• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak terbitnya Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta No.19 Tahun 2013 tentang seleksi terbuka camat dan lurah, program lelang jabatan posisi camat dan lurah di pemerintah provinsi DKI Jakarta langsung dilaksanakan. Pada awalnya program lelang jabatan posisi camat dan lurah menimbulkan beberapa penolakan dari beberapa pihak termasuk juga camat ataupun lurah incumbent yang menganggap program tersebut terlalu dipaksakan dan tidak memperhatikan aspek senioritas.

Alasan tersebut dianggap oleh beberapa pihak sebagai bentuk ketakutan dari camat dan lurah incumbent karena dapat menyebabkan posisi mereka digantikan oleh orang yang lebih berkompeten dan berkualitas. Setelah terlaksanakanya program lelang jabatan posisi camat dan lurah di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta, banyak pihak yang mengapresiasi pelaksanaannya karena dianggap telah menjalankan strategi reformasi birokrasi yang nyata demi terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik.

Berdasarkan hal-hal tersebutlah, penelitian ini dilakukan untuk membahas dan menganalisis lebih lanjut terkait program lelang jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Penulisan ini mengangkat judul “Pelaksanaan Program Lelang Jabatan Posisi Camat dan Lurah Dalam Perspektif Reformasi Birokrasi (Studi pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta)”.

1.2 Rumusan Masalah

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Era Kepemimpinan Joko Widodo berusaha untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melaksanakan upaya reformasi birokrasi di jajaran birokrasi pemerintahannya. Upaya dalam melaksanakan reformasi birokrasi tersebut diwujudkan dalam program yang

(2)

disebut dengan “Lelang Jabatan”. Program Lelang Jabatan merupakan sistem seleksi dan promosi pegawai secara transparan, kompetitif, dan objektif. Pada hal ini, peneliti memfokuskan pada program lelang jabatan yang ditujukan pada pengisian posisi camat dan lurah di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Oleh karena itu, penulis merumuskan beberapa masalah yang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, diantaranya adalah:

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ?

1.3 Gagasan Kreatif

Sudah menjadi rahasia umum mental birokrasi kita: korup, lamban, malas, dan gila hormat. Birokrasi semacam itu lebih banyak menjadi benalu ketimbang pelayan rakyat. Sudah begitu, mereka sangat boros dan terus menggerogoti anggaran negara. Duet kepemimpinan DKI Jakarta saat itu, Jokowi dan Basuki, terus berjuang menghancur-leburkan birokrasi lama itu. Rapat-rapat dan aktivitas Pemda pun dipublikasi ke publik. Ada juga rencana mempublikasi anggaran di website dan papan-papan pengumuman. Katanya, agar rakyat bisa mengontrol penggunaan anggaran. Nah, kali ini Jokowi mengumumkan rencana Pemda DKI Jakarta menerapkan sistem lelang-jabatan. Untuk tahap awal, lelang-jabatan itu akan diuji-coba kan di level Lurah dan Camat. Tak menutup kemungkinan, jika berhasil di tahap uji-coba, metode ini akan dipraktekkan pada level jabatan yang lebih tinggi.

Jokowi mengakui, gagasan lelang-jabatan ini merupakan kritik dan keluhan dari massa-rakyat. Katanya, masyarakat selama ini merasa belum mendapat pelayanan yang baik. Di sana-sini masih terjadi pungutan liar (pungli), berbelit-belit, banyak hambatan, dan kurang responsif.Banyak yang mengapresiasi lelang jabatan ini. Dengan model perekrutan ini, Jokowi yakin, pejabat yang terekrut dan terpilih nantinya akan punya kemampuan, integritas, dan komitmen lebih baik. Metode “lelang” ini akan mengikis praktek klientalisme, nepotisme, dan korupsi.

