Pengajar:
Dr. I Made Wahyu Widyarsana, ST. MT
Anggota KK Pengelolaan Udara dan Limbah Staf Ahli Laboratorium Buangan Padat dan B3 Staf Pengajar Program Studi Teknik LingkunganFTSL - ITB
KONSEP DESAIN
TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH
Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah I
Bekasi, 21 Mei 2013
Pendahuluan
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
Berdasarkan data SLHI tahun 2007 tentang kondisi TPA di Indonesia,
sebagian besar merupakan tempat penimbunan sampah terbuka (open
dumping) sehingga menimbulkan masalah pencemaran pada lingkungan.
Perbaikan kondisi TPA sangat diperlukan dalam pengelolaan sampah pada skala kota
Permasalahan yang sudah timbul terkait dengan operasional TPA:
Pertumbuhan vektor penyakit
Pencemaran udara
Pandangan tak sedap dan bau tak sedap Asap pembakaran
Pencemaran leachate
Kebisingan
Dampak sosial
TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU
Nomor 18 Tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir didefinisikan sebagai pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Lokasi pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan sampah tetapi juga wajib terdapat 4 aktivitas utama penanganan sampah di lokasi TPA:
Pemilahan sampah
Daur-ulang sampah non-hayati (anorganik)
Pengomposan sampah hayati (organik)
Pengurugan/penimbunan sampah residu dari proses di atas di lokasi pengurugan atau penimbunan (landfill)
Klasifikasi Landfill:
Mengisi lembah atau cekungan
Mengupas lahan secara bertahap
Menimbun sampah di atas lahan
Berbagai inovasi proses di dalam
Metode trench atau ditch
metode diterapkan apabila air tanah cukup rendah sehingga zona non-aerasi dibawah
landfill cukup tinggi (≥1,5
m).
Diterapkan di tanah yang datar
Penggalian tanah secara
berkala untuk membuat parit sedalam 2-3 m
Tanah disimpan sebagai bahan penutup
Metode area
Metode ini terutama
diterapkan bila kondisi permukaan air tanah relatif dangkal sehingga
dikhawatirkan dapat terjadi pencemaran lingkungan bila dilakukan penggalian
kondisi topografi lahanTPA yang datar umumnya menerapkan metode ini
Kombinasi kedua metode
Keduanya dapat dikombinasikan agar
pemanfaatan tanah dan bahan penutup yang baik serta meningkatkan kinerja operasi
Pembentukan Gas pada Landfill
proses dekomposisi zat organik diTPA akan berlangsung secara aerobik (dalam kondisi ketersediaan oksigen) dan anaerobik (dalam kondisi tanpa oksigen).
Proses dekomposisi berlangsung secara anaerobik dengan melalui beberapa tahapan yaitu:
Hydrolisis yaitu pemecahan rantai karbon panjang menjadi rantai karbon yang
lebih sederhana pada proses degradasi sampah oleh mikroorganisme.
Acidogenesis, dari senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek dirubah
menjadi asam asam organik akibat adanya aktivitas dari mikroorgansime acidogen.
Methanogenesis, adalah tahap degradasi yang menghasilkan gas methan dan gas
Pembentukan Gas pada Landfill
- Fasilitas Penanganan Gas
Fasilitas penanganan gas diTPA dimaksudkan untuk:
Melepaskan dan menyalurkan gas yang terbentuk dan terperangkap dalam timbunan sampah. Pelepasan gas mengurangi potensi terjadinya kebakaran, meningkatkan proses dekomposisi sesuai prinsip keseimbangan reaksi kimia, sehingga proses penguraian bahan organik akan berlangsung lebih cepat.
Mengumpulkan gas yang terbentuk dan membuangnya secara lebih aman yaitu dengan dibakar; atau mengkonsentrasikannya pada suatu tempat untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan manfaat bagi manusia.
Dibedakan atas: pengumpulan individu dan terpusat
Bila saluran ini terpasang di tengah area TPA maka disebut dengan ventilasi gas area, sementara bila terletak pada dindingTPA maka disebut dengan ventilasi gas slope
Perpipaan vertikal
Perpipaan horizontal
- Pengumpul Gas
Pembentukan Gas pada Landfill
- Fasilitas Penunjang
Pembakaran Gas
Untuk membuat alat
pembakar (burner sederhana) diperlukan pipa logam berdiameter + 150 mm yang dibuat meruncing pada bagian ujungnya agar memudahkan konsentrasi gas pada bagian ujung
Pemanfaatan Gas
Prinsip dalam desain pemanfaatan gas adalah (Damanhuri, 2008):
Kualitas gas yang sesuai dengan kebutuhan pemakai
Kapasitas rencana sistem
Kapasitas desain sistem dihitung berdasarkan (Damanhuri, 2008) :
Proyeksi gas yang dapat dihasilkan Laju produktivitas gas
Estimasi presentasi gas yang dapat dimanfaatkan dan keinginan pemakai
- Fasilitas Penunjang
Pemanfaatan Gas
Gas metan yang mudah terbakar dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk beberapa keperluan seperti:
Penerangan area TPA pada malam hari
Memasak
Energi untuk pembakaran sampah pada incinerator
Bisnis (bahan bakar atau instalasi pembangkit listrik), terutama bila kapasitas produksinya cukup besar.
