• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muzdalivah Marinus B. Tandiayuk Anggraini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Muzdalivah Marinus B. Tandiayuk Anggraini"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS

PERMUKAAN DAN VOLUME DARI KUBUS DAN BALOK DI KELAS

VIII SMP NEGERI 18 PALU

Muzdalivah E-mail:muzdalivahmalengga@gmail.com Marinus B. Tandiayuk E-mail:marinustandiayuk@yahoo.com Anggraini E-mail:anggiplw@yahoo.co.id

Abstrak: Tujuan penelitianini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Van

Hiele yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitianKemmis dan Mc. Taggart, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Palu yang berjumlah 20 siswa, terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu melalui fase-fase sebagai berikut: 1) informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas dan 5) integrasi.

Kata kunci: model pembelajaran Van Hiele, hasil belajar, luas permukaan dan volume dari kubus dan balok.

Abstrack: The purpose of this research was to describe the application of learning model Van Hiele

that can improve student learning outcomes at the material surface area and volume of cubes and blocks in class VIII SMP Negeri 18 Palu. This research is classroom action research which refers to Kemmis and Mc. Taggart research design that including are planning, acting, observating and reflecting. This research was conducted in two cycles. The subjects of research were students of class VIII SMP Negeri 18 Palu totaling 20 students, consisting of 10 male students and 10 female students. Data of this research was collected through observation sheet, interview, note fields and test. The result of research showed that that the application of learning model Van Hiele can improve student learning outcomes at the material surface area and volume of cubes and blocks in class VIII SMP Negeri 18 Palu through phases as follows: 1) information, 2) directed orientation, 3) explication, 4) free orientation and 5) integration.

Keyword: learning model Van Hiele, learning outcomes, surface area and volume of cubes and blocks.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006). Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, satu diantara pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa di sekolah menengah pertama adalah geometri. Menurut Oktorizal (2012) geometri merupakan cabang matematika yang menempati posisi khusus dalam pembelajaran matematika di sekolah.S atu diantara materi geometri yang diajarkan di SMP khususnya pada siswa kelas VIII adalah luas permukaan dan volume dari kubus dan balok. Menurut Purwatiningsi (2013) siswa masih mengalami kesulitan dalam menghitung luas permukaan dan volume balok. Hal tersebut sesuai

(2)

dengan pendapat Susanti (2011) yang menyatakan bahwa materi luas permukaan serta volume kubus dan balok merupakan materi yang sulit bagi siswa.

Terkait pendapat tersebut peneliti menduga bahwa siswa di SMP Negeri 18 Palu juga mengalami kesulitan dalam menghitung luas permukaan dan volume dari kubus dan balok. Oleh karena itu peneliti melakukan dialog dengan guru bidang studi matematika di sekolah tersebut, dan memperoleh informasi bahwa dalam menentukan luas permukaan dan volume dari kubus dan balok, siswa kadang lupa dengan rumus yang akan digunakan, siswa juga mengalami kesulitan apabila menentukan panjang rusuk dari bangun ruang tersebut, dan bahkan siswa hanya menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Informasi lain yang diperoleh yaitu selama proses pembelajaran di kelas guru pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi karena sulit mengefisienkan waktu dalam pembentukan kelompok belajar, guru akhirnya lebih sering menerapkan model pembelajaran langsung, sehingga guru menjadi satu-satunya sumber informasi yang mengakibatkan siswa menjadi pasif karena tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu kelas lebih didominasi oleh siswa yangberkemampuan tinggi, siswa juga kurangberinteraksi dan berkomunikasi dengan teman dan guru, serta siswa sering lupa dengan materi yang telah diberikan.

Menindaklanjuti hasil dialog peneliti dengan guru matematika, selanjutnya peneliti melaksanakan tes untuk mengidentifikasi masalah yang dialami siswa pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok. Tes identifikasi diberikan kepada siswa kelas IX, karena siswa kelas IX telah mempelajari materi tersebut. Satu diantara soal yang diberikan yaitu sebuah balok mempunyai luas permukaan 376 cm2. Jika balok tersebut memiliki panjang 10 cm dan lebar 6 cm, maka hitunglah tinggi dari balok tersebut!

Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi dikelompokan berdasarkan ciri-ciri kesalahan yang hampir sama. Satu diantara kelompok jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi tersebut ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Jawaban siswa UY pada soal tes identifikasi

