1
PENDETEKSIAN DAN PEMODELAN PERUBAHAN STRUKTUR
PADA DATA DERET WAKTU
(Studi kasus data IHK umum Surabaya dan Kediri tahun 1989 – 2008)
Artanti Indrasetianingsih1 Suhartono2 Dwiatmono Agus Widodo2ABSTRAK
Perubahan Struktur (Structural Change) merupakan suatu perubahan pola yang terjadi pada data deret waktu. Jika data deret waktu yang mengandung perubahan struktur dimodelkan dengan menggunakan pendekatan ARIMA akan menghasilkan model yang palsu. Oleh karena itu perlu dilakukan pemodelan dengan menggunakan pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis perubahan struktur seperti model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur dan pendekatan intervensi. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data IHK umum Surabaya dan Kediri. Sebelum dilakukan pemodelan data tersebut dengan pendekatan model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur dan pendekatan intervensi, maka dimulai dengan mengkaji prosedur pendeteksian perubahan struktur pada data deret waktu dengan pendekatan model
Autoregressive. Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa kriteria BIC(Bayesian Information Criterion) yang digunakan untuk mendeteksi banyaknya break, pada data
simulasi telah sesuai dengan yang disimulasikan. Hasil yang diperoleh setelah memodelkan kedua data tersebut dengan pendekatan perubahan struktur dan pendekatan intervensi adalah bahwa pendekatan intervensi menghasilkan model yang lebih baik jika dibandingkan dengan pendekatan perubahan struktur. Pada data IHK umum kedua kota menunjukkan bahwa pendekatan perubahan struktur hanya mendeteksi dua break, sedangkan pendekatan intervensi mampu menjelaskan lebih banyak kejadian yang berpengaruh terhadap kedua data tersebut. Selain itu juga metode intervensi pada data IHK umum Surabaya mempunyai nilai MSE in sample dan MAPE out sample lebih kecil dibanding metode perubahan struktur, sedangkan pada data IHK umum Kediri mempunyai nilai MSE in sample lebih kecil dibandingkan dengan metode perubahan struktur.
Kata kunci : autoregressive, BIC, intervensi, structural change
1. Pendahuluan
Perubahan Struktur (Structural Change) merupakan suatu perubahan pola yang terjadi pada data deret waktu. Waktu terjadinya perubahan struktur (waktu break) tersebut ada yang diketahui dan ada yang tidak diketahui kapan terjadinya. Perubahan struktur ini sering terjadi di bidang ekonomi dan beberapa contoh kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur adalah perubahan kebijaksanaan, perubahan harga minyak, hari raya keagamaan, dan tahun ajaran baru sekolah.
Chow (1960) adalah peneliti pertama yang memperkenalkan uji tentang perubahan struktur. Uji tersebut digunakan pada model regresi linier (k variabel) dengan
dua regime (
n
1 dann
2) atau dengan satu break (break point yang diketahui). Banyaknyapengamatan sebelum waktu break adalah
n
1 dan banyaknya pengamatan setelah waktubreak adalah
n
2. Brown, Durbin, dan Evans (1975) memperkenalkan penggunaanRecursive CUSUM (cumulative sum of residuals) Test untuk mendeteksi adanya perubahan struktur. Dufour (1982) mengembangkan uji Chow, yaitu uji yang digunakan untuk banyak regime dengan break point yang diketahui. Chow dan Dufour keduanya
1 Mahasiswa Program Magister Statistika FMIPA – ITS, Surabaya
2
sama-sama menggunakan statistik uji F. Andrew dan Plobegger (1994)
mengembangkan uji Ftersebut untuk digunakan jika waktu breaknya tidak diketahui,
yaitu dengan kriteria yang digunakan adalah nilai supremum atau average atau exp dari
F.
Kim dan Maddala (1998) menggunakan criteria BIC (Bayesian Information Criterion) untuk mengestimasi jumlah break. Zeileis, Leisch, Hornik dan Kleiber (2002)
memperkenalkan library strucchange dalam paket program R, mereka
mengimplementasikan penggunaan program R dalam mendeteksi adanya perubahan
struktur dengan menggunakan Statistik F (supF,aveFdan expF) dan empirical
fluctuation process (CUSUM, MOSUM (moving sums of residuals), ME (moving estimates) test). Bai dan Perron (2003) memperkenalkan pendeteksian waktu break dalam multiple structural change models dengan menggunakan prinsip program dinamis. Zeileis, Kleiber, Kramer dan Hornik (2003) menggunakan program R untuk melakukan pengujian perubahan struktur, mendeteksi banyaknya break dengan kriteria BIC, serta mendeteksi waktu terjadinya break dengan mengadopsi versi Bai dan Perron (2003). Zeileis, dkk. (2003) mengaplikasikan uji dan deteksi perubahan struktur tersebut pada data tahunan aliran sungai Nil, data bulanan kecelakaan mobil di Inggris dan data kuartal indeks harga minyak impor di Jerman. Pada data aliran sungai Nil terdeteksi satu break, yaitu saat pembangunan bendungan Aswan tahun 1898. Pada data kecelakaan mobil terdeteksi dua break yaitu bulan Oktober 1973 saat terjadi krisis minyak pertama dan bulan Januari 1983 saat diperkenalkannya peraturan penggunaan sabuk pengaman. Pada data harga minyak terdeteksi tiga waktu break, yaitu kuartal ketiga tahun 1973 saat terjadi embargo minyak Arab, kuartal pertama tahun 1979 saat awal terjadinya perang Iran-Irak, dan kuartal pertama tahun 1985 saat terjadinya worldwide slowdown of demand.
Salah satu pendekatan dalam analisis deret waktu yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi efek dari kejadian-kejadian eksternal dan internal adalah Analisis Intervensi. Analisis intervensi telah berhasil digunakan untuk mempelajari dampak dari kontrol polusi udara dan kebijakan ekonomi (Box dan Tiao, 1975). Bianchi, Jarret, dan Hanumara (1998) menganalisa tentang peramalan dari telepon yang masuk di pusat telemarketing dengan menggunakan metode additive dan multiplicative versi Holt-Winters; Exponentially Weighted Moving Average Model; dan ARIMA model dengan intervensi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ARIMA dengan intervensi lebih baik digunakan.
Fox (1972) adalah yang pertama kali memperkenalkan outlier dalam analisis deret waktu dan mengklasifikasikannya menjadi dua, yaitu additive outliers (AO) dan innovation outlier (IO). Tsay (1988) mengembangkan klasifikasi tersebut yang meliputi transient changes, level changes dan variance changes. Chen dan Liu (1993) mengklasifikasikan outlier menjadi empat macam, yaitu IO, AO, LS (level shift), dan TC ( temporary change).
Krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 atau tepatnya pada bulan Juli 1997 berdampak diberbagai bidang, misalnya melemahnya nilai tukar, banyaknya kredit macet dan meningkatnya jumlah pengangguran. Akibat krismon tersebut juga berdampak pada IHK (Indeks Harga Konsumen). Pada saat krismon terjadi (periode 1997/1998) IHK terus menerus bergerak naik dengan kenaikan yang tinggi dan tidak kembali ke nilai semula. Hal ini juga berdampak pada inflasi, karena IHK merupakan indikator inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara (Khalwaty, 2000). Inflasi yang tinggi dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga BBM yang tinggi (diatas 100 persen) pada bulan Oktober 2005 juga menyebabkan kenaikan IHK yang besar pula pada saat itu. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), IHK umum nasional bulan Oktober 2005 adalah sebesar 135,15, sedangkan pada bulan September 2005 sebesar 124,33 (terjadi kenaikan IHK sebesar 10,82 poin).
