• Tidak ada hasil yang ditemukan

Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SAMBUTAN KEPALA PPATK

DISEMINASI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG DAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

Yang Kami Hormati,

- Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Bp. Yasonna Hamonangan Laoly Sh., Msc., Ph. D

- Kepala PPATK Periode 2002-2006 dan 2007-2011, serta Ketua Tim Penyusunan Rancanangan Peraturan Presiden Presiden tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, Bp. Dr. Yunus Husein

- Wakil Kepala PPATK, Bp. Dr. Dian Ediana Rae - Wakil Ketua KPK, Bp. Laode Muhammad Syarif

- Kepala Grup APU PPT Otoritas Jasa Keuangan, Ibu. Heni Nugraheni

- Plt. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan HAM, Bp. Cahyo Rahadian Muhzar

- Serta Para Tamu Undangan yang berbahagia. Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, sebagai umat beragama, kita senantiasa panjatkan puji dan syukur hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karunia-Nya lah kita semua masih diberi kesehatan, kesempatan, untuk dapat bekerja, berkarya, dan berjuang bersama untuk memberikan kontribusi yang nyata bagi Indonesia tercinta.

Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi dalam batas wilayah suatu negara maupun yang dilakukan melintasi batas wilayah negara lain makin meningkat. Kejahatan tersebut antara lain berupa tindak pidana korupsi, penyuapan (bribery), penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, perbankan, perdagangan gelap narkotika dan psikotropika, perdagangan budak, wanita, dan anak, perdagangan senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, penipuan, dan berbagai kejahatan kerah putih lainnya. Kejahatan-kejahatan tersebut telah melibatkan atau menghasilkan Harta Kekayaan yang sangat besar jumlahnya.

Bapak dan Ibu yang saya hormati,

Korporasi kerap kali digunakan oleh pelaku tindak pidana untuk menyembunyikan dan menyamarkan identitas pelaku dan hasil tindak pidana. Korporasi yang seperti ini disebut

(2)

dengan “corporate vehicle” atau korporasi yang dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana sebagai “kendaraan atau media” pencucian uang.

Hasil penelitian dari FATF pada tahun 2014 terhadap pengaturan dan penerapan transparansi informasi beneficial owner, menyatakan bahwa kurang atau rendahnya informasi beneficial owner yang memadai, akurat atau terjamin kebenerannya, serta dapat diakses secara capat, dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana untuk menyembunyikan (1) identitas dari pelaku tindak pidana; (2) tujuan sebenarnya dari pembukaan rekening atas nama korporasi yang dijadikan “kendaraan atau media” pencucian uang; dan (3) sumber atau tujuan penggunaan harta kekayaan dari korporasi yang diduga berasal dari tindak pidana.

Defisiensi global ini dibuktikan dengan masih belum banyaknya negara-negara yang memiliki pengaturan dan menerapkan kebijakan transparansi informasi beneficial

owner. Sebagai contoh dari 39 (tiga puluh sembilan) negara anggota FATF yang telah

dilakukan penilaian oleh FATF, hanya 10 (sepuluh) negara yang memiliki nilai comply dan largely comply atas kepatuhan Rekomendasi 24 dan Rekomendasi 25 FATF Recommendations.

Pada tahun 2015, PPATK bersama-sama dengan instansi terkait telah melakukan penyusunan dokumen National Risk Assessment atas Tindak Pidana Pencucian Uang yang memuat hasil penilaian risiko secara umum atas potensi risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang di Indonesia. Berdasarkan hasil penilaian risiko, teridentifikasi bahwa tingkat ancaman tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh korporasi lebih tinggi dengan nilai ancaman sebesar 7,1 dibandingkan dengan tingkat ancaman tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh orang perorangan dengan nilai ancaman sebesar 6,74. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia sudah sangat mendesak untuk melakukan penguatan pengaturan dan penerapan transparansi informasi beneficial

owner dari korporasi.

Bapak dan Ibu yang saya hormati,

Setidaknya ada 3 (tiga) Urgensi dari pengaturan dan penerapan transparansi informasi beneficial owner yang telah diidentifikasi oleh PPATK, yaitu:

1) untuk melindungi korporasi dan pemilik maanfat yang beritikad baik. Pada dasarnya keberadaan pemilik manfaat yang merupakan ultimate beneficial owner dari suatu korporasi bukan hal yang dilarang dalam hukum Indonesia, kecuali untuk korporasi yang berbentuk Perseroan Terbatas. Salah satu bentuk mitigasi risiko adanya penyalahgunaan korporasi sebagai media pencucian uang, melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1997 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), mengatur ketentuan yang melarang adanya bearer shares atau saham atas tunjuk. Pasal 48 UU PT mewajibkan Perseroan untuk mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk;

2) untuk adanya kepastian hukum atas pertanggungjawaban pidana. Korporasi atau legal person dalam tindak pidana pencucian uang dapat diposisikan menjadi 2 (dua) pihak, yaitu: (i) korporasi sebagai “kendaraan” dimana penyalahgunaan korporasi dilakukan oleh orang perorangan yang merupakan ultimate beneficial owner atau orang perorangan yang merupakan pemilik manfaat sebenarnya; dan (ii) korporasi sebagai “pelaku tindak pidana” dimana penyalahgunaan korporasi

(3)

dilakukan oleh orang perorangan yang merupakan legal ownership atau orang perorangan yang secara dokumen hukum dinyatakan sebagai pemilik atau pengendali dari korporasi.

