BAB II BAB II
ISI ISI
1.1
1.1 Definisi trigeminal neuralgia
Definisi trigeminal neuralgia
Trigeminal neuralgia merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai Trigeminal neuralgia merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan serangan sakit yang hebat secara mendadak disertai spasme wajah dengan serangan sakit yang hebat secara mendadak disertai spasme wajah dalam waktu singkat.
dalam waktu singkat.
1.2
1.2 Anatomi trigeminal neuralgia
Anatomi trigeminal neuralgia
Dinamai saraf 3 serangkai karena terdiri dari 3 cabang utama yang Dinamai saraf 3 serangkai karena terdiri dari 3 cabang utama yang menyatu pada ganglion basserii
menyatu pada ganglion basserii a)
a) N. OftalmikusN. Oftalmikus (memasuki rongga tengkorak melalui fiscera orbitalis (memasuki rongga tengkorak melalui fiscera orbitalis superior)
superior)
Mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus paranasalis dan Mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus paranasalis dan sebagian dari selaput lender hidung.
sebagian dari selaput lender hidung. b)
b) N. MaksilarisN. Maksilaris (melalui foramen rutundum) (melalui foramen rutundum)
Mensarafi rahang atas serta gigi geligi rahang atas, bibir atas, pipi, Mensarafi rahang atas serta gigi geligi rahang atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris, dan selaput lender hidung
palatum durum, sinus maksilaris, dan selaput lender hidung.. c)
c) N. MandibularisN. Mandibularis (foramen ovale) (foramen ovale)
Mensarafi rahang bawah, gigi geligi rahang bawah, bibir bawah, Mensarafi rahang bawah, gigi geligi rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi, lidah, sebagian dari meatus akustikus eksternus.
mukosa pipi, lidah, sebagian dari meatus akustikus eksternus.
1.3
1.3 Epidemiologi trigeminal neuralgia
Epidemiologi trigeminal neuralgia
TN menyerang px usia pertengahan dan lanjut usia. Dominan trjdTN menyerang px usia pertengahan dan lanjut usia. Dominan trjd
pd wanita. pd wanita.
Px multiple Px multiple sclerosis bisa terkena sclerosis bisa terkena TN sbg TN sbg gejala sekunder, gejala sekunder, namunnamun
jarang
jarang terjadi terjadi dan handan hanya terjaya terjadi pada di pada 1-3% d1-3% dari ari penderita penderita MultipleMultiple Sclerosis (MS)
Sclerosis (MS)
Sisi kanan lebih sering terkena dibandingkan sisi kiriSisi kanan lebih sering terkena dibandingkan sisi kiri
1.4 Klasifikasi trigeminal neuralgia
A. Neuralgia Trigeminus Idiopatik.
1. Nyeri bersifat paroxysmal dan terasa diwilayah sensorik cabang maksilaris, sensorik cabang maksilaris dan atau mandibularis. 2. Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya
menyusul antara beberapa detik sampai menit. 3. Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama.
4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering mengidap dibanding laki-laki. (11)
B. Neuralgia Trigeminus simptomatik.
1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus atau nervus infra orbitalis.
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.
3. Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf kranial, berupa gangguan autonom ( Horner syndrom ).
4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas pada golongan usia
1.5 Etiologi trigeminal neuralgia
Etiologi sampai sekarang juga masih belum jelas, seperti yang disebutkan diatas tadi tetapi ada beberapa penyebab yang berhubungan dengan gigi. Seperti diketahui N. V merupakan satu-satunya serabut saraf yang kemungkinan selalu dihadapkan dengan keadaan sepsis sepanjang hidup. Keadaan sepsis tersebut dapat berupa karies gigi, abses, sinusitis, pencabutan gigi oleh berbagai sebab, infeksi periodontal, yang kesemuanya diperkirakan dapat menjadi penyebab Neuralgia trigeminal
1.6 Patofisiologi trigeminal neuralgia
Patofisiologi dari trigeminal neuralgia ini dibagi menjadi mekanisme sentral dan mekanisme perifer. Mekanisme perifer yang terjadi antara lain Ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V, Ditemukannya
malformasi vaskular pada beberapa penderita Neuralgia Trigeminal, Adanya tumor dengan pertumbuhan yang lambat, Adanya proses inflamasi pada N.V. Mekanisme sentral sebagai penyebab Neuralgia trigeminal salah satunya adalah multiple sclerosis dimana terjadi demielinisasi secara meluas sehingga dapat mengenai saraf trigeminus. Biasanya tidak ada lesi yang spesifik pada nervus trigeminus yang ditemukan.
