DRUGS USED IN
EPILEPSI
Dwi Bagas Legowo, dr
Depart. Of Pharmacology & Therapy
Medical School – Malahayati University
Benzodiazepine dan Barbiturate
Farmakokinetik :
A. Absorpsi : kecepatan absorbsi dari benzodiazepine berbeda-beda tergantung sejumlah faktor termasuk lipofilisitas.
Absorbsi oral dari triazolam, diazepam serta metabolit aktif
clorazepate lebih cepat dibandingkan terhadap benzodiazepine.
Oxazepam, lorazepam dan temazepam diabsorbsi pada
kecepatan yang lebih lambat dari pada benzodiazepine.
B. Distribusi : transpor sedative-hipnotika di dalam darah merupakan proses dinamis dimana molekul-molekul obat masuk dan keluar jaringan pada kecepatan yang bergantung pada aliran darah, perbedaan konsentrasi dan permeabilitas.
Kelarutan di dalam lipid memegang peranan penting dalam
menentukan kecepatan dimana sedatif-hipnotika tertentu memasuki sistem saraf pusat. Misalnya, diazepam dan triazolam lebih muda larut dalam lipid dari pada
chlordiazepoxide dan lorazepam sehingga mula kerja pada sistem saraf pusat dari kedua obat tersebut lambat.
Lanjutan…
Retribusi obat dari sistem saraf pusat menuju jaringan-jaringan
lainnya merupakan gambaran yang penting dari biodisposisi sedatif-hipnotika.
Thiobarbiturate menunjukkan obat ini mengalami redistribusi sangat
cepat dari otak.
Pertama menuju jaringan-jaringan yang memperoleh perfusi yang sangat
tinggi, misalnya otot rangka.
Selanjutnya menuju jaringan adiposa yang memperoleh perfusi sangat
rendah.
Proses-proses ini memegang peranan penting dalam mengakhiri efek
utama obat ini terhadap SSP.
Semua sedatif-hipnotika menembus sawar darah-plasenta selama
kehamilan.
Laju keseimbangan konsentrasi darah ibu dengan janin lebih lambat
dibandingkan dengan laju keseimbagan antara darah ibu dengan SSP, karena rendahnya aliran darah menuju placenta.
Jika sedatif-hipnotika diberikan pada masa-masa sebelum kehamilan,
obat ini bisa menyebabkan depresi pada fungsi-fungsi vital dari neonatus.
Sedatif-hipnotika dapat dideteksi di dalam air susu ibu dan dapat
mengakibatkan efek-efek depresan terhadap fungsi SSP pada bayi yang mengkonsumsi air susu ibu tersebut.
C.
Biotransformasi
Transportasi metabolisme menjadi metabolik yang lebih
mudah larut di dalam air sangat diperlukan bagi klirens seluruh obat di dalam kelas ini dari tubuh.
Beberapa sedatif-hipnotika di ekskresikan dari tubuh dalam
bentuk tidak berubah, waktu paruh eliminasinya terutama bergantung pada transformasi metabolismenya
1. Benzodiazepine
Metabolisme hepatis menentukan klirens atau eliminasi seluruh
benzodiazepine.
Pola dan laju metabolisme bergantung pada tiap-tiap obatnya.
2. Barbiturate
Kecuali phenobarbital, hanya dalam jumlah yang tak berarti dari
berbagai barbiturate diekskresi dari tubuh dalam bentuk yang tidak berubah.
Jalur metabolisme utama meliputi oksidasi oleh enzim-enzim hati
terhadap gugus kimia yang berikatan dengan C5, yang berbeda-beda untuk tiap individu barbiturat.
D.
Ekskresi
Metabolit-metabolit larut air dari benzodiazepine
dan sedatif-hipnotika lain di ekskresi terutama lewat
ginjal.
Perubahan fungsi ginjal tidak memiliki efek yang
kuat terhadap eliminasi obat induk.
E.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Biodisposisi
Biodisposisi sedatif-hipnotika dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, terutama perubahan dari
fungsi hati yang disebabkan oleh penyakit, usia
lanjut atau peningkatan serta penurunan aktivitas
enzim mikrosomal akibat pengaruh obat-obat.
BENZODIAZEPINE
Benzodiazepine terdiri dari :
1.
Diazepam
2.Lorazepam
3.Clonazepam
4.Clorazepate dinatrium
5.Nitrazepam
6.Clobazam
Ke enam jenis benzodiazepine memainkan peranan
penting dalam pengobatan penderita epilepsi.