Pembentukan Gas pada Landfill
Pemanfaatan Gas sebagai Bahan Bakar Keperluan Rumah Tangga (Damanhuri, 2008):
Pipa distribusi terbuat dari polyethylene berwarna hitam dengan diameter 1" klas 8. Pipa jenis ini digunakan karena lebih kuat dari pada pipa pralon.
Campuran gas yang dapat terbakar/menyala terdiri dari 5-15 % metana murni denga n 85 - 95 % udara (Perry, 1973). Jadi satu volume gas TPA dari sumur berkualitas 60 % metana kira-kira perlu dicampurkan dengan 5-10% volume udara untuk dapat terbakar. Campuran ini biasanya terjadi di dalam kompor pada orificenya. Perbandingan gas ini sangat tergantung dari kuantitasdan kualitas gas yang diproduksi..
- Fasilitas Penunjang
Perbandingan luas lubang untuk udara yang masuk dengan lubang pengeluaran gas adalah 10 : 100
Luas pancaran orifice 0,25 mm2
Perbandingan luas pancaran gas: lubang pemasukan udara dan lubang
pengeluaran gas (flame port) = 1 : 5 : 100.
Alat pembakaran perlu diatur agar kecepatan gas pada spuyer tidak terlalu karena diameter spuyer besar, menyebabkan udara yang masuk terlalu banyak sehingga terjadi pembuangan nyala. Sebaliknya apabila kecepatan gas terlalu rendah maka nyala api tidak stabil.
Pembentukan Gas pada Landfill
Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati sampah
yang telah mengekstrasi material terlarut/tersuspensi dari sampah tersebut.
Leachate dihasilkan dari infiltrasi air hujan ke dalam tumpukan sampah di
TPA dan dari cairan yang terdapat di dalam sampah itu sendiri.
Apabila tidak terkontrol, landfill yang dipenuhi air leachate dapat mencemari air bawah tanah dan air permukaan.
Kualitas dan kuantitas leachate tergantung dari banyak faktor, antara lain karakteristik dan komposisi sampah, jenis tanah penutup, iklim, kondisi kelembaban dalam timbulan sampah serta waktu penimbunan sampah
Pembentukan Leachate
Komposisi zat kimia dari lindi berubah-ubah tergantung pada beberapa hal antara lain:
Karakteristik dan komposisi sampah
Jenis tanah penutup landfill
Musim
Ph dan kelembaban
- Pengolahan leachate
Pemilihan proses pengolahan leachate sangat ditentukan oleh berbagai faktor, yang terpenting adalah baku mutu (standar) efluent leachate, ketersediaan lahan, kemampuan sumberdaya manusia dan kemampuan ekonomi.
Urutan alternatif dalam mengolah leachate :
Penguapan leachate: proses penguapan alami
Pensirkulasian leachate: pengumpulan dan sirkulasi kembali lindi.
Pengolahan leachate: kombinasi fisik-kimia dan biologi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai dasar perencanaan dan
memilih sistem, sebagai berikut:
Kualitas dan kuantitas air lindi yang akan diolah
Kemudahan pengoperasian dan ketersediaan SDM yang memenuhi kualitas untuk OM IPL terpilih
Jumlah akumulasi lumpur Kebutuhan dan ketersediaan lahan
Biaya, meliputi : biaya investasi, biaya operasi, biaya pemeliharaan
Kualitas hasil olahan yang diharapkan
Kebutuhan energi, seperti untuk: pompa, aerator/blower, penggerak shaft, serta keperluan utilitas lainnya.
Pembentukan Leachate
- Pengolahan leachate
Alternatif 1 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter
Pembentukan Leachate
Alternatif 2 Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan
Landtreatment/ Wetland
- Opsi Teknologi Pengolahan Leachate
Alternatif 3 Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon
Pembentukan Leachate
Alternatif 4 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam
Anaerobik atau ABR
- Opsi Teknologi Pengolahan Leachate
Alternatif 5 Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated
Lagoon, Sedimentasi II
Pembentukan Leachate
Referensi Teknologi :
Pengolahan lindi di Eropa, sbb:
Netralisasi Presipitasi/flokulasi/sedimen tasi Oksidasi/reduksi Reverse osmosis Ion exchange
Proses yang sebaiknya ada dalam pengolahan lindi, yaitu:
Storage Biologycal pre-treatment Adsorption Precipitation/floculation Chemical oxidation Membrane.
