151
PENGARUH PENAMBAHAN OIL COOLER EXTERNAL
TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL
Adnan Surbakti*
Politeknik Immanuel, Medan, Sumatera Utara* Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan Oil
Cooler Erxternal terhadap unjuk kerja pada mesin diesel. Pada motor pembakaran dalam, system
pelumasan adalah salah satu penopang utama dari kerja sebuah mesin. Semakin baik kualitas oli yang digunakan maka semakin baik pula Performance dan daya tahan sebuah mesin. Dengan adanya penambahan Oil Cooler Erxternal ini membuat temperature oli tersebut tidak terlalu tinggi sehingga pelumasan di dinding selinder dan bagian – bagian utama mesin lebih maksimal, otomatis kerja mesin pun menjadi lebih baik. Pada penelitian ini dilakukan metode exprimen dengan menggunakan mesin diesel 2600 cc dan alat uji daya yaitu chasis dynamo meter, menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan Oil Cooler Erxternal terjadi kenaikan sebesar 2% lebih dan penurunan pemakaian bahan bakar spesipik (SFC) sebesar 5%.
Kata kunci: Oil Cooler Erxternal, mesin diesel, media pendingin air, dan media pendingin collant.
Abstract
The purpose of this study is about the influence of the adding oil cooler external to the performance of the diesel engine. The combustion motors, the lubrication is one the main of supporting from the performance of the engine. The best oil quality were used to make performance better, and the power of the engine. In adding the oil cooler external. To make the temperature of oil is higher so the lubrication of cylinder board. And the main parts of the engine is more maximum, the automatic of the engine performance is better. This study was used experimental method by using diesel engine 2600cc and the test is chasis dynamo meter, to show that in adding oil cooler external to increase 2% and reduction by using fuel specific (SFC) 5%. The key word : oil cooler external, the diesel engine, the cooler and the coolant cooler.
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Oli (selanjutnya ditulis oil) adalah salah satu penopang utama dari kerja sebuah mesin. Oli juga menentukan performa dan daya tahan dari mesin. Semakin baik kualitas oli yang digunakan, semakin baik pula performa dan daya tahan mesin. Fungsi utama oli adalah sebagai pelumas dan pendingin. Sebagai pelumas, oli melumasi (Lubricating) seluruh komponen bergerak di dalam mesin untuk mencegah terjadinya kontak langsung antar komponen yang terbuat dari logam. Sebagai pendingin, oli harus mampu mengurangi panas yang ditimbulkan oleh gesekan antar komponen yang bergerak pada mesin. Proses pembakaran yang terjadi di dalam dapur pacu mesin akan menimbulkan panas pada komponen-komponen dalam mesin tersebut. Ini tentu akan menyebabkan terjadinya proses keausan yang sangat cepat bila temperaturnya terlalu tinggi terus menerus, maka kualitas oli dapat menurun. Ini menyebabkan penyerapan panas dan pelunasannya tidak akan maksimal lagi. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diberikan piranti tambahan, yaitu, oil cooler. Oil
cooler berfungsi untuk mendinginkan pelumas oli
agar menjaga temperature oli di mesin tidak terlalu panas. Di Indonesia yang beriklim panas tropis, dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi terutama di kota-kota besar akan menyebabkan kerja mesin menjadi berat. Disamping itu, kualitas pelumas mesin dengan cepat menurun sehingga daya lubrikasi berkurang.
.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan informasi dari pemakai kendaraan bahwa system pelumasan yang tidak sempurna akan mengakibatkan performance mesin tidak sempurna/maksimal, sehingga berpengaruh terhadap faktor yang lain yang berkaitan dengan kerja mesin. Dengan penambahan oil cooler external pada system pelumasan diduga bahwa akan menyempurnakan kerja pelumasan dan diharapkan performance mesin akan lebih baik.
1.3. Perumusan Masalah
Daya pada motor merupakan hal yang paling utama dalam oprasionalnya. Besarnya daya pada sebuah motor diesel tergantung dari beberapa pendukungnya dan salah satu
152 diantaranya adalah sistem pendingin. Sistem
pendingin dapat bekerja dengan sempurna apabila diberi piranti tambahan yaitu oil cooler external. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah : .
1. Bagaimana cara meningkatkan kinerja mesin Diesel
2. Seberapa besar pengaruh penggunaan oil
cooler external terhadap daya pada mesin
diesel
3. Seberapa besar pengaruh pemakaian bahan bakar spesifik terhadap penggunaan oil cooler external .
1.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dalam suatu mesin oli adalah salah satu penopang utama dari kinerja suatu mesin. Oli juga menentukan performance dari suatu mesin.
Jika temperatur oli didalam mesin terlalu tinggi maka mesin tidak akan mendapatkan kerja yang maksimum, dan oli cenderung menjadi terlalu encer, sehingga pelumasan tidak normal dan menimbulkan keausan pada bagian mesin yang bergesekan. Dengan ditambahkannya oil
cooler external pada sistem pendingin diharapkan
dapat mencegah over heating sehingga kerja dari mesin dapat maximum.
1.5. Parameter Penelitian dan Variabel Yang Diamati
Mencari kondisi optimum masing-masing pengujian menyangkut :
Tabel 1 Variabel bebas dan variabel terikat
Variabel Bebas Variabel Terikat
Media pendingin air,
collant,putaran,memakai oil cooler external dan
tanpa oil cooler external
Daya mesin
Media pendingin air,
collant , putaran,
memakai oil cooler
external dan tanpa oil cooler external
Konsumsi Bahan Bakar
1.6. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mencegah terjadinya over heating saat
berkendaraan di jalan
2. Untuk meningkatkan kinerja dari motor diesel
3. Memperirit pemakaian bahan bakar.
1.7. Manfaat Penelitian
1. Untuk meningkatkan performance dan daya tahan mesin
2. Menghemat biaya untuk perawatan mesin diesel.
1.8. Batasan dan ruang lingkup penelitian
Karena keterbatasan waktu dan untuk mempermudah penelitian maka penelitian ini dibatasi yaitu objek penelitian adalah sebuah motor Diesel 2600 cc dengan variable sebagai berikut :
Pendingin oli : menggunakan oil cooler dan tanpa
oil cooler
1. Media Pendingin : air dan collant. 2. Putaran (rpm) : 750, 1500, 2250, 3000
dan 3750
3. Pemakaian bahan bakar spesifik 4. Daya motor
II TEORI DASAR
2.1. Motor Diesel
Motor bakar adalah suatu mesin kalor, yaitu mesin yang dimamfaatkan energy ternal untuk menghasilkan kerja mekanik. Energy ternal yang diubah menjadi energi mekanik tersebut diperoleh dari proses pembakaran bahan bakar. Jika proses pembakaran bahan bakar. Jika proses pembakaran bahan bakar langsung di dalam motor bakar itu sendiri tersebut motor pembakaran dalam (internal combustion engine). Berdasarkan system penyalaan bahan bakarnya, motor bakar dibedakan menjadi motor bensin (spark ingintion engine) dan motor diesel (compression ingintion engine). Motor diesel pertama kali diciptakan seorang ilmuan yang berkebangsaan Jerman yang bernama Rudolf Diesel. Lahir di Perancis pada tahun 1858 dan meninggal dunia tahun 1913. Pada tahun 1880 Rudolf Diesel mempromosikan siklus diesel yang tujuannya berfungsi untuk bahan bakar pulverized yang terbakar diudara bertekanan dan bersuhu tinggi. Kenyataanya, motor tidak berfungsi maka diesel menggunakan injector untuk menginjeksikan bahan bakar cair yang akan dikabutkan diudara dengan tekanan dan suhu tinggi sehingga terbakar. Motor diesel adalah motor bakar torak yang berbeda dengn motor bensin, proses penyalaanya bukan dengan momen loncatan api listrik. Penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara yang telah bertekanan dan bertemperatur tinggi, sebagai akibat dari proses kompresi.