1.7 Manifestasi klinis trigeminal neuralgia
• Serangan digambarkan sebagai sensasi "pin dan jarum" yang berubah
menjadi rasa terbakar atau menusuk, atau sebagai sengatan listrik yang mungkin berlangsung beberapa detik atau menit.
• Kegiatan sehari-hari bisa memicu sebuah episode. Beberapa pasien sensitif
di daerah tertentu di wajah, disebut zona pemicu, yang kapan
• Rasa sakit khas neuralgia trigeminal biasanya memiliki beberapa fitur
berikut:
1) Mempengaruhi satu sisi wajah
2) Bisa bertahan beberapa hari atau minggu, dilanjutkan dengan remisi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
3) Frekuensi serangan yang menyakitkan meningkat dari waktu ke waktu dan bisa menjadi melumpuhkan
1.8 Diagnosis trigeminal neuralgia
Neuralgia trigeminal didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan neurologis terhadap nervus trigeminus. Pada saat ini belum ada tes yang dapat diandalkan dalam mendiagnosa neuralgia trigeminal. Diagnosa neuralgia trigeminal dibuat berdasarkan anamnesa pasien secara teliti dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada anamnesa yang perlu diperhatikan adalah lokalisasi nyeri , kapan dimulainya nyeri , menentukan interval bebas nyeri, menentukan lamanya , respons terhadap pengobatan, menanyakan riwayat penyakit lain seperti ada penyakit herpes atau tidak,
Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1. Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada cabang mandibularis atau maksilaris.
2. Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam , superficial, serasa menikam atau membakar.
3. Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan, mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau kontralateral.
5. Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali
1.9 Pemeriksaan fisik trigeminal neuralgia
Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar serangan tampak normal. Reflek kornea dan test sensibilitas untuk menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral.Membuka mulut dan deviasi dagu untuk menilai fungsi otot masseter (otot pengunyah) dan fungsi otot pterygoideus. Pemeriksaan fungsi nervus trigeminus, meliputi:
2. pemeriksaan fungsi sensorik
3. pemeriksaan refleks trigeminal yang ttd.: a. Reflek cornea
b. Reflek lakrimasi
c. Reflek bersin / nasal bechterew d. Reflek jaw jerk
1.10 Pemeriksaan penunjang trigeminal neuralgia
• Rontgen TMJ (temporo mandibular joint) • CT-SCAN & MRI otak
• MRTA (high-definition MRI angiography) • CT Scan
• kepala dari posterior bermanfaat untuk mendeteksi tumor yang tidak
terlalu kecil dan aneurisma.
• MRI
sangat bermanfaat karena dengan alat ini dapat dilihat hubungan antara saraf dan pembuluh darah sehingga dapat mendeteksi tumor yang masih kecil, MRI juga diindikasikan pada penderita dengan
1.11 Nyeri neuropati
Nyeri Neuropati adalah nyeri yang disebabkan oleh neuropati( kerusakanprimer dari sistem syaraf). Ditandai dengan rasa terbakar,tertusuk, tersetrum, tersobek, diikat,alodinia, bisa disertai dengan dengan gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang dan lain-lain. Dapat beralangsung akut maupun kronik. Penyebab nyeri neuropati perifer dapat disebabkan oleh DM, Neuralgia pasca herpetica, keganasan hematologi, rhematoidartrits,penyalahgunaan obat-obatan, Sedangkan nyeri nyeuropati sentral dapat terjadi karena Jejas medulla spinalis, pasca stroke, dan nyeri idiopatik
1.12 Skala nyeri
Numeric pain intensity
Nyeri diukur dalam rentang 1-10 yang menunjukkan beberapa nyeri yang dirasakan.
0= sama sekali tidak merasakan nyeri 1-3= nyeri ringan
4-6= nyeri sedang 7-10= nyeri berat
1.13 Penatalaksanaan trigeminal neuralgia
1. Medikamentosa
• Antikonvulsan, seperti karbamazepin (Tegretol), oxcarbazepine
(Trileptal), gabapentin (Neurontin), fenitoin (Dilantin), lamotrigin
(Lamictal), dan pregabalin (Lyrica) digunakan untuk mengendalikan nyeri neuralgia trigeminal.
• Relaksan otot, seperti baclofen (Lioresal), terkadang efektif dalam
mengobati neuralgia trigeminal. Efek samping bisa berupa kebingungan, mual, dan kantuk.