Gambar 1menunjukan bahwasiswa UY menuliskan yang diketahui LP = 376 cm2, p = 10 cm,l = 6 cm (UY TI 01),dan yang ditanyakan t = …? (UY TI 02) atau tinggi dari balok. Selanjutnya siswa UY menuliskan rumus luas permukaan balokLP = 2(p.l + p.t + l.t) (UY TI 03), kemudian siswa UYmensubtitusi nilai-nilai yang diketahui dan ditanyakan ke dalam rumus tersebut, yaitu 376 = 2(10.6 + 10.t + 6.t) (UY TI 04). Setelah itu siswa UY melakukan operasi hitung perkalian pada bilangan-bilangan yang ada dalam kurung sehingga diperoleh 376 = 2(60 + 10.t + 6.t) (UY TI 05), kemudian melakukan operasi hitung penjumlahan pada bilangan yang sejenis dan diperoleh hasil 376 = 2(60 + 16t) (UY TI 06). Selanjutnya siswa UY menuliskan 376 = 120 + 32 (UY TI 07) dan 152 cm4 (UY TI 08). Jawaban siswa UYdalam menuliskan376 = 120 + 32 (UY TI 07) adalah keliru, karena siswa UYtidak menuliskan variabel t pada hasil

UY TI 05 UY TI 06 UY TI 07 UY TI 08 UY TI 01 UY TI 02 UY TI 03 UY TI 04

(3)

perkalian bilangan 2 dan 16t. Sehingga jawaban akhir yang dituliskan siswa UY yaitu154 cm4(UY TI 08) jugakeliru, karena siswa UY hanya menuliskan hasil penjumlahan dari bilangan yang terdapat di ruas kanan dan memberikan satuan cm4.Jawaban yang diharapkan adalah 376 = 120 + 32t (UY TI 07) sehingga t = 8 (UY TI 08).

Berdasarkan hasil dialog dan tes identifikasi, perlu adanya suatu alternatif yang dapat memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Satu diantara alternatif yang dapat dilakukan adalah dimulai dengan pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan memungkinkan siswa untuk dapat berinteraksi dan mengkonstruksi pengetahuan baru secara mandiri sehingga siswa dapat memahami materi yang diberikan. Upaya yang relevan dengan permasalahan tersebut adalah penerapan model pembelajaran Van Hiele.

Penerapan model pembelajaran Van Hieleakan membuat proses pembelajaran lebih berkesan bagi siswa, karena cocok digunakan pada materi geometridanakan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya serta dapat merespon kebutuhan semua siswa yang mungkin bervariasi dalam tingkat berpikir dan kemampuan geometrinya. Wahyuni (2010) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran Van Hiele guru sedapat mungkin merancang tugas sehingga siswa dapat mengkonstruksi konsep-konsep, aturan serta belajar memecahkan masalah yang ada sesuai dengan tahap berpikirnya, siswa yang berada dalam satu kelompok memiliki ketergantungan positif satu sama lain untuk menyelesaikan tugas kelompok, serta saling membantu sehingga pada akhirnya setiap anggota dapat terlibat aktif dan dapat memahami materi yang diberikan. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2011) menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII MTs. Darussalam Kroya.

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran Van Hiele yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu? METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Palu yang berjumlah 20 orang siswa. Berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru matematika di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu, dipilih 3 orang informan yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Ketiga orang informan tersebut, berturut-turut yaitu siswa yang berinisial ET, GW dan NI. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen (1992) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini yaitu: 1) setiap aspek pada lembar observasi aktivitas guru minimal berkategori baik, 2) setiap aspek pada lembar observasi aktivitas siswa minimal berkategori baik, 3) siswa dapat menghitungluas permukaan kubus dan balok untuk siklus I,dan 4) siswa dapat menghitungvolume kubus dan balok untuk siklus II. HASIL PENELITIAN

(4)

Kegiatan pada pra tindakan adalah peneliti melakukan tes awal tentang materi prasyarat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan informan dan pembentukan kelompok belajar yang heterogen. Hasil analisis tes awal menunjukkan bahwa 13 orang siswa dari 16 orang siswa yang mengikuti tes awal sudah dapat menyelesaikan soal dengan benar, yang meliputi menentukan hasil akar kuadrat dan akar pangkat tiga, menghitung luas daerah bangun datar persegi dan persegi panjang, serta dapat menentukan beberapa unsur pada bangun ruang.

Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Van Hiele pada materi luas permukaan kubus dan balok pada siklus I dan materi volume kubus dan balok pada siklus II. Pelaksanaan tes akhir tindakan dilakukan pada pertemuan kedua untuk setiap siklus. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu: 1) kegiatan awal, 2) kegiatan inti dan 3) kegiatan penutup. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 yang menetapkan bahwa kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan inti pembelajaran dari setiap siklus menerapkan model pembelajaran Van Hiele yang terdiri atas fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas dan fase integrasi.

