• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. : Spermatophyta. : Dicotyledoneae. : Contortae. : Cerbera manghas. Cerbera lactaria, Cerbera odollam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. : Spermatophyta. : Dicotyledoneae. : Contortae. : Cerbera manghas. Cerbera lactaria, Cerbera odollam"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6

A. Tinjauan Pustaka

1. Bintaro (Cerbera manghas)

a. Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Sympetalae Ordo : Contortae Famili : Apocynacea Genus : Cerbera

Spesies : Cerbera manghas (Tjitrosoepomo, 2007)

b. Sinonim

Cerbera lactaria, Cerbera odollam

(Smith, 1988) c. Nama Daerah

Bintan, buta-buta badak, goro-goro (Manado), kayu gurita, kayu susu, mangga brabu (Maluku), madang kapo (Minangkabau), bintaro (Jawa dan Sunda), kenyeri putuh (Bali), darli utama (Sangir), kadong (Sulawesi Utara), lambuto (Makassar), yabai, oho pae, waba,

(2)

wabo (Ambon), goro-goro guwae (Ternate), leva (Samoa), toto (Tonga), dan Vasa (Fiji).

(Smith, 1988; Rohimatun dan Suriati, 2011) d. Nama Lain

Pong-pong tree, indian suicide tree, othalanga, odollam tree, pink-eyed cerbera, sea mango, dan dong bone.

(Rohimatun dan Suriati, 2011).

Gambar 2.1 Pohon Bintaro (Cerbera manghas)

(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Tanaman ini termasuk tumbuhan mangrove yang berasal dari daerah tropis (Rohimatun dan Suriati, 2011). Di beberapa negara seperti India, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, dan Myanmar, tanaman ini banyak dijumpai di sekitar rawa dan tepi sungai (Chopra, 1956). Tanaman ini memiliki ketinggian mencapai 10-20 meter. Batang tanaman bintaro berbentuk bulat, berkayu, serta berbintik-bintk hitam. Daun yang dimiliki tanaman bintaro

(3)

mempunyai ciri-ciri, antara lain berwarna hijau, daun tunggal dan berbentuk lonjong, tepi daun rata, ujung pangkalnya meruncing, pertulangan daun menyirip, permukaan licin, dengan ukuran panjang 15-20 cm, lebar 3-5 cm. Buah bintaro berbiji dan berbentuk oval. Biji dari buah bintaro ini berbentuk pipih, panjang, dan berwarna putih. Selain itu, alat reproduksi dari pohon bintaro ini adalah dengan bunga yang berwarna putih, berbau harum dan terletak diujung batang. Bunganya termasuk dalam bunga majemuk yang memiliki tangkai putik 2-2,5 cm dengan kepala sari berwarna cokelat dan kepala putiknya berwarna hijau keputihan. Akar tanaman ini merupakan akar tunggang dan berwarna coklat. Seluruh bagian tanaman ini bergetah berwarna putih seperti susu (Rohimatun dan Suriati, 2011).

Gambar 2.2 Bintaro (Cerbera manghas) A) pohon, B) daun, C)

bunga, D) buah, E) biji.

(4)

Seluruh bagian dari tanaman bintaro beracun karena mengandung senyawa golongan alkaloid, yang bersifat repellent dan

antifeedant. Disamping itu, tanaman bintaro juga memiliki khasiat

dan kandungan kimia. Saat ini terus dikembangkan berbagai manfaat dari tanaman bintaro.

a. Akar

Akar tanaman bintaro bermanfaat untuk melancarkan buang air besar atau sebagai obat pencahar.

b. Kulit batang

Selain akar, kulit batang pohon bintaro bermanfaat juga sebagai obat pencahar. Kandungan kimia pada kulit batang bintaro adalah flavonoid dan steroid.

c. Getah

Apabila cabang-cabang pohon dirusak, keluarlah getah yang berwarna putih seperti susu. Getah ini digunakan pula sebagai obat pencahar dan untuk mengobati sengatan ikan. d. Daun

Ekstrak methanol daun bintaro memiliki kandungan kimia yang dapat berguna sebagai antikanker payudara dan ovarium. Selain itu, bermanfaat juga sebagai obat pencahar. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun ini yaitu saponin, steroid, dan flavonoid.