- Opsi Teknologi Pengolahan Leachate
Proses Pengolahan Lindi :
1. Pengolahan on-site :
pengolahan lindi langsung di lokasi yang sama untuk kemudian dibuang ke badan air. Biasanya sistem ini yang digunakan di TPA selama ini.
2. Pengolahan off-site :
pengolahan lindi dibawa ke tempat lain untuk diproses sebelum dibuang ke badan air.
3. Resirkulasi ke TPA : air lindi
disirkulasikan kembali ke TPA untuk digunakan kembali.
Pembentukan Leachate
- Opsi Teknologi Pengolahan Leachate
Bagan Pemilihan Pengolahan Lindi
Pengolahan lindi yang sesuai dengan konsep pengolahan dimana pengolahan fisik mampu mengurangi kualitas limbah sebesar 10%, pengolahan biologis sebesar 40% dan pengolahan kimia sebesar kurang lebih 90%, dapat dilihat sbb :
Proses pengolahan leachate yang sesuai
- Opsi Teknologi Pengolahan Leachate
Efluen dari tiap proses bisa dilihat pada gambar di bawah:
Simulasi efluen hasil pengolahan lindi
Pembentukan Leachate
Pengolahan lindi dengan sistem resirkulasi, sbb
Proses pengolahan leachate dengan resirkulasi
- Opsi Teknologi Pengolahan Leachate
Konsep-konsep dalam pengolahan lindi yang perlu diterapkan, sbb :
Biology/activated carbon adsorption
Biology/chemical oxidation with ozone/biology
Biology/reverse osmosis/concentrate treatment.
Konsep pengolahan leachate
Pembentukan Leachate
Sistem drainase mencegah air hujan yang jatuh di atas daerah TPA
non-landfill masuk ke dalam non-landfill.
Persamaan menghitung debit aliran permukaan:
Q = debit limpasan (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas daerah pelayanan tiap saluran (ha)
0,278 = faktor konversi
- Perencanaan Saluran Drainase
Hal-hal yang mempengaruhi perencanaan saluran drainase:
Instensitas hujan
Curah hujan
Perencanaan sistem saluran drainase:
mengikuti hirarki semakin ke hilir saluran semakin melebar Aliran air diarahkan ke hilir untuk bertemu dengan saluran yang
melayani daerah lainnya di dalam lokasi TPA
Pembentukan Leachate
rembesan lindi berpotensi menimbulkan pencemaran air tanah
pemilihan lokasi TPA menyangkut karakteristik hidrogeologi.
Lapisan tanah harus memiliki angka kelulusan (permeability coefficient) kurang dari 1/1.000.000 cm/detik
Permeabilitas Kelulusan (cm/dt) Jenis Tanah / Media
Tinggi > 0,1 Kerikil kasar dan sedang
Sedang 0,1 - 0,001 Kerikil halus, pasir kasar dan sedang
Rendah 0,001 - 0,000001 Pasir halus, pasir danau, danau
Sangat rendah
0,000001 - 0,0000001 Danau padat, danau berlempung
Non permeabel < 0,0000001 Lempung
- Lapisan Kedap Air
Jenis Lapisan kedap air:
lapisan kedap air yang paling murah adalah lempung.
Lapisan karet sintetis : Untuk mencegah terjadinya kerusakan atas
lapisan ini umumnya dipasang terlebih dahulu lapisan tanah sebelum sampah diratakan di atasnya.
Lapisan polimer sintetis: relatif lebih kaku dibanding karet sintetis
Lapisan aspal: menyemprot permukaan yang keras (tanah keras berbatu / padas) sampai ketebalan 3-5 mm
Pembentukan Leachate
Sesuai dengan SNI 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasiTPA dan Metode LE Grand.
Dilengkapi dengan prasarana dan sarana:
Prasarana jaPrasarana drainase
lan
Fasilitas penerimaan Lapisan kedap air
Fasilitas pengamanan gas
Fasilitas pengamanan leachate
Bahan penutup
Alat berat Penghijauan
Fasilitas penunjang
Perencanaan Sanitary Landfill
- Parameter perencanaan TPA
2 parameter dalam merencanakan pembuatan TPA:
Timbulan sampah
kondisi dan faktor yang mempengaruhi besarnya timbulan sampah seperti:
Tingkat ekonomi atau penghasilan penduduk
Keanekaragaman kegiatan masyarakat Pola atau kebiasaan hidup
Karakteristik fisik dan geografi kota
Iklim dan musim
Perkembangan industri kemasan, dan lain-lain Dinyatakan dengan liter/orang/hari atau kg/orang/hari
Kebutuhan luas lahan:
Besarnya lahanTPA yang diperlukan akan tergantung pada besarnya sampah yang akan dibuang. Semakin besar sampah yang dihasilkan suatu kota, semakin luas pula TPA yang diperlukan untuk
menampungnya
Secara umum, penentuan kebutuhan TPA
Sampah yang timbul mengalami pengurangan (kepadatan awal)
Sampah yang terkumpul diangkut ke TPA
Di TPA Proses pemadatan.
