• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI IRIGASI DEFISIT PADA FASE PEMBUNGAAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) VARIETAS INPAGO 9. (Skripsi) Oleh Yosef Cahya Febrianto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI IRIGASI DEFISIT PADA FASE PEMBUNGAAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) VARIETAS INPAGO 9. (Skripsi) Oleh Yosef Cahya Febrianto"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI IRIGASI DEFISIT PADA FASE PEMBUNGAAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) VARIETAS INPAGO 9

(Skripsi)

Oleh

Yosef Cahya Febrianto

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(2)

ABSTRACT

THE APPLICATIONS OF DEFICIT IRRIGATION ON FLOWERING PHASE OF UPLAND RICE (Oryza sativa L.) INPAGO 9 VARIETIES

By

YOSEF CAHYA FEBRIANTO

This research is intended to know the effect of irrigation deficit application during the flowering phase of upland rice varieties Inpago 9.

This research was conducted in plastic house of Integrated Field Laboratory of University of Lampung on October 2016 until March 2017. This research used complete randomized design (CRD) with 4 levels of treatment, namely ID1((0-20)-100)% AW, ID2((0-20)-80)% AW, ID3((0-20)-60)% AW, ID4((0-20)-40)% AW, with 5 replications.

The results showed, the application of irrigation deficit on flowering phase was effected to the stover rice production, rice production and water use productivity. The highest stover rice weight achieved by the treatment of ID4. The highest rice

production with ID1 treatment with average production of 45.40 g/bucket. The

highest crop water productivity by ID1 treatment with an average water

productivity of 1.01 g/l.

Keywords: deficit irrigation, flowering phase, upland rice, and crop water productivity

(3)

ABSTRAK

APLIKASI IRIGASI DEFISIT PADA FASE PEMBUNGAAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) VARIETAS INPAGO 9

Oleh

YOSEF CAHYA FEBRIANTO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan tanaman padi gogo varietas Inpago 9.

Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah plastik Laboratoritum Lapang Terpadu Universitas Lampung pada bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Maret 2017. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan, yaitu ID1((0-20)-100)% ATT, ID2((0-20)-80)% ATT, ID3((0-20)-60)% ATT, ID4((0-20)-40)% ATT, dan ulangan sebanyak 5 kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan berpengaruh terhadap berat berangkasan padi, produksi padi dan produktivitas air tanaman. Berat berangkasan tanaman tertinggi dicapai oleh perlakuan ID4. Produksi padi tertinggi dicapai oleh perlakuan ID1 dengan rata-rata

produksi sebesar 45,40 g/ember. Produktivitas air tanaman tertinggi dicapai oleh perlakuan ID1 dengan rata-rata produktivitas air tanaman sebesar 1,01 g/l.

Kata Kunci : irigasi defisit, fase pembungaan, padi gogo, dan produktivitas air tanaman.

(4)

APLIKASI IRIGASI DEFISIT PADA FASE PEMBUNGAAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) VARIETAS INPAGO 9

Oleh

Yosef Cahya Febrianto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dayamurni, Kabupaten Tulang Bawang pada tanggal 6 Februari 1994, sebagai anak terakhir dari 4 bersaudara keluarga Bapak Basilius Agung Darmaji dan Ibu Florentina Suharni. Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak Flamboyan Tunas Asri pada tahun

1999 - 2000, SD Negeri 2 Mulya Asri pada tahun 2000 – 2006, SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah pada tahun 2006 – 2009, SMA Negeri 1 Tumijajar pada tahun 2009 – 2012 dan terdaftar sebagai mahasiswa S1 Teknik Pertanian di Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis. Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar aktif diberbagai unit lembaga kemahasiswaan sebagai:

1. Anggota Biasa Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP) Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Katolik (UKM Katolik) Universitas Lampung.

Selama menyelesaikan masa studi di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pernah mendapatkan bantuan Beasiswa BBP PPA tahun

(9)

ajaran 2013/2014, Beasiswa SUPERSEMAR tahun ajaran 2014/2015, dan Beasiswa BBP PPA tahun ajaran 2015/2016

Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Tangerang dengan judul laporan “Mempelajari Perekayasaan Dan Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya Untuk Reservoir Pada Budidaya Bawang Merah Di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong”. Pada Tahun 2016 melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Gedung Rejo Sakti, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang. Penulis berhasil mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP.) S1 Teknik Pertanian pada tahun 2017 dengan menghasilkan skripsi yang berjudul “Aplikasi Irigasi Defisit Pada Fase Pembungaan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) Varietas Inpago 9”.

(10)

Kupersembahkan karya kecil ini untuk

Ibu dan Bapak yang aku sayangi dan cintai

yang selalu memberikan doa serta dukungan

terbaiknya kepadaku

untuk mencapai kesuksesan”

Serta

“Kepada Al mamater Tercinta”

Teknik Pertanian Universitas Lampung

(11)

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,

dan janganlah bersandar kepada pengertianmu

sendiri"

Amsal 3:5

Percayalah, dalam setiap kesuksesanmu selalu ada

campur tangan-NYA dan oleh karena doa

orang-orang yang menyayangimu”

!! Jangan Takut, kau tak pernah sendiri !! † GOD Naver Let You Alone †

Sukses ku adalah kesuksesan kita bersama*

♥♥♥

(12)

i SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Aplikasi Irigasi Defisit Pada Fase Pembungaan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) Varietas Inpago 9” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP) di Universitas Lampung.

Penulis memahami dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak cobaan, suka dan duka yang dihadapi, namun berkat ketulusan doa, semangat, bimbingan, motivasi, dan dukungan orang tua serta berbagai pihak sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. R.A. Bustomi Rosadi, M.S., selaku pembimbing pertama, yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga terselesaikanya skripsi ini. 2. Dr. Ir. Ridwan, M.S. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

berbagai masukan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ahmad Tusi, S.TP., M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan saran

(13)

ii 4. Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku ketua jurusan Teknik Pertanian yang

telah membantu dalam administrasi penyelesaian skripsi ini. 5. Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan masukan, saran serta bimbingannya.

6. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku dekan Fakultas Pertanian yang telah membantu dalam administrasi skripsi ini.

7. Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., yang telah membantu memperlancar jalannya penelitian ini dan seluruh Dosen TEP Unila yang telah memberikan ilmunya selama ini.

8. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moral, material dan doa; serta mbak dan mamasku yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan.

9. Margared Novita Sari., Amd. Keb, yang telahmemberikan semangat, dukungan serta menemani hingga akhir proses penelitian ini.

10. Teman-temanku seperjuangan dalam penelitian ini, Made dan Nyoman, terimakasih atas kerjasama dan kebersamaannya.

11. Teman-teman TEP 12 yang saya sayangi Adnan, Agung, Alvin, Andrie, Anita, Anna, Ardhian, Arif Junaidi, Arion, Brilian, Badai, Bayu Dwi, Bayu Titis, Rara, Della, Dian Fajar, Farra, Fiqri, Finsha, Puri, Erwanto, Febri Yudi, Fipit, Hasep, Herza, Junarli, Kartinia, Putu, Juppy, M. Andrian, Rizki Ilyas, Nafi, Melauren, Farrel, Kharisma, Nurdin, Ion, Novi, Bowo, Pras, Prayoga, Ayu, Risa, Rifky, Sindya, Wences, Windri, Yoga,Yuni, Yudi.

