• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008

Asep Saepudin1, Rokhmatuloh1, Tuty Handayani1

1Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Kampus UI

Depok 16424

Email : asep.dede29@yahoo.com

Abstrak

Tumpahan minyak di perairan telah menimbulkan pencemaran di lingkungan laut maupun di daerah pesisir pantai, sehingga perlu dilakukan penelusuran kejadian tumpahan minyak dapat digunakan untuk mitigasi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan pergerakan tumpahan minyak di perairan Cilacap, Jawa Tengah tahun 2008, serta hubungannya dengan angin, arus, dan pasang surut. Identifikasi tumpahan minyak dilakukan dengan interpretasi citra Modis surface reflectance dengan melihat penurunan nilai spektral dan diikuti oleh peningkatan nilai fluorescence index. Tumpahan minyak menyebar di sekitar pesisir pantai Teluk Penyu Kecamatan Cilacap Selatan, Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Adipala, dengan luas total area yang tercemar sebesar 1.378 ha. Angin merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap pergerakan minyak dibandingkan dengan arus dan pasang surut. Pergerakan tumpahan minyak menyebar menjauhi lokasi sumber tumpahan dan bergerak searah dengan arah angin menuju ke arah timur. Dari kondisi oseanografis menunjukan bahwa jenis penyebarannya termasuk kedalam jenis difusi gabungan ekspansi dan relokasi.

Distribution of Oil Spil in Cilacap Coastal 2008 Abstract

The oil spill in the waters has occurred pollution in the marine environment as well as in coastal areas, so needs to do investigation of occurrence oil spill which can use for disaster mitigation. This research is going to describe the distribution and movement of oil spill in Cilacap coastal, Central Java in 2008, and its relation with the wind, currents, and tides. Identification of oil spill conducted by Modis image surface reflectance interpretation by looking at the impairment of spectral and was followed increase in fluorescence index value. Distribution of oil spill spreading around at Teluk Penyu coast of south Cilacap, North Cilacap, Kesugihan, and Adipala, with a total area of 1.378 ha contaminated. Wind is the dominant factor influencing the movement of oil compared with currents and tides. The movement away from the spreading oil spill and the spill source location moves in the direction of the wind toward the east. Of oceanographic conditions indicate that the type of distribution, including the type of diffusion into the combined expansion and relocation.

Keywords : Distribution of Oil Spill, Cilacap Coastal, Modis Image, Fluorescence Index

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lalu lintas kapal tanker serta kegiatan eksplorasi dan produksi minyak di lepas pantai telah menjadikan kawasan-kawasan tertentu di perairan Indonesia salah satu contohnya yaitu

(2)

perairan Cilacap yang berpotensi terhadap pencemaran tumpahan minyak. Cilacap merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki pelabuhan laut di pantai selatan Pulau Jawa. Sejak peresmian perluasan Kilang Minyak Cilacap tahun 1983 dan kehadiran industri minyak terbesar di Indonesia yaitu PT. Pertamina UP IV Cilacap, secara langsung maupun tidak langsung telah berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

Namun demikian keberadaan kilang minyak tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat. Kegiatan di Pelabuhan Cilacap terus meningkat, terutama lalu lintas kapal-kapal tanker. Berbagai jenis minyak baik yang mentah maupun yang telah diolah diangkut dengan menggunakan kapal tanker. Seiring dengan ramainya lalu lintas kapal tersebut, berbagai macam kasus pencemaran akibat tumpahan minyak pernah terjadi di sekitar alur pelayaran.

Neff (1976) mengatakan bahwa pengaruh spesifik dari peristiwa tumpahan minyak terhadap lingkungan laut dan pantai tergantung pada jumlah minyak yang tumpah, lokasi kejadian, dan waktu kejadian. Sedangkan menurut Supriharyono (2002), bahwa tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh tumpahan minyak terutama bergantung pada jumlah tumpahan minyak, jenis, dan sifat bahan kimiawi minyak yang tumpah dan kepekaan ekosistem terhadap dampak tumpahan minyak yang ditimbulkan.

Kejadian tumpahan minyak di perairan Cilacap terjadi pada tanggal 3 April 2008, peristiwa tersebut terjadi di wilayah kerja pelabuhan khusus pengolahan minyak PT. Pertamina UP IV Cilacap yaitu dermaga II area 70. Tumpahan minyak bersumber dari aktivitas bongkar muat dan pengisian bahan bakar minyak terdapat kebocoran dari venting (lubang udara) pada kapal motor tanker (KMT) Palu Sipat sebesar 18.500 Kiloliter. Tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap tersebut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pesisir dan secara langsung merusak ekosistem laut.