Membandingkan angka kepadatan sampah di TPA dan kondisi awal
diperkirakan besarnya kebutuhan lahan TPA
Perencanaan Sanitary Landfill
- Parameter perencanaan TPA
Hal yang perlu diperhatikan:
Kesesuaian tata ruang
Untuk menghindari tumpang tindih peruntukkan lahan
Rencana pemanfaatan
Rencana pemanfaatan lahan bekas TPA perlu ditentukan sejak awal.
Beberapa alternatif pemanfaatan lahan bekas TPA: Lahan
penghijauan/perkebunan, taman/tempat rekreasi, lokasi olah raga, dll.
Perencanaan Sanitary Landfill
Rencana pembuangan
Dengan penentuan jenis pemanfaatan lokasiTPA di kemudian hari maka beberapa rencana pengelolaanTPA dapat disesuaikan sehingga menunjang rencana pemanfaatan tersebut.
Beberapa hal yang perlu direncanakan: rencana pemanfaatan, rencana pemadatan, rencana penutupan, dan penyediaan fasilitas.
Perencanaan Sanitary Landfill
- Perencanaan Lokasi TPA
Memenuhi prinsip:
Di kota besar dan metropolian direncanakan sesuai metode lahan urug saniter (sanitary landfill) sedangkan kota sedang dan kecil minimal harus direncanakan metode lahan urug terkendali (controlled landfill).
Harus ada pengendalian leahcate, yang terbentuk dari proses
dekomposisi sampah agar tidak mencemari tanah, air tanah maupun badan air yang ada.
Harus ada pengendalian gas dan bau hasil dekomposisi sampah, agar tidak mencemari udara, menyebabkan kebakaran atau bahaya asap dan menyebabkan efek rumah kaca.
Harus ada pengendalian vektor penyakit.
Perencanaan Sanitary Landfill
Fasilitas umum: Jalan akses, jalan operasi, bangunan penunjang, drainase, pagar, papan nama.
Fasilitas perlindungan lingkungan
Pembentukan dasar TPA
Saluran pengumpul leachate Ventilasi gas
Penutup tanah
Daerah penyangga/zona penyangga
Sumur uji
Perencanaan Sanitary Landfill
- Perencanaan prasarana dan sarana TPA
Pembentukan dasar TPA
Pelapis Dasar (liner) TPA dengan Geosintetis danTanah Lempung
Sistem Lapisan Dasar Sel Typical pengelasan geomembran
Fasilitas penunjang
Jembatan timbang
Air bersih Hangar
Fasilitas pemadam kebakaran
Fasilitas daur ulang dan pengomposan
Fasilitas Operasional
Fasilitas operasional yang dibutuhkan adalah alat berat, seperti
Bulldozer, Wheel /truck loader, Excavator /backhoe
Perencanaan Sanitary Landfill
Dalam penentuan rencana tapak untuk sanitary landfill
Pemanfaatan lahan dibuat seoptimal mungkin sehingga tidak ada sisa lahan yang tidak dimanfaatkan.
Lokasi TPA harus terlindung dari jalan umum yang melintas TPA.
Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan pagar hidup di
sekeliling TPA, sekaligus dapat berfungsi sebagai zona penyangga.
Penempatan kolam pengolahan leachate dibuat sedemikian rupa sehingga leachate sedapat mungkin mengalir secara gravitasi.
Penempatan jalan operasi harus disesuaikan dengan sel/blok penimbunan, sehingga semua tumpukan sampah dapat dijangkau dengan mudah oleh truk dan alat besar.
Perencanaan Sanitary Landfill
- Rencana Tapak
Perencanaan Sanitary Landfill
Perencanaan Konstruksi Landfill
- Konstruksi sistem pelapis dasar (liner)
Konstruksi sistem liner untuk Sanitary landfill yang terdiri dari:
Lapisan tanah pelindung setebal minimum 30 cm.
Di bawah lapisan tersebut terdapat lapisan penghalang dari geotekstil atau anyaman bambu, yang menghalangi tanah pelindung dengan media penangkap leachate.
Media karpet kerikil penangkap leachate setebal minimum 30 cm,
menyatu dengan saluran pengumpul leachate berupa media kerikil berdiameter 30-50 mm, tebal minimum 20 cm yang mengelilingi pipa perforasi 8 mm dari HDPE, berdiameter minimal 300 mm. Jarak antar lubang (perforasi) adalah 5 cm. Di atas media kerikil.