Kegiatan awal pada setiap siklus dimulai dengan membuka kegiatan pembelajaran, yaitu mengucapkan salam, berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai siswa. Tujuan pembelajaran pada siklus I, yaitu:1) siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan 2) siswa dapat menghitung luas permukaan balok. Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II, yaitu:1) siswa dapat menghitung volume kubus dan 2) siswa dapat menghitung volume balok. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat dari materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Satu diantara contoh yang peneliti berikan adalah bila siswa ingin membuat sebuah kotak tempat permainan yang terbuat dari papan tripleks, jika panjang, lebar, dan tinggi kotak sudah diketahui, maka siswa akan dengan mudah menentukan berapa luas tripleks yang dibutuhkan untuk membuat kotak tempat permainan tersebut. Setelah siswa diberikan motivasi, siswa menjadi tahu manfaat tentang materi yang akan diajarkan dan menjadi bersemangat serta lebih termotivasi dalam belajar. Peneliti kemudian melakukan apersepsi denganmengingatkan kembali tentang materi luas bangun datar persegi dan persegi panjang pada siklus I, dantentang materi unsur-unsur bangun ruang dan akar pangkat tiga pada siklus II. Setelah siswa diberikan apersepsi, siswa menjadi ingat kembali dan lebih memahami materi prasyarat sebelum memahami materi selanjutnya.

Kegiatan pada fase informasi yaitu peneliti mendemonstrasikan alat peraga kepada siswa dan melakukan kegiatan tanyajawab untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari dan membimbing siswa untuk memperoleh informasi baru yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada fase berikutnya. Setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran di fase ini, pada siklus I siswa telah mengetahui bahwa kubus merupakan bangun ruang yang terbentuk dari enam buah persegi dan balok merupakan bangun ruang yang terbentuk dari enam buah persegi panjang, sedangkan pada siklus II siswa telah mengetahui bahwa kubus memiliki rusuk yang sama panjang dan balok memiliki tiga pasang rusuk yang berbeda.

Kegiatan pada fase orientasi langsung adalah peneliti meminta siswa untuk bergabung ke dalam kelompoknya masing-masing dan memberikan LKS 1 serta alat peraga kepada setiap kelompok. Kelompok yang terbentuk pada siklus I adalah 4 kelompok, yaitu 3 kelompok

(5)

dengan jumlah anggota masing-masing adalah 3 orang, dan 1 kelompok dengan jumlah anggota 4 orang. Hal ini disebabkan karena 7 orang siswa tidak hadir pada pertemuan tersebut. Sedangkan pada siklus IIkelompok yang terbentuk adalah 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada siklus I adalah setiap kelompok mengerjakan LKS 1 berbantuan alat peraga kubus dan balok untuk menemukan rumus luas permukaan, sedangkan pada siklus II setiap kelompok mengerjakan LKS 1 berbantuan alat peraga kubus satuan untuk menemukan rumus volume kubus dan balok.

Kegiatan pada fase penjelasan adalah mempresentasikan hasil yang diperoleh dari fase orientasi langsung di depan kelas. Peneliti mengundi kelompok yang akan maju melakukan presentasi dan meminta kelompok lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok penyaji. Kelompok yang terpilih untuk melakukan presentasi pada siklus I adalah kelompok 3 yang diwakili oleh siswa GW dan pada siklus II kelompok yang terpilih adalah kelompok 2 yang kemudian diwakili oleh siswa FD. Selanjutnya peneliti mengambil alih diskusi kelas dan memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok dan siswa yang telah berhasil mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.

Kegiatan pada fase orientasi bebas yaitu peneliti memberikan LKS 2 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu. LKS 2 pada siklus I terdiri atas 3 nomor soal yang berkaitan dengan luas permukaan kubus dan balok. Sedangkan LKS 2 pada siklus II terdiri atas 4 nomor soal yang berkaitan dengan volume kubus dan balok. Selama siswa mengerjakan LKS 2 peneliti memantau kelas dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Pada siklus I siswa AP bertanya tentang soal nomor 3, yaitu menentukan panjang rusuk kubus dan balok. Penelitipun memberikan bimbingan sejauh yang diperlukan saja melalui pertanyaan-pertanyaan arahan sehingga siswa dapat melangkah ke arah yang hendak dituju.

Kegiatan pada fase integrasi adalah peneliti meminta siswa untuk membuat sebuah rangkuman tentang materi yang telah dipelajari. Namun pada siklus I, karena fase-fase sebelumnya telah memakai waktu lebih banyak, akhirnya peneliti lupa untuk meminta siswa membuat rangkuman dalam bentuk catatan, sehingga pada fase ini peneliti hanya melakukan tanyajawab dengan siswa untuk menarik suatu kesimpulan. Sedangkan pada siklus II siswa sudah dapat membuat rangkuman dalam bentuk catatan.

Kegiatan penutup pada setiap siklus peneliti lakukan dengan menyampaikan beberapa informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya dan mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa dan mengucapkan salam.

