• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desriyana Pampi Ibnu Hadjar Muh Rizal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desriyana Pampi Ibnu Hadjar Muh Rizal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP SATAP

NEGERI 18 SIGI

Desriyana Pampi E-mail: desriyanapampi@gmail.com Ibnu Hadjar E-mail: Ibnuhadjar67@gmail.com Muh Rizal E-mail: Rizaltberu97@yahoo.com

Abstra: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Satap Negeri 18 Sigi. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan pada tes akhir siklus I terdapat 12 siswa tuntas dan 8 siswa tidak tuntas. Sedangkan pada siklus II terdapat 16 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: 1) penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi, 2) penyajian materi pembelajaran, 3) pembentukan kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS, 5) pemberian tes, dan 6) pemberian penghargaan kelompok.

Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar siswa, garis dan sudut.

Abstract: The aim of this research to the description the implementation of cooperative learning model of STAD can improve students learning outcomes in the material lines and angles in class VII SMP Satap Negeri 18 Sigi. The kind of this research is classroom action research. This research refers to the research design of Kemmis and Mc.Taggart’s, namely : 1) planning, 2) action, 3) observation, and 4) reflection. This research was conducted in two cycles. The result of this research indicating that in final test of cycle 1 there were 12 students who completed and there were 8 students who didn't complete. While in cycle II there were 16 students who completed and there were 4 students who didn't complete. The result of this research show that through the implementation of cooperative learning model of STAD can improve students learning outcomes in material lines and angles, by following the phases of cooperative learning model of STAD, those are: 1) convey the purpose of learning and motivate the students, 2) provide the material learning, 3) organize the students into study group, 4) guide the students in completing worksheet, 5) give a test, and 6) give reward

Keyword: Cooperative learning model of STAD, student’s learning outcomes, lines and angles

Matematika merupakan satu diantara ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam perkembangan dunia yang semakin maju ini, sehingga matapelajaran ini diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Saat belajar matematika siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif serta memiliki kemampuan untuk bekerja sama (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu, pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian yang serius serta peningkatan kualitas pendidikan harus dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan agar pada jenjang berikutnya tidak mengalami masalah.

Berdasarkan hasil dialog dengan guru bidang studi matematika di kelas VII SMP Satap Negeri 18 Sigi, diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi garis dan sudut. Hal ini dapat dilihat

(2)

dari hasil ulangan harian siswa pada tahun 2013 dengan jumlah siswa 20 orang diperoleh nilai rata-rata matematika siswa adalah 62, pada tahun 2014 dengan jumlah siswa 21 orang diperoleh nilai rata-rata 63, belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah yakni 65. Berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian siswa dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar siswa belum signifikan. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi pokok garis dan sudut ini disebabkan karena minat belajar siswa dalam pelajaran matematika masih kurang, siswa tidak mau terlibat secara aktif dalam pembelajaran, kurangnya interaksi siswa dan guru, serta siswa cenderung menghafal dari pada memahami materi. Selain itu juga, karena pembelajaran yang diterapkan selama ini merupakan pembelajaran secara konvensional yang pada umumnya lebih mengutamakan hafalan dari pada proses. Kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran hanya mendengar penjelasan guru dengan seksama. Saat proses pembelajaran tampak bahwa guru lebih berperan sebagai subyek pembelajaran dan siswa sebagai obyek. Akibatnya banyak siswa hanya menghafal materi ajar yang diterimanya, tetapi tidak memahaminya dengan baik.

Hal lain yang menyebabkan siswa kesulitan dalam materi garis dan sudut adalah sebagian siswa lebih nyaman bertanya pada temannya dibandingkan bertanya pada gurunya jika mendapat kesulitan dalam materi. Sebenarnya ini merupakan suatu hal yang sangat baik karena siswa saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah, namun hal ini belum tentu mendapat bimbingan dari guru sehingga dikhawatirkan akan terjadi kesalahan konsep diantara para siswa. Hal ini dapat dihindari dengan membuat kelompok-kelompok kecil dalam kelas sehingga siswa tetap dapat mendiskusikan penyelesaian dari masalah yang ada namun tetap mendapat bimbingan dari guru agar siswa dapat menemukan konsep-konsep yang benar.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti mencoba menerapkan suatu cara yang mengajak siswa untuk terlibat aktif saat proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Satu diantara alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan agar siswa lebih aktif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Isjoni (2009) model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Adapun keunggulannya yaitu merupakan tipe kooperatif yang menekankan pada siswa untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, serta interaksi siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Beberapa penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sunilawati (2013) menyatakan bahwa kemandirian belajar dan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Eminingsih (2013) menyatakan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa pada mata pelajaran matematika khususnya siswa kelas VII E di SMP Negeri 3 Batang. Penelitian yang dilakukan oleh Kalim (2013) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar setiap siklus serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi garis dan