Macam-macam detail anchor liner geosintetis
Perencanaan Konstruksi Landfill
Sistem jaringan under-drain dapat berupa pola tulang ikan atau pola lurus. Kemiringan saluran pengumpul leachate antara 1-2% dengan pengaliran secara gravitasi menuju instalasi pengolah leachate (IPL).
Sistem penangkap leachate diarahkan menuju pipa berdiamter minimum 300 mm, atau saluran pengumpul leachate.
Pada sanitary landfill, pertemuan antar pipa penangkap atau antara pipa penangkap dengan pipa pengumpul dibuat bak kontrol (juction-box), yang dihubungkan sistem ventilisasi vertikal penangkap atau pengumpul gas.
Perencanaan Konstruksi Landfill
- Konstruksi under-drain pengumpul leachate
Gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA harus dikontrol di tempat agar tidak mengganggu kesehatan pegawai, orang yang menggunakan fasilitas TPA, serta penduduk sekitarnya.
Gas hasil biodegradasi tersebut dicegah mengalir secara literal dari lokasi pengurugan menuju daerah sekitarnya.
Setiap 1 tahun sekali dilakukan pengambilan sampel gas-bio pada 2 titik yang berbeda, dan dianalisa terhadap kandungan CO2dan CH4.
Perencanaan Konstruksi Landfill
Perencanaan Konstruksi Landfill
- Pemasangan sistem penanganan gas
Pengoperasian Sanitary Landfill
Transportasi Tanah Penutup/Pelapis Khusus dari Luar Lokasi
Penerimaan/Registrasi Sampah
Penuangan Sampah di Lokasi Pengurugan
Penuangan Sampah di Lokasi Pengomposan Pemilahan Sampah Pematangan Kompos Penyaringan Kompos Pencacahan Sampah Pengemasan Kompos Produk Kompos
Penuangan Sampah di Tepi Jalan Operasi
Pemilahan Sampah
Daur Ulang
Pemindahan Sampah
ke Lokasi Pengurugan
Pengangkutan Sampah Residu ke Lokasi Pengurugan
Penyebaran dan Pengurugan Sampah
Pemadatan Sampah
Penyebaran Tanah Penutup
Pemadatan Sel
Pengupasan Tanah Asli
Pemindahan Tanah ke Lokasi Penyimpanan
Pemindahan Tanah ke Lokasi Pengurugan
Penyambungan Pipa Gas Vertikal
Pengoperasian Sanitary Landfill
- Pembagian area efektif pengurugan
Lahan efektif
Dibagi menjadi beberapa area/zona.
Setiap bagian tersebut dibagi menjadi beberapa strip
Pengaturan sel
Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah.
Pada sistem sanitary landfill, periode operasi terpendek adalah harian; yang berarti bahwa satu sel adalah bagian dari lahan yang digunakan untuk menampung sampah selama satu hari. Sementara untuk control
landfill satu sel adalah untuk menampung sampah selama 3 hari, atau 1
minggu, atau operasi terpendek yang dimungkinkan.
Siteplan Area Efektif
Pengoperasian Sanitary Landfill
Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan:
Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5-3 lebar blade alat berat agar manuver alat berat dapat lebih efisien
Ketebalan sel sebaiknya antara 2-3 meter. Ketebalan terlalu besar
akan menurunkan stabilitas permukaan, sementara terlalu tipis akan menyebabkan pemborosan tanah penutup
Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar dan tebal sel.
Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan tali
agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar
Blok operasi : luas blok operasi = luas sel x perbandingan periode operasi menengah dan pendek
Pengoperasian Sanitary Landfill
- Pembagian area efektif pengurugan
Pengurugan sampah
Sanitary landfill
Sampah disebar dipadatkan (tebal 1,5 m) digilas dengan steel
sheel compactor atau dozer (4-6 gilasan) ditutup dengan tanah
penutup (min. 15cm) setelah 3 lapisan ditutup setebal min 30 cm.
Controlled landfill
Sampah disebar dipadatkan (tebal 4,5 m) digilas dengan steel
sheel compactor atau dozer (3-5 gilasan) ditutup dengan tanah
penutup (min. 20cm). Tinggi lapisan 5cm=1 lift kemiringan talud sel maks 1:3
Pengoperasian Sanitary Landfill
Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan akan meliputi:
Penerimaan sampah di pos pengendalian;.
Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang
dioperasikan;
Pembongkaran sampah
Perataan dan pemadatan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis
Pemadatan sampah oleh alat berat
Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi
sanitary landfill.
Pengoperasian Sanitary Landfill
- Penanganan sampah yang masuk ke TPA
Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA melalui petugas registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal waktu pemasukan.
