• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging Serta Persentase Organ dalam Ayam Broiler yang Diberi Ransum Finisher dengan Penambahan Kepala Udang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging Serta Persentase Organ dalam Ayam Broiler yang Diberi Ransum Finisher dengan Penambahan Kepala Udang"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA

PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG

DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN

PENAMBAHAN KEPALA UDANG

SKRIPSI MUHAMMAD SYUKRON

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

MUHAMMAD SYUKRON (D24101049). 2006. Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging serta Persentase Organ Dalam Ayam Broiler yang Diberi Ransum Finisher dengan Penambahan Kepala Udang. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur. Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, MSc.

Daging ayam merupakan salah satu sumber pangan yang kaya akan protein. Kualitas daging ayam broiler yang dihasilkan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dari setiap peternakan. Salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas daging ayam broiler adalah kandungan lemak dan kolesterol dalam daging. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan kesehatan manusia. Kepala udang selain mengandung protein dan kalsium yang tinggi, juga merupakan salah satu bahan pakan sumber serat hewani (kitin) yang dapat ditambahkan ke dalam ransum untuk mengurangi kandungan lemak dan kolesterol daging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kepala udang terhadap kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi ransum

finisher.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai bulan Juli 2004 di Bagian Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan adalah 120 ekor ayam broiler strain

Hubbard. Ternak ini dipelihara selama enam minggu. Ransum dan air minum

diberikan ad libitum.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas empat perlakuan dengan tiga ulangan, tiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam. Kepala udang yang diberikan dalam ransum perlakuan yaitu : R1 (0%), R2 (3%), R3 (6%) dan R4 (9%). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam

(Analysis of variance/ANOVA), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak

berganda Duncan. Pakan yang diberikan pada periode umur 0-3 minggu adalah ransum kontrol (0% kepala udang), pakan yang mengandung kepala udang diberikan pada ayam mulai umur empat minggu. Peubah yang diamati adalah persentase berat karkas, persentase lemak karkas, kadar kolesterol karkas, persentase lemak abdomen, persentase berat rempela, persentase berat pankreas, panjang usus halus dan seka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap penurunan kolesterol karkas, berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap peningkatan panjang usus halus, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas, lemak karkas, lemak abdomen, berat pankreas dan rempela serta panjang seka. Pemberian kepala udang sebanyak 6% dalam ransum menunjukkan hasil yang terbaik.

(3)

ABSTRACT

The Effects of Shrimp Head Addition in the Finisher Diets on Fat, Total Cholesterol Content and Percentage of Viscera of Broiller Chickens.

M. Syukron, A. Sudarman and Sumiati

The quality of meat is important in livestock industry due to its correlation with consummer health. The problem of the broiler chickens is the excessive fat and cholesterol content in the carcass. This might be overcome by addition of fiber in their diet. The shrimp head is rich in protein, calcium carbonate and fiber (kitin). The experiment was aimed to investigate the effect of shrimp head addition in broiler diets on the reduction of fat and cholesterol content of broiler carcass and the percentage of viscera of broiler chickens. This research was conducted in Poultry Nutrition Laboratory using 120 Day Old Chicks (DOC) which randomly divided into four treatments and three replicates which in consisted of ten broilers for each replicate. The experimental diets contained shrimp head at levels of 0% (R1), 3% (R2), 6% (R3), and 9% (R4). This experiment used Completely Randomized Design. The data were analyzed using Analysis of Variances (ANOVA) and any significant differences were further tested using Duncan’s Multiple Range Test. The results showed that the treatment diets were significantly reduced the total meat cholesterol content (p<0.01) and small intestine length (p<0.05). The treatment diets did not affect the carcass fat, abdominal fat, carcass weight, gizzard and pancreas weight as well as the lenght of caecum. It was concluded that 6% shrimp head addition in the diets gave the best yield.

(4)

KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA

PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG

DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN

PENAMBAHAN KEPALA UDANG

MUHAMMAD SYUKRON

D24101049

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(5)

KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA

PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG

DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN

PENAMBAHAN KEPALA UDANG

Oleh

MUHAMMAD SYUKRON

D24101049

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 17 April 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur. Sc. Dr. Ir. Sumiati, MSc. NIP : 131 849 398 NIP : 131 624 182

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 April 1982. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak R. Djuhdi Sufyan

(Alm) dan Ibu R. Entih Sunarsih.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Cimahpar I Bogor,

kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah pertama di MTs Negeri Bogor

selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke

MA Negeri II Bogor dan selesai pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan

Seleksi Masuk IPB) pada bulan Juni tahun 2001 dan terdaftar sebagai mahasiswa

Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Selama

mengikuti perkuliahan, Penulis pernah aktif menjadi pengurus Forum Komunikasi

Rohis Tes Pembelajaran Bersama (FKR-TPB) 2001/2002, pengurus Forum Aktivitas

Muslim Fakultas Peternakan (FAM-AL’ANAM) 2002/2003 dan anggota Himpunan

(7)

KATA PENGANTAR

Dewasa ini usaha peternakan ayam pedaging berkembang pesat seiring

dengan meningkatnya jumlah penduduk. Para peternak berusaha untuk bersaing

dalam memasarkan produknya, baik ayam hidup, karkas maupun produk hasil

olahan. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan produk ternak yang berkualitas

baik dan aman untuk dikonsumsi. Kandungan lemak daging ayam broiler yang relatif

tinggi disinyalir dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia, seperti

obesitas dan aterosklerosis. Kandungan lemak yang tinggi menunjukkan kandungan

energi dalam ransum yang berlebih. Sebagian besar lemak terdapat di bawah kulit,

sekeliling alat pencernaan (lemak abdomen), ginjal, urat daging dan tulang.

Skripsi ini ditulis untuk dijadikan sebagai salah satu solusi untuk

memecahkan permasalahan di atas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah tingginya lemak karkas ayam adalah dengan cara penambahan

serat kasar yang tinggi dalam ransum. Penggunaan kepala udang (mengandung kitin)

dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan sumber serat yang dapat ditambahkan

dalam ransum ayam untuk menurunkan kandungan lemak dan kolesterol daging

ayam broiler. Selain mengandung kitin, kepala udang juga mengandung protein dan

kalsium yang tinggi.

Penulis sadar bahwa betapapun telah berusaha sekeras mungkin, namun isi

skripsi ini belum sepenuhnya sempurna. Besar harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama para peternak.

Bogor, April 2006

(8)
(9)

Peubah yang Diamati ... 14

Analisis Data ... 15

Prosedur ... 15

Persiapan Kandang dan Pemeliharaan ... 15

Analisa Lemak dan Kolesterol Karkas ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Karkas, Lemak Karkas, Kolesterol Karkas dan Lemak Abdominal ... 18

Berat Karkas ... 18

Lemak Karkas ... 19

Kolesterol Karkas ... 20

Lemak Abdominal ... 21

Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam ... 22

Rempela ... 22

Pankreas ... 23

Usus Halus ... 24

Seka ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

UCAPAN TERIMA KASIH ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 30

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Kimia dan Asam amino dari kepala udang ... 4

2. Susunan dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian ... 12

3. Komposisi Kimia Kepala Udang ... 13

4. Rataan Persentase Berat Karkas, Lemak Karkas (%), Kolesterol Karkas (mg%) dan Lemak Abdominal (%) Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 18

5. Rataan Persentase Berat Rempela (%), Berat Pankreas (%), Panjang Usus Halus (cm/100g), dan Panjang Seka (cm/100g) Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 22

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 31

2. Sidik Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 31

3. Hasil Transformasi Lemak Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 31

4. Sidik Ragam (Transformasi) Lemak Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 31

5. Hasil Transformasi Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 32

6. Sidik Ragam (Transformasi) Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 32

7. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 32

8. Hasil Transformasi Lemak Abdomen Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 33

9. Sidik Ragam (Transformasi) Lemak Abdomen Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 33

10. Hasil Transformasi Berat Rempela Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 33

11. Sidik Ragam (Transformasi) Berat Rempela Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 34

12. Hasil Transformasi Berat Pankreas Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 34

13. Sidik Ragam Berat Pankreas (Transformasi) Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 34

14. Hasil Transformasi Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 34

15. Sidik Ragam (Transformasi) Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 35

16. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu ... 35

17. Hasil Transformasi Panjang Seka Ayam Broiler Umur Enam Minggu 36

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kandungan lemak yang tinggi pada ayam broiler menunjukkan efisiensi atau

penggunaan ransum menurun. Hal itu terjadi karena kandungan energi dalam

ransum yang berlebih akan disimpan sebagai lemak. Sebagian besar lemak terdapat

di bawah kulit, di sekeliling alat pencernaan, ginjal, urat daging dan tulang. Lemak

abdomen yang terbentuk selama pemeliharaan akan dibuang pada saat pengolahan,

sehingga terjadi pemborosan energi dalam ransum. Kandungan energi tersebut

seharusnya dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas daging dan penampilan

ayam broiler. Disamping itu, kandungan lemak dalam daging ayam broiler yang

relatif tinggi dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia seperti obesitas

dan aterosklerosis.

