asset

X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajiban/Total aset X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

Hasil Prediksi

(23)

12 G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menyajikan landasan teori dalam penelitian yang didasarkan pada teori-teori yang relevan, lalu membahas review studi terdahulu yang fokus penelitiannya mirip dengan penelitian yang sedang dilakukan dan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

(24)

13

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan interpretasi hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah

Pengertian bank syariah atau dalam istilah internasionalnya disebut dengan Islamic banking adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Perbedaan yang mencolok antara bank konvensional adalah pada landasan operasinya, dimana bank syariah tidak dilandaskan bunga melainkan bagi hasil, ditambah dengan jual-beli dan sewa. Selain menghindari bunga atau riba, bank syariah secara aktif turut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi islam yang berorientasi pada kesejahteraan social.

Secara kelembagaan, bank syariah dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:

1. Bank Umum Syariah (BUS)

(26)

15

Seperti halnya bank umum konvensional, BUS ada dua jenis yaitu : a) bank devisa dan b) bank non-devisa.

2. Unit Usaha Syariah (UUS)

Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah atau unit syariah. Secara struktur organisasi, UUS berada satu tingkat dibawah direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau non-devisa. Sebagai unit kerja khusus UUS mempunyai tugas: (a) mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah; (b) melakukan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah; (c) menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah; dan (d) melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang syariah.

3. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah dan koperasi.

(27)

16

Syariah (DPS). Secara singkat, tugas utama DPS ada empat yaitu; (a) sebagai penasihat dan pemberi saran kepada pengurus dan pengelola mengenai hal-hal yang berkaitan dengan syariah, (b) sebagai pengawas aktif dan pasif dari pelaksanaan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) serta member pengarahan dan pengawasan atas produk dan jasa serta kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah, (c) sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan bank syariah yang diawasinya kepada DSN dan (d) sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank dan wajib melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan bank syariah yang

(28)

17 B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) Laporan Keuangan adalah Laporan Keuangan yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) dan catatan atas laporan keuangan lain serta memberi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.10

Analisis kinerja keuangan merupakan suatu interpretasi atau analisis terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. 2. Jenis Laporan Keuangan

Analisis kinerja keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu:

10

(29)

18 a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis untuk menyajikan posisi laporan keuangan perusahaan pada suatu saat dan tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan.

b. Laporan laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.

c. Laporan aliran kas

(30)

19

Tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu: 11 a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

h. Informasi keuangan lainnya.

Laporan keuangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagai pengguna laporan keuangan, serta dapat digunakan sebagai bentuk laporan dan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

11

(31)

20 4. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam dunia perbankan, salah satu aspek penting dalam pencapaian good corporate governance (tatakelola perusahaan yang baik) di Indonesia adalah transparansi kondisi keuangan bank kepada publik. Adanya transparansi diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga perbankan nasional. Selain itu, dalam menciptakan disiplin pasar (market discipline) perlu diupayakan peningkatan transparansi kondisi keuangan dan kinerja bank untuk memudahkan penilaian oleh pelaku pasar melalui publikasi laporan kepada masyarakat luas.

Sehubungan dengan validitas dari informasi yang akan dipergunakan oleh publik pada umumnya dan pelaku pasar pada khususnya maka diperlukan adanya suatu standar akuntansi yang digunakan oleh perbankan serta audit terhadap informasi keuangan yang disajikan. Oleh karena itu, dalam Peraturan Bank Indonesia dijelaskan aturan mengenai Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia serta hubungan antara bank, Akuntan Publik, serta Bank Indonesia.

(32)

21

a. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan; b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan;

c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan d. Laporan Keuangan Konsolidasi.

C. Kebangkrutan

1. Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan adalah suatu kondisi di saat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang – undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.

Kebangkrutan merupakan kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.12

Analisis Kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebankrutan semakin baik bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi

12

(33)

22

berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.

Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat.

Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebngkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Jika beberapan variabel dipakai untuk memprediksi, ada kemungkinan hasil yang saling bertentangan akan diperoleh. Untuk mengatasi kelemahan semnacam itu metode prediksi multivariate bisa digunakan.