Sistem monitoring dan peringatan dini tumpahan minyak di perairan laut menjadi hal yang perlu dilakukan untuk penentuan tingkat penanggulangan yang diperlukan sehingga dampak kerusakan lingkungan yang lebih besar dapat dicegah atau diminimalisir. Penggunaan citra MODIS akan mempermudah dalam proses identifikasi kandungan minyak di permukaan laut. Algoritma Fluorescence Index mampu mendeteksi kandungan minyak di perairan (Dessi et al., 2008). Selain itu citra MODIS mempunyai kelebihan untuk memantau tumpahan minyak

(3)

karena resolusi spasial 250-500 meter dan resolusi temporalnya juga tinggi, sehingga dapat memberikan informasi spasial dan temporal secara lengkap.

1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Bagaimana Pola Sebaran dan Pergerakan Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap, serta mengetahui pengaruh kondisi fisik oseanografi terhadap pergerakan tumpahan minyak.

1.3 Batasan Masalah

• Tumpahan minyak adalah kondisi dimana air laut tercemar oleh kandungan minyak yang terjadi akibat bongkar muat industri pengolahan minyak dan sistem transportasi laut dari kecelakaan kapal tanker.

• Pergerakan tumpahan minyak adalah gambaran arah spasial dari penyebaran tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap.

• Teori difusi digunakan untuk memberikan informasi penyebaran tumpahan minyak menentukan pola sebaran tumpahan minyak

• Kondisi fisik laut adalah pengaruh fisik laut yang berperan dalam persebaran dan pembentukan pola tumpahan minyak, seperti arus, angin, dan pasang surut.

• Angin adalah perpindahan massa udara dari tempat yang memiliki tekanan tinggi menuju tempat yang memiliki tekanan lebih rendah untuk mencapai keseimbangan. • Arus adalah gerakan massa air laut horizontal dan vertikal secara terus menerus sampai

tercapai keseimbangan (Gross, 1972).

• Pasang surut adalah proses naik turunnya air laut secara berkala, akibat adanya kombinasi gaya sentrifugal dan gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi (Pariwono, 1989).

• Pendekatan Fluorscence Index (F) adalah suatu pendekatan yang dijalankan pada citra Modis dengan melihat tumpahan minyak dimana dapat diasumsikan bahwa terdapat anomali dalam nilai reflektan (Fiangas, 1997 dalam Lestari, 2010).

• Kejadian tumpahan minyak bersumber dari kegiatan bongkar muat kapal tanker yang bersandar di dermaga II area 70 PT. Pertamina UP IV Cilacap pada tanggal 3 April 2008.

(4)

• Citra MODIS yang digunakan adalah citra MODIS surface reflectance 8 harian level 3.

1.4 Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pesisir perairan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap. Secara geografis Kabupaten Cilacap berada pada koordinat 108º 4’ 30“ - 109º 22’ 30“ Bujur Timur dan 7º 30’ 20“ - 7º 45’ 20” Lintang Selatan. Secara administratif Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Cilacap pada tahun 2011 yang terdiri dari 269 desa dan 15 kelurahan, dengan spesifikasi 11 Kecamatan (72 Desa/Kelurahan) yang memiliki wilayah pesisir di wilayah selatan Jawa Tengah. Tercatat seluas 234.732,729 ha (termasuk Pulau Nusakambangan seluas 11.511 ha), atau sekitar 6,94 persen dari luas Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang terletak di pesisir selatan Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan:

Bagian Utara : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kuningan Bagian Selatan : Samudera Hindia

Bagian Barat : Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar

Bagian Timur : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen

2. Tinjauan Pustaka

Minyak mentah (crude oil) adalah campuran kompleks dari hidrokarbon yang memiliki jumlah atom karbon antara 4-26 atom dalam satu molekul, serta membentuk rantai lurus dan rantai cabang (alifatik), rantai siklik (alisiklik), dan rantai aromatik (Clark, 1986). Jumlah komponen hidrokarbon aromatik relatif kecil dan lebih beracun, mudah berubah menjadi gas, dan menguap jika dibandingkan dengan komponen hidrokarbon alifatik dan alisiklik. Secara umum toksisitas minyak mentah meningkat dengan memanjangnya rantai karbon (Mukhtasor, 2007). Hidrokarbon dalam minyak mentah memiliki komposisi senyawa yang berbeda-beda antar sumur minyak yang satu dengan yang lain, tergantung pada sumber penghasil minyak tersebut. Clark (1986) menyatakan untuk memanfaatkan minyak mentah terlebih dulu harus melewati proses penyulingan guna memutuskan ikatan rantai karbon yang berbeda titik didihnya menjadi beberapa fraksi pada minyak mentah.