Melihat fenomena masalah di atas, perlu dilakukan suatu upaya yang dapat

menurunkan kandungan lemak pada ayam broiler, salah satunya adalah dengan

penambahan serat kasar yang tinggi dalam ransum, tetapi penambahan serat kasar

yang tinggi ke dalam ransum juga dapat menurunkan pertumbuhan sebagai akibat

pakan yang dikonsumsi tersebut tidak lama berada di dalam saluran pencernaan

ayam. Penggunaan kepala udang sebagai sumber serat hewani dalam ransum

diharapkan dapat menurunkan kadar lemak dan menghasilkan suatu produk hewani

yang sehat dan sesuai dengan keinginan konsumen. Tepung kepala udang

mengandung protein 27,2%, kitin 57,4% dan kalsium karbonat 15,3% (Angka dan

Suhartono, 2000). Menurut Rismana (2003), limbah udang mampu menurunkan

kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau biasa disebut dengan kolesterol

jahat, sekaligus meningkatkan komposisi kadar kolesterol high density lipoprotein

(HDL) atau biasa disebut dengan kolesterol baik.

Limbah udang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

kosmetik dan sebagai sumber serat hewani (kitin). Limbah udang yang dihasilkan

dalam industri pengolahan udang dari mulai panen sampai dengan proses pengolahan

berjumlah cukup besar. Hal ini terlihat dari proporsi bagian tubuh udang yang

dibuang berkisar antara 40% - 80% tergantung dari cara pengolahan maupun bentuk

olahan (Ariani, 1990). Menurut Biro Pusat Statistik (2003) ekspor udang Indonesia

(14)

mencapai 106.374 ton, sedangkan pada tahun 2003 total ekspornya meningkat

menjadi 134.214,6 ton. Total limbah udang yang dihasilkan pada tahun 2003 dapat

mencapai 53.700 ton. Keuntungan dari limbah udang adalah ketersediaannya yang

berkesinambungan, harganya yang relatif murah dan mampu bersaing dengan pakan

konvensional lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu produk

hewani yang rendah lemak dan kolesterol sehingga aman untuk dikonsumsi.

Perumusan Masalah

Kandungan lemak dan kolesterol dalam daging ayam broiler yang relatif

tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi konsumen seperti obesitas dan

aterosklerosis. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan serat kasar dalam ransum,

salah satunya adalah dengan penambahan kepala udang yang memiliki kandungan

kitin (serat hewani) yang tinggi sehingga diharapkan dapat menurunkan lemak dan

kolesterol daging ayam broiler. Selain itu, besarnya proporsi limbah udang yang

dihasilkan industri pengolahan udang bila tidak dimanfaatkan dapat mengakibatkan

pencemaran lingkungan.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kepala

udang terhadap kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah Udang dan Kitin

Limbah Udang

Menurut Ariani (1990), limbah udang yang dihasilkan dalam industri

pengolahan udang dari mulai panen sampai dengan proses pengolahan berjumlah

cukup besar, yaitu berkisar antara 40% - 80% tergantung dari cara penyiangannya

maupun bentuk olahannya. Menurut Suptijah et al. (1992) limbah udang ini dapat

dikategorikan ke dalam beberapa macam sesuai dengan bentuk pengolahannya :

1) Limbah berupa kepala udang, biasanya merupakan hasil samping dari industri

pembekuan udang segar tanpa kepala.

2) Limbah berupa kepala kulit udang/tanpa kepala, juga merupakan hasil samping

dari industri udang beku yang berkualitas kedua atau industri pengalengan

udang.

3) Limbah campuran yaitu campuran antara kepala dan kulit yang biasanya

merupakan hasil samping dari industri pengalengan udang.

Limbah udang merupakan bahan yang cepat membusuk, proses degradasi

oleh bakteri pembusuk dan enzim berjalan dengan cepat yang menyebabkan

menurunnya komponen-komponen nutrisi yang terdapat dalam limbah tersebut. Oleh

karena itu, perlu dilakukan penangan limbah yang baik agar tidak cepat terdegradasi,

salah satunya dengan proses pengeringan dengan menggunakan oven atau sinar

matahari.

Kepala udang dapat dijadikan tepung bahan pakan ternak. keuntungan dari

tepung kepala udang adalah produk limbah perikanan yang memiliki ketersediaan

yang cukup berkesinambungan, harganya cukup stabil dan kandungan nutrisinya

mampu bersaing dengan bahan pakan konvensional. Kelemahan dari tepung kepala

udang terletak pada kandungan asam amino metionin dan lisin yang lebih rendah

dibandingkan dengan tepung ikan, serat kasar relatif tinggi dan banyak mengandung

kitin. Hal inilah yang menjadi faktor pembatas untuk tingkat penggunaan yang lebih

tinggi dalam pakan ayam broiler (Wanasuria, 1990). Komposisi kimia dan asam

(16)

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Asam amino dari kepala udang

Komponen utama limbah udang adalah protein, kitin dan kalsium karbonat

(Ariani, 1990). Menurut Angka dan Suhartono (2000) kitin merupakan suatu

senyawa golongan karbohidrat yang dapat dihasilkan dari hasil laut, khususnya

golongan udang, kepiting dan kerang yang merupakan bahan yang tidak larut dalam

air, asam, basa, alkohol atau pelarut organik lainnya. Polisakarida ini dapat larut

dalam HCl pekat, asam sulfat pekat, asam fosfat 78% - 79% atau asam format

anhidrat. Molekul kitin tersusun atas monomer 2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa

yang terangkai oleh ikatan glikosidik pada posisi β-1-4. Struktur kitin mirip selulosa

dengan perbedaan adanya pengikatan gugus asetamida pada atom karbon nomor 2

sebagai pengganti gugus hidroksil. Dalam proses pembuatannya, kitin didapat

dengan jalan isolasi atau ekstraksi bahan baku untuk memisahkan

komponen-komponen mineral, protein, lemak dan lain-lain sebagai komponen-komponen kotor, sehingga

proses-proses demineralisasi dan deproteinase sangat perlu dilakukan dalam proses

pemurnian kitin (Suptijah et al., 1992). Struktur molekul kitin dapat dilihat pada

(17)

5

Menurut Rismana (2003) seperti halnya kandungan serat yang terdapat pada

tanaman, serat kasar (kitin) dalam kepala udang tidak dapat dicerna sehingga tidak

mempunyai nilai kalori. Sifat ini sangat penting untuk produk-produk pelangsing

tubuh. Kitin memiliki kemampuan dalam mengikat lemak sehingga bila lemak terikat

oleh kitin akan menjadi senyawa yang tidak dapat diabsorbsi oleh tubuh. Selain dapat

mengikat lemak tubuh, kitin juga memiliki kemampuan dalam menurunkan

kandungan kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau biasa disebut dengan

kolesterol jahat, sekaligus dapat meningkatkan komposisi kolesterol high density

lipoprotein (HDL) atau biasa disebut dengan kolesterol baik.

