• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Demokrasi Umum dan Pancasila 1. Teori demokrasi

Secara umum demokrasi dipahami sebagai suatu bentuk pemerintahan atau sistem politik yang didasarkan atas kepentingan rakyat. Sebagai pemegang kedaulatan, rakyat dilibatkan dalam segala aktifitas politik dan pemerintahan, baik dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan kebijakan maupun pengawasan. Melibatkan rakyat secara maksimal memungkinkan terciptanya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.1

Namun, sampai saat ini tidak ada pengertian yang dapat mendefinisikan secara lengkap tentang demokrasi. Prof. Juanda2, dalam buku “Hukum Pemerintahan Daerah” mengutip padangan beberapa ahli tentang demokrasi, seperti Francois Venter yang menyatakan bahwa “Everyone knows what democracy is, but nobody can define it to general

satisfaction.” (setiap orang tahu apa demokrasi, tetapi tidak seorangpun

yang dapat mendefinisikan untuk memuaskan masyarakat). Begitu pula

1

Jayadi Nas, “Demokrasi dan Demokratisasi: Konsep, Teori, dan Aplikasinya,” Wacana Indonesia, No. 1, Mei 2005, hal. 24

2

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, Pasang Surut Hubungan Kewenangan Antara

DPRD dan Kepala Daerah, Cetakan pertama, Edisi Kedua, Penerbit P.T Alumni, Bandung, 2008, hal.

(2)

14

yang dipetik dari Mac Gregor Burn yang menyatakan bahwa “Democracy

like liberty, equality, and justice is hard to define precisely” (Demokrasi

seperti kemerdekaan, kesamaan, dan keadilan adalah sulit untuk didefinisikan).

Meskipun sulit untuk didefiniskan, Dilys M. Hill mencoba mengartikan demokrasi yang dipetik oleh Prof. Juanda, yaitu “The

definition of democracy, on the other hand, is concerned with the national political sistem based on citizen participation majority rule, consultation and discussion and responsibility of leaders to lead”. (dengan kata lain

demokrasi diartikan sebagai sistem politik nasional yang didasarkan pada partisipasi warga negara, peraturan mayoritas, konsultasi dan diskusi dan pertanggungjawaban pemimpin terhadap pemilih). Sedangkan, Rod Hague dan Martin Harrop mendefinisikan demokrasi ditinjau dari asal katanya dengan demikian “the word itself comes from the Greek “demokratia”,

meaning rule (kratos) by the people (demos. Thus democracy- in its literal and riches sense –refers not to election of the rulers by the ruled but to denial of any separation between the two.” (Demokrasi berasal dari kata

Yunani “demokratia” yang artinya kekuasaan atau aturan (kratos) oleh rakyat (demos). Jadi demokrasi dalam arti harfiah adalah banyak makna, yaitu tidak hanya pemilihan terhadap pemimpin oleh masyarakat tetapi penyangkalan pemisahan terhadap keduanya).3

3

(3)

15

Solon, John Locke, Montesquieu, dan JJ Rousseau memberikan penjelasan tentang demokrasi, yang menyatakan bahwa rakyat merupakan kesatuan individu sehingga kekuasaan rakyatlah yang tertinggi, yang mana memberikan sebagian haknya pada penguasa untuk kepentingan bersama. Penguasa dipilih berdasarkan kehendak rakyat.4 Dengan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan, meskipun demokrasi berarti kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, tetapi tidak serta merta rakyatlah yang menjalankan roda pemerintahan, melainkan rakyat turut berpartisipasi dengan memilih wakilnya dalam roda pemerintahan yaitu sebagai eksekutif dan juga legislative, yang diaktualisasikan melalui pemilihan umum. Sehingga, dalam kewenangannya mengelola pemerintahan, pemerintah tidak dapat sewenang-wenang dalam memutuskan atau membuat kebijakan tetapi perlu ada konsultasi, diskusi, serta pertanggung jawaban terhadap pemilih, yaitu rakyat. Secara singkat Abraham Lincoln mengembangkan demokrasi menjadi sebuah filosofi pemerintahan, yaitu “government of the people, by the people, and for the

people.” (pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).5

Prof. Jimly Asshiddiqie dalam makalahnya,6 mengatakan bahwa “Kelemahan demokrasi adalah antara lain terlalu mengutamakan kuantitas suara mayoritas, bukan kualitas keadilan.” Sehingga menurut Asshiddiqie

4

Isrok dan Dhia Al Uyun, Ilmu Negara (Berjalan dalam Dunia Abstrak), Cetakan kedua, Univwersitas Brawijaya Press (UB Press), Malang, 2012, hal. 107.

5

Juanda, Op.Cit., hal. 58.

6 Jimly Asshiddiqie, “Islam,

Nomokrasi, Demokrasi, dan Teokrasi”,

http://www.jimly.com/makalah/namafile/190/ISLAM__Teokrasi__Demokrasi__Nomokrasi.pdf, dikunjungi pada 22 April 2019, hal. 4.

(4)

16

dalam praktiknya prinsip demokrasi perlu diimbangi dengan prinsip-prinsip lain, yang secara umum diakui perlunya keseimbangan antara prinsip demokrasi dan negara hukum (democracy and the rule of law). Penerapan prinsip demokrasi mengandung banyak kelemahan, dan karena itu harus diiringi oleh penerapan prinsip negara hukum. Sebaliknya, prinsip negara hukum juga banyak mengandung kekurangannya sehingga harus diimbangi dan diiringi dengan penerapan sistem demokrasi.

Dengan demikian menurut penulis demokrasi walaupun sulit untuk didefinisikan, dapat diartikan sebagai sebuah sistem politik nasional yang digerakan dengan adanya partisipasi warga negara baik langsung maupun tidak langsung. Langsung berarti warga negara secara aktif terlibat untuk memilih atau menentukkan bukan penguasa, melainkan pelayannya yang diberikan kepercayaan untuk mengelola serta menjalankan mandate daripada warga negara yang telah memilih. Kata penguasa menurut penulis kurang tepat karena dalam demokrasi kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat seperti sudah dijelaskan oleh beberapa tokoh di atas. 2. Demokrasi Pancasila

Pengertian Demokrasi Pancasila. Menurut Prof. Darmihardjo mengatakan bahwa demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya adalah seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan

(5)

17

UUD 1945.7 Lebih lanjut Yudi Latif mengatakan dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.8

Dalam rancangan TAP MPR RI tentang Demokrasi Pancasila, disebutkan bahwa Demokrasi Pancasila adalah norma yang mengatur penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penyelanggaraan pemerintahan negara dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan bagi setiap warga negara Republik Indonesia, organisasi kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya serta lembaga-lembaga negara baik di pusat maupun daerah.9

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan Negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila Pancasila atau nilai-nilai luhur Pancasila. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila pada bidang politik, ekonomi, dan sosial. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

7

Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Sma Kelas XI, Erlangga, Jakarta, 2006, hal.54.