Obat-obat golongan ini memiliki 2 mekanisme yang
berbeda dalam kerja
antiseizure
nya, dengan tingkatan
yang berbeda-beda dari keenamnya.
Diazepam
Diberikan secara IV atau rectal sangat efektif untuk
menghentikan aktivitas seizure yang terus-menerus,
terutama pada kasus epileptikus tonik-klonik.
Dapat juga diberikan secara oral pada penggunaan
kronis.
Lorazepam
Bila diberikan secara IV, tampaknya lebih efektif dan
bekerja lebih lama daripada diazepam dalam
pengobatan status epileptikus.
Clonazepam
Bekerja berlangsung lama
Merupakan salah satu
antiseizure
yang sangat poten.
Efektif pada beberapa kasus seizure mioklonik.
Clorazepate dinatrium
Memiliki efek samping yaitu rasa ngantuk dan letargi
sepanjang obat ini dinaikkan dosisnya secara
bertahap. (45 mg/ hari).
Nitrazepam
Digunakan untuk spasme
infantil dan sizure
mioklonik
dan obat ini kurang poten dibandingkan
daripada
Clonazepam.
Clobazam
Merupakan 1,5-benzodiazepine
Memiliki potensi sedatif kurang daripada
benzodiazepine.
Waktu paruhnya 18 jam dan efektif pada dosis
ACETAZOLAMIDE
Merupakan salah satu diuretika yang kerja
utamanya adalah menghambat
carbonic
anhydrase
.
Kerja depolarisasi dari ion bikarbonat yang keluar
dari neuron melalui kanal ion dari reseptor
GABA
akan diakhiri oleh carbonic anhydrase.
Penggunaan acetazolamide sangat terbatas
karena cepat terjadinya toleransi dengan kembali
terjadinya seizure dalam beberapa minggu.
Inhibitor carbonic anhydrase lainnya yaitu
BROMIDE
Merupakan obat
antiseizure
pertama
dengan efikasi yang terukur.
Bromide masih bermamfaat terhadap
pengelolaan epilepsi pada pasien dengan
porfiria
.
Waktu paruhnya 12 hari.
Efek samping sering terjadi ruam kulit,
FARMAKOLOGI KLINIK OBAT
ANTISEIZURE
Klasifikasi Seizure :
Seizure Umum
Seizure Khusus
Obat-obat yang digunakan untuk seizure
parsial kurang lebih sama untuk semua
grup, tetapi obat yang digunakan seizure
umum adalah ditentukan oleh tipe sizure
itu sendiri.
Seizure Parsial
Seizure di mana lokalisasi dari awal serangan
dapat diketahui, baik melalui pengamatan
klinis maupun pengamatan EEG, serangan
mulai pada suatu lokasi spesifik di dalam otak.
3 tipe seizure parsial,
tergantung dari
derajat keterlibatan otak dalam letupan
abnormal, yaitu :
1.
Seizure Parsial Simpel
2.Seizure Parsial Kompleks
1.
Seizure Parsial Simpel
Ditandai oleh penyebaran minimum dari letupan
abnormal, sehingga kesadaran dan kewaspadaan
normal tetap terjaga.
2.
Seizure Parsial Kompleks
Memiliki titik awal serangan yang terlokalisasi,
tetapi letupan menjadi lebih meluas (biasanya
bilateral) dan hampir selalu melibatkan sistem
limbik.
3.
Serangan Umum sekunder
Seizure parsial yang secara mendadak
mendahului seizure tonik-klonik umum
(Grand
mal)
Seizure Umum
Seizure yang tidak diketahui lokalisasi dari fokus dan kelompok ini cukup heterogen.
Seizure tonik-klonik umum (grand mal)
Seizure epileptik yang paling dramatis dan ditandai oleh
adanya kekakuan tonik pada semua ekstremitas.
Pasien siasanya dalam keadaan stupor.
Lidah dan pipi mungkin tergigit dan umumnya terjadi
inkontinensia urine.
Seizure Absen (petit mal)
Ditandai dengan adanya serangan mendadak dan berhenti
tiba-tiba.
Lamanya sizure umumnya kurang dari 10 detik dan jarang
melebihi 45 detik.
Kesadaran tidak berubah.
Seizure absen mulai pada masa kanak-kanak atau remaja dan
Hentakan mioklonik
Ditemukan dalam jumlah besar dan kecil pada berbagai macam
seizure termasuk seizure tonik-klonik umum, seizure parsial, seizure absen, dan spasme infantil.
Penanganan seizure meliputi hentakan mioklonik harus lebih
diarahkan pada tipe seizure utamanya daripada terhadap miokloniknya.