Pertemuan kedua untuk setiap siklus yaitu peneliti memberikan tes akhir tindakan. Hasil tes yang diperoleh pada siklus I yaitu dari 17 siswa yang mengikuti tes, 9 siswa tuntas dan 8 siswa tidak tuntas. Tes akhir tindakan siklus I terdiri atas 4 nomor soal. Satu diantara soal yang diberikan ditampilkan pada Gambar 2 dan satu diantara jawaban siswa ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Soal tes akhir siklus I Gambar 3. Jawaban ET pada tes akhir siklus I ET SI 01 ET SI 02 ET SI 03 ET SI 06 ET SI 04 ET SI 05

(6)

Gambar 3 menunjukan bahwa siswa ET menuliskan yang diketahui adalah panjang rusuk (s) = 21 cm dan yang ditanyakan adalah luas permukaan = …? (ET SI 01). Selanjutnya siswa ET menuliskan rumus luas permukaan balok = 6(s s) (ET SI 02), kemudian mensubtitusi

nilai-nilai yang diketahui ke dalam rumus tersebut, yaitu luas permukaan = 6(21 21) (ET SI 03). Berikutnya siswa ET melakukan operasi hitung perkalian pada bilangan yang ada dalam kurung dan diperoleh luas permukaan = 6(261) (ET SI 04). Jawaban akhir yang diperoleh siswa ET adalah luas permukaan = 1.576 (ET SI 05) dan menyimpulkan bahwa luas permukaan kubus tersebut adalah 1.576 cm2(ET SI 06). Jawaban siswa ET yang menyatakan bahwa luas permukaan = 6(261) (ET SI 04) sehingga memperolehluas permukaan = 1.576 (ET SI 05) dan menyimpulkan bahwa luas permukaan kubus tersebut adalah 1.576 cm2(ET SI 06) adalah keliru. Jawaban yang diharapkan adalah luas permukaan = 6(441) (ET SI 04) dan luas permukaan = 2.646 (ET SI 05), sehingga jawaban akhir menyatakan bahwaluas permukaan kubus yaitu 2.646 cm2(ET SI 06).

Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa ET untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan siswa ET. Kutipan wawancara peneliti bersama siswa ET pada siklus I yaitu sebagai berikut.

ETS1 13 P: sekarang coba perhatikan jawaban ET yang nomor 1! Apa ET tahu kesalahannya ET yang mana?

ETS1 14 S: yang ini kakak. Saya salah dalam menghitunghasil perkalian dari 21 21, akibatnya hasil akhir yang saya peroleh juga salah.

ETS1 15 P: ya, benar. Jadi ET masih keliru saat mengalikan hasil perkalian dari bilangan tersebut. Tapi kenapa ET bisa keliru mencari hasil perkaliannya?

ETS1 16 S: mungkin saya kurang teliti kakak.

ETS1 17 P : baik, kalau begitu coba sekarang ET kerjakan kembali soal ini.

ETS1 18 S : sudah kakak. Jawaban akhir yang saya peroleh adalah luas permukaan balok = 2.646 cm2.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa ET diperoleh informasi bahwa siswa ET masih mengalami kesalahan dalam menghitung hasil perkalian yang menyebabkan luas permukaan balok yang diperoleh siswa ET juga salah (ETS1 14 S). Hal tersebut disebabkan karena siswa ET kurang teliti dalam menjawab soal (ETS1 16 S). Tetapi ketika peneliti meminta siswa ET mengerjakan kembali soal tersebut, siswa ET dapat menyelesaikannya dengan benar dan memperoleh hasil luas permukaan balok adalah 2.646 cm2(ETS1 18 S).

Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu dari 19 orang siswa yang mengikuti tes, 15 siswa tuntas dan 4 siswa lainnya tidak tuntas. Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas 5 nomor soal. Satu diantara soal yang diberikan yaitu diketahui volume balok 1.320 cm3, panjang 15 cm, dan tinggi 11 cm. Tentukanlah lebar dari balok tersebut. Satu diantara jawaban siswa pada tes akhir tindakan siklus II sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.

(7)

Gambar 4. Jawaban ET pada soal tes akhir siklus II

Gambar 4 menunjukan bahwasiswa ET menuliskan yang diketahui volume balok = 1.320 cm (ET SII 01), panjang = 15 cm (ET SII 02), tinggi = 11 cm (ET SII 03), dan yang ditanyakan adalah lebar = …? (ET SII 04).Selanjutnya siswa ET menuliskan rumus volume balok = p l

t(ET SII 05). Kemudian mensubtitusi setiap nilai yang diketahui ke dalam rumus tersebut dengan

tepat, yaitu 1.320 = 15 l 11 (ET SII 06) sehingga memperoleh 1.320 = 165 l (ET SII 07). Berikutnya siswa ET menuliskan = l(ET SII 08) dan memperoleh jawaban akhir 8 = l (ET SII 09) serta menyimpulkan bahwa volume balok adalah 8 cm (ET SII 10). Jawaban siswa ET dalam menuliskan yang diketahui volume balok = 1.320 cm (ET SII 01) masih keliru, karena ET menuliskan satuan dari volume balok yang diketahui adalah cm. Jawaban yang diharapkan adalah volume balok =1.320 cm3. Jawaban siswa ET yang menyatakan bahwa volume balok adalah 8 cm (ET SII 10) juga keliru, karena jawaban yang diharapkan menyatakan bahwa lebar balok tersebut adalah 8 cm.

Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa ET untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan siswa ET dalam menjawab tes. Kutipan wawancara peneliti bersama siswa ET pada siklus II yaitu sebagai berikut.

ETS2 17 P: coba perhatikan jawaban ET yang nomor 4! Apa satuan dari volume balok yang diketahui?

ETS2 18 S: salah saya kakak. Bukan cm, seharusnya cm3. ETS2 19 P: baik. Apa yang ditanyakan dari soal nomor 4 ini? ETS2 20 S: lebar balok.

ETS2 21 P: dari hasil yang ET kerjakan, apa yang ET dapat? ETS2 22 S: lnya kakak, lebarnya.

ETS2 23 P: sekarang coba baca kesimpulanmu!

ETS2 24 S: jadi, volume balok adalah 8 cm. Maaf kakak, salah lagi saya. Seharusnya kesimpulan yang saya buat menyatakan bahwa lebar balok adalah 8 cm.

ETS2 25 P: lain kali ET harus lebih teliti lagi. Karena kalau ada yang salah, poin yang ET peroleh jadi berkurang.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa ET salah dalam menuliskan satuan volume balok yang diketahui (ETS2 18 S) dan salah menuliskan kesimpulan pada akhir jawaban (ETS2 24 S). Namun secara umum siswa ET sudah dapat menyelesaikan soal yang diberikan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menjawab soal tes telah dipahami dan diperbaiki dengan benar.

Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II, meliputi: 1) membuka pembelajaran, 2) menyiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran dan memberikan informasi singkat tentang model pembelajaran yang akan digunakan, 4) memberikan motivasi dan melakukan apersepsi, 5) mendemonstrasikan beberapa

ET SII01 ET SII02 ET SII03 ET SII04 ET SII06 ET SII07 ET SII08 ET SII09 ET SII05 ET SII 10

(8)

bentuk bangun ruang dan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa, 6) mengarahkan siswa membentuk kelompok belajar, 7) memberikan alat peraga dan LKS 1 kepada setiap kelompok, 8) memberikan penjelasan singkat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan LKS 1 dan mengamati serta memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, 9) memilih salah satu kelompok secara acak untuk melakukan presentasi, 10) mengamati dan membimbing jalannya diskusi serta memberikan kesempatan kelompok lain untuk bertanya, 11) memberikan pujian kepada kelompok yang telah melakukan presentasi, 12) meminta siswa untuk kembali duduk di tempatnya masing-masing, 13) membagikan LKS 2 kepada setiap siswa, 14) memberika penjelasan tentang LKS 2 dan mengamati serta memberikan bimbingan secukupnya apabila diperlukan siswa, 15) mengumpulkan hasil pekerjaan LKS 2 siswa, 16) meminta siswa untuk membuat rangkuman dan memberikan bimbingan, 17) mengumpulkan tugas rangkuman, 18) menutup kegiatan pembelajaran, 19) evektifitas pengelolaan waktu, 20) penglibatan siswa dalam proses pembelajaran dan 21) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus Iyaitu aspek 1),2),3),5),6),7),8),11),13),14),15) dan 21) berkategori sangat baik, aspek 4), 9),10),12),18)dan 20) berkategori baik, aspek 19) berkategori kurang, aspek 16) dan 17) berkategori sangat kurang. Aspek yang berkategori kurang dan sangat kurang menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki pada siklus II, sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan yaitu aspek 1), 2), 3), 4), 5), 6), 7), 8), 10), 11), 13), 14), 15), 16), 17), 18), 20) dan 21) berkategori sangat baik, dan aspek 9), 12), dan 19) berada pada kategori baik.

Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dan II, meliputi: 1) menjawab sapaan guru, melakukan doa bersama, dan menyatakan hadir/tidak hadir, 2) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 3) memperhatikan penjelasan, 4) menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru, 5) melakukan tanyajawab terkait bangun ruang yang diamati, 7) menerima alat peraga dan LKS 1, 8) berdiskusi dengan anggota kelompoknya dan bertanya jika mengalami kesulitan, 9) masing-masing perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mengambil kertas yang telah disediakan guru, 10) siswa sebagai perwakilan kelompok yang terpilih maju untuk melakukan presentasi dan kelompok lain menanggapi, 11) siswa menerima pujian dari guru, 12) siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing, 13) siswa menerima LKS 2, 14) memperhatikan penjelasana guru dan mengerjakan LKS 2, 15) siswa mengumpulkan lembar kerjanya, 16) membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari, 17) siswa mengumpulkan tugas rangkumannya, 18) memperhatikan penjelasan guru, berdoa bersama, dan mengucapkan salam, 19) evektifitas pengelolaan waktu, 20) antusias siswa dan 21) interaksi siswa. Hasil yang diperoleh pada siklus Iyaitu aspek 1), 7), 8), 10), 11), 13), 14) dan 18) berkategori sangat baik, aspek 2), 3), 5), 6), 9), 12), 15), 19), 20) dan 21) berkategori baik, aspek 4) berkategori kurang, dan aspek 16) dan 17) berkategori sangat kurang. Aspek yang berkategori kurang dan sangat kurang menjadi bahan refleksi untuk diperbaiki pada siklus II, sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan yaitu aspek 1), 2), 4), 6), 7), 8), 9), 10), 11), 13), 14), 16) dan 18) berkategori sangat baik, dan aspek 3), 5), 12), 15), 17), 19), 20),dan 21) berada pada kategori baik.