3) untuk efektivitas penyelamatan aset (asset recovery). Sebagaimana diketahui bahwa aset atau hasil tindak pidana yang melibatkan korporasi biasanya melibatkan jumlah yang cukup besar, baik dari hasil tindak pidana maupun harta kekayaan yang merupakan turunan dari hasil tindak pidana (misalnya dividen, laba, tansiem (tantieme)).

Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang telah mengatur ketentuan mengenai transparansi pemilik manfaat atau beneficial owner. Namun, ketentuan dimaksud hanya bersifat terbatas, dan belum dapat meng-capture informasi pemilik maanfaat dari suatu korporasi yang ada di Indonesia.

Inisiasi penyusunan PerPres Nomor 13 Tahun 2018 dilakukan oleh PPATK pada November 2016. Adapun proses Pembahasan Antar Kementerian (PAK) dan proses harmonisasi dilakukan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan melibatkan Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Bank Indonesia, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penyusunan PerPres Nomor 13 Tahun 2018 dilakukan dengan mempertimbangkan pula berbagai kajian ilmiah mengenai transparansi pemilik manfaat, baik yang dilakukan oleh KPK maupun PPATK. Bapak dan Ibu yang saya hormati,

Pada tanggal 5 Maret 2018, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Peraturan Presiden (PerPres) Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Atas Korporasi Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Peraturan Presiden ini pada hakikatnya memuat pengaturan dan mekanisme untuk mengenali pemilik manfaat atau beneficial

owner (BO) dari suatu korporasi sehingga diperoleh informasi mengenai BO yang akurat,

terkini, dan tersedia untuk umum.

Dengan telah ditetapkannya PerPres Nomor 13 Tahun 2018, maka korporasi wajib menilai sendiri (self-assessment), menetapkan serta mengungkapkan (declare) pemilik manfaat dari korporasi dimaksud, baik orang perorangan yang tercantum dalam dokumen resmi yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang maupun orang perorangan yang tidak tercantum dalam dokumen resmi akan tetapi orang perorangan dimaksud memiliki kemampuan untuk: (i) menunjuk atau memberhentikan direksi, dewan komisaris, pengurus, pembina, atau pengawas pada korporasi; (ii) mengendalikan korporasi; (iii) berhak dan/atau menerima manfaat dari korporasi; serta (iv) langsung atau tidak langsung merupakan pemilik sebenarnya dari dana atau saham korporasi. Adapun karakteristik pemilik manfaat pada tiap-tiap jenis korporasi berbeda-beda dan diatur secara khusus dan terperinci dalam PerPres Nomor 13 Tahun 2018. Korporasi yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam PerPres Nomor 13 Tahun 2018 akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kementerian/Lembaga terkait, khususnya Kementerian Hukum dan Hak asasi Manusia, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM perlu

(4)

bekerja keras untuk mensosialisasikan PerPres Nomor 13 Tahun 2018 sesuai lingkup kewenangannya masing-masing ke masyarakat khususnya kepada anggota masyarakat yang kebetulan menjadi personil pengendali korporasi, baik korporasi yang berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum. Selain itu, ketiga Kementerian/Lembaga dimaksud diharapkan juga mengembangkan aplikasi Sistem Pelayanan Administrasi Korporasi yang mendukung transparansi informasi pemilik manfaat atau beneficial owner yang akurat, terkini, dan tersedia untuk umum.

Penetapan dan implementasi PerPres Nomor 13 Tahun 2018 tidak akan mengganggu iklim investasi dan kemudahan berusaha (ease of doing business) khususnya dalam pendirian korporasi karena adanya informasi mengenai pemilik manfaat atau BO bukan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh pengesahan korporasi oleh otoritas yang berwenang. Justru sebaliknya, Penetapan dan implementasi PerPres Nomor 13 Tahun 2018 akan mendorong terwujudnya korporasi yang berintegritas dan jauh dari tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Bapak dan Ibu yang saya hormati,

Sehubungan dengan hal tersebut, maka PPATK memandang perlu untuk menyelenggarakan kegiatan diseminasi atas Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme agar para pemangku kepentingan, baik lembaga pengawas dan pengatur, kementerian/lembaga terkait, serta pihak pelapor mengetahui adanya kerangka hukum (legal framework) baru yang bertujuan untuk memperkuat upaya-upya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.

Dengan mengucap “Bismillahirrahmanirrahim”, Acara “Diseminasi Peraturan

Presiden nomor 13 tahun 2018 tentang penerapan prinsip mengenali pemilik manfaat dari korporasi dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme” ini saya buka secara resmi.