(3)

sudut di kelas VII SMP Satap Negeri 18 Sigi. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Satap Negeri 18 Sigi ?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian ini mengacu pada model penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan Mc.Taggart (2013) yang terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Komponen tindakan dan pengamatan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Satap Negeri 18 Sigi yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015. Selanjutnya dari subjek penelitian tersebut, dipilih tiga orang informan yang diambil berdasarkan tes awal dan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yaitu siswa TA berkemampuan tinggi, siswa JY berkemampuan sedang, dan siswa DF berkemampuan rendah.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa aktivitas peneliti, aktivitas belajar siswa, hasil wawancara, dan catatan lapangan selama pembelajaran. Data kuantitatif berupa tes awal yang dijadikan peneliti untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa, penentuan informan serta pembentukan kelompok belajar dan tes akhir tindakan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan mengimplementasikan model pembelajaran STAD. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Tindakan pada penelitian ini dikatakan berhasil, apabila seluruh aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas dan seluruh aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yang dinilai menggunakan lembar observasi yang di analisis berada pada kategori baik dan sangat baik. Indikator keberhasilan siklus I yaitu siswa dapat menentukan kedudukan dua garis serta sudut-sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis. Sedangkan indikator keberhasilan siklus II yaitu siswa dapat menentukan besar sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain serta dapat mengggunakan sifat-sifat sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain dalam memecahkan masalah.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu pelaksanaan pra tindakan dan pelaksanaan tindakan. Kegiatan peneliti pada pra tindakan yaitu melakukan tes awal kepada siswa yang berjumlah 20 orang. Tes awal yang diberikan terdiri atas tiga butir soal hubungan antar sudut yaitu menentukan pasangan sudut yang saling bertolak belakang, besar sudut yang saling berpenyiku dan besar sudut yang saling berpelurus. Hasil yang diperoleh dari tes awal menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang mengikuti tes, untuk soal nomor 1 ada 13 orang yang mampu menentukan pasangan sudut yang saling bertolak belakang, selanjutnya untuk soal nomor 2 ada 8 orang yang mampu menentukan besar sudut yang saling berpenyiku dan untuk soal nomor 3 ada 7 orang yang mampu menentukan besar yang saling berpelurus.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat komponen, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi, sesuai yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013). Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

(4)

lembar kerja siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan catatan lapangan.

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dan setiap pertemuan berlangsung selama 2 × 40 menit. Pertemuan pertama pada siklus I yaitu menentukan kedudukan dua garis dan menentukan sudut-sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis dan pertemuan kedua yaitu pelaksanakan tes akhir tindakan. Sedangkan, pada pertemuan pertama siklus II menentukan besar sudut dan menggunakan sifat-sifat sudut dalam memecahkan masalah pada soal dan pertemuan kedua yaitu pelaksanakan tes akhir tindakan. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus I dan siklus II dilakukan dalam tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: 1) penyampaikan tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi, 2) penyajian materi pembelajaran, 3) pembentukan kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS, 5) pemberian tes, dan 6) pemberian penghargaan kelompok.

Kegiatan pendahuluan pada siklus I dan siklus II dimulai dengan peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin teman berdo’a bersama. Setelah itu, peneliti mengecek kehadiran siswa, seluruh siswa atau sebanyak 20 siswa hadir mengikuti pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I dan siklus II. Kemudian, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan kedudukan dua garis dan siswa dapat menentukan sudut-sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis. Sedangkan, tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu siswa dapat menentukan besar sudut dan siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut dalam memecahkan masalah. Setelah itu, peneliti memberikan motivasi kepada seluruh siswa sehingga siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi yang diberikan peneliti yaitu menyampaikan manfaat dari mempelajari materi garis dan sudut dalam kehidupan sehari-hari misalnya siapa yang bercita-cita ingin jadi pilot atau ingin menjadi nahkoda kapal harus pandai dalam menentukan besar sudut, karena sudut digunakan dalam menentukan arah peta mata angin. Kemudian peneliti melakukan apersepsi pada siklus I melalui metode tanya jawab tentang materi hubungan antar sudut, sedangkan apersepsi pada siklus II berisi materi prasyarat tentang menentukan kedudukan dua garis dan menentukan sudut-sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis.

Kegiatan inti dimulai dengan fase penyajian materi pembelajaran. Peneliti menyajikan secara singkat materi menentukan kedudukan dua garis dan sudut-sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis melalui metode tanya jawab. Sedangkan kegiatan pada siklus II peneliti menyajikan secara singkat materi menentukan besar sudut dengan menggunakan sifat-sifat sudut dalam memecahkan masalah melalui metode tanya jawab kepada siswa. Pencapaian siswa pada fase ini yaitu siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran serta memberikan tanggapan dan pertanyaan kepada peneliti, apabila ada materi yang belum mereka pahami.

Pada fase pembentukan kelompok belajar peneliti membagi siswa kedalam 5 kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa secara heterogen dari tingkat kemampuan yang berbeda, jenis kelamin serta latar belakang etniknya. Pembentukan kelompok belajar ini telah ditentukan berdasarkan dialog bersama guru dan nilai yang diperoleh siswa pada saat tes awal. Berikut disajikan inisial siswa dalam kelompok, yaitu: 1) AAG, MH, WP, CO; 2) EA, ARD, DTR, MS; 3) MAK, NK, GC, HP; 4) LE, DSW, FFT, MF; 5) AR, CFB, CA,

(5)

MR. Pada siklus II pembagian kelompok berdasarkan hasil refleksi dan hasil tes akhir tindakan siklus I. Berikut disajikan inisial siswa dalam kelompok, yaitu: 1) EA, DTR, CFB, WP; 2) MAK, DSW, FFT, AR; 3) MF, CA, AAG, NK; 4) LE, ARD, HP, MS; 5) MR, GH, GC, CO. Kemudian peneliti mengarahkan siswa untuk bergabung dengan masing-masing anggota kelompoknya secara tertib dan membagikan LKS pada setiap anggota kelompok. Pencapaian siswa pada siklus I yaitu siswa bergabung dengan kelompok masing-masing tetapi masih sangat ribut karena masih ada siswa yang kurang setuju dengan teman kelompoknya, sedangkan pada siklus II siswa bergabung dengan kelompok masing-masing secara tertib dan tenang.

Aktivitas peneliti pada fase pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS, yaitu peneliti meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan soal yang ada di LKS. Setelah itu, peneliti melakukan pengundian dan mengarahkan siswa untuk membahas secara bersama-sama LKS yang telah mereka kerjakan. Pencapaian siswa pada kegiatan siklus I siswa masih kurang memberikan bimbingan kepada teman kelompoknya sehingga peneliti harus memberikan bimbingan kepada anggota kelompok yang mengalami kesulitan. Tetapi pada siklus II siswa terbiasa untuk saling memberikan bimbingan dan mendiskusikan masalah mengenai penyelesaian soal yang terdapat pada LKS.

Kegiatan pada tahap penutup peneliti memberikan penghargaan kelompok berupa pujian bagi semua kelompok dalam melakukan diskusi. Berikut kutipan pujian guru kepada siswa “selama kegiatan belajar kelompok tadi terdapat beberapa kelompok yang unggul. Kelompok terkompak dari awal pembelajaran sampai akhir adalah kelompok 2 dan kelompok 4, kelompok tercepat dalam mengerjakan tugas yang diberikan adalah kelompok 1 dan kelompok 5 dan untuk kelompok 3 kerjanya sudah baik namun harus ditingkatkan lagi diskusi dalam kelompoknya. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, peneliti menanyakan garis-garis besar materi yang baru saja dipelajari kemudian membimbing siswa menarik kesimpulan dan mengingatkan siswa bahwa pertemuan berikutnya akan dilakukan tes. Akhirnya, peneliti menutup pembelajaran dengan memberikan PR kepada siswa dan meminta ketua kelas memimpin temannya untuk berdoa sebelum keluar ruangan. Setelah berdoa, peneliti mengucapkan salam.