(34)

23

Ada tiga jenis kegagalan perusahaan yaitu:

1) Perusahaan yang menghadapi tecnically insolvent, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi aset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya.

2) Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai aset perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang perusahaan.

3) Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit.

Secara garis besar penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.13

Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi:

a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian

13

(35)

24 manajemen.

b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

c. Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup atau memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor.

Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan, supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global.

Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan :

(36)

25

perusahaan harus mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi

kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

c. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan-kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan pada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

(37)

26

e. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.

f. Kondisi perekonomian secar global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan. 3. Manfaat Informasi Kebangkrutan

Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut:

1) Pemberi Pinjaman

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk maengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan untuk memonitor pinjaman yang ada.

2) Investor

(38)

27 3) Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut dan pemerintah mempunyai badan- badan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan- tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

4) Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan

going concern suatu perusahaan. 5) Manajemen

Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal maka tindakan- tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan dengan munculnya biaya kebangkrutan.misalnya dengan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.(Hanafi dan halim, 2000: 261).

D. Financial Distress

(39)

28

memenuhi kewajiban perusahaan (Insolvency). Insolvency dapat dibedakan dalam 2 kategori, yaitu:

1. Technical Insolvency

Bersifat sementara dan munculnya karena perusahaan kekurangan kas untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek.

2. Bankruptcy Insolvency

Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total nilai hutang melebihi nilai total aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi

financial distress yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan teknologi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan manajemen perusahaan dan penurunan aktifitas perdagangan industri. Dalam kondisi ekonomi yang tidak buruk, kebanyakan perusahaan yang mengalami financial distress adalah akibat dari kelemahan manajemen.

E. Model Zmijewski (X-Score)

(40)

29 Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total aset

X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajiban/Total aset X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

Model Zmijewski memiliki nilai cut off sebesar 0, artinya jika skor perusahaan kurang dari 0, maka perusahaan tersebut masuk dalam non financial distress. Sebaliknya, jika skornya lebih dari 0, maka perusahaan diprediksi mengalami financial distress. Zmijewski (1984) telah mengukur akurasi modelnya sendiri, dan mendapatkan nilai akurasi 94,9%.14

Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai standar yang ditetapkan Zmijewski yaitu:

a. Jika nilai Z < 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan yang sehat (tidak berpotensi bangkrut).

b. Jika nilai Z > 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan yang berpotensi akan mengalami kebangkrutan.

14

(41)
[image:41.595.109.528.128.749.2]

30 F. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Model Analisis Hasil Penelitian Perbedaan Dengan Penulis

Edward I Altman (1968)

Financial Ratio,

Discriminant

Analysis and The

Predictionof Corporate Bankruptcy Altman Zscore Original. Fungsi diskriminan yang dihasilkan Z

= 0,012 X1 +

0,014 X2 +

0,033 X3 + 0,006 X4 +

0,999

X5, fungsi

diskriminan yang dihasilkan mampu

mengklasifikasi kan sampel estimasi sebesar

95% dan

Perbedaan

penelitian Edward ini dengan penulis adalah penelitian ini menggunakan perusahaan

manufaktur dan menggunakan model altman zscore original sedangkan

(42)

31 sebesar 83%. Ayuk Priyantini (2013) ANALISIS PENGGUNAA

N MODEL

ZMIJEWSKI

(X-SCORE)

UNTUK MEMPREDIK SI KONDISI

FINANCIAL

DISTRESS

PADA

PERUSAHAA N SEKTOR PROPERTI

DAN REAL

ESTATE

YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Zmijewski (X-Score)

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Model

Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi Financial Distress

perusahaan dan memberikan hasil yang berbeda-beda pada setiap perusahaan, sehingga dari 225 perusahaan diprediksi terdapat 2

Perbedaan

penelitian ayuk ini dengan penulis adalah peneliti ayuk menggunakan perusahaan sektor property dan real estate sebagai objek

(43)

32 (BEI)

PERIODE 2009-2013

perusahaan dalam kondisi

Financial

Distress dan 223 perusahaan lainnya tidak dalam kondisi

Financial

Distress. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan keakuratan pada kategori

Shareholder’s

Equity sebesar 99%, kategori

Net Income

sebesar 85%, dan kategori

Cash Flow

(44)