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa. Pemberian tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Pada pertemuan pertama siklus I dilaksanakan dengan menyajikan materi luas permukaan

(9)

kubus dan balok, sedangkanpada siklus II dilaksanakan dengan menyajikan materi volume kubus dan balok yang masing-masing berpedoman pada RPP yang telah dibuat sebelumnya dengan menerapkan model pembelajaran Van Hiele. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua yaitusiswa mengerjakan tes akhir tindakan untuk setiap siklus. Pelaksanaan tindakan untuk setiap siklus terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Kegiatan pendahuluan pada pelaksanaan tindakan yaitupeneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.Penyampaian tujuan pembelajaran dimaksudkan untuk menjelaskan kepada siswa tentang hal-hal yang akan dicapai dalam pembelajaran sehingga siswa terbimbing dalam aktifitas belajar. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar.

Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan kaitan antara konsep yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.Pemberian motivasi bertujuan untuk meningkatkan minat, kemauan, dan semangat siswa dalam belajar. Sebagaimana pendapatTrisnawati (2015) bahwa motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan, dan semangat yang tinggi dalam belajar. Peneliti selanjutnya memberikan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.Pemberian apersepsi dimaksudkan agar siswa dengan mudah menerima pengetahuan baru yang akan diajarkan, karena terlebih dahulu dikaitkan dengan pengetahuan lama yang telah dimiliki siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hanafiah dan Suhana (2009) bahwa pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama yang telah dimiliki siswa.

Kegiatan inti pada pelaksanaan tindakan adalah penerapan model pembelajaran Van Hiele selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Susanti (2011) model pembelajaran Van Hiele merupakan model pembelajaran geometri yang mencakup lima fase pembelajaran, yaitu fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas dan fase integrasi.

Kegiatan pada fase informasi yaitu peneliti awali dengan mendemonstrasikan beberapa bangun ruang yang terbuat dari karton dan meminta siswa untuk mengamati bangun ruang tersebut. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode mengamati akan sangat membantu siswa dalam pemenuhan rasa ingin tahunya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Sesuai dengan pendapat Machin (2014) bahwa metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan tanyajawabterkait dengan bangun ruang yang diamati. Kegiatan tanyajawab tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari dan dapat membimbing atau mengarahkan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan berikutnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chairani (2013) yang menyatakan bahwa kegiatan tanyajawab pada fase informasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari dan dapat mengarahkan siswa pada pembelajaran selanjutnya.

Kegiatan pada fase orientasi langsung yaitu peneliti terlebih dahulu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Pembentukan kelompok belajar tersebut bertujuan agar siswa dapat terlibat secara aktif dan dapat saling membantu untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2009) yang menyatakan bahwa tujuan dibentuknya kelompok heterogen adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajardan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajarnya. Peneliti kemudian membagikan LKS 1 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan. Penggunaan LKS dalam pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa dalam melakukan penyelidikan dan

(10)

pemecahan masalah dalam menemukan rumus luas permukaan dan volume dari kubus dan balok. Hal ini didasari oleh pendapat Trianto(2009) yang menyatakan bahwa LKS merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah, yang di dalamnya berisi sejumlah prosedur kerja dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis.Selain LKS, peneliti juga membagikan alat peraga kepada setiap kelompok. Pembagian alat peraga bertujuanuntuk mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep matematika dan dapat membangkitkan ketertarikan siswa pada konsep yang sedang dipelajari. Sebagaimana pendapat Widyantini dan Guntoro (2010) bahwa fungsi alat peraga matematika, yaitu memudahkan memahami suatu konsep dalam matematika dan memotivasi atau untuk membangkitkan ketertarikan siswa pada suatu konsep.Peran peneliti untuk setiap siklus pada fase ini, hanya mengarahkan dan membimbing siswa dalam mengkaji setiap konsep yang dipelajari. Senada dengan pendapat Safrina (2013) bahwa peran guru dalam fase orientasi langsung adalah mengarahkan dan membimbing siswa dalam mengkaji konsep-konsep geometri yang dipelajari.

