• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. alam bebas yang tidak secara langsung dikontrol atau didomestifikasikan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN. alam bebas yang tidak secara langsung dikontrol atau didomestifikasikan oleh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Satwa liar adalah binatang yang hidup di dalam ekosistem alam (Bailey, 1984 dalam Alikodra, 1990). Satwa liar merupakan semua hewan yang hidup di alam bebas yang tidak secara langsung dikontrol atau didomestifikasikan oleh manusia (Pudyatmoko, dkk., 2012). Pengelolaan satwa liar merupakan seni dalam mengendalikan karakteristik habitat dan populasi satwa liar serta aktivitas manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan satwa liar merupakan bagian dari upaya konservasi satwa liar. Konservasi satwa liar merupakan proses sosial yang bertujuan untuk memanfaatkan satwa liar dan memelihara kelestarian satwa liar serta produktivitas habitatnya (Bailey, 1984 dalam Alikodra, 1990). Untuk dapat melakukan pengelolaan satwa liar diperlukan pengetahuan mengenai biologi, ekologi dan perilaku satwa liar.

Satwa liar di alam berinteraksi dengan lingkungannya atau habitatnya. Seleksi habitat oleh satwa liar sendiri merupakan bagian dari perilaku satwa di dalam berinteraksi dengan habitatnya (M orris, 2003). Dalam memilih habitat yang cocok untuk kelangsungan hidupnya, satwa liar beradaptasi dan beriteraksi dengan satwa lain, membentuk home range dan wilayah teritori, melakukan migrasi, serta menyeleksi habitat baik di dalam struktur habitat maupun elemen habitat (Johnson, 1980).

Seleksi sumberdaya oleh satwa liar bisa menjadi informasi penting untuk mengetahui hubungan antara alam dengan satwa liar dan bagaimana suatu jenis satwa liar menemukan kebutuhannya untuk bertahan hidup (M anly, dkk.,2002).

(2)

 

Jenis makanan yang dikonsumsi maupun variasi habitat yang didiami satwa tersebut merupakan hal utama dalam meneliti ekologi satwa, yaitu bagaimana satwa tersebut menggunakan lingkungannya (Johnson, 1980).

Penelitian seleksi habitat satwa liar secara kuantitatif biasanya dilakukan dengan membandingkan antara habitat yang digunakan dengan habitat yang tersedia. Penelitian seleksi habitat burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo sangat penting mengingat burung kakatua kecil jambul kuning merupakan satwa dilindungi dan juga satwa yang terancam punah. Hasil penelitian seleksi habitat burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo ini diharapkan dapat digunakan untuk mengambil kebijakan dalam menjaga kelestarian populasi burung kakatua kecil jambul kuning maupun manajemen habitat burung tersebut. Dengan andanya penelitian seleksi habitat burung kakatua kecil jambul kuning ini terhadap suatu sumberdaya berdasarkan ketersediaan atau kelimpahannya juga dapat menjadi awal bagi penelitian seleksi sumberdaya yang melibatkan faktor-faktor lain yang lebih mendalam.

Burung kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea parvula) menjadi subjek penelitian ini karena satwa ini terancam punah populasinya di alam. Di Taman Nasional Komodo, burung kakatua kecil jambul kuning hanya ditemukan di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Pulau Komodo menjadi lokasi penelitian dikarenakan populasi terbesar burung kakatua di Taman Nasional Komodo berada di Pulau Komodo dan sebagai habitat burung kakatua kecil jambul kuning, posisi Pulau Komodo terfragmentasi habitatnya oleh laut yang

(3)

 

mengelilingi Pulau Komodo sehingga burung kakatua yang berada di Pulau Komodo tidak dapat bermigrasi ke Pulau Padar, Pulau Rinca, dan Pulau Flores. 1.2. Perumusan Masalah

Burung kakatua kecil jambul kuning merupakan satwa langka yang keberadaannya dilindungi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999. Keberadaannya sebagai satwa langka terancam punah juga dikuatkan melalui Surat Keputusan (SK) Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 132/ IV-KKH/2011 tanggal 8 Juli 2011. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora  (CITES) telah memasukkan burung kakatua kecil jambul kuning ke dalam kategori Appendix I (Anonim, 2012) yang artinya perdagangan burung kakatua kecil jambul kuning hasil tangkapan alam sudah dilarang. International Union for Conservation of Nature  (IUCN) sejak tahun 2000 telah memasukkan status keterancamannya burung kakatua kecil jambul kuning berada pada kondisi kritis (critically endangered). Burung kakatua telah mengalami penurunan populasi yang sangat cepat akibat penangkapan berkelanjutan untuk perdagangan (Anonim, 2012).

