BAB II
PROFIL KABUPATEN KARO DAN PROFIL KENA UKUR
Bab dua menjelaskan secara umum mengenai profil Kabupaten Karo, profil pemerintahan
Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo serta profil singkat DPC Partai Demokrat
Kabupaten Karo dan profil Kena Ukur Karo jambi Surbakti. Mengapa penting untuk mengetahui
profil Kabupaten Karo karena Kabupaten Karo merupakan lokasi dari penelitian ini, mengetahui
profil pemerintah adalah karena dalam hal ini penelitian berkaitan langsung dengan
pemerintahan Kabupaten Karo.Hal penting lainnya yaitu untuk mengetahui profil DPRD
Kabupaten Karo, mengapa hal ini penting untuk diketahui adalah karena anggota DPRD
Kabupaten Karo merupakan informan utama dalam penelitian ini.
Profil DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo juga dibahas dalam bab ini, karena saat ini
Kena Ukur Surbakti merupakan ketua DPC Partai Demokrat sejak tahun 2011. Begitu pula
alasan untuk mengetahui profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti adalah karena Kena Ukur Karo
Jambi merupakan objek pada penelitian ini yang mana informasi dari anggota DPRD, DPC
Partai Demokrat serta dari Karo Jambi inilah yang nantinya akan di analisis oleh peneliti. Hal
yang akan dijelaskan terlebih dahulu dalam bab ini adalah mengenai profil Kabupaten Karo yang
dilanjutkan dengan profil pemerintahan Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo,
serta profil DPC Partai Demokrat dan profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.
2.1 Profil Kabupaten Karo
Profil Kabupaten Karo yang dijelaskan di dalam sub bab ini adalah mengenai sejarah
Kabupaten Karo, lokasi dan keadaan geografis Kabupaten Karo, keadaan penduduk serta Agama
bagaimana kondisi fisik kabupaten Karo, wilayah terluas di Kabupaten Karo, penduduk
terbanyak di Kabupaten Karo serta agama mayoritas yang di anut di Kabupaten Karo saat ini.
Tanah Karo terbentuk sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II setelah melalui proses yang
sangat panjang dan dalam perjalanan sejarahnya Kabupaten ini telah mengalami perubahan
mulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan.
Sebelum kedatangan penjajahan Belanda diawal abad XX di daerah dataran tinggi Karo, di
kawasan itu hanya terdapat kampung (Kuta), yang terdiri dari satu atau lebih “kesain” (bagian
dari kampung).Tiap-tiap kesain diperintah oleh seorang “Pengulu”. Menurut P. Tambun dalam
bukunya “Adat Istiadat Karo”, Balai Pustaka 1952, arti dari pengulu adalah seseorang dari marga
tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok “Anak Beru” dan “Senina”. Mereka ini
disebut dengan istilah “Telu si Dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan
administrasi/pemerintahan dalam lingkungannya.Anggota ini secara turun menurun dianggap
sebagai “pembentuk kesain”, sedang kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga.25
Ada beberapa sistem atau cara penggantian perbapaan atau Raja Urung atau juga Pengulu di
zaman itu, yaitu dengan memperhatikan hasil keputusan “runggun/permusyawaratan” kaum
kerabat berdasarkan kepada 2 (dua) dasar/pokok yakni: 1) Dasar Adat “Sintua-Singuda” yang
dicalonkan. Yang pertama-tama berhak menjadi Perbapaan adalah anak tertua. Namun kalau Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung asli
(Perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari kampung asli
itu.Kumpulan kampung itu dinamai Urung.Pimpinannya disebut dengan Bapa Urung atau biasa
juga disebut Raja Urung.Urung artinya satu kelompok kampung dimana semua pendirinya masih
dalam satu marga atau dalam satu garis keturunan.