Peneliti melakukan tes akhir tindakan pada pertemuan kedua siklus I dan siklus II. Berdasarkan jawaban tes akhir tindakan siswa pada siklus I dapat diketahui dari 20 siswa yang mengikuti tes, terdapat 12 siswa yang mampu menentukan garis sejajar, berpotongan serta berimpit, dan 8 siswa yang melakukan kesalahan dalam menentukan sudut-sudut yang terbentuk jika dipotong oleh sebuah garis. Satu diantara soal yang diberikan yaitu: Diketahui garis g sejajar k dan garis m memotong kedua garis tersebut berturut-turut di titik P dan Q. Tentukanlah semua: a. Pasangan sudut sehadap; b. Pasangan sudut dalam berseberangan; c. Pasangan sudut luar berseberangan; d. Pasangan sudut dalam sepihak; e. Pasangan sudut luar sepihak. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 3. Jawaban siswa HM pada soal siklus I

HMS102 m

Gambar 2. Soal tes akhir tindakan siklus I

(6)

Berdasarkan Gambar 3, jawaban HM pada (HMS101) benar, sedangkan jawaban HM pada (HMS102) salah, karena HM lupa untuk menuliskan angka 3 pada jawabannya. Sedangkan jawaban yang benar untuk menentukan pasangan sudut dalam sepihak adalah P3

dan Q3. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan HM untuk memperoleh

informasi lebih lanjut tentang kesalahan HM sebagaimana transkrip wawancara sebagai berikut:

HMS109P : coba HM lihat, apa yang salah dari jawaban kamu?

HMS110S : astaga, seharusnya sudut P3 itu dengan sudut Q3 ka, saya lupa tulis angka 3 nya kak, buru-buru saya ka bagaimana tinggal saya sendiri yang belum kumpul temanku yang lain sudah kumpul semua lembar jawabannya.

HMS111P : iya benar, lain kali harus lebih teliti lagi dan jangan terpengaruh oleh teman yang sudah selesai. Jadi HM sudah mengerti ?

HMS112S : iya mengerti ka.

Hasil wawancara dengan HM diperoleh informasi bahwa HM sudah memahami cara menentukan pasangan sudut dalam sepihak (HMS112S), namun HM masih melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal. Kesalahan tersebut disebabkan karena siswa masih kurang teliti serta terburu-buru (HMS110S) dalam mengerjakan soal karena melihat semua teman-temannya telah selesai mengerjakan soal dan sudah mengumpulkan lembar jawaban kepada guru.

Tes akhir tindakan pada siklus II terdiri dari tiga butir soal. Satu di antara soal yang diberikan yaitu: Hitunglah besar sudut CBE. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

Berdasarkan hasil analisis tes akhir tindakan pada siklus II dapat diketahui dari 20 siswa yang mengikuti tes terdapat 16 siswa yang mampu menentukan besar sudut dan 4 siswa melakukan kesalahan dalam operasi hitung. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mengerjakan soal dengan baik. Namun, pada soal nomor 1 masih ditemukan jawaban siswa yaitu DR yang kurang tepat. Terlihat pada jawaban DR sebagaimana Gambar 5. Jawaban DR pada (DRS201) dan (DRS201) sudah benar, sedangkan jawaban DR pada (DRS203) dan (DRS204) salah, karena DR salah mengoperasikan jawabannya. Sedangkan jawaban yang benar dalam menentukan besar sudut CBE yaitu 600. Transkrip wawancara peneliti dengan DR tentang jawabannya pada tes akhir tindakan siklus II seperti berikut ini:

DRS208P : tapi kamu masih keliru dalam menentukan nilai x nya sehingga jawabanmu masih ada yang salah

Gambar 4. Soal tes akhir tindakan siklus II

DRS204 Gambar 5. Jawaban siswa DR pada soal

siklus II E C D A B 450 x0 750 DRS201 DRS202 DRS203

(7)

DRS209S : iya ka, saya cepat-cepat mengerjakan makanya saya salah tulis disitu ka. DRS210P : kalau begitu jawaban yang benar seharusnya seperti apa ?

DRS211S : seharusnya 1800 – 1200 ka, jadi hasilnya 600 bukan 3000.

DRS212P : iya benar, lain kali kalau mengerjakan harus lebih teliti lagi dan periksa ulang pekerjaanmu sebelum dikumpulkan.

DRS213S : Iya ka

Hasil wawancara pada siklus II diperoleh informasi bahwa DR telah paham dalam menentukan besar sudut (DRS211S), namun terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan DR kurang teliti dan terburu-buru dalam menuliskan jawabannya (DRS209S).

Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan lembar observasi, yaitu: 1) memberi salam dan mengajak siswa untuk berdoa, 2) mengecek kesiapan belajar siswa dan mengabsennya, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran, 4) memberikan motivasi, 5) memberikan apersepsi pada materi sebelumnya, 6) menyajikan informasi materi garis dan sudut, 7) mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, 8) membagi siswa kedalam kelompok belajar, 9) membagi lembar kerja siswa kepada setiap kelompok, 10) meminta siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan teman kelompoknya, 11) membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS yang telah diberikan, 12) meminta beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan, 13) memberikan tes kepada siswa yang dikerjakan secara indvidu, 14) mengarahkan siswa membuat kesimpulan, 15) memberikan penghargaan kepada kelompok yang bekerja dengan baik, 16) menginformasikan materi pertemuan selanjutnya dan pesan untuk tetap belajar, 17) mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam, 18) efektivitas pengelolaan waktu, 19) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, pada siklus II aspek-aspek yang dinilai sama dengan aspek-aspek siklus I.

Data hasil observasi terhadap aktivitas guru yaitu aspek nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, dan 19 memperoleh bobot kualitatif baik dari pengamat, aspek nomor 4, 8, 11, 14 dan 18 memperoleh bobot kualitatif cukup dari pengamat. Oleh karena itu, aktivitas peneliti pada pertemuan pertama disiklus 1 dikategorikan baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek nomor 4, 6, 7, 14 dan 18 memperoleh bobot kualitatif baik dari pengamat, aspek nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17 dan 19 memperoleh bobot kualitatif sangat baik dari pengamat. Oleh karena itu, aktivitas peneliti pada pertemuan pertama disiklus II dikategorikan sangat baik.

Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yaitu: 1) menjawab salam dan ikut berdoa, 2) menyiapkan diri untuk belajar, 3) menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) memperhatikan penjelasan guru, 5) bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum dipahami pada materi, 6) bergabung sesuai kelompok yang dibagikan oleh guru, 7) kerjasama yang ditunjukkan oleh siswa dalam mengerjakan LKS secara berkelompok, 8) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, 9) kemampuan mengeluarkan pendapat, 10) mengerjakan tes akhir tindakan secara individu, 11) membuat kesimpulan mengenai kedudukan dua garis dan sudut-sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, 12) memperoleh reward dari guru, 13) merespon terhadap hal-hal yang menjadi tugasnya dirumah, 14) menjawab salam, 15) antusias Siswa. Selanjutnya, pada

(8)

siklus II aspek-aspek yang dinilai sama dengan aspek-aspek siklus I.

Data hasil observasi aktivitas siswa yaitu aspek nomor 5, 7, 9, dan 13 memperoleh nilai cukup, aspek nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 14 dan 15 memperoleh nilai baik. Jumlah skor yang diperoleh adalah 41, sehingga aktivitas siswa pada siklus I berkategori baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek nomor 3, 5, 6, 9, 13 dan 15 memperoleh nilai baik, aspek nomor 1,2, 4, 7, 8, 10, 11, 12, dan 14 memperoleh nilai sangat baik. Jumlah skor yang diperoleh adalah 54, sehingga aktivitas siswa pada siklus II berkategori sangat baik. PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa mengenai materi prasyarat. Hasil tes awal juga digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen dan penentuan informan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Manurung (2014) bahwa pemberian tes awal sebelum pelaksanaan tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penentuan informan.

Kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II melalui tiga tahapan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan fase-fase dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang di kemukakan oleh Isjoni (2009) yaitu penyampaikan tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi, penyajian materi pembelajaran, pembentukan kelompok belajar, pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS, pemberian tes dan pemberian penghargaan kelompok.

Fase penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa terarah dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi kepada seluruh siswa dengan menyampaikan manfaat dari mempelajari materi garis dan sudut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa pemberian motivasi dilakukan dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa menjadi siap dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah itu, peneliti memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali pengetahuan prasyarat siswa untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat Ningsih (2013) yang menyatakan bahwa kegiatan memberikan apersepsi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.