3
Adanya kejadian krismon dan kenaikan BBM tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola data IHK.
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan data IHK adalah Bustaman (2000) yang meneliti dampak krisis moneter pada IHK umum nasional dengan menggunakan analisis intervensi, Rupingi (2001) mengembangkan penelitian yang dilakukan Bustaman (2000), yaitu selain menggunakan analisis intervensi juga menerapkan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Minarnik (2007) meneliti dampak kenaikan BBM tahun 2005 dan turunnya ekspor impor migas serta non migas pada bulan Nopember 2002 pada data IHK umum nasional dengan menggunakan analisis intervensi. Novianti (2009) meneliti tentang pemodelan IHK umum nasional dengan menggunakan analisis intervensi multi input dan GARCH. Hasil yang diperoleh adalah bahwa IHK umum nasional dipengaruhi oleh banyak kejadian, diantaranya adalah krismon, kenaikan-kenaikan harga BBM, Idul Fitri Januari 1999, pemisahan Timor Timur Oktober 1999, perubahan tahun dasar Januari 2002, bencana tsunami Aceh Desember 2004 dan krisis ekonomi global September 2008.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan struktur pada suatu deret waktu, khususnya pada data IHK umum Surabaya dan Kediri mulai Januari 1989 sampai dengan Desember 2008. Pertama adalah mengkaji prosedur pendeteksian perubahan struktur pada suatu deret waktu dengan pendekatan model Autoregressive dengan menggunakan data simulasi. Kedua adalah mendapatkan model untuk IHK umum Surabaya dan Kediri dengan pendekatan model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur dan pendekatan model intervensi. Ketiga adalah Membandingkan ketepatan antara model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur dengan model intervensi dari data IHK umum Surabaya dan Kediri.
2. Tinjauan Pustaka
Model Autoregressive dengan Perubahan Struktur
Model umum regresi linier berganda dengan notasi matriks adalah sebagai berikut (Bai dan Perron, 2003):
yXβu (2.1)
dengan :
y
adalah vektor variabel dependen dengan ukuran n1, X adalah matriks variabelindependen dengan ukuran nk,
β
adalah vektor parameter regresi dengan ukuran1
k ,
u
adalah vektor residual n1,n
adalah banyaknya pengamatan,k
adalahbanyaknya variabel independen. Jika pada matriks X terdiri dari lag variabel dependen,
maka persamaan (2.1) disebut dengan model Autoregressive. Bila terdapat p order
autoregressive maka disebut model Autoregressive order p atau AR(p).
Model regresi yang mengandung perubahan struktur adalah model dengan nilai parameter yang berubah-ubah dalam kurun periode waktunya. Berikut ini adalah model regresi linier berganda dalam bentuk matriks yang mengandung m breaks (m + 1 regimes) (Bai dan Perron, 2003):
u
Z
X
y
β
δ
(2.2)dengan:
y
(
y
1,
y
2,
,
y
n)'
,Z
adalah matriks diagonal partisi dari Z pada waktu)
,
,
(
T
1T
m yaituZ
diag
(
Z
1,
,
Z
m1)
, sedangkanz
t adalah variabel dummy darisub periode. Dan
j adalah parameter variabelz
t,u
t adalah residual pengamatan waktuke-t (t Tj1 1,,Tj) dengan
T
0
0
dan
T
m1
n
), sedangkanj
adalah banyaknya4
Tes Perubahan Struktur untuk break point tidak diketahui
Hipotesis untuk menguji ada tidaknya perubahan struktur pada data adalah sebagai berikut : k i i H0:
i
, 1,,H
1:
i
i
,
i
1
,
,
k
.Jika break point (waktu terjadinya perubahan struktur) dalam perubahan struktur tidak diketahui waktu terjadinya perubahan struktur, maka F statistik yang digunakan untuk menguji adalah (Zeileis, dkk., 2003):
)
2
/(
)
(
ˆ
)
(
ˆ
)
(
ˆ
)
(
ˆ
ˆ
'
ˆ
' 'k
n
t
u
t
u
t
u
t
u
u
u
F
t
, (2.3),dengan
uˆ
adalah residual dari model dengan keseluruhan data, sedangkan uˆ t( )adalahresidual dari model yang tersegmen. Statistik F ini dihitung pada
t
T
h,
,
n
T
h)
(
T
h
k
. NilaiT
h
[nh
]
menjadi a trimming parameter yang dalam aplikasinya bisadipilih sendiri oleh peneliti. h adalah parameter bandwith dan
h
(
0
,
1
)
. Andrew danPlobegger (1994) menyarankan bahwa
H
0 ditolak jika nilai supremumF >C
(criticalvalue pada level
). Adapun rumus supremum F adalah sebagai berikut :t t t t
F
F
sup
sup
. (2.4)Tabel
C
dapat dilihat pada Andrew (1993).Estimasi Jumlah Break
Prosedur yang umumnya digunakan untuk menyeleksi dimensi model adalah dengan menggunakan kriteria informasi. Maddala dan Kim (1998) menggunakan criteria BIC untuk mengestimasi jumlah break (m). Adapun rumus dari BIC adalah :
n n m(k k m m log( ) )] 1 [ ) ˆ log( BIC
2 (2.5),dengan
n
adalah banyaknya pengamatan. Estimasi jumlah break adalah mˆ , yaitu).
BIC
,
,
BIC
,
BIC
min(
arg
ˆ
1 2 mm
(2.6).Estimasi Waktu Break
Jika terdapat m partisi
(
T
1,
,
T
m)
, maka taksiran breakpointsm
T
T
ˆ
1,
,
ˆ
diperoleh dari:)
,
,
(
min
arg
)
ˆ
,
,
ˆ
(
1 ( , , ) 1 1 T m T mRSS
T
T
T
T
m
(2.7)pada semua partisi
(
T
1,
,
T
m)
denganT
j
T
j1
T
h
k
, sedangkanRSS
(
T
1,
,
T
m)
diperoleh dari :
1 1 1 1,
,
)
(
1
,
)
(
m j j j mrss
T
T
T
T
RSS
. (2.8))
,
1
(
T
j 1T
jrss
adalah minimal jumlah kuadrat residual pada segmen ke-j. Persamaan(2.8) dapat dicari dengan pendekatan dynamic programming algorithm. Ide awal dari pendekatan ini adalah prinsip Bellman, yaitu dengan menggunakan triangular matrix dari
) , ( jt
5
dari
rss
(
t
,
j
)
rss
(
t
,
j
1
)
r
(
t
,
j
)
2.rss
( j
t
,
)
adalah rekursif residual pada waktu jdari sampel yang dimulai dari t. Sehingga segmentasi optimal diperoleh secara rekursif adalah (Zeileis dkk., 2003):
)]
,
1
(
)
(
[
min
)
(
T
,RSS
T
1,rss
t
n
RSS
m t T n j mT n m h h
(2.9)yang diadopsi dari versi Bai dan Perron (2003).
Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)
Model ARIMA pertama kali diperkenalkan oleh Box dan Jenkins (1976), yaitu suatu pemodelan deret runtun waktu atau time series yang stasioner atau yang telah distasionerkan (jika datanya belum stasioner).