2.2. Proses pembakaran dan bahan bakar
Pada gambar 2.1 berikut ini tekanan udara naik selama langkah kompresi berlangsung. Beberapa derajat sebelum torak mencapai TMA bahan bakar mulai dari semprotkan. Bahan bakar
153 akan selalu menguap dan bercampur dengan
udara yang sudah bertemperatur tinggi oleh karena temperaturnya sudah melebihi temperatur penyelaan bahan bakar, bahan bakar akan terbakar dengan cepat, waktu yang diperlukan antara saat bahan bakar di semprotkan dengan saat mulai terjadinya pembakaran dinamai periode persiapan
pembakaran (1). Waktu persiapan pembakaran
bergantung beberapa faktor, antara lain pada temperature udara saat bahan bakar mulai di semprotkan, gerakan udara dan bahan bakar jenis dan derajat pengkabutan bahan bakar serta perbandingan bahan bakar-udara lokal jumlah bahan bakar yang disemprotkan selama periode persiapan pembakaran tidaklah merupakan faktor yang menentukan waktu pembakaran. Sesudah melampaui perstapan pembakaran bahan bakar akan terbakar dengan cepat hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai garis lurus yang menanjak karena proses pembakaran tersebut terjadi dalam proses pengecilan volume (selama itu torak masih bergerak menuju TMA) sampai torak kembali beberapa derajat sudut engkol sesudah TMA, tekanannya masih bertambah besar tetapi laju kenaikan tekanannya berkurang. Hal ini di sebabkan karena kenaikan tekanan yang seharusnya terjadi di kompensasi oleh bertambahnya volume ruang bakar sebagai akibat bergerak naik torak dari TMA ke TMB. Periode pembakaran ketika terjadi kenaikan tekanan yang berlangsung dengan cepat (garis tekanan yang curam dan lurus gari BC pada gambar 2.1 dinamai
periode pembakaran cepat (2) periode
pembakaran ketika masih terjadi kenaikan tekanan sampai melewati tekanan yang maksimum dalam tahap berikutnya (garis CD gambar 2.1), dinamai periode pembakaran
terkendali (3) dalam hal ini jumlah bahan bakar
yang masuk kedalam silinder sudah mulai berkurang bahkan sudah dihentikan selanjutnya dalam periode pembakaran lanjutan (4) terjadi proses penyempurnaan pembakaran dan bahan bahan bakar yang belum sempat terbakar. Laju kenaikan tekanan yang terlalu tinggi tidaklah dikehendaki karna dapat menyebabkan beberapa kerusakan.
Gambar 1 Tahapan Pembakaran Pada Motor Diesel
2.3 Fungsi Minyak pelumas.
Minyak pelumas mesin atau yang lebih dikenal dengan nama oli memang banyak ragam dan macamnya. Bergantung pada penggunaan mesin itu sendiri yang membutuhkan oli yang tepat untuk menambah atau mengawetkan usia pakai (life time) mesin, fungsi dari pelumas adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi gesekan
Gesekan timbul bila gerakan relative antara 2 benda yang bersentuhan. Gesekan tersebut disebabkan oleh :
a. Kekasaran permukaan b. Adhesi
c. Reaksi kimia 2. Pendinginan
Motor bekerja menghasilkan panas, agar sifat pelumasan tetap baik maka perlu didinginkan dulu dengan ditambah oli cooler untuk menyerap panas.
3. Pembersih (agar tidak cepat aus)
Pelumas berfungsi membawa kotoran bak pelumas. Kotoran tersebut adalah :
a. Kerak, karena sebagian minyak terbakar b. Serpihan logam yang aus
Dari bak, pelumas disaring dulu baru dipakai untuk melumasi kembali.
4. Penyekat (penahan)
Pelumas juga mencegah gas pembakaran merembes keluar. Dapat diaplikasikan dengan cara :
a. Pada mesin yang telah aus diberi pelumas lebih kental
b. Pelumasan jangan berlebih//jangan masuk ke ruang bakar .
2.4. Oli Mineral
Oli Mineral berbahan bakar oli dasar (base oli) yang diambil dari minyak bumi yang telah diolah dan disempurnakan. Beberapa pakar mesin memberikan saran agar jika telah biasa menggunakan oli mineral selama bertahun-tahun maka jangan langsung menggantinya dengan oli sinetis dikarenakan oli sintesis umumnya mengikis deposit (sisa) yang telah ditinggalkan oli mineral sehingga tadi terangkat dari tempatnya dan mengalir ke celah-celah mesin sehingga mengganggu pemakaian mesin.