Karkas Ayam Broiler

Karkas merupakan bagian tubuh tanpa bulu, darah, kaki, kepala, serta organ

dalam. Daging ayam yang dipasarkan dibagi dua yaitu karkas utuh dan potongan

karkas. Persentase berat karkas sering digunakan sebagai nilai konversi produk

daging ternak yang dihasilkan. Secara umum, bobot karkas akan meningkat seiring

dengan meningkatnya bobot tubuh ayam tersebut (Rose, 1997). Salah satu faktor

yang mempengaruhi persentase berat karkas ayam broiler adalah kualitas ransum.

Persentase kualitas berat karkas ayam broiler yang mendapat ransum dengan protein

23% akan lebih besar dibandingkan dengan ayam yang mendapatkan ransum dengan

protein yang lebih rendah dari 23% (Thamrin, 1984). Menurut Soeparno (1994)

faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh

yang meliputi distribusi berat, komposisi kimia dan komponen karkas. Selain itu, OH

(18)

nutrisi, umur, dan laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komposisi berat

karkas. Firmansyah (2002) melaporkan hasil penelitiannya bahwa berat karkas ayam

broiler strain Hubbard pada umur empat minggu adalah sebesar 58,74% - 60,02%.

Lemak dan Kolesterol

Lemak Karkas

Menurut Mc. Donald et al. (2002), lemak merupakan salah satu bagian

(substansi) yang dapat ditemukan baik di dalam jaringan tanaman maupun hewan.

Lemak memiliki sifat kimia yang tidak dapat larut dalam air (non polar), tetapi larut

dalam pelarut organik seperti benzen, eter dan kloroform. Lemak seperti halnya

karbohidrat mengandung karbon, hidrogen dan oksigen dengan rumus molekul

C12H22O11.

Klasifikasi lipid menurut Muchtadi et al. (1993) adalah sebagai berikut :

1) Lipid sederhana (lipid netral) yaitu ester asam lemak dengan alkohol yang terdiri

atas asam lemak dengan gliserol dan ester asam lemak dengan alkohol tanpa

gliserol;

2) Lipid majemuk merupakan senyawa yang mengandung gugus lain sebagai

tambahan terhadap ester asam lemak dengan alkohol. Komponen yang termasuk

dalam lipid ini seperti fosfolipid (fosfatida), serebrosida (glikolipid) dan

spingolipid;

3) Lipid turunan merupakan senyawa yang berasal dari lipid netral atau campuran

lipid dan memiliki sifat umum lipid. Termasuk dalam lipid ini adalah asam

lemak, alkohol dan hidrokarbon.

Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (1990) lemak dalam daging terdapat

dalam bentuk trigliserida. Trigliserida merupakan komponen utama asam lemak

dalam makanan yang dibentuk dari fraksi katalisis gliseroldengan tiga molekul asam

lemak. Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling efisien dalam menyimpan

kalor. Kelebihan energi terjadi jika melebihi energi yang dibutuhkan, kelebihan

energi dapat menyebabkan akumulasi lemak yang berlebihan sehingga disimpan

pada jaringan adiposa dalam bentuk cadangan lemak. Menurut Supadmo (1997)

(19)

7 serat. Pemberian serat yang baik menghasilkan lemak daging yang dapat ditekan

tanpa mempengaruhi pertambahan berat badan.

Lemak Abdomen

Lemak abdomen merupakan salah satu komponen lemak tubuh yang terletak

di sekitar rongga perut. Menurut Rose (1997) lemak tubuh akan meningkat seiring

dengan mendekatinya masa dewasa ukuran tubuh. Semakin dewasa, lemak di dalam

tubuh ayam akan semakin besar. Lemak abdomen dapat mencapai 2% dari bobot

tubuh. Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (1990) jaringan adiposa merupakan

jaringan yang berperan sebagai penyimpan lemak. Salah satu tempat penyimpanan

lemak yaitu di sekitar rongga perut (abdomen). Dalam industri ayam pedaging

penimbunan lemak pada daerah rongga perut biasanya akan dibuang. Kandungan

lemak abdomen dapat diturunkan dengan teknik manipulasi dalam ransum.

Syamsuhaidi (1997) melaporkan bahwa semakin tinggi penggunaan bahan pakan

berserat (duckweed) dalam ransum, maka kandungan lemak abdominal yang

dihasilkan cenderung semakin rendah.

Kolesterol

Menurut Anggorodi (1985) kolesterol merupakan komponen terbesar dari

senyawa yang banyak dijumpai pada keluarga besar steroid yaitu pada struktur organ

tubuh manusia dan hewan dengan berbagai fungsi biologis yang terkait. Kolesterol

banyak dijumpai dalam jaringan syaraf, otak dan darah serta tidak terdapat dalam

jaringan tanaman dan produk nabati. Menurut Piliang dan Djojosoebagjo (1990)

kolesterol tubuh berasal dari dua sumber yaitu dari makanan yang disebut kolesterol

eksogen dan yang diproduksi sendiri di dalam tubuh atau disebut kolesterol endogen.

Menurut Jabatan Dietetik dan Katering CGH (2005) kolesterol merupakan

bahan seperti lemak, berlilin yang ada dalam semua sel hewan termasuk juga sel

manusia. Kolesterol dibawa di dalam tubuh oleh lipoprotein. Kolesterol dibagi

menjadi dua, yaitu low density lipoprotein (LDL) atau disebut juga dengan

kolesterol jahat dan high density lipoprotein (HDL) atau biasa juga disebut kolesterol

baik. LDL dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan risiko serangan

penyakit jantung, sedangkan HDL dalam jumlah yang besar dapat mengurangi risiko

(20)

dan memperbaiki sel-sel yang rusak, menghasilkan asam empedu yang membantu

dalam penyerapan lemak dan untuk menghasilkan hormon, umumnya semua jaringan

terutama hati menghasilkan kolesterol. Menurut Supadmo (1997) cara yang dapat

ditempuh untuk menurunkan kandungan kolesterol pada daging ayam broiler adalah

melalui manipulasi ransum yang secara spesifik dengan pendekatan sistem

gastrointestinal yaitu berusaha agar kolesterol yang terdapat pada tubuh ayam dapat

dikeluarkan melalui ekskreta. Hal ini dapat ditempuh dengan panambahan pakan

serat dalam ransum ayam. Mekanisme aksi dari serat dalam saluran pencernaan ayam

adalah untuk mengikat sebagian besar garam empedu untuk dikeluarkan lewat

ekskreta.

Organ Dalam

Rempela

Rempela terletak setelah lambung kelenjar (proventrikulus). Di dalam

rempela berlangsung proses penggilingan bahan makanan secara mekanis. Bahan

makanan kasar atau bijian digiling oleh otot kuat berlapis epitel tanduk sehingga

sempurna halusnya. Ukuran rempela mudah berubah tergantung jenis makanan yang

biasa dimakan oleh unggas (Amrullah, 2003). Menurut Pond et al. (1995), fungsi

rempela pada unggas hampir sama dengan fungsi gigi pada spesies mamalia, bekerja

untuk memperkecil ukuran partikel makanan secara fisik. Pada rempela terjadi

sedikit pencernaan proteolitik dan aktivitas rempela tersebut memiliki sedikit

pengaruhnya jika makanan terlebih dahulu digiling. Menurut Putnam (1991)

persentase berat rempela untuk ayam broiler sebesar 1,60% - 2,30% dari berat

hidupnya.

Pankreas

Menurut Anggorodi (1985) secara anatomis pankreas terletak sejajar dengan

lekukan usus halus (duodenum). Pankreas memiliki peranan yang sangat penting

dalam sistem pencernaan unggas seperti halnya pada spesies-spesies lainnya.

Pankreas menghasilkan getah pankreas dalam jumlah yang banyak, di dalamnya

mengandung enzim-enzim amilolitik yang berfungsi dalam menghidrolisis pati,

lipolitik yang berfungsi menghidrolisis lemak dan proteolitik yang berfungsi

(21)

9 kurang optimal dalam mencerna serat kasar. Pankreas merupakan sebuah kelenjar

yang mensekresikan sari cairan makanan yang kemudian masuk ke dalam duodenum

melewati saluran pankreas dimana enzim-enzimnyanya membantu pencernaan pati,

lemak dan protein. Sari cairan ini menetralisir kondisi asam asal lambung kelenjar

(Amrullah, 2003).