25
Sejarah Perkembangan Kabupaten Karo, tersedia di : www.karokab.go.id/in/index.php/sejarah-kab-karo, di akses 22 Maret 2014.
iaberhalanagan atau karena sebab yang lain, yang paling berhak di antara saudara-saudaranya
adalah jatuh kepada anak yang termuda. Dari semua calon Perbapaan maka siapa yang
terkemuka atau siapa yang kuat mendapatkan dukungan, misalnya siapa yang mempunyai
banyak Anak Beru dan Senina, besar kemungkinan jabatan Perbapaan/Raja Urung atau Pengulu,
akan jatuh kepadanya. Jadi dengan demikian, kedudukan Perbapaan, yang disebutkan di atas
harus jatuh kepada yang tertua atau yang termuda, tidaklah sepenuhnya dijalankan secara baik
waktu itu. Banyak contoh terjadi dalam hal pergantian Perbapaan seperti itu, antara lain ke
daerah Perbapaan Lima Senina. Lebih-lebih kejadian seperti itu terjadi setelah di daerah itu
berkuasa kaum penjajah Belanda di permulaan abad XX (1907).Belanda melakukan “intervensi”
dalam hal penentuan siapa yang diangap pantas sebagai Perbapaan dari kalangan keluarga yang
memerintah, walaupun ada juga selalu berdasarkan adat. 2) Dasar “Bere-bere”, yakni menurut
keturunan dari pihak Ibu. Hanya dari keturunan ibu/kemberahen tertentu saja yang pertama-tama
berhak menjadi Perbapaan.Namun setelah kedatangan perjajahan Belanda sistem atau dasar
“Bere-bere” ini dihapuskan.26
Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera
Utara, yang terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan
dataran tinggi.Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik.
Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’-3º19’ Lintang Utara dan
97º55’-98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi
Sumatera Utara.Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120-1420 M di atas permukaan
laut. 27 26 Ibid.
Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan
Kabupaten Samosir, 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Simalungun, 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh (Tenggara Propinsi
Nangroe Aceh Darusalam).28
28Ibid.
Data tentang luas wilayah kabupaten karo per kecamatan dapat dilihat di Tabel 2.1, dimana
dalam tabel ini diperlihatkan dari 17 Kecamatan dan 269 desa, kecamatan mana yang memiliki
total luas wilayah terbanyak di Kabupaten Karo dan kecamatan mana yang memiliki total luas
wilayah terendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Km²) Rasio Terhadap Total Luas Kabupaten (%)
1 Mardingding 12 267,11 12,56 2 Laubaleng 15 252,60 11,87 3 Tigabinanga 20 160,38 7,54 4 Juhar 25 218,56 10,27 5 Munte 22 125,64 5,91 6 Kutabuluh 16 195,70 9,20 7 Payung 8 47,24 2,22 8 Tiganderket 17 86,76 4,08 9 Simpang Empat 17 93,48 4,39 10 Naman Teran 14 87,82 4,13 11 Merdeka 9 44,17 2,08
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa kecamatan dengan luas terbanyak dikabupaten Karo
adalah kecamatan Mardingding, dengan total luas wilayah 267,11 Km2. Sementara kecamatan
dengan luas wilayah terendah adalah kecamatan Berastagi dengan total luas wilayah 30,50 Km2.
Namun jumlah luas wilayah ini berbanding terbalik dengan kepadatan penduduk di
masing-masing Kecamatan dimana Kecamatan Berastagi justru memiliki penduduk yang lebih banyak
daripada kecamatan Mardingding. Untuk lebih jelas akan diperlihatkan dalam tabel 2.2.
Hasil Sensus tahun 2010 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa. Pada
tahun 2013, menurut proyeksi penduduk Karo meningkat menjadi 363.755 jiwa yang
mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 171 jiwa/
Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2010 – 2013 adalah sebesar 1,17 persen per
tahun. Tahun 2013 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari
Perempuan.Laki-laki berjumlah 180.535 jiwa dan Perempuan berjumlah 183.220 jiwa.Untuk lebih jelas dibawah
ini terdapat jumlah penduduk berdasarkan rasio kepadatan penduduk dalam setiap Kecamatan
di Kabupaten Karo. 12 Kabanjahe 13 44,65 2,10 13 Berastagi 10 30,50 1,43 14 Tigapanah 26 186,84 8,78 15 Dolat Rayat 7 32,25 1,52 16 Merek 19 125,51 5,90 17 Barusjahe 19 128,04 6,02 Jumlah 269 2.127,25 100,00
Tabel 2.2
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2013
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Penduduk Kepadatan Penduduk Tiap Km2
1 Mardingding 267,11 17 684 66,20 2 Laubaleng 252,60 18 359 72,68 3 Tigabinanga 160,38 20 626 128,61 4 Juhar 218,56 13 726 62,80 5 Munte 125,64 20 404 162,40 6 Kutabuluh 195,70 10 972 56,07 7 Payung 47,24 11 232 237,76 8 Tiganderket 86,76 13 659 157,43 9 Simpang Empat 93,48 19 707 210,82 10 Naman Teran 87,82 13 263 151,02 11 Merdeka 44,17 13 794 312,29 12 Kabanjahe 44,65 66 635 1 469,99 13 Berastagi 30,50 44 091 1 445,61 14 Tigapanah 186,84 30 388 162,64 15 Dolat Rayat 32,25 8 599 266,64 16 Merek 125,51 18 712 149,09 17 Barusjahe 128,04 22 904 178,88 Jumlah/Total 2013 2 127,25 363 755 171,00 2012 2 127,25 358 823 168,68 2011 2 127,25 354 242 166,53
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa kecamatan dengan jumlah kepadatan penduduk terbanyak
adalah Kecamatan Kabanjahe dengan jumlah penduduk sebesar 66.635 jiwa dengan kepadatan
1.469,99 tiap km2. Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk terdendah adalah kecamatan
Dolat Rakyat dengan jumlah penduduk sebesar 8.599 jiwa dengan kepadatan 149,09 tiap km2.