33 Rahmadani (2013) Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio

Laverage

Terhadap Prediksi

Financial

Distress (Studi Kasus Pada Sektor

Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)

(X-Score) ini

menunjukkan bahwa

perusahaan perbankan yang diteliti rata-rata memiliki rasio keuangan yang positif, terdapat 4 perusahaan yang diprediksi berpotensi financial

distress, 4 perusahaan grey area dan 1 perusahaan yang sehat. Secara simultan rasio likuiditas, rasio

profitabilitas,

penelitian novita ini dengan penulis adalah penelitian novita

menggunakan bank

konvensional sebagai objek penelitiannya, sedangkan penulis menggunakan

bank umum

syariah sebagai objek penelitian

dan dalam

(45)

34

rasio rentabilitas ekonomi, dan rasio laverage berpengaruh terhadap prediksi financial distress. MilaFatma wati (2012) Jurnal

Keuangan dan Perbankan, Vol. 16

No. 1, Januari 2012.

“Penggunaan

Model Zmijewski

Model, The

Altman Model,

Dan The

Springate Model

sebagai

Prediktor

Altman Z-Score, Springate S-Score, Zmijewski X-Score

Jurnal ini menjelaskan tentang pemilihan metode terbaik dalam dalam memprediksi potensi terjadinya kebangrutan menggunakan model Zmijewski, Springate dan

Perbedaan peneliti sebelumnya dengan penulis adalah dalam penelitian mila menggunakan tiga model sedangkan

(46)

35

perusahaan yang masih terdaftar di BEI. Hasil diketahui bahwa dari ketiga model, prediktor

delisting terbaik adalah model Zmijewski lebih akurat

dibandingkan dengan model Altman dan Springate. Hal ini karena model

Zmijewski lebih menekankan besarnya utang dalam

(47)

36

delisting. Aprilia

Safitri dan Ulil

Hartono (2014)

Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2

No. 2, 2014. “Uji Penerapan

Prediksi

Financial

Distress

Altman,

Springate,

Olhson, dan

Zmijewski Pada

Perusahaan

Sektor

Keuangan di

Bursa Efek Indonesia”. Altman, Springate, Olhson, Zmijewski

Jurnal ini berisi tentang metode ketepatan dan keakuratan memprediksi

financial

distress pada perusahaan sektor keuangan yang listing di BEI. Hasil menunjukkan model dengan tingkat akurasi tertinggi yaitu model

Springate. Selanjutnya berturut-turut diikuti oleh model

Zmijewski,

Perbedaan penulis dengan peneliti sebelumnya adalah objek penelitian yang berbeda penulis menggunakan

bank umum

(48)

37

dan model Ohlson.

(49)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian

[image:49.595.121.514.104.615.2]

Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar dalam Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berjumlah 12 BUS. Daftar dari perusahaan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 3.1

Daftar Bank Umum Syariah

No Bank Umum Syariah

Kode Bank

Tahun Berdiri Bank 1. Bank Muamalat Indonesia BMI November 1991 2. Bank Victoria Syariah BVS April 2010

3. BRI Syariah BRIS November 2008

4. B.P.D Jawa Barat Banten BJBS Januari 2010

5. BNI Syariah BNIS April 2000

6. Bank Syariah Mega Indonesia BMS Juli 2004

7. Bank Panin Syariah BPS Desember 2009

8. Bank Syariah Bukopin BSB Oktober 2008 9. Bank Syariah Mandiri BSM November 1999

10. BCA Syariah BCAS April 2010

11. Maybank Syariah MBS Oktober 2010

12. BTPN Syariah BTPNS Mei 2014

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

(50)

39

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda- benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Polpulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan bank syariah.

Sampel merupakan bagian dari populasi. Dengan menggunakan sampel, maka dapat diperoleh suatu ukuran yang dinamakan statistik. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Sampel Purposive (Purposive Sampling). Penarikan sampel Purposive adalah penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Bank syariah yang dipilih adalah bank yang sudah berdiri menjadi Bank Umum Syariah sejak tahun 2012-2015.

2. Bank Umum Syariah mempunyai kelengkapan data laporan keuangan yang telah di audit dan dipublikasikan dari tahun 2012-2015.