Usus Halus

Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan pakan.

Selaput lendir usus halus mempunyai jaringan yang lembut dan menonjol seperti jari.

Fungsi usus halus selain sebagai penggerak aliran pakan dalam usus juga untuk

meningkatkan penyerapan zat makanan (Akoso, 1993). Usus halus terdiri atas tiga

bagian yang tidak dapat dipisahkan secara jelas yaitu duodenum, jejenum dan ileum.

Bagian yang membentuk huruf U adalah duodenum dengan kelenjar pankreas yang

terdapat di dalamnya (Amrullah, 2003). Moran (1985) menyatakan bahwa usus halus

menghasilkan enzim-enzim amilase, lipase dan protease yang berfungsi untuk

memecah zat-zat makanan yang kompleks menjadi lebih sederhana yang dapat

diserap oleh tubuh. Rose (1997) menyatakan bahwa ukuran usus halus pada unggas

pendek sedangkan pakan yang lewat akan cepat turun dari saluran pencernaan. Pada

usus halus terjadi gerakan peristaltik yang berperan untuk mencampur digesta

dengan cairan pankreas dan empedu. Syamsuhaidi (1997) melaporkan bahwa

semakin tinggi penambahan duckweed dapat menyebabkan ukuran usus semakin

panjang. Hal ini disebabkan oleh adanya kemampuan usus untuk meregang dan

mencerna ransum yang mengandung serat kasar tinggi dengan volume yang lebih

besar.

Seka

Seka atau biasa disebut usus buntu terletak diantara usus halus dan usus

besar. Panjang seka bisa mencapai 15 cm pada ayam dewasa yang kesehatannya

normal (Amrullah, 2003). Pond et al. (1995) menyatakan bahwa sebagian kecil serat

dapat dicerna di dalam seka yang disebabkan adanya bakteri fermentasi, tetapi

jumlahnya sangat rendah dibandingkan dengan sebagian spesies hewan mamalia.

Walaupun di dalam seka terjadi proses fermentasi oleh bakteri, namun fermentasi

(22)

untuk ayam (Rose, 1997). Syamsuhaidi (1997) melaporkan bahwa semakin tinggi

pemberian duckweed dalam ransum, cenderung mempunyai ukuran seka yang lebih

(23)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini bertempat di Bagian Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu

Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Mei sampai dengan Juli

2004.

Materi

Ternak

Penelitian ini menggunakan 120 ekor ayam umur sehari (day old

chicks/DOC) strain Hubbard yang dibagi dalam empat perlakuan dan tiga ulangan.

Setiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam yang dipelihara selama enam minggu.

Limbah Udang

Limbah kepala udang yang digunakan selama penelitian diperoleh dari UD.

Tigaputra Jl. PNTP Muara Angke Blok A No. 20 Jakarta Utara. Limbah udang dicuci

bersih kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering (sekitar enam

jam/hari selama tiga hari). Setelah itu limbah udang digiling sampai halus untuk

dicampur ke dalam pakan.

Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian adalah ransum finisher. Ransum

mengandung energi metabolis sebesar 3.200 kkal/kg dan protein kasar sebesar 20%

yang disusun berdasarkan National Research Council (1994). Ransum yang

digunakan dalam penelitian ini disusun dari bahan-bahan yang terdiri dari jagung

kuning, dedak padi, pollard, bungkil kedelai, tepung ikan, kepala udang, minyak,

premix dan CaCO3. Pakan yang mengandung kepala udang diberikan pada ayam

mulai umur empat minggu. Susunan dan kandungan zat makanan dalam ransum

penelitian disajikan pada Tabel 2. Komposisi kimia kepala udang disajikan pada

(24)

Tabel 2. Susunan dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian

(kkal/kg)1 3.202,25 3.210,8 3.218,02 3.231,2

Protein Kasar (%)2 20,44 25,46 25,94 24,23

Keterangan: 1) Hasil Perhitungan Berdasarkan National Research Council (1994) * Kontribusi Serat Kasar dari :

Kepala Udang : R1 (0,00%), R2 (21,15%), R3 (35,32%), R4(39,20%) Bahan Pakan Lain : R1 (100%), R2 (78,85%), R3 (64,68%), R4(60,80%)

(25)

13 Tabel 3. Komposisi Kimia Kepala Udang

Komponen Jumlah (%)

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB (2004)

Kandang dan Peralataan

Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem litter yang

beralaskan sekam padi dengan ukuran 1,0 x 1,0 x 1,0 m sebanyak 12 petak. Setiap

petak kandang dilengkapi dengan satu tempat pakan dan air minum serta lampu pijar

60 watt. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan untuk menimbang pakan

dan bobot badan serta ember untuk menampung dan membawa air .

Obat Anti Stress dan Vaksin

Obat anti stress yang digunakan adalah Vitastress yang diberikan pada saat

DOC datang, dua hari sebelum dan sesudah vaksinasi dan dua hari setelah pergantian

ransum. Pemberian anti stress dilakukan dengan cara dilarutkan dengan air minum.

Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin ND (New Castle Disease)

dan Gumboro. Vaksinasi ND dilakukan dua kali, yaitu pada waktu ayam berumur

tiga hari dengan menggunakan vaksin ND Strain Hitchner B1 melalui tetes mata dan

pada waktu ayam berumur tiga minggu dengan menggunakan vaksin ND La Sota

melalui suntikan. Vaksinasi Gumboro dilakukan pada umur 10 hari melalui air

(26)

Rancangan

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan empat macam ransum perlakuan dengan taraf

kepala udang berbeda :

R1 = ransum tanpa kepala udang ( kontrol )

R2 = ransum yang mengandung 3 % kepala udang

R3 = ransum yang mengandung 6 % kepala udang

R4 = ransum yang mengandung 9 % kepala udang

Model

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan empat taraf perlakuan dan tiga ulangan.

Setiap ulangan terdiri atas 10 ekor.

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Dimana,

Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ = rataan umum

4. Persentase lemak abdominal (%)

5. Persentase berat rempela (%)

6. Persentase berat pankreas (%)

7. Panjang usus halus (cm/100g)

8. Panjang seka (cm/100g)

Persentase berat karkas, lemak abdominal, rempela dan pankreas diperoleh

dengan cara membagi berat karkas, lemak abdominal, rempela dan pankreas tersebut

(27)

15 seka diperoleh dengan membandingkan panjang masing-masing usus halus dan seka

(cm) dibagi dengan berat hidup (g).

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam bentuk persen terletak antara 0% - 20%

sebelumnya ditransformasi ke arcsin√Y, dimana Y adalah nilai pengamatan

kemudian dianalisis dengan sidik ragam (analysis of variance/ANOVA) dan jika

berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan/Duncan Multiple Range

Test (Steel dan Torrie, 1993).

Prosedur

Persiapan Kandang dan Pemeliharaan

Tahap awal dari pelaksanaan penelitian adalah membersihkan kandang dan

alat-alat yang akan digunakan dengan desinfektan. Setelah itu, dilakukan pengapuran

pada seluruh dinding dan lantai kandang. Beberapa hari kemudian setelah kapur

mengering, dilakukan penyemprotan desinfektan ke seluruh ruangan kandang dan

dibiarkan selama dua minggu dengan tujuan untuk memutuskan siklus

mikroorganisme di dalam kandang. Tahap akhir adalah pemberian sekam di atas

lantai kandang.