Setelah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan kecamatan dengan jumlah
menurut jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Karo. Dari total penduduk sebanyak 363.755
jiwa yang mediami 17 Kecamatan di wilayah Kabupaten Karo, diperlihatkan dibawah ini apakah
laki-laki atau perempuan yang lebih mendominasi.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex rasio
1 Mardinding 8 825 8 859 17 684 99,62 2 Lau Baleng 9 218 9 141 18 359 100,84 3 Tigabinanga 10 262 10 364 20 626 99,02 4 Juhar 6 823 6 903 13 726 98,84 5 Munte 10 081 10 323 20 404 97,66 6 Kutabuluh 5 425 5 547 10 972 97,80 7 Payung 5 552 5 680 11 232 97,75 8 Tiganderket 6 660 6 999 13 659 95,16 9 Simpang Empat 9 848 9 859 19 707 99,89 10 Naman Teran 6 751 6 512 13 263 103,67 11 Merdeka 6 915 6 879 13 794 100,52 12 Kabanjahe 32 076 33 559 66 635 95,58 13 Berastagi 21 950 22 141 44 091 99,14 14 Tiga Panah 15 028 15 360 30 388 97,84 15 Dolat Rayat 4 252 4 347 8 599 97,81 16 Merek 9 584 9 128 18 712 105,00 17 Barusjahe 11 285 11 619 22 904 97,13 Jumlah Tahun 2013 180 535 183 220 363 755 98,53 Tahun 2012 178 073 180 750 358 823 98,52 Tahun 2011 176 077 178 165 354 242 98,83
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Dari data jumlah penduduk menurut jenis kelamin diatas, dapat dilihat bahwa
jumlah laki-laki seluruhnya dari 17 kecamatan di Kabupaten Karo adalah sebanyak 180.535
bahwa jumlah perempuan mendominasi di kabupaten Karo.
Penduduk kabupaten Karo merupakan masyarakat yang terdiri dari
berbagai agama yakni agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan
Budha.Tahun 2013 Menurut Departemen Agama Kabupaten Karo tercatat sebanyak 168 Mesjid,
59 Surau atau Langgar, sebanyak 630 Gereja Protestan, sebanyak 124 Gereja Katolik, sebanyak
6 pura dan 1 vihara. Dibawah ini diperlihatkan tabel mengenai jumlah penduduk yang menganut
agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan Budha.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Penganut Agama di Kabupaten Karo
No Agama/Kepercayaan Jumlah Persentase
1 Islam 87.371 jiwa 24,00%
2 Kristen Protestan 204.283 jiwa 56,20%
3 Kristen Khatolik 72.101 jiwa 19,80%
4 Hindu - 0,00
5 Budha - 0,00
6 Lainnya - 0,00
7 Jumlah 363.755 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Melalui Tabel 2.4 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Karo adalah mayoritas
beragama Kristen Protestan dengan jumlah 204.283 jiwa atau mencapai persentasi 56,20%, diikuti
agama Islam dengan jumlah 87.371 jiwa atau persentasi sebesar 24% dan agama Katolik dengan
jumlah 72.101 jiwa atau persentasi sebesar 19,80%. Pada tabel juga terdapat 6 pura untuk agama
hindu dan 1 vihara untuk agama budha namun tidak terdapat masyarakat yang menganut agama
sebanyak 7.459 jiwa penduduk Kabupaten Karo yang beragama hindu namun tidak terdapat
penduduk yang beragama budha pada tahun yang sama. Pada tahun 2012 ada sebanyak 459 jiwa
penduduk Karo yang beragama hindu, dan sebanyak 1.507 penduduk beragama budha. Namun pada
tahun 2013 tidak terdapat agama hindu maupun budha dalam data kependudukan yang dikeluarkan
oleh BPS Kabupaten Karo ini.