Terobosan Jokowi ini juga bisa memutus relasi senior-junior dalam tubuh birokrasi kita. Biasanya, prioriotas untuk jabatan yang lebih tinggi diutamakan ke senior. Pertimbangan utamanya: pengabdian dan pengalaman. Namun, pada prakteknya, tak jarang mereka yang muda lebih bersemangat, punya kemampuan,

(3)

tidak kaku, berdedikasi, dan inovatif. Penghancuran relasi senior-yunior akan mempercepat kaderisasi dan bisa menyegarkan birokrasi kita.

1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 1.5 Manfaat Penulisan

1. Manfaat Akademis a. Bagi Akademisi

Sebagai salah satu kajian studi ilmu administrasi yang membahas tentang pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dimana dikaitkan dengan perspektif reformasi birokrasi.

b. Bagi Penulis lain.

Hasil penulisan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang akan melakukan penulisan lebih lanjut. 2. Kontribusi Praktis

a. Bagi pemerintah

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintahan Indonesia baik itu di tingkat nasional, regional, maupun lokal agar mampu melaksanakan sistem seleksi dan promosi pegawai secara terbuka, kompetitif, dan objektif. b. Bagi masyarakat

Penulisan ini diharapkan memberi masukan dan informasi bagi masyarakat tentang pelaksanaan program lelang Jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dimana dikaitkan dengan perspektif reformasi birokrasi.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penempatan dalam jabatan

Penempatan merupakan langkah selanjutnya setelah proses penyaringan selesai. Salah satu cara efektif yang sering digunakan dalam penempatan pegawai baru adalah dengan cara orientasi. Program orientasi dimaksudkan untuk mensosialisasikan kepada pegawai baru mengenai hal-hal yang terkait dengan organisasi. Misalnya kultur atau budaya organisasi, nilai-nilai organisasi yang dianut, norma-norma yang berlaku, dan sebagainya. Institusi yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah biro/bagian kepegawaian di pemerintah pusat dan badan kepegawaian di daerah (Thoha,2014:57). Penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan (Pasal 17 UU No.43 Tahun 1999) .

Sedarmayanti (2014:375) mengklasifikasikan penempatan pegawai menjadi tiga yaitu :

 Promosi

Promosi adalah penempatan pegawai pada jabatan yang lebih tinggi dengan wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi dan penghasilan yang lebih tinggi pula (Sedarmayanti,2014:375). Dasar promosi bagi pengangkatan jabatan antara lain adalah prestasi kerja,disiplin, loyalitas, Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang dikategorikan baik, dan pegawai yang akan dipromosi harus mempunyai perilaku yang tidak tercela, serta telah lulus dari diklat penjenjangan. Selain hal-hal tersebut, pertimbangan Baperjakat menjadi dasar bagi penunjukan seorang pegawai untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.

(5)

Adanya perampingan struktur organisasi, maka pegawai diarahkan juga untuk mengisi jabatan fungsional, misalnya widyaiswara dan peneliti. Staf pindahan dari instansi yang dilikuidasi juga diperlakukan sama dalam hal promosi, baik ke dalam jabatan struktural maupun jabatan fungsional (Thoha,2014:59).

2.1.2 Jenis Jabatan

Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan disebut Jabatan Karier. Jabatan Karier adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang telah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil (Penjelasan pasal 17 UU No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepagawaian). Jabatan Karier dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : 1) Jabatan Struktural

Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi.

2) Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi, seperti Peneliti, Dokter, Pustakawan, dan lain-lain yang serupa dengan itu.

2.1.3 Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi merupakan upaya penataan mendasar yang diharapkan dapat berdampak pada perubahan sistem dan struktur. Sistem berkaitan dengan hubungan antar unsur dan elemen yang saling mempengaruhi dan berkaitan membentuk suatu totalitas (Reza, 2013).