12. Kakak Tingkat 2011 dan Adik-adik 2013, 2014 yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

(14)

iii 13. Abang dan Mbak ku, Bang Kresna (Agt’08), Bang Mario (Agt’08), Ce’ Marta

(Agt’08), Ammi Fitri (Agt’13), terimakasih atas seluruh bantuan dan dukungannya hingga saat ini.

14. Teman-teman KKN Periode 1 tahun 2016 Kampung Gedung Rejo Sakti, Agnes, Dian, Nurulia, Sarah, Wawan, dan Yosela, terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Agustus 2017 Penulis,

(15)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 4

1.3 Manfaat Penelitian... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Irigasi ... 5

2.2 Irigasi Defisit dan Manfaatnya ... 6

2.3 Padi ... 7

2.4 Kebutuhan Air ... 9

2.5 Cekaman Air pada Tanaman ... 10

2.6 Air Tanah Tersedia ... 11

2.7 Fraksi Penipisan Air Tanah Tersedia (p)... 12

2.8 Evapotranspirasi ... 14

2.9 Tanggapan Hasil Terhadap Air ... 15

2.10 Produktivitas Air Tanaman ... 16

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 17

3.3 Metode Penelitian ... 18

3.4 Tata Letak Percobaan ... 20

3.5 Langkah- Langkah Penelitian... 21

3.5.1. Persiapan Alat dan Bahan ... 22

3.5.2. Analisis Kadar Air Tanah ... 22

3.5.3. Pengkondisian Perlakuan ... 23

3.5.4. Penanaman Benih Padi ... 24

3.5.5. Pemeliharaan ... 24

3.5.6. Pengamatan dan Pengukuran ... 24

3.5.7. Pemanenan ... 26

(16)

v

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Tinggi Tanaman ... 27

4.2 Jumlah Daun ... 28

4.3 Jumlah Anakan ... 29

4.4 Jumlah Malai ... 30

4.5 Waktu Muncul bunga ... 31

4.6 Berat Berangkasan ... 32

4.7 Produksi ... 35

4.8 Kebutuhan Air Tanaman ... 38

4.9 Kandungan Air Tanah Tersedia (KATT) ... 43

4.10 Cekaman Air ... 47

4.11 Faktor Respon Terhadap Hasil (Ky) ... 49

4.12 Produktivitas Air Tanaman ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan... 54

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(17)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Teks

1. Klasifikasi tanaman padi (Oryza sativa L.)... 7 2. Pengelompokan tanaman menurut penipisan air tanah (soil water

depletion) ... 13

3. Besarnya fraksi penipisan (p)untuk berbagai kelompok tanaman dan ETm. ... 13

4. Taraf Perlakuan Irigasi Defisit (ID) ... 18 5. Pemberian air irigasi pada setiap fase pertumbuhan ... 19 6. Analisis Sifat Fisika Tanah ... 22 7. Pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap Berat

Berangkasan Atas basah ... 33 8. Pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat

Gabah isi basah ... 35 9. Pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat

Gabah isi kering ... 35 10. Hasil uji BNT pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman pada 14-15 MST. ... 38 11. Pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap

kebutuhan air tanaman minggu ke-18 ... 40 12. Kebutuhan air tanaman minggu ke-1 hingga minggu ke-19 ... 42 13. Pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap

persentase gabah hampa ... 48 14. Nilai tanggapan hasil terhadap air (Ky) pada perlakuan irigasi defisit

pada fase pembungaan ... 51 15. Pengaruh aplikasi irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap

(18)

vii 16. Pengaruh aplikasi irigasi defisit (ID) terhadap produktivitas air tanaman

dengan pemberian perlakuan irigasi defisit pada fase pembungaan. ... 53

Lampiran

17. Data rata-rata tinggi tanaman padi gogo 1-11 MST... 58 18. Data rata-rata jumlah daun padi gogo 1-11 MST ... 58 19. Data rata-rata jumlah anakan 6-11 MST ... 58 20. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap jumlah malai

padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-12 ... 59 21. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap jumlah malai padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-12 ... 59 22. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap jumlah malai

padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-13 ... 59 23. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap jumlah malai padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-13 ... 60 24. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap jumlah malai

padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-14 ... 60 25. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap jumlah malai padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-14 ... 61 26. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap jumlah malai

padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-15 ... 61 27. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap jumlah malai padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-15 ... 61 28. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap waktu muncul

bunga padi gogo varietas inpago 9 ... 62 29. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap waktu muncul bunga padi gogo varietas inpago 9 ... 62 30. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat

berangkasan atas basah padi gogo varietas inpago 9 ... 63 31. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat berangkasan atas basah padi gogo varietas inpago 9 ... 63 32. Hasil uji BNT 5% dan 1% Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

(19)

viii 33. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat

berangkasan atas kering padi gogo varietas inpago 9 ... 64 34. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat berangkasan atas kering padi gogo varietas inpago 9 ... 64 35. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat

berangkasan bawah basah padi gogo varietas inpago 9 ... 64 36. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat berangkasan bawah basah padi gogo varietas inpago 9 ... 65 37. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat

berangkasan bawah kering padi gogo varietas inpago 9 ... 65 38. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat berangkasan bawah kering padi gogo varietas inpago 9 ... 66 39. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat gabah isi

basah (gram) padi gogo varietas inpago 9 ... 66 40. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat gabah isi basah (gram)padi gogo varietas inpago 9 ... 66 41. Hasil uji BNT 5% dan 1% Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat gabah isi basah (gram) padi gogo varietas inpago 9 ... 67 42. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat gabah isi

kering (gram) padi gogo varietas inpago 9 ... 67 43. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat gabah isi kering (gram)padi gogo varietas inpago 9 ... 67 44. Hasil uji BNT 5% dan 1% Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat gabah isi kering (gram) padi gogo varietas inpago 9 ... 68 45. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap berat gabah 1000

butir (gram) padi gogo varietas inpago 9 ... 68 46. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap berat gabah 1000 butir (gram) padi gogo varietas inpago 9 ... 68 47. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 ... 69 48. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 ... 69 49. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

(20)

ix 50. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-1 ... 70 51. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-2 ... 70 52. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-2 ... 71 53. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-3 ... 71 54. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-3 ... 72 55. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-4 ... 72 56. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-4 ... 72 57. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-5 ... 73 58. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-5 ... 73 59. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-6 ... 73 60. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-6 ... 74 61. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-7 ... 74 62. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-7 ... 75 63. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

(21)

x 64. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-8 ... 75 65. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-9 ... 76 66. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-9 ... 76 67. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-10 ... 76 68. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-10 ... 77 69. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-11 ... 77 70. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-11 ... 78 71. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-12 ... 78 72. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-12 ... 78 73. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-13 ... 79 74. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-13 ... 79 75. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-14 ... 79 76. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-14 ... 80 77. Hasil uji BNT 5% dan 1% Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