Semoga seluruh rangkaian kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar, serta dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam upaya memperkuat pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia. Akhir kata, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan perlindungan dan memberkati setiap langkah kita. Sekian, Terima kasih.

Wassalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 27 Maret 2018

Drs. Kiagus Ahmad Badaruddin, M.Sc Kepala PPATK

(5)

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG

PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI

DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

DISAMPAIKAN OLEH:

DR. YUNUS HUSEIN

(6)

GLOBAL COMMON DEFICIENCIES

THE LACK OF

ADEQUATE

,

ACCURATE

, AND

TIMELY

BENEFICIAL

OWNERSHIP INFORMATION FACILITATES ML/TF BY DISGUISING:

the identity of known

or suspected criminals

the true purpose of

an account or property

held by a corporate

vehicle

the source or use of

funds or property

associated with a

corporate vehicle

THERE ARE

10 OF 39 COUNTRIES

OF FATF MEMBERS THAT HAVE

LARGELY COMPLY (LC) RATING

OF REC 24 FATF REC

THERE ARE

10 OF 39 COUNTRIES

OF FATF MEMBERS THAT HAVE

COMPLY (C) / LARGELY COMPLY

(LC) RATING OF REC 25 FATF REC

(7)

MANFAAT DARI TRANSPARASI

PEMILIK MANFAAT (BENEFCIAL OWNER)

MELINDUNGI KORPORASI DAN

PEMILIK MANFAAT YANG

BERITIKAD BAIK

MEMBERIKAN KEPASTIAN

HUKUM ATAS PERTANGGUNG

JAWABAN PIDANA

OPTIMALISASI ASSET

RECOVERY

(8)

STANDAR INTERNASIONAL

TRANSPARANSI INFORMASI BENEFCIAL OWNER

FATF REC

(REC 24 & REC 25)

DEFINISI BO  LEGAL PERSON & LEGAL

ARRANGEMENT

OBTAIN BO INFORMATION

ACCURATE & UP-TO-DATE

RECORD KEEPING

PUBLICLY AVAILABLE

G20 PRINCIPLE

DEFINISI BO  LEGAL PERSON & TRUST

IDENTIFYING & MITIGATING RISK ACCURATE BO INFORMATION ACCESS TO BO DUTIES OF BUSINESS PROFESSIONS

EITI

DISCLOSURE BO

DISCLOSE LEGAL OWNERS & SHARE OF OWNERSHIP

(9)

DEFISIENSI KETENTUAN YANG ADA SAAT INI

ONLY

REQUIRING A LEGAL PERSON TO IDENTIFY

THEIR LEGAL OWNERSHIP

AML LAW REQUIRE REPORTING PARTIES TO IDENTIFY

THE BENEFICIAL OWNER

LIMITED

TO THEIR

CUSTOMERS

HAVE A SYSTEM TO INTEGRATE THE BENEFICIAL

OWNER INFORMATION

YET

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT DARI

KORPORASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

ESTABLISHED

A NEW POLICY

(10)

RUANG LINGKUP PEMILIK MANFAAT

BERDASARKAN PERPRES NOMOR 13 TAHUN 2018

NATURAL

PERSON

OWNED

LEGAL

PERSON

CONTROL

LEGAL

PERSON

TAKE

ADVANTAGES

FROM LEGAL

PERSON

LEGAL

OWNERSHIP

ULTIMATE

BENEFICIAL

OWNERSHIP

(11)

SUBTANSI PERATURAN PRESIDEN

NOMOR 13 TAHUN 2018

(12)

REZIM TRANSPARANSI BENEFICIAL OWNER

BERDASARKAN PERPRES NOMOR 13 TAHUN 2018

1. IDENTIFIKASI 2. VERIFIKASI 3. PELAPORAN 4. PENGKINIA 5. PENTAUSAHAAN DOKUMEN 6. PENGAWASAN 7. PENEGAKAN HUKUM 8. KERJA SAMA ACCURATE UP-TO-DATE PUBLICLY AVAILABLE

(13)

Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Pemilik Manfaat adalah orang perseorangan yang dapat menunjuk atau memberhentikan direksi, dewan komisaris, pengurus, pembina, atau pengawas pada Korporasi, memiliki kemampuan untuk mengendalikan Korporasi, berhak atas dan/ atau menerima manfaat dari Korporasi baik langsung maupun tidak

langsung, merupakan pemilik sebenamya dari dana atau saham Korporasi dan atau memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Presiden ini.

DEFINISI

Instansi Berwenang adalah instansi

pemerintah baik di pusat maupun di

daerah yang memiliki kewenangan

pendaftaran, pengesahan, persetujuan,

pemberitahuan, perizinan usaha, atau

pembubaran Korporasi, atau lembaga

yang memiliki kewenangan pengawasan

dan pengaturan bidang usaha Korporasi.

Sistern Pelayanan Administrasi

Korporasi adalah sistem administrasi

yang diselenggarakan oleh Instansi

Berwenang dalam pemberian pelayanan

pendaftaran, pengesahan, persetujuan,

pemberitahuan, perizinan usaha, atau

pembubaran Korporasi, baik secara

elektronik maupun nonelektronik.