Sebelum ayam datang, air minum yang telah dicampur dengan gula dan obat

anti stres berupa Vitastress disiapkan. Setelah ayam datang, dilakukan penimbangan,

pengacakan dan pemberian nomor sayap lalu dimasukkan dalam kandang. Minggu

pertama dan kedua kertas koran diletakkan di atas sekam. Pakan dan air minum

diberikan ad libitum. Selama dua minggu, tempat makan dan tempat air minum

diletakkan di atas sekam yang sebelumnya telah dialasi koran. Setelah itu, tempat

pakan dan air minum digantung sejajar dengan punggung ayam supaya pakan dan air

minum tidak mudah kotor oleh ekskreta maupun sekam. Pemanas yang digunakan

adalah bola lampu berkekuatan 60 watt. Lampu dinyalakan siang dan malam sampai

ayam berumur dua minggu dan selanjutnya hanya dinyalakan pada malam hari atau

jika kondisi kandang terlalu dingin. Sekeliling kandang dilapisi dengan plastik

pelindung untuk mengurangi pengaruh udara luar. Ransum yang diberikan pada

(28)

Selanjutnya ransum yang mengandung kepala udang diberikan pada ayam mulai

masuk umur empat sampai dengan enam minggu.

Analisa Lemak dan Kolesterol Karkas

1. Lemak Karkas (%)

Lemak karkas dianalisis dari daging paha bagian kanan (komposit dari dua ekor

ayam). Penentuan kadar lemak daging dilakukan berdasarkan metode ekstraksi

sochlet (Association of Official Analytical Chemist, 1984), yaitu sampel kurang

lebih sebanyak dua gram (c gram) dibungkus dengan kertas saring bebas

minyak lalu dimasukkan ke dalam sochlet dan diekstraksi dengan pelarut

organik (petroleum eter) pada suhu 60 0C selama 25 menit. Proses ekstraksi

dilakukan sampai alat berbunyi dan bila cairan dilihat sudah jernih maka

ekstraksi diakhiri. Setelah ekstraksi selesai, kemudian pelarutnya disuling

kembali dan labu lemak yang sebelumnya telah ditimbang bobot awalnya (a

gram) diangkat kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C sampai

berat tetap kemudian ditimbang (b gram).

Kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(b-a)

Kadar lemak (%) = x 100 % c

3. Kolesterol Karkas (mg%)

Kolesterol karkas diukur dari daging paha bagian kanan (komposit dari dua ekor

ayam). Penentuan kadar kolesterol karkas dilakukan berdasarkan metode

Lieberman Burchard (Kleiner dan Dotti, 1962), yaitu sampel (sekitar satu gram)

diekstraksi dengan pelarut organik (eter alkohol) lalu disentrifius dengan

kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit sehingga diperoleh supernatan.

Supernatan dipanaskan dalam beakker glass 50 ml pada suhu 100 0C sampai

kering dan larutan pengekstraksi habis. Residu diekstraksi ke dalam tabung

berskala dengan ditambahkan kloroform hingga tepat mencapai lima ml.

Sebanyak lima ml standar kolesterol dan lima ml kloroform (untuk blanko)

dimasukkan ke dalam dua tabung gelas lain. Standar kolesterol yang digunakan

adalah 4 mg/5ml. Sebanyak masing-masing dua ml asam asetat anhidrat dan 0,2

(29)

17 didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Kadar

kolesterol dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Absorban sampel Konsentrasi standar

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Karkas, Lemak Karkas, Kolesterol Karkas dan Lemak Abdominal

Rataan berat karkas, lemak karkas, kolesterol karkas dan lemak abdominal

ayam broiler penelitian pada umur enam minggu disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Persentase Berat Karkas, Lemak Karkas (%), Kolesterol Karkas (mg%) dan Lemak Abdominal (%) Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Peubah Pemberian Kepala Udang

0% (R1) 3% (R2) 6% (R3) 9% (R4)

Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01).

Berat Karkas

Persentase berat karkas digunakan untuk menilai produksi ternak daging.

Karkas merupakan bagian tubuh ternak tanpa kepala, leher, kaki, bulu dan organ

dalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas antar lain bobot

hidup, perlemakan, jenis kelamin, umur, aktivitas, jumlah dan kualitas ransum.

Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa pemberian kepala udang dalam

ransum tidak berpengaruh terhadap persentase berat karkas. Rataan persentase berat

karkas ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh pada penelitian ini berkisar

antara 56,64% - 60,02% dari bobot hidup. Persentase berat karkas yang dihasilkan

seiring dengan kandungan lemak ransum yang dikonsumsi. Jika kandungan lemak

dalam ransum yang dikonsumsi tinggi, maka persentase berat karkas yang dihasilkan

(31)

19 ayam mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,39% (R1)

cenderung memiliki persentase berat karkas yang lebih besar dibandingkan dengan

ayam yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,17% (R2).

Persentase berat karkas yang dihasilkan cenderung mengalami peningkatan ketika

ayam mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak sebesar 10,89% (R3) dan

persentase berat karkas cenderung kembali turun ketika mengkonsumsi ransum

dengan kandungan lemak sebesar 9,89% (R4).

Salah satu faktor yang mempengaruhi persentase berat karkas adalah

komposisi lemak tubuh (perlemakan). Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh

Ensminger (1992) komposisi tubuh (karkas) akan meningkat seiring meningkatnya

kandungan lemak di dalam ransumnya. Ayam yang mengkonsumsi ransum dengan

kandungan lemak yang lebih tinggi akan menghasilkan lemak tubuh yang tinggi

pula, sehingga komposisi berat karkas yang dihasilkan menjadi semakin besar. Rose

(1997) menyatakan bahwa jaringan adiposa yang berperan dalam menyimpan lemak

tubuh mempengaruhi besarnya persentase berat karkas yang dihasilkan.

Lemak Karkas

Rataan persentase lemak karkas ayam broiler umur enam minggu yang

diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 5,79% - 8,44%. Berdasarkan hasil sidik

ragam menunjukkan bahwa pemberian kepala udang dalam ransum tidak

berpengaruh terhadap kandungan lemak karkas. Hasil penelitian yang sama dengan

menggunakan itik (Anwar, 2004) menunjukkan bahwa pemberian tepung kepala

udang windu dengan taraf yang berbeda yaitu 0%, 3%, 6% dan 9% tidak

memberikan pengaruh terhadap kandungan lemak telur itik Mojosari.

Persentase lemak karkas yang dihasilkan seiring dengan kandungan lemak

ransum yang dikonsumsi. Jika kandungan lemak dalam ransum yang dikonsumsi

tinggi, maka persentase lemak karkas yang dihasilkan cenderung mengalami

peningkatan dan sebaliknya. Terlihat pada tabel 4, ketika ayam mengkonsumsi

ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,39% (R1) cenderung memiliki persentase

lemak karkas yang lebih besar dibandingkan dengan ayam yang mengkonsumsi

ransum dengan kandungan lemak sebesar 9,17% (R2). Persentase lemak karkas yang

dihasilkan cenderung mengalami peningkatan ketika ayam mengkonsumsi ransum

(32)

cenderung kembali turun ketika mengkonsumsi ransum dengan kandungan lemak

sebesar 9,89% (R4).

Persentase lemak karkas yang dihasilkan selama enam minggu penelitian

dipengaruhi oleh konsumsi lemak ransum. jika kandungan lemak dalam ransum

ditingkatkan, maka sebagian besar lemak yang tidak digunakan dalam proses

metabolisme tubuh akan disimpan dalam jaringan adiposa. Menurut Ensminger

(1992) secara umum meningkatnya kandungan lemak dalam ransum akan

meningkatkan kandungan lemak karkas. Jika semakin tinggi kandungan lemak

ransum yang dikonsumsi, maka persentase lemak karkas yang dihasilkan akan

semakin meningkat.

Kolesterol Karkas

Rataan kandungan kolesterol karkas ayam broiler umur enam minggu yang

diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 0,91mg% - 1,07 mg%. Berdasarkan uji

statistik, pemberian kepala udang dalam ransum berpengaruh sangat nyata (p<0,01)

dalam menurunkan kolesterol karkas. Semakin tinggi penggunaan kepala udang

dalam ransum semakin rendah kadar kolesterol karkas yang dihasilkan. Kadar

kolesterol karkas terendah dihasilkan pada taraf pemberian 9% kepala udang (R4)

yaitu sebesar 0,91 mg%, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian kepala udang

sebesar 6% (0,94 mg%). Sedangkan kandungan kolesterol karkas tertinggi dihasilkan

pada ransum kontrol (R1) yaitu sebesar 1,07 mg%, tetapi tidak berbeda nyata dengan

pemberian kepala udang sebesar 3% (1,05 mg%). Hal ini disebabkan oleh kitin yang

terkandung dalam kepala udang yang memiliki kemampuan dalam menekan sintesis

kolesterol. Supadmo (1997) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan

dalam menurunkan kandungan kolesterol pada daging ayam broiler adalah melalui

pendekatan sistem gastrointestinal, yaitu berusaha agar kolesterol pada tubuh ayam

dapat dikeluarkan melalui ekskreta. Hal ini dapat ditempuh melalui pakan serat pada

ransum ayam, yaitu dengan penambahan kitin sebagai sumber serat hewani.