3. Bank Umum Syariah yang assetnya hampir setara pada tahun 2012-2015.

C. Jenis dan Sumber Data

(51)

40

diambil dan dikutip dari data-data yang sudah ada kemudian diolah dan dianalisis.

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh Bank Umum Syariah. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan pada periode tahun 2012-2015.

D. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini diperlukan metode-metode yang digunakan untuk mendapatkan data atau bahan keterangan yang digunakan untuk perhitungan ketepatan prediksi kebangkrutan, yaitu berupa Metode Dokumentasi.

Metode ini mencakup penghimpunan informasi dan data, melalui metode studi pustaka dan eksplorasi literature-literatur. Laporan keuangan publikasi dan buku-buku berkaitan.

E. Operasional Varibel Penelitian

Penelitian ini menggunakan model analisis Zmijewski (X-Score) untuk memprediksi kebangkrutan. Variabel-variabel yang digunakan terdapat 3 rasio yaitu Return On Assets (ROA), Debt to Asset,Current Ratio.

1. X1 = Return On Assets

(52)

41

pengelolaan asset yang baik. Rumus rasio ROA ini adalah: Return On Assets = Laba bersih

Total asset

[image:52.595.133.509.166.443.2]

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004 diperoleh standar untuk nilai rasio ROA yaitu:

Tabel 3.2

Kriteria Nilai ROA

Peringkat Kreteria Penilaian Predikat 1 ROA > 1,5 % Sangat Sehat

2 1,25 % < ROA ≤ 1,5 % Sehat

3 0,5 % < ROA ≤ 1,25 % Cukup Sehat

4 0 % < ROA ≤ 0,5 % Kurang Sehat

5 ROA ≤ 0,5% Tidak Sehat

Sumber : SE Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007

2. X2 = Debt Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva. Semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir (2008:164) adalah sebesar 35%. Rumus Debt Ratio :

Debt Ratio = Total kewajiban Total asset

3. X3 = Current Ratio

(53)

42

banker’s ratio) yang memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas

perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan. Kasmir (2008:143) standar industri current ratio adalah sebanyak 2 kali.

F. Metode Analisis Data

Analisis dilakukan dari data laporan keuangan berupa laporan neraca dan laporan laba rugi. Data atau hasil perhitungan rasio-rasio tersebut kemudian dianalisis lebih jauh dengan menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode X-Score. Formula yang digunakan pada penelitian ini merupakan formula untuk perusahaan sektor keuangan, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total aset

X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajiban/Total aset X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

Rasio-rasio Zmijewski X-Score yaitu : 1. X1 Return On Assets = Laba bersih/ Total aset

(54)

43

total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.

2. X2 Debt Ratio = Total kewajiban/ Total aset

Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aktiva. Total kewajiban itu sendiri dari penjumlahan kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Rasio ini merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimilki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir (2008:164) adalah sebesar 35%. 3. X3 Current Ratio = Aset lancar/ Kewajiban lancar

(55)

44

Current ratio diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar (current assets) dengan hutang jangka pendek (current liabilities). Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada

kreditur. Bagi kreditur semakin tinggi rasio lancar semakin bagus, akan

tetapi untuk perusahaan tertentu dapat berarti lain. Apabila rasio ini tinggi

dapat diartikan perusahaan kelebihan aktiva lancarnya atau ada yang tidak

optimal.

(56)

45

Nilai Cut Off Model Zmijewski

Nilai Skor Katerangan

Z > 0 Menunjukkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan beresiko tinggi yang mengarah pada kebangkrutan Z < 0 Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang

sehat dan tidak berisiko pada kebangkrutan

4. Penarikan Kesimpulan

[image:56.595.118.505.144.351.2]
(57)

46 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses dan Hasil Analisis Data Variabel X

Dalam model prediksi Zmijewski X-Score terdapat tiga indikator dari rasio- rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut, yaitu : laba bersih dibagi total asset (ROA), total kewajiban dibagi total aset (Debt Ratio),dan aset lancar dibagi kewajiban lancar (Current Ratio). 1) Laba bersih/Total aset (X1)

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai return on asset

[image:57.595.124.524.88.506.2]

yang telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 : Tabel 4.1

Hasil Return On Asset Bank Umum Syariah

No. Bank Umum Syariah Tahun (Dalam %)