8

Yudi Latif, Negara Paripurna, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011, hal. 383. 9

Agustam, “Konsepsi dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem Perpolitikan di

(6)

18

Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut10:

1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.

2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat. 3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat

mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial. 4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi

dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.

Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila dikemukakan oleh Prof. Jimly Ashiddiqie, sebagai berikut :11

1. Kebebasan atau persamaan (Freedom/Equality)

Kebebasan / persamaan adalah dasar demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai kemajuan dan memberikan

10

Ibid., hal.82. 11

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi,Sinar

Grafika,Jakarta,2011, hal 198-234, dikutip dari Agustam, “Konsepsi dan Implementasi Demokrasi

(7)

19

hasil maksimal dari usaha orang tanpa pembatasan dari penguasa. Dengan prinsip persamaan semua orang dianggap sama tanpa dibeda-bedakan dan memperoleh akses dan kesempatan bersama untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensinya. Kebebasan yang dikandung dalam demokrasi Pancasila ini tidak berarti Free

Fight Liberalism yang tumbuh di Barat, tapi kebebasan yang tidak

mengganggu hak dan kebebasan orang lain. 2. Kedaulatan Rakyat (people’s Sovereignty).

Dengan konsep kedaulatan rakyat hakikat kebijakan yang dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan mencapai dua hal. Pertama, kecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, sedangkan kedua, terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawas oleh rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati penguasa.

3. Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab a. Dewan Perwakilan Rakyat yang representatif.

b. Badan kehakiman / peradilan yang bebas dan merdeka. c. Pers yang bebas

d. Prinsip Negara hukum

e. Sistem dwi partai atau multi partai. f. Pemilihan umum yang demokratis

(8)

20 g. Prinsip mayoritas.

h. Jaminan akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas B. Konsep pemilihan umum di Indonesia

1. Pengertian Pemilihan Umum

Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD memberikan pengertian pemilu sebagai berikut : “Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.” Sedangkan untuk Undang-Undang yang terbaru Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 juga memberikan pengertian yang sama, hanya berbeda karena ketentuan pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang sebelumnya dipisah, digabungkan bersama dengan ketentuan pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dalam undang-undang ini.

Pengertian pemilihan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian secara konseptual dan pengertian secara operasional. Secara konseptual, Ibnu Tricahyono mendefinisikan pemilu dengan sudut pandang yang abstrak dan filosofis. Ibnu menyatakan bahwa pemilihan umum merupakan instrumen untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan yang absah serta sarana

(9)

21

mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat.12 Sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, maka pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil demi terwujudnya demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan di depan hukum.

Sedangkan secara operasional, Pemilihan umum merupakan suatu sarana bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan suaranya guna memilih wakil rakyat, serta merupakan bukti adanya upaya untuk mewujudkan demokrasi. Pemilihan umum dapat diartikan sebagai suatu lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan untuk terbentuknya suatu pemerintahan perwakilan (representative goverment). Pemilihan umum juga disebut dengan arena political market yang berarti bahwa pemilu menjadi tempat dan individu/masyarakat untuk berinteraksi dan melakukan kontrak social dengan para peserta pemilu.

Pemilu merupakan suatu arena kompetisi. Menang atau kalahnya suatu kandidat akan ditentukan oleh rakyat dengan menggunakan mekanisme pemungutan suara. Menentukan pilihan dalam pemilu merupakan hak setiap warga negara. Sebagai instrumen yang sangat penting dalam rangka untuk memilih dan ikut menentukan para wakil sekaligus pemimpin rakyat yang akan duduk dalam pemerintahan, pemilu memberikan

12

lbnu Tricahyono, Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal,(Malang: ln Trans Publishing, 2009), hal. 6, dikutip dari Muhadam Labolo dan Teguh Ilham,

Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum Di Indonesia: Teori, Konsep, dan Isu Strategis, P.T Raja

(10)

22

kesempatanbagi warga negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah yang benar-benar dianggap mampu untuk mengaspirasikan kehendak mereka.

2. Fungsi dan Tujuan Pemilihan Umum

Adapun fungsi-fungsi dari pemilihan umum menurut Rose dan Mossawir antara lain: (i) menentukan pemerintahan secara langsung maupun tak langsung; (2) sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dan pemerintah; (3) barometer dukungan rakyat terhadap penguasa;(4) sarana rekrutmen politik; (5) alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap tuntutan rakyat.13

a. Menentukan pemerintahan secara langsung maupun tak langsung Sejarah telah membuktikan bahwa kekuasaan selain memiliki daya tarik dan pesona yang sangat besar bagi setiap orang ternyata juga mempunyai daya rusak yang besar. Daya rusak kekuasaan telah lama diungkap dalam suatu adagium ilmu politik, power

tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely. Siapa

pun tidak hanya akan mudah tergoda untuk merebut kekuasaan, tetapi juga untuk mempertahankan kekuasaan yang telah didapatnya. Begitu memesonanya daya tarik kekuasaan sehingga

13

Rose, R. dan Mossawir, H. "Voting and Elections: A Functional Analysis, dalamRowland B.F. Pasaribu, Konsep-Konsep Politih., (Bahan Kuliah, rowlandpasaribu.files.wordpress.co m/2013/02/bab-09-konsep-konsep-politik.pd{, diunduh pada tanggal12 Mei 2013 pukul 11.45 WIB), hal.289, dikutip dari Muhadam Labolo dan Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum

(11)

23

untuk mendapatkannya harus melalui perebutan atau kompetisi yang terkadang dapat menelan korban jiwa.

