• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 3 Nomor 3 September 2013 Jurnal Keperawatan Respati ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 3 Nomor 3 September 2013 Jurnal Keperawatan Respati ISSN :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN EFEK TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL DAN

PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) TERHADAP

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

Eva Maria E1, Wahyu Rochdiat2 INTISARI

Latar Belakang: Tingkat stres saat penyusunan tugas akhir dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa dalam mengerjakan skripsi, mahasiswa butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan skripsi dan tidak dapat lulus tepat waktu. Berbagai metode yang digunakan untuk mengatasi stress diantaranya pendekatan farmakologis dan pendekatan nonfarmakologis (terapi musik dan PMR). Studi pendahuluan pada 20 orang mahasiswa PSIK UNRIYO, menunjukkan 19 mahasiswa (95%) mengalami stres saat mengerjakan proposal dan belum ada penelitian yang membedakan efek musik instrumental dan teknik PMR terhadap tingkat stres.

Tujuan: Diketahuinya perbedaan efek terapi musik instrumental dan PMR terhadap tingkat stres mahasiswa PSIK UNRIYO angkatan 2010.

Metode Penelitian: Desain penelitian quasy experimental pre and post test design with control group dengan teknik sampling Probability Proportionate to Size. Sebanyak 18 responden mendapat terapi musik instrumental, 18 responden diberikan PMR, dan 13 responden kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan uji statistik Kruskal-Wallis dengan signifikansi 95%.

Hasil Penelitian: Berdasarkan uji Wilcoxon untuk melihat perbedaan tingkat stres pre-post menghasilkan P value 0,01 (terapi musik instrumental); 0,026 (PMR); dan 1,000 (kontrol). Hal ini berarti terapi musik instrumental dan PMR memberikan pengaruh terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta (P value < 0,05). Analisis perbedaan tingkat stres responden dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan P value 0,077 (P > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan tingkat stres post test antara kelompok terapi musik instrumental, kelompok PMR, dan kelompok kontrol.

Kesimpulan: Terapi musik instrumental dan PMR direkomendasikan sebagai terapi untuk manajemen stres sesuai dengan kebutuhan klien.

(2)

DIFFERENT EFFECTS OF INSTRUMENTAL MUSIC THERAPY AND

PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) ON STRESS

LEVELS OF THE NURSING STUDENTS OF 2010

OF UNIVERSITY RESPATI YOGYAKARTA

Eva Maria E1, Wahyu Rochdiat2 ABSTRACT

Background: The stress level during the preparation of the bachelor thesis may affect the performance of students

in working on the thesis. The students take a long time to complete the thesis and are not able to graduate on time. Various methods are used to cope with stress including and pharmacological approaches non-pharmacological approaches (music therapy and PMR). Preliminary study on 20 students of Department of Nursing Science of indicated showed that 19 students (95%) experienced stress while working on the proposal and there was no research which differentiated the effects of instrumental music and PMR technique on stress levels.

Objective: This research is aimed at identifying different effects of instrumental music therapy and PMR on stress

levels of the nursing students of 2010 of University Respati Yogyakarta

Methods: This research employed quasi pre and post-test experimental design with control group with a sampling

technique of Probability Proportionate to Size. 18 respondents were given instrumental music therapy, 18 respondents were given PMR, and 13 respondents belonged to the control group. Data were analyzed using Wilcoxon test and Kruskal-Wallis statistical test with a significance of 95%.

Results: The Wilcoxon test to see the difference in stress levels of pre-post generated P value of 0.01 (instrumental

music therapy); 0.026 (PMR); and 1.000 (control). This means that instrumental music therapy and PMR influence the level of stress on nursing students of 2010 University Respati Yogyakarta (P value < 0.05). Analysis of differences in levels of stress of the respondents with the Kruskal-Wallis test produced P value of 0.077 (P > 0.05), meaning that there was no difference in the stress levels of the post-test between the instrumental music therapy group, the PMR group and the control group.

Conclusion: Instrumental music therapy and PMR are recommended as therapy for stress management in

accordance with the needs of the client.

Keywords: students; stress levels; instrumental music therapy; and pmr.

A. PENDAHULUAN

Skripsi merupakan syarat mutlak yang harus dijalani oleh semua mahasiswa yang ingin menyelesaikan fase akademik dan syarat untuk melanjutkan pendidikan Ners, sehingga bagi beberapa mahasiswa skripsi sering dianggap sebagai suatu tantangan ataupun ancaman. Ancaman tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa dan menyebabkan stres saat menyusun skripsi1,2.