(14)

PERSEROAN TERBATAS YAYASAN PERKUMPULAN KOPERASI PERSEKUTUAN KOMANDITER PERSEKUTUAN FIRMA BENTUK KORPORASI LAINNYA

(15)

KRITERIA PEMILIK MANFAAT

MEMILIKI SAHAM LEBIH DARI 25% PADA KORPORASI SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM ANGGARAN DASAR

MEMILIKI HAK SUARA LEBIH DARI 25% PADA KORPORASI SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM ANGGARAN DASAR

MENERIMA KEUNTUNGAN ATAU LABA LEBIH DARI 25% DARI KEUNTUNGAN ATAU LABA YANG DIPEROLEH KORORASI PER TAHUN

MEMILIKI KEWENANGAN UNTUK MENGANGKAT, MENGGANTIKAN, ATAU MEMBERHENTIKAN ANGGOTA DIREKSI DAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS

MEMILIKI KEWENANGAN ATAU KEKUASAAN UNTUK MEMPENGARUHI ATAU MENGENDALIKAN KORPORASI TANPA HARUS MENDAPAT OTORISASI DARI PIHAK MANAPUN

MENERIMA MANFAAT DARI KORPORASI

(16)

VERIFIKASI DILAKUKAN UNTUK MENELITI KESESUAIAN

ANTARA INFORMASI PEMILIK MANFAAT DAN DOKUMEN

PENDUKUNG.

IDENTIFIKASI DILAKSANAKAN MELALUI PENGUMPULAN

INFORMASI PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI.

PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT DILAKUKAN

MELALUI IDENTIFIKASIDAN VERIFIKASI

(17)

Penerapan prinsip mengenali Pemilik

Manfaat oleh Korporasi dilakukan pada saat:

• permohonan pendirian, pendaftaran, pengesahan,

persetujuan, dan perizinan usaha Korporasi; dan/atau

• Korporasi menjalankan usaha atau kegiatannya.

WAKTU PELAKSANAAN MENGENALI

PEMILIK MANFAAT - 1

(18)

Penerapan prinsip mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi pada saat

Korporasi menjalankan usaha atau kegiatannya, dilakukan dengan cara

Korporasi menyampaikan setiap perubahan informasi Pemilik Manfaat

kepada Otoritas Berwenang melalui Sistem Pelayanan Administrasi

Korporasi.

Penyampaian perubahan informasi Pemilik Manfaat oleh Korporasi

kepada Otoritas Berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

disampaikan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak terjadinya perubahan

informasi Pemilik Manfaat.

WAKTU PELAKSANAAN MENGENALI

PEMILIK MANFAAT - 2

(19)

Penerapan prinsip mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi pada saat permohonan pendirian, pendaftaran pengesahan, dan/atau perizinan usaha Korporasi dilakukan melalui:

• penyampaian informasi Pemilik Manfaat dalam hal Korporasi sudah menetapkan Pemilik Manfaat; atau

• penyampaian surat pernyataan kesediaan Korporasi untuk menyampaikan informasi Pemilik Manfaat kepada

Otoritas Berwenang dalam hal Korporasi belum menetapkan Pemilik Manfaat.

Korporasi yang belum menyampaikan informasi Pemilik Manfaat wajib menetapkan dan menyampaikan informasi Pemilik Manfaat kepada Instansi Berwenang paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah Korporasi mendapat izin usaha/tanda terdaftar dari instansi/lembaga berwenang.

Korporasi menyampaikan surat pernyataan atau informasi Pemilik Manfaat melalui Sistem Pelayanan Administrasi Korporasi.

WAKTU PELAKSANAAN MENGENALI

PEMILIK MANFAAT - 3

(20)

Korporasi wajib menyampaikan informasi

yang benar mengenai Pemilik Manfaat

kepada Instansi Berwenang.

Penyampaian informasi disertai dengan surat

pernyataan dari Korporasi mengenai

kebenaran informasi yang disampaikan

kepada Instansi Berwenang

(21)

BERDASARKAN PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK

MANFAAT, KORPORASI WAJIB MENETAPKAN PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI.

PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI PALING SEDIKIT

MERUPAKAN 1 (SATU) PERSONIL YANG MEMILIKI

KEWENANGAN ATAU KEKUASAAN UNTUK MEMPENGARUHI ATAU MENGENDALIKAN KORPORASI

TANPA HARUS MENDAPAT OTORISASI DARI PIHAK

MANAPUN.

INSTANSI BERWENANG DAPAT MENETAPKAN PEMILIK MANFAAT DI LUAR PEMILIK

MANFAAT LAINNYA.