Pada fase penyajian materi pembelajaran siklus I peneliti menyajikan materi menentukan kedudukan dua garis dan sudut-sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis secara singkat melalui metode tanya jawab. Kemudian pada siklus II peneliti menyajikan materi menentukan besar sudut dan menggunakan sifat-sifat sudut dalam memecahkan masalah secara singkat melalui metode tanya jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Qudsyi (2011) yang menyatakan bahwa penyajian materi pembelajaran secara singkat melalui metode tanya jawab sangatlah penting, karena disinilah siswa diberikan informasi pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan siswa dalam mengembangkan konsep materi yang dipelajari pada kegiatan aktivitas kelompok.

(9)

Fase pembentukan kelompok belajar peneliti mengelompokkan siswa kedalam 5 kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa secara heterogen dari tingkat kemampuan yang berbeda, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Hal ini bertujuan agar terjadi interaksi antara siswa yang berkemampuan rendah dapat bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Asworo (2014) yang menyatakan bahwa dalam pengelompokkan para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Selanjutnya, peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa untuk bekerjasama melakukan penyelidikan dalam memecahkan masalah yang ada pada LKS. Sesuai dengan pendapat Trianto (2009) bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah yang di dalamnya terdapat sejumlah prosedur kerja dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat membantu siswa dalam proses penemuan.

Fase pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS pada siklus I dan siklus II yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat kepada teman kelompoknya agar setiap kelompok memperoleh suatu kesimpulan dan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Saptono (2011) yang mengatakan bahwa dalam pembelajaran berkelompok setiap siswa saling bertukar pendapat kepada teman kelompoknya agar setiap kelompok memperoleh suatu kesimpulan dan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan. Peneliti bertindak sebagai fasilitator untuk mengontrol kerjasama siswa dan memberikan bimbingan yang bersifat terbatas kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugianto (2014) yang menyatakan bahwa guru bertindak sebagai fasilitator, membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan bimbingan yang diberikan guru hanya sebagai petunjuk agar siswa bekerja lebih terarah. Setelah menyelesaikan LKS, peneliti memilih 3 dari 5 kelompok secara acak dan setiap perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

Pada kegiatan penutup peneliti memberikan penghargaan kelompok. Pemberian penghargaan kelompok bertujuan untuk memotivasi siswa mengikuti kegiatan belajar pada saat penyajian materi oleh peneliti maupun pada saat pembelajaran kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hamalik (2009) bahwa motivasi belajar dapat timbul berkat dorongan dari luar seperti pemberian angka, kerja kelompok, dan penghargaan. Setelah itu, peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa membuat kesimpulan sesuai dengan hasil yang mereka peroleh dari proses penemuan konsep atau rumus. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Purnomo (2011) bahwa guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan proses penemuan konsep atau rumus.

Berdasarkan data hasil analisis tes akhir tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari 20 siswa yang mengikuti tes terdapat 12 siswa yang mampu menentukan garis sejajar, berpotongan serta berimpit dan 8 siswa yang melakukan kesalahan dalam menentukan sudut-sudut yang terbentuk jika dipotong oleh sebuah garis. Sedangkan pada siklus II, dari 20 siswa yang mengikuti tes terdapat 16 siswa yang mampu menentukan besar sudut dan 4 siswa melakukan kesalahan operasi hitung dalam menentukan besar sudut. Sedangkan, hasil observasi yang dilakukan pengamat, dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II. Setiap aspek yang dinilai pada lembar observasi aktivitas guru maupun aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori baik, sedangkan

(10)

pada siklus II berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam hal ini peneliti dan aktivitas siswa memenuhi indikator keberhasilan tindakan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Satap Negeri 18 Sigi pada materi garis dan sudut dengan mengikuti fase-fase yaitu: 1) penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi, 2) penyajian materi pembelajaran, 3) pembentukan kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS, 5) pemberian tes, dan 6) pemberian penghargaan kelompok.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Satap Negeri 18 Sigi pada materi garis dan sudut mengikuti fase-fase, yaitu: 1) penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi, 2) penyajian materi pembelajaran, 3) pembentukan kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS, 5) pemberian tes, dan 6) pemberian penghargaan kelompok.