Rata-rata Prediksi 2012 2013 2014 2015

1. BCA Syariah 0.52 0.62 0.43 0.53 0.52 Cukup sehat 2. Bank Mega Syariah 2.26 1.63 0.22 0.21 1.08 Cukup sehat 3. Bank Bukopin Syariah 0.47 0.45 0.16 0.47 0.38 Kurang sehat 4. Bank Panin Syariah 1.73 0.52 1.14 0.75 1.03 Cukup sehat Sumber : Data Diolah

(58)

47

pada Bank Panin Syariah dengan nilai 1.14% dan nilai rasio terendah ada pada Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.16%. Pada tahun 2015 nilai rasio tertinggi ada pada Bank Panin Syariah dengan nilai 0.75% dan nilai rasio terendah ada pada Bank Mega Syariah dengan nilai 0.21%.

Hasil dari data pada tabel di atas, nilai rasio ROA yang dihasilkan oleh rata- rata BUS masih tergolong rendah, padahal semakin tinggi nilai rasio ini berpotensi semakin besar bank umum syariah dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaaan aktiva yang dimiliki. Bank umum syariah dikategorikan mempunyai ROA yang baik jika nilai ROA berada di atas 1.5%.

Selama kurun waktu empat tahun terakhir pada periode 2012-2015 nilai ROA tertinggi ada pada tahun 2012 yaitu Bank Mega Syariah dengan nilai 2.26%, artinya Bank Mega Syariah mampu menghasilkan pendapatan sebesar 2.26% dari total aktiva yang digunakan. Rasio ROA terendah ada pada tahun 2014 yaitu Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.16%, artinya Bank Bukopin Syariah hanya mampu menghasilkan pendapatan sebesar 0.16% saja dari total aktiva yang digunakan dan itu masuk ke dalam kategori yang kurang baik karena masih dibawah nilai 1.5%.

2) Total kewajiban/Total aset (X2)

(59)

48

Tabel 4.2

Hasil Debt to Asset Ratio Bank Umum Syariah

No. Bank Umum Syariah Tahun (Dalam %)

2012 2013 2014 2015

1. BCA Syariah 16.02 13.47 10.83 9.04

2. Bank Mega Syariah 25.93 20.88 18.46 16.80 3. Bank Bukopin Syariah 92.44 23.38 16.01 15.03 4. Bank Panin Syariah 9.77 9.93 14.29 11.79 Sumber : Data Diolah

Berdasarkan penilaian dari tabel diatas nilai debt to asset ratio

yang paling tinggi tahun 2012 ada pada Bank Bukopin Syariah dengan nilai 92.44%. Artinya lebih dari 50% pendanaan pada Bank Bukopin Syariah dibiayai dengan hutang. Namun pada tahun 2014 dan 2015 Bank Bukopin Syariah nilai debt rationya semakin kecil, artinya hutang yang dimiliki oleh Bank Bukopin Syariah semakin kecil dan bisa meningkatkan total aktiva. Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.

[image:59.595.117.519.126.342.2]
(60)

49

yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. Sedangkan Bank Panin Syariah setiap tahunnya nilai debt ratio semakin tinggi dan baru mengalami penurunan pada tahun 2015. Namun hal ini tidak menunjukkan bahwa Bank Panin Syariah masuk ke dalam kategori perusahaan yang tidak baik, karena lebih dari 50% pendanaan pada Bank Panin Syariah masih dibiayai oleh modal sendiri.

3) Aset lancar/Kewajiban lancar (X3)

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai Current Ratio

[image:60.595.120.517.472.614.2]

yang telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 : Tabel 4.3

Hasil Current Ratio Bank Umum Syariah

No. Bank Umum Syariah Tahun (Dalam %)

2012 2013 2014 2015

1. BCA Syariah 618.83 740.87 898.50 1084.58 2. Bank Mega Syariah 391.19 483.05 335.13 583.82 3. Bank Bukopin Syariah 106.04 441.58 653.95 722.18 4. Bank Panin Syariah 1041.47 1022.75 704.08 857.12 Sumber : Data Diolah

(61)

50

dan Bukopin Syariah. Kedua bank umum syariah lainnya bersifat fluktuatif disetiap tahunnya.

Pada tahun 2012 nilai tertinggi ada pada Bank Panin Syariah sebesar 1041.47% artinya, jumlah asset lancar sebanyak 1041.47% kali dari hutang lancar. Namun, Bank Panin Syariah mengalami penurunan pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 704.08% artinya, jumlah asset lancar sebanyak 704.08% kali saja dari hutang lancar. Pada akhir periode 2015 Bank Panin Syariah mengalami kenaikkan dari tahun sebelumnya dengan nilai 857.12%. Sedangkan Bank Mega Syariah mengalami kenaikan dan penurunan disetiap tahunnya.

Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, maka keadaan bank umum syariah selama kurun waktu empat tahun berada dalam kondisi baik. Karena disetiap tahun nilai rasio bank umum syariah berada diatas nilai rata-rata industri.

B. Proses dan Hasil Analisis Data X-Score

(62)

51 adalah :

Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total aset

X2 Debt Ratio (TLTA) = Total kewajiban/Total aset X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

(63)
[image:63.595.112.505.145.348.2]

52 Tabel 4.4

Nilai Cut Off Model Zmijewski

Nilai Skor Katerangan

Z > 0 Menunjukkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan beresiko tinggi yang mengarah pada kebangkrutan Z < 0 Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang

sehat dan tidak berisiko pada kebangkrutan

(64)

53

Hasil X-Score Bank Umum Syariah

No. Bank Umum Syariah

X-Score

Rata-rata Prediksi

2012 2013 2014 2015

1. BCA Syariah -10.143 -11.505 -13.218 -15.179 -12.511 Aman 2. Bank Mega Syariah -7.394 -8.563 -7.164 -9.740 -8.215 Aman 3. Bank Bukopin Syariah -0.882 -7.974 -10.482 -11.228 -7.641 Aman 4. Bank Panin Syariah -14.751 -14.512 -11.112 -12.763 -13.284 Aman

Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai X-Score pada Bank Umum Syariah pada periode tahun penelitian 2012-2015 tidak menunjukkan kriteria dari model Zmijewski X-Score masuk kedalam kategori buruk yang berarti perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Hasil dari data diatas nilai X-Score dari masing-masing bank umum syariah dibawah nilai cut off yaitu 0, maka bank umum syariah masuk kedalam kategori aman dan cenderung stabil meskipun nilai X-Score bersifat fluktuatif disetiap tahunnya.

[image:64.595.97.573.141.399.2]
(65)

54

mengalami kebangkrutan. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata X-Score yang ada pada bank umum syariah menunjukkan nilai X < 0 yaitu perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak beresiko pada kebangkrutan. X-Score yang baik biasanya juga ditandai dengan rasio solvabilitas yang baik, yakni kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

C. Interpretasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi keuangan bank umum syariah menunjukkan hasil yang stabil cenderung meningkat. Hasil ini di dapat karena kegiatan usaha yang dilakukan baik dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana oleh bank syariah cenderung dengan aman. Maksud aman disini adalah bank syariah dalam melakukan transaksi berlandaskan pada asset dasar (underlying assets) dan kegiatan penyaluran dana bank syariah lebih ke arah sektor riil dalam perekonomian domestik. Berbeda dengan bank konvensional yang kegiatan usahanya cenderung lebih kearah spekulatif dengan melakukan transaksi-transaksi keuangan yang mempunyai resiko tinggi. Spekulatif disini maksudnya adalah dengan tergantung pada tingkat suku bunga, karena keuntungan terbesar bank konvensional didapatkan dari selisih antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan.

(66)

55

berdasarkan pengukuran tingkat kesehatan berada kategori sehat. Selain itu dilihat dari prediksi potensi kebangkrutan yang dilakukan bank umum syariah berada pada kategori tidak bangkrut. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah dapat bertahan dalam industri perbankan nasional dan selamat dari krisis keuangan global yang menyebabkan besarnya potensi kebangkrutan pada bank. Alasannya karena industri perbankan syariah lebih fleksibel dalam kondisi dan situasi apapun. Ketahanan bank syariah dalam menghadapi krisis yang mengancam kelangsungan usaha bank tersebut dikarenakan prinsip dasar dari bank syariah yang mengedepankan konsep bagi hasil pada kegiatan penghimpunan maupun penyaluran dana, sehingga resiko ditanggung bersama antara bank dengan pihak nasabah.