(22)

xi 78. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-15 ... 81 79. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-15 ... 81 80. Hasil uji BNT 5% dan 1% Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-15 ... 81 81. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-16 ... 82 82. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-16 ... 82 83. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-17 ... 82 84. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-17 ... 83 85. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-18 ... 83 86. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-18 ... 84 87. Hasil uji BNT 5% dan 1% Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-18 ... 84 88. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap kebutuhan air

tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9 minggu ke-19 ... 84 89. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap kebutuhan air tanaman (mm) padi gogo varietas inpago 9

minggu ke-19 ... 85 90. Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan terhadap produktivitas air

tanaman (g/l) padi gogo varietas inpago 9 ... 85 91. Hasil analisis sidik ragam Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

(23)

xii 92. Hasil uji BNT 5% dan 1% Pengaruh irigasi defisit pada fase pembungaan

terhadap produktivitas air tanaman (g/l) padi gogo varietas inpago 9 ... 86 93. Data lingkungan rata-rata mingguan, minggu ke-1 hingga minggu ke-19 ... 87 94. Data penimbangan harian minggu ke-14 dan ke-15 ... 88

(24)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Teks

1. Fase pertumbuhan tanaman padi (Doorenbos dan Kassam, 1979) ... 9 2. Model perlakuan irigasi defisit ... 20 3. Tata Letak Percobaan ... 20 4. Diagram Alir Penelitian ... 21 5. Grafik perkembangan tinggi tanaman padi gogo dari 1 MST hingga 11

MST ... 28 6. Grafik perkembangan jumlah daun 1 MST hingga 11 MST tanaman padi .... 29 7. Grafik pertambahan jumlah anakan minggu ke enam hingga minggu ke

sebelas ... 30 8. Grafik perkembangan jumlah malai mingguan dari minggu ke dua belas

sampai dengan minggu ke lima belas ... 31 9. Diagram rata-rata waktu muncul bunga seluruh perlakuan ... 32 10. Diagram berat berangkasan tanaman padi gogo varietas inpago 9 ... 34 11. Diagram Berat Gabah Isi (BGI) tanaman padi gogo ... 36 12. Diagram berat 1000 butir gabah perlakuan irigasi defisit pada fase

pembungaan tanaman padi ... 37 13. Diagram total kebutuhan air tanaman (mm) pada fase pembungaan

(14-15 MST) tanaman padi gogo. ... 39 14. Kondisi kandungan air tanah tersedia perlakuan ID1 pada fase

pembungaan ... 44 15. Kondisi kandungan air tanah tersedia perlakuan ID2 pada fase

(25)

xiv 16. Kondisi kandungan air tanah tersedia perlakuan ID3 pada fase

pembungaan ... 46 17. Kondisi kandungan air tanah tersedia perlakuan ID4 pada fase

pembungaan ... 46 18. Tanaman mengalami kelayuan akibat cekaman air pada siang hari ... 49

Lampiran

20. Pengayaakan tanah sebagai media tanam ... 89 21. Pengambilan sampel tanah untuk analisis KAT... 89 22. Penimbangan tanah dan ember... 89 23. Pengkondisian FC masing-masing media tanam ... 90 24. Penimbangan pupuk untuk tanaman ... 90 25. Pensortiran benih padi dan penanaman benih padi pada media tanam ... 90 26. Pemupukan awal tanaman padi ... 91 27. Panci evaporasi dan umbro meter ... 91 28. Penimbangan harian ... 91 29. Pengukuran tinggi tanaman padi ... 92 30. Proses pembuatan greenhouse di lab lapang terpadu ... 92 31. Tanaman padi minggu ke-5 ... 92 32. Tanaman padi minggu ke-7 ... 93 33. Tanaman padi minggu ke-8 ... 93 34. Tanaman padi minggu ke-10 ... 93 35. Tanaman padi minggu ke-15 ... 94 36. Tanaman padi minggu ke-18 ... 94 37. Tanaman padi minggu ke-19 ... 94 38. Pemanenan padi pada akhir minggu ke-19 ... 95 39. Penimbangan berangkasan atas basah padi ... 95 40. Pemisan bulir padi dari malainya ... 95

(26)

xv 41. Sampel hasil panen padi masing-masing perlakuan ... 96 42. Pengovenan hasil padi dan berangkasan ... 96 43. Analisis 1000 butir gabah kering panen ... 96

(27)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pertanian, sistem irigasi merupakan salah satu komponen penting yang menentukan keberhasilan dan produktivitas pertanian. Menurut Rosadi (2012), pertanian beririgasi memberikan kontribusi yang besar terhadap ketahanan pangan, memproduksi hampir 40% komoditas pangan dan pertanian pada 17% lahan pertanian. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan air irigasi untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak yang bertujuan untuk memanfaatkan air irigasi secara benar agar produktivitas pertanian dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan (Priyonugroho, 2014).

Masalah distribusi air irigasi sering kali terjadi apabila jumlah air yang tersedia lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan lahan yang perlu dialiri air irigasi terlebih lagi saat terjadi musim kemarau. Pengelolaan air dan peningkatan

efisiensi penggunaan air perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan air ini.

Seiring perkembangan teknologi, dalam bidang irigasi pun terus dilakukan penelitian-penelitian guna meningkatkan efisiensi penggunaan air serta untuk memaksimalkan produktivitas air, oleh karena itu berkembanglah sistem irigasi

(28)

2

defisit. Menurut Rosadi (2012) irigasi defisit merupakan teknologi baru di bidang irigasi yang membiarkan tanaman mengalami cekaman air namun tidak

mempengaruhi hasil dan produksi tanaman. Menurut FAO (2000) dalam Rosadi (2012) beberapa penelitian tentang irigasi defisit telah dilakukan di beberapa Negara pada berbagai jenis tanaman, diantaranya, studi di dataran China Utara antara tahun 1992 dan 2000, penerapan irigasi defisit pada berbagai fase pertumbuhan tanaman gandum (winter wheat) dapat menghemat air antara 25-75% tanpa kehilangan hasil dan keuntungan. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan tanaman padi gogo untuk diberikan perlakuan irigasi defisit. Tanaman padi gogo dipilih untuk menjamin keberlanjutan produktivitas padi pada musim kemarau, sebab pada musim kemarau padi sawah sangat sulit beradaptasi dan juga karena ketersediaan air irigasi yang terbatas.

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting, mengingat padi merupakan tanaman pangan utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Rata-rata produktivitas padi sawah di Lampung 5,28 ton/ha dengan total produksi 3,17 juta ton dari luas panen sekitar 600.750 ha. Sedangkan pada tahun 2014 produktivitas rata-rata padi gogo sebesar 3,12 ton/ha dengan total produksi 149.873 ton dari luas panen sekitar 47.981 ha. Produksi ini baru berkontribusi sekitar 4,5% terhadap total produksi padi di Provinsi Lampung (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2015). Dengan demikian perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi padi gogo mengingat kontribusinya yang masih kecil. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi gogo yakni dengan mengoptimalkan potensi lahan kering.