Daya rusak kekuasaan bersumber dari watak kekuasaan yang menggoda serta memesona. Oleh sebab itu, para pemegang dan pemburu kekuasaan selalu cenderung menghalalkan cara dalam mencapai tujuannya. Maka,kekuasaan harus dikontrol dengan kekuatan yang sama besarnya agar tidak menghancurkan pranata sosial dan politik."

Maka, dalam kehidupan politik modern yang demokratis, pemilu berfungsi sebagai suatu jalan dalam pergantian dan perebutan kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi, norma, dan etika sehingga penentuan pemerintahan yang akan berkuasa dapat dilakukan secara damai dan beradab. Pemilihan tersebut dapat dilakukan secara langsung (rakyat ikut memberikan suara) ataupun tidak langsung (pemilihan hanya dilakukan oleh wakil rakyat). b. Sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dan pemerintah

Pemilu yang digunakan sebagai ajang unruk memilih para pejabat publik dapat juga dimanfaatkan sebagai sarana umpan balik dari masyarakat terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Ketika pemerintah yang sedang berkuasa dianggap tidak menunjukkan kinerja yang baik selama memerintah maka dalam ajang pemilu ini para pemilih akan menghukumnya dengan cara tidak memilih calon atau partai politik yang sedang berkuasa saat

(12)

24

ini. Begitu juga sebaliknya, ketika selama menjalankan roda pemerintahan mereka menunjukkan kinerja yang bagus maka besar kemungkinan para pemilih akan memilih kembali calon atau partai yang sedang berkuasa agar dapat melanjutkan roda pemerintahan. c. Barometer dukungan rakyat terhadap penguasa

Setelah proses penghitungan suara dan penetapan para peserta pemenang pemilu usai maka kita bisa mengukur seberapa besar dukungan rakyat terhadap mereka yang telah terpilih tersebut. Pengukuran tersebut dapat kita lakukan dengan melihat perolehan suara, apakah mereka menang secara mutlak atau menang dengan selisih suara yang tipis dengan calon lain. Semakin besar persentase perolehan suara dari suatu calon maka semakin tinggi tingkat dukungan rakyat kepada calon tersebut.

d. Sarana rekrutmen politik

Menurut Cholisin, rekrutmen politik adalah seleksi dan pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Rekrutmen politik memegang peranan yang sangat penting dalam sistem politik suatu negara. Dalam proses rekrutmen politik inilah akan ditentukan siapa-siapa saja yang akan menjalankan pemerintahan melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, fungsi rekrutmen politik ini

(13)

25

memegang peranan yang sangat penting dalam suatu sistem politik.

e. Alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap tuntutan rakyat

Sebelum dilaksanakan pemilu, tentu para calon akan melakukan kampanye politiknya. Dalam masa kampanye tersebut para calon akan menyampaikan visi, misi serta program yang akan dilaksanakan jika terpilih. Selain itu, pada masa ini rakyat juga menyampaikan tuntuntan-tuntutannya sekaligus koreksi terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Pada saat ini dilakukanlah "evaluasi" besar-besaran terhadap kinerja pemerintah selama ini.

Selanjutnya, paling tidak ada tiga tujuan utama penyelengaraan pemilu di Indonesia, yaitu pertama memungkinkan terjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib, kedua: untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, dan ketiga; untuk melaksanakan hak-hak asasi warga negara.14

Sementara itu, Jimly Asshiddiqie merumuskan tujuan penyelenggaraan pemilu menjadi 4 (empat), yaitu :15

a. untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai;

14

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PSHTN-FHUI, 1998), hal. 330, dikutip dari Dididk Sukriono, “Menggagas Sistem Pemilihan Umum

Di Indonesia,” Jurnal Konstitusi, Volume 2, No. 1, Juni, 2009, hal. 20.

15

(14)

26

b. untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan;

c. untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat; dan d. untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara. 3. Asas Pemilihan Umum

Terkait dengan penyelenggaraan pemilihan umum, Pasal 22E ayat (1) UUD 1945 telah menentukan asas bahwa “Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali”. Asas yang dikenal sebagai Luber Jurdil ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu asas luber yang menjadi tumpuan rakyat dalam hal memilih dan dipilih dalam pemilu dan asas jurdil yang menjadi tumpuan bertindak bagi penyelengara pemilu.

Luber terbagi atas pertama asas umum artinya bahwa setiap warga negara yang memenuhi syarat yang telah ditentukan berhak untuk ikut memilih dan dipilih. Syarat-syarat yang harus dipenuhi itu antara, lain mencakup syarat umur minimum dan kedewasaan seseorang berkelakuan baik dan sehat rohani. Kedua, asas langsung, berarti wakil-wakil rakyat dipilih langsung oleh pemilih- pemilih di tempat pemberian suara tanpa perantara atau tanpa diwakilkan kepada orang lain. Ketiga, asas bebas artinya setiap pemilih bebas untuk menentukan pilihannya. Jadi tidak boleh ada tekanan dari siapa pun dan dalam bentuk apa pun juga yang akan mengakibatkan terganggunya asas kebebasan tersebut. Keempat,

(15)

27

asas rahasia, artinya bahwa para pemilih itu dijamin kerahasiaan pilihannya.16

Sedangkan untuk jurdil, terbagi atas asas jujur yang artinya menuntu penyelenggara pemilu (KPU) jujur dalam pendaftaran pemilih, penunjukkan dan perhitungan suara, serta jujur dalam penetapan hasil pemilihan. Dan asas adil yang artinya penyelenggara pemilu bertindak adil dalam memperlakukan kontestan misalnya dalam kesempatan pencalonan, dalam kesempatan berkampanye, dan sebagainya. Dengan demikian maka unsur dan atau norma kejujuran dan keadilan ini akan menjadi asas pemilihan umum.17

4. Bentuk Pemilihan Umum

Jika dilihat kembali dalam sejarah demokrasi Indonesia telah merasakan pemilu atau pilkada baik secara langsung dipilih oleh rakyat dan juga tidak secara langsung dipilih oleh rakyat. Tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah pembacaan Proklamasi Indonesia, Sukarno terpilih sebagai Presiden pertama. Bung Karno - begitu biasa dia dipanggil dipilih melalui sidag musyawarah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI tak memberikan batas waktu untuk Bung Karno menjabat. Dia pun sempat diangkat sebagai presiden seumur hidup. Hingga akhirnya pada tahun 1967, Sukarno menyerahkan kekuasaan