Kegiatan pada fase penjelasan adalah diskusi kelas atau presentasi yang dilakukan oleh salah satu kelompok yang terpilih melalui undian. Diskusi ini bertujuan untuk membuat siswa tidak hanya terampil menjawab pertanyaan, tetapi juga terampil memberikan alasan terkait dengan jawaban yang mereka miliki. Sesuai dengan pendapat Trisnawati(2015) yang menyatakan bahwa kegiatan diskusi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan, pertanyaan, dan bahkan jawaban yang berbeda terkait dengan yang disampaikan siswa tertentu di depan kelas, akan membuat siswa bukan hanya terampil dalam menjawab pertanyaan, melainkan juga terampil dalam memberikan alasan terkait dengan jawaban yang mereka miliki.

Kegiatan pada fase orientasi bebas adalah peneliti membagikan LKS 2 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu.Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih atau memantapkan dan meningkatkan pengetahuan siswa tentang materi yang dipelajari. Sebagaimana pendapat Safrina(2014) bahwa tujuan dari fase orientasi bebas adalah untuk memantapkan dan meningkatkan pengetahuan siswa. Selama siswa mengerjakan LKS 2, peneliti memberikan bantuan secukupnya kepada siswa yang mengalami kesulitan. Pemberian bantuan dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa selama mengerjakan LKS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nusantara dan Safi’i (2013) bahwa seorang guru memiliki kewajiban dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa pada proses belajarnya dengan melakukan upaya pemberian bantuan seminimal mungkin.

Kegiatan pada fase integrasi yaitu peneliti meminta setiap siswa untuk membuat sebuah rangkuman. Hal ini bertujuan untuk mengintegrasikan yang telah diteliti dan didiskusikan siswa selama proses pembelajaran, sehingga dengan mudah dapat dideskripsikan. Senada dengan pendapat Sasmita(2013) bahwa tujuan pada fase integrasi yaitu untuk mengintegrasikan yang telah diteliti dan didiskusikan sehingga mudah dideskripsikan dan diterapkan.

Kegiatan penutup dilakukan peneliti dengan menyampaikan beberapa informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Hal ini didasarkan pada pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan penutup satu diantara kegiatan yang dilakukan guru adalah menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan hasil observasiaktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I rata-rata berkategori sangat baik, namun masih terdapat aspek yang berada pada kategori kurang dan sangat kurang. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu rata-rata berkategori sangat baik. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I berkategori baik dan mengalami peningkatan pada

(11)

siklus II menjadi berkategori sangat baik.

Berdasarkan hasil analisis tes akhir tindakan siklus I terlihat bahwa siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok. Namun masih ada siswa yang bingung dalam menentukan salah satu panjang rusuk pada balok. Walaupun demikian sebagian siswa sudah dapat menjawab soal dengan benar. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa sudah dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok, yang berarti bahwa siswa telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan pada pembelajaran siklus I.

Selanjutnya pada tes akhir tindakan siklus II menunjukan bahwa siswa dapat menghitung volume kubus dan balok. Siswa telah mampu melakukan operasi hitung dengan benar, walaupun masih ada siswa yang melakukan kekeliruan dalam menuliskan satuan dan membuat kesimpulan. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa dapat menghitung volume kubus dan balok yang berarti bahwa siswa telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan pada pembelajaran siklus II.

Uraian tersebutmenunjukan bahwa indikator keberhasilan tindakan telah tercapai dan aktivitas belajar mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diperoleh melalui penerapan model pembelajaran Van Hiele. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehWahyuni (2010) bahwa penerapan strategi pembelajaran Van Hielemampu meningkatkan hasil belajar siswa.Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasmita(2013) bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan teori Van Hiele lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu mengikuti fase-fase: 1) informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas dan 5) integrasi.

Kegiatan pada fase informasi yaitu peneliti mendemonstrasikan alat peraga kepada siswa dan melakukan kegiatan tanyajawabuntuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari dan membimbing siswa untuk memperoleh informasi baru yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada fase berikutnya. Kegiatan pada fase orientasi langsung adalah peneliti mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar yang heterogen. Selanjutnya peneliti memberikan LKS 1 dan alat peraga kepada setiap kelompok. Kegiatan pada fase penjelasan adalah diskusi kelas atau presentasi. Peneliti mengundi kelompok yang akan maju melakukan presentasi dan meminta kelompok lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok penyaji. Selanjutnya peneliti mengambil alih diskusi kelas dan memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok dan siswa yang telah berhasil mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Kegiatan pada fase orientasi bebas yaitu peneliti membagikan LKS 2 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Peneliti memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Kegiatan pada fase integrasi adalah membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.

SARAN

(12)

diantara alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, khususnya pada matapelajaran geometri. Namun dalam penerapannya diharapkan agar guru sebaiknya memperhatikan pengelolaan waktu pada setiap fase pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bagi peneliti lain dalam melaksanakan penelitian matematika, diharapkan agar dapat mencoba menerapkan model pembelajaran Van Hiele dengan materi yang berbeda untuk mengetahui efektivitas model ini dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru. Jurnal Forum

Sosial.[Online].Vol.VI, No.01, 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri. ac.id/2268/2/

isi.pdf. [20 Agustus 2016].