(29)

3

Pemanfaatan lahan kering untuk pertanian sering kali masih diabaikan oleh para pengambil kebijakan yang lebih terfokus pada peningkatan produksi padi di lahan sawah, padahal menurut Abdurachman, dkk (2008) ketersedian lahan kering cukup luas dan berpotensi menghasilkan padi gogo lebih dari 5 ton/ha. Pertanian di lahan kering merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk

dikembangkan. Upaya perluasan penanaman padi gogo sendiri sangat berpotensi untuk dilaksanakan, mengingat luas lahan kering yang sesuai untuk

pengembangan padi gogo di Lampung mencapai 802.341 ha (Wahyunto dan Shofiyati, 2013 dalam Hafif, 2016). Lahan kering berpotensi menghasilkan bahan pangan yang cukup bervariasi, tidak hanya padi gogo tetapi juga bahan pangan yang lain, bila dikelola dengan teknologi yang efektif dan dengan strategi pengembangan yang tepat serta dengan berbagai inovasi dalam bidan pertanian yang telah dikembangkan.

Berdasarkan uraian diatas, untuk dapat mengoptimalkan potensi lahan kering sebagai upaya untuk perluasan penanaman padi gogo untuk meningkatkan produktivitas lahan, maka dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai inovasi bidang pertanian yang telah ada seperti dengan irigasi defisit. Oleh karena itu, dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi ilmiah mengenai sistem budidaya padi gogo yang lebih efisien dalam penggunaan air serta berdampak pada produksi padi yang berkelanjutan dan tak terpengaruh oleh musim.

(30)

4

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui batas toleransi padi gogo terhadap cekaman air pada fase pembungaan.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang batas toleransi padi gogo terhadap cekaman air pada fase pembungaan.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat batas toleransi padi gogo terhadap cekaman air pada fase pembungaan dimana hasil panen padi gogo tidak mengalami penurunan.

(31)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Meskipun demikian, suatu definisi yang lebih umum dan termasuk sebagai irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk setiap jumlah delapan kegunaan berikut ini

1. Menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek.

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfer, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.

5. Untuk mengurangi atau mencuci garam dalam tanah. 6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.

7. Untuk melunakan pembajakan dan gumpalan tanah.

8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena penguapan (Hansen et. al., 1986).

(32)

6

2.2 Irigasi Defisit dan Manfaatnya

Irigasi defisit (Deficit Irrigation, DI) merupakan teknologi baru di bidang irigasi yang membiarkan tanaman mengalami cekaman air namun tidak mempengaruhi hasil/produksi tanaman (Rosadi, 2012). Menurut Ali (2010), defisit

evapotranspirasi merupakan salah satu teknik dalam meningkatkan efektivitas penggunaan air. Konsep defisit irigasi didasarkan pada asumsi bahwa tanaman di lapangan, memaksakan stres air pada tahap pertumbuhan yang spesifik tidak dapat menyebabkan penurunan hasil yang signifikan dan irigasi dalam tahap ini dapat diabaikan, yang akan menghemat sejumlah besar air irigasi. Meskipun hasil akan berkurang di bawah irigasi defisit, pengurangan biaya irigasi dan biaya

penghematan air mungkin lebih dari penurunan hasil yang rendah karena irigasi defisit. Terdapat beberapa manfaat dari irigasi defisit diantaranya;

a. Memaksimalkan produktivitas air, dengan kualitas panen yang sama atau bahkan lebih unggul daripada budidaya tadah hujan atau irigasi sepenuhnya (Fabeiro et al., 2003b; Zhang et al., 2004; Zhang et al., 2006; Marouelli and Silva, 2007; Spreer et al., 2007; Cui et al., 2008; Hueso and Cuevas, 2008, dalam Rosadi, 2012).

b. Secara ekonomi lebih menguntungkan petani daripada memaksimalkan hasil, memungkinkan perencanaan ekonomi dan menjamin pendapatan yang stabil, menciptakan lingkungan yang kurang lembab di sekitar tanman daripada full irrigation sehingga mengurangi resiko penyakit jamur (Cicogna et al., 2005, dalam Rosadi, 2012).

(33)

7

2.3 Padi

Tabel 1. Klasifikasi tanaman padi (Oryza sativa L.)

Kingdom Plantae

Divisio Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Graminales

Famili Gramineae

Genus Oryza

Spesies Oryza sativa L.

(Sumber :Hanum, 2008).

Salah satu sistem budidaya padi (Oryza sativa L.) adalah budidaya lahan kering (padi gogo) yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh iklim dan kondisi tanah. Faktor iklim dan tanah yang berpengaruh pada pertumbuhan padi gogo diantaranya curah hujan, radiasi matahari, suhu (Gupta dan O’tooel, 1986 dalam Syamsiyah, 2008), jenis, tekstur, kelembaban dan drainase tanah (De Datta dan Vergara, 1975 dalam Syamsiyah, 2008). Syarat tumbuh tanaman padi antara lain adalah suhu antara 24-26 °C dan pH tanah antara 5-7 (Grist, 1973 dalam

Syamsiyah, 2008).

Pada pertanaman padi terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif (0-60 hari), fase generatif (60-90 hari), dan fase pemasakan (90-120 hari). Kebutuhan air pada ketiga fase tersebut bervariasi yaitu pada fase pembentukan anakan aktif, anakan maksimum, inisiasi pembentukan malai, fase bunting dan fase

(34)

8

pembungaan (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2016). Sedangkan menurut Vergara (1995), Pertumbuhan padi terdiri atas 3 fase, yaitu fase vegetatif,

reproduktif dan pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan pembentukan malai. Pada fase ini padi mengalami pertunasan (benih berkecambah sampai dengan sebelum anakan pertama muncul). Pembentukan anakan (sejak muncul anakan pertama sampai pembentukan anakan maksimum tercapai). Pemanjangan batang (terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi pada tahap akhir pembentukan anakan ). Fase reproduktif terjadi saat tanaman membentuk malai sampai berbunga. Pada fase ini padi mengalami tahapan pertama kali muncul pada ruas buku utama (malai terlihat berupa kerucut berbulu putih panjang 1.0 – 1,5 mm). Keluarnya bunga atau malai (Malai terus

berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun). Tahap pembungaan (dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses

pembuahan). Fase pemasakan dimulai dari pembentukan biji sampai panen. Fase ini mengalami tahapan gabah matang susu (gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu). Gabah matang adonan (isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras). Gabah matang penuh (90 - 100% dari gabah isi berubah menjadi kuning dan keras). Lamanya fase vegetative berkisar selama 55 hari, fase reproduktif 35 hari dan fase pemasakan selama 30 hari.

(35)

9

Gambar 1. Fase pertumbuhan tanaman padi (Doorenbos dan Kassam, 1979)

2.4 Kebutuhan Air

Kebutuhan air tanaman dinyatakan sebagai jumlah satuan air yang diserap tanaman per satuan berat kering yang dibentuk (Harjadi, 1996 dalam Syamsiyah, 2008). Sepanjang pertumbuhannya satu hektar tanaman padi sedikitnya

menggunakan delapan juta liter air (Vergara, 1985 dalam Syamsiyah, 2008). Kebutuhan air tanaman padi tergantung oleh masa hidup tanaman. Tanaman padi dari awal pertumbuhannya sampai umur 100 hari membutuhkan air 540-1.620 mm/ha, sedangkan padi yang umur panennya lebih lama (130 hari) membutuhkan air sebanyak 720-2.160 mm/ha (Greenland, 1999 dalam Syamsiyah, 2008).