16

Ibid., hal.19. 17

(16)

28

kepada Jenderal Seoharto. Presiden kedua Indonesia itu pengangkatannya disahkan melalui sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sejak itu pemilihan presiden dilakukan melalui sidang umum MPR melalui mekanisme pemungutan suara. Hak memilih presiden ada di tangan anggota MPR yang mayoritas anggota Fraksi Golongan Karya dan Fraksi ABRI. Fraksi Golkar dan Fraksi ABRI adalah dua kekuatan penyokong Soeharto, sehinga dia selalu terpilih sebagai presiden selama hampir tujuh periode.18

Hingga akhirnya pada 1998 Soeharto tumbang, dan Bacharuddin Jusuf Habibie menjadi presiden ketiga. Habibie menjabat sampai tahun 1999 saat digelarnya pemilihan umum, dan pemilihan presiden pertama setelah zaman reformasi. Saat itu pemilihan presiden masih dilakukan melalui pemungutan suara di sidang paripurna MPR. Bedanya, Golkar dan ABRI tak lagi mendominasi. Hasilnya, terpilihlah paket Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden, dan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Pergolakan politik yang terjadi selama tahun 2000 hingga 2001 memaksa Gus Dur meletakkan jabatannya. Selanjutnya Megawati menjabat presiden kelima Indonesia. Di masa Megawatilah kemudian dirintis pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Tahun 2004 untuk pertama kalinya Indonesia menggelar pilpres secara langsung. Hasilnya Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden pertama

18 Detik News, “Pemilihan Presiden Dari Masa ke Masa”,

https://news.detik.com/berita/2723006/pemilihan-presiden-dari-masa-ke-masa, pada tanggal 29 April 2019, Pukul 00.59.

(17)

29

yang dipilih secara langsung. Yudhoyono kembali terpilih sebagai presiden dalam pilpres secara langsung tahun 2009.

Perubahan-perubahan ini juga terjadi pada pilkada di Indonesia. Pada masa pendudukan Belanda, semua pemimpin daerah ditunjuk dan dipilih langsung oleh pemerintah kolonial. Belanda punya kewenangan penuh terhadap sistem pemerintahan pada waktu itu. Jabatan pemimpin provinsi dan karesidenan diisi oleh orang-orang Belanda. Sementara, warga Indonesia, hanya mendapatkan posisi sebagai pemimpin di tingkat kabupaten sampai camat. Itupun masih harus memberikan upeti. Bupati atau camat wajib memberikan upeti kepada Belanda sebagai sikap patuh terhadap penguasa. Ketika Jepang masuk, sistem yang digunakan masih sama. Setiap pemimpin daerah masih ditunjuk oleh penguasa. Hanya saja, penamaan jabatan berganti dengan istilah Jepang.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, sistem pemerintahan mulai dibenahi. Terbit UU No 1 tahun 1945 yang mengatur mengenai kedudukan Komite Nasional Daerah di mana kepala daerah menjalankan fungsi sebagai pemimpin komite nasional daerahnya. Kepala daerah masih sama seperti sebelumnya karena kondisi politik pada awal kemerdekaan belum stabil. Setelah 3 tahun berjalan, sistem ini diperbarui. Pada 1948 ditetapkan Undang-undang Pengganti tahun 1945. Dengan penggantian undang-undang tersebut, sistem pemilihan menjadi lebih transparan. Gubernur ditetapkan oleh Presiden, yang sebelumnya mendapatkan rekomendasi dari DPRD Provinsi.

(18)

30

Sementara, bupati direkomendasikan oleh DPRD tingkat daerah, dan kepala desa diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Desa. Semua dewan perwakilan di setiap jenjang berpengaruh besar terhadap siapa saja yang akan dijadikan kepala daerah. Pada 1950, Undang-Undang Dasar 1945 berubah menjadi Undang-Undang Sementara (UUDS) 1950. Pada masa ini, hanya terjadi sedikit perubahan nama dari tingkat provinsi dengan daerah tingkat I. Tingkat kota atau kabupaten disebut daerah tingkat II. Demikian pula ke tingkatan di bawahnya menjadi daerah tingkat III untuk kecamatan. Setelah dikembalikannya UUDS 1950 ke UUD 1945, peraturan konstitusi juga mengalami perubahan. DPRD hanya merekomendasikan nama, dan yang berhak untuk menentukan adalah Presiden dan Mendagri. Pemerintah pusat semakin kuat dengan kekuatannya untuk menentukan dan memberhentikan kepala daerah yang diusulkan oleh DPRD.

Pada masa orde baru juga masih sama, di mana kepala daerah diangkat oleh presiden dari yang meemnuhi syarat, tata cara seleksi calon yang dianggap patut dan diterima oleh presiden. Awal masuknya reformasi proses pemilihan kepala daerah sediit berubah, kali ini DPRD memiliki wewenang penuh terhadap pemilihan kepala daerah. DPRD membuka rekruitmen di daerah secara demokratis, namun praktik pembelian suara oleh anggota DPRD dari calon kepala daerah banyak terjadi pada era ini. Munculnya praktik politik uang menjadi kelemahan sistem ini. Hingga pada 2004, dilakukan revisi UU hingga terbitnya UU

(19)

31

Nomor 32 tahun 2004 yang mengatur pemilihan kepala daerah secara langsung. Calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan dari partai politik. Rakyat diberikan kesempatan langsung untuk menentukan kepala daerah sesuai dengan pilihannya.19

C. Sistem Pemilihan Noken

Untuk memahami sistem pemilihan noken, perlu diketahui 2 indikator yang mengidentikkan sistem pemilihan ini, yaitu noken dan big man.

1. Pengertian noken

Pengertian Noken menurut Surat Keputusan KPU Provinsi Papua Nomor: 01/Kpts/KPU Prov.030/2013 bahwa Noken adalah sejenis kantong/tas yang dibuat dari anyaman kulit anggrek atau pintalan kulit kayu maupun pintalan benang yang digunakan sebagian masyarakat di Papua sebagai : a. Tempat untuk membawa hasil pertanian/perkebunan

b. Tempat ayunan dan atau gendongan untuk balita pada sebagian etnis anggota masyarakat di pedalaman Papua

c. Tempat untuk mengisi surat-surat penting dan/atau

d. Tempat untuk keperluan lain sesuai dengan kebiasaan anggota masyarakat tertentu disebagian masyarakat pedalaman yang dapat dijadikan sebagai pemberian berupa tali asih, kenang-kenangan dan lambang persaudaraa/kekerabatan

19Aswab Nanda Pratama, “Riwayat Pilkada di Indonesia”, Kompas,

https://nasional.kompas.com/read/2018/06/27/06000041/riwayat-pilkada-di-indonesia?page=all, pada tanggal 30 April 2019, pukul 02.00.