Stres adalah munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau cemas sebab orang tersebut merasa tidak mampu mengatasi atau meraih tuntutan atau keinginannya3. Stres yang dialami oleh mahasiswa mempengaruhi kinerjanya dalam mengerjakan skripsi, mahasiswa menjadi malas, butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan skripsi sehingga pada akhirnya mahasiswa tidak

dapat menyelesaikan fase akademik dan melanjutkan pendidikan Ners tepat pada waktunya.

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi stres. Metode untuk mengatasi stres antara lain melalui pendekatan farmakologis dan pendekatan nonfarmakologis. Pendekatan nonfarmakologis terdiri dari teknik relaksasi dan terapi musik4. Metode musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif, dan sosial bagi individu dalam berbagai usia sehingga metode ini dijadikan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira serta membantu melepaskan rasa sedih dan sakit5.

(3)

Metode nonfarmakologis lain untuk mengatasi stres dengan menggunakan teknik relaksasi, salah satunya dengan teknik Progressive Muscle Relaxation (PMR). Progressive Muscle Relaxation

merupakan suatu bentuk terapi relaksasi pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan tegangan pada suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan menghilang6. Progressive Muscle

Relaxation dapat merangsang pengeluaran zat kimia

endorphin dan enkefalin yang menimbulkan rasa tenang (relax), bahagia (euphoria). serta mampu merangsang sinyal otak yang menyebabkan otot rileks dan meningkatkan aliran darah ke otak7.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 20 orang mahasiswa angkatan 2010 Program Studi S-1 Keperawatan di Universitas Respati Yogyakarta, 19 orang mahasiswa (95%) menyatakan bahwa mereka mengalami stres dalam mengerjakan tugas akhir (proposal). Gejala stres atau keluhan fisik yang dirasakan antara lain: penurunan konsentrasi, gelisah, mudah marah, pusing, gangguan pola tidur, penurunan nafsu makan, sakit perut, muncul jerawat di wajah, sering buang air kecil, dan mengalami pegal di bagian bahu dan punggung. Dari hasil wawancara juga diketahui kegiatan yang biasa dilakukan mahasiswa untuk menangani stres adalah dengan menonton televisi, bermain game, mendengarkan musik, bercerita dengan keluarga, teman sekelas atau teman di sosial media (facebook dan twitter), pacaran, jalan-jalan, dan ada yang memilih menyendiri untuk mencari ketenangan.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan quasy

experiment dengan pendekatan pre and post test design with control group. Penelitian ini menggunakan kelompok intervensi yaitu kelompok intervensi I (kelompok yang diberi terapi musik) dan kelompok intervensi II (kelompok yang diberi PMR),

serta satu kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan). Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Maret-26 April 2014 di Universitas Respati Yogyakarta, ruang Skills Lab Lantai 2 kampus I dan gedung B lantai 1 kampus II Universitas Respati Yogyakarta.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta angkatan 2010 yang mengalami stres saat menyelesaikan tugas akhir. Dalam hal ini, peneliti melakukan screening seluruh mahasiswa keperawatan angkatan 2010 yang mengambil mata kuliah Riset Keperawatan yang berjumlah 194 mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner stres yang diadaptasi dari Riyadi (2012) dan didapatkan 159 mahasiswa keperawatan angkatan 2010 yang mengalami stres.

Sampel dipilih dari 159 orang populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Total sampel yang dibutuhkan untuk semua perlakuan pada penelitian ini adalah 60 responden, dengan menggunakan teknik Probability Proportionate to

Size mahasiswa yang dipilih secara acak sederhana

(randomize). Pada pelaksanaan penelitian, total sampel yang dapat dikumpulkan peneliti tidak sesuai dengan perhitungan sampel, yaitu sebanyak 49 responden dengan pembagian 18 responden untuk kelompok terapi musik instrumental, 18 responden untuk kelompok Progressive Muscle Relaxation, serta 13 responden untuk kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan ada responden yang tidak mengikuti kegiatan di hari kedua sehingga dikategorikan sebagai drop out.

Peneliti mempersiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa kuisioner identitas responden, lembar kontrol dan SOP dari terapi musik instrumental serta PMR. Peneliti menggunakan surat undangan yang disebarkan kepada 60 responden yang kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok A (terapi musik instrumental) dan kelompok B (terapi PMR) dan kelompok C (kelompok kontrol). Kelompok A dan B berjumlah 20 responden yang dibagi lagi menjadi 2 kelompok kecil masing-masing 10 responden. Untuk kelompok

(4)

C yang berjumlah 20 responden peneliti tidak melakukan pembagian kelompok.