Mencatat secara rutin jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (m3) dalam satuan berat (ton) per-hari.
Pemrosesan sampah masuk di TPA dapat terdiri dari:
Menuju area pengurugan untuk diurug, atau
Menuju area pemerosesan lain selain pengurugan, atau
Menuju area transit untuk diangkut ke luar TPA.
Pemulung ataupun kegiatan peternakan di lokasi TPA dan sekitarnya tidak dilarang, tetapi sebaiknya dikendalikan oleh suatu peraturan untuk ketertiban kegiatan tersebut.
Pengoperasian Sanitary Landfill
Pengoperasian Sanitary Landfill
- Pengurugan sampah pada bidang kerja
Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas
Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya.
Faktor jumlah titik bongkar: lebar sel, waktu bongkar rata-rata, frekuensi kedatangan
Pengoperasian Sanitary Landfill
Ketentuan Pengumpulan Lindi dan Fasilitas Penyaluran dalam Landfill Semi Aerobik
Landfill semi-aerobik membutuhkan pipa pengumpul lindi, terdiri dari pipa perforasi dan kerikil yang diletakkan di dasar landfill untuk mengalirkan lindi keluar dari landfill secepat mungkin.
Metode ini dilakukan untuk mencegah penetrasi lindi ke dalam tanah
yang akan mengakibatkan lindi tidak tersisa di lapisan-lapisan tanah.
saluran ini juga berfungsi sebagai jalan masuk udara ke dalam lapisan sampah.
Dalam landfill semi aerobik, temperatur landfill meningkat akibat panas yang dihasilkan dari proses biodegradasi sampah.
oksigen yang masuk ke tumpukan sampah melalui pipa pengumpul
lindi dengan mekanisme konveksi panas memanfaatkan perbedaan suhu antara dalam dan luar landfill.
Pipa pengumpul lindi terdiri dari pipa dan kerikil yang melapisi
permukaannya. Semakin besar diameter pipa dan lengkungan kerikil yang menutupi permukaannya, akan semakin baik pula saluran pengumpul tersebut.
L ea c h at e
A n ae r ob ic lan d fill S em i-A e rob ic lan df ill
S o lid w as t e
A ir
L ea c h at e
Le a c ha te c o lle c tion p ipe
Pipa koleksi leachate
Pemahaman secara teoritis, kalau ingin menerapkan konsep landfill dengan metode Fukuoka (Semi-Aerobic Landfill), maka sistem operasional yang sebaiknya diterapkan adalah controlled landfill, supaya ada ada waktu kontak antara oksigen di udara luar dengan sampah, jadi kurang cocok dengan menerapkan sanitary
landfill. Berikut beberapa pertimbangan terkait penerapan metode Fukuoka
tersebut:
Semi-aerobic landfill : metoda terbaru yang pertama kali diterapkan di Fukuoka (Jepang) dan dikenal juga dengan landfill metode Fukuoka.
Metode ini merupakan alternatif yang sangat disarankan untuk dapat mempercepat stabilitas sampah dan menurunkan kualitas timbulan lindi sehingga beban yang masuk ke IPL tidak terlalu tinggi. Konsentrasi BOD dan evaporasi untuk landfill semi-aerobik lebih rendah jika dibandingkan dengan landfill anaerobik.
Perbedaan mendasar semi-aerobic vs anaerobic adalah intensitas penutupan
tanah dan besar pipa pengumpul lindi. Pada semi-aerobic landfill pengaplikasian tanah penutup tidak dilakukan setiap hari, hal tersebut dilakukan agar kontak sampah dengan udara terjadi lebih lama sehingga proses dekomposisi / stabilisasi akan berlangsung lebih cepat.
TPA semi-aerobic landfill menggunakan pipa pengumpul lindi dgn diameter > 60 cm, serta ujung pipa tidak terendam di instalasi pengolah lindi (IPL) sehingga memungkinkan masuknya udara ke dalam pipa untuk membantu proses pembusukan dan pada akhirnya menurunkan kualitas timbulan lindi.
Landfill semi-aerobik sampai saat ini dinilai mempunyai keuntungan
selain dapat mengurangi beban pencemar lindi, juga dapat mengurangi timbulan gas rumah kaca.