Bentuk umum dari persamaan model ARIMA multiplikatif musiman dari Box-Jenkins adalah sebagai berikut:
t s Q q t D s d p s P
(
B
)
(
B
)(
1
B
)
(
1
B
)
y
(
B
)
(
B
)
u
(2.10) dengan : p
: koefisien komponen AR dengan orde pP
: koefisien komponen AR musiman dengan orde Pq
: koefisien komponen MA dengan orde qQ
: koefisien komponen MA musiman dengan orde Q
d : orde differencing non musiman
D : orde differencing musiman
B : operator backward non musiman
Bs : operator backward musiman
t
y
: deret berkala / time seriest
u
: residual white noise,u
t~IIDN(0,
u2)Model Intervensi
Analisis Intervensi time series digunakan untuk mengevaluasi efek-efek dari kejadian-kejadian eksternal dan internal. Waktu intervensi dalam analisis intervensi ini dibagi menjadi dua, yaitu waktu yang sudah diketahui dan waktu yang belum diketahui. Ada dua tipe variabel intervensi, yaitu (Wei, 2006) :
1. Step Function, adalah suatu bentuk intervensi yang terjadinya dalam kurun waktu yang panjang.
G
t
G
t
S
tG,
1
,
0
) ( (2.11) G adalah waktu terjadinya intervensi.2. Pulse Function, adalah suatu bentuk intervensi yang terjadinya hanya dalam suatu waktu tertentu
G
t
G
t
P
tG,
1
,
0
) ( (2.12) dengan Pt(G) St(G)St(G1) (1B)St(G)6
t i K i i b i tu
B
B
I
B
B
B
y
i)
(
)
(
)
(
)
(
1
(2.13) dengan : iI
: variabel intervensi (bisa step atau pulse function), i 1,2,,Ks B B B B
2 2 1 0 : ) ( r rB
B
B
B
2
2 11
:
)
(
t tN
u
B
B
)
(
)
(
: noise series yaitu time series sebelum waktu intervensi
b : delay waktu dari efek intervensi
Indeks Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indikator harga yang dihitung berdasarkan paket komoditas terpilih dengan menggunakan rasio periode tertentu terhadap tahun dasar yang ditentukan. Paket komoditas terpilih tersebut adalah jenis barang atau jasa terpilih yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat di suatu kota tertentu yang digunakan dalam perhitungan IHK dan ditetapkan berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH).
Formula indeks yang digunakan untuk menghitung IHK masing-masing kota berdasarkan Formula Laspeyres dengan modifikasi sebagai berikut (Berita Resmi Statistik, 2004): 100 . . 1 0 0 1 0 ) 1 ( ) 1 (
C c c c C c c c f c f fc f Q P Q P P P I(2.14) dengan : f
I
: Indeks bulan ke-f
fc
P
: Harga jenis barangc
, bulan kef
c f
P
( 1) : Harga jenis barangc
, bulan ke (f 1)c c f
Q
P
( 1).
0 : Nilai konsumsi jenis barangc
pada bulan ke (f 1)c c
Q
P
0.
0 : Nilai konsumsi jenis barangc
pada tahun dasarC : Banyaknya jenis barang paket komoditas dalam sub kelompok,
kelompok kota yang bersangkutan
3. Metodologi Penelitian Sumber data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data simulasi dan sekunder, yaitu data IHK umum kota Surabaya dan Kediri periode bulan Januari 1989 s/d Juni 2009 diperoleh dari Indeks Harga Konsumen dan Berita Resmi Statistik BPS. Adanya perbedaan tahun dasar menyebabkan adanya lonjakan data yang berbeda cukup besar pada saat pergantian tahun dasar, oleh karena dilakukan penyeragaman tahun dasar. Tahun dasar yang dipilih adalah tahun dasar 2007 (=100). Data bulan Januari 1989 s/d Desember 2008 digunakan sebagai data in sample, sedangkan data bulan Januari s/d Juni 2009 digunakan sebagai data out sample.
Langkah-langkah Analisis
a. Pada simulasi data ada empat data yang dibangkitkan untuk mengkaji prosedur dalam mendeteksi perubahan struktur pada data deret waktu, yaitu meliputi
7
estimasi jumlah break dan waktu break, yaitu : tanpa model; model AR(1) dengan konstanta beda per segmen; model AR(1) dengan konstanta dan koefisien beda per segmen; model AR(p) dengan orde dan koefisien beda per segmen. Data simulasi yang dibangkitkan adalah berdistribusi normal dengan mean nol, standar
deviasi 1 dan dengan n300. Simulasi dilakukan dengan menggunakan
software R.
b. Langkah-langkah analisis data IHK umum Surabaya dan Kediri dengan menggunakan metode perubahan struktur adalah menentukan orde ARI(p,d) atau Autoregressive awal pada data, yaitu dari plot PACF data yang telah stasioner baik dalam mean dan varians; menguji ada tidaknya perubahan struktur pada data
dengan menggunakan statistik uji SupF; Jika terdapat perubahan struktur
kemudian menentukan banyaknya break dengan nilai BIC terkecil dan menentukan waktu breaknya; jika tidak mengandung perubahan struktur, maka model yang digunakan adalah model Autoregressive yang tidak mengandung perubahan struktur; membuat variabel dummy sebanyak segmen yang diperoleh dan menggunakan regresi stepwise dalam menentukan variabel-variabel yang masuk dalam model Autoregressive dengan perubahan struktur; memodelkan data dengan Autoregressive yang mengandung perubahan struktur berdasarkan hasil regresi stepwise; menguji asumsi residual, yaitu asumsi white noise dengan uji Ljung-Box dan asumsi berdistribusi normal dengan uji Kolmogorov Smirnov; meramalkan IHK umum Surabaya dan Kediri sebanyak 6 periode ke depan, yaitu bulan Januari s/d Juni 2009 dengan menggunakan model yang telah diperoleh dari langkah sebelumnya.
c. Pemodelan pre intervensi pertama (krismon), yaitu menentukan model ARIMA dengan menggunakan data ke-1 s/d 102 (sebelum intervensi pertama). Sebelum
menentukan orde ARIMA(p,d,q), maka kriteria stasioneritas data harus
terpenuhi terlebih dahulu. Residual model yang diperoleh harus memenuhi asumsi white noise dan berdistribusi normal. Model data pre intervensi ini
merupakan noise model; Pemodelan intervensi ke-
i
(i1,2,3,,7)menggunakan data ke-1 s/d data sebelum intervensi ke-i1. Orde intervensi b, s,
r diperoleh dari plot antara
t
dengan residual model intervensi ke-(
i
1
)
. Setiaptahap pemodelan intervensi ke-
i
harus memenuhi asumsi white noise danberdistribusi normal; pengujian kemungkinan adanya efek ARCH berdasarkan plot ACF dari kuadrat residual model intervensi terakhir, jika terdapat lag-lag yang signifikan maka dilakukan pemodelan ARCH; peramalan 6 periode ke depan (Januari s/d Juni 2009) berdasarkan model terbaik yang diperoleh; perhitungan efek intervensi dilakukan pada masing-masing kejadian intervensi berdasarkan model intervensi akhir. Jika pada masing-masing tahap pemodelan intervensi asumsi residual berdistribusi normal tidak terpenuhi, maka dilakukan pendeteksian outlier satu per satu atau dapat pula dilakukan pada akhir pemodelan intervensi.
d. Melakukan perbandingan antara model yang diperoleh dari metode perubahan struktur dan intervensi. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk membandingkan model yang diperoleh dengan metode perubahan struktur dan metode intervensi adalah pemenuhan asumsi residual white noise, berdistribusi normal; pada data in sample : kriteria nilai MSE terkecil; pada data out sample : kriteria nilai MAPE terkecil; Kriteria banyaknya break dan waktu break yang diperoleh pada metode perubahan struktur dengan variabel intervensi pada metode intervensi. Hal ini dikaitkan pula dengan pola data pada plot time series data aktual
8
Pada bab ini dibahas tentang prosedur mendeteksi jumlah break dan waktu break pada data deret waktu yang mengandung perubahan struktur dengan menggunakan data simulasi. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap data IHK umum kota Surabaya dan Kediri. Pada data IHK tersebut dilakukan analisis deskriptif, analisis perubahan struktur dengan menggunakan model Autoregressive dan menggunakan analisis intervensi multi input.
Analisis Data Simulasi yang mengandung Perubahan Struktur
Data simulasi yang dibangkitkan adalah berdistribusi normal dengan rata-rata
nol, standar deviasi 1 dan dengan n300. Data simulasi tersebut kemudian diberi dua
perubahan struktur (m2 / ada tiga segmen), yaitu pada
T
1
100
danT
1
100
, untukdata simulasi tanpa model, sedangkan yang lain pada
T
1
101
danT
2
201
Ada limamacam data simulasi yang dibangkitkan seperti pada Tabel 4.1.
Setelah diberi perubahan struktur, maka langkah selanjutnya adalah menentukan model Autoregressive awal. Variabel independennya diperoleh dari lag-lag yang signifikan pada masing-masing plot PACF data simulasi yang telah distasionerkan dengan cara didifference satu non musiman. Berdasarkan model Autoregressive awal tersebut kemudian dilakukan pengujian perubahan struktur. Hasil pengujian perubahan
struktur dengan SupF menunjukkan bahwa semua data simulasi mengandung perubahan
struktur. Hal ini terlihat pada nilai pvalue5%(Tabel 4.2). Sedangkan jumlah break
yang diperoleh dengan menggunakan kriteria BIC minimum adalah mˆ 2, yaitu pada
waktu break seperti pada Tabel 4.2.
Langkah selanjutnya adalah memodelkan data simulasi dengan model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur. Caranya yaitu dengan membuat tiga variabel dummy, kemudian masing-masing variabel dummy tersebut dikalikan dengan masing-masing variabel independen dari model Autoregressive awal. Setelah itu menentukan variabel-variabel independen yang masuk dalam model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur. Caranya dengan menggunakan regresi stepwise. Hasil pemodelan Autoregressive yang mengandung perubahan struktur menunjukkan bahwa masing-masing model yang dihasilkan telah sesuai dengan model yang disimulasikan pada masing-masing segmen.
Pada bagian sebelumnya telah dilakukan studi simulasi dalam mendeteksi perubahan struktur pada data deret waktu. Berdasarkan studi tersebut, maka dapat disimpulkan tentang prosedur dalam mendeteksi perubahan struktur pada data deret waktu, yaitu :
1. Menstasionerkan data dengan melakukan difference dan atau transformasi.
2. Setelah data stasioner kemudian menentukan lag PACF yang signifikan untuk menentukan model Autoregressive awal.
3. Mengembalikan variabel-variabel penelitian pada model Autoregressive awal ke bentuk variabel awal.
4. Menguji ada tidaknya perubahan struktur pada data menggunakan statistik F tipe
F
sup dan model yang digunakan adalah model Autoregressive awal dengan
variabel-variabel sesuai langkah 3.
5. Menentukan jumlah break (
m
) dan waktu break (T
j).6. Membuat variabel dummy sebanyak m1, kemudian mengalikan variabel dummy
tersebut dengan masing-masing variabel independen.
7. Menentukan variabel independen yang masuk dalam model Autoregressive perubahan struktur dengan menggunakan regresi stepwise.
8. Memodelkan variabel-variabel independen yang diperoleh dari langkah 7 dengan variabel dependen untuk mendapatkan model Autoregressive perubahan struktur. 9. Menguji asumsi residual model yang diperoleh dari langkah 8.
9
Tabel 4.1 Model yang disimulasikan dalam perubahan struktur
No
simulasi Segmen Parame
ter Nilai
1 Tanpa model 1
02
303
102 Model AR(1) dengan konstanta beda per segmen 1
0
0,6 02
0
0,6 43
0
0,6 93 Model AR(1) dengan konstanta dan koefisien beda per
segmen 1
0
0,5 0 2
0
0,3 7 3
0
0,8 14 Model AR(p) dengan orde dan koefisien beda per
segmen 1
0
0,4 0 2
0
2,5 0,6 -0,3 3
0
0,7 3Tabel 4.2 Hasil uji perubahan struktur, jumlah break dan waktu break dari data simulasi
Simulasi
Uji
Perubahan struktur
mˆ
berdasarkan
T
ˆ
1T
ˆ
2SupF
p
value
BIC minimum1 97,725 2,20e-16 2 100 200
2 39,241 2,28e-05 2 101 202
3 27,268 0,0001927 2 101 202
4 35,606 0,0008035 2 101 202
Analisis data IHK umum Surabaya dan Kediri dengan menggunakan Metode Perubahan Struktur
Plot time series data IHK umum Surabaya (
Y
1) dan Kediri (Y
2) yang didukungdengan plot ACF yang menurun secara lambat (Gambar 4.1) menerangkan bahwa kedua
data belum stasioner. Transformasi Box-Cox menghasilkan nilai
yang optimumterletak pada batas -0,13 s.d 0,25 untuk
Y
1 dan nilai
yang optimum terletak pada batasantara -0,25 s.d 0,14 untuk
Y
2, yang berarti kedua data belum stasioner dalam varians.10
bawah dari nilai
yang optimum.Plot time series, ACF dan PACF data setelah ditransformasi ln dapat menunjukkan bahwa data masih belum stasioner dalam mean, oleh karena itu kedua data perlu didifference 1 non musiman. Setelah data ditransformasi ln dan didifference 1 non musiman sudah menunjukkan data telah stasioner. Sehingga langkah selanjutnya adalah menentukan lag PACF yang signifikan (Gambar 4.2) untuk mendapatkan model Autoregressive awal.
Gambar 4.1 Plot time series data
Y
1 danY
2Berdasarkan Gambar 4.2, maka untuk ln
Y
1 lag PACF yang signifikan adalahlag 1, 3, 5, 7, 8 dan untuk ln
Y
2 lag PACF yang signifkan adalah 1, 5 dan 8.Dengandemikian model Autoregressive awal untuk data IHK umum Surabaya adalah ARI([1,3,5,7,8],1), sedangkan untuk IHK umum Kediri adalah ARI([1,5,8],1). Hasil pengujian perubahan struktur pada data penelitian berdasarkan model Autoregressive awal tersebut menunjukkan bahwa kedua data mengandung perubahan struktur (Tabel
2.3), karena nilai pvaluenya < 5%. Berdasarkan nilai BIC minimum, untuk data
IHK umum Surabaya diperoleh
m
ˆ
0
berarti tidak ada break. Hal ini tidak sesuaidengan hasil pengujian perubahan struktur yang menyatakan adanya perubahan struktur pada data IHK umum Surabaya. Tetapi jika dilihat dari plot F Statistik pada Gambar 4.2, maka secara visual terdapat dua puncak yang terletak diluar batas. Dengan demikian untuk IHK umum Surabaya mempunyai dua break. Sedangkan untuk IHK umum Kediri
diperoleh
m
ˆ
2
, berarti terdapat dua break.Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 y t Jul/1997 Okt/2005
Time Series Plot IHK Umum Surabaya
Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 y t Jul/1997 Okt/2005
Time Series Plot IHK umum Kediri
(a) plot time series Y1 (b) plot time seriesY2
30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 Lag A u to c o rr e la ti o n
Autocorrelation Function for Y1
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 Lag A u to c o rr e la ti o n
Autocorrelation Function for Y2
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
11
Pada kedua data diperoleh waktu terjadinya break yang sama, yaitu
T
ˆ
1
109
dan
T
ˆ
2
132
. Waktu break tersebut adalah bulan Januari 1998 yang pada saat itu terjadiperubahan tahun dasar dalam perhitungan IHK oleh BPS, yaitu menggunakan tahun dasar 1996, sedangkan yang kedua adalah bulan Desember 1999, yaitu bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.