Persebaran burung kakatua di Pulau Komodo terkonsentrasi di lembah-lembah yang ditumbuhi hutan musim (Agista dan Rubyanto, 2001). Lembah-lembah tersebut dipilih karena terdapat vegetasi yang dibutuhkan burung kakatua kecil jambul kuning. Vegetasi berperan sebagai pelindung, suksesi dan perilaku satwa liar. Vegetasi juga berperan di dalam penyedia makanan dan sumber energi (Alikodra, 1990). Vegetasi pada hutan musim dipilih oleh burung kakatua karena terdapat makanan yang dimanfaatkan oleh burung kakatua seperti buah gebang

(4)

 

(Corypha utan), buah nitak, asam (Tamarindus indica), pangkal daun muda dan buah kelumpang (Sterculia foetida), buah nunang (Cordia dichotoma), buah kelor (Moringa pterygosperma) dan buah peropa (Sonneratia alba) (A gista dan Rubyanto, 2001). Selain itu lembah-lembah yang memiliki vegetasi hutan musim terdapat pohon-pohon yang bisa dimanfaatkan burung kakatua untuk bersarang seperti pohon kelumpang (Sterculia foetida), pohon nitak, pohon lontar (Borrasus flabellifer), dan pohon kapuk hutan (Ceiba petandra) (Imansyah, dkk., 2005). Lokasi persebaran burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo antara lain di lembah Loh Sebita, lembah Loh Liang, lembah Loh Wau, lembah Loh Gebah, lembah Loh Boko, lembah Loh Wenci, lembah Sok Keka, lembah Loh Serikaya, lembah Loh Letuho, lembah loh Belanda, dan lembah Loh Sera. Penyebaran burung kakatua kecil jambul kuning di Taman Nasional Komodo dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1, Penyebaran burung kakatua kecil jambul kuning di TN. Komodo sumber : Agista dan Rubyanto (2001)

(5)

 

Kondisi Pulau Komodo memiliki topografi berbukit-bukit dengan lahan datar (lembah) yang terbatas. Lahan datar tersebut ditumbuhi vegetasi hutan musim yang merupakan habitat utama burung kakatua kecil jambul kuning. Lahan datar yang dikelilingi perbukitan ini menyebabkan kelompok-kelompok burung kakatua kecil jambul kuning hidup di blok-blok hutan musim tersebut memiliki batas-batas geografis berupa deretan pegunungan yang memisahkan satu kelompok dengan kelompok lainnya. Satu teluk (lembah) besar yang ditumbuhi hutan musim umumnya mendukung kehidupan satu kelompok burung kakatua kecil jambul kuning. Pada teluk (lembah) yang lahan datarnya luas dapat mendukung lebih dari satu kelompok burung kakatua (A gista dan Rubyanto, 2001).

Kondisi topografi Pulau Komodo yang berbukit-bukit menyebabkan terbentuknya lembah-lembah di dalam daerah aliran sungai (DAS) yang bervariasi. M engingat populasi burung kakatua di Pulau Komodo banyak ditemukan di lembah-lembah maka penting untuk melakukan penelitian seleksi habitat burung kakatua dengan variasi lokasi penelitian berupa lembah di dalam DAS yang luas (diwakili oleh lembah Loh Liang), DAS yang sempit dan memanjang (diwakili lembah Loh Lawi), dan DAS yang kecil (diwakili oleh Loh Wau).

M engingat kondisi fisik Pulau Komodo yang spesifik dengan topografi yang berbukit-bukit maka diperlukan data dan informasi mengenai seleksi habitat di tiap lembah dan penggunaan microsite oleh burung kakatua kecil jambul kuning. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengambil

(6)

langkah- 

langkah kebijakan dalam menjaga kelestarian populasi dan manajemen habitat burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, perlu dilakukan perumusan masalah. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah faktor-faktor biotik dan abiotik apa saja yang menentukan pemilihan habitat burung kakatua kecil jambul kuning di habitatnya di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo. Sedangkan permasalahan yang diturunkan dari permasalahan utama yaitu :

1. Bagaimana karakteristik vegetasi yang dimanfaatkan oleh burung kakatua kecil jambul kuning di tiap lokasi penelitian?

2. Bagaimana karakteristik habitat yang dipilih burung kakatua kecil jambul kuning di level microsite di tiap lokasi penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor biotik dan abiotik yang menentukan pemilihan habitat oleh burung kakatua kecil jambul kuning di lokasi penelitian. Tujuan khusus penelitian ini untuk :

1. M engetahui karakter vegetasi yang dimanfaatkan oleh burung kakatua kecil jambul kuning di tiap lokasi penelitian.

2. M engetahui karakteristik habitat yang dipilih burung kakatua kecil jambul kuning di level microsite di tiap lokasi penelitian.