Kelompok A adalah kelompok terapi musik instrumental yang terbagi menjadi 2 kelompok kecil (kelompok A1 dan A2) yang masing-masing berjumlah 10 responden. Hari pertama intervensi, responden dikumpulkan di ruang Skill Lab Kampus I Universitas Respati Yogyakarta, peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian terapi musik, memberikan lembar persetujuan menjadi responden (informed

consent), melaksanakan pre test dan memberikan

terapi musik instrumental menggunakan MP3

player. Responden diperdengarkan musik instrumental selama ± 21 menit. Setelah intervensi selesai, peneliti melakukan tahap terminasi dan kontrak waktu dengan responden. Hari kedua, peneliti memberikan terapi musik instrumental pada kelompok di ruang yang sama dan setelah intervensi selesai, peneliti melakukan post test. Ada 2 orang responden yang tidak mengikuti kegiatan (drop out) di hari kedua. Jadwal pemberian terapi dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Jadwal Pemberian Intervensi pada Kelompok A, B, dan C.

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

14-15 Maret 2014 Pre test-Intervensi A1 Intervensi-Post test

4-5 April 2014 A2

Pre test-Intervensi Intervensi-Post test

11-12 April 2014 B1

Pre test-Intervensi Intervensi-Post test

25-26 April 2014 B2

Pre test-Intervensi Intervensi-Post test

16-17 April 2014 C

Pre test-Intervensi Intervensi-Post test

Kelompok B adalah kelompok yang mendapatkan terapi PMR yang dilakukan selama dua hari masing-masing selama ± 25 menit untuk tiap sesi, prosedur orientasinya sama seperti kelompok A, terapi dimulai dengan peragaan 15 langkah PMR oleh peneliti yang diikuti oleh responden, dilanjutkan dengan 1 kali pengulangan. Setelah intervensi selesai, peneliti melakukan tahap terminasi dan kontrak waktu dengan responden. Ada 2 orang responden yang mengalami drop out. Kelompok C adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan terapi musik instrumental dan PMR (kelompok kontrol), prosedurnya sama, Hari pertama dilakukan pre test dan post test di hari kedua. Ada 7 orang responden yang mengalami drop out.

Pada penelitian ini, instrumen terapi musik instrumental menggunakan MP3 player dengan musik instrumental modern, musik, SOP terapi

musik, dan lembar kontrol. Instrumen PMR menggunakan SOP PMR dan lembar kontrol. Untuk pengukuran tingkat stres, peneliti menggunakan kuisioner yang dimodifikasi dari DASS 42 Lovibond dan Lovibond (1995). Kuisioner berisi identitas responden, dan 28 pernyataan yang mencakup respon stres (respon fisik, kognitif, emosi dan perilaku) dan tingkat stres dibagi menjadi 3 kategori yaitu, stres berat: 84-112, stres sedang: 56-83, dan stres ringan: 28-55.

Untuk analisa data, peneliti menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikasi (α=0,05). Selanjutnya peneliti menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis untuk melihat perbedaan tingkat stres

post test pada ketiga kelompok. Penelitian ini

menggunakan prinsip etik nonmaleficience, beneficience (bermanfaat), autonomy dan justice

(5)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Analisa Univariat

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden yang Meliputi Jenis Kelamin dan Usia (Tabel 4.1)

Karakteristik Kelompok TM Kelompok PMR Kontrol Total f % f % f % f % 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Total 10 8 18 55,6 44,4 100 12 6 18 66,7 33,3 100 6 7 13 46,2 53,8 100 28 21 49 57,1 42,9 100 2. Usia Responden a. 20 tahun b. 21 tahun c. 22 tahun d. 23 tahun Total 2 8 6 2 18 11,1 44,4 33,3 11,1 100 - 10 8 - 18 - 55,6 44,4 - 100 - 6 6 1 13 - 46,2 46,2 7,7 100 2 24 20 3 49 4 49 41 6 100 (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014).

Berdasarkan hasil analisis karakteristik tabel 4.1., proporsi jenis kelamin terbanyak dari 49 responden adalah laki-laki sebanyak 28 orang responden (57,1%). Hasil analisis karakteristik

proporsi usia terbanyak dari 49 responden adalah usia 21 tahun yaitu sebanyak 24 orang responden (49%).

Berdasarkan Grafik 4.2., tingkat stres responden sebelum diberikan terapi musik instrumental sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 13 orang (72,2%). Tingkat stres responden setelah diberikan terapi musik instrumental sebagian besar dalam kategori stres ringan yaitu sebanyak 11 orang (61,1%).

Berdasarkan grafik 4.3., tingkat stres responden sebelum diberikan PMR sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 12 orang (66,7%). Tingkat stres responden setelah diberikan PMR sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 11 orang (61,1%). 0 5 10 15 Pre Test Post Test Ju m la h Resp o n d en

b. Tingkat Stres Pre Test dan Post Test pada Kelompok Terapi Musik

Instrumental (Grafik 4.2.) Ringan Sedang 0 5 10 15 Pre Test Post Test Ju m lah R esp o n d en

c. Tingkat Stres Pre Test dan Post Test pada Kelompok PMR

(Grafik 4.3.)