(5)

e. Biji

Biji bintaro merupakan bagian yang paling beracun dibandingkan bagian yang lainya. Kandungan kimia yang terkandung, yaitu steroid, triterpenoid, saponin, dan alkaloid yang terdiri dari cerberine, serberosida,

neriifolin, dan thevetin. Senyawa alkaloid ini memiliki

karakter toksik, repellent, dan antifeedant pada serangga. f. Minyak

Minyak bintaro digunakan sebagai obat kudis dan membunuh kutu kepala. Minyak yang diperoleh dari biji beracun. Minyak bintaro berpotensi sebagai bahan baku biodiesel dan merupakan salah satu alternatif energi pada masa depan (Rohimatun dan Suriati, 2011; Towaha dan Indriati, 2011).

e. Kandungan Kimia

Pada biji bintaro mengandung senyawa aktif yaitu cerberin (alkaloid), tanin, saponin, dan steroid. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak ini memiliki sifat antibakteri, sitotoksik, dan sebagai depresan sistem saraf pusat (Chopra et al., 1956; Ahmed, 2008; Rohimatun dan Suriati, 2011). Dari beberapa kandungan pada biji bintaro terdapat beberapa kandungan yang memiliki potensial untuk digunakan sebagai larvasida, yakni alkaloid, tannin, saponin, dan steroid (Ghosh, 2012).

(6)

Kandungan cerberin merupakan golongan alkaloid atau glikosida dan merupakan senyawa monoasetil neriifolin (Chang et

al., 2000; Gaillard et al., 2004). Cerberin memiliki potensi

kardiotoksisitas pada manusia dengan mengganggu detak jantung (Cheenpracha et al., 2004; Soesanthy dan Indriati, 2011). Kandungan cerberin ini dapat mengganggu aktivitas sistem sirkulasi pada larva yang sering kali dianggap sebagai jantung dari larva dengan cara menghambat saluran ion kalsium sehingga dapat menyebabkan kematian (Tomlinson, 1986). Cerberin diduga berperan dalam mortalitas serangga uji (Utami, 2010).

Kandungan tannin dalam biji bintaro dapat menghambat proses pencernaan makanan karena mengganggu penyerapan dengan mengikat protein di saluran cerna sehingga pertumbuhan dan perkembangan terganggu karena kurangnya nutrisi yang dibutuhkan terutama protein (Hagerman, 2002; Yudha, 2013). Hal ini terjadi karena tannin dapat menurunkan aktifitas enzim digestif seperti protease dan amilase (Leinmuller et al., 1991; Goldstein dan Swain, 1965).

Kandungan saponin yang terdapat pada biji bintaro bersifat toksik pada serangga, dapat menghambat aktivitas makan serangga (Utami, 2010). Aktivitas makan dapat dihambat karena saponin menyebabkan penurunan enzim pencernaan serta menghambat absorbsi makanan (Haditomo, 2010). Selain itu, saponin dapat

(7)

menyebabkan kutikula pada kulit larva hilang yang menyebabkan larva kehilangan cairan (Kuddus, 2011). Saponin juga menggangu pertumbuhan larva dengan cara menghambat pengelupasan eksoskeleton larva sehingga tidak dapat berkembang ke fase selanjutnya (Chaieb, 2010).

Kandungan senyawa lainnya yang terkandung dalam biji bintaro adalah steroid yang dapat menghambat proses pergantian kulit pada larva sehingga menggangu perkembangannya. Hal ini dikarenakan steroid mempunyai struktur yang mirip dengan hormon yang berperan dalam pergantian kulit pada serangga (Yunita et al., 2009).

2. Nyamuk Anopheles aconitus

a. Taksonomi Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles aconitus (Myers et al., 2015)

b. Siklus Hidup

Anopheles aconitus mengalami empat tahap perkembangan

(8)

sampai pupa hidup di perairan dan tahap dewasa hidup di alam bebas (Direktorat PPBB, 2013). Nyamuk betina dewasa mampu hidup sampai satu bulan atau bahkan lebih di laboratorium tetapi di alam umumnya 1-2 minggu (Charlwood et al., 1997; Yoshida et al., 2007).

c. Telur Anopheles aconitus

Telur-telur nyamuk diletakkan di permukaan air satu per satu atau bergerombol tetapi saling lepas (Nurmaini, 2003). Masing-masing telur memiliki panjang sekitar 0,44 mm dengan sepasang pengapung yang melekat sepanjang kira-kira 0,8 mm di sisi panjangnya (Winarno, 1989). Setiap ekor nyamuk betina dapat menghasilkan jumlah telur yang bervariasi dengan rata-rata 50-200 butir telur. Telur Anopheles aconitus berwarna coklat kehitaman (Service, 2008).

Telur Anopheles aconitus memiliki bentuk seperti kapal dimana bagian atasnya konkaf sedangkan bagian bawahnya konveks serta mempunyai pelampung di kedua sisinya. Gambaran tekstur pada permukaan seperti susunan batu bata (Junkum et al., 2004; Gandahusada, 2008).