Pencemaran air laut oleh tumpahan minyak menjadi hal serius yang perlu mendapat penanganan khusus. Banyak penyebab mengapa air laut dapat tercemar oleh tumpahan minyak, bukti nyata yaitu adanya kebocoran minyak pada kapal tanker akibat kecelakaan yang menjadi salah satu sumber pencemaran minyak. Penyebaran tumpahan minyak di

(5)

lingkungan laut dipengaruhi oleh angin dan arus, angin berpengaruh sekitar 3.4% pada sebaran tumpahan minyak. Proses-proses yang terjadi pada tahap awal tumpahan antara lain penyebaran, penguapan, dispersi, emulsifikasi, dan pelarutan. Sementara oksidasi, sedimentasi, dan biodegradasi merupakan proses weathering jangka panjang yang membantu proses penguraian minyak. Menurut Krough (1980) dalam Firdaus (1997), terdapat dua jenis tumpahan minyak berdasarkan kekekalannya (persistent), yaitu tumpahan minyak yang tidak kekal (nonpersistent) dan tumpahan minyak yang kekal (persistent). Tumpahan minyak

non-persistent menyebabkan tumpahan minyak perlahan akan berangsur-angsur menghilang dari

permukaan laut akibat adanya proses fisika-kimia, sedangkan tumpahan minyak yang kekal (persistent) akan menyebar secara perlahan sehingga mencemari lingkungan laut.

Sementara itu pergerakan tumpahan minyak tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik minyak itu sendiri, tetapi kondisi oseanografi laut juga berpengaruh terhadap pergerakan tumpahan minyak, diantaranya adalah kondisi angin permukaan, arus laut, dan kondisi pasang surut air laut. Penyebaran lapisan minyak yang berada di permukaan laut dipengaruhi oleh angin permukaan. Jika kecepatan angin bertiup lebih besar dari 20 km/jam yang tentu saja terjadi pada laut terbuka, maka penyebaran lapisan minyak ditentukan oleh kondisi angin setempat. Sedangkan Penyebaran lapisan minyak yang berada di permukaan laut sangat dipengaruhi oleh arus permukaan. Jika lapisan minyak dekat dengan daratan dimana kecepatan angin kurang dari 10 km/jam, maka lapisan tersebut 100% menyebar mengikuti arus permukaan.

3. Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode kuantitatif, dengan penggunaan data sekunder berupa data Citra MODIS surface reflectance bulan April tahun 2008, 8-harian level 3 dengan resolusi spasial 500 meter yang telah terektifikasi. Data tersebut digunakan untuk memudahkan dalam interpretasi kandungan minyak di lingkungan laut dengan melihat nilai indeks fluorescence dari citra Modis. Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari arah dan kecepatan angin, arah dan kecepatan arus, dan pasang surut air laut.

Pada penelitian ini digunakan metode analisis spasial dan deskriptif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui arah pergerakan tumpahan minyak yang terjadi pada bulan April tahun 2008 di perairan Cilacap dengan melihat faktor-faktor fisik laut yang berpengaruh antara lain arah dan kecepatan angin, arus laut, serta pasang surut air laut. Adapun tahapan yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah sebagai berikut :

(6)

1) Menganalisis sebaran minyak yang terjadi melalui algoritma fluorescence index pada hasil pengolahan citra MODIS surface reflectance bulan April tahun 2008.

2) Menganalisis hubungan kondisi fisik lingkungan laut yaitu arus, angin, dan pasang surut di perairan Cilacap dengan sebaran dan pergerakan tumpahan minyak menggunakan metode overlay.

3) Menganalisis pergerakan tumpahan minyak di perairan Cilacap pada bulan April tahun 2008 yang sesuai dengan teori difusi.

4. Hasil Dan Pembahasan

Kejadian tumpahan minyak di perairan Cilacap cukup sering terjadi, hal ini dikarenakan kegiatan pelayaran dan aktivitas kapal tanker yang tinggi serta pengaruh beberapa perusahan industri yang menggunakan kapal tanker sebagai sarana transportasi. Peristiwa tumpahan minyak yang terjadi di daerah penelitian yaitu terjadi pada tanggal 3 April 2008. Peristiwa tersebut terjadi di wilayah kerja pelabuhan khusus pengolahan minyak PT. Pertamina UP IV Cilacap yaitu dermaga II area 70 dengan titik koordinat 109º1’26,76” BT dan 07º45’14,4” LS. Tumpahan minyak bersumber dari aktivitas bongkar muat dan pengisian bahan bakar minyak terdapat kebocoran dari venting (lubang udara) pada kapal motor tanker (KMT) Palu Sipat, yang memuat minyak bahan bakar untuk keperluan industri.