2.2 Konsep Yang Relevan

Menurut kami, gagasan lelang jabatan itu masih dalam batas-batasan perombakan dalam kerangka sistem. Belum merupakan perombakan terhadap sistem birokrasi itu sendiri. Buruknya birokrasi, termasuk ketidak-disiplinan pegawai, tidak bisa diatasi hanya dengan mekanisme yang diperketat atau penciptaan berbagai aturan. Tetapi yang lebih penting adalah menciptakan konsep ruang bagi partisipasi rakyat, yaitu :

(6)

Pertama, partisipasi tidak bisa direduksi menjadi sekedar kesediaan pemerintahan provinsi mendengar saran atau masukan kelompok atau organisasi massa yang mengatasnamakan massa-rakyat (Redaksi, 2013). Suara atau aspirasi rakyat itu tidaklah homogen, tetapi bisa beragam berdasarkan isu atau persoalan yang dihadapi, geografi wilayah, sektoral, dan tingkat ekonominya. Karena itu, tidak masuk akal untuk menunjuk kehadiran organisasi tertentu sebagai representasi dari aspirasi warga kota Jakarta.

Kedua, partisipasi rakyat juga tidak sekedar memberi kesempatan rakyat untuk terlibat dalam diskusi dan memberikan opini terkait perencanaan dan pembangunan kota. Kalau cuma begini, nanti kegiatan membuka kotak pos atau SMS center dianggap sudah partisipatoris.

Ketiga, partisipasi rakyat tidak mungkin terjadi tanpa desentralisasi, khususnya desentralisasi kewenangan dan transfer sumber daya, yang memungkinkan masyarakat di akar rumput menjalankan proyek-proyek pembangunan berbasis komunitas.

(7)

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008:224). Untuk memperoleh data yang valid dan relevan dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Menurut Nazir (2003: 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll).

Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.2 Pengolahan Data

Dari data yang terkumpul, penulis mencoba untuk mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis yang mengungkapkan suatu masalah tidak dalam bentuk angka – angka melainkan dengan nilai yang didasarkan pada hasil pengolahan data dan penilaian penulis. Memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang

(8)

tersajimenjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang yang membacanya. Analisa deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maximum dan sebagainya.

3.3 Analisis – Sintesis

Persoalan lelang jabatan tentang seleksi camat dan lurah yang terjadi di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menimbulkan beberapa penolakan dari beberapa pihak termasuk juga camat ataupun lurah incumbent yang menganggap program tersebut terlalu dipaksakan dan tidak memperhatikan aspek senioritas. Alasan tersebut dianggap oleh beberapa pihak sebagai bentuk ketakutan dari camat dan lurah incumbent karena dapat menyebabkan posisi mereka digantikan oleh orang yang lebih berkompeten dan berkualitas. Setelah terlaksanakanya program lelang jabatan posisi camat dan lurah di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta, banyak pihak yang mengapresiasi pelaksanaannya karena dianggap telah menjalankan strategi reformasi birokrasi yang nyata demi terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik.

Kemudian dari permasalahan tersebut, dapat dianalis dengan teori reformasi birokrasi. Dalam Permen Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 11 tahun 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi ada 3 indikator utama keberhasilan reformasi birokrasi yaitu terwujudnya pemerintah yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, kemudia terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

a. Terwujudnya pemerintah yang bebas KKN

Proses lelang jabatan camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui prosedur yang ketat. Camat dan lurah yang terpilih wajib melaporkan laporan hasil kekayaan penyelenggaraan negara ke KPK. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir tingkat korupsi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. b. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat

Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta I Made Karmayoga mengatakan, rata-rata warga Jakarta menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan lurah dan camat di wilayah mereka. Menurut Karmayoga, secara rata-rata masyarakat Jakarta menilai kinerja camat dan lurah saat ini lebih baik

(9)

dibandingkan dengan pejabat sebelumnya.“Bahkan lebih dari 80 persen masyarakat sudah setuju dengan kebijakan lelang jabatan camat dan lurah. Sisanya yang 20 persen menyatakan tidak tahu dan tidak setuju”.

c. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Kapasitas dan akuntabilitas camat dan lurah Pemprov DKI Jakarta menghasilkan nilai yang cukup baik, hal itu dilihat dari data yang ada pada website Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Kapasitas sering digunakan ketika berbicara tentang peningkatan kemampuan seseorang, ketika kita memperoleh sertifikasi, mengikuti pelatihan atau mengikuti pendidikan. Dalam pengertian yang lebih luas, yang sekarang digunakan dalam pembangunan masyarakat, kapasitas tidak hanya berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan individu, tetapi juga dengan kemampuan organisasi untuk mencapai misinya secara efektif dan kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang.