Kebutuhan air berbeda-beda menurut tahap pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Kebutuhan air saatperkecambahan cukup sedikit, masa vegetatif dan reproduktif membutuhkan air yang cukup banyak, sedangkan periode menjelang panen membutuhkan air yang sangat sedikit (De Datta, 1981 dalam Syamsiyah, 2008).

(36)

10

2.5 Cekaman Air pada Tanaman

Air sangat penting bagi hidup tanaman dan sering menjadi faktor pembatas utama untuk produksi tanaman. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, air harus selalu tersedia di tanah dan mampu mengimbangi kehilangan air karena

evapotranspirasi. Namun karena evapotranspirasi berlangsung terus, sedangkan suplai air dari hujan tidak kontinyu dan tidak beraturan, pada akhirnya tanaman sangat kekurangan air, dan tanaman akan tercekam (Rosadi, 2012). Menurut Islami dan Utomo (1995), cekaman air pada tanaman dapat terjadi karena: 1) ketersediaan air dalam media tidak cukup, 2) transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan, walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman air. Hal ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi.

Cekaman air mempengaruhi proses fisiologi dan biokomia tanaman serta menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman (Yoshida, 1975 dalam Syamsiyah 2008). Efek langsung dari stres air terhadap fisiologi tanaman adalah dehidrasi (Levitt, 1980 dalam Syamsiyah 2008). Gejala pertama yang tampak akibat dehidrasi adalah kelayuan. Pada pertumbuhan dan produksi tanaman padi akan sangat berpengaruh ketika mengalami cekaman air. cekaman air ini akan memberikan dampak yang berbeda baik pada fase vegetatif maupun fase generatif tanaman padi. Pada umumnya padi gogo lebih sensitif terhadap cekaman air pada masa generatif daripada masa vegetatif (Gupta dan O’tooel, 1986 dalam Syamsiyah 2008).

(37)

11

Pada fase vegetatif penggunaan air oleh tanaman padi ditujukan untuk

pertumbuhan daun dan anakan, apabila cekaman air terjadi pada fase ini tentu saja pertumbuhan daun dan anakan akan terganggu. Sedangkan pada fase generatif penggunaan air oleh tanaman padi ditujukan untuk proses pembungaan, inisiasi malai dan pengisian bulir. Kekeringan pada awal pertumbuhan generatif padi gogo dapat memperlambat munculnya bunga 1-15 hari dari padi sawah (Chang dan Vergara, 1975 dalam Syamsiyah 2008) atau menunda pembungaan selama 2-3 minggu, bahkan menggagalkan pembungaan (Fisher dan Fukai, 2002-3 dalam Syamsiyah 2008). Cekaman air saat inisiasi malai akan menurunkan jumlah bulir per malai (O’tooel dan Chang, 1979 dalam Syamsiyah 2008).

2.6 Air Tanah Tersedia

Menurut Hansen et al (1986), perbedaan kelembaban tanah antara kapasitas lapang dan kelayuan permanen disebut air yang tersedia. Air tanah tersedia adalah air yang diikat oleh butir-butir tanah antara kapasitas lapang (Fc) dan titik

layu permanen (Pwp). Volume air tanah antara Fcdan titik kritis (θc) disebut air

segera tersedia (RAW) sedangkan antara Fc dan Pwp disebut air tersedia (AW)

(Rosadi, 2012).

Air tersedia menurut James (1988) dalam Rosadi (2012) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

AW=Drz (Fc - Pwp)/100...(1)

keterangan,

(38)

12

Drz = kedalaman zone perakaran (cm)

Fc = field capacity dalam % volume

Pwp = permanent wilting point dalam % volume

RAW=Drz (Fc -θc)/100...(2)

keterangan,

θc = kandungan air kritis dalam % volume

Sedangkan menurut Allen (1998) dalam Rosadi (2012), total air tersedia (TAW) pada zona perakaran dapat dihitung dengan rumus:

TAW=1000(θfc – θwp)Zr...(3)

keterangan,

TAW = total air tanah tersedia pada zona perakaran (mm). θfc = kandungan air tanah pada saat kapasitas lapang (mᶟ/mᶟ).

θwp = kandungan air tanah pada saat titik layu permanen (mᶟ/mᶟ).

Zr = kedalaman zona perakaran.

2.7 Fraksi Penipisan Air Tanah Tersedia (p)

Fraksi penipisan (p) air tanah tersedia adalah bagian dari tanah tersedia pada saat evapotranspirasi tanaman aktual (ETa) sama dengan evapotranspirasi maksimum

(ETm) atau pada saat tanaman belum mengalami cekaman air (water stress)

(Rosadi, 2012). Menurut Doorenbos dan Kasam (1979) dalam Rosadi (2012) nilai (p) tersebut tergantung pada; 1) Tanaman, nilai (p) bervariasi sesuai dengan periode pertumbuhan dan umumnya lebih besar pada masa pemasakan karena

(39)

13

rendahnya ETm akibat dari rendahnya nilai koefisien tanaman (kc); 2) Faktor ETm,

pada saat ETm tinggi, nilai (p) lebih kecil dan tanah lebih basah dibandingkan

dengan saat ETa< ETm dibandingkan dengan saat ETm rendah. Akibatnya, fraksi

(p) dari tanah tersedia pada saat ETa = ETm bervariasi sesuai dengan besarnya

ETm (Tabel 2); 3) Faktor tanah, air tanah bertekstur ringan lebih mudah diambil

oleh tanaman dari pada tanah yang bertekstur berat.

Tabel 2. Pengelompokan tanaman menurut penipisan air tanah (soil water

depletion)

Kelompok Tanaman

1 Bawang, lada, kentang

2 Pisang, kubis, anggur, “pea”, tomat

3 Alfalfa, kacang-kacangan, jeruk, gandum, padi, kacang tanah, nenas, bunga matahari, melon

4 Kapas, jagung, “olive”, “safflower”, sorgum, kedelai, “sugarbeet”, tebu, tembakau

Sumber : Dorenboos dan Kassam (1979) dalam Rosadi (2012).

Tabel 3. Besarnya fraksi penipisan (p)untuk berbagai kelompok tanaman dan ETm. Kelompok ETm (mm/hari) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0,50 0,425 0,35 0,30 0,25 0,225 0,20 0,20 0,175 2 0,675 0,575 0,475 0,40 0,35 0,325 0,275 0,25 0,225 3 0,80 0,70 0,60 0,50 0,45 0,475 0,375 0,35 0,30 4 0,875 0,80 0,70 0,60 0,55 0,50 0,45 0,425 0,40 Sumber : Dorenboos dan Kassam (1979) dalam Rosadi (2012).

(40)

14

James (1988) dalam Rosadi (2012), mengemukakan konsep defisiensi maksimum yang dibolehkan (Maximum allowable deficiency, MAD) untuk menduga jumlah air yang dapat digunakan tanpa pengaruh yang merugikan tanaman.

MAD ditentukan dengan menggunakan persamaan :

MAD=(RAW/AW)………..(4) atau

RAW= p (TAW)……….(5)

Keterangan :

MAD = Maximum allowable deficiency AW = Available water

RAW = Readily Available water.

2.8 Evapotranspirasi

Menurut Allen et al (1998) dalam Rosadi (2012), evapotranspirasi terdiri dari tiga macam, yaitu: reference crop evapotrnaspiration (ETo), crop evapotranspiration under standar conditions (ETc) dan crop evapotranspiration under non-standar conditions (ETc adj).ETo merupakan parameter iklim yang menunjukkan tenaga

atmosfir untuk evaporasi. ETc menunjukkan ET dari areal tanaman yang luas,

pengairannya baik dan pengelolaanya sanagt baik serta mencapai hasil yang maksimal dibawah kondisi iklim tertentu. Sedangkan ETc adj adalah ET karena

hambatan kurang optimalnya lingkungan dan manajemen tanaman yang

mempengaruhi pertubuhan tanaman dan membatasi ET. ETc adj disebut ETc under non-standar conditions.

(41)

15

2.9 Tanggapan Hasil Terhadap Air

Tanggapan hasil terhadap air (yield response to water) adalah hubungan antara hasil dan pasokan air bagi tanaman. Hubungan keduanya menunjukkan hasil yang berbeda pada pasokan air yang berbeda. Hasil tanaman dikenal dengan hasil tanaman maksimum (Ym) dan hasil tanaman aktual (Ya), sedangkan pasokan air

bagi tanaman merupakan air yang diberikan kepada tanaman sebagai kebutuhan air tanaman. Hasil tanaman maximum (maximum yield, Ym) adalah hasil yang

diperoleh maksimum karena pasokan air sepenuhnya memenuhi kebutuhan air tanaman, dengan asumsi faktor pertumbuhan lainnya terpenuhi, sedangkan hasil aktual (Ya) adalah hasil tanaman aktual sesuai dengan pasokan yang tidak

memenuhi kebutuhan air tanaman sepenuhnya, dengan asumsi faktor-faktor pertumbuhan lainnya terpenuhi. Ketika pasokan air tidak memenuhi, ETa akan

jatuh di bawah ETm atau ETa <ETm. Dalam kondisi ini cekaman air akan

berkembang pada tanaman yang akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan dan akhirnya hasil panen. Pengaruh cekaman terhadap pertumbuhan dan hasil

tergantung pada varietas tanaman, dan waktu terjadinya defisit air (Rosadi, 2012).

Secara empirik hubungan antara hasil terhadap evapotranspirasi tanaman dapat dituliskan sebagai berikut :

[ 1 − 𝑌𝑎

𝑌𝑚] = 𝐾𝑦𝑥 [ 1 − 𝐸𝑇𝑎

𝐸𝑇𝑚] … … … . ( 6 ) Dimana, 1-Ya/Ym adalah penurunan hasil relatif, 1 – ETa/ETm adalah defisit

evapotranspirasi relatif, Ky adalah respon tanggapan hasil (yield response

factor), ETa adalah evapotranspirasi aktual, dan ETm adalah evapotranspirasi

(42)

16

Hasil tanaman adalah fungsi dari pertumbuhan. Akibat lebih lanjut cekaman air akan menurunkan hasil tanaman dan bahkan tanaman gagal membentuk hasil. Jika cekaman air terjadi pada intensitas yang tinggi dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan tanaman mati. Tanggapan pertumbuhan dan hasil tanaman terhadap cekaman air tergantung stadia pertumbuhan saat cekaman air tersebut terjadi. Jika cekaman air terjadi pada stadia pertumbuhan vegetatif yang cepat, pengaruhnya akan lebih merugikan jika dibandingkan dengan cekaman air terjadi pada stadia pertumbuhan lainnya. Jika ketersediaan air didalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, maka tingkat hasil tanaman akan

ditentukan oleh ketersediaan hara dan adanya serangan hama/penyakit (Islami dan Utomo, 1995).

2.10 Produktivitas Air Tanaman

Produktivitas air tanaman (Crop water productivity, CWP) dengan dimensi kg m-3 didefinisikan sebagai rasio antara massa dari hasilyang dapat dipasarkan (mass of

marketable yield, Ya) dengan volume air yang dikonsumsi oleh tanaman (ETa)

(Rosadi, 2012).

CWP= Ya/ETa……….(7) Keterangan:

Ya = hasil

(43)

17

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan Maret 2017 yang berlangsung di:

1. Greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada 0-4 Minggu Setelah Tanam (MST).

2. Rumah Plastik di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada 5-19 Minggu Setelah Tanam (MST). 3. Laboratorium Teknik Sumber Daya Air dan Lahan (TSDAL) Jurusan

Teknik Pertanian, Universitas Lampung pada proses analisis kadar air tanah

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan duduk (ketelitian 10 gram) ember, timbangan analitik, oven, cawan, saringan 0,5 cm, meteran, penggaris, karung, dan cangkul. Bahan yang digunakan adalah benih padi gogo varietas inpago 9, tanah, air, dan pupuk Urea, KCL dan SP36.

(44)

18

3.3 Metode Penelitian

Racangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan irigasi defisit dan lima ulangan. Taraf perlakuan irigasi defisit (ID) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Taraf Perlakuan Irigasi Defisit (ID)

No. Faktor 1 ID1 = (0-20)-100% ATT 2 ID2 = (0-20)-80% ATT 3 4 ID3 = (0-20)-60% ATT ID4 = (0-20)-40% ATT

Perlakuan ID1 yakni Air Tanah Tersedia pada kisaran (0-20)-100% ATT,

maksudnya adalah apabila air tanah tersedia pada media berada pada kisaran 0-20%, maka dilakukan irigasi dengan mengembalikan dari (0-20)% ke 100% air tanah tersedia. Perlakuan ID2 yakni Air Tanah Tersedia pada kisaran (0-20)-80%

ATT, maksudnya adalah apabila air tanah tersedia pada media berada pada kisaran 0-20%, maka dilakukan irigasi dengan mengembalikan dari (0-20)% ke 80% air tanah tersedia. Perlakuan ID3 yakni Air Tanah Tersedia pada kisaran

(0-20)-60% ATT, maksudnya adalah apabila air tanah tersedia pada media berada pada kisaran 0-20%, maka dilakukan irigasi dengan mengembalikan dari (0-20)% ke 60% air tanah tersedia. Perlakuan ID4 yakni Air Tanah Tersedia pada kisaran

(0-20)-40% ATT, maksudnya adalah apabila air tanah tersedia pada media berada pada kisaran 0-20%, maka dilakukan irigasi dengan mengembalikan dari (0-20)% ke 100% air tanah tersedia.

(45)

19

Pemberian air irigasi dilakukan ketika air tanah tersedia pada tiap-tiap satuan percobaan berada pada batas bawah atau pada kisaran 0-20% ATT dan dikembalikan ke batas atas masing-masing perlakuan.

Tabel 5. Pemberian air irigasi pada setiap fase pertumbuhan

Perlakuan Fase Pertumbuhan Tanaman Padi

Anakan Vegetatif Pembungaan Pengisian Pemasakan

(0-4 MST) (5-13 MST) (14-15 MST) (16-18 MST) (19 MST)

ID1 (0-20)-100% ATT (0-20)-100% ATT (0-20)-100% ATT (0-20)-100% ATT

Irigasi dihentikan

ID2 (0-20)-100% ATT (0-20)-100% ATT (0-20)-80% ATT (0-20)-100% ATT

ID3 (0-20)-100% ATT (0-20)-100% ATT (0-20)-60% ATT (0-20)-100% ATT

ID4 (0-20)-100% ATT (0-20)-100% ATT (0-20)-40% ATT (0-20)-100% ATT

Teknik pemberian air irigasi sesuai dengan hasil pengukuran batas bawah dan tanaman diari sampai batas atas yaitu dikembalikan ke kondisi 100% ATT untuk ID1, 80% ATT untuk ID2, 60% ATT untuk ID3 dan 40% ATT untuk ID4.