(22)

•Perseroan Terbatas, Yayasan, dan Perkumpulan melalui Sistem Administrasi Badan Hukum yang diselenggarakan

oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

•Koperasi melalui Sistem Administrasi Layanan Badan Hukum Koperasi yang diselenggarakan oleh Kementerian

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

•Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Bentuk Korporasi Lainnya melalui sistem jaringan komputerisasi

penyelenggaraan pendaftaran perusahaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan atau instansi atau

lembaga Pemerintah yang mendapatkan delegasi dari Kementerian Perdagangan

•Selain itu, Korporasi juga menyampaikan informasi Pemilik Manfaat dari korporasi kepada lembaga yang memiliki

kewenangan pengawasan dan pengaturan bidang usaha Korporasi, sesuai dengan bidang usaha masing-masing

Korporasi.

(23)

Korporasi wajib melakukan pengkinian

informasi Pemilik Manfaat secara berkala

setiap 1 (satu) tahun.

PENGKINIAN INFORMASI

(24)

Korporasi, Notaris, atau pihak lain yang menerima kuasa dari Korporasi wajib menatausahakan dokumen terkait Pemilik Manfaat dari Korporasi dalam jangka waktu

paling singkat 5 (lima) tahun sejak tanggal pendirian atau pengesahan Korporasi.

Dalam hal Korporasi bubar, likuidator wajib menatausahakan dokumen terkait Pemilik Manfaat dari Korporasi dalam jangka waktu

paling singkat 5 (lima) tahun sejak pembubaran Korporasi.

RECORD KEEPING

DOKUMEN

PERUBAHAN

PEMILIK

MANFAAT

DARI

KORPORASI

DOKUMEN

PENGKINIAN

INFORMASI

PEMILIK

MANFAAT

DOKUMEN

LAIN

TERKAIT

INFORMASI

PEMILIK

MANFAAT

DARI

KORPORASI

(25)

Pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan

prinsip mengenali Pemilik Manfaat dilakukan oleh

Instansi Berwenang.

Dalam melaksanakan tugas pengawasannya,

Instansi Berwenang memiliki kewenangan:

• menetapkan regulasi atau pedoman sebagai

pelaksanaan Peraturan Presiden ini sesuai

dengan kewenangannya

• melakukan audit terhadap Korporasi

• mengadakan kegiatan administratif lain dalam

lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai

dengan ketentuan Peraturan Presiden ini

PENGAWASAN

•Pengawasan oleh Instansi Berwenang

dilakukan berdasarkan hasil penilaian

risiko tindak pidana pencucian uang dan

tindak pidana pendanaan terorisme.

•Dalam melakukan pengawasan, Instansi

Berwenang bekerja sama dengan Pusat

Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan.

•Dalam hal diperlukan, Instansi

Berwenang dapat berkoordinasi dengan

lembaga terkait sesuai dengan

(26)

Korporasi yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini dikenai

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Presiden ini, penerapan pengenaan sanksi administratif oleh

Otoritas Berwenang mengacu perundang-undangan yang mengatur kewenangan

Otoritas Berwenang dalam mengenakan sanksi administratif, antara lain:

• 1) Undang-Undang tentang Wajib Daftar Perusahaan

• 2) Undang-Undang tentang PerKoperasian

• 3) Undang-Undang tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

• 4) Undang-Undang tentang Bank Indonesia

• 5) Undang-Undang tentang Yayasan

• 6) Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas

• 7) Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan

• Peraturan Perundang-undangan Lainnya

(27)

Instansi Berwenang mengelola informasi mengenai Pemilik Manfaat yang disampaikan oleh

Korporasi dalam Sistem Pelayanan Administrasi

Korporasi.

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana

pendanaan terorisme oleh Korporasi, Instansi Berwenang dapat melaksanakan kerja sama

pertukaran informasi Pemilik Manfaat dengan instansi peminta,

baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

KERJA SAMA INFORMASI PEMILIK MANFAAT - 1

Kerja sama pertukaran informasi

Pemilik Manfaat antara Instansi

Berwenang dengan instansi peminta

berupa permintaan atau pemberian

informasi Pemilik Manfaat secara

elektronik atau nonelektronik.

Instansi peminta meliputi:

• a. instansi penegak hukum;

• b. instansi pemerintah;

(28)

Pemberian inforrnasi Pemilik Manfaat kepada pihak pelapor dilakukan

oleh Instansi Berwenang dalam rangka penerapan prinsip mengenali

pengguna jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pihak pelapor merupakan setiap orang yang menurut peraturan

perundang- undangan mengenai Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang wajib menyampaikan laporan kepada PPATK.

Selain dengan instansi peminta, Instansi Berwenang dapat melaksanakan

kerja sama pertukaran inforrnasi Pemilik Manfaat dengan pihak pelapor.

(29)

Setiap orang dapat

meminta informasi

Pemilik Manfaat

kepada Otoritas

Berwenang.

Tata cara meminta

informasi Pemilik

Manfaat dari Korporasi

dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan

peraturan

perundang-undangan mengenai

keterbukaan informasi

publik.