3.4 Mengambil Kesimpulan

Dalam pencapaian tujuan dari lelang jabatan tersebut, ada 3 indikator keberhasilan program tersebut, yaitu pertama, terwujudnya pemerintah yang bebas KKN. Maksudnya, Camat dan lurah yang terpilih wajib melaporkan laporan hasil kekayaan penyelenggaraan negara ke KPK. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir tingkat korupsi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Kedua terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat. Dan yang ketiga yaitu, Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

3.5 Merumuskan Saran

Saran yang diberikan penulis untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan proses lelang jabatan yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta berdasarkan analisis sintesis demi mewujudkan keberhasilan proses reformasi birokrasi berdasarkan 3 indikator utama keberhasilan reformasi birokrasi.

(10)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lelang jabatan timbul atas dasar banyaknya opini negatif yang berkembang di media dan masyarakat mengenai buruknya birokrasi di DKI Jakarta. Lelang jabatan ini tidak mengarah langsung kepada masyarakat, tetapi pembenahannya dilakukan terhadap aparatur pemerintahan yang akan langsung berhadapan dengan masyarakat, yaitu Lurah dan Camat.

4.2 Rekomendasi

Dalam melaksanakan program baru tentunya banyak hal yang harus diperhatikan, jangan sampai kesalahan yang sama pada sistem perekrutan sebelumnya terulang lagi pada program baru yang dicanangkan. Pengawasan dalam pelaksanaan sistem rekruitmen sesuai standar operasional prosedur (SOP) perlu dilaksanakan secara merata dan menyeluruh kepada setiap aspek yang terkait dalam program promosi jabatan terbuka, agar tidak terjadi lagi penyakit-penyakit pada birokrasi yang telah disebutkan sebelumnya, karena perekrutan sudah berbasis kompetensi dan komitmen bukan lagi karena adanya faktor keakraban atau nepotisme.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Nazir Muhammad, 1998. Metode Penelitian, Jakarta: Galia Indonesia. Redaksi, 2008. Lelang Jabatan. Melalui

http://www.berdikarionline.com/editorial/20130211/lelang-jabatan [04/04/2015].

Redaksi, 2012. Sasaran dan Indikator Keberhasilan RB. Melalui

http://www.menpan.go.id/sasaran-dan-indikator-keberhasilan-rb [10/04/2015].

Redaksi, 2014. Warga Puas dengan Layanan Lurah dan Camat, Apa Kata Basuki. Melalui

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/04/2129588/Warga.Puas. dengan.Layanan.Lurah.dan.Camat.Apa.Kata.Basuki.

Reza, Hery A., 2013. Reformasi Birokrasi. Melalui

http://reszaheryadhigumilar.blogspot.com/2013/05/reformasi-birokrasi-dan-implementasi.html [16/04/2015]

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thoha, Miftah, 2014. Birokrasi dan Dinamika Kekuasaan. Jakarta: Prenada Media Group.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Manufacturing Company Manufacturing Company Materials Inventory Finished Goods Inventory Revenues Cost of Goods Sold INCOME STATEMENT Period Costs Inventoriable Costs BALANCE

Bagi peser ta Pemilihan Langsung yang mer asa keber atan atas hasil Penetapan Pemenang Pemilihan Langsung ini, diber i kesempatan untuk mengajukan sanggahan lew at

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Berdasarkan hasil observasi, evaluasi, dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitaian tentang kemampuan menulis puisi melalui media gambar

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI