SKRIPSI
Diajukan oleh :
Fr ansischa Zhendy Kur nia 0913010048/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogr am Studi Akuntansi
Diajukan oleh :
Fr ansischa Zhendy Kur nia 0913010048/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
Fr ansischa Zhendy Kur nia 0913010048/FE/AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh
Tim Penguji Skr ipsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
pada tanggal 31 Mei 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Rr. Dyah Ratnawati, MM Dr. Hero Pr iono, M.Si, Ak
NIP. 19670213 199103 2001 NIP. 19611011 199203 1001
Sekr etaris
Dra. Ec. Sr i Hastuti, M.si NIP. 19560318 198803 2001
Anggota
Dra. Ec. Rr. Dyah Ratnawati, MM NIP. 19670213 199103 2001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG
DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS
PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI
BURSA EFEK INDONESIA” dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat
penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan
Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Hero Priono, M. Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
6. Bapak Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, M.Si, selaku Dosen Wali yang telah
memberikan bimbingan selama menuntut ilmu di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi yang telah memberikan ilmu yang
sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk
menghargai jasa Bapak dan Ibu. Semoga apa yang telah diberikan kepada
kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.
8. Staf perpustakaan pusat dan staf perpustakaan Fakultas yang telah
memberikan bantuan terhadap fasilitas peminjaman buku untuk dijadikan
referensi dalam penulisan skripsi ini.
9. Staf dan Karyawan PT. Bursa Efek Indonesia, yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian dan memberikan data yang dibutuhkan untuk
penyusunan skripsi ini.
10. Orang tuaku Ayahanda Suhendy dan Bunda Kuna’iyah yang sangat aku cintai
serta adikku Regatha, terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah
memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan semangat baik materil maupun
moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
11. Terima kasih untuk Ayu.K, Sukma, Sulis, Citra, Dini, Ayu W, Arinda, Iis,
Sugiarti. Terima kasih untuk supportnya yang luar biasa dan selalu setia
menemani dalam suka maupun duka.
13. Dan berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Februari 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAKSI ... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori.. ... 16
2.2.1.3. Pengadaan kas ... 19
2.2.1.4. Perputaran Kas ... ... 20
2.2.2. Piutang . ... 21
2.2.2.1. Pengertian Piutang .... ... 21
2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang.. 22
2.2.2.3. Penilaian Resiko Piutang .. ... 25
2.2.2.4. Perputaran Piutang.. ... 26
2.2.3. Persediaan ... ... 29
2.2.3.1. Pengertiaan Persediaan ... ... 29
2.2.3.2. Peranan Persediaan .. ... 31
2.2.3.3. Perputaran Persediaan ... ... 31
2.2.4. Profitabilitas ... 33
2.2.5. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas .. ... 35
2.2.6. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas... ... 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 41
3.2.1. Populasi ... 41
3.2.2. Sampel ... 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.3.1. Jenis Data ... 44
3.3.2. Sumber Data ... 45
3.3.3. Pengumpulan Data ... ... 45
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 45
3.4.1. Uji Normalitas ... 45
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 46
3.4.2.1. Multikolinieritas .. ... 47
3.4.2.2. Heteroskedastiisitas ... ... 47
3.4.4.1. Uji F ... ... 50
3.4.4.2. Uji t ... ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Definisi Obyek Penelitian ... 53
4.1.1. Deskripsi PT. Delta Djakarta, Tbk ... ... 53
4.1.2. Deskripsi PT. Fast Food Indonesia, Tbk ... ... 54
4.1.3. Deskripsi PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk .. ... 55
4.1.4. Deskripsi PT. Mayora Indah, Tbk ... ... 55
4.1.5. Deskripsi PT. Multi Bintang indonesia, Tbk .. ... 56
4.1.6. Deskripsi PT. Pioneerindo Gourmet Internasional, Tbk .. .... 57
4.1.7. Deskripsi PT. Prasida Aneka Niaga, Tbk .. ... 57
4.1.8. Deskripsi PT. Sekar Laut, Tbk ... ... 58
4.1.9. Deskripsi PT. Smart, Tbk .... ... 58
4.1.10. Deskripsi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk .. ... 60
4.2.1. Perputaran Kas .... ... 64
4.2.2. Perputaran Piutang ... ... 65
4.2.3. Perputaran Persediaan ... ... 67
4.2.4. Profitabilitas ... ... 69
4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis .. ... 70
4.3.1. Uji Normalitas ... ... 70
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... ... 71
4.3.2.1. Uji Multikolinearitas .. ... 71
4.3.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... ... 72
4.3.2.3. Uji Autokorelasi .... ... 73
4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda .. ... 73
4.3.4. Uji F ... 75
4.3.5. Koefisien Determinasi . ... 76
4.3.6. Uji t . ... 76
4.4.3. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas ... 80
4.4.4. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian
Terdahulu .. ... 80
4.4.4.1. Keterbatasan Penelitian .. ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 83
5.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Fr ansischa Zhendy Kur nia
ABSTRAK
Tujuan profitabilitas adalah menunjukkan bahwa seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan perusahaan mengunakan aktivitasnya secara produktif. Aktivitas perusahaan itu mencakup bagaimana perusahaan dapat mengelola aktivitas produksinya secara efektif dan efisien. Pada umumnya keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya seringkali didasarkan pada tingkat laba yang diperoleh. Akan tetapi laba yang besar belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persedian terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa Laporan Keuangan periode 2009-2011 dari perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil sebanyak 12 perusahaan dari perusahaan Food and Baverage. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian yang teruji adalah variabel perputaran persediaan teruji berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan hipotesis penelitian yang tidak teruji adalah variabel perputaran kas dan perputaran piutang tidak teruji berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan food and baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.1. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi sekarang ini ditandai dengan banyak bermunculnya
usaha-usaha baru. Dalam dunia usaha yang berkembang semakin pesat
ini, menyebabkan pertumbuhan ekonomi juga menjadi tinggi. Sehingga
timbul persaingan yang semakin tajam dan kompetitif dalam dunia usaha.
Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan dituntut untuk mampu
menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan serta mampu untuk
mengelola faktor-faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien agar
tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal dan optimal
tercapai. Dalam hal ini, perusahaan juga dituntut untuk mampu
menentukan kinerja perusahaan yang baik, sehingga perusahaan akan
dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan pasti memerlukan
dana untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari misalnya untuk
pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan lain sebagainya
dimana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi
masuk dalam perusahaan dengan waktu yang pendek melalui hasil
hasil penjualan yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan
yang semakin meningkat. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara
teratur merupakan salah satu faktor yang penting untuk menilai
profitabilitas.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Dalam hubungannya, laba usaha maupun total aktiva sering
digunakan untuk mengukur efisiensi keuntungan suatu perusahaan dengan
memperbandingkan antara laba usaha dengan modal yanag digunakan
dalam operasi (www.google.com). Oleh karena itu keuntungan yang besar
tidak menjamin atau bukan merupahkan ukuran bahwa perusahaan tersebut
dapat melangsungkan hidupnya secara continue.
Menurut Riyanto (2010 : 37), bahwa bagi perusahaan pada umumnya
masalah profitabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena
laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut
telah bekerja secara efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian yang harus diperhatikan
oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar
laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi
profitabilitasnya.
Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas
kembali berarti kas akan segera digunakan kembali dan akan
menghindarkan dari kesulitan keuangan yaitu meminimalkan biaya atau
resiko tidak kembalinya kas pada perusahaan. Tingkat perputaran kas yang
tinggi juga menunjukan telah terjadinya volume penjualan yang tinggi
pula. Padahal, kita ketahui bahwa tingginya volume penjualan
memungkinkan diperolehnya laba dalam jumlah yang banyak. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa pada tingkat perputaran kas yang tinggi
maka volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau
resiko yang ditanggung perusahaan juga dapat diminimalkan sehingga laba
yang diterima perusahaan menjadi besar.
Piutang merupakan kegiatan untuk mengalokasikan dana atau
keputusan investasi yang tepat. Dengan melakukan kebijakan penjualan
kredit, perusahaan akan mampu meningkatkan volume atau omset
penjualan sehingga dapat meningkatkan laba dan dapat dijadikan sarana
dalam menghadapi persaingan pasar terutama untuk mempertahankan
konsumen lama dan menarik konsumen baru. Menurut Riyanto (2010 : 85)
kebijakan penjualan kredit menimbulkan hak penagihan atau piutang
kepada konsumen yang artinya tidak segera menghasilkan penerimaan kas
tetapi menimbulkan piutang dagang dan pada saat jatuh temponya terjadi
aliran kas yang masuk berasal dari piutang. Pembayaran piutang diterima
dikemudian hari akan menimbulkan resiko bagi perusahaan yaitu tidak
dapat ditagihnya sebagian atau bahkan seluruh dari putang tersebut.
Jika hal tersebut terjadi terus menerus, maka tingkat perputaran piutang
semakin lambat dan jangka waktu piutang semakin lama yang akhirnya
dapat menekan laba yang mengakibatkan profitabilitas perusahaan
mengalami penurunan.
Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam
memutarkan barang dagangan dan menunjukkan hubungan antara barang
yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan
yang ditentukan. Menurut Riyanto (2010 : 69), adanya investasi dalam
persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan
memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan
pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugaian karena
kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semua ini akan
memperkecil keuntungan perusahaan. Sebaliknya, adanya investasi yang
terlalu kecil dalam persediaan akan mempunya efek yang menekan
keuntungan juga, karena kekurangan material perusahaan tidak dapat
bekerja dengan luas produksi yang optimal.
Hasil yang diperoleh dari penelitian Aulia Rahma dan Drs. H.
Prasetiono, M.Si (2009) menunjukkan bahwa perputaran modal kerja,
perputaran kas, perputaran persediaan dan status perusahaan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas.
Hasil yang diperoleh dari penelitian Nur Azlina (2009) menunjukkan
terhadap profitabilitas, sedangkan skala perusahaan tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Hasil yang diperoleh dari penelitian Lutfi Jaya Putra (2010)
menunjukan bahwa perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas.
Peneliti menggunakan judul ini karena profitabilitas itu merupakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Setiap perusahaan pasti
menghasilkan laba, tetapi laba yang dihasilkan perusahaan tiap tahunnya
tidak menentu terkadang mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini
disebabkan karena ketatnya persaingan yang timbul dari perusahaan yang
sejenis, tingkat penjualan, dan dapat juga dipengaruhi oleh kinerja
masing-masing perusahaan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui dan
membuktikan apakah perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kenaikan dan penurunan
yang terjadi pada laba yang akan datang.
Dalam penelitian “pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap profitabilitas” penulis memilih perusahaan
Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek
penelitian dikarenakan perusahaan ini selalu mempunyai kinerja keuangan
yang baik, mempunyai persaingan yang tinggi, banyak diminati konsumen
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
perusahaan Food and Baverage yang terdaftar memiliki kinerja keuangan
yang menggambarkan trend yang selalu meningkat secara fluktuatif
mengenai modal kerja, penjualan bersih, dan laba usaha selama tahun
2009-2011 yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1
Grafik: Kinerja Keuangan Perusahaan Food and Baverage yang
Ter daftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Food and Baverage yang
Terdaftar di BEI
Pada gambar 1.1 dapat dilihat laporan keuangan perusahaan Food and
Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuatif,
2009 2010 2011
M odal Kerja Rp22.766.847 Rp16.143.006 Rp20.241.476
Penjualan Rp60.637.828 Rp70.185.337 Rp88.776.116
Rp-4.808.188.000.000 dan penjualan juga meningkat sebesar Rp.
28.138.288.000.000. Namun, ditengah kondisi yang membaik ini, terjadi
penurunan modal kerja pada tahun 2010 sebesar Rp. 16.143.006.000.000.
perubahan modal kerja perusahaan ini diperkirakan karena berfluktuasinya
beberapa variabel, diantaranya perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PERPUTARAN
KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN
PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN FOOD AND BAVERAGE YANG GO PUBLIC DI
BURSA EFEK INDONESIA"
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and
1.3. Tujuan Penelitian
Bersumber dari rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan secara empiris pengaruh variabel perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada
perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Memberikan masukan tentang faktor yang mempengaruhi profitabilitas
suatu perusahaan sehingga dapat digunakan untuk mengambil
kebijaksanaan dimasa yang akan datang dan sebagai pertimbangan
untuk dapat lebih baik meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih
efektif dan efisien dalam mencapai laba yang optimal.
b. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di
Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menganalisis masalah
dan hal-hal yang terdapat diperusahaan sebagai objek yang diteliti
dengan mengembangkan dan menerapkan teori-teori yang telah
diperoleh selama kuliah sehingga dapat menambah wawasan,
pengalaman, dan meningkatkan kematangan berfikir dalam mengambil
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai dasar dan pembanding untuk melengkapi landasan teori
adalah penelitian dari :
1. Aulia Rahma dan Drs. H. Prasetiono, M.Si (2009)
Judul “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur PMA
dan PMDN Yang Terdaftar di BEI periode 2004-2008)”.
1) Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perputaran modal kerja terhadap
profitabilitas?
2. Bagaimana pengaruh kas terhadap profitabilitas?
3. Bagaimana pengaruh perputaran persediaan terhadap
profitabilitas?
4. Bagaimana pengaruh status perusahaan terhadap
profitabilitas?
2) Hipotesis
perputaran persediaan dan status perusahaan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap profitabilitas.
3) Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa variabel
perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran persediaan dan
status perusahaan terhadap Y (profitabilitas).
2. Nur Azlina (2009)
Judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal Dan
Skala Perusahaan Terhadap Profitabilitas”.
1) Perumusan Masalah
Apakah pengaruh tingkat perputaran modal kerja, struktur modal
dan skala perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap
profitabilitas pada perusahaan Property and Real Estate di BEI?
2) Hipotesis
Diduga perputaran modal kerja, struktur modal dan skala
perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan
Property and Real Estate di BEI
3) Kesimpulan
Dari hasil analisis data yang dilakukan disimpulkan bahwa data
penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas, sehingga dapat
dilakukan pengujian statistik berupa uji t untuk memnguji
hipotetis. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa
profitabilitas, sedangkan skala perusahaan tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
3. Rina Kartika Sari (2009)
Judul “Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat Perputaran Piutang terhadap
Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Rokok Ketapang Jaya
Tanggulangin Sidoarjo”.
1) Perumusan Masalah
a) Apakah ada pengaruh dari modal kerja dan perputaran piutang
terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan rokok
Ketapang Jaya?
b) Manakah dari kedua variabel, yaitu modal kerja dan
perputaranpiutang yang memiliki pengaruh paling dominan
terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan rokok
Ketapang Jaya?
2) Hipotesis
a) Diduga modal kerja dan tingkat perputaran piutang
berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.
b) Diduga variabel tingkat perputaran piutang mempunyai
pengaruh yang paling dominan terhadap rentabilitas ekonomi.
3) Kesimpulan
a) Berdasarkan Uji F dengan menggunakan regresi linier
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas
ekonomi.
b) Berdasarkan uji t bahwa variabel tingkat perputaran piutang
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
rentabilitas ekonomi, variabel yang paling dominan adalah
modal kerja.
4. Lutfi jaya Putra (2010)
Judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk”.
1) Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh dari modal kerja terhadap profitabilitas pada
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk?
2) Hipotesis
1. Diduga terdapat pengaruh perputaran kas terhadap tingkat
profitabilitas
2. Diduga terdapat pengaruh perputaran piutang terhadap
tingkat profitabilitas
3. Diduga terdapat pengaruh perputaran persediaan terhadap
tingkat profitabilitas
3) Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perputaran
signifikan terhadap profitabilitas PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk.
5. Heppy Shita Larasati (2012)
Judul “Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan
Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1) Perumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh modal kerja, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada
perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2) Hipotesis
Diduga modal kerja, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi pada
perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3) Kesimpulan
Variabel modal kerja mempunyai kontribusi terhadap rentabiitas
ekonomi sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan
tidak mempunyai kontribusi terhadap renrabilitas ekonomi
Tabel 2.1 Perbedaan Peneliti Terdahulu Dengan Peneliti Sekarang
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian
1. Aulia
Rahma dan Drs. H. Prasetiono, M.Si (2009)
Analisis Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur PMA dan PMDN Yang Terdaftar di BEI
Judul “Pengaruh Tingkat
Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal Dan Skala Perusahaan
Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat
Perputaran Piutang terhadap
Rentabilitas Ekonomi pada
Perusahaan Rokok Ketapang Jaya Tanggulangin Sidoarjo
Judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk”
• (X): Perputaran kas,
Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan
terhadap Rentabilitas Ekonomi
pada Perusahaan Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
• (X): Modal kerja,
Pengaruh Perputaran Kas,
Perputaran Piutang Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Food And
Baverage Yang Go Public Di Bursa EfeK Indonesia
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Kas
2.2.1.1. Pengertian Kas
Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat
diterima untuk pelunasan utang, dan dapat diterima sebagai suatu setoran
ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank
atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu (Baridwan,
2000 : 86). Menurut Sutrisno (2003 : 75), setiap perusahaan dalam
menjalankan usahanya selalu membutuhkan uang tunai atau kas. Kas
diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari seperti
pembelian bahan baku, pembayaran upah, pembayaran hutang, atau
pembayaran-pembayaran tunai lainnya, serta dibutuhkan untuk investasi
pada aktiva tetap.
Kas meliputi uang koin, uang kertas, wesel, dan uang yang disimpan
di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang
bersangkutan (Warren, Reeve, 2008 : 320). Kas adalah salah satu unsur
modal paling tinggi tingkat likuidasinya, semakin besar jumlah kas yang
ada didalam perusahaan berarti semakin tinggi tingkat likuidasinya. Ini
berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak
dapat memenuhi kewajiban finansialnya (Riyanto, 2010 : 94). Dalam
sering berubah. Hampir setiap transaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas.
2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi Persediaan Kas
Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standar rasio yang
bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang
dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukan jumlah kas yang
harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat
dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang
lancar. Sebaiknya kas yang ada didalam perusahaaan hendaknya tidak
kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar.
Seperti halnya pada inventory dan piutang, pada kas juga terdapat
persediaan besi atau disebut juga persediaan minimal. Yang dimaksud
persediaan besi kas ialah jumlah minimal dari kas yang harus
dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban
finansialnya sewaktu-waktu. Menurut Riyanto (2010 : 96), faktor-faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan besi kas suatu perusahaan
adalah :
1. Pertimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar
pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai
waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga
perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
Adanya pertimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya
kesesuaian antara syarat pembelian dan syarat penjualan. Ini berarti
bahwa pembayaran utang akan dapat dipenuhi dengan kas yang
berasal dari pengumpulan piutang.
2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan
Untuk mempertahankan likuiditas yang tinggi perusahaan perlu
membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas didalam
perusahaannya. Apabila aliran kas selalu sesuai dengan estimasinya,
maka perusahaan tersebut tidak mengahadapi kesukaran likuiditas.
Bagi perusahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaa
besi kas yang besar.
Sebaliknya perusahaan yang aliran kasnya sering mengalami
penyimpangan yang merugikan dari yang diestimasikan, perlulah
perusahaan ini mempertahankan persediaan minimal kas yang agak
besar. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas keluar misalnya
karena adanya pemogokan, bencana alam dan adanya perubahan
peraturan pemerintah sehingga perusahaan harus sering mengadakan
pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas
penyimpagan yang merugikan dalam aliran kasnya dirasakan perlu untuk
mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relatif besar
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak sering mengalami peristiwa
tersebut diatas.
Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan
baik, baik penerimaannya maupun penggunaannya (Jumingan, 2006 :
97).
2.2.1.3. Pengadaan Kas
Pengadaan kas di dalam perusahaan mempunyai tujuan yang
berbeda-beda, seperti yang disebutkan oleh (Suad, 2004 : 105) terdapat
tiga motif perusahaan tersebut yang membentuk kas, yaitu :
a. Motif transaksi
Adalah penyediaan kas untuk membayar berbagai transaksi
bisnisnya.
b. Motif berjaga-jaga
Adalah penyediaan kas untuk maksud mempertahankan saldo kas
guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga.
c. Motif spekulasi
memiliki atau menginvestasikan kas dalam bentuk investasi yang
sangat likuid.
2.2.1.4. Perputaran Kas
Adalah perputaran yang dimulai dari kas kemudian dikeluarkan
untuk pembelian barang sampai dengan kas diterima dari hasil penjualan
dalam satu periode perusahaan. Menurut Riyanto (2010 : 94), kas
merupakan unsur aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya maka
dari itu perusahaan harus melakukan pengelolaan terhadap kas dengan
baik, karena semakin besar persediaan kas yang ada dalam perusahaan
berarti semakin tinggi likuiditasnya. Perusahaan harus berusaha agar
semua persediaan kas dapat diputarkan atau selalu dalam keadaan
bekerja. Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi
karena adanya kas dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas
tersebut rendah dan mencerminkan adanya over invesment dalam kas.
Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang
tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Dari uraian
tersebut diatas disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam
menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus
direncanakan dan diawasi dengan baik, baik itu penerimaannya maupun
pengeluarannya.
tahun dengan kas akhir tahun kemudian dibagi dua. Perputaran kas dalam
satu periode dapat dihitung dengan rumus:
Perputaran Kas =
= ... kali
Dimana penjualan bersih dapat dihitung dari laporan laba rugi pada
penjualan bersih perusahaan, dan kas rata-rata dapat dihitung dari neraca
aset lancar pada kas dan setara kas.
2.2.2. Piutang
2.2.2.1. Pengertian Piutang
Menurut Sutrisno (2003 : 61), piutang adalah tagihan perusahaan
kepada pihak lain sebagai akibat penjualan secara kredit. Menurut
Baridwan (2000 : 124), dalam kegiatan perusahaan yang normal,
biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Dengan kata
lain piutang dagang adalah tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan
uang dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan
barang dagangan secara kredit saja, tetapi dapat karena hal – hal lain,
misalnya piutang kepada pegawai yaitu dapat berupa pinjaman karyawan,
piutang karena penjualan aktiva tetap secara kredit, atau adanya uang
pelanggan. Sehingga diharapkan dengan melakukan penjualan kredit ini
dapat memperkuat pasar dan memperbesar hasil penjualan.
2.2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi Besarnya Piutang
Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya
kebanyakan perusahaan besar menjual produknya dengan kredit.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi
menimbulkan piutang dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya
terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut.
Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan
dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas tinggi setelah kas
karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja.
Menurut Riyanto (2010 : 85), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang yaitu sebagai
berikut :
1. Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan
memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin
besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa
perusahaan tersebut harus menyediakan investasi yang lebih besar
besar resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar
profitabilitynya.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari
pada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam
bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga
yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat mennetapkan batas
maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para
langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi
masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan
dalam piutang. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat
diberi kredit. Makin selektif para langganan yang dapat diberi kredit
akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian
maka pembatasan kredit disini bersifat baik kuantitatif maupun
kualitatif.
4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan
piutang secara selektif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan
kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan
aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan
perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaannya secara pasif.
Perusahaan yang disebutkan terdahulu kemungkinan akan
mempunyai investasi dalam piutang yang lebih kecil dari pada
perusahaan yang disebutkan kemudian. Tetapi biasanya perusahaan
hanya akan mengadakan usaha tambahan dalam pengumpulan
piutang apabila biaya tambahan tersebut tidak melampaui besarnya
tambahan revenue yang diperoleh karena adanya usaha tersebut.
5. Kebiasaan membayar dari para langganan
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk
membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash
discount, dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan
tersebut.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian
mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara kedua
alternative tersebut. Apabila perusahaan telah menetapkan syarat
pembayaran 20/10, n/30 para pelanggan diharapkan pada dua
alternatif yaitu apakah mereka akan membayar pada hari ke-10 atau
pada hari ke- 30 sesudah barang diterima. Alternatif pertama ialah
apabila mereka membayar pada hari ke-30 yang ini berarti bahwa
mereka membelanjai pembeliannya sepenuhnya dengan kredit
penjual. Alternatif kedua ialah jika mereka membayar pada hari
para langganan lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10 karena
mendapatkan cash discount.
Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam “cash discount
period” atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya
investasi dalam piutang. Apabila sebagaian besar para langganan
membayar dalam waktu selama “discount period”, maka dana yang
tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang berarti makin
kecilnya investasi dalam piutang.
2.2.2.2. Penilaian Resiko Piutang
Sebagai akibat dari penjualan kredit kepada para pelanggan, maka
akan menimbulkan banyak resiko. Beberapa resiko yang timbul adalah :
resiko tidak tertagihnya seluruh piutang, resiko tidak terbayarnya
sebagian piutang dan resiko keterlambatan pembayaran piutang. Sebelum
perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan
kredit oleh para pelanggan perlulah kita mengadakan evaluasi resiko
kredit dari para pelanggan tersebut. Untuk menilai resiko kredit, manajer
harus mempertimbangkan beberapa faktor yang menentukan
basar-kecilnya kredit tersebut. Menurut Riyanto (2010 : 217), pada umumnya
Bank dan perusahaan dalam mengadakan penilaian resiko kredit adalah
dengan memperhatikan lima “C”. Lima “C” tersebut adalah :
untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting karena setiap
transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar.
2. Capacity
Ialah pendapat subjektif mengenai kemampuan dari langganan. Ini
diukur dengan record diwaktu lalu, dilengkapi dengan observasi fisik
pada pabrik atau toko dari langganan.
3. Capital
Diukur oleh posisi finansiil atau modal yang dimiliki perusahaan
secara umum, dimana hal ini ditunjukkan oleh analisa rasio finansiil.
4. Collateral
Dicerminkan oleh aktiva dari langganan yang diikatkan atau
dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada
langganan tersebut.
5. Conditions
Menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau
perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang
mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan langganan untuk
memenuhi kewajibannya.
piutang yang berasal dari penjualan secara kredit sampai dengan
penerimaan kas yang berasal dari pelunasan piutang. Periode perputaran
piutang dipengaruhi oleh persyaratan pembayarannya. Semakin lama
syarat pembayarannya maka semakin lama modal terikat dalam piutang
yang berarti tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah
semakin rendah. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan
cepatnya dana yang mengalir dalam piutang atau dengan kata lain
cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Semakin tinggi tingkat perputaran
piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas. Selain itu
cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan
kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan.
Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan membagi jumlah
penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang,
seperti rumus dibawah ini (Riyanto, 2010 : 90):
Perputaran piutang = = ... kali
Piutang rata-rata =
Dimana penjualan kredit bersih dapat dihitung dari neraca aset lancar
pada piutang usaha, dan piutang dapat dihitung dari neraca aset lancar
pada piutang dengan menjumlahkan keseluruhan piutang perusahaan.
tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara
piutang rata-rata dikalikan dengan jumlah hari dalam setahun dibagi
dengan total penjualan kredit bersih dan hasilnya akan menunjukkan
berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih atau days of
Hal ini penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan
piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih
besar dari batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti
bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa
banyak para langganan yang tidak memnuhi syarat pembayaran yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang
langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam
piutang. Semakin besar tingkat perputaran piutang, berarti semakin cepat
perputaran piutangnya, yang berarti semakin pendek waktu terikatnya
modal yang tertanam dalam piutang sehingga untuk mempertahankan
dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil untuk diinvestasikan dalam
piutang.
2.2.3. Persediaan
2.2.3.1. Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan menurut Sutrisno (2003 : 95), persediaan
adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang
tujuannya untuk dijual dan atau diolah kembali. Persediaan mencakup
barang jadi yang telah diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang
sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan
yang akan digunakan dalam proses produksi.
Didalam perusahaan dagang, persediaan yang ada hanya satu jenis
persediaan saja yaitu persediaan barang dagangan (marchandise
inventory), tetapi dalam perusahaan industri ada tiga macam jenis
persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses,
dan persediaan barang jadi.
Menurut Riyanto (2010 : 69), merancang bahwa inventory atau
persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan
aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus
menenerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam inventory
aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi
modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penentapan besarnya investasi
dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan
dengan kebetuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gedung, memperbesar kemungkinan
kerugian kerena kerusakan, turunya kualitas, keusangan, sehingga
semuannya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.
Demikian pula sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam
inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena
kekurangan material perusahaan tidak dapat bekerja dengan full-capacity,
berarti bahwa “capital assets” dan “direct labor” tidak dapat
didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi
biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan
keuntungan yang diperolehnya (Riyanto, 2010 : 69).
Fungsi dari persediaan adalah untuk memenuhi permintaan
pelanggan tanpa harus tergantung pada supllier, melalui penyimpanan
persediaan perusahaan juga dapat mengurangi biaya yang timbul karena
adanya pembelian barang setiap kali akan melaksanakan proses produksi
dan untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi didalam melakukan
tanpa gangguan karena adanya kekurangan bahan baku untuk melakukan
produksi sehingga memerlukan persediaan ekstra yang disebut
persediaan pengaman.
2.2.3.2. Peranan Persediaan
Peranan dari persediaan adalah sangat besar sekali di dalam
menentukan maju tidaknya suatu perusahaan, karena itu semua
perusahaan baik perusahaan industri, dagang, maupun jasa selalu
mengadakan persediaan karena tanpa adanya persediaan apabila
langganan meminta barang atau jasa diluar kemampuan produksi
perusahaan, perusahaan akan kesulitan melayani permintaan pelanggan.
Maka dari itu perusahaan selalu mengadakan persediaan agar permintaan
para pelanggan dapat segera teratasi, sehingga peluang ntuk mendapatkan
keuntungan akan selalu terbuka.
2.2.3.3. Perputaran Per sediaan
Didalam perusahaan dagang pada dasarnya ada satu golongan
inventory yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang
disebut Merchandise Inventory (persediaan barang dagangan), persediaan
ini merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran, artinya
lebih lanjut dan tingkat perputarannya dapat diukur dengan rumus berikut
(Riyanto, 2010 : 70):
Perputaran persediaan = = ... kali
Atau bisa juga dengan rumus:
Perputaran persediaan = = .... kali
Dimana persediaan rata-rata barang:
Persediaan rata-rata =
Dimana harga pokok penjualan dapat dihitung dari laporan laba rugi
perusahaan peda beban pokok penjualan, dan persediaan dapat dihitung
dari neraca aset lancar pada persediaan. Persediaan rata-rata dapat
dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan, atau
tahunan. Dengan mengetahui perputaran dari persediaan maka dapat
diketahui pula hari rata-rata penjualannya atau hari rata-rata barang
disimpan di gudang, dapat diketahui dengan rumus:
= ... hari
Atau dengan rumus:
2.2.4. Pr ofitabilitas
Menurut Riyanto (2010 : 35), profitabilitas merupakan kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu periode tertentu.
Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas adalah lebih
penting dari pada masalah laba karena laba yang besar saja belumlah
merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan
efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba
tersebut atau dengan kata lain ialah menghitung profitabilitasnya. Dengan
demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak
hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih
penting ialah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya. Berhubungan
dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya, usahanya lebih
diarahkan untuk mendapatkan titik profitabilitas maksimal dari pada laba
maksimal. Menilai profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam
tergatung laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu
dengan yang lainnya.
Rasio-rasio profitablitas yang menunjukkan laba sehubungan dengan
penjualan perusahaan :
1. Gross Profit Margin
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 : 99):
2. Net Profit Margin
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 : 105):
Net Profit Margin = x 100%
3. Operating Profit Margin
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 : 105):
Operating Profit Margin = x 100%
4. Operating Rasio
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 : 105):
Gross Profit Margin = x 100%
Profitabilitas adalah perbandingan antara laba usaha dengan total
modal usaha atau aktiva yaitu dengan modal sendiri dan modal asing
yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam
presentase (Riyanto, 2010 : 36). Oleh karena pengertian profitabilitas
sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal kerja di
dalam suatu perusahaan, maka profitabilitas sering pula dimaksudkan
sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang
bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang
diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas hanyalah modal yang
bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan demikian
maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang
menghitung profitabilitas hanyalah laba yag berasal dari operasi
perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income).
Profitabilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Suad Husnan
2004 : 72):
Profitabilitas = x 100%
2.2.5. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Pr ofitabilitas
Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas
kembali menjadi kas yang telah diinvestasikan pada kegiatan operasi
perusahaan. Kas yang cepat kembali berarti kas dapat segera digunakan
kembali dan akan menghindarkan dari kesulitan keuangan. Tingkat
perputaran kas yang tinggi juga menunjukkan telah terjadinya volume
penjualan yang tinggi. Menurut Riyanto (2010 : 94), ini berarti bahwa
perusahaan mempunya resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat
memenuhi kewajiban finansiilnya sehingga laba yang dihasilkan semakin
besar. Dan besarnya laba yang dihasilkan perusahaan tersebut dapat
mempertinggi profitabilitas.
2.2.6. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas
dana yang tertanam dalam piutang berlangsung secara cepat sehingga
resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Maka pada tingkat
perputaran piutang yang tinggi akan menunjukkan efisiensi penjualan
secara kredit, sehingga modal yang tertanam dalam piutang akan cepat
kembali untuk menjadi kas dan dana yang telah tertagih dapat digunakan
kembali untuk mendanai penjualan kredit berikutnya sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan kredit yang lebih tinggi (Sutrisno, 2000
: 63). Volume penjualan kredit yang tinggi akan menghasilkan laba yang
tinggi pula sehingga dapat mempertinggi profitabilitas.
2.2.7. Pengaruh Perputaran Per sediaan Ter hadap Pr ofitabilitas
Periode perputaran persediaan perlu diperhatikan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
menghabiskan persediaan dalam proses penjualan atau produksi. Hal ini
dikarenakan semakin lama periode perputaran persediaan, maka semakin
banyak biaya yag dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar
persediaan di gudang tetap baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya
tingkat perputaran persediaan yang lebih tinggi untuk mengurangi biaya
yang timbul, karena kelebihan persediaan. Semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan maka semakin cepat kembalinya dana yang
berarti terjadi tingkat penjualan barang yang tinggi pula sehingga dapat
mempertinggi profitabilitas.
2.3. Kerangka Pikir
Dari uraian diatas, maka dapat ditampilkan diagram kerangka pikir
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Perput aran Kas (X1)
Perput aran Piutang (X2)
Perput aran Persediaan (X3)
Diduga perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan food and
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Profitabilitas (Y) sebagai variabel terikat, sedangkan variabel bebasnya
adalah sebagai berikut :
a. Perputaran kas (X1)
b. Perputaran piutang (X2)
c. Perputaran persediaan (X3)
Dalam penelitian ini digunkan beberapa variabel yang dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Profitabilitas (Y)
Adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Ukuran yang digunakan adalah jumlah laba
operasional yang diperoleh selama periode tertentu dengan modal
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Pengukuran variabel profitabilitas diukur dalam bentuk prosentase
dengan menggunkan skala rasio. Profitabilitas dapat dirumuskan
Profitabilitas = x 100%
(Suad Husnan, 2004 : 72)
2. Perputaran kas (X1)
Adalah perputaran yang dimulai dari kas kemudian dikeluarkan
untuk pembelian barang sampai dengan kas yang diterima dari hasil
penjualan dalam suatu periode pada perusahaan. Variabel ini diukur
dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukuran adalah kali
(x). Perputaran kas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Perputaran Kas =
= ... kali
(Riyanto, 2010 : 95)
3. Perputaran piutang (X2)
Adalah perputaran yang dimulai dari pengadaan atau transaksi
piutang yang berasal dari penjualan secara kredit sampai dengan
penerimaan kas yang berasal dari pelunasan pembayaran piutang
dalam satu periode pada perusahaan. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali (x).
Perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Perputaran piutang =
= ....
kali(Riyanto, 2010 : 90)
4. Perputaran persediaan (X3)
dijual kembali dengan maksud memperoleh keuntungan dalam satu
periode pada perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan
skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali (x). Perputaran
persediaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Perputaran persediaan = = ... kali
(Riyanto, 2010 : 70)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok
subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenal
generalisasi dari hasil penelitian.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan perusahaan food and baverage yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, tercatat sebanyak 21
perusahaan. Data laporan keuangan laba rugi dan neraca yang digunakan
adalah berjumlah 63 laporan keuangan. Berikut ini adalah nama-nama
perusahaan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini yaitu:
2. PT. Cahaya Kalbar, Tbk
3. PT. Davomas Abadi, Tbk
4. PT. Delta Djakarta, Tbk
5. PT. Fast Food Indonesia, Tbk
6. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
7. PT. Mayora Indah, Tbk
8. PT. Multi Bintang indonesia, Tbk
9. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional, Tbk
10.PT. Prasida Aneka Niaga, Tbk
11.PT. Sekar Bumi, Tbk
12.PT. Sekar Laut, Tbk
13.PT. Siantar Top, Tbk
14.PT. Sierad Produce, Tbk
15.PT. Smart, Tbk
16.PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk
17.PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
18.PT. Ultra Jaya Milk, Tbk
19.PT. Akasha Wira Internasional, Tbk
20.PT. Nippon Indosari Corpindo, Tbk
21.PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
adalah teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik
penarikan sampel probabilias yang menyeleksi responden-responden
berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan
sampel tersebut yang merupakan representatif dari populasi (Sumarsono,
2004 : 52).
Adapun ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang menjadi pertimbangan
dalam mengambil sampel ini yaitu:
1. Perusahaan food & baverage yang telah go public dan telah terdaftar
di Bursa Efek Indonesia serta masih aktif dalam melakukan
perdagangan selama tiga tahun 2009-2011.
2. Perusahaan food and baverage yang mempunyai laba berturut-turut
selama tiga tahun dari tahun 2009-2011.
3. Perusahaan food and baverage yang menerbitkan laporan keuangan
berturut-turut selama tiga tahun dari tahun 2009-2011.
Maka dengan pertimbangan tersebut sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 12 perusahaan dari 21 perusahaan yang bergerak di
bidang food and baverage yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data laporan keuangan laba rugi dan neraca yang
digunakan selama tahun 2009-2011 adalah berjumlah 36 laporan
keuangan.
Berikut ini nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
1. PT. Delta Djakarta, Tbk
2. PT. Fast Food Indonesia, Tbk
3. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
4. PT. Mayora Indah, Tbk
5. PT. Multi Bintang indonesia, Tbk
6. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional, Tbk
7. PT. Prasida Aneka Niaga, Tbk
8. PT. Sekar Laut, Tbk
9. PT. Smart, Tbk
10.PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk
11.PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
12.PT. Ultra Jaya Milk, Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
dari tahun 2009-2011. Ditinjau dari sifatnya, jenis data yang digunakan
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Bursa
Efek Indonesia yang berupa laporan keuangan perusahaan, dan capital
market directory periode 2009-2011.
3.3.3. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi. Yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan, dan menganalisis serta mempelajari laporan keuangan
perusahaan Food and Baverage mulai tahun 2009 sampai dengan tahun
2010.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi
variabel terikat dan variabel bebas keduannya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiiki distribusi
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi data normal, berikut ini pedoman menurut
(Soemarsono, 2004 : 43) adalah:
a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi data adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi data adalah normal.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat
BLUE (Best Linear Unbiased Ultimator), artinya pengambilan
keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan
keputusan yang BLUE maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga
asumsi klasik ini:
a. Tidak boleh ada multikolinearitas
b. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
c. Tidak boleh ada autokorelasi
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga
3.4.2.1. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi satu atau
lebih variabel bebas yang berkorelasi sempurna atau mendeteksi
sempurna dengan variabel bebas lainnya (Alghifari, 2000 : 84).
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang “sempurna”
atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari
model regresi (Gujarati, 1995 : 157).
Menurut Ghozali (2009 : 96), deteksi adanya multikoliniearitas
dalam model persamaan regresi adalah dengan melihat besaran VIF
(Variance Influaton Factor) dan Tolerance. VIF dapat dihitung dengan
rumus:
VIF =
VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians, apabila jika:
1. VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas
2. VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas
3.4.2.2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang
bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2009 : 125).
Menurut Santoso (2003 : 243), deteksi adanya heteroskedastisitas
adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
3.4.2.3. Autokorelasi
Menurut Ghozali (2009 : 99), uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka
perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel independent
(k) dan jumlah sampel (n) sehingga dapat diperoleh distribusi daerah
keputusan atau tidak terjadi autokorelasi.
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel sebagai
Tabel 3.1 Klasifikasi Dur bin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Sumber: (Ghozali, 2009 : 100)
3.4.3. Teknis Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode analisis regresi linier berganda, untuk melihat
pengaruh tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat, dengan
bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:
X2 = Perputaran piutang
X3 = Perputaran persediaan
e = Kesalahan baku atau Standar Error
3.4.4. Uji Hipotesis
3.4.4.1. Uji F
Uji F adalah uji yang digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya
model persamaan regresi linier yang digunakan oleh peneliti untuk
melihat apakah variabel bebas X1 (Perputaran Kas), X2 (Perputaran
Piutang), X3 (Perputaran Persediaan) berpengaruh terhadap variabel
terikat Y (Profitabilitas) pada perusahaan food and baverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam uji F ini adalah sebagai berikut:
a. Ho : βj = 0, artinya model regresi yang dihasikan tidak cocok guna
melihat pengaruh Perputaran Kas (X1), Perputaran
Piutang (X2), Perputaran Persediaan (X3) terhadap
Profitabilitas (Y).
Ha : βj ≠ 0, artinya model regresi yang dihasikan cocok guna melihat
pengaruh Perputaran Kas (X1), Perputaran Piutang
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat
bebas (n-k), dimana:
n : jumlah pengamatan
k : jumlah variabel
c. Kriteria pengujia sebagai berikut:
• Jika tingkat signifikan (p- value) ≥ 0,05 maka H o diterima dan Ha
ditolak yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak
cocok guna melihat pengaruh Perputaran Kas (X1), Perputaran
Piutang (X2), Perputaran Persediaan (X3) terhadap Profitabilitas
(Y).
• Jika tingkat signifikan (p- value) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan cocok
guna melihat pengaruh Perputaran Kas (X1), Perputaran Piutang
(X2), Perputaran Persediaan (X3) terhadap Profitabilitas (Y).
3.4.4.2. Uji t
Uji t adalah uji yang digunakan untuk menguji signifikan atau
tidaknya pengaruh variabel bebas X1 (Perputaran Kas), X2 (Perputaran
Piutang), X3 (Perputaran Persediaan) secara individu terhadap variabel
terikat Y (Profitabilitas) pada perusahaan food and baverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun langkah-langkah yang