Ringan Sedang Berat

(6)

Berdasarkan grafik 4.4., tingkat stres responden saat dilakukan pre test dan post

test sebagian besar dalam kategori stres

sedang yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014).

2. Hasil Analisis Bivariat

a. Tabulasi Silang Pengaruh Terapi Musik Instrumental

Tabel 4.5. Tabulasi Silang Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Tingkat Stres Pre Test dan Post Test

Tingkat Stres Pre

Tingkat Stres Post

Ringan Sedang Berat Total P

value f % f % f % f % Ringan 4 36,4 1 14,3 0 0 5 27,8 Sedang 7 63,6 6 85,7 0 0 13 72,2 0,01 Berat 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 11 61,1 7 38,9 0 0 18 100

(Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014). Berdasarkan tabel 4.5., saat pre test tingkat stres ringan berjumlah 5 orang (27,8%) dan saat post test mayoritas tetap stres ringan yaitu berjumlah 4 orang (36,4%). Tingkat stres sedang pada saat

pre test berjumlah 13 orang (72,2%) dan

saat post test mayoritas berada pada kategori stres ringan yaitu 7 orang (38,9%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p value sebesar 0,001 (p value <

0,05), artinya ada perbedaan yang bermakna antara tingkat stres sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik instrumental. Dengan demikian, terapi musik instrumental memberikan pengaruh terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta.

b. Tabulasi Silang Pengaruh Progressive Muscle Relaxation

Tabel 4.6. Tabulasi Silang Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Stres Pre Test dan Post Test

Tingkat Stres Pre

Tingkat Stres Post

Ringan Sedang Berat Total P

value f % f % f % f % Ringan 2 33,3 1 9,1 0 0 3 16,7 Sedang 3 50,0 9 81,8 0 0 12 66,7 0,026 Berat 1 16,7 1 16,7 1 16,7 3 16,7 Total 6 33,3 11 61,1 1 5,6 18 100

(Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014). Berdasarkan tabel 4.6., diketahui saat

pre test tingkat stres ringan berjumlah 3

orang (16,7%) dan saat post test mayoritas

berada pada tingkat stres ringan yaitu 2 orang (33,3%). Tingkat stres sedang pada saat pre test berjumlah 12 orang (66,7%) 0 2 4 6 8 10 12 Pre Test Post Test Ju m lah R esp o n d en

d. Tingkat Stres Pre Test dan Post Test pada Kelompok Kontrol

(Grafik 4.4.)

Ringan Sedang

(7)

dan saat post test mayoritas tetap stres sedang dengan jumlah 11 orang (61,7%). Tingkat stres berat pada saat pre test berjumlah 3 orang (16,7%) dan saat post

test tingkat stres berat menjadi 1 orang

(5,6%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh p

value sebesar 0,026 (p value < 0,05),

artinya ada perbedaan yang bermakna

antara tingkat stres sebelum dan sesudah dilakukan PMR. Dengan demikian, PMR memberikan pengaruh terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta.

c. Tabulasi Silang Pada Kelompok Kontrol

Tabel 4.7. Tabulasi Silang Tingkat Stres Pre Test dan Post Test Pada Kelompok Kontrol

Tingkat Stres Pre

Tingkat Stres Post

Ringan Sedang Berat Total

P value f % f % f % f % Ringan 1 33,3 2 20,0 0 0 3 23,1 Sedang 2 66,7 8 80,0 0 0 10 76,9 1,000 Berat 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 3 23,1 10 76,9 0 0 13 100

(Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014). Berdasarkan tabel 4.7. diketahui saat

pre test tingkat stres ringan berjumlah 3

orang (23,1%) dan saat post test mayoritas menjadi stres sedang yaitu 2 orang (20%). Tingkat stres sedang pada saat pre test bejumlah 10 orang (76,9%) dan saat post test mayoritas tetap

mengalami stres sedang yaitu 8 orang (80%). Hasil uji Wilcoxon p value sebesar 1,000 (p value > 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat stres pre test dan sesudah dilakukan post test pada kelompok kontrol.

d. Perbedaan Tingkat Stres Post Test

Tabel 4.8. Analisis Perbedaan Tingkat Stres Post Test Pada Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta

Variabel Kruskal-Wallis Test

P value

Perbedaan Tingkat Stres Post Test Pada Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta

0,077

(8)

Tabel 4.8. menunjukan analisis perbedaan tingkat stres responden memiliki p value 0,077 (p > 0,05), yang artinya “tidak terdapat perbedaan tingkat stres post test antara kelompok terapi musik instrumental, kelompok PMR, dan kelompok kontrol”.