Kolesterol memiliki fungsi menghasilkan asam empedu yang membantu

dalam penyerapan lemak dan untuk menghasilkan hormon. Produk terakhir dari

metabolisme kolesterol adalah asam empedu yang disimpan dalam kantong empedu

(33)

21 sebagian besar garam empedu untuk dikeluarkan lewat ekskreta. Agar proses

pencernaan lemak terus berlangsung, maka garam empedu harus selalu tersedia.

Apabila dalam pakan banyak mengandung serat, maka serat ini akan berusaha

mengikat asam empedu karena serat memiliki daya ikat yang kuat terhadap asam

empedu. Karena sebagian besar garam empedu dikeluarkan lewat ekskreta, maka

tubuh perlu mensintesis garam empedu yang berasal dari kolesterol tubuh.

Peningkatan sekresi garam empedu menyebabkan semakin banyak pula ekskresi

kolesterol melalui feses sehingga kolesterol dalam tubuh secara keseluruhan dapat

berkurang.

Lemak Abdominal

Rataaan persentase berat lemak abdominal yang diperoleh selama enam

minggu penelitian adalah berkisar antara 1,44% – 2,26% dari bobot hidup.

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kepala udang dalam

ransum tidak berpengaruh terhadap persentase berat lemak abdominal. Hasil

persentase berat lemak abdominal yang diperoleh lebih rendah sebagaimana yang

dilaporkan Amrullah (2003), persentase lemak abdominal yang dihasilkan selama

enam minggu dapat mencapai 3,3% - 3,4% dari bobot hidup.

Persentase berat lemak abdominal yang dihasilkan selam enam minggu

penelitian seiring dengan nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi. Persentase

berat lemak abdominal dengan nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi

tinggi menghasilkan persentase berat lemak abdominal yang cenderung tinggi pula

dan sebaliknya. Pada tabel 4, terlihat ayam yang mengkonsumsi ransum dengan

nisbah energi : protein tinggi (R1) cenderung menghasilkan persentase berat lemak

abdominal yang lebih besar dibandingkan dengan ayam yang mengkonsumsi ransum

dengan nisbah energi : protein yang lebih rendah (R2 dan R3). Persentase berat

lemak abdominal yang dihasilkan cenderung kembali mengalami peningkatan ketika

nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi meningkat (R4).

Persentase berat lemak abdominal yang dihasilkan selama penelitian

dipengaruhi oleh nisbah energi : protein. Jika nisbah energi : protein ransum yang

dikonsumsi tinggi, maka persentase berat lemak abdominal yang dihasilkan

cenderung semakin meningkat. Menurut Leeson and Summers (2000) secara umum

(34)

lemak karkas yang lebih tinggi dan sebaliknya. Untuk mendapatkan ayam dengan

proporsi persentase lemak abdomen yang rendah dan bobot tubuh yang ideal, maka

nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi harus dalam keadaan seimbang.

Menurut Amrullah (2003) jika nisbah energi : protein ransum yang dikonsumsi tidak

dalam keadaan seimbang dapat terjadi proporsi lemak tubuh lebih banyak tetapi

bobot tubuh ayamnya kurang dari normal. National Research Council (1994)

merekomendasikan untuk ayam berumur 0 – 3 minggu energi metabolis dan protein

kasar yang diberikan sebesar 3.200 kkal/kg dan 23%, umur 3 – 6 minggu energi

metabolis dan protein kasar yang diberikan sebesar 3.200 kkal/kg dan 20%, umur 6 –

8 minggu energi metabolis dan protein kasar yang diberikan sebesar 3.200 kkal/kg

dan 18%.

Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam

Rataan persentase organ dalam ayam broiler penelitian pada umur enam

minggu disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Persentase Berat Rempela (%), Berat Pankreas (%), Panjang Usus Halus (cm/100g), dan Panjang Seka (cm/100g) Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Peubah Pemberian Kepala Udang

0% (R1) 3% (R2) 6% (R3) 9% (R4)

Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0,05).

Rempela

Rataan persentase berat rempela ayam broiler umur enam minggu yang

diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 1,99% – 2,52% dari bobot hidup.

(35)

23 dengan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 1,99% dari bobot hidup. Berdasarkan hasil

sidik ragam, terlihat bahwa pemberian kepala udang dalam ransum tidak

berpengaruh terhadap persentase berat rempela, namun jika dilihat pada Tabel 5

cenderung terjadi peningkatan persentase berat rempela ayam yang diberi perlakuan

(R2, R3 dan R4) dibandingkan tanpa perlakuan (R1).

Persentase berat rempela yang diperoleh selama enam minggu penelitian

tidak jauh berbeda sebagaimana dilaporkan Putnam (1991) yaitu sebesar 1,60% –

2,30% dari berat hidup. Persentase berat rempela yang semakin meningkat diduga

disebabkan karena peningkatan penggunaan kepala udang dalam ransum (pakan

berserat). Rempela akan mulai bekerja ketika makanan sudah masuk ke dalam

rempela, biasanya di dalam rempela terdapat grit yang memiliki fungsi untuk

membantu memperkecil ukuran partikel makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi

kepala udang yang diberikan, persentase berat rempela yang dihasilkan cenderung

semakin meningkat. Kepala udang merupakan salah satu bahan pakan yang memiliki

kandungan serat kasar yang cukup tinggi yaitu sekitar 21,43% (Pusat Antar

Universitas, 2004). Peningkatan kepala udang sebagai pakan berserat dalam ransum

menyebabkan beban rempela menjadi lebih besar untuk memperkecil ukuran partikel

ransum secara fisik. Otot dari rempela pada saat bekerja akan semakin meningkat

aktivitasnya, akibatnya akan terjadi penebalan urat daging rempela sehingga ukuran

berat dari rempela menjadi meningkat.

Pankreas

Rataan persentase berat pankreas ayam broiler umur enam minggu yang

diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0,32% - 0,40 % dari bobot hidup.

Berdasarkan analisis ragam menunjukan bahwa pemberian kepala udang dalam

ransum tidak berpengaruh terhadap persentase berat pankreas. Penggunaan sampai

dengan taraf 9% (R4) pemberian kepala udang dalam ransum tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol (R1). Walaupun secara statistik

tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata, tetapi pada Tabel 5 terdapat

kecenderungan peningkatan persentase berat pankreas seiring dengan peningkatan

pemberian kepala udang dalam ransum. Persentase berat pankreas yang dihasilkan

dengan pemberian kepala udang sebesar 9% (R4) cenderung memiliki persentase

(36)

ini diduga disebabkan adanya serat kasar yang tinggi dalam ransum. Serat kasar

merupakan komponen dari tanaman yang sulit dicerna oleh saluran pencernaan

(Linder, 1992).

Usus Halus

Rataan panjang usus halus ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh

pada penelitian ini berkisar antara 14,07cm/100g- 20,10cm/100g. Berdasarkan sidik

ragam menunjukan bahwa pemberian kepala udang dalam ransum berpengaruh nyata

(p<0,05) terhadap peningkatan panjang usus halus.

Penggunaan 3% (R2) dan 9% (R4) kepala udang dalam ransum menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol (R1). Penggunaan 9%

(R4) kepala udang dalam ransum menghasilkan panjang usus halus paling tinggi

yaitu sebesar 20,10 cm/100g, sedangkan panjang usus terendah diperoleh pada

penggunaan 0% (R1) kepala udang yaitu sebesar 14,07 cm/100g. Peningkatan

panjang usus halus lainnya untuk R2 dan R3 berturut-turut adalah sebesar 18,16

cm/100g dan 17,31 cm/100g.