Seizure Atonik
Terjadi bilamana pasien secara tiba-tiba kehilangan tonus
postural.
Jika berdiri, pasien dapat tiba-tiba jatuh ke lantai dan cidera.
Spasme infantil
Merupakan suatu sindroma epilepsi dan bukan merupakan
suatu tipe seizure.
Secara klinis ditandai dengan suatu hentakan mioklonik singkat
berulang-ulang pada tubuh dengan pembengkokan atau peregangan mendadak pada tubuh dan tungkai.
PENGELOLAAN EPILEPSI
Seizure parsial dan Seizure Tonik-Klonik Umum
Pilihan obat-obat umumnya terbatas pada
phenytoin,
carbamazepine
atau
berbagai barbiturate.
Seizure Umum
Pengobatan seizure tonik-klonik umumnya sama
seperti pada seizure parsial, disamping itu,
valproate
secara nyata sangat bermamfaat.
Tiga jenis obat yang efektif untuk penanganan seizure
absen, yaitu
Ethosuximide Valproate
Clonazepam sangat efektif, mempunyai kerugian yaitu
terjadinya toleransi.
Lanjutan…
Sindroma mioklonik spesifik umumnya
diobati dengan valproate karena obat ini
efektif dan bersifat nonsedatif
.
Seizure atonik seringkali bersifat refrakter
terhadap semua pengobatan yang
Obat-Obat Yang Digunakan
Dalam Spasme Infantil
Sebagian besar pasien menerima
corticotropin
IM
dan beberapa klinis mencatat bahwa
prednisone
sama efektifnya dan dapat diberikan peroral.
Efek toksik dari
corticotropine
merupakan
karakteristik dari kelebihan
corticosteroid
,
termasuk hipertensi, obesitas cushingoid,
gangguan gastrointestinal, perubahan kulit,
STATUS EPILEPTIKUS
Status epileptikus
tonik-klonik umum
, merupakan
suatu kondisi darurat yang membahayakan nyawa pasien
dan segera memerlukan pengelolaan kardiovasculer,
pernafasan dan metabolisme serta terapi farmakologis.
Diazepam
merupakan obat yang paling efektif untuk
menghentikan serangan dan diberi langsung secara
IV
.
Diazepam dapat mendepresi fungsi pernafasan.
Efek diazepam tidak berlangsung lama.
Phenytoin
merupakan obat dengan daya kerja lama
dan digunakan pada pasien yang tidak benar-benar
dalam keadaan seizure yang
bersifat kritis,
tetapi para
dokter sering menggunakan
lorazepam
yang memiliki
efek yang sama dengan diazepam namun dengan daya
kerja yang lebih lama.
Aspek-Aspek Khusus Toksikologi
Obat-Obat Antiseizure
Teratogenitas
Pasien yang menderita epilepsi berat sering menerima berbagai
obat antiseizure dalam dosis tinggi.
Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengonsumsi obat-obat
antiseizure memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapat
malformasi kongenital.
Phenytoin dihubungkan dengan sindroma yang disebut Sindroma
Hydantoin Fetus.
Valproate juga dihubungkan dengan malformasi yang spesifik
yaitu Spina Bifida.
Penghentian Pengobatan
Penghentian pengobatan antiseizure, baik secara sengaja maupun
tidak dapat memperberat seizure dan menaikkan frekuensinya.
Ada 2 faktor yang harus dipertimbangkan yaitu :
1. Efek penghentian itu sendiri.
2. Kebutuhan akan kelanjutan obat yang menekan seizure pada
Pada umumnya
penghentian obat-obat antiabsen lebih
mudah
dibandingkan denganobat-obat untuk
seizure parsial dan seizure tonik-klonik
umum.
Barbiturate
danbenzodiazepine
merupakan obat yangpaling sulit dihentikan.
Penghentiannya bisa berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
dengan pengurangan dosis secara bertahap agar mendapat hasil yang sempurna, terutama apabila pasien tidak menjalani rawat inap.
Overdosis
Obat-obat antiseizure merupakan depresan SSP, namun
jarang bersifat mematikan.
Dampak paling membahayakan dari obat-obat antiseizure setelah
overdosis tinggi adalah depresi pernapasan.
Pengobatan overdosis obat-obat antiseizure bersifat
suportif, stimulansia tidak diperbolehkan.
Usaha yang dilakukan untuk mempercepat penghentian obat-obat
antiseizure, misalnya alkalinisasi urine (karena phenytoin merupakan asam lemah) biasanya tidak efektif.