3. Pembahasan

a. Pengaruh Terapi Musik Instrumental Berdasarkan grafik 4.2 dan tabel 4.5, diketahui bahwa tingkat stres mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta sebelum diberikan terapi musik instrumental mayoritas mengalami stres sedang, dan sesudah diberikan terapi musik instrumental mayoritas berada dalam kategori stres ringan. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p value sebesar 0,001 (p value < 0,05), artinya terapi musik instrumental memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta. Hal ini berarti terapi musik instrumental memberikan pengaruh atau efek positif terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta yang sedang menyusun tugas akhir.

Terapi musik instrumental merupakan intervensi yang efektif untuk menurunkan tingkat dan respon stres secara fisiologis, kognitif, emosional, dan perilaku. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, dan

sosial bagi individu dalam berbagai usia5. Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak yang dalam keadaan stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan efektif. Musik tidak membutuhkan otak untuk berpikir maupun menginterpretasi, tidak pula dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental. Musik tidak memiliki batasan-batasan sehingga begitu mudah diterima organ dan saraf pendengaran yang kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Musik dapat pula beresonansi dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung masuk otak tanpa melalui jalur kognitif. Lebih jauh lagi, terapi musik tidak membutuhkan panduan fungsi intelektual tinggi untuk berjalan efektif8.

Terapi musik berdampak positif untuk mengatasi stres karena dapat mengaktifkan sel-sel pada sistem limbik dan saraf otonom pasien, sehingga kekebalan tubuh meningkat dan merangsang pengeluaran endorphin dan serotonin. Serotonin merupakan zat kimia yang mentransmisikan impuls saraf di seluruh ruang antara sel-sel saraf atau neuron dan memiliki peran dalam mencegah kecemasan, muntah, dan migrain. Perubahan tingkat serotonin dapat memperbaiki suasana hati (mood), baik itu menciptakan suasana tenang, rileks, aman, maupun menyenangkan, sehingga mampu membuat pasien merasa nyaman9.

Peneliti memilih menggunakan lagu Tears in

Heaven, Wonderful Tonight, I Think I Love You,

dan I Know, dimana tiap lagu ini memiliki tempo yang lambat yaitu 120 dan kurang dari 60 ketukan

(9)

per menit. Musik lembut dan teratur seperti intrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering digunakan untuk terapi musik karena sejalan dengan irama jantung8. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Primadita (2011), tentang efektivitas intervensi terapi musik klasik terhadap stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. Primadita juga mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan tingkat stres responden sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik10.

Berdasarkan tabel 4.5., sebelum diberikan terapi musik instrumental, sebanyak 13 orang (72,2%) berada dalam tingkat stres sedang dan setelah diberikan terapi musik instrumental 7 orang menjadi stres ringan, dan 6 orang responden tetap berada dalam tingkat stres sedang. Artinya, ada 6 responden yang tetap berada dalam kategori stres sedang. Pada kenyataannya, 6 orang responden ini juga mengalami penurunan skor stres, namun rentang skor masih berada dalam kategori stres sedang, yaitu 56-83.

Berdasarkan tabel 4.5., juga diketahui sebelum diberikan terapi musik instrumental, sebanyak 5 orang (27,8%) berada dalam tingkat stres ringan dan setelah diberikan terapi musik instrumental 4 orang tetap berada dalam tingkat stres ringan, dan 1 orang responden berada dalam tingkat stres sedang. Artinya, ada 1 orang responden yang mengalami peningkatan stres setelah diberikan terapi musik instrumental, hal ini dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi nilai post test responden, yaitu

variabel pengganggu yang tidak dikendalikan. Dari hasil wawancara peneliti dengan responden, stres yang dialami oleh responden tidak hanya berkaitan dengan penyusunan tugas akhir, melainkan stres akibat masalah finansial, masalah pribadi, dan sebagainya yang tidak terkaji oleh peneliti, sehingga tingkat stres mengalami penurunan walaupun sudah diberikan terapi musik instrumental.

b. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR)

Berdasarkan grafik 4.3 dan tabel 4.6, diketahui bahwa tingkat stres mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta sebelum diberikan terapi PMR sebagian besar mengalami stres sedang dan sesudah diberikan terapi PMR, sebagian besar masih berada dalam kategori stres sedang. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p value sebesar 0,026 (p value < 0,05), PMR memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta. Artinya, PMR memberikan pengaruh atau efek positif terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta yang sedang menyusun tugas akhir.