Peningkatan panjang usus halus diduga disebabkan adanya kandungan serat

kasar yang tinggi dalam ransum. Serat kasar merupakan karbohidrat yang tidak larut

dan sangat sulit dicerna oleh saluran pencernaan ternak unggas karena unggas tidak

memiliki enzim selulolitik (Anggorodi, 1995). Hal ini sesuai yang dilaporkan oleh

Syamsuhaidi (1997), semakin tinggi penambahan duckweed yang merupakan salah

satu bahan pakan berserat dapat menyebabkan ukuran usus semakin panjang.

Aktifitas usus halus pada saat mencerna dan menyerap zat makanan yang masuk

menjadi semakin meningkat. Agar intensitas zat makanan yang dibutuhkan oleh

tubuh dapat diserap secara maksimum, maka usus halus memperluas ukurannya

karena usus halus memiliki kemampuan meregang dan mencerna ransum yang

mengandung serat kasar tinggi dengan volume yang lebih besar.

Seka

Rataan panjang seka ayam broiler umur enam minggu yang diperoleh pada

penelitian ini berkisar antara 2,54 cm/100g - 3,20 cm/100g. Berdasarkan analisis

ragam menunjukan bahwa pemberian kepala udang sampai taraf 9% (R4) dalam

(37)

25 menunjukkan perbedaaan yang nyata, tetapi pada Tabel 5 terlihat bahwa panjang

seka cenderung meningkat seiring dengan peningkatan pemberian kepala udang

dalam ransum. Panjang seka ayam yang dihasilkan dengan pemberian ransum tanpa

kepala udang (R1) memiliki nilai yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan

perlakuan lainnya, yaitu sebesar 2,54 cm/100g.

Panjang seka yang cenderung meningkat diduga disebabkan adanya

kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum. Pond et al. (1995) menyatakan

bahwa sebagian kecil serat dapat dicerna di dalam seka yang disebabkan adanya

bakteri fermentasi, tetapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan dengan sebagian

spesies hewan mamalia. Hal ini sesuai yang dilaporkan oleh Syamsuhaidi (1997),

semakin tinggi penambahan duckweed (bahan pakan berserat) dalam ransum

cenderung mempunyai ukuran seka yang lebih panjang. Dengan meningkatnya

kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum, maka aktivitas kerja dari seka

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian kepala udang dalam ransum dapat menurunkan kandungan

kolesterol dan meningkatkan panjang usus halus. Taraf terbaik pemberian kepala

udang dalam ransum ayam broiler adalah sebanyak 6% (R3).

Saran

Penelitian lebih lanjut dengan protein kasar sebesar 23% pada periode starter

perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah pemberian kepala udang yang tepat guna

(39)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

dengan rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Shalawat serta salam Penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

memberi tuntunan yang benar.

Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1) Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc. dan Dr. Ir. Sumiati, MSc. sebagai pembimbing

untuk semua bimbingan, pengarahan dan saran-saran yang sangat berharga

selama Penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2) Ir. Sudarsono Jayadi M.Agr. Sc. sebagai Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan arahannya selama penulis melaksanakan kuliah.

3) Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, MS. dan Ir. Rini Herlina Mulyono, Msi. yang telah

menguji dan memberikan sumbangsih pemikiran dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih dan rasa hormat penulis persembahkan kepada Bapak R. Djuhdi

Sufyan (Alm), Ibu R. Entih Sunarsih dan adik yang telah memberikan curahan hati,

nasihat, motivasi dan yang terpenting doa kepada Penulis sehingga Penulis dapat

tabah dan tegar dalam menghadapi segala hambatan selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga Penulis ucapkan kepada teman sepenelitian Ozy, Fifi dan

Sara atas kebersamaan dan kesabaran selama menjalani penelitian. Terima kasih juga

kepada Lia atas dukungan dan nasihatnya, Pram, Marlin dan teman-teman Nutrisi

Angkatan 38 yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatunya serta kepada semua

pihak yang telah membantu selama penelitian baik langsung maupun tidak langsung.

Bogor, April 2006

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.

Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Angka, S. L. dan M. T. Suhartono. 2000. Pemanfaatan Limbah Hasil Laut. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anwar, S. 2004. Pengaruh pemberian tepung kepala udang windu dalam pakan terhadap kandungan protein dan lemak telur itik Mojosari. Disertasi. http//digilb.umm.ac.id/go.php?.id=jiptumpp-gdl-s1-2004-Syaifulanw-500 (Udang Malang). [01 Juli 2004].

Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of Analysis. 14th Ed. Association of Official Analytical Chemist, Washington D. C.

Ariani, F. 1990. Pemanfaatan limbah udang sebagai komponen pakan udang. Prosiding Temu Karya Ilmiah Menuju Program Swasembada Pakan Ikan Budidaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2003. Perdagangan Luar Negeri. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science. 4th Ed. Interstate Publisher Inc., Danville.

Firmansyah, I. 2002. Uji Persentase berat bursa fabricius, karkas dan organ dalam ayam broiler dengan penambahan zat pewarna dalam ransumnya. Skripsi. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jabatan Dietetik dan Katering CGH. 2005. Kolesterol. http://www.cgh.com.sg/health_public/pamphlet/Malay/LoweringCholesterol/ LC_content1.htm. [19 Agustus 2005].

Kleiner, I. S. dan L. B. Dotti. 1962. Laboratory Instruction in Biochemistry. 6th Ed. The C. V. Mosby Company, New York.

Leeson, S. and J. D. Summers. 2000. Feeding system for poultry. In: Theodorou, M. K. and J. France (Eds.). Feeding System and Feed Evaluation Models. CAB International, Wallingford.

Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis. Terjemahan: A. Parakkasi. UI-Prerss, Jakarta.

Mc Donald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Pearson Education, Harlow.

(41)

29 Muchtadi, D., N. S. Palupi dan M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi Sumber,

Fungsi dan Kebutuhan dari Tubuh Manusia. Jilid II. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Revised Ed. National Academy Press, Washington DC.

Piliang, W. G. dan S. Djojosoebagjo. 1990. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Ed. John Willey and Sons, New York.

Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. Academy Press, San Diego.

Rismana, E. 2003. Serat Kitosan Mengikat Lemak. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Farmasi dan Medika. Balai Pusat Penelitian Terpadu, Jakarta.

Rose, S. 1997. Principles of Poultry Science. CAB International, Biddles Ltd., Guidford.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Jogyakarta.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supadmo. 1997. Pengaruh sumber kitin dan prekursor karnitin serta minyak ikan lemuru terhadap kadar lemak dan kolesterol serta asam lemak omega-3 ayam broiler. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suptijah, P., E. Salamah, H. Sumaryanto, S. Purwaningsih dan Joko Santoso. 1992. Pengaruh berbagai metode isolasi kitin limbah udang terhadap mutunya. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan duckweed (famili Lemnaceae) sebagai pakan serat sumber protein dalam ransum pedaging. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Thamrin, A. 1984. Pengaruh Ransum dan galur ayam terhadap pembentukkan lemak tubuh. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wanasuria, S. 1990. Tepung kepala udang dalam pakan broiler. Poultry Indonesia. No. 122/Th. XI: 19-21.