(20)

32

e. Pada pemilu legislatif, pemilu presiden dan dan pemilu Kepada Daerah, noken juga digunakan sebagai pengganti kotak suara untuk memilih Calon Kepala Daerah, Presiden, Wakil Presiden serta wakil-wakil dalam anggota legislatif ditingkat Daerah maupun Pusat. Pemilihan dilakukan atas dasar kesepakatan bersama sekelompok orang yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat dengan meminta surat suara sesuai dengan jumlah orang yang ada untuk dimasukan didalam noken kepada pasangan calon siapa suara diberikan.

Mengingat keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia dan pada 4 Desember 2012, noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO. Pengakuan UNESCO ini akan mendorong upaya melindungi dan mengembangkan warisan budaya Noken, yang dimiliki oleh lebih dari 250 suku bangsa di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Bagi orang Papua, Noken dimaknai sebagai simbol kehidupan yang baik, perdamaian dan kesuburan. Karena itu, kantong (tas) yang dijalin dari kulit kayu ini punya kedudukan penting dalam struktur budaya orang Papua. Tidak sembarang orang dapat menjalin kulit kayu menjadi noken. Hanya perempuan Papua yang boleh membuat noken, dan perempuan Papua yang belum bisa menjalin kulit kayu menjadi noken sering dianggap belum dewasa dan belum layak menikah. Namun saat ini banyak

(21)

33

perempuan Papua yang sudah tidak mahir lagi membuat noken karena berbagai alasan, dan kemahiran menjalin kulit kayu menjadi noken tidak lagi dijadikan syarat ukuran kedewasaan perempuan Papua untuk dinikahi. Sementara laki-laki, secara adat tidak diperbolehkan sama sekali membuat noken karena noken dianggap sebagai sumber kesuburan kandungan seorang perempuan.20

Dalam kaitannya dengan sistem noken, tas noken di pakai untuk menggantikan kontak suara. Noken digantungkan di kayu dan berada dalam area TPS. Tidak hanya berbeda secara fisik tetapi juga cara penggunaanya, dalam sistem noken, semua pemilih yang mendapat kartu pemilih datang ke TPS. Di depan bilik disiapkan noken kosong. Jumlah noken yang digantung disesuaikan dengan jumlah pasangan calon kepala daerah. Setelah dipastikan semua pemilih dari kampung yang bersangkutan hadir di TPS, selanjutnya KPPS mengumumkan kepada pemilih (warga) bahwa bagi pemilih yang mau memilih kandidat, baris di depan noken nomor urut satu. Begitupun seterusnya. Setelah pemilih berbaris / duduk didepan noken maka KPPS langsung menghitung jumlah orang yang berbaris di depan noken, kalau misalnya 3 orang saja maka hasil perolehannya adalah 3 suara.21

2. Kepala Suku (Big Man)

20

Waluyo, Model Pemilu Dengan SIstem Noken Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal, Jurnal Hukum Samudra Keadilan Volume 13 Nomor 2, 2018, hal. 298.

21

(22)

34

Johszua R. Mansoben mengatakan dalam disertasinya bahwa Konsep pria berwibawa atau big man digunakan oleh para peneliti antropologi untuk menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah-daerah kebudayaan Oseania, khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah lokal yang digunakan oleh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting dalam masyarakatnya. Mansoben mengutip penyataan Sahlins bahwa Konsep big man atau pria berwibawa digunakan untuk satu bentuk atau tipe kepemimpinan politik yang diciri oleh kewibawaan (authority) atas dasar kemampuan pribadi seseorang untuk mengalokasi dan merealokasi sumber-sumber daya yang penting untuk umum.22 Sifat pencapaian demikian menyebabkan adanya pendapat bahwa ciri terpenting dari seseorang yang menjadi big man adalah kecakapannya untuk memanipulasi orang-orang dan sumber-sumber daya guna mencapai maksud atau tujuan sendiri. Selain itu, Implikasi ketidakstabilan sistem yang didasarkan pada prinsip pencapaian ini yang dikemukakan oleh Van Bakel et al. ialah terbukanya kesempatan yang sama bagi setiap anggota masyarakat, terutama kaum pria yang sudah dewasa menurut ukuran masyarakat yang bersangkutan, untuk bersaing merebut kedudukan pemimpin.

22

Johszua Robert Mansoben, Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya, LIPI-RUL, Jakarta, 1995, hal. 82.

(23)

35

Menurut Mansoben dalam sistem kepemimpinan big man yang sangat penting adalah adanya hubungan Patron-klien, yaitu hubungan di mana seorang pria berwibawa atau big man dapat memanipulasi kekayaan dan keunggulan-keunggulan lain yang dimilikinya untuk memperoleh dukungan dan simpati dari para penerima bantuan. Dalam catatan lain tentang big man mengatakan bahwa Kepala suku selain menjadi pemimpin politik, juga memimpin ekonomi, sosial dan budaya. Kepemimpinannya turut bertanggungjawab atas ketersediaan kebutuhan dasar warga. Sebagai gantinya, warga harus loyal dengan apapun keputusan big man (Sistem Noken). Termasuk keputusan big man untuk memberikan seluruh hak pilih warganya kepada calon peserta pilkada tertentu. Disloyalty terhadap keputusan big man beresiko terhadap disfungsi peran pelindung (protector) dan penyelamat (savior) dalam hal terjadi krisis atau konflik yang mengancam anggota suku tersebut.23

3. Mekanisme Pemilihan Sistem Noken

Selama ini yang diketahui bahwa ada 2 mekanisme dalam sistem noken, yaitu pola big men dan pola noken gantung. Namun, sebenarnya diluar itu terdapat banyak varian-varian lain tentang tata cara penggunaan sistem noken. Kendati perbedaan kecil, namun namun varian-varian ini memberi dampak yang signifikan terhadap prinsip maupun tahapan

23

Kholilullah Pasaribu, Noken Dan Konflik Pemilu Laporan Awal Pilkada serentak di Papua, Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Jakarta Selatan, 2016, hal. 29.