Progressive Muscle Relaxation adalah teknik

relaksasi yang memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks8. Selama stres, hormon-hormon seperti epineprin, kortisol,

(10)

glukagon, ACTH, kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat, stres fisik maupun emosional mengaktifkan sistem neuroendokrin dan sistem saraf simpatis melalui hipotalamus-pituitari-adrenal. Respon stres adalah bagian dari jalur umpan balik yang tertutup antara otot-otot dan pikiran. Penilaian terhadap stressor mengakibatkan ketegangan otot yang mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur umpan balik. PMR akan menghambat jalur tersebut dengan cara mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis dan memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk memperkuat sikap positif sehingga rangsangan stres terhadap hipotalamus berkurang11.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Tobing (2012), dimana dari hasil penelitiannya ditemukan penurunan ansietas, depresi, dan peningkatan kemampuan relaksasi, serta kemampuan memaknai hidup klien kanker yang mendapatkan PMR dan Logoterapi lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan hanya Logoterapi7. Berdasarkan tabel 4.6., diketahui bahwa sebelum diberikan terapi PMR, sebanyak 12 orang (66,7%) berada pada tingkat stres sedang, setelah diberikan terapi PMR 3 orang berada pada tingkat stres ringan dan 9 orang tetap berada dalam tingkat stres sedang. Artinya, ada 9 orang responden yang tetap berada dalam kategori stres sedang. Pada kenyataannya, 9 orang responden ini juga mengalami penurunan skor stres, namun rentang skor masih berada dalam kategori stres sedang, yaitu 56-83.

Berdasarkan tabel 4.6., juga diketahui bahwa sebelum diberikan terapi PMR, sebanyak 2 orang (16,7%) berada dalam tingkat stres ringan dan setelah diberikan terapi musik instrumental 2 orang tetap berada dalam tingkat stres ringan, dan 1 orang responden berada dalam tingkat stres sedang. Artinya, ada 1 orang responden mengalami peningkatan stres setelah diberikan intervensi. Hal ini sama dengan kelompok terapi musik instrumental, adanya faktor lain yang mempengaruhi nilai post test responden, yaitu variabel pengganggu yang tidak dikendalikan. Dari hasil wawancara peneliti dengan responden, stres yang dialami oleh responden tidak hanya berkaitan dengan penyusunan tugas akhir, melainkan stres akibat masalah finansial, masalah pribadi, dan sebagainya, sehingga tingkat stres mengalami penurunan walaupun sudah diberikan terapi PMR.

c. Perbedaan Pengaruh Terapi Musik Instrumental dan PMR

Analisa menggunakan uji Kruskal-Wallis didapatkan p value 0,077 (p > 0,05), menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat stres post test antara ketiga kelompok, yaitu kelompok terapi musik instrumental, kelompok PMR, dan kelompok kontrol. Responden yang diberikan intervensi baik terapi musik instrumental, PMR ataupun tidak diberikan intervensi apapun hasilnya tingkat stres post test responden tidak ada perbedaan, yakni sama-sama mengalami penurunan. Artinya ada faktor lain yang mempengaruhi nilai post test responden, yaitu variabel pengganggu yang tidak

(11)

dikendalikan seperti koping, jumlah stresor, sifat stresor, durasi stresor, pengalaman masa lalu, tipe kepribadian. Diluar waktu terapi, responden bisa saja melakukan kegiatan seperti olahraga, jalan-jalan, berbincang-bincang dengan teman dekat atau keluarga, beribadah, beristirahat sebagai mekanisme koping untuk menghilangkan stres. Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu serta mekanisme koping12.

Tabel 4.5. dan tabel 4.6. menunjukkan bahwa ada 1 orang responden yang mengalami peningkatan stres setelah diberikan terapi musik instrumental, begitu pula dengan kelompok PMR, ada 1 orang responden yang mengalami peningkatan tingkat stres, dimana saat pre test berada pada tingkat stres ringan dan post test berada pada tingkat stres sedang. Namun dari hasil analisa univariat terlihat bahwa pada kelompok PMR, tingkat stres responden pre test sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 12 orang (66,7%) dan saat post test sebagian besar responden masih dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 11 orang (61,1%). Berbeda dengan kelompok terapi musik instrumental, dimana tingkat stres responden pre

test sebanyak 13 orang (72,2%) berada dalam

kategori stres sedang dan saat post test sebanyak 11 orang (61,1%) masuk dalam kategori stres ringan (Tabel 4.2.). Hal ini menunjukkan bahwa

baik terapi musik instrumental ataupun PMR sama-sama efektif menurunkan tingkat stres responden, akan tetapi jika dilihat dari penurunan tingkat stres yang signifikan, PMR efeknya masih kurang optimal dalam menurunkan tingkat stres dibandingkan dengan terapi musik instrumental.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dari PMR. Pelaksanaan PMR untuk hasil yang maksimal dianjurkan dilakukan secara rutin selama 25-30 menit setiap sesi, 2 kali sehari. Jadwal latihan biasanya memerlukan waktu minimal satu minggu untuk hasil yang lebih maksimal7. Pada kenyataannya, penelitian ini terapi PMR diberikan sebanyak 4 kali dalam rentang waktu 2 hari. Hari pertama dimulai dengan peragaan 15 langkah PMR oleh peneliti dan diikuti oleh responden, kemudian dilanjutkan dengan 1 kali pengulangan. Hari kedua, pemberian terapi PMR sama seperti dihari pertama dengan waktu ± 25 menit.