2.5. Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Kekentalan oli pelumas berkaitan dengan sejauh mana oli berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung benturan antara permukaan logam.
154 Oli harus mengalir secara cukup agar
terjamin pasokannya ke komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka lapisan yang ditimbulkan akan semakin kental. Lapisan halus pada oli kental memberi kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli terlalu tebal akan memberi resistensi berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan.
Dengan demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri yang diatur oleh Society of
Automotive Engineers (SAE). Bila pada kemasan
oli tersebut tertera angka SAE 5W-30 berarti 5W (Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan 30, tetapi yang terbaik adalah mengikuti viskositas sesuai permintaan mesin. Umumnya, mobil sekarang punya kekentalan lebih rendah dari 5W-30 karena mesin kerapatan antara komponen makin tipis dan juga banyak celah-celah kecil yang hanya bisa dilalui oleh encer, tidak baik menggunakan oli kental (20W-50) pada mesin seperti ini karena akan mengganggu debit aliran oli pada mesin dan butuh semprotan lebih tinggi.
2.6. Daya Motor (Brake Horse Power)
Merupakan daya (kerja per satuan waktu) yang diberikan ke poros penggerak oleh motor yang dikenal dengan daya kuda pengereman (brake horse power, Bhp) biasanya dinyatakan dalam satuan watt atau daya kuda (HP).
2.7. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (Specific
Fuel Consumption)
Menyatakan ukuran pemakaian bahan bakar oleh suatu motor, pada umumnya dinyatakan dengan dalam satuan massa bahan bakar per satuan keluar daya atau juga dapat didefenisikan dengan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi oleh motor untuk menghasilkan tenaga 1 HP selama 1 jam. Besarnya konsumsi bahan bakar dapat ditentukan berdasarkan persamaan berkut : Sfc Dimana :
m = massa bahan bakar yang dikonsumsi (Kg)
m p.v (dimana p = rapat jenis bahan bakar (kg/cm3), v = volume pemakaiannya (cm3) BHP = daya yang dihasilkan
motor (HP)
t = waktu yang dibutuhkan oleh motor untuk mengkonsumsi bahan bakar sebanyak m Kg (detik)
Efisiensi thermis didefinisikan sebagai efisiensi pemamfaatan kalor dari bahan bakar untuk diubah menjadi energy mekanis. Dimana efisiensi thermis dapat dirumuskan sebagai berikut : (modul praktikum prestasi mesin (2005,p.50).
nth =
x 100%
2.8. ANOVA dan Besarnya Kontribusi
Budiyono, 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press analisis varians anova digunakan sebagai metode Statistic untuk menginterpretasikan data – data hasil eksperimen yaitu suatu teknik perhitungan yang memungkinkan secara kuantitatif memperkirakan kontribusi dari setiap factor pada semua pengukuran respon.
Penelitian ini menggunakan analisis varians dua arah karena dalam penelitian terdapat data eksperimen yang lebih dari satu factor dan lebih dari dua level. Analisis varians dua arah juga sangat cocok untuk perhitungan derajat kebebasan, jumlah kuadrat serta perhitungan terhadap rerata jumlah kuadrat.
III METADOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian :
Laboratorium pengujian Otomotif Fakulitas Teknik Universitas Negeri Medan Jalan Pancing Medan Estate.
b. Waktu penelitian : Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014, sampai bulan Maret 2015. Dalam rentan waktu ini termasuk survei pendahuluan, penyusunan proposal, seminar profosal, pelaksanaan eksprimen, seminar hasil, ujian tesis dan penggandaan.
3.2. Metode Pelelitian
Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode eksprimen, dengan metode peneliti.
1. Sistematika Penelitian
Penelitian ini diawali dengan observasi pendahuluan, kegiatannya meliputi studi lapangan, studi literature dan pengambilan data awal. Tahap berikutnya adalah melakukan eksprimen dengan kombinasi variable dan level
155 levelnya. Data hasil pengujian dianalisis
kemudian dilakukan optimasi penggunaan media pendingin untuk memperoleh hasil pembakaranbahan bakar yang optimum sehingga menghasilkan bahan bakar yang hemat dan daya mesin yang maximal.