(24)

36

pemilu. Mekanisme yang dimaksud disampaikan melalui tabel berikut ini:24

No. Mekanisme Sistem Noken Poin Penting 1. Pemilih melakukan pesta bakar

batu di kampung atau di ibukota distrik, lalu beberapa perwakilannya mendatangi TPS dan meminta kepada KPPS sejumlah surat suara mengatasnamakan jumlah orang yang diwakilinya, lalu surat suara yang tidak dicoblos langsung dimasukkan ke dalam noken untuk diserahkan kepada satu partai/ calon/paslon pilihan.

- Pelaksanaan pesta bakar batu untuk menentukan pilihan partai/calon/paslon. - Posisi pemilih di TPS

- Pemungutan suara

dilakukan oleh perwakilan - Surat suara tidak dicoblos

oleh perwakilan

- Surat suara dimasukkan ke dalam noken

- KPPS mencoblos surat suara setelahnya.

2. Pemilih melakukan pesta bakar batu di kampung atau di ibukota distrik, lalu beberapa perwakilannya mendatangi TPS dan meminta kepada KPPS sejumlah surat suara mengatasnamakan jumlah orang yang diwakilinya, lalu surat suara yang tidak dicoblos langsung dimasukkan ke dalam noken untuk diserahkan kepada satu partai/ calon/paslon pilihan.

- Pelaksanaan pesta bakar batu untuk menentukan pilihan partai/calon/paslon. - Posisi pemilih di luar TPS - Hanya perwakilan yang

mendatangi TPS dan melakukan pemungutan suara

- Surat suara tidak dicoblos oleh perwakilan

- Surat suara dimasukkan ke dalam noken

- KPPS mencoblos surat suara kemudian

3. Pemilih melakukan pesta bakar batu di kampung atau di ibukota distrik. Lalu beberapa perwakilannya mendatangi TPS dan meminta kepada KPPS sejumlah surat suara mengatasnamakan jumlah orang yang diwakilinya. Lalu

- Pelaksanaan pesta bakar batu untuk menentukan pilihan partai/calon/paslon. - Posisi pemilih di luar TPS - Hanya perwakilan yang

mendatangi TPS dan melakukan pemungutan suara 24 Ibid.,hal. 33.

(25)

37 surat suara dicoblos bersama-sama KPPS serta dimasukkan ke dalam noken untuk diserahkan kepada satu partai/calon/paslon pilihan.

- Surat suara dicoblos oleh perwakilan dibantu KPPS - Surat suara dimasukkan ke

dalam noken

- KPPS mencoblos surat suara kemudian.

4. Kepala suku bersama masyarakatnya melakukan pesta bakar batu sebelum pemilu/ pilkada. Pada hari pemungutan suara, jumlah pemilih di suatu tempat atau kampung, langsung diberikan atau dibagikan kepada beberapa partai/calon/paslon menurut jumlah daftar pemilih. Persis seperti mengkaveling suara.

- Pelaksanaan pesta bakar batu untuk menentukan pilihan partai/calon/paslon. - Posisi pemilih di luar TPS.

- Perwakilan tidak

mendatangi TPS.

- Jumlah suara langsung dicatat oleh KPPS ke dalam formulir C1-KWK berdasarkan informasi kepala suku.

- Surat suara tidak diminta oleh kepala suku dan tidak dicoblos oleh perwakilan. - KPPS mencoblos surat

suara kemudian. 5. Kepala suku bersama

masyarakatnya melakukan pesta bakar batu sebelum pemilu/ pilkada. Noken disiapkan di sejumlah TPS menggantikan fungsi kotak suara. Di masingmasing TPS, jumlah noken disesuaikan

berdasarkan jumlah

partai/calon/paslon. Setiap partai/calon/paslon

direpresentasikan oleh sebuah noken. Kemudian pemilih yang berada di TPS mengambil surat suara lalu memasukkan surat suaranya ke noken pilihannya.

- Pelaksanaan pesta bakar batu untuk menentukan pilihan partai/calon/paslon. - Posisi pemilih di sekitar

TPS.

- Pemungutan suara

dilakukan masingmasing pemilih.

- Surat suara tidak dicoblos oleh pemilih.

- Surat suara dimasukkan ke dalam noken tertentu. - KPPS mencoblos surat

suara kemudian.

6. Kepala suku bersama masyarakatnya melakukan pesta bakar batu sebelum pemilu/ pilkada. Noken disiapkan di sejumlah TPS menggantikan fungsi kotak

- Pelaksanaan pesta bakar batu untuk menentukan pilihan partai/calon/paslon. - Posisi pemilih di sekitar

TPS

(26)

38 suara. Di masingmasing TPS, jumlah noken disesuaikan

berdasarkan jumlah

partai/calon/paslon. Setiap partai/calon/paslon

direpresentasikan oleh sebuah noken. Kemudian pemilih yang berada di TPS mengambil surat suara, lalu mencoblos dan memasukkan surat suaranya ke noken pilihannya.

dilakukan masingmasing pemilih

- Surat suara dicoblos oleh pemilih

- Surat suara dimasukkan ke dalam noken tertentu - Satu noken untuk satu

partai/calon/ paslon

7. Kepala suku bersama masyarakatnya melakukan pesta bakar batu sebelum pemilu/ pilkada. Noken disiapkan di sejumlah TPS menggantikan fungsi kotak suara. Di masingmasing TPS, jumlah noken disesuaikan

berdasarkan jumlah

partai/calon/paslon. Setiap partai/calon/paslon

direpresentasikan oleh sebuah noken. Kemudian seluruh pemilih yang berada di TPS dikumpulkan lalu diminta oleh KPPS berbaris segaris dengan noken partai/calon/paslon yang dipilihnya. Selanjutnya KPPS menghitung jumlah orang pada barisan noken tersebut lalu mencatatnya ke dalam formulir C1-KWK.