Gambar 4.2 Plot PACF setelah data ditransformasi ln dan didifferece 1
Gambar 4.3 Plot F Statistik IHK umum Surabaya
Penentuan variabel independen yang masuk dalam model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur dilakukan dengan Regresi stepwise. Model Autoregressive yang mengandung perubahan struktur setelah melalui regresi stepwise untuk data IHK umum Surabaya dan Kediri adalah :
)
1
.
4
(
.
131
,
130
109
,
108
1
,
ˆ
00167 , 1 1 21385 , 0 1 26882 , 0 1 75293 , 0 1 1921 , 0 00248 , 1 1 1 1 8 5 2 1t
Y
t
Y
Y
Y
e
t
Y
Y
t t t t t tdan
)
2
.
4
(
.
131
,
130
109
,
108
1
,
ˆ
00163 , 1 ) 1 ( 2 28259 , 0 ) 8 ( 2 33420 , 0 ) 5 ( 2 76597 , 0 ) 1 ( 2 1291 , 0 00251 , 1 ) 1 ( 2 2t
Y
t
Y
Y
Y
e
t
Y
Y
t t t t t t 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 Lag P a rt ia l A u to co rr e la ti o nPartial Autocorrelation Function for diff1(lnY1)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 Lag P a rt ia l A u to co rr e la ti o n
Partial Autocorrelation Function for diff1(lny)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
(a) (b) SupF test Time F st at ist ics 1995 2000 2005 0 10 20 30 40
12
Model (4.1) dan (4.2) sama-sama memenuhi asumsi residual white noise pada
% 5
, tetapi tidak memenuhi asumsi residual berdistribusi normal. Ketidaknormalanresidual tersebut bisa jadi diakibatkan oleh adanya outlier atau pencilan. Sisaan yang merupakan pencilan adalah yang nilai mutlaknya jauh lebih besar daripada sisaan-sisaan lainnya dan bisa jadi terletak tiga atau empat simpangan baku atau lebih jauh lagi dari rata-rata sisaannya (Drapper dan Smith, 1992). Plot time series residual model (4.1)
dengan batasan 3
dan 4
dapat dilihat pada Gambar 4.28. Ada 6 titik yangterletak di luar batas 3
, yaitu bulan Oktober 1997; Januari dan Pebruari 1998; Julidan Agustus 1998 dan bulan Oktober 2005. Residual bulan Oktober 2005 merupakan
residual yang nilainya tertinggi yang terletak di luar batas 3
dan 4
. Pada bulantersebut pemerintah menaikkan harga BBM di atas 100%. Kenaikan harga BBM yang tinggi tersebut mengakibatkan kenaikan IHK umum Surabaya yang signifikan pula (Gambar 4.1). Sedangkan kelima titik yang lain merupakan periode bulan yang masih termasuk dalam kurun waktu terjadinya krisis moneter di Indonesia. Pada Gambar 4.21a dapat diketahui bahwa selama kurun waktu pertengahan Juli 1997 sampai dengan awal
tahun 1999 terjadi kenaikan IHK yang besar. Memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah
melemah menjadi sebesar Rp10.375/US$, bahkan pada bulan Juni 1998 nilai tukar rupiah sempat menembus level Rp14.900/US$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai tukar rupiah terhadap US$ (Wibowo dan Amir, 2005). Nilai tukar rupiah terhadap US$ tahun 1999 melakukan recovery menjadi sebesar Rp7.810/US$ (Wibowo dan Amir, 2005). Oleh karena itu titik-titik outlier tersebut tetap diikutkan dalam analisis meskipun menghasilkan model yang residualnya tidak memenuhi asumsi distribusi normal.
Plot time series residual model (4.2) menunjukkan bahwa terdapat dua titik
yang terletak di luar batas 3
, yaitu IHK bulan Agustus 1998 dan Oktober 2005. Padabulan Oktober 2005 pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM kedua di tahun yang sama, yaitu sebesar 126%. Kenaikan harga tersebut menyebabkan kenaikan IHK umum Kediri yang signifikan pada bulan tersebut. Kedua outlier tersebut tetap dimasukkan dalam model meskipun menghasilkan model yang tidak memenuhi asumsi residual berdistribusi normal.
Analisis data IHK umum Surabaya dan Kediri dengan menggunakan Metode Intervensi
Pada analisis intervensi ada tujuh kejadian yang diduga berpengaruh terhadap variabel IHK umum Kediri dan Surabaya. Ketujuh kejadian intervensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Semua kejadian intervensi ini dimodelkan dengan menggunakan intervensi fungsi step. Sebelum dilakukan pemodelan intervensi secara bertahap, maka langkah awalnya adalah menentukan model pre intervensi. Setelah melalui tahap pemodelan ARIMA Box-Jenkins, maka model pre intervensi IHK umum Surabaya adalah ARIMA([12],1,0) dengan dua outlier, yaitu pada bulan Februari 1997 dan April 1995. Sedangkan model pre intervensi IHK umum kediri adalah ARIMA(0,1,[12]).
Tabel 4.3 Kejadian Intervensi
No Kejadian Intervensi Waktu Keterangan
1 Krismon Juli 1997 -
2 Harga baru BBM Mei 1998 kenaikan 25% - 71,43%
3 Harga baru BBM Okt 2000 kenaikan 12,5%
4 Harga baru BBM Jan 2003 kenaikan 21%
5 Harga baru BBM Mar 2005 kenaikan 30%
6 Harga baru BBM Okt 2005 kenaikan 126%
13
Setelah diperoleh model pre intervensi, kemudian dilakukan pemodelan intervensi secara bertahap. Pendugaan orde intervensi pertama karena krisis moneter yang dimulai awal bulan Juli 1997 digunakan bar chart residual pre intervensi pertama. Sedangkan untuk pemodelan intervensi kedua karena kenaikan harga baru BBM bulan Mei 1998, orde intervensinya diduga melalui bar chart residual dari model intervensi pertama. Demikian seterusnya sampai akhir intervensi.
Model intervensi akhir yang diperoleh dari IHK umum Surabaya dan Kediri adalah sebagai berikut :
a. IHK umum Surabaya : ) 3 . 4 ( . 662 , 0 689 , 0 ) 1 )( 450 , 0 1 )( 611 , 0 1 ( 1 003 , 1 203 , 1 822 , 0 787 , 5 360 , 0 420 , 0 307 , 1 049 , 1 712 , 0 539 , 0 858 , 0 086 , 1 626 , 1 887 , 0 526 , 0 649 , 3 211 , 4 690 , 1 699 , 1 033 , 2 719 , 1 147 , 3 551 , 1 938 , 0 058 , 0 ˆ 76 98 12 231 7 204 6 166 189 5 175 174 173 158 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 ) 1 ( ) 9 ( ) 8 ( ) 8 ( ) 3 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 9 ( ) 8 ( ) 7 ( ) 6 ( ) 3 ( x x B B B x s x s x x s x x x x s s s s s s s s s s s s s y t t t t t t t t t t t t t t t t t
b. IHK umum Kediri :
)
4
.