Pengukuran dilakukan dengan cara mengetahui jumlah kadar air tanah (KAT) melalui metode Gravimetrik yaitu metode penimbangan. Penimbangan dilakukan setiap hari pada pagi (07.00-09.00 WIB), siang (12.00-13.30 WIB) dan sore (16.00-17.30 WIB). Cara pemberian air irigasi dilakukan dengan rumus :

Jl = Wba - Wi……….(8)

Dimana JI : Jumlah irigasi (gram)

Wba : berat wadah tanaman pada batas atas perlakuan(gram)

Wi : berat wadah tanaman pada hari ke i(gram)

(46)

20

Gambar 2. Model perlakuan irigasi defisit

3.4 Tata Letak Percobaan

Adapun tata letak percobaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Tata Letak Percobaan

ID3U5 ID3U2 ID1U2 ID3U3

ID3U1 ID4U4 ID1U1 ID4U3

ID1U4 ID1U5 ID4U2 ID1U3

ID2U2 ID2U3 ID3U4 ID2U5

ID4U1 ID2U4 ID4U5 ID2U1

% Air T an ah T er se d ia (A T T )

(47)

21

3.5 Langkah- Langkah Penelitian

Adapun langkah- langkah penelitian dilakukan melalui tahapan -tahapan sebagai berikut :

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Analisis Kadar Air Tanah

Pengkondisian Perlakuan

Penanaman Benih

Pemeliharaan

Pengamatan dan Pengukuran

Pemanenan

Selesai Analisis Data

(48)

22

3.5.1. Persiapan Alat dan Bahan

Pada tahap ini alat dan bahan mulai di siapkan seperti persiapan benih padi, media tanam dan lain-lain. Media tanam yang digunakan adalah tanah yang berasal dari lab lapang terpadu, tanah yang telah dibawa dikering udarakan selama dua

minggu setelah itu dilakukan pengayakan dan disiapkan pada masing-masing ember.

3.5.2. Analisis Kadar Air Tanah

Untuk mengetahui nilai FC dan PWP dari masing-masing perlakuan yang ada maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan data analisis fisika tanah dari Balai Penelitian Tanah Bogor sesuai pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Sifat Fisika Tanah

No Contoh Dalam (cm) Kadar Air (% vol) Bulk Density (g/cc) Partikel Density (g/cc)

Kadar Air(% vol) Air

tersedia pF1 pF2 pF2.54 pF4.2 1 U1 0-20 35,1 1,07 2,25 50,6 37,4 32,3 24,4 7,9 20-40 35,1 1,05 2,30 53,4 39,9 35,5 17,8 10,4 2 U2 0-20 34,7 1,12 2,32 50,5 37,7 33,6 23,7 9,9 20-40 37,6 1,14 2,36 50,9 38,8 24,0 18,7 11,1 Rataan 0-20 50,55 37,55 32.95 24,05 8,9 Rataan 20-40 52,15 39,35 29,75 18,25 10,75

Sumber : Balai Penelitian Tanah Bogor, 2013.

Data hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa nilai kapasitas lapang (pF2,54) sebesar 32,95% dan titik layu permanen (pF4,2) sebesar 24,05% dalam persen volume serta nilai bulk density sebesar 1.095 g/cc. Untuk menentukan besarnya nilai FC dan PWP dalam persen berat maka dilakukan dengan membandingkan antara FC dan PWP pada persen volume dengan nilai bulk

(49)

23

density, sehingga diperoleh nilai FC dan PWP sebesar 30,09% berat dan sebesar 21,96 % berat dan AW sebesar 8,13% berat.

3.5.3. Pengkondisian Perlakuan

Pada tahap ini media tanam yang telah siap diambil sampel secukupnya lalu dioven pada suhu 105oselama 2x24 jam. Persamaan yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut:

𝐾𝐴𝑇 =𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾

𝐵𝐾 𝑋 100 % ……….(9)

Keterangan :

KAT = Kadar air tanah (%) BKU = Berat kering udara (gram) BK = Berat kering oven (gram).

Setelah media tanam dianalisis, selanjutnya tanah diberi air hingga posisi FC dan dibiarkan selama satu hari. Pada tahap awal ini perlakuan belum dilakukan, seluruh ember diberikan irigasi hingga FC, setelah memasuki tahap/fase pembungaan (14-15 MST) perlakuan baru dijalankan. Hasil analisis kadar air tanah dari Laboratorium Teknik Sumber Daya Air dan Lahan, dari tiga sampel tanah podzolik merah kuning kering udara yang berasal dari Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung diperoleh kadar air rata-rata sebesar 4,9%. Untuk mengubah kadar air tanah persen berat kedalam bentuk gram menggunakan rumus sebagai berikut:

100 + % berat

100 + KA x BT … … … . . . . (10) Keterangan : KA =Kadar air

(50)

24

Maka didapatkan berat FC sebesar 8.680* gram dan berat PWP 8.140* gram. Batas atas untuk perlakuan ID1 sebesar 8.680* gram, perlakuan ID2 sebesar 8.570* gram, perlakuan ID3 sebesar 8.460* gram, perlakuan ID4 sebesar 8.360* gram serta berat 20% ATT sebesar 8.250* gram (*berat tanah hasil pembulatan dan belum termasuk berat masing-masing ember).

3.5.4. Penanaman Benih Padi

Penanaman dilakukan dengan sistem tugal pada masing-masing ember dengan 3 butir padi pada masing-masing lubang, setelah 3 MST dilakukan sortasi menjadi 2 tanaman per ember.

3.5.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pemupukan, pengendalian gulma serta pemberian air irigasi sesuai perlakuannya masing-masing. Pemupukan dilakukan 3 kali selama fase pertumbuhan tanaman, pemupukan KCl dan SP36 dilakukan pada awal tanam dengan dosis masing-masing 83,3 kg/ha setara dengan 0,27 gram/ember, serta pemupukan urea pada 3 MST dan 9 MST dengan dosis 100 kg/ha setara dengan 0,32 gram/ember. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2 kali pada 7 MST dan 16 MST.

3.5.6. Pengamatan dan Pengukuran

Parameter yang diamati pada penelitian ini diantaranya adalah: a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diamati dari ujung tanaman hingga permukaan tanah di ember menggunakan meteran mulai dari 1 MST hingga 11 MST.