Telur Anopheles aconitus menetas setelah 1-2 hari pada keadaan normal (Depkes RI, 1983). Pada kondisi dingin telur baru dapat menetas setelah 2-3 minggu (Charlwood et al., 1997; Yoshida

(9)

aconitus adalah 250-360C, sedangkan pada suhu 200 dan 400C akan menurunkan aktivitas fisiologisnya (Winarno, 1989).

d. Larva Anopheles aconitus

Setelah telur menetas kemudian menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Larva Anopheles aconitus mengalami perkembangan kepala dengan baik dilengkapi sikat pada mulutnya yang berfungsi saat makan. Larva Anopheles aconitus mempunyai abdomen yang bersegmen-segmen dan thoraks yang lebar. Larva Anopheles

aconitus belum mempunyai kaki dan tidak mempunyai siphon

sehingga posisi larva paralel terhadap permukaan air. Larva

Anopheles aconitus bernafas melalui sepasang spirakel yang berada

pada segmen abdomen ke-8, sehingga seringkali larva harus naik ke permukaan air. Larva Anopheles aconitus memakan alga, bakteri dan mikroorganisme lain yang ada di lapisan permukaan air. Larva

Anopheles aconitus hampir selalu berada di permukaan air dan akan

segera menyelam bila mengalami gangguan, bergerak dengan menggerakkan seluruh anggota badannya termasuk menggerakkan sikat yang ada pada mulutnya (CDC, 2012; Service, 2008).

Larva Anopheles aconitus mengalami 4 stadium perkembangan atau instar sama seperti spesies nyamuk lainnya (CDC, 2012). Larva Anopheles aconitus akan tumbuh dan berkembang melalui 4 stadium (instar) yaitu: instar I (± 1 hari), instar II (± 1-2 hari), instar III (± 2 hari), instar IV (± 2-3 hari) (Hiswani,

(10)

2004). Larva pada fase instar I dan II sulit untuk di identifikasi. Larva dapat di identifikasi pada fase instar III dan IV karena lebih besar sehingga mudah untuk dilihat (Depkes, 1983). Larva instar I pada umumnya berukuran 1 mm dan pada akhir instar IV berukuran sekitar 5-8 mm (CDC, 2012). Setelah mencapai instar 4, larva akan berubah menjadi pupa.

e. Pupa Anopheles aconitus

Stadium pupa ini merupakan stadium istirahat yang berlangsung selama 1-2 hari. Pada stadium ini akan terbentuknya sayap hingga dapat terbang (Direktorat PPBB, 2013). Pupa mempunyai bentuk yang khas, yakni apabila dilihat dari samping berbentuk seperti koma. Kepala dan thorax menyatu menjadi

cephalothorax dengan abdomen melengkung. Seperti halnya larva,

pupa seringkali naik ke permukaan air untuk bernafas. Pupa bernafas menggunakan sepasang alat respirasi berbentuk terompet yang ada di dorsal cephalothorax. Seteleh cukup waktunya, bagian dorsal dari

cephalothorax akan sobek dan nyamuk dewasa akan keluar. Umur

pupa pada suhu 230-300C dan kelembaban 58-85% rata- rata 2 hari (Barodji et al., 1985; CDC, 2012).

f. Anopheles aconitus dewasa

Anopheles aconitus dewasa mempunyai bentuk tubuh yang

ramping terdiri dari tiga bagian tubuh; kepala, thorax dan abdomen. Kepala mempunyai sepasang mata dan antena yang

(11)

bersegmen-segmen. Antena merupakan bagian yang penting untuk mendeteksi bau induk semang dan mendeteksi tempat yang cocok untuk bertelur. Probosis pada bagian kepala digunakan untuk menghisap darah dan mempunyai dua sensor palpi. Thorax berfungsi sebagai alat gerak. Tiga pasang kaki dan sepasang sayap juga terletak di bagian thorax. Abdomen berfungsi sebagai tempat pencernaan dan tempat perkembangan telur. Segmen abdomen dapat melebar pada saat menghisap darah. Darah yang telah dihisap dan disimpan di dalam abdomen, dicerna sebagai sumber protein yang berguna dalam pematangan telur (Clements, 2000).

Nyamuk Anopheles dapat dibedakan dengan nyamuk yang lain dari palpi dan sayap. Palpi pada Anopheles mempunyai panjang yang sama dengan probosis, sedangkan pada sayap terdapat bentukan balok berwarna hitam putih (Charlwood et al., 1997; Yoshida et al., 2007). Anopheles dewasa juga mempunyai ciri khas dengan melihat bagian palpusnya yang panjang serta melihat posisi istirahat dimana bagian abdomennya dinaikkan ke atas (CDC, 2012).

Nyamuk betina umumnya hanya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24-48 jam dari saat keluarnya dari pupa (Depkes RI, 1983; Hiswani, 2004). Nyamuk dewasa baik jantan atau betina mampu bertahan hidup sampai 2-4 minggu (CDC, 2012). Lama hidup Anopheles sangat tergantung

(12)

pada suhu, kelembaban dan kemampuan dalam mencari darah (Charlwood et al., 1997; Yoshida et al., 2007).

g. Bionomi Anopheles aconitus

Dalam siklus hidup nyamuk memerlukan tiga tempat hidup,

yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (resting palces) (Direktorat PPBB, 2013).