2. Pembedahan (Surgery)
Tujuan operasi adalah menghentikan pembuluh darah dari penekanan saraf trigeminal, atau untuk memotong saraf agar tidak mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak.
• Microvascular decompression (MVD) adalah operasi untuk secara
perlahan mengalihkan kembali pembuluh darah dari penekanan saraf trigeminus dengan meletakan spons sebagai pemisah pembuluh darah dan saraf yang terjepit. Pembukaan 1 inci dibuat di tengkorak di belakang telinga, disebut kraniotomi.
• Rhizotomi sensorik adalah pemotongan ireversibel akar saraf trigeminal
pada hubungannya dengan batang otak. Sebuah lubang kecil dibuat di bagian belakang tengkorak. Probe stimulasi digunakan untuk
mengidentifikasi akar motorik saraf. Akar motorik, yang mengendalikan otot kunyah, harus dipertahankan.
3. Outpatient Needle procedures
Prosedur jarum adalah teknik invasif minimal untuk mencapai saraf trigeminal melalui wajah tanpa sayatan kulit atau tengkorak. Tujuan prosedur rhizotomi atau injeksi adalah untuk merusak area saraf trigeminal agar tidak
mengirimkan sinyal nyeri ke otak.
• Rhizotomi frekuensi radio, yang disebut juga Rhizotomy
Radiofrequency Klasik Perkutan (PSR), menggunakan arus pemanasan untuk secara selektif menghancurkan beberapa serabut saraf trigeminal yang menghasilkan rasa sakit. Sementara pasien tertidur, jarum berongga dan elektroda dimasukkan melalui pipi dan masuk ke saraf. Pasien
terbangun, dan arus rendah dilewatkan melalui elektroda untuk merangsang saraf.
• Injeksi gliserol mirip dengan PSR karena jarum berongga dilewatkan
melalui pipi ke saraf. Jarum ditempatkan di tangki trigeminal (daerah berisi cairan di ganglion). Gliserol disuntikkan ke dalam tangki untuk
merusak beberapa serabut saraf trigeminal yang menghasilkan rasa sakit. Karena lokasi gliserol tidak dapat dikontrol dengan tepat, hasilnya agak tidak dapat diprediksi.
• Kompresi balon mirip dengan PSR sehingga jarum berongga dilewatkan
melalui pipi ke saraf. Namun, dilakukan dengan anestesi umum. Dokter bedah menempatkan balon di saraf trigeminal melalui kateter. Balon
meningkat dimana serat menghasilkan rasa sakit. Balon memampatkan saraf, melukai serat penyebab nyeri. Setelah beberapa menit balon dan kateter dilepaskan.
1.14 Komplikasi trigeminal neuralgia
• Prosedur bedah saraf perkutan dan prosedur dekompresi microvaskular
menimbulkan risiko komplikasi jangka panjang
• Beberapa px secara permanen dapat kehilangan sensasi pada sebagian
wajah.
• Komplikasi terburuk adalah anastesi dolorosa, distasi wajah yang sulit
diobati yang kadang disebabkan oleh prosedur bedah
1.15 Diagnosis banding trigeminal neuralgia
• Neuralgia charlin; terdiri dari nyeri di kantus interna okuli dan
pangkalhidung yang disertai peningkkatan lakrimasi
• Cluster headche; ditandai nyeri singkat terutama pada malam hari
termasuk pada saat tidur
• Nerve : postherpetic neuralgia, trigeminal neuropathic pain,
glossopharyngeal neuralgia, sphenopalatine neuralgia, geniculate neuralgia (Ramsay Hunt syndrome), multiple sclerosis,
cerebellopontine angle tumor
• Teeth and jaw : Dentinal, pulpal, or periodontal pain;
temporomandibular joint disorders
• Sinuses and aerodigestive tract : Sinusitis, head and neck cancer,
inflammatory lesions
• Eyes : Optic neuritis, iritis, glaucoma
• Blood vessels : Giant cell arteritis, migraine, cluster headache, T
olosa-Hunt syndrome
1.16 Prognosis trigeminal neuralgia
Trigeminal neuralgia bukan merupakan penyakit yang mengancam nyawa. Trigeminal neuralgia cenderung memburuk bersama dengan perjalanan penyakit
Namun, masih ada perdebatan dan ketidakpastian mengenai penyebab trigeminal neuralgia, serta mekanisme dan manfaat dari pengobatan yang memberikan keringanan pada banyak pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk hasil yang lebih baik dari makalah ini.