1. Obyek Penelitian
Dalam hal ini objek penelitiannya adalah analisa pengaruh penggunaan oil cooler eksternal dengan menggunakan media pendingin antara air dan
collant terhadap konsumsi bahan bakar dan daya
mesin.
2. Subjek Penelitian
Dalam hal ini subjek penelitian ini adalah mesin mobil angkutan.
3. Instrument Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini adalah data tentang daya, pemakaian bahan bakar dan variasi putaran mesin serta jenis media pendingin.
4. Instalasi Peralatan Uji
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mobil penumpang 2600 cc kapasitas 8 penumpang, selang pengukur bahan bakar dan diberi sekala.
5. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Gelas Ukur b. Stop Watch c. solar pada gelas ukur. d. Taco Meter e. Selang
f. Dinamometer :
6. Bahan untuk pengujian
collant dan air, dua unit mobil pribadi yang menggunakan oil cooler external dan yang tidak menggunakan oil cooler external.
IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 2 Grafik Hubungan antara Putaran dan Daya Pada Mesin yang tidak Memakai Oil Cooler
External
Dari grafik gambar diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara putaran mesin dan daya adalah :
1. Semakin besar putaran maka semakin besar pula daya yang dihasilkan baik yang menggunakan media pendingin air maupun media pendingin collant. 2. Dengan menggunakan media pendingin
collant maka daya yang dihasilkan lebih besar bila dibandingkan dengan media pendingin air.
3. Dengan menggunakan media pendingin
collant, daya yang dihasilkan lebih besar
karena penggunaan media pendingin coolant temperatur mesin lebih stabil. 4. Dengan menggunakan media pendingin
coolant maka daya yang berubah menjadi daya efektive menjadi lebih besar.
Gambar 3 Grafik Respon Rerata Daya Mesin (KW) pada mesin yang memakai Oil Cooler
External
Gambar 4 Grafik Respon Penggunaan Oil Cooler dan tanpa Oil Cooler terhadap Daya Mesin
dengan media pendingin air
Putaran Mesin (RPM) 3750 rpm 3000 rpm 2250 1500 750 rpm Daya (K W) 70.0 65.0 60.0 55.0 50.0 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0
Medi Pendingin Coolant Media pendingin Air
Jenis Pendingin/ Media
Grafik Respon Rerata Tanpa Oil Cooler Terhadap Daya (kw)
Putaran Mesin (RPM) 5000 RPM 4000 RPM 3000 RPM 2000 RPM 1000 RPM Daya (kw) 130.0 120.0 110.0 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
Media Pendingin Coolan Radiator Media Pendingin Air
Jenis Pendingin/ Media
Gambar Grafik Respon Rerata Daya Mesin (KW) pada pendingin yang memakai Oil Cooler External
Putaran Mesin (RPM) 5000 RPM 4000 RPM 3000 RPM 2000 RPM 1000 RPM Daya (kw) 120.0 110.0 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 OIL COOLER EKTERNAL TANPA OIL COOLER
Jenis Pendingin/ Media
156 Gambar 5 Grafik Respon Rerata Pengaruh Oil
Cooler dan tanpa Oil Cooler terhadap Daya
Mesin dengan cairan Coolan Radiator
Gambar 6 Grafik Respon Rerata Konsumsi Bahan Bakar (cc/det) Pada mesin Tanpa Oil Cooler
External
Gambar 7 Grafik Respon Rerata Pengaruh Oil
Cooler dan tanpa Oil Cooler terhadap Konsumsi
Bahan Bakar (cc/det) memakai cairan air di tangki radiator
Gambar 8 Grafik Respon Rerata pemakaian Oil
Cooler dan tanpa Oil Cooler terhadap
Pemakaian bahan bakar (cc/det) dengan cairan
Coolan Radiator