Chairani, Z. (2013). Implikasi Teori Van Hiele dalam Pembelajaran Geometri. Lentera Jurnal

Ilmiah Kependidikan. [Online]. Vol.8, No.1, 10 halaman. Tersedia: ejurnal.

stkipbjm.ac.id/index.php/jpl/article/view/18/17. [7 November 2016].

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Matapelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional.

Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT RefikaAditama. Kemmis, S. dan Mc.Taggart, R. (2013). Action Research Model. [Online]. Tersedia:

https://www.scribd.com/doc/232329702/Action-Research-Model-by-Kemmis-and-Mc taggart [11November 2016].

Machin, A. (2014). Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi pada Pembelajaran Materi Tumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. [Online]. Vol.1, No.3, 8 halaman. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view File/2898/2927. [13November 2016].

Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh TjetjepRohendiRohidi. Jakarta:UI Press.

Nusantara, T. dan Safi’i, I. (2013). Diagnosis Kesalahan Siswa pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar dan Scaffoldingnya. Jurnal Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri

Malang. [Online]. Tersedia: http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel29887756

D901C2029476EE329D179594.pdf. [20 Agustus 2016].

Oktorizal., Elniati, S., Suherman. (2012). Peningkatan Level Berpikir Siswa pada Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal

Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.1, No.1, 8 halaman. Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/download/1172/864. [12 November 2016].

Permendiknas. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://sdm.data.kemendikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas %20No%2014%20Tahun%202007.pdf. [12 November 2016].

Purwatiningsi, S. (2013). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Balok. Jurnal Elektronik

Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.01, No.01, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.

(13)

Safrina, K., Ikhsan, M., Ahmad, A. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal

Didaktik Matematika. [Online]. Vol.1, No.1, 12 halaman. Tersedia: www.jurnal.

unsyiah.ac.id/index.php/DM/article/download/1333/1214. [19 Agustus 2016].

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana.

Sasmita, L., Wirya., Margunayasa. (2013). Pengaruh Teori Van Hiele dalam Pembelajaran Geometri terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD di Desa Sinabun. Jurnal Jurusan

PGSD. [Online]. 10 Halaman. Tersedia: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/

JJPGSD/article/download/689/563. [11 November 2016].

Susanti, W. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII MTs. Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang: Diterbitkan. Tersedia:

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/isk1/19/jtptiain-gdl-wiwisusant-5403-1-wiwis us-8.pdf. [3 Januari 2016].

Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.1, No.4, 16 halaman. Tersedia: http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/II/JPMUVol1No4/ 016-Sutrisno.pdf. [14 Agustus 2016].

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trisnawati dan Wutsqa, D. U. (2015). Perbandingan KeefektivanQuantum Teaching dan TGT pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Prestasi dan Motivasi. Jurnal Riset

Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.2, No.2, 11 halaman. Tersedia: http://

journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/viewFile/7348/6330. [13 November 2016]. Wahyuni, D. (2010). Penerapan Strategi Pembelajaran Van Hiele untuk Meningkatkan Hasil

Belajar pada Konsep Garis dan Sudut Siswa di Kelas VIIB SMP Negeri 2 Palu. Skripsi

Tidak Diterbitkan. Palu: FKIP Universitas Tadulako.

Widyantini, T. dan Guntoro, S. (2010). Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Matematika SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika. [Online]. Tersedia: http://ebook.p4 tkmatematika.org/2010/06/penggunaan-alat-peraga-dalam-pembelajaran-matematika-di-smp/. [20 Agustus 2016]

Gambar

Gambar 1. Jawaban siswa UY pada soal tes identifikasi
Gambar 4. Jawaban ET pada soal tes akhir siklus II

Referensi

Dokumen terkait

dari faktor luar atau ekstrinsik. Beberapa contoh motivasi intrinsik seperti keinginan untuk menguasai suatu ilmu, keinginan untuk menjadi terkenal, dan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah efektivitas sistem pengendalian internal dan frekuensi rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap agresivitas

Masih ada beberapa siswa yang sulit melafalkan niat shalat fardu. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam tersebut maka

Melalui kegiatan Pembelajaran dengan menggunakan metode observasi, diskusi informasi, praktik, presentasi dan model pembelajaran learning cycle 5E dalam mempelajari materi pokok

Istilah Islam Liberal di Indonesia menjadi begitu populer semenjak kelompok diskusi Utan Kayu yang dimotori oleh Gunawan Muhammad yang mengasuh anak-anak muda -

sebuah perusahaan tersebut dapat diperbaiki menjadi sebuah sistem yang lebih baik.. dari

Pada saat mencatat penerimaan tidak terikat yang berasal dari penerimaan kolekte misa paskah. Akun

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “APLIKASI SISTEM INFORMASI