- Pelaksanaan pesta bakar batu untuk menentukan pilihan partai/calon/paslon. - Posisi pemilih di sekitar

TPS

- Pemungutan suara

dilakukan masingmasing pemilih melalui kehadiran dan posisi berdirinya - Surat suara tidak dicoblos

oleh pemilih

- Surat suara dimasukkan oleh KPPS ke dalam noken tertentu

- KPPS mencoblos surat suara kemudian

4. Latar belakang penggunaan sistem noken a. Geografis

Salah satu alasan atau pertimbangan yang kemudian sering menjadi masalah dalam pemilihan umum Provinsi Papua dan Papua Barat adalah buruknya infrastruktur jalan raya yang menghubungkan

(27)

39

antara ibu kota provinsi atau pusat kota dengan kabupaten-kabupaten yang baru dimekarkan. Sebagai contoh, Divisi Teknis Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pegunungan Arfak, Papua Barat, Yosak Saroi, di Manokwari pada selasa (20/11/2018), mengatakan, kondisi geografis dan ketersediaan infrastruktur masih menjadi kendala terbesar pada pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Ia mengungkapkan, infrastruktur jalan dan telekomunikasi menjadi tantangan berat. “Kami di sana belum bisa komunikasi melalui telepom seluler. Kalua mau koordinasi ke PPD (Panitia Pemilihan Distrik) ya harus dating langsung. Kami harus menyusuri jalan berlumpur, curam dan menyebrang sungai-sungai besar,” kata Yosak Saroi.25

Contoh yang lain juga sempat diberitakan oleh BBC News

Indonesia pada 7 desember 2015 lalu. Yaitu dari pernyataan ketua

Komisi Pmilihan Umum Provinsi Papua Adam Arisoi, yang mengatakan “Dari 51 distrik di Kabupaten Yahukimo, hanya Distrik Amuma yang belum mendapat logistik. Sebab, pesawat yang mengangkut bahan logistik batal mendarat. Hujan begitu deras di distrik itu, sedangkan landasan pesawat hanya tanah dan rumput, terlalu licin,” kata Adam kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan. Adam juga mengatakan bahwa semua bahan logistik

25

Suara Karya, “Kondisi Geografis dan Infrastruktur Jadi Kendala Di Pegunungan Arfak”,

http://www.suarakarya.id/detail/82096/Kondisi-Geografis-Dan-Infrastruktur-Jadi-Kendala-Di-Pegunungan-Arfak, pada tanggal 20 Januari 2019 pukul 18.24.

(28)

40

diangkut menggunakan pesawat jenis ATR dari Jayapura ke Dekai, yang merupakan ibu kota Kabupaten Yahukimo. Pesawat itu bisa membawa tujuh penumpang tanpa barang atau empat penumpang dengan barang.26 Dari pernyataan ketua KPU Provinsi Papua Adam Arisoi tersebut kepada BBC News dapat diketahui bahwa adanya kondisi infrastruktur yang sangat sulit di Papua, sehingga untuk pendistribusian bahan logistik pemilu bisa sampai ke tiap distrik pun harus menggunakan pesawat. Setelah menggunakan pesawat para petugas masih harsu berjalan puluhan kilometer agar sampai ke TPS.

Pada pemilihan umum tahun 2014, ketua KPU Papua Adam Arisoy mengatakan bahwa mereka terkendala karena Ada sekitar 80 titik atau distrik yang harus menggunakan helicopter. Adam Arisoy juga mencontohkan di Kabupaten Nduga dimana terdapat 17 titik yang harus didarati oleh helikopter. Termasuk juga di wilayah Yahukimo dan Tolikara. Alasan penggunaan helikopter karena di wilayah-wilayah itu tidak terdapat lapangan terbang. Pendistribusian logistic tidak terbatas pada penggunaan helicopter saja, Adam kembali mencontohkan sulitnya jangkauan sebaran penduduk di Kabupaten Dogiai. Helikopter hanya dapat membantu menurunkan logistik di titik yang sudah ditentukan, para petugas kemudian memikul logistik tersebut dengan berjalan kaki selama tiga hari tiga malam. Bila

26 BBC News, “Pengiriman surat suara di Papua kurang satu distrik”

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151207_indonesia_pilkada_logistik, pada tanggal 20 Januari 2019 pukul 18.30.

(29)

41

dikalkulasi dengan kepulangan saat penghitungan suara, petugas harus bekerja selama seminggu.27

Kondisi wilayah dan infrastruktur yang demikian pun sebenarnya telah di pertimbangkan oleh Mahkamah Konstitusi dalam mempertimbangkan pokok permohonannya MK berpendapat bahwa terdapat fakta hukum: [3.22.1] “Pemungutan suara di Provinsi Papua tidak dapat dilaksanakan secara serentak pada tanggal 9 April 2009 karena keterlambatan distribusi logistik. Dari 6.543 TPS di Provinsi Papua, Terdapat 150 TPS termasuk 90 TPS di Kabupaten Yahukimo yang tidak melaksanakan Pemilu tanggal 9 April 2009 dan Pemilu baru dapat dilaksanakan pada tanggal 12 April 2009”. Dari fakta hukum tersebut dapat diketahui bahwa akibat dari kondisi geografis yang ekstrim sehingga terjadi keterlambatan pendistribusian logistik yang berujung pada keterlambatan pemungutan suara di beberapa daerah, terutama wilayah pegunungan tengah Provinsi Papua.

b. Sumber Daya Manusia

Rendahnya kualitas pendidikan menjadi permasalahan utama di Provinsi Papua. Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan change.org dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Survei tersebut dilakukan terhadap 27.298 responden yang terdiri dari

27

Detik News, “Alasan TNI/POLRI Bantu Distribusikan Logistik Pemilu di Papua”,

https://news.detik.com/berita/d-2542637/ini-alasan-tnipolri-bantu-distribusikan-logistik-pemilu-di-papua, dikunjungi pada tanggal 20 januari 2019 pukul 19.45.

(30)

42

tiga kelompok, yakni dua persen penduduk Papua asli, tiga persen penduduk Papua nonasli dan 95 persen penduduk luar Papua.