(7)

 

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai komponen habitat (biotik dan abiotik) di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo yang mempengaruhi kehadiran burung kakatua kecil jambul kuning. 1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian diharapkan memberikan manfaat antara lain :

1. M emberikan data dan informasi mengenai habitat yang disukai maupun kurang disukai burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo.

2. Sebagai masukan terhadap pengelolaan satwa liar burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo.

3. Adanya masukan bagi ilmu pengetahuan tentang seleksi habitat burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo. 1.5. Penelitian Lain yang Terkait

Penelitian mengenai burung kakatua kecil jambul kuning yang sudah pernah dilakukan diantaranya oleh Agista dan Rubyanto (2001), Galla (2006), Imansyah, dkk. (2005), Putra (1999), Putra, dkk. (2007), dan Widodo (2009). Rincian penelitian yang terkait dengan burung kakatua dan seleksi habitat, disajikan di Tabel 1 berikut ini.

(8)

 

Tabel 1. Penelitian yang terkait dengan tema penelitian No Nama dan judul

penelitian

Tahun M etode penelitian Hasil penelitian Keterangan 1 Stuart H. M . Butchart,

dkk./ The Conservation Status

of Forest Birds on Flores and Sumbawa, Indonesia

1996 Studi literatur dan observasi ke Sumbawa, Flores Timur, Flores Tengah, dan Pulau Komodo Taman Nasional Komodo

Populasi burung kakatua di Pulau Komodo relatif aman di banding di tempat lain dan burung kakatua di Pulau Komodo hanya dijumpai dari ketinggian 0 – 100 m dpl.

Bird Conservation International (1996) 6 : 335-370

2 Elga Putra/ Aspek bioekologi kakatua kecil jambul kuning

di Kepulauan M asalembu

1999 Studi literature dan observasi lapangan di Kepulauan

M asalembu

Ekologi dari burung kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea abbotti) dan tingkat kerawanan populasi di Kepulauan M asalembu, Jawa Timur.

Laporan.

www.kutilang.or.id.

download 10 Agustus 2012

3 Dian Agista dan Dedy Rubyanto/ Telaah Awal Status Kakatuakecil Jambul-kuning (Cacatua sulphurea parvula) di Taman Nasional Komodo 2001 Observasi dengan menjelajah lembah-lembah di Pulau Komodo dan Pulau Rinca

Habitat burung kakatua di Taman Nasional Komodo berupa lembah yang sempit dan populasi burung kakatua di Pulau Komodo lebih banyak dibanding di Pulau Rinca

Kerjasama BirdLife Indonesia – PHPA

(9)

 

No Nama dan judul penelitian

Tahun M etode penelitian Hasil penelitian Keterangan 4 Dudi Nandika/ Recent

Observations of the Critically Endangered Sulphurea Subspecies of Yellow-Crested Cockatoo in Rawa Aopa Watumohai National Park in SE Sulawesi, Indonesia 2005 Observasi langsung ke habitat burung kakatua di hutan

Ditemukan beberapa ratus burung kakatua di TN Rawa Aopa. M akanan utamanya berupa buah Vitex coffaus, Vitex galabara,

Gmelina asiatica, Intsia bijuga, Kayu

raja, daun muda Alstonia scholaris dan

Mallotus floribundus serta bunga Bamboosa spinosa Department of Biologi, As-Syafiah Islamic University 5 M . Jeri Imansyah, dkk./ Sebaran dan karakteristik pohon sarang kakatua jambul kuning di Pulau Komodo Taman Nasional Komodo

2005 Survey lembah Loh Liang, Loh Sebita, Loh Lawi dan Loh Wau

Ditemukan pohon sarang kakatua berupa pohon kepuh, gebang mati, nitak, dan lontar mati. Hasil survey menunjukkan sarang kakatua hanya terdapat di hutan musim dan terletak di bawah ketinggian 50 m dpl serta tidak ada kakatua yang teramati pada ketinggian lebih dari 350 m dpl.

Laporan.

Kerjasama Balai Taman Nasional Komodo, San Diego, dan The Nature Conservancy 6 Wahyu Widodo/ Population Status of Cacatua sulphurea parvula and Trichoglossus euteles

in Alor, East Nusa Tenggara

2009 Observasi lapangan di Alor, NTT dan studi literatur

Rekomendasi untuk peningkatan populasi

Cacatua sulphurea merupakan prioritas di

wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Pemulihan spesies harus segera ditindaklanjuti, karena populasinya saat ini sudah sangat kecil jumlahnya.