4
(
.
)
1
)(
392
,
0
1
(
)
211
,
0
1
)(
388
,
0
1
(
)
542
,
0
1
(
533
,
1
488
,
1
312
,
8
548
,
1
)
003
,
1
1
(
270
,
0
754
,
3
177
,
2
286
,
1
142
,
1
)
921
,
0
1
(
220
,
1
082
,
0
ˆ
12 7 6 6 5 3 2 2 2 2 1 1 2 1 3 2 1 3B
B
B
B
s
B
s
s
s
s
B
s
s
s
s
s
B
y
t t t t t t t t t t t
dengan : 1s
: kejadian intervensi karena krisis moneter2
s
: kejadian intervensi karena harga baru BBM bulan Mei 19983
s
: kejadian intervensi karena harga baru BBM bulan Oktober 20005
s
: kejadian intervensi karena harga baru BBM bulan Maret 20056
s
: kejadian intervensi karena harga baru BBM bulan Oktober 20057
s
: kejadian intervensi karena harga baru BBM bulan Mei 200876
x
: menyatakan outlier tipe shift pada bulan April 199598
x
: menyatakan outlier tipe shift pada bulan Februari 1998158
x
: menyatakan outlier tipe additive pada bulan Februari 2002166
x
: menyatakan outlier tipe additive pada bulan Oktober 2002 (Bom Bali I)173
x
: kejadian intervensi pada bulan Mei 2003174
x
: kejadian intervensi pada bulan Juni 2003175
14
189
x
: menyatakan outlier tipe additive pada bulan September 2004204
x
: menyatakan outlier tipe additive pada bulan Desember 2005231
x
: menyatakan outlier tipe shift pada bulan Maret 2008Kedua model, yaitu model (4.3) dan (4.4) sama-sama memenuhi asumsi residual white noise. Tetapi untuk model (4.4) tidak memenuhi asumsi residual berdistribusi normal. Ketidaknormalan residual tersebut dikarenakan terdapat tiga titik
residual yang terletak di luar batas 3
. Ketiga titik tersebut adalah bulan Pebruari1998, Maret 2002 dan Pebruari 2005. Kejadian bulan Pebruari 1998 merupakan kejadian yang masih dalam kurun terjadinya krismon di Indonesia dan pada bulan tersebut Indonesia mengalami inflasi sebesar 12,76%. Pada bulan Maret 2002 terjadi kenaikan harga BBM, tetapi hanya untuk sektor industri, sedangkan untuk sektor rumah tangga dan transportasi tidak mengalami kenaikan. Pemerintah pada bulan Pebruari 2005 mencabut subsidi BBM, dan menggantikannya dengan dana kompensasi untuk pendidikan dan kesehatan bagi penduduk miskin. Oleh karena itu, maka ketiga outlier tersebut tetap dimasukkan dalam model, tetapi menghasilkan model (4.4) yang tidak memenuhi asumsi residual berdistribusi normal.
Varians residual dari model (4.3) dan (4.4) tidak memenuhi asumsi homogenitas varians, karena pada plot ACF kuadrat residualnya terdapat lag-lag yang signifikan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemodelan ARCH. Hasil pemodelan ARCH dari kedua data IHK tersebut adalah sebagai berikut :
a. IHK umum Surabaya
) 5 . 4 ( 0.31932 -0.27148 -0.23142 -0.06086 ˆ 2 11 2 7 2 4 2 t t t t
b. IHK umum Kediri
)
6
.
4
(
.
0.14403
-0.14403
-0.17358
-0.21072
ˆ
2 8 2 4 2 1 2
t t t t
Berdasarkan model (4.3) dan (4.4), maka dapat dihitung besarnya efek intervensi dari masing-masing intervensi. Besarnya efek intervensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Besarnya Efek Intervensi
Intervensi
IHK umum Surabaya IHK umum Kediri
Mulai berpengaruh Besarnya efek Mulai berpengaruh Besarnya efek
Krisis moneter Juli 1997 Oktober 1997 0,92 Oktober 1997 1,22
Harga baru BBM Mei 1998 Mei 1998 1,76 Mei 1998 1,14
Harga baru BBM Oktober 2000 Oktober 2000 0,88 Nopember 2000 0,27
Harga baru BBM Maret 2005 Maret 2005 1,31 Maret 2005 1,55
Harga baru BBM Oktober 2005 Oktober 2005 5,79 Nopember 2005 8,31
Harga baru BBM Mei 2008 Mei 2008 1,20 Juni 2008 1,53
Perbandingan Metode Perubahan Struktur dengan Metode Intervensi
Berdasarkan Tabel 4.5, maka dapat diketahui perbandingan antara metode perubahan struktur dengan metode intervensi jika kriteria perbandingannya dilihat dari pemenuhan asumsi residual white noise dan berdistribusi normal; MSE in sample, dan MAPE out sample. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka untuk pemodelan IHK umum Surabaya metode yang lebih baik digunakan adalah metode intervensi, karena pada metode intervensi memenuhi kriteria asumsi residual white noise dan berdistribusi normal, selain itu juga mempunyai nilai MSE in sample dan MAPE out sample yang
15
lebih rendah. Year Month 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 40 35 30 25 20 15 10 Da ta Jul/1997 ak t0 fits0 fore0 VariableTime Series Plot of akt0; fits0; fore0
112 111 110 109 108 107 106 105 104 103 102 101 100 99 98 97 96 95 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 t0 re s0 -0.380.38 G
Bar Chart Residual Pemodelan Sebelum Intervensi Pertama
a. Plot time series dan Bar Chart Residual pre intervensi pertama
Year Month 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 50 40 30 20 10 Da ta Mei/1998 ak t1 fits1 fore 1 Variable
Time Series Plot of akt1; fits1; fore 1
108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141 16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 -14 -16 t1 re s1 0.46 -0.46
T Bar Chart Residual Intervensi 1
a. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi pertama
Year Month 2001 1999 1997 1995 1993 1991 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 70 60 50 40 30 20 10 Da ta Okt/2000 ak t2 fits2 fore2 Variable
Time Series Plot of akt2; fits2; fore2
167 166 165 164 163 162 161 160 159 158 157 156 155 154 153 152 151 150 149 148 147 146 145 144 143 142 141 140 139 138 137 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 t2 re s2 0.62 -0.62 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 2
b. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi kedua
Year Month 2005 2003 2001 1999 1997 1995 1993 1991
1989Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 80 70 60 50 40 30 20 10 Da ta Jan/2003 ak t3 fits3 fore3 Variable
Time Series Plot of akt3; fits3; fore3
194 193 192 191 190 189 188 187 186 185 184 183 182 181 180 179 178 177 176 175 174 173 172 171 170 169 168 167 166 165 164 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 t3 re s3 0.835 -0.835 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 3
c. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi ketiga
Year Month 2005 2003 2001 1999 1997 1995 1993 1991 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Da ta Mar/2005 ak t4B fits4B fore4B Variable
Time Series Plot of akt4B; fits4B; fore4B
201 200 199 198 197 196 195 194 193 192 191 190 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 t4B re s4 B T 0.847 -0.847
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 4
d. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi keempat
Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 100 80 60 40 20 0 Da ta Okt/2005 ak t5C fits5C fore5C Variable
Time Series Plot of akt5C; fits5C; fore5C
232 231 230 229 228 227 226 225 224 223 222 221 220 219 218 217 216 215 214 213 212 211 210 209 208 207 206 205 204 203 202 201 200 199 198 197 16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 -14 -16 t5C re s5 C 0.72 -0.72 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 5
e. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi kelima
Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 Da ta Mei/2008 ak t6C fore6C res6C Variable
Time Series Plot of akt6C; fore6C; res6C
240 239 238 237 236 235 234 233 232 231 230 229 228 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 t6C re s6 C 0.791 -0.791 233
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 6
16
Gambar 4.4 Plot time series dan Bar chart residual IHK umum Surabaya
Year Month 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 40 35 30 25 20 15 10 Da ta Jul/1997 ak t0 fore0 Variable
Time Series Plot of akt0; fore0
112 111 110 109 108 107 106 105 104 103 102 101 100 99 98 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 t0 re s0 0.46 -0.46 T
Bar Chart Residual model pre intervensi pertama (Kediri)
a. Plot time series dan Bar Chart Residual pre intervensi pertama
Year Month 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 60 50 40 30 20 10 Da ta Mei/1998 ak t1 fore1 Variable
Time Series Plot of akt1; fore1
141 140 139 138 137 136 135 134 133 132 131 130 129 128 127 126 125 124 123 122 121 120 119 118 117 116 115 114 113 112 111 110 109 108 16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 -14 -16 t1 re s1 -0.460.46 T
Bar Chart Residual Model Intervensi Pertama (Kediri)
a. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi pertama
Year Month 2001 1999 1997 1995 1993 1991
1989Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 70 60 50 40 30 20 10 Da ta Okt/2000 ak t2 fore2 Variable
Time Series Plot of akt2; fore2
168 167 166 165 164 163 162 161 160 159 158 157 156 155 154 153 152 151 150 149 148 147 146 145 144 143 142 141 140 139 138 137 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 t2 re s2 0.87 -0.87 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 2 (Kediri)
b. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi kedua
Year Month 2005 2003 2001 1999 1997 1995 1993 1991 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 80 70 60 50 40 30 20 10 Da ta Jan/2003 ak t3 fore3 Variable
Time Series Plot of akt3; fore3
194 193 192 191 190 189 188 187 186 185 184 183 182 181 180 179 178 177 176 175 174 173 172 171 170 169 168 167 166 165 164 2 1 0 -1 -2 -3 t3 re s3 1.197 -1.197 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 3 (Kediri)
c. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi ketiga
Year Month 2005 2003 2001 1999 1997 1995 1993 1991 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Da ta Mar/2005 ak t4 fore4 Variable
Time Series Plot of akt4; fore4
201 200 199 198 197 196 195 194 193 192 191 190 4 3 2 1 0 -1 -2 t4 re s4 1.380 -1.380 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 4 (Kediri)
d. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi keempat
Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 100 80 60 40 20 0 Da ta Okt/2005 ak t5 fore5 Variable
Time Series Plot of akt5; fore5
232 231 230 229 228 227 226 225 224 223 222 221 220 219 218 217 216 215 214 213 212 211 210 209 208 207 206 205 204 203 202 201 200 199 198 197 21 18 15 12 9 6 3 0 -3 -6 -9 -12 -15 t5 re s5 1.39 -1.39 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 5 (Kediri)
e. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi kelima
Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 Da ta Mei/2008 ak t6 fore6 Variable
Time Series Plot of akt6; fore6
240 239 238 237 236 235 234 233 232 231 230 229 228 5 4 3 2 1 0 -1 -2 t6 re s6 1.411 -1.411 T
Bar Chart Residual Pemodelan Intervensi 6 (Kediri)
f. Plot time series dan Bar Chart Residual intervensi keenam Gambar 4.4 Plot time series dan Bar chart residual IHK umum Surabaya
17
Pemodelan IHK umum Kediri dengan metode intervensi mempunyai nilai MSE in sample lebih kecil dibandingkan metode perubahan struktur. Sedangkan pemodelan IHK umum Kediri dengan metode perubahan struktur mempunyai nilai MAPE out sample yang lebih kecil dibandingkan metode intervensi. Kedua metode sama-sama memenuhi asumsi residual white noise, tetapi keduanya tidak memenuhi asumsi residual berdistribusi normal.
Jika dilihat dari plot time series Gambar 4.63 dan Gambar 4.64, maka dapat diketahui bahwa metode intervensi baik untuk pemodelan IHK umum Surabaya dan Kediri lebih mampu menjelaskan kejadian-kejadian pada kedua data IHK umum tersebut, sedangkan pada metode perubahan struktur hanya mampu menjelaskan dua kejadian pada data, yaitu kejadian bulan Januari 1998 dan Desember 1999. Pada bulan Januari 1998 terjadi perubahan tahun dasar dalam perhitungan IHK oleh BPS, yaitu menggunakan tahun dasar 1996, sedangkan pada bulan Desember 1999 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Kriteria BIC minimum yang digunakan untuk mendeteksi banyaknya break pada metode perubahan struktur dalam penelitian ini kurang berhasil mendeteksi saat terjadi perubahan struktur pada data penelitian. Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa pada bulan Oktober 2005 saat terjadi kenaikan IHK yang besar akibat adanya kenaikan harga BBM sebesar 126% tidak dapat dideteksi oleh metode perubahan struktur.
Tabel 4.5 Perbandingan Metode Perubahan Struktur dengan
Metode Intervensi Kota Metode Perubahan Struktur Intervensi Surabaya a. Asumsi residual - white noise ya ya
- berdistribusi normal tidak ya
b. Perbandingan
- in sample (MSE) 1,00 0,068
- out sample (MAPE) 0,733 0,660
Kediri
a. Asumsi residual
- white noise ya ya
- berdistribusi normal tidak tidak
b. Perbandingan
- in sample (MSE) 1,00 0,227
- out sample (MAPE) 0,613 0,649
Dengan demikian, maka metode yang lebih baik digunakan untuk memodelkan IHK umum Surabaya dan IHK umum Kediri adalah metode intervensi. Hal ini dikarenakan oleh :
a. Pada data IHK umum Surabaya, metode intervensi memenuhi semua kriteria, yaitu
asumsi residual white noise dan berdistribusi normal, mempunyai nilai MSE in sample dan MAPE out sample terkecil. Selain itu metode intervensi dapat menjelaskan kejadian-kejadian intervensi yang berpengaruh terhadap data. Pada hasil peramalan 6 bulan ke depan dapat diketahui bahwa hasil metode intervensi semua terletak di dalam batas selang kepercayaan 95% nilai ramalan.
18
b. Pada IHK umum Kediri, meskipun metode perubahan struktur lebih memenuhi
syarat dalam hal MAPE out sample yang lebih kecil dari metode intervensi. Kedua metode sama-sama memenuhi asumsi residual white noise, tetapi tidak memenuhi asumsi residual berdistribusi normal. Pada metode intervensi lebih banyak kejadian-kejadian intervensi dalam data yang dapat dijelaskan oleh model. Selain itu, jika dilakukan peramalan 6 bulan ke depan, hasil peramalan metode intervensi lebih baik, karena semua nilai aktual terletak di dalam batas selang kepercayaan 95% nilai ramalan. Sedangkan pada metode perubahan struktur semua nilai aktual terletak di luar batas selang kepercayaan tersebut.