1. Analisis terjadinya financial distress pada bank umum syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Zmijewski X-Score periode 2012-2015 hasil menunjukkan beberapa diantaranya :

(67)

56

bersih saja tidak bisa menjadi indikator sebuah bank dikatakan mengalami financial distress (kesulitan keuangan).

b. Pada hasil perhitungan dengan menggunakan metode Zmijewski X-Score memiliki hasil akhir yang menunjukkan bahwa bank umum syariah masuk kedalam kategori aman. Hal ini dikarenakan bank umum syarian memiliki nilai X-Score dibawah nilai cut off yaitu 0. Meskipun nilai ROA yang dimiliki masing-masing bank umum syariah masih dibawah 1.5% namun itu tidak menunjukkan bank umum syariah mengalami resiko kebangkrutan.

c. Bank umum syariah (BUS) di Indonesia rasio yang memberikan pengaruh lebih besar dalam memprediksi kebangkrutan adalah rasio likuiditas dibandingkan dengan rasio profitabilitas jadi ketika perusahaan mengalami penurunan laba bersih selama beberapa tahun atau akhir, itu tidak bisa dijadikan sebuah indikator bahwa perusahaan mengalami financial distress. Hal ini dibuktikan pada penelitian ini dengan menggunakan metode Zmijewski, rasio likuiditas mempengaruhi besarnya score dalam memprediksi kebangkrutan. Metode Zmijewski diwakili oleh current assets to current liabilities. Namun, dalam keadaan sebenarnya banyak bank

yang kolaps bukan hanya karena kondisi keuanganya saja yang buruk

tetapi bisa dari kesalahan yang dibuat oleh manajemen bank sehingga

menyebabkan kesulitan likuiditas pada bank tersebut. Terlebih lagi hal

(68)

57

membayar krediturnya.

2. Strategi dalam menghindari risiko kebangkrutan.

Berikut beberapa strategi untuk menghindari risiko dalam menghadapi financial distress (kesulitan keuangan) yang dapat mengarahkan ke arah yang lebih buruk lagi yaitu kebangkrutan, diantaranya adalah:

a. Bank harus go public

Bank-bank syariah harus segera go public untuk memperbesar modal yang dimiliki. Selain dapat menunjang pertumbuhan pangsa pasar (market share) yang lebih besar, kuatnya permodalan diharapkan akan dapat meningkatkan aset dan pendapatan yang dimiliki oleh bank. Tapi sebaiknya pihak manajemen pun harus lebih berhati-hati dalam hal manajemen assetnya, jangan sampai arus modal kerja yang dihasilkan menjadi negatif.

b. Besarnya kontribusi pemerintah sebagai pengawas kegiatan perbankan syariah

(69)

58

mengatasi masalah likuiditas antar bank, maka bank syariah dapat membentuk pooling fund, yang berfungsi sebagai wadah untuk penyimpanan dana bagi bank yang kelebihan likuiditas serta tempat untuk meminjam dana bagi bank yang mengalami kesulitan likuiditas. c. Harus adanya pemberdayaan SDM yang handal

Dalam mengatur likuiditas yang dimiliki oleh bank. Sumber Daya Manusia yang berkualitas menentukan tepat atau tidaknya langkah- langkah yang akan ditempuh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Maka dari itu, mulai dari rekruitmen karyawan baru, pelatihan karyawan dengan memberikan training hard skill, melakukan pembahasan atas permasalahan yang muncul di lapangan, serta harus adanya apresiasi terhadap karyawan berprestasi harus menjadi perhatian tersendiri bagi bank. Maka dari itu, SDM yang ditempatkan di bank syariah sebaiknya adalah mereka yang memiliki semangat, kesungguhan, dan kompetisi untuk berkarir di bank syariah.