Survei dilakukan selama tiga minggu di bulan November 2017 lewat situs change.org. "Sebanyak 44 responden menyatakan bahwa kualitas pendidikan rendah adalah masalah utama di Papua. Diikuti dengan 41 persen infrastruktur serta transportasi dan 38 persen eksploitasi sumber daya alam serta investasi," kata Direktur Komunikasi Change.org Arief Aziz saat diskusi di LIPI, Jakarta Selatan, Kamis (14/12).Ketika survei dilakukan secara spesifik kepada tiga kelompok responden, permasalahan pendidikan masih menempati posisi tinggi di antara permasalahan lain. Sebanyak 14,33 persen responden penduduk luar Papua menyatakan rendahnya kualitas pendidikan merupakan masalah utama.Kemudian, untuk responden penduduk Papua nonasli, kualitas pendidikan rendah menempati posisi kedua dengan 11,8 persen. Sedangkan untuk responden Papua asli, kualitas pendidikan rendah menempati posisi ketiga dengan 9,8 persen.28

Pencapaian pembangunan manusia pada tingkat kabupaten/kota di Papua pada tahun 2017 cukup bervariasi. Capaian Angka IPM dibedakan menjadi 4 kategori yaitu Sangat Tinggi; Tinggi; Sedang; dan Rendah. Di Papua sendiri, tidak ada satu kabupaten pun

28

Muhammad Andika Putra, “Survei LIPI: Kualitas Pendidikan Maslah Utama Papua”, 14 Desember 2017, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171214205030-20-262499/survei-lipi-kualitas-pendidikan-masalah-utama-papua, dikunjungi paa tanggal 23 April 2019 pukul 20.30.

(31)

43

yang IPM-nya berkategori Sangat Tinggi. Mayoritas kabupaten berstatus „Rendah‟. Kabupaten dengan IPM berstatus “Sedang” adalah Merauke, Nabire, Kepulauan Yapen, Sarmi, Keerom, Waropen, dan Supiori. Termasuk Kabupaten Boven Digoel yang mengalami perubahan status dari “rendah” menjadi “Sedang”. Adapun kabupaten/kota dengan status IPM “tinggi” adalah Jayapura, Biak Numfor, Mimika, dan Kota Jayapura. Kabupaten Nduga merupakan kabupaten dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah di Papua hanya sebesar 27,87. Dilihat menurut komponen pembentuk IPM, nilai setiap komponen Kabupaten Nduga menjadi yang paling rendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Papua. Nilai tiap komponen IPM tahun 2017 di Nduga yaitu: Usia Harapan Hidup (UHH) saat lahir sebesar 54,60 tahun yang berarti tiap bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga usia 54,60 tahun; Harapan Lama Sekolah (HLS) sebesar 2,64 tahun yang berarti anak-anak usia 7 tahun di Nduga memiliki peluang untuk bersekolah hanya selama 2,64 tahun atau hanya sampai kelas 2 SD; angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar 0,71 tahun yang berarti penduduk Nduga usia 25 tahun ke atas secara rata-rata hanya menempuh pendidikan 0,71 tahun atau tidak tamat kelas 1 SD; dan angka pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) hanya Rp3,97 juta per tahun.29

29

(32)

44

Hubungan penggunaan sistem noken sangat berkaitan dengan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan minimnya indeks pembangunan manusia, mengapa? Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan ada sejumlah daerah di Papua yang secara alamiah beralih dari sistem noken ke sistem standar dalam pemilu nasional. Titi mengatakan, dari analisis pihaknya sejumlah daerah itu dapat beralih dari sistem noken ke sistem pemilu standar karena ada pendidikan politik yang baik dari penyelenggara pemilu maupun partai politik.

Sistem noken terkenal dengan adanya kesepakatan (aklamasi) di dalam masyarakat, yang perlu dipahami dari kesepakatan tersebut bahwa masyarakat bersepakat untuk memberikan susaranya kepada bigman, buka bersepakat untuk menilai pemimpin mana yang paling berkompeten, dikarenakan keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap pemilu dan juga keterbatasan pengetahuan terhadap para calon yang akan dipilih baik sebagai anggota DPR, DPD, DPRD, maupun presiden dan wakil presiden. Keterbatan ini disebabkan oleh Indeks Pembangunan Manusia yang rendah tadi.

c. Pencegahan konflik dan Penghargaan terhadap budaya (Alasan Putusan MK)

(33)

45

Sistem noken yang sebenarnya bertentangan dengan asas pemilihan umum yang terdapat dalam Pasal 22E UUD 1945, di mana pemilhan umum itu seharusnya berjalan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Namun, telah diakui konstitusionalitas dalam putusan MK No. 47-81/PHPU.A-VII/2009, MK memberikan dua alasan pertimbangan (ratio decidendi) kenapa sistem noken atau dalam putusan disebut dengan pemilihan dengan sistem aklamasi masih perlu untuk dilakukan, yaitu pertama, karena MK memahami dan menghargai nilai budaya yang hidup dikalangan masyarakat Papua yang khas dalam menyelenggarkan peilihan umum. Alasan MK yang pertama ini tentu dilandaskan pada Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang mengatakan “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”

Kedua, karena MK mengkhawatirkan jika pemilihan umum

dipaksakan sesuai dengan peraturan perundang -undangan yang berlaku akan timbul konflik, di antara kelompok -kelompok

masyarakat setempat. MK berpendapat bahwa sebaiknya mereka tidak dilibatkan dalam sistem persaingan/perpecahan di dalam dan antar kelompok yang dapat mengganggu harmoni yang telah mereka hayati.

Referensi

Dokumen terkait

Titer antibodi hasil Uji HI pada unggas air domestik di sekitar CAPD Rataan Spesies ∑ Sampel ∑ Positif (%) Titer (Seroprevalensi) Antibodi (GMT) Mentok 14 100 26,9 Itik 15 100

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa dan Angka Kreditnya

Pada aspek pertama guru mendapatkan nilai 3 di mana guru masih belum terbiasa menghadapi siswa dan guru sudah dapat.. menjelaskan materi dengan baik namun cukup memakan

Menyatakan suatu objek memanggil operasi / metode yang ada pada objek lain atau dirinya sendiri, arah panah mengarah pada objek yang memiliki operasi/metode,

- berilah tanda pada kolom Tugas /Jabatan, sesuai tugas saat ini - berilah tanda status keaktifan sesuai kondisi saat ini.. - Isi Tempat Tugas & Mapel

Peran penyuluhan pertanian terhadap pengendalian hama terpadu pada kelas kemam- puan kelompok tani pemula tergolong rendah dengan skor rata-rata yang didapat untuk

5 Penelitian ini terbatas pada pengelolaan data spasial sumberdaya mineral dalam wilayah studi di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan

Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Young (1998) remaja sebagai pengguna internet yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengatur penggunaan internet