Nyamuk Anopheles aconitus bertelur biasanya berada pada air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah (Direktorat PPBB, 2013). Larva biasa ditemukan di kolam dengan rumput-rumputan, dan sawah banjir. Juga ditemukan di rawa-rawa pohon sawit, aliran kolam, rawa air tawar, kolam batu, kolam rembesan, dan parit (Harrison, 1980).

Nyamuk Anopheles aconitus biasanya aktif menggigit pada waktu malam hari, hampir 80% biasanya dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00-22.00 (Hiswani, 2004). Aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Pada umumnya, nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina. Setelah nyamuk betina menghisap darah, nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2-3 hari. Tempat beristirahat bisa di dalam atau luar rumah, gua, lubang lembab, tempat yang gelap (Direktorat PPBB, 2013).

(13)

3. Ekstraksi Biji Bintaro

Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahas asal dengan menggunakan pelarut. Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (Syamsuni, 2006). Zat aktif yang terdapat dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavanoid, dan lain-lain. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan berbagai cara: ekstraksi dingin (maserasi, perkolasi) dan ekstraksi panas (infus, dekokta, refluks, soklet) (Depkes, 2000).

Ekstraksi biji bintaro (Cerbera manghas) dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi merupakan cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur kamar (Syamsuni, 2006). Keuntungan dari metode maserasi yaitu prosedur dan peralatannya sederhana (Agoes, 2007).

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%. Penggunaan etanol sebagai pelarut karena sifat toksik yang dimilikinya lebih rendah dibandingkan pelarut yang lain seperti eter dan metanol (Hadar, 2004). Presentase etanol yang digunakan adalah 96% yang merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun nonpolar yang terdapat pada biji bintaro dan etanol 96% lebih cepat menguap pada proses ekstraksi (Kusmiyati dan Agustini, 2007).

(14)

B. Kerangka Pemikiran Perkembangan instar terganggu Larva kehilangan cairan Penurunan enzim pencernaan Menghambat absorbsi makanan Menghambat

saluran ion kalsium Menghambat proses pergantian kulit Variabel terkendali:  Umur larva  Volume air  Kualitas air  Kepadatan larva  Tempat hidup  Makanan  Kelembaban  Suhu Variabel tak terkendali:  Kesehatan larva Larva Anopheles

aconitus instar III

mati Kutikula larva hilang Mengikat protein dalam saluran cerna Tannin Biji bintaro

Ekstraksi dengan metode maserasi

Saponin Cerberin Steroid

Kekurangan nutrisi Mengganggu sistem

sirkulasi pada larva

(15)

C. Hipotesis

Ekstrak biji bintaro (Cerbera manghas) efektif sebagai larvasida pada larva Anopheles aconitus.

Gambar

Gambar 2.1 Pohon Bintaro (Cerbera manghas)  (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011)    Tanaman  ini  termasuk  tumbuhan  mangrove  yang  berasal  dari  daerah  tropis  (Rohimatun  dan  Suriati,  2011)
Gambar 2.2 Bintaro (Cerbera manghas) A) pohon, B) daun, C)  bunga, D) buah, E) biji.
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kelebihan dari penelitian ini adalah membantu siswa memahami konsep fisika dengan cara yang lebih mudah, menambah motivasi serta perhatian siswa untuk belajar, dan

Pada pegujian keempat terdapat beberapa kondisi yaitu ketika seluruh form riwayat jabatan diisi, kosong seluruhnya dan sebagian disii, kemudian menekan tombol batal maka tidak

Latar belakang : Penyakit Diabetes Mellitus (DM) di Puskesmas Bojongsari terdapat pada urutan kedua dari penyakit degeneratif. Prevelensi penderita DM tipe 2 dii

Faktor utama penyebab keterlambatan proyek konstruksi kapal kargo menggunakan metode Fault Tree Analysis adalah proses produksi terganggu dan sistem manajemen

thypimurium yang mendasari penelitian uji aktivitas imunomodulator fermentasi teh hitam jamur kombucha terhadap fagositosis makrofag mencit galur Balb/C secara in

Kesemua suku bangsa ini, baik suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan maupun suku bangsa diluar Sulawesi Selatan memiliki latar belakang, adat istiadat (budaya) yang

carambolae yang terperangkap pada perangkap petrogenol di Desa Kuok pada hari pertama sebanyak 153 ekor banyaknya lalat buah yang terperangkap pada hari pertama

Mengacu pada hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa kinerja BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa dari aspek pelaksanaan fungsi penyerapan