Biodiversitas

Volume 10, Number 2, April 2009

(10)

 

No Nama dan judul penelitian

Tahun M etode penelitian Hasil penelitian Keterangan 7 Galla/ Distribusi dan

Aktivitas Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea

citrinocrisnata Fraser,

1844) di Taman Nasional M anupeu Tanadaru, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur 2006 Obervasi lapangan mengamati perilaku harian burung kakatua kecil di Taman Nasional M anupeu Tanadaru, Sumba

Aktifitas harian burung kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea citrinocristata) di Taman Nasional M anupeu Tanadaru, Sumba.

Skripsi. . Jurusan Biologi Fakultas M atematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana 8 Cheryl-Lesley B. Chetkiewicz dan M ark S. Boyce/ Use of resource selection functions to identify conservation corridors. 2009 M embandingkan habitat karnivora (beruang grizzly) pada wilayah lembah sungai di Canmore dan Lembah Sungai Crowsnest Pass

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengintegrasikan RSF (resources

selection function) dan model LCP (least cost patch) dapat memandu desain koridor

untuk beberapa spesies. RSF

meningkatkan pemahaman kita tentang faktor yang mempengaruhi distribusi spesies dan seleksi habitat, sedangkan hasil LCP RSF menunjukkan lokasi yang mungkin dijadikan koridor.

Journal of Applied Ecology. 2009 (46) : 1036-1047

(11)

 

1.6. Alur Pikir Penelitian

Seleksi habitat burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo Taman Nasional Komodo merupakan informasi penting untuk mengetahui hubungan antara burung kakatua kecil jambul kuning dengan habitatnya dan bagaimana burung kakatua kecil jambul kuning bisa menemukan kebutuhannya untuk bertahan hidup. Secara sistematik, alur pikir penelitian mengenai seleksi habitat oleh burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo Taman Nasional komodo dituangkan dalam kerangka pemikiran di Gambar 2 berikut ini.

(12)

 

 

Analisis Data Landasan teori

Seleksi habitat :

1. Identifikasi karakteristik vegetasi 2. Identifikasi faktor biotik dan abiotik 3. Variasi antar lembah

Populasi (data sekunder) 1. Jumlah populasi (data

sekunder)

2. Variasi antar lembah Faktor biotik dan abiotik apa saja

yang menentukan pemilihan habitat oleh burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Komodo T aman Nasional Komodo? Pertanyaan yang diturunkan dari pertanyaan utama adalah :

1. Karakteristik vegetasi seperti apa yang dimanfaatkan oleh burung kakatua kecil jambul kuning?

2. Karakteristik habitat seperti apa yang dipilih burung kakatua kecil jambul kuning di level microsite?

Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran

1. Karakteristik tipe vegetasi yang dimanfaatkan burung kakatua tiap lokasi penelitian

2. Seleksi habitat dengan uji chi-square 3. Indeksi seleksi habitat

4. Regresi logistik

5. Penentuan model seleksi habitat (dengan memperbandingkan antar lokasi penelitian)

6. Simulasi model peluang seleksi sumberdaya

Perumusan hipotesis

Pengumpulan data

H0 : burung kakatua tidak melakukan

seleksi habitatnya

H1 : burung kakatua melakukan seleksi

habitat

Gambar 2. Alur pikir penelitian  

Gambar

Tabel 1.  Penelitian yang terkait dengan tema penelitian  No  Nama dan judul
Gambar 2. Alur pikir penelitian   

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan kajian juga menggambarkan persepsi pelajar terhadap keberkesanan program usrah yang dilaksanakan di SMKA (P) Al-Mashoor. Secara umumnya, masih terdapat

[r]

Kami harap dengan sarana dan program yang kami berikan, masyarakat pengguna jasa layanan bidan dapat memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari standarisasi pelayanan praktik

Bila LC DN diterbitkan oleh bank lain dan pembayaran dilakukan di cabang sendiri, cabang pembayar tidak dapat membayar langsung atas wesel yang diunjukan

Semua Mode adalah mode-mode yang dapat digunakan oleh Amatir Radio dengan lebar pita yang diizinkan sesuai pita frekuensi radionya.. Amplitudo Modulation

emisivitas, meningkatkan ketahanan abrasi, mendeteksi daerah peka retakan. Lazimnya oksidasi anodik menggunakan asam sulfat, karena selain murah mudah untuk

[r]

Di Indonesia sendiri erosi tanah adalah penyumbang terbesar dari terjadinya degradasi lahan, hal ini dikarenakan dengan dampak yang terjadi pada perekonomian seperti penurunan