TPA pada lahan gambut dilakukan dengan rekayasa teknologi sehingga berada di atas lapisan kedap air dengan menggunakan lapisan kedap alamiah dan/atau lapisan kedap artifisial seperti geosintetis dan/atau bahan lain yang memenuhi persyaratan hidrogeologi serta pondasi dan lantai kerja TPA harus diperkuat dengan konstruksi perbaikan tanah bawah
Contoh rekayasa teknik dasar dan pondasi pada lahan gambut
Geosintetik untuk perkuatan pada tanah lunak
Geosintetik untuk perkuatan timbunan dapat berupa geotekstil anyam dan nir-anyam, maupun geogrid
Fungsi geotekstil, dalam hal ini sebagai tulangan, pemisah atau drainase
Jika tanah lunak yang berada di bawah timbunan terpenetrasi ke dalam bahan timbunan di atasnya, maka sifat-sifat mekanis tanah timbunan akan terpengaruh , yaitu kekuatan tanah di sekitar dasar timbunan akan berkurang. Kadar air dalam tanah lunak secara berangsur-angsur berkurang oleh adanya geotekstil yang berfungsi sebagai drainase.
Dalam tanah pondasi di bawah timbunan yang terlalu lunak, untuk dapat mendukung beban timbunan di atasnya, maka diperlukan geotekstil untuk perkuatannya.
Macam-macam cara peletakan geotekstil pada timbunan di atas tanah lunak (Gourc, 1993)
TPA Lahan Gambut
Timbunan yang dibangun pada tanah lunak cenderung bergerak ke arah lateral oleh akibat tekanan tanah horizontal
Tekanan horizontal menyebabkan timbulnya
tegangan geser yg harus ditahan oleh tanah
pondasi lunak.
Jika tanah pondasi tidak tahan akan tegangan geser tersebut maka akan
mengalami keruntuhan. Dasar timbunan dapat
dipasang geosintetik (geotekstil atau georid) dengan tarik tinggi yang berguna untuk menahan
Cara Menyambung geogrid (Mitchell danVillet, 1987)
Geogrid
Upgrade TPA Open Dumping
Langkah-langkah memperbaiki cara pembuangan yang lebih baik dari sebelumnya:
Mengendalikan arus sampah yang masuk TPA
Mengoperasikan TPA pada jam tertentu setiap hari kerja misalnya
hanya beroperasi pada siang hari antara jam 08.00 s/d 16.00
Menyediakan pagar dan gerbang untuk mengendalikan jalan masuk menuju lokasi
Menugaskan staff untuk mengarahkan sopir yang datang untuk menumpahkan sampah sesuai dengan ruang kerja yang ditetapkan
Memberitahu orang banyak atau masyarakat tentang jam operasi TPA
dan papan pengumuman
Melakukan pencatatan terhadap setiap kedatangan truk dan volume atau berat sampah yang masuk TPA
Rehabilitasi jalan akses dan jalan operasional di tempat pembuangan
Meningkatkan muru jalan ke dan di dalam lokasi, yang dapat
dioperasikan untuk segala cuaca. Jalan operasi dapat dibangun untuk tahap masing-masing lokasi menggunakan batu dan tanah selebar 6 m dan ketebalan 0,3 m. Jalan harus dibangun untuk menjamin
pembuangan ke lokasi kerja berjalan terus menerus.
Membangun saluran drainase baik pada jalan akses dan jalan operasi
Memulai melakukan upgrading (secara rancang bangun)
Membangun tanggul penahan setinggi 2 m di sekeliling batas TPA
dengan cara memindahkan sampah yang ada dipuncak timbunan dan mulai menutup dengan tanah setebal 0,5 m
Membuat dinding sel, sebagai batas untuk menentukan daerah operasi penuangan harian
Membuat saluran drainase sekeliling batas TPA untuk mengalirkan
aliran air hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke TPA dan sekaligus sebagai batas TPA
Menyediakan kantor bagi pekerja atau staf dengan fasilitas kesehatan yang memadai
Manajemen operasional di lokasi
Mengendalikan dan memadamkan api di lokasi bila terjadi kebakaran
Mengidentifikasi sumber material tanah penutup yang sesuai
Menyiapkan jadwal pengisian lahan (permulaan dari sisi lokasi yang
paling jauh kemudian semakin ke arah gerbang
Mengembangkan pengisian bagian landfill dalam fase (umur pakai) 1-5 tahun dan umur pengisian setiap sel dalam periode 1-3 bulan
Melakukan penutupan tanah di atas sel kerja harian dengan ketebalan 0,15-0,2 m.
Apabila TPA open dumping akan ditutup maka ada langkah-langkah yang harus diikuti untuk menutup TPA Open dumping:
Mendokumentasikan kondisi dan situasi di dalam dan disekitar lokasi
TPA sebagai bahan untuk pembahasan meliputi:
Pencemaran air dan udara
Sebaran atau timbunan sampah
Aspek visual lainnya
Dampak terhadap pemukiman dan tata guna lahan sekitarnya
Membuat rencana untuk lokasi yang mencakup area yang akan ditutup dan direhabilitasi untuk penggunaan masa depan
Rencanakan dan menetapkan sistem monitoring untuk pengendalikan air tanah disekitar area yang melingkupi tempat sampah
Membuat desain rancang bangun untuk penutup lokasi dan reklamasi atau rehabilitasi lokasi tempat sampah
Pengawasan dan Pengendalian TPA
Pemantauan dan pendataan rutin hendaknya dilakukan terhadap:
Kualitas sampah yang masuk
Kuantitasi kualitas leachate yang dihasilkan Kualitas leachate hasil pengolahan
Kuantitas dan kualitas gasbio dan penyebarannya
Kualitas lingkungan lainnya sekitar lokasi TPA, khususnya masalah bau,
air tanah dan sumur-sumur penduduk, air sungai, kemungkinan terjadinya longsor, dan sebagainya.