4.1 Hasil Identifikasi Citra MODIS

Penggunaan citra Modis surface reflectance dapat memberikan informasi perbedaan antara darat dan perairan dengan jelas. Wilayah daratan digambarkan dengan rona yang terang, sedangkan untuk wilayah yang digambarkan dengan rona gelap yaitu merupakan wilayah perairan. Penggambaran rona terang di bagian daratan menunjukan pemukiman atau daerah dengan banyak bangunan, karena bangunan memiliki hamburan yang sangat kuat. Selain itu rona terang yang terdapat pada citra Modis menunjukan awan.

Citra Modis surface reflectance terdapat tujuh band yang memiliki nilai spektral yang berbeda-beda pada setiap pixelnya. Dengan melihat nilai spektral dari ketujuh band tersebut, citra Modis memiliki kemampuan untuk memastikan terdapatnya kandungan minyak di permukaan laut. Sumber tumpahan minyak berada pada titik koordinat 109º1’26,76” BT dan 07º45’14,4” LS atau pada pixel 2.158 line 1.856. Permukaan laut yang bersih pada umumnya memiliki nilai spektral yang konstan dengan nilai berkisar 0,0411 – 0.0077. Sedangkan permukaan laut yang terkandung minyak memiliki nilai spektral dari ketujuh band tersebut

(7)

akan mengalami anomali berupa penurunan nilai spektral hingga mencapai nilai 0,0670 sampai dengan -0,02.

4.2 Sebaran Tumpahan Minyak

Proses penyebaran tumpahan minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu karakteristik dari minyak itu sendiri yang meliputi perbedaan densitas air dan minyak, serta pengaruh dari kondisi oseanografi yakni gelombang, arus, angin, dan pasang surut. Berdasarkan pengolahan data cita Modis surface reflectance, persebaran tumpahan minyak menyebar disekitar Pantai Teluk Penyu, dengan luas total sebaran tumpahan minyak pada bulan April sebesar 1.378 ha. Nilai indeks fluorescence yang tinggi menunjukan bahwa terdapat anomali komponen hidrokarbon dan menunjukan adanya kandungan minyak di permukaan air. Hal ini didasarkan oleh adanya penurunan nilai spektral dari ketujuh band citra Modis, yang mana nilai spektral -0,05 sampai dengan 0,02 menunjukan adanya kandungan minyak, 0,02 sampai dengan 0,1 menunjukan tidak terdapat kandungan minyak, dan > 0,1 menunjukan daratan.

Gambar 1. Nilai Fluorescence Index Citra MODIS Bulan April (kiri) Tahun 2008 dan Sebaran Tumpahan Minyak Bulan April (kanan) Tahun 2008

(Sumber: Pengolahan data, 2014)

Sehingga berdasarkan pengolahan data sekunder pada citra Modis seperti yang terlihat pada gambar diatas, menunjukan hasil dari klasifikasi nilai indeks fluorescence selama bulan April tahun 2008. Dengan melihat tiap sampel pixel line dari ketujuh band citra Modis pada masing-masing tanggal, dapat ditentukan pula piksel mana saja yang benar-benar diduga terdapat kandungan minyak di permukaan laut dengan ditandai adanya peningkatan pada nilai indeks fluorescence. Oleh karena itu sebaran tumpahan minyak pada bulan April tahun 2008 ditunjukan pada Gambar.1 (kanan).

(8)

Analisis citra Modis surface reflectance, tanggal 6 April 2008, dalam keadaan 3 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa teridentifikasi minyak di kawasan Teluk Penyu. Luas sebaran tumpahan minyak pada tanggal 6 April yaitu sebesar 106,5 ha berada di bagian timur dari lokasi sumber tumpahan minyak. Tumpahan minyak teridentifikasi pada pixel 2.161 line 1.856. Rona hitam berdasarkan data sekunder berupa nilai spektral dari ketujuh band diatas, ditemukan suatu anomali berupa penurunan nilai spektral, yaitu 0,067 sampai dengan -0,02, disamping itu nilai Indeks Fluorescence mengalami peningkatan yang signifikan mencapai 0,7. Sehingga rona tersebut dapat dinyatakan sebagai tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap pada tanggal 6 April 2008.

Analisis citra Modis surface reflectance tanggal 14 April 2008, yaitu selang 11 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa pada pixel 2.168 line 1.856, pixel 2.168 line 1.847, pixel 2.163 line 1.851, pixel 2.168 line 1.850, pixel 2.171 line 1.854 terdapat suatu rona hitam yang membentuk suatu area dengan luas total sebesar 611 ha, berada dibagian timur laut hingga bagian timur dari lokasi sumber tumpahan. Sedangkan untuk analisis citra Modis surface reflectance tanggal 22 April 2008, yaitu selang 19 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa pada pixel 2.163 line 1.853, pixel 2.178 line 1.851, pixel 2.174 line 1.845, dan pixel 2.170 line 1.848 terdapat suatu rona hitam yang membentuk suatu area dengan luas total sebesar 383,41 ha, berada dibagian timur laut dari lokasi sumber tumpahan atau disekitar pesisir pantai teluk penyu Kecamatan Cilacap Utara dan Kecamatan Kesugihan.

Sementara itu, hasil analisis citra Modis surface reflectance tanggal 30 April 2008, yaitu selang 11 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa pada pixel 2.172 line 1.846, pixel 2.177 line 1.847, dan pixel 2.188 line 1.848, terdapat suatu rona hitam yang membentuk suatu area dengan luas total sebesar 276,9 ha, berada dibagian timur dari lokasi sumber tumpahan atau didaerah pesisir Pantai Teluk Penyu Kecamatan Adipala.

4.3 Pengaruh Angin Terhadap Tumpahan Minyak

Pengaruh angin untuk menggerakkan minyak adalah pada sekitar 2,5% sampai dengan 3,5% dari kecepatan angin. Menurut Wardhana, (2004) dalam Lestari, (2010) mengatakan bahwa lapisan minyak pada umumnya bergerak pada arah yang sama dengan pergerakan angin.

(9)

Tabel.1 Periode Pergerakan Minyak, Jarak dan Arah Migrasi, serta Gerakan Angin

Periode Jarak Migrasi (Km) Arah Migrasi Gerakan Angin

Rata-Rata

Maksimum Minimum Kecepata

n (Knot)

Arah (º)

6 - 14

April 2008 3,7 5,57 0,51 Timur Laut - Timur 4,9 174,8

14 - 22 April 2008 4,4 8,17 1,03 Timur Laut - Timur 5,3 156, 1 22 - 30 April 2008 5,7 11,77 1,04 Timur Laut - Timur 4,5 176, 1 (Sumber: Analisa Penulis, 2014)

Tabel diatas menunjukan bahwa pergerakan tumpahan minyak terdiri dari tiga periode, pertama pergerakan tanggal 6 April 2008 sampai 14 April 2008, kedua pergerakan tanggal 14 April 2008 sampai 22 April 2008, dan terakhir pergerakan tanggal 22 April 2008 sampai 30 April 2008. Pembagian periode tersebut dilakukan agar mempermudah dalam menentukan faktor fisik lingkungan laut yang dominan berpengaruh terhadap pergerakan tumpahan minyak, selain itu untuk mengetahui jarak migrasi lapisan minyak dalam satu hari.

Gambar 2. Pengaruh Angin terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak

(Sumber: Pengolahan data, 2014)

Pada periode pertama, jarak migrasi atau perpindahan rata-rata lapisan minyak sebesar 3,7 Km, sedangkan jarak maksimum dan minimum masing-masing sebesar 5,57 Km dan 0,51 Km. Sehingga perharinya minyak bergerak sekitar 0,4 Km dengan kecepatan perharinya 0,54 Knot. Jarak tersebut diperoleh dari perhitungan tiap sample pixel line pada hasil pengolahan data citra Modis. Kecepatan angin pada bulan April 2008 terbagi atas kecepatan rendah berkisar 1 – 4 Knot, sedang berkisar 4 – 8 Knot, dan tinggi berkisar 8 – 12 Knot. Pada periode pertama kecepatan rata-rata angin terhadap pergerakan minyak berada pada kecepatan angin

(10)

sedang yaitu sebesar 4,9 Knot dengan arah rata-rata menuju ke selatan (174,8º). Sehingga kecepatan angin harian yaitu sebesar 0,5 Knot dengan arah harian sebesar 19,4º. Pergerakan angin bergerak menuju timur laut dari sumber tumpahan, yang kemudian dibelokan ke arah timur karena adanya pengaruh angin yang bergerak di sekitar pulau Nusakambangan di bagian selatan, sehingga minyak cenderung mengikuti arah angin yaitu bergerak ke timur.

Periode kedua, jarak migrasi atau perpindahan rata-rata lapisan minyak sebesar 4,4 Km, sedangkan jarak maksimum dan minimum masing-masing sebesar 8,17 Km dan 1,03 Km. Pada periode ini minyak mulai menyebar luas menjauh dari tumpahan minyak periode pertama dengan pergerakan minyak perhari sejauh 0,48 Km pada kecepatan 0,58 Knot. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kecepatan angin rata-rata sebesar 5,3 Knot dengan arah pergerakan angin rata-rata menuju ke tenggara (156,1º). Sehingga dengan adanya peningkatan kecepatan angin, pergerakan minyak semakin bertambah luasnya. Sehingga pada tanggal 14 April 2008 minyak bergerak mendekati pesisir karena pengaruh angin yang bergerak ke arah utara hingga timur laut.