3. Implikasi kebijakan dalam menghindari risiko kebangkrutan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan acuan untuk memprediksi kondisi bermasalah bank. Kemudian model prediksi kondisi bermasalah bank ini dapat juga digunakan sebagai early warning system

(70)

59

kinerja keuangannya. Beberapa hal yang dapat diperhatikan oleh manajemen bank umum syariah (BUS) sebagai bahan evaluasi dalam hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi bank yang mengalami kondisi bermasalah untuk memperbaiki kinerja menurut metode Zmijewski, manajemen bank harus meningkatkan aset lancarnya jangan sampai hutang lancarnya melebihi dari nilai aset lancar yang dimilikinya. Dengan adanya peningkatan aset lancar tentunya akan meningkatkan likuiditas dalam memperbaiki kinerja bank.

(71)

60 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Tingkah kesehatan pada bank umum syariah di Indonesia pada periode 2012-2015 pada variabel ROA (X1) tingkah kesehatan bank cukup sehat meskipun nilai yang dimiliki oleh masing-masing bank syariah dibawah 1.5%. Namun, hal ini tidak menunjukkan bahwa perbankan syariah masuk kedalam kategori tidak aman karena variabel yang sangat berpengaruh dalam metode Zmijewski X-Score adalah variabel rasio likuiditas (X3). Hal ini dibuktikan pada penelitian ini dengan menggunakan metode Zmijewski, rasio likuiditas mempengaruhi besarnya score

dalam memprediksi kebangkrutan. Metode Zmijewski diwakili oleh current assets to current liabilities.

(72)

61

Syariah sebesar -13.284. Bank umum syariah tidak mengalami permasalahan keuangan yang berpotensi mengalami kebangkrutan. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata X-Score yang ada pada bank umum syariah menunjukkan nilai X < 0 yaitu perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak beresiko pada kebangkrutan. X-Score yang baik biasanya juga ditandai dengan rasio solvabilitas yang baik, yakni kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Jika dilihat dari nilai rata-rata X-Score bank syariah yang mendekati prediksi akan potensi kebangkrutan ada pada Bank Bukopin Syariah yang memiliki nilai XScore 7.641. Artinya, -7.641 lebih mendekati nilai cut off pada metode Zmijewski yaitu 0 dibandingkan dengan bank syariah lainnya.

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(73)

62

berharap, buku ilmiah Perpustakaan diperbaharui dengan buku tahun terbit terbaru.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan perusahaan memperhatikan besarnya semua aspek keuangan, karena hal tersebut dapat memberi gambaran keberlangsungan usaha dimasa sekarang dan dimasa mendatang. Dalam hal ini, perusahaan memiliki nilai X-Score yang aman dan tidak memiliki permasalahan keuangan, diharapkan perusahaan dapat selalu mempertahankannya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(74)

63

Altman, Edward I. 2000. “Predicting Financial Distress of

Companies: Revisiting The Z- Score and ZETA® Models”. The Journal Of Finance.

Priyantini, Ayuk. 2013 “Analisis Penggunaan Model Zmijewski Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Muhammadiyah

Gambar

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai X-Score ...............................................................
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan sistem rangka atap pada bentang yang lebar yaitu bentang 15 m dengan menggunakan material bambu, hal ini dirasa perlu karena material bambu merupakan material

Darsono Kabupaten Pacitan, dengan ini diumumkan bahwa Peserta yang Nomor dan Namanya tercantum dalam daftar terlampir dinyatakan LULUS Seleksi Akhir Rekrutmen Pegawai BLUD

Saya akan mengikuti anjuran orang lain untuk memilih keputusan yang sama dengan mereka, meskipun kemampuan dan pengetahuan saya tidak memadahi.. Saya mengumpulkan informasi sebelum

Hasil penelitian pada RSUD Kabupaten Morowali yang terlihat dari tanggapan responden tentang pengaruh stres kerja di RSUD Kabupaten Morowali yang terdiri dari intimidasi

Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia di BPS Sheva Medika Sukoharjo yaitu faktor pendukung

[r]

Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Kegiatan harian (RKH) yang telah dirancang sebelumnya. Tindakan yang diberikan adalah menyampaikan pembelajaran melalui

Para pengusaha genteng press hendaknya bekerja sama dengan pemerintah agar mendapatkan informasi dalam membantu mengoptimalkan efisiensi usaha genteng pressnya serta