Kegiatan pasca operasi TPA antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut:
Inspeksi rutin
Kegiatan revegetasi dan pemeliharaan lapisan penutup Penanaman dan pemeliharaan tanaman di TPA
Pemeliharaan dan kontrol leachate dan gas
Pembersihan dan pemeliharaan saluran-saluran drainase Pemantauan penurunan lapisan dan stabilitas lereng
Pemantauan kualitas lingkungan
Kegiatan pemantauan pasca operasi TPA
Inspeksi Frekuensi Tinjauan
Kestabilan tanah 2 x setahun Penurunan elevasi tanah Tanah penutup setahun sekali dan setelah hujan lebat Erosi dan longsor Vegetasi Penutup 4 x setahun Tanaman yang mati Gradiasi akhir 2 x setahun Muka tanah Drainase Permukaan 4 x setahun dan setelah hujan lebat Kerusakan saluran Monitoring gas Terus menerus, 1-3 bulan sekali hingga 20
tahun pengoperasian
Bau, pembakar nyala api, kerusakan pipa
Pengawasan air tanah Sesuai rencana pengelolaan Kerusakan sumur , pompa dan perpipaan
Sanitasi Lingkungan 6 bulan sekali pada awal musim, bertambah 1 bulan sekali bila terdapat pertambahan lalat pada radius 3 km
Jumlah (indeks) lalat
Sistem pengendali
leachate
Sesuai rencana pengelolaan selama 20 tahun
Penyusunan DED TPA
DokumenDetail Engineering Design (DED) TPA, minimal meliputi:
Laporan Utama Album Gambar DED
Nota Desain (Design Note)
Spesifikasi Teknis
Rencana Anggaran dan Biaya (RAB)
Standar Operasional dan Pemeliharaan (SOP).
Pengukuran setempat yang wajib dilakukan yaitu:
Pengukuran topografi
Informasi hidrogeologis dan geoteknis
Panduan pelaksanaan dan pelaporan penyelidikan mekanika tanah Panduan pelaksanaan dan pelaporan penyelidikan hidrogeologi dengan
geolistrik
Intepretasi data topografi
Pengukuran topografi tersebut dilakukan dengan perbedaan interval
minimum 0,5 m meter dengan informasi yang jelas tentang :
Batas-batas tanah
Slope dan ketinggian
Sumber-sumber air yang berbatasan
Jalan penghubung dari jalan umum ke lokasi tersebut Tata guna tanah yang ada.
Hasil peta topografi skala 1:2000
Pelaksanaan dilakukan dlm 2 jenis pengukuran: pengukuran kerangka dasar dan pengukuran detail situasi
Alat Theodolit; waterpass/sipat datar
Penyusunan DED TPA
Kondisi 3D lokasi
titik pengukuran topografi
- Intepretasi Data Pengukuran Lapangan
Penyusunan DED TPA
- Intepretasi Data Pengukuran Lapangan
Intepretasi data hidrogeologi dan air setempat Untuk mendapatkan kondisi
hidrogeologi setempat dibuat diagram pagar hasil titik pemboran geoteknik dan pembacaan muka air tanah
Peta hidrogeologi
- Intepretasi Data Pengukuran Lapangan
Intepretasi data hidrogeologi dan air setempatPenyusunan DED TPA
- Intepretasi Data Pengukuran Lapangan
Intepretasi data geoteknikLokasi titik penyelidikan tanah Profil lapisan tanah
- Intepretasi Data Pengukuran Lapangan
Borlog BH-01 Borlog BH-02
Penyusunan DED TPA
- Intepretasi Data Pengukuran Lapangan
Grafik penyelidikan tanah dengan sondir
Hasil laboratorium sampel bor
Grafik tahanan ujung dan tahanan pelekat CPT
- Intepretasi Data Pengukuran Lapangan
Sekian & Terima Kasih
Diskusi lebih lanjut:
Dr. I Made Wahyu Widyarsana, ST. MT. KK Pengelolaan Udara dan Limbah FTSL - ITB Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Tel. 022 - 253 41 87 Fax. 022 - 253 41 87 HP. 0815 62 62 892 e-mail: wahyu.labb3@gmail.com training.waste@gmail.com