PERMINTAAN INFORMASI PEMILIK

MANFAAT

(30)

PADA SAAT PERATURAN PRESIDEN MULAI BERLAKU, KORPORASI

YANG TELAH MENDAPATKAN ATAU MASIH DALAM PROSES

PENDAFTARAN, PENGESAHAN, PERSETUJUAN, PEMBERITAHUAN, DAN PERIZINAN USAHA BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, WAJIB MENGIKUTI PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM KETENTUAN PERATURAN

PRESIDEN INI PALING LAMBAT 1 (SATU) TAHUN

TERHITUNG SEJAK PERATURAN PRESIDEN

INI BERLAKU

(31)
(32)
(33)

BENEFICIAL OWNERSHIP (BO)

INDONESIA?

(34)

Berdasarkan data publik pengadilan di Indonesia, terdapat

73 kasus pencucian uang menggunakan korporasi dengan

nilai sekitar Rp.4,5 triliun (4.589.338.756.318).

Sedangkan

berdasarkan data PPATK sampai per September 2017,

terdapat sejumlah

5146 Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan (LTKM) terkait pencucian uang dan

pendanaan terorisme yang berpotensi dilakukan oleh

korporasi

dengan total nilai sekitar

Rp.1602 triliun

(35)

pemimpin bisnis percaya bahwa

penting untuk mengetahui Pemilik

Manfaat dari entitas mereka

berbisnis

EY’s 14th Global Fraud Survey 2016

Lembaga Pemeringkat Kredit Tiga Terbesar

(Fitch dan Standard & Poor’s, Moody’s)

menggunakan transparansi sebagai tolak

ukur dalam metodologi penilaiannya.

Fitch

Menetapkan tingkat investasi negara

berdasarkan ukuran stabilitas dan

transparansi.

S&P

Mengakui transparansi Pemilik Manfaat

sebagai salah satu tahapan untuk

memperbaiki pasar.

4

(36)

“Pemilik Manfaat adalah orang perseorangan yang

dapat menunjuk atau memberhentikan direksi,dewan

komisaris, pengurus, pembina, atau pengawas pada

Korporasi, memiliki kemampuan untuk mengendalikan

Korporasi, berhak atas dan/atau menerima manfaat dari

Korporasi

baik langsung maupun tidak langsung,

merupakan pemilik sebenarnya dari dana atau saham

Korporasi dan/atau memenuhi kriteria sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan Presiden ini”

(37)

Membantu penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

dengan upaya penelusuran aset koruptor yang lebih efektif

Memaksimalkan proses pemulihan aset

Mempersulit penyembunyian harta kekayaan hasil korupsi

Mendorong good governance sehingga membantu

pencegahan korupsi

Meningkatkan transparansi sektor swasta

Meningkatkan kredibilitas sektor finansial dan perbankan

(38)

SINKRONISASI SISTEM ADMINISTRASI BADAN HUKUM

DENGAN PERATURAN PRESIDEN NO. 13 TAHUN 2018

TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT

DARI KORPORASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

Cahyo Rahadian Muzhar

Plt. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Hotel Grand Mercure Kemayoran, 27 Maret 2018

(39)

FATF memberikan rekomendasi terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang, sebagaimana termuat dalam rekomendasi nomor 24, yaitu

sebagai berikut:

1.Negara harus memiliki mekanisme yang mengidentifikasi dan menjelaskan

perbedaan macam bentuk dan ciri dasar sebuah badan hukum di negaranya,

proses untuk menciptakan badan hukum dan untuk mendapatkan serta rekaman

dasar dan informasi penerima manfaat. Informasi ini harus tersedia untuk umum

2.Negara harus menggunakan satu atau lebih mekanisme berikut untuk memastikan

bahwa informasi penerima manfaat suatu perusahaan diperoleh dari perusahaan

tersebut dan tersedia disuatu tempat tertentu di negara mereka, atau sebaliknya

dapat ditentukan dengan waktu tertentu oleh lembaga yang berwenang

3.Negara harus memastikan bahwa informasi penerima manfaat adalah akurat dan

up to date

4.Negara harus memastikan bahwa kerja sama perusahaan dengan lembaga yang

berwenang sebisa mungkin dalam menentukan penerima manfaat

5.Negara yang memiliki badan hukum mampu mengeluarkan pemegang saham atau

penjamin pemegang saham, harus menerapkan satu atau lebih mekanisme yang

ada, untuk memastikan bahwa mereka tidak menyalahgunakan untuk pencucian

uang dan pembiayaan teroris

(40)

Pada tanggal 5 Maret 2018 terbitlah Peraturan

Presiden Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Penerapan

Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Dari Korporasi

Dalam Rangka Pencegahan Dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Tindak Pidana

Pendanaan Terorisme.

(41)

Terkait dengan beneficial ownership maka Kemenkumham

telah menerbitkan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang

Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Notaris,

dimana dalam Pasal 2 Permenkumham tersebut diatur bahwa:

(1)Notaris wajib menerapkan prinsip mengenali Pengguna

Jasa.

(2)Prinsip mengenali Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a.identifikasi Pengguna Jasa;

b.verifikasi Pengguna Jasa; dan

c.pemantauan Transaksi Pengguna Jasa.

Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

(42)

Ditjen AHU telah melakukan pengembangan aplikasi Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) online terkait terbitnya PerPres tersebut, yaitu sebagai berikut:

1.Memasukkan kriteria beneficial ownership kedalam aplikasi, baik itu kriteria beneficial

ownership untuk Perseroan Terbatas, Yayasan dan Perkumpulan

2.Membuat form isian beneficial ownership dengan data-data yang harus diisi adalah sebagai berikut:

a.nama lengkap;

b.nomor identitas kependudukan, surat izin mengemudi, atau paspor; c. tempat dan tanggal lahir;

d.kewarganegaraan;

e.alamat tempat tinggal yang tercantum dalam kartu identitas; f. alamat di negara asal dalam hal warga negara asing;

g.Nomor Pokok Wajib Pajak atau nomor identitas perpajakan yang sejenis; dan h.hubungan antara Korporasi dengan Pemilik Manfaat.

3.Membuat monitoring system untuk mengetahui Badan Hukum baik Perseroan Terbatas, Yayasan maupun Perkumpulan yang di dalamnya terdapat beneficial ownership.

4.Membuat system pemanfaatan data beneficial ownership, agar nantinya data beneficial

ownership ini dapat di gunakan atau di manfaatkan oleh instansi lain yang berwenang

dan berkepentingan.

(43)
(44)

BENEFICIAL OWNERSHIP

Dalam Penerapan Prinsip

Mengenali Pemilik Manfaat

dari Korporasi

(45)
(46)
(47)
(48)

Isian pada sisi pemohon (Notaris) terdiri dari:

‐ Informasi tentang pengertian pemilik manfaat

(49)

‐ Preview dan download Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018

‐ Checklist disclaimer perpres tentang pemilik manfaat.

(50)

‐ Pertanyaan tentang pemilik manfaat lain, selain dari pemegang saham untuk PT, dan pendiri 

bagi Yayasan dan Perkumpulan

‐ Jika memilih “TIDAK” pemohon tidak perlu mengisi data pemilik manfaat

‐ Jika memilih “YA” pemohon wajib mengisi data pemilik manfaat 

(51)
(52)
(53)
(54)

Pengisian Pemilik Manfaat Perorangan

‐ WNI

‐ Ceklist Disclaimer

‐ Klik tombol “SIMPAN”

(55)

Pengisian Pemilik Manfaat Perorangan

‐ WNA

‐ Ceklist Disclaimer

‐ Klik tombol “SIMPAN”

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

disampaikan dalam

Diseminasi Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat

atas Korporasi dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan TPPT

1

PENGUATAN ASPEK PENCEGAHAN TPPU DAN

TPPT PADA SEKTOR JASA KEUANGAN

MELALUI PEMANFAATAN KEBIJAKAN

TRANSPARANSI INFORMASI PEMILIK MANFAAT

DARI KORPORASI

(61)

Manfaat Transparansi Informasi Pemilik Manfaat atas Korporasi

2

Latar Belakang Perlunya Transparansi Informasi Pemilik Manfaat

1

2

Prinsip Internasional terkait Transparansi Informasi Pemilik Manfaat

3

Transparansi Informasi Pemilik Manfaat bagi Proses CDD

4

Tindak Lanjut

(62)

3

1. Latar Belakang Perlunya Transparansi Informasi Pemilik Manfaat

FATF REPORT – LAUNDERING THE PROCEEDS

OF CORRUPTION

“… the case studies showed that every

examined case featured the use of corporate

vehicles, trusts, or non-profit entities of some

type”

OECD PUBLICATIONS FOCUSING ON

CORRUPTION

“the misuse of a variety of “corporate

vehicles”, including corporations, trusts,

foundations, and partnerships with limited

liability features”

100 CASES FROM THE EGMONT GROUP

concealment within business structures

“to conceal criminal funds within the

normal activity of existing businesses or

companies controlled by the criminal

organisation”

the criminal has more control over

the company being used, either by

beneficial ownership or a close

relationship with the actual owner

misuse of legitimate businesses

“to use an existing business or company

for the laundering process without the

organisation being aware of the criminal

source of the funds”

APG YEARLY TYPOLOGIES REPORT – 2017

“The Panama Papers and international case

studies have highlighted the use of corporate

vehicles to disguise illicit funds obtained by

corrupt officials”

(63)

4

Laporan Hasil Riset Tipologi 2016

“Dari Laporan Hasil Pemeriksaan

PPATK tahun 2013-2014,

berdasarkan profil pihak terlapor,

28 % pihak terlapor berbentuk

badan”

National Risk Assessment Indonesia - 2015

“Pengguna jasa badan usaha/korporasi,

khususnya yayasan dan korporasi non UMKM

berisiko lebih tinggi menjadi pelaku TPPU

dibandingkan pengguna jasa perorangan”

Sectoral Risk Assessment Perbankan

“Pejabat lembaga pemerintahan (eksekutif,

legislatif, dan yudikatif), pengusaha/wiraswasta

(orang perseorangan), pengurus partai politik,

dan korporasi menjadi nasabah yang berisiko

tinggi dalam melakukan TPPU”

(64)