(42)
(43)

31 Lampiran 1. Analisis Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam

Minggu Jumlah 180,06 172,39 176,96 169,93 699,33 Rataan 60,02 57,46 58,99 56,64

Lampiran 2. Sidik Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Sumber

Keragaman Db JK KT F hitung F 0,05 F 0,01 Perlakuan 3 20,63 6,87 2,56 4,07 7,59 Error 8 21,50 2,69

Total 11 42,12

Lampiran 3. Hasil Transformasi Lemak Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu Jumlah 49,81 41,05 48,70 40,19 179,75

Rataan 16,60 13,68 16,23 13,40

(44)

Lampiran 5. Hasil Transformasi Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur

Lampiran 6. Sidik Ragam (Transformasi) Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Lampiran 7. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Penentuan JNT (Jarak Nyata Terkecil) dan JNS (Jarak Nyata Student)

(45)

33

Lampiran 8. Hasil Transformasi Lemak abdominal Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Lampiran 9. Sidik Ragam (Transformasi) Lemak Abdominal Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Lampiran 10. Hasil Transformasi Berat Rempela Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Jumlah 24,23 24,41 27,26 25,84 101,75

(46)

Lampiran 11. Sidik Ragam (Transformasi) Berat Rempela Ayam Broiler

Lampiran 12. Hasil Transformasi Berat Pankreas Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Lampiran 13. Sidik Ragam (Transformasi) Berat Pankreas Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Lampiran 14. Hasil Transformasi Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Ulangan Pemberian Kepala Udang

Total

0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4)

1 21,66 22,37 25,32 24,79 2 21,34 25,38 23,86 24,53 3 21,58 25,57 22,79 27,88

(47)

35 Lampiran 15. Sidik Ragam (Transformasi) Panjang Usus Halus Ayam

Broiler Umur Enam Minggu

Lampiran 16. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Kepala Udang terhadap Panjang Usus Halus Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Penentuan JNT (Jarak Nyata Terkecil) dan JNS (Jarak Nyata Student)

(48)

Lampiran 17. Hasil Transformasi Panjang Seka Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Ulangan

Pemberian Kepala Udang

Total 0 % (R1) 3 % (R2) 6 % (R3) 9 % (R4)

1 8,62 8,58 10,33 9,19 2 9,19 10,46 9,04 10,24

3 9,56 9,91 9,34 11,23

Jumlah 27,37 28,96 28,70 30,66 115,68 Rataan 9,12 9,65 9,57 10,22

Lampiran 18. Sidik Ragam (Transformasi) Panjang Seka Ayam Broiler Umur Enam Minggu

Sumber

Keragaman Db JK KT F hitung F 0,05 F 0,01 Perlakuan 3 1,83 0,61 0,92 4,07 7,59 Error 8 5,28 0,66

(49)

KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA

PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG

DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN

PENAMBAHAN KEPALA UDANG

SKRIPSI MUHAMMAD SYUKRON

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(50)

RINGKASAN

MUHAMMAD SYUKRON (D24101049). 2006. Kandungan Lemak dan Kolesterol Daging serta Persentase Organ Dalam Ayam Broiler yang Diberi Ransum Finisher dengan Penambahan Kepala Udang. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur. Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, MSc.

Daging ayam merupakan salah satu sumber pangan yang kaya akan protein. Kualitas daging ayam broiler yang dihasilkan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dari setiap peternakan. Salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas daging ayam broiler adalah kandungan lemak dan kolesterol dalam daging. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan kesehatan manusia. Kepala udang selain mengandung protein dan kalsium yang tinggi, juga merupakan salah satu bahan pakan sumber serat hewani (kitin) yang dapat ditambahkan ke dalam ransum untuk mengurangi kandungan lemak dan kolesterol daging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kepala udang terhadap kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi ransum

finisher.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai bulan Juli 2004 di Bagian Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan adalah 120 ekor ayam broiler strain

Hubbard. Ternak ini dipelihara selama enam minggu. Ransum dan air minum

diberikan ad libitum.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas empat perlakuan dengan tiga ulangan, tiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam. Kepala udang yang diberikan dalam ransum perlakuan yaitu : R1 (0%), R2 (3%), R3 (6%) dan R4 (9%). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam

(Analysis of variance/ANOVA), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak

berganda Duncan. Pakan yang diberikan pada periode umur 0-3 minggu adalah ransum kontrol (0% kepala udang), pakan yang mengandung kepala udang diberikan pada ayam mulai umur empat minggu. Peubah yang diamati adalah persentase berat karkas, persentase lemak karkas, kadar kolesterol karkas, persentase lemak abdomen, persentase berat rempela, persentase berat pankreas, panjang usus halus dan seka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap penurunan kolesterol karkas, berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap peningkatan panjang usus halus, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas, lemak karkas, lemak abdomen, berat pankreas dan rempela serta panjang seka. Pemberian kepala udang sebanyak 6% dalam ransum menunjukkan hasil yang terbaik.

(51)

ABSTRACT

The Effects of Shrimp Head Addition in the Finisher Diets on Fat, Total Cholesterol Content and Percentage of Viscera of Broiller Chickens.

M. Syukron, A. Sudarman and Sumiati

The quality of meat is important in livestock industry due to its correlation with consummer health. The problem of the broiler chickens is the excessive fat and cholesterol content in the carcass. This might be overcome by addition of fiber in their diet. The shrimp head is rich in protein, calcium carbonate and fiber (kitin). The experiment was aimed to investigate the effect of shrimp head addition in broiler diets on the reduction of fat and cholesterol content of broiler carcass and the percentage of viscera of broiler chickens. This research was conducted in Poultry Nutrition Laboratory using 120 Day Old Chicks (DOC) which randomly divided into four treatments and three replicates which in consisted of ten broilers for each replicate. The experimental diets contained shrimp head at levels of 0% (R1), 3% (R2), 6% (R3), and 9% (R4). This experiment used Completely Randomized Design. The data were analyzed using Analysis of Variances (ANOVA) and any significant differences were further tested using Duncan’s Multiple Range Test. The results showed that the treatment diets were significantly reduced the total meat cholesterol content (p<0.01) and small intestine length (p<0.05). The treatment diets did not affect the carcass fat, abdominal fat, carcass weight, gizzard and pancreas weight as well as the lenght of caecum. It was concluded that 6% shrimp head addition in the diets gave the best yield.

(52)

KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA

PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG

DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN

PENAMBAHAN KEPALA UDANG

MUHAMMAD SYUKRON

D24101049

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(53)

KANDUNGAN LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING SERTA

PERSENTASE ORGAN DALAM AYAM BROILER YANG

DIBERI RANSUM FINISHER DENGAN

PENAMBAHAN KEPALA UDANG

Oleh

MUHAMMAD SYUKRON

D24101049

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 17 April 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Asep Sudarman, M. Rur. Sc. Dr. Ir. Sumiati, MSc. NIP : 131 849 398 NIP : 131 624 182

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(54)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 April 1982. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak R. Djuhdi Sufyan

(Alm) dan Ibu R. Entih Sunarsih.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Cimahpar I Bogor,

kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah pertama di MTs Negeri Bogor

selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke

MA Negeri II Bogor dan selesai pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan

Seleksi Masuk IPB) pada bulan Juni tahun 2001 dan terdaftar sebagai mahasiswa

Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Selama

mengikuti perkuliahan, Penulis pernah aktif menjadi pengurus Forum Komunikasi

Rohis Tes Pembelajaran Bersama (FKR-TPB) 2001/2002, pengurus Forum Aktivitas

Muslim Fakultas Peternakan (FAM-AL’ANAM) 2002/2003 dan anggota Himpunan

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Asam amino dari kepala udang
Gambar 1. Struktur Molekul Kitin Sumber: Wikipedia (2006)
Tabel 2.  Susunan dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian
Tabel 3.  Komposisi Kimia Kepala Udang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apakah kebiasaan kontak dengan kucing merupakan faktor risiko terhadap kejadian toksoplasmosis pada wanita usia subur di RSU Assalam Gemolong Kabupaten Sragen2. Apakah

[r]

Participants were required to complete two quantitative instruments: the motivated strategy for learning biology questionnaire (MSLQ-B); a self- report inst rument to measure

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas keripik buah-buahan lokal Kalimantan (pisang, nanas, salak) dari beberapa varietas, tingkat kemasakan buah dan

Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya dalam kitab suci menjadi kewajiban

Disainkomunikasi visual adalah salah satu solusi pemecahan masalah melalui media visual, jelaskanapa yang dimaksud dengan:.. Apa yang anda ketahui

[r]

(1) penelitian kualitatif mempunyai setting alamiah, dan peneliti adalah instrumen kunci, (2) penelitian kualitatif bersifat deskriptif, (3) penelitian ini