Kemungkinan yang kedua karena ketidakmampuan responden melaksanakan PMR dengan benar. Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi yang memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks8. Pada penelitian ini, pemberian terapi dimulai dengan peragaan 15 langkah PMR oleh peneliti yang diikuti oleh responden dan dilanjutkan dengan 1 kali pengulangan. Meskipun responden dapat melakukan semua langkah-langkah PMR, namun bila responden

(12)

tidak mampu berkonsentrasi dan memfokuskan pikiran dalam melaksanakan PMR juga membuat hasil yang kurang maksimal, karena PMR sendiri merupakan salah satu bentuk terapi yang memerlukan pemusatan perhatian terhadap sensasi atau perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan atau ditegangkan.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Mashudi (2011), bahwa dengan perlakuan yang sama yaitu PMR, responden melaporkan 2 sensasi yang berbeda yaitu merasakan ketegangan otot ketika bagian otot-otot tubuhnya ditegangkan dan merasa sesuatu yang rileks ketika otot-otot tubuh direlaksasikan. Namun ada beberapa responden yang melaporkan kurang bisa merasakan sensasi dari latihan PMR karena mereka kurang bisa berkonsentrasi dalam melakukan PMR meskipun sudah melakukan semua langkah atau prosedur PMR11.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Singh (2009), tentang perbandingan efektivitas musik dan PMR terhadap ansietas pada pasien PPOK, didapatkan bahwa musik dan PMR efektif dalam mengurangi kecemasan dan dyspnea pada pasien PPOK, namun terdapat penurunan kecemasan yang lebih besar dalam kelompok musik. Musik efektif mengurangi tingkat kecemasan, dsypnea, dan berhubungan dengan parameter fisik, yakni menurunkan detak jantung (heart rate) dan frekuensi pernapasan (respiration rate). Progressive Muscle Relaxation membutuhkan lebih banyak konsentrasi dan perhatian untuk mempelajari teknik dibandingkan dengan terapi musik

instrumental. Sementara terapi musik seperti yang diketahui memiliki efek yang menenangkan dan responden tidak memerlukan banyak aktivitas selama intervensi berlangsung4.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi musik instrumental sama efektifnya dengan PMR dalam menurunkan tingkat stres mahasiswa keperawatan angkatan 2010. Hasil penelitian ini dapat memberi implikasi bahwa terapi musik ataupun PMR merupakan bentuk terapi komplementer pada mahasiswa atau klien yang mengalami stres dalam upaya menurunkan tingkat stres. Selain itu, kedua terapi ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran pendidikan keperawatan jiwa terutama pada terapi keperawatan jiwa komunitas.

D. KESIMPULAN DAN

PEMBAHASAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan:

a. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta sebelum dilakukan terapi musik instrumental mayoritas dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 13 orang (72,8%). b. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan

angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta sebelum dilakukan PMR mayoritas dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 12 orang (66,7%).

(13)

c. Tingkat stres pada kelompok kontrol sebelum dilakukan pre test kontrol mayoritas dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 10 orang (76,9%).

d. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta setelah dilakukan terapi musik instrumental mayoritas dalam kategori stres ringan yaitu sebanyak 11 orang (61,1%). e. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan

angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta setelah dilakukan PMR mayoritas dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 11 orang (61,1%).

f. Tingkat stres pada kelompok kontrol setelah dilakukan post test kontrol mayoritas dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 10 orang (76,9%).

g. Ada pengaruh yang signifikan terapi musik instrumental terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta. Karena nilai signifikansi 0,001 (p value < 0,05) yang berarti ada pengaruh terapi musik instrumental terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta.

h. Ada pengaruh yang signifikan PMR terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta. Karena nilai signifikansi 0,026 (p

value < 0,05) yang berarti ada pengaruh PMR

terhadap tingkat stres pada mahasiswa

keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta.

i. Tidak ada perbedaan efek terapi musik instrumental dan PMR terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta. Didapatkan p

value 0,077 (p > 0,05), sehingga hipotesis

ditolak atau tidak terdapat perbedaan tingkat stres post test antara ketiga kelompok, yaitu kelompok terapi musik instrumental, kelompok PMR, dan kelompok kontrol.