5

2. Manfaat Transparansi Informasi Pemilik Manfaat atas Korporasi

Transparency and

Beneficial

Ownership

Pencegahan dan

Pemberantasan

TPPU & TPPT

Penegakan

Hukum

Perpajakan

Perijinan &

Pengawasan

G20 High-Level Principles on

Beneficial Ownership Transparency

“Improving the transparency of legal

persons and arrangements is

important to protect the integrity

and transparency of the global

financial system”

increasing growth through

private sector investment

(65)

Article 12 of The United Nations Convention Against Corruption

Promoting transparency among private entities, including, where appropriate, measures

regarding the identity of legal and natural persons involved in the establishment and

management of corporate entities;

6

FATF Recommendation

Countries should take measures to prevent the misuse of legal persons and legal

arrangements for money laundering or terrorist financing.

Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes

Adequate, accurate and up to date information on the identity of the legal and beneficial

owners of relevant entities and arrangements is available to competent authorities in a timely

manner, as well as accounting information for these entities and arrangements.

(66)

7

Informasi atas Perusahaan Terbuka

▪ Informasi direksi/anggota dewan

momisaris yang memiliki saham

perusahaan terbuka, baik langsung

maupun tidak langsung

▪ Informasi pihak yang memiliki saham,

baik langsung atau tidak langsung paling

sedikit 5% dari modal disetor dalam

Perusahaan Terbuka

Informasi Hasil CDD dari PJK

(Peraturan OJK Nomor 11 /POJK.04/2017)

▪ Informasi BO dari nasabah PJK

Informasi Korporasi dari Company Registry

1. memiliki saham lebih dari 25 % pada PT

2. memiliki hak suara lebih dari 25 % pada PT

3. menerima keuntungan atau laba lebih dari

25% dari keuntungan atau laba PT per

tahun;

4. memiliki kewenangan untuk mengangkat,

menggantikan, atau memberhentikan

anggota direksi dan anggota dewan

komisaris;

Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018

Tentang Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat

atas Korporasi dalam rangka Pencegahan dan

Pemberantasan TPPU dan TPPT

(67)

 PJK wajib memahami profil, maksud dan tujuan hubungan usaha, dan

transaksi yang dilakukan Nasabah dan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)

melalui identifikasi dan verifikasi.

 PJK wajib melakukan CDD terhadap Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).

8

Verifikasi atas informasi dan dokumen

pendukung Calon Nasabah berdasarkan

dokumen dan/atau sumber informasi

lainnya

✓ dapat dipercaya

✓ independen

✓ data terkini.

(68)

9

 Data dan informasi Beneficial

Owner dari Korporasi di

Kemenkum HAM adalah

sumber informasi yang sangat

penting sebagai informasi

dasar terkait dengan

Korporasi.

 Informasi tersebut harus

tersedia dan dapat diakses

oleh PJK, DNFBPs, dan

otoritas terkait

Single source of a well-resourced

and proactive company registry

Data BO Korporasi di

Kemenkum HAM

PJK

DNFBPs

Otoritas

Terkait Lain

(69)

Ketersediaan data BO Korporasi di Kemenkum HAM tidak

menghilangkan kewajiban PJK untuk melakukan proses CDD

(identifikasi dan verifikasi) BO

10

TUJUAN PROSES CDD

1. Mencegah penyalahgunaan legal persons dan arrangements,

dengan cara memahami nasabah, dalam rangka menilai

kemungkinan potensi pencucian uang atau pendanaan

2. Melakukan tindakan yang tepat untuk memitigasi risiko

pencucian uang atau pendanaan terorisme

4. Transparansi Informasi Pemilik Manfaat bagi Proses CDD

Compliment

each other

(70)

11

WHAT NEXT ?

➢ Proses verifikasi atas akurasi data

➢ Monitoring pengkinian data

➢ Availability & accessibility data

Bagaimana mekanisme bagi PJK dalam

mengakses data ?

(71)

12

TERIMAKASIH

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Tujuan perancangan ini adalah mendesain eksterior mobil Suzuki Grand Vitara dengan kesan maskulin yang sesuai dengan keinginan konsumen pada styling mobil Suzuki

Tujuan utama di Kerja Praktek ini adalah untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai dunia industri serta penerapan ilmu yang telah didapatkan secara nyata

Karena mencari ilmu merupakan sesuatu yang luhur namun perkara yang sulit, al-Zarnuji menganjurkan agar para pelajar melakukan diskusi atau musyawarah dengan

Bagi pedagang pasar Bintoro Demak, penelitian ini dapat memberi masukan atau saran serta pertimbangan dalam menyempurnakan strategi pemasaran, terutama yang berkaitan

Dalam penelitian ini tidak ada Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Keluhan Klimakterium pada wanita usia 45-65 tahun disebabkan keterbatasan sampel dan

Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kelebihan berat badan (persentil > 85) pada anak usia 5-15 tahun adalah riwayat kege- mukan ayah, setelah dikontrol oleh variabel

Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang karbon rosot dan penyerapannya di padang lamun Pulau Pari, masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mengukur