Fase penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi, peneliti membuka kegiatan pembelajaran yaitu dengan mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa dan memberikan apersepsi. Pada fase penyajian materi pembelajaran peneliti menyajikan secara singkat materi garis dan sudut melalui metode tanya jawab. Fase pembentukan kelompok belajar yaitu peneliti mengelompokkan siswa dalam 5 kelompok belajar dan setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Fase pembimbingan kelompok dalam menyelesaikan LKS, pada fase ini peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS secara. Selanjutnya pada fase pemberian tes siswa mengerjakan tes secara individu. Fase pemberian penghargaan kelompok, peneliti memberikan penghargaan berupa pujian kepada setiap kelompok atas hasil kerja keras mereka bersama. Setelah itu, peneliti meminta siswa untuk membuat kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dan menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti dapat memberikan saran yaitu pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kiranya dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Bagi peneliti selanjutnya diperlukan kemampuan dalam mengkoordinir kelas dan waktu sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Asworo,,T.,(2014).,Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Misshouri Mathematic Project (MMP) pada Materi Prisma dan Limas Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Porworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol 9(1). 9

(11)

Halaman.,Tersedia: http://ejournal.umpwr.ac.id.% 20index. php/ekuivalen/ %20article/ download. [12 Maret 2016].

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Eminingsih. (2013). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Koopertif Tipe STAD pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Batang. Lembaran Ilmu Kependidikan.[Online].,Vol.,42,,Nomor,,1..April,,2013,,,hal.,,34.Tersedia:,http://journa l.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK. [05 Maret 2016]

Hamalik, O. (2009). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CSBA. Cetakan ke lima. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Hudojo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Isjoni, H. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Jakarta: Pustaka Belajar.

Kalim, N. (2013). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo. [Online]. Vol.,,1,,,No.,1,..April,,2013,..hal.,,81..Tersedia:,http://lppm.stkippgrisidoarjo.ac.id/file s/Model,Pembelajaran,Kooperatif,STAD,dalam,Meningkatkan,Hasil,Belajar,Matemati ka.pdf%20%5b10. [5 Maret 2016]

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience. [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=ke mmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and% 20mctaggart&f=false. [5 Maret 2016].

Manurung, N. (2014). Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Kelas VII.2 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Jurnal,,pendidikan,Matematika.,[Online].,Vol,,2,,(2).11,.halaman.Tersedia:http://jurn al.unimedac.id/2012/index.php/school/article /down load/1905/1585. [9April 2016] Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Terjemahan Oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press. Ningsih. (2013). Perbedaan Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar

Siswa Matapelajaran,IPS,Kelas,VII,A. ,Jurnal,Untan. ,[Online]., 11,halaman.,

Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/downlo ad/2349/2281. [5 Maret 2016]

Purnomo, Y. W. (2011). Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Kependidikan. [Online]. Vol. 41 No. 1, 12 halaman. Tersedia: http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/20article/ view/1916 [02 Agustus 2016].

Qudsyi. (2011). Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA. Jurnal Proyeksi. [Online]. Vol 6 (2),16,halaman.,Tersedia:http://jurnal.unissula.ac.id/index. php/proyeksi/article/view/245. [16 Februari 2016].

(12)

Sugianto. (2014). Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan Matematis Siswa. Jurnal Dedaktik Matematika. [Online].,Vol,1(1).,16,halaman.,Tersedia:http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/d o%20%20%20wnload%20/1342/1223.%20%5b10. [10 Mei 2016].

Sunilawati, N. M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha. [Online]. Vol. 3 Tahun 2013. 7 halaman. Tersedia:,http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnalpendas/article%20/view/513. [23 Maret 2016]

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Gambar

Gambar 4.  Soal tes akhir tindakan       siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Pada aspek kerja, setelah dilakukan proses perhitungan gap antara profile pegawai dengan profil golongan untuk masing-masing faktor dimana pada aspek kemampuan terdapat 7 faktor,

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah efektivitas sistem pengendalian internal dan frekuensi rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap agresivitas

Penggunaan dedak padi yang diubah menjadi karbon aktif 200 mesh dengan cara di furnace selama ± 3 jam dapat dijadikan sebagai salah satu adsorben alami untuk bakteri logam berat

sebuah perusahaan tersebut dapat diperbaiki menjadi sebuah sistem yang lebih baik.. dari

Pada saat mencatat penerimaan tidak terikat yang berasal dari penerimaan kolekte misa paskah. Akun

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “APLIKASI SISTEM INFORMASI

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja Direktorat Bina Gizi dalam rangka mencapai sasaran indikator yaitu “meningkatnya status gizi masyarakat dengan

Given the strong opposition of IIHF Council and reluctance of national ice hockey associations to this idea, campaigners for the relocation should rather start thinking how to use