(51)

25

b. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung secara manual dari 1 MST hingga 11 MST. c. Jumlah anakan

Jumlah anakan dihitung secara manual mulai 6 MST hingga 11 MST. d. Jumlah malai

Jumlah malai dihitung secara manual mulai dari 12 MST hingga 15 MST e. Waktu muncul bunga

Waktu muncul bunga dihitung setelah bunga pertama muncul dari malai yang pertama kali muncul pada 13 dan 14 MST.

f. Berat berangkasan

Berat berangkasan dihitung setelah panen, yang terdiri dari berangkasan atas dan berangkasan bawah. Pengambilan data berat berangkasan menggunakan timbangan digital yang terdiri dari berangkasan basah (berat berangkasan setelah panen) dan berangkasan kering (berat berangkasan setelah dioven selama 2x24 jam pada suhu 65°C).

g. Berat gabah

Berat gabah ditimbang dengan mengunakan timbangan analitik. Gabah yang ditimbang adalah gabah basah dan gabah kering (dioven 2x24 jam pada 65°C) serta berat 1000 butir gabah (diambil 10 butir gabah sebanyak 3 ulangan kemudian dikonversikan kedalam 1000 butir), penimbangan dilakukan di dalam laboratorium Teknik Sumber Daya Air dan Lahan. h. Kebutuhan air tanaman

Kebutuhan air tanaman dihitung dengan menggunakan data evapotranspirasi harian yang didapatkan dari penimbangan tiap-tiap perlakuan.

(52)

26

i. Kandungan air tanah tersedia (KATT)

Kandungan air tanah tersedia (KATT) dihitung dengan melakukan penimbangan setiap hari pada 14 dan 15 MST.

j. Faktor respon terhadap hasil (Ky)

Nilai Ky diperoleh dengan persamaan (6) pada bab II. k. Produktivitas air tanaman

Produktivitas air tanaman dihitung ketika padi telah dipanen dengan membandingkan hasil produksi padi dengan jumlah total air yang telah ditranspirasikan (Persamaan 7).

3.5.7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah padi menguning atau pada 19 MST. Pemanenan dilakukan dengan memotong malai padi pada setiap tanaman untuk selanjutnya diukur hasil panennya.

3.5.8. Analisis Data

Data yang diperoleh diuji kesamaan ragamnya dengan menggunakan uji F dan apabila terdapat perbedaan pada perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dan 1%. Hasil uji data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik maupun diagram.

(53)

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat batas toleransi padi gogo terhadap cekaman air karena tanaman padi gogo sangat sensitif terhadap kekeringan pada fase pembungaan, hal ini ditunjukan dengan nilai Ky lebih besar dari 1 (Ky > 1).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, bagi mahasiswa ataupun peneliti disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan melakukan otomatisasi pemberian irigasi atau melakukan pengukuran tiap tiga jam sekali pada pagi hingga sore hari agar kandungan air tanah tersedia pada media tanam tanaman padi dapat terus

(54)

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., A. Dariah. dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal

Litbang Pertanian. 27: 43 - 49.

Ali, M.H. 2010. Fundamentals Of Irrigation And O-Farm Water Management. Agricultural Engineering Division, Bangladesh. Pages 560.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2015. Luas Panen dan Hasil Per Hektar Tanaman Padi Ladang menurut Kabupaten/Kota, 2010-2015.

https://lampung.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/63. Diakses pada 23 April 2017.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016. Tiga Fase Pertumbuhan Padi. http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/tahukah-anda/358-tiga-fase-pertumbuhan-padi. Diakses pada 20 Agustus 2016.

Balai Penelitian Tanah. 2013. Hasil Analisis Contoh Fisika Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah, Bogor.

Ditia, A. 2016. Pengaruh Fraksi Penipisan (p) Air Tanah Tersedia pada Berbagai Fase Tumbuh terhadap Pertumbuhan, Hasil,dan Efisiensi Penggunaan Air Tanaman Kedelai (Glycine Max [L] Merr.). (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Doorenbos dan Kassam. 1979. Yield Response to Water. Food and Agriculture Orgatization of the United Nations, Rome.

Hafif, B. 2016. Optimasi Potensi Lahan Kering untuk Pencapaian Target Peningkatan Produksi Padi Satu Juta Ton Di Provinsi Lampung. Jurnal

Litbang Pertanian. 35: 81 - 88.

Hansen, V.E., O.W. Israelsen., G.E. Stringham., E.P. Techyan. dan Soetdjipto. 1986. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta. 407 hlm.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. 280 Hlm.

(55)

56

Hariyono. 2009. Keragaan Vegetatif dan Generatif Beberapa Varietas Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Fase

Pertumbuhan yang Berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 18: 88 - 98. Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP:

Semarang Press, Semarang. 242 hlm.

Manik, T.K., R.A.B. Rosadi., A. Karyanto., A.I. Pratya. 2010. Pendugaan Koefisien Tanaman untuk Menghitung Kebutuhan Air dan Jadwal Tanam Kedelai di Lahan Kering Lampung. Jurnal Agrotropika. 15: 78 – 84. Priyonugroho, A. 2014. Analisis Kebtuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah

Irigasi Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang). Jurnal Teknik

Sipil dan Lingkungan. ISSN: 2355-374X : 457 - 470.

Rosadi, R.A.B. 2012. Irigasi Defisit. Lembaga Penelitian Universitas Lampung, Lampung.

Suhartono., R.A. Sidqia Zaed ZM., dan A. Khoiruddin. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine

max. L. Merril) pada beberapa Jenis Tanah. Jurnal Embryo. 5: 101 – 111.

Sujinah. dan A. Jamil. 2016. Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap

Cekaman Kekeringan dan Varietas Toleran. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 11: 1 - 8.

Sukiman, H., Adhiwirman. dan S. Syamsiyah. 2010. Respon Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Stres Air Dan Inokulasi Mikorisa. Jurnal Berita

Biologi. 10: 249 - 257.

Syamsiyah, S. 2008. Respon Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa l) Terhadap Stres Air dan Inokulasi Mikoriza. (Skripsi). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tusi, A. dan R.A.B. Rosadi. 2009. Aplikasi Irigasi Defisit Pada Tanaman Jagung.

Jurnal Irigasi. Vol. 4, No 2.

Vergara, B.S. 1995. Bercocok Tanam Padi.Program Nasional PHT Pusat. Departemen Pertanian, Jakarta.

Gambar

Gambar 1.  Fase pertumbuhan tanaman padi (Doorenbos dan Kassam, 1979)
Tabel 2.  Pengelompokan tanaman menurut penipisan air tanah (soil water  depletion)
Gambar 2.  Model perlakuan irigasi defisit
Gambar 4.  Diagram Alir Penelitian Mulai

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Penghasilan. Berdasarkan tabel 4.14 diketahui variabel tingkat

Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SD Negeri Tamansari melalui strategi quantum dapat meningkatkan rasa kerja keras dan prestasi

[r]

bayi instan terdapat cemaran logam berat kadmium (Cd) yang dapat.

Bagaimana rangkaian kontrol yang dapat mengatur operasi inveter dan pemilihan jenis inverter yang tepat untuk dapat mengatasi kekurangan daya saat jaringan listrik

Ringkasan Pengabdian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang Pengabdian, tujuan dan tahapan metode Pengabdian, serta luaran yang di capai dalam kegiatan

Tulisan ini akan mengkaji salah satu bentuk atau bagian pluralitas yang ada di Indonesia yakni kajian tentang agama atau kepercayaan lokal, lebih spesifiknya adalah kajian

Pada kelompok ceramah dengan media komik terlihat bahwa tingkat pengetahuan siswa sebelum diberi penyuluhan tentang keamanan makanan jajanan dalam kategori pengetahuan baik