2. Saran

a. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Respati Yogyakarta

Saran untuk bidang keperawatan yang mengelola pengembangan bidang keperawatan agar lebih memperhatikan stres yang dialami oleh mahasiswa terkait dengan penyusunan tugas akhir. Rekomendasi peneliti adalah dengan memperkuat peran pendamping melalui pembimbing skripsi agar menjalin komunikasi dua arah yang lebih efektif dengan mahasiswa bimbingan.

b. Bagi Profesi Keperawatan Jiwa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

evidence based dalam mengembangkan konsep

terapi musik instrumental dan PMR, dan diharapkan perawat dapat menerapkan serta mensosialisasikan terapi musik instrumental dan PMR dalam praktik mandiri keperawatan jiwa komunitas.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan topik yang terkait dengan pengaruh terapi

(14)

musik instrumental dan PMR terhadap tingkat stres, sebaiknya jumlah responden yang diteliti lebih banyak lagi agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk tingkat populasi yang lebih luas, perlunya pengendalian variabel perancu seperti tipe kepribadian responden dan penatalaksanaan stres nonfarmakologis, atau melakukan penelitian tentang kombinasi dari terapi musik instrumental dan PMR untuk menurunkan tingkat stres.

DAFTAR PUSTAKA

1. Slamet. (2003). “Banyak yang Melakukan Plagiat”. Suara Merdeka.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0301/15/k

ha2.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2013.

2. Riewanto, A. (2003). Skripsi Barometer

Intelektualitas Mahasiswa. Suara Merdeka

http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/05/k

ha3.htm . Diakses pada 21 Oktober 2013.

3. Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. (2001). Buku

Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Volume 1 (Edisi 8). Jakarta

: EGC.

4. Singh, Vijay P. (2009). Comparison of The

Effectiveness of Music and ProgressiveMuscle Relaxation for Anxiety in COPD.

http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/p dfviewer?sid=4f359b9e-fb57-448e-881b-00899a46825d%40sessionmgr14&vid=2&hi d=20 . Diakses tanggal 15 Oktober 2013. 5. Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress.

6. Richmond, R. L. (2007). A Guide to

Psychology and Its Practice.

http://guidetopsychology.com/Progressive

Muscle Relaxation.htm Diakses pada 21 Oktober

2013.

7. Tobing, Duma Lumban. (2012). Pengaruh

Progressive Muscle Relaxation dan Logoterapi terhadap perubahan Ansietas, Depresi, Kemampuan Relaksasi dan Kemampuan Memaknai Hidup Klien Kanker

si RS Kanker Dharmais Jakarta. Tesis.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

8. Setyoadi., & Kushariyadi. (2011). Terapi

Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.

9. Hastomi, I. & Sumaryati. (2012). Terapi

Musik. Yogyakarta : Javalitera.

10. Primadita, Adhe. (2011). Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik terhadap Stress dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa PSIK UNDIP Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/33143/2/ARTIKEL _efektifitas_intervensi_terapi_musik_klasik

_terhadap_stres_mahasiswa_skripsi.pdf .

Diakses tanggal 15 Oktober 2013

11. Mashudi. (2011). Pengaruh Progressive

Muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Raden Mattaher Jambi. Tesis.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

12. Purwati, Susi (2012). Tingkat Stres Akademik

Pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Gambar

Tabel 3.2.  Jadwal Pemberian Intervensi pada Kelompok A, B, dan C.
Tabel 4.5.  Tabulasi Silang Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap  Tingkat Stres Pre Test dan Post Test
Tabel 4.7.  Tabulasi Silang Tingkat Stres Pre Test dan Post Test Pada Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji analisis keragaman menunjukan bahwa penyusutan tangensial pada faktor arah radial menunjukan dari kondisi segar sampai kering udara jati

Dengan pemaparan hasil wawancara dan observasi yang didapatkan peneliti sebagaimana di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seorang yang pertama kali

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2016 di Daerah Intertidal Sekitar Laboratorium Lapangan UNSRAT Likupang penelitian ini bertujuan untuk

audience yang dituju. Selanjutnya konten yang sudah memiliki target tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk kreatif berupa konten, bisa berupa gambar maupun video

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Metode IPA menggunakan prosedur yang rinci dalam

Analisis data diperlukan untuk menganalisi dan mengindentifikasi data- data yang didapatkan dari studi lapangan maupun stuti pustaka. Data yang diperoleh akan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan pati jagung berpengaruh nyata terhadap tekstur, kadar air, kadar abu, total padatan terlarut, sedangkan

KK3 Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi (keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa atau keperawatan