Gambar 4.6 Plot time series kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap IHK umum
Surabayadengan menggunakan metode perubahan struktur dan intervensi
Gambar 4.7 Plot time series kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap IHK umum Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 y 1 Jan/1998 Des/1999
Time Series Plot IHK umum Surabaya dg Metode Perubahan Struktur
Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 y 1 Jul/1997 Mei/1998 Okt/2000 Mar/2005 Okt/2005 Mei/2008 Feb/1997 Apr/1995 Feb/2002 Mei/2003 Jun/2003 Jul/2003 Sep/2004 Okt/2002 Des/2005 Mar/2008
Time Series Plot IHK Umum Surabaya dengan Metode Intervensi
(a) (b) Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 y Jan/1998 Des/1999
Time Series Plot IHK Umum Kediri dengan Metode Perubahan Struktur
Year Month 2007 2004 2001 1998 1995 1992 1989 Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan 120 100 80 60 40 20 0 y Jul-1997 Mei-1998 Okt-2000 Mar-2005 Okt-2005 Mei-2008
Time Series Plot IHK Umum Kediri dengan Metode Intervensi
19
Kediri dengan menggunakan metode perubahan struktur dan intervensi
Gambar 4.8 Plot time series antara nilai aktual IHK umum Surabaya dan Kediri
dengan nilai ramalan metode perubahan struktur dan metode intervensi
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah :
a. Hasil simulasi metode perubahan struktur dengan menggunakan data simulasi tanpa model, data simulasi model AR(1) dengan konstanta beda per segmen, data simulasi model AR(1) dengan konstanta dan koefisien beda per segmen dan data simulasi model AR(p) dengan orde dan koefisien beda per segmen, semuanya menghasilkan banyaknya break dan waktu break yang sesuai dengan yang disimulasikan.
b. Berdasarkan studi simulasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan tentang prosedur dalam mendeteksi perubahan struktur pada data deret waktu, yaitu : menstasionerkan data dengan melakukan difference, setelah data stasioner kemudian menentukan lag PACF yang signifikan untuk menentukan model Autoregressive awal, mengembalikan variabel-variabel penelitian pada model Autoregressive awal ke bentuk variabel awal, menguji ada tidaknya perubahan struktur pada data
menggunakan statistik
F
tipesup
F
dan model yang digunakan adalah modelAutoregressive awal dengan variabel-variabel sesuai langkah ke-3, menentukan
jumlah break (
m
) dan waktu break (T
j), membuat variabel dummy sebanyak1
m , kemudian mengalikan variabel dummy tersebut dengan masing-masing
variabel independen, menentukan variabel independen yang masuk dalam model Autoregressive perubahan struktur dengan menggunakan regresi stepwise, memodelkan variabel-variabel independen yang diperoleh dari langkah ke-7 dengan variabel dependen untuk mendapatkan model Autoregressive perubahan struktur, dan menguji asumsi residual model yang diperoleh dari langkah ke-8.
c. Model IHK umum Surabaya dan Kediri yang diperoleh dari metode perubahan struktur adalah seperti pada model ( 4.1) dan model (4.2). Sedangkan untuk metode intervensi model yang diperoleh adalah (4.3) dan (4.4)
6. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini berdasakan kesimpulan-kesimpulan di atas adalah untuk peneliti lain sebaiknya dicoba metode lain yang kemungkinan dapat menghasilkan model yang lebih baik. Misalnya adalah metode multivariate time series seperti VAR yang mengandung perubahan struktur. Selain itu juga perlu dicoba kriteria lain yang digunakan untuk mendeteksi banyaknya break pada
Year Month 2009 Jun Mei Apr Mar Feb Jan 113.5 113.0 112.5 112.0 111.5 111.0 D a ta aktual_sbya fore_sc fore_interv Variable
Time Series Plot of aktual_sbya; fore_sc; fore_interv
Year Month 2009 Jun Mei Apr Mar Feb Jan 114.5 114.0 113.5 113.0 112.5 112.0 D a ta aktual_kd fore_sc1 fore_interv1 Variable
Time Series Plot of aktual_kd; fore_sc1; fore_interv1
20
metode perubahan struktur, misalnya dengan kriteria LWZ.
7. Daftar Pustaka
Andrews ,D.W.K., (1993), “Tests for Parameter Instability and Structural Change With Unknown Change”, Econometrica, Vol. 61, No.4, hal 821-856.
Andrews ,D.W.K., Ploberger W., (1994). “Optimal tests when a nuisance parameter is present only under the alternative”, Econometrica, 62, hal. 1383–1414.
Bai, J., Perron, P., (2003), “Computation and analysis of multiple structural change models”, Journal of Applied Econometrics, 18, hal. 1–22.
Bianchi, L., Jarret, J., and Hanumara, R.C., (1998), “Improving Forecasting for Telemarketing Centers by ARIMA Modelling with Intervention”, International Journal of Forecasting, Vol. 14, hal. 497 – 504.
Berita Resmi Statistik, (2004), Edisi no. 37/th VII/1, Maret, BPS Propinsi Jawa Timur. Bustaman, U., (2000), Analisis Intervensi Krisis Moneter pada Indeks Harga Konsumen
Nasional, Tugas Akhir, Jurusan Statistika, ITS, Surabaya.
Chen, C. dan Liu, L., (1993), “Joint Estimation of Model Parameters and Outliers Effects in Time Series”, Journal of the American Statistical Association, Vol. 88, No. 421, hal. 284-297.
Chow, G.C., (1960), “Tests of Equality between Sets of Coefficients in Two Linear Regressions”, Econometrica 28, hal. 591-603.
Draper, N.R. dan Smith, H., (1992), Analisis Regresi Terapan, Edisi Kedua, Terjemahan Bambang Sumantri, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dufour, J.M., (1982), “Generalized Chow Tests for Structural Change : A Coordinate Free Approach”, International Economic Review, Vol. 23 No. 3, hal. 565-575. Fox, A. J., (1972), “Outliers in Time Series”, Journal of the Royal Statistical Society, Ser.
B, Vol. 3, hal. 350-363.
Khalwaty, T., (2000), Inflasi dan Solusinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Maddala, G.S. dan Kim, I.M., (1998), Unit Roots, Cointegration, and Structural Change, Cambridge University Press, Cambringe.
Minarnik, (2007), Analisis Time Series terhadap Indeks Harga Konsumen di Indonesia dengan Menggunakan Metode Intervensi untuk Mengatasi Outlier, Tugas Akhir, Jurusan Statistika, ITS, Surabaya.
Rupingi, A.S., (2001), Analisis Intervensi dan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH) pada Kasus Data Indeks Harga Konsumen Nasional, Tugas Akhir, Jurusan Statistika, ITS, Surabaya.
Tsay, R.S., (1988),”Outliers, Level Shifts, and Variance Changes in Time Series”, Journal of Forecasting”, 7, hal. 1-20.
Wei, W.W.S., (2006), “Time Series Analysis Univariate and Multivariate Methods”, Second Edition, Pearson Education, Inc., New York.
Wibowo, Tri dan Amir, Hidayat, (2005), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Rupiah, Jurnal Ekonomi dan Kajian Ekonomi, Departemen
Keuangan,Vol.9No.4,Desember,http://mashidayat.files.wordpress.com/2007/12/0
2-faktor-yang-mempengaruhi-nilai-tukar-kek-des-2005.pdf, tanggal akses 16 Nopember 2009.
21
Zeileis, A., Kleiber, C., Kr¨amer, W., Hornik, K., (2003). “Testing and Dating of Structural Changes in Practice”, Computational Statistics & Data Analysis, 44(1–2), 109–123.
Zeileis A, Leisch F, Hornik K, Kleiber C., (2002), “Strucchange: An R package for testing for structural change in linear regression models”, Journal of Statistical Software,7(2), hal.1–38. URL http://www.jstatsoft.org/v07/i02/, tanggal akses 11 Juli 2008.