Pengaruh penggunaan oil cooler external pada mesin diesel mendapatkan daya mesin yang optimal (terjadi peningkatan daya dan pengurangan pemakaian bahan bakar spesifik). Untuk putaran yang sama dan media pendingin yang sama pengaruh antara putaran dan daya pengaruh kontribusinya dapat di lihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2 Pengaruh Kontibusi Daya Media Pendingin Putar an Tanpa Memak ai Oil Cooler Memakai Oil Cooler Kontrib usi Rata – Rata Air 1000 2000 3000 4000 5000 15,83 29,5 61,16 100,33 110,83 16,15 30 63,35 103 112 1,77% Coolant 1000 2000 3000 4000 5000 20,08 49,35 80,62 104 119,6 21 50 81 110 120 2,42%
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan selama prosespenelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk setiap putaran baik dengan media pendingin oil cooler maupun media pendingin air dibandingkan antara mesin diesel yang menggunakan pendingin oli (oil cooler) maka dayanya meningkat. Dari pembahasan diatas diperoleh Putaran Mesin (RPM) 5000 RPM 4000 RPM 3000 RPM 2000 RPM 1000 RPM Daya (kw) 120.0 110.0 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 OIL COOLER EKTERNAL TANPA OIL COOLER Jenis Pendingin/ Media
Gamabar grafik respon rerata pengaruh oil cooler terhadap Daya Mesin dengan cairan coolan radiator
Putaran Mesin (RPM) 5000 RPM 4000 RPM 3000 RPM 2000 RPM 1000 RPM BB M (cc/det) 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3.0 2.9 2.8
Media Pendingin Coolan Radiator Media Pendingin Air
Jenis Pendingin/ Media Gambar Grafik Respon Rerata Konsumsi Bahan Bakar (cc/det) Pada mesin Tanpa Oil cooler
External Putaran Mesin (RPM) 5000 RPM 4000 RPM 3000 RPM 2000 RPM 1000 RPM BB M (cc/det) 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3.0 2.9 2.8 2.7 OIL COOLER EKTERNAL TANPA OIL COOLER Jenis Pendingin/ Media
Gambar respon rerata pengaruh oil cooler terhadap Konsumsi Bahan Bakar (cc/det) memakai cairan air di tangki radiator
Putaran Mesin (RPM) 5000 RPM 4000 RPM 3000 RPM 2000 RPM 1000 RPM BB M (cc/det) 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3.0 2.9 2.8 2.7 OIL COOLER EKTERNAL TANPA OIL COOLER
Jenis Pendingin/ Media Grafik respon rerata pemakaian oil cooler terhadap Pemakain bahan bakar (cc/det) dengan
157 peningkat daya dengan menggunakan
media pendingin air 1,77% dan collant 2,42%.
2. Untuk setiap putaran baik dengan media pendingin oil cooler maupun media pendingin air dibandingkan antara mesin diesel yang menggunakan pendingin oli (oil cooler) maka pemakaian bahan bakar (SFC) menjadi lebih irit, dan dari pembahasan diatas diperoleh pengiritan pemakaian bahan bakar yaitu, dengan media pendingin air lebih irit 5,15% dan
collant 3,47%.
3. Penggunaan oil cooler saat yang tepat bagi motor diesel dengan beban berat, aagar tidak terjadi over heating.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan pada hasil penelitian maka peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu:
1. Kepada pemilik kendaraan agar memperhatikan sistim pelumasan mesin, apakah sistim oil cooler bekerja atau tidak berfungsi, jika tidak berfungsi agar melakukan tindakan perbaikan.
2. Kepada produk otomotif khususnya otomotif motor diesel pada sistem
pelumasan motor diesel putaran tinggi agar menambah piranti tambahan yaitu pendingin oli (oil cooler).
Daftar Pustaka
1. Arismunandar, Wiranto dan Tsuda, Koichi, 1983, Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta : Pradnya Paramita
2. Arismunandar, Wiranto. 1983. Penggerak
Mula Motor Bakar Torak. Penerbit : ITB
3. Holman, J.P., 1994, Perpindahan Kalor
(Edisi 6), Jakarta : Penerbit Erlangga.
4. Maleev, V.L., M.E., DR.A.M., Priambodo, Bambang, IR., …., Operasi Dan Pemeliharaan Mesin Diesel, Penerbit :
Erlangga, Jakarta
5. TOYOTA, Materi Pelajaran Engine Group
New Step II, PT. TOYOTA ASTRA
MOTOR Jakarta.
6. Wikipedia ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, Oli, 22/11/2009.