Pada periode ketiga, jarak migrasi atau perpindahan rata-rata lapisan minyak sebesar 5,7 Km, sedangkan jarak maksimum dan minimum masing-masing sebesar 11,77 Km dan 1,04 Km. Pada periode ini pergerakan minyak mencapai jarak terjauh dari periode sebelumnya dengan pergerakan minyak perhari sejauh 0,63 Km pada kecepatan 0,5 Knot, dan mengalami penurunan luas area yang tercemar seperti yang terlihat pada tumpahan minyak tanggal 22 April 2008 dan tanggal 30 April 2008. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu lapisan minyak bergerak menuju pantai dan mengendap karena arah angin bergerak menuju ke utara mendekati pesisir panati, serta pengaruh angin yang bergerak menuju ke samudera.

4.4 Pengaruh Arus Terhadap Tumpahan Minyak

Pada bulan April tahun 2008 arus bergerak ke arah tenggara dengan variasi kecepatan yang rendah, masa air bergerak tenang dengan kecepatan berkisar antara 2 – 10 m/detik di sebagian besar perairan pesisir Cilacap dan bergerak semakin cepat dengan kecepatan seragam 10 – 20 m/detik. Arah arus permukaan berdasarkan data sekunder menunjukan bahwa arus bergerak dominan menuju ke selatan hingga barat daya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bulan April tahun 2008 di perairan Cilacap sedang terjadi musim barat.

(11)

Kecepatan arus pada tiap periode mempunyai nilai cukup tinggi. Pada periode 6 April 2008 sampai 14 April 2008 kecepatan rata-rata arus mencapai 17,6 m/detik dengan arah terbanyak menuju ke tenggara (121º). Pada periode ini pengaruh arus dapat menggerakan minyak perharinya yaitu 0,41 km dengan kecepatan perhari 1,95 m/detik. Arah arus bergerak disekitar pantai dengan kecepetan rendah dan adanya pengaruh pulau Nusakambangan di selatan Cilacap, sehingga arus sebagian bergerak menuju ke utara sampai timur akibat terjadinya pembelokan.

Pada periode 14 April 2008 sampai 22 April 2008 kecepatan rata-rata arus terus bertambah dan mencapai nilai maksimum mencapai 25,6 m/detik dengan arah terbanyak menuju ke selatan (172,6º). Pada periode ini pergerakan minyak perhari mencapai 0,48 Km dengan kecepatan perhari 0,58 m/detik, sehingga area yang tercemar oleh minyak semakin meluas.

Tabel.2 Periode Pergerakan Minyak, Jarak dan Arah Migrasi, serta Gerakan Arus

Periode Jarak Migrasi (Km) Arah

Migrasi

Gerakan Arus

Rata-Rata

Maksimum Minimum Kecepatan

(m/d) Arah (o) 6 - 14 April 2008 3,7 5,57 0,51 Timur Laut – Timur 17,6 121 14 - 22

April 2008 4,4 8,17 1,03 Timur Laut – Timur 25,6 172,6

22 - 30 April 2008

5,7 11,77 1,04 Timur Laut – Timur

23,5 144,4

(Sumber: Analisa Penulis, 2014)

Gambar 3. Pengaruh Arus terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak

(Sumber: Pengolahan data, 2014)

(12)

Sedangkan pada periode 22 April 2008 sampai 30 April 2008 lapisan minyak mencapai jarak terjauh yaitu mencapai 11,77 Km. Kecepatan arus rata-rata pada periode ini sebesar 23,5 m/detik, dan terjadi penurunan dibanding dengan kecepatan arus periode kedua yang mencapai kecepatan maksimum dengan arah terbanyak menuju ke tenggara (144,4º). Pergerakan lapisan minyak bergerak semakin menjauh dikarenakan jarak migrasi atau perpindahan pada periode ini mencapai jarak terjauh, dengan jarak perharinya sebesar 0,63 dengan kecepatan arus perhari sebesar 0,5 m/detik.

4.5 Pengaruh Pasang Surut Terhadap Tumpahan Minyak

Perairan Cilacap memiliki pola pasang surut campuran dominasi ganda dimana dalam satu hari dapat terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Pada tipe pasang surut campuran dominasi ganda, lokasi yang terdapat bahan pencemar akan menyebar apabila tidak segera dilakukan clean up, karena bahan pencemar tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa hilang di perairan. Tinggi muka air laut pada saat pasang tertinggi mencapai 0.86 meter di atas permukaan laut. Sedangkan tinggi muka air laut pada saat surut terendah mencapai 0.75 meter di bawah Mean Sea Level (MSL).

Tabel.3 Periode Pergerakan Minyak, Jarak dan Arah Migrasi, serta Pasang Surut

(Sumber: Analisa Penulis, 2014)

Tabel diatas menunjukan bahwa kondisi pasang surut pada bulan April tahun 2008 di perairan Cilacap mencapai dua meter. Pada periode 6 April 2008 sampai 14 April 2008 dan periode 14 April 2008 sampai 22 April 2008 memiliki pasang surut sebesar 1,9 meter. Sedangkan pada periode 22 April 2008 sampai 30 April 2008 memiliki pasang surut sebesar 2,1 meter. Pada rentang tanggal 14 April 2008 sampai tanggal 30 April 2008, terjadi peningkatan nilai pasang surut, dalam hal ini terjadi pasang surut tertinggi. Keadaan ini dipengaruhi oleh adanya kondisi bulan sedang mengalami bulan purnama yang terjadi sekitar tanggal 15 menurut penanggalan kalender (masehi). Oleh karena itu pada tanggal 14 April 2008 dan tanggal 22

Periode Jarak Migrasi (Km) Arah Migrasi Pasang

Surut (m) Rata-Rata Maksimum Minimum 6 - 14 April

2008 3,7 5,57 0,51 Timur Laut - Timur 1,9

14 - 22 April 2008 4,4 8,17 1,03 Timur Laut - Timur 1,9 22 - 30 April 2008 5,7 11,77 1,04 Timur Laut - Timur 2,1

(13)

April 2008 tumpahan minyak memiliki luas yang tinggi karena proses penyebaran yang dipengaruhi oleh kondisi air laut yang mengalami pasang surut tinggi.

Gambar 4. Pengaruh Pasang Surut terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak

(Sumber: Pengolahan data, 2014) 4.5 Pola Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap

Distribusi sebaran tumpahan minyak berdasarkan hasil identifikasi citra Modis surface

reflectance menunjukan bahwa luas permukaan laut yang tertutup lapisan minyak terjadi

selama bulan April, dengan luas yang tertutup minyak tertinggi yaitu terjadi pada tanggal 14 April 2008 atau 11 hari setelah peristiwa tumpahan minyak terjadi. Pergerakan minyak bergerak menuju ke arah pesisir pantai dan terus bergerak menjauh dari sumber tumpahan minyak. Pengaruh angin cukup kuat dalam proses pergerakan tumpahan minyak, karena minyak terus bergerak dominan ke arah timur searah dengan arah pergerakan angin.

Gambar 5. Pergerakan Tumpahan Minyak Bulan April (kiri) Tahun 2008 dan Daerah Blok Tumpahan Minyak

(kanan)

(Sumber: Pengolahan data, 2014)

2

3

4

1

(14)

Berdasarkan hasil pengolahan data citra Modis surface reflectance selama bulan April dengan rentang waktu 8 harian, menunjukan bahwa area sebaran tumpahan minyak terbagi menjadi empat blok dengan luas total 1.378 ha. Tumpahan minyak pada blok 1 yaitu tanggal 6 April 2008 memiliki luas area sebesar 106,5 ha di pesisir pantai Kecamatan Cilacap Selatan, tumpahan minyak pada blok 2 yaitu tanggal 14 April 2008 memiliki luas area sebesar 611 ha di pesisir pantai Kecamatan Cilacap Selatan, tumpahan minyak pada blok 3 yaitu tanggal 22 April 2008 memiliki luas area sebesar 383,41 ha di pesisir pantai Kecamatan Cilacap Utara dan Kecamatan Kesugihan, tumpahan minyak pada blok 4 yaitu tanggal 30 April 2008 memiliki luas area sebesar 276,9 ha di pesisir pantai Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Adipala.

Pergerakan tumpahan minyak dari tanggal 6 April 2008 sampai dengan 30 April 2008 mengalami pergerakan lebih jauh dibandingkan dengan tumpahan minyak dari tanggal 6 April 2008 sampai dengan 14 April 2008. Hal ini disebabkan karena massa jenis minyak yang bertambah berat akibat minyak berada lebih lama di atas permukaan laut dan mengalami proses fisika dan kimia. Selain itu juga karena adanya pengaruh kondisi fisik laut yang terjadi, yaitu arah arus dan angin yang bergerak berlawanan. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan jenis difusi yang diungkapkan Bintarto (1991), sebaran dan pergerakan minyak pada bulan April tahun 2008 merupakan jenis tipe difusi gabungan antara difusi ekspansi dan difusi relokasi.

5. Kesimpulan

Citra Modis dapat membedakan antara daratan dan perairan. Disamping itu penggunaan algoritma fluorescence index dapat mengidentifikasi adanya kandungan minyak di perairan Cilacap. Tumpahan minyak menyebar di sekitar pesisir pantai Teluk Penyu Kecamatan Cilacap Selatan, Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Adipala, dengan luas total area yang tercemar sebesar 1.378 ha. Pola pergerakan tumpahan minyak menyebar menjauh dari sumber tumpahan dan bergerak mengikuti arah angin menuju ke arah timur dengan jarak migrasi per hari mencapai 0,4 Kilometer dengan kecepatan per hari mencapai 0,54 Knot. Dibandingkan kondisi arus dan pasang surut, angin merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap pergerakan tumpahan minyak, walaupun kondisi arus dan pasang surut cukup tinggi. Dari kondisi oseanografis menunjukan bahwa jenis penyebarannya termasuk kedalam jenis difusi gabungan ekspansi dan relokasi.

(15)

Daftar Referensi

[1] Bintarto, R dan Hadisumarno, Surastopo. 1991. Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES): Jakarta

[2] Bioshop, Paul L. 1983. Marine Pollution and It’s Control. New York, Mc Graw Hill Book Co

[3] F. Dessi, et all. 2008. Modis Data Processing For Coastal And Marine Environment

Monitoring : A Study On Anomaly Detection And Evolution. University of Cagliari, Italy

[4] Firdaus. 1997. Pemodelan dan simulasi komputer pola arus dan trayektori tumpahan minyak di Perairan Cilacap dengan metode beda hingga eksplisit. Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi: Tidak dipublikasikan)

[5] Lestari, Shierly. 2010. Pergerakan tumpahan minyak di perairan pesisir Indramayu

Jawa Barat tahun 2008. Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. (Skripsi: Tidak dipublikasikan) [6] Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan laut. PT Pradnya Paramita. Jakarta

[7] Neff, J.M. 1976. Effect of Petroleum on Survival Respiration and Growth of Marine

Animals. American Institute of Biologycal Science. Washington DC. 25 p

[8] Safitri, Rizka. 2009. Model Sebaran Tumpahan Minyak di Alur Pelayaran Pelabuhan

Tanjung Intan Cilacap, Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor. (Skripsi: Tidak dipublikasikan)

[9] Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah

Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

[10] Yananto, A., Khakhim, N., Iswari, N.H. 2010. Kajian Algoritma Pengolahan Citra Aqua/ Terra Modis untuk Identifikasi dan Monitoring Tumpahan Minyak (oil spill) di Laut Timor Tahun 2009

Gambar

Gambar 1. Nilai Fluorescence Index Citra MODIS Bulan April (kiri) Tahun 2008 dan Sebaran Tumpahan Minyak  Bulan April  (kanan) Tahun 2008
Gambar 2. Pengaruh Angin terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak   (Sumber: Pengolahan data, 2014)
Gambar 3. Pengaruh Arus terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak   (Sumber: Pengolahan data, 2014)
Tabel diatas menunjukan bahwa kondisi pasang surut pada bulan April tahun 2008 di perairan  Cilacap mencapai dua meter
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Akhirnya, jangan lupa selama ujian kompetensi, perhatikan jumlah halaman dari set soal yang diberikan, pastikan bahwa Anda tidak tertinggal satu halamanpun untuk menjawab

Siswa terlihat sopan pada setiap orang yang datang di sekolah, dengan bertanya “ Ibu dari mana? Mau ngapain?” dan cepat menerima orang baru. Siswa juga

Ketut Vini Elfarosa, S.E.,MM Wayan Suryathi, S.E.,MM 46 1315713074 Ni Kadek Dwi Supriyanti Prosedur Permohonan Cuti Karyawan Pada PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar.. Udara Ngurah

Hasil yang didapatkan setelah diimplementasikannya metode SLC dalam pembelajaran adalah literasi sains siswa untuk keseluruhan aspeknya meningkat dengan indeks gain

Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik sosial ekonomi wanita sebagai kepala keluarga di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung tahun 2016,

Risiko kredit, risiko ini terjadi pada pembiayaan perumahan (KPR IB) secara musyarakah mutanaqisah pada saat pembayaran angsuran yang sering mengalami macet atau

Berhubungan dengan apa yang menjadi pembahasan penulis tentang pendapat ulama Beji terhadap praktik jual beli ikan lele dengan pakan najis di Desa Gunung Sari, tentunya

Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi rumah terhadap suhu dalam ruang dengan mengukur dan menganalisis perbedaan suhu yang terjadi pada rumah yang