2.2 Profil Pemerintahan Kabupaten Karo
Secara Administrasi Kabupaten Karo terdiri dari 17 Kecamatan dan 269 Desa/kelurahan
(259 Desa dan 10 Kelurahan).29
Pada masa penjajahan Belanda mulai tahun 1906, sistem pemerintahan di wilayah
Kabupaten Karo pada dasarnya ialah: a) Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landen yang
dipimpin oleh Controleur pimpinan pemerintahan selalu ditangan bangsa Belanda, b)
Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan (Landschaap) ini dibentuk
berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.Berdasarkan perjanjian
pendek (KorteVerklaring) tahun 1907, maka di Tanah Karo terdapat 5 (lima) Landschaap yang
dikepalai oleh Sibayak yang membawahi beberapa urung yang dikepalai oleh Raja Urung yaitu:
a) Landschaap Lingga, membawahi 6 (enam) urung: Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe, Telu Kuta
di Lingga, Tigapancur di Tigapancur, Empat Teran di Naman, Lima Senina di Batu Karang, dan
Tiganderket di Tiganderket, b) Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 (dua) urung: Namo Haji di Pusat Pemerintahan Kabupaten Karo berada di Kabanjahe.Sistem
pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu, yang
menjalankan pemerintahan di Kampung (Kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu Kuta harus
memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga taneh/simantek Kuta), ada
Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta (Anak Beru Taneh) serta ada Kalimbubu
Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).
29Ibid., hal.15
Kuta Buluh, dan Liang Melas di Samperaya, c) Landschaap Sarinembah, membawahi 4 (empat)
urung: Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah, Perbesi di Perbesi, Luhar di Juhar, dan Kuta Bangun di
Kuta Bangun, d) Landschaap Suka, membawahi 4 (empat) urung: Suka di Suka,
Sukapiring/Seberaya di Seberaya, Ajinembah di Ajinembah, dan Tongging di Tongging, e)
Landschaap Barusjahe, membawahi 2 (dua) urung: Sipitu Kuta di Barusjahe, dan Sinaman Kuta
di Sukanalu.30
Pada masa Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai
berikut: a) Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu
dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Milala, b) Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap: Lingga
dengan 6 Urung, Barusjahe dengan 2 Urung, Suka dengan 4 Urung, Sarinembah dengan 4
Urung, Kutabuluh dengan 2 Urung.31
Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret 1946,
Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3 (tiga)
Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu: Pertama,
Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu: Kabanjahe, Tigapanah, Barusjahe,
Simpang Empat, dan Payung. Kedua, Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu:
Tigabinanga, Juhar, Munte, Kutabuluh, dan Mardingding. Ketiga, Kewedanaan Deli Hulu
membawahi 5 Kecamatan yaitu: Pancur Batu, Sibolangit, Kutalimbaru, Biru-Biru, dan Namo
Rambe.32
Susunan Pemerintahan Daerah seperti yang diatur menurut UU No. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah bahwa unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah
Pemerintahan Daerah dan DPRD, dimana Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif dan 30 Ibid., hal.xivi-xlvii. 31 Ibid. 32Ibid., hal.xlviii.
DPRD sebagai Badan Legislatif. Pemerintah Daerah Kabupaten dipimpin oleh seorang Bupati
dan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya selaku Kepala Daerah dibantu oleh seorang
Wakil Bupati.Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menggunakan asas Otonomi dan Tugas
Pembantuan.33
No
Sejak Terbentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini tercatat ada sebanyak 19 orang yang
pernah memimpin Kabupaten Karo.Baik yang melalui pemilihan langsung maupun tidak
langsung, baik yang menyelesaikan periode jabatan setelah terpilih maupun tidak selesai seperti
Kena Ukur Surbakti dalam kasus ini. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 2.5
Nama Pemimpin Kabupaten Karo
Nama Bupati Masa Bakti
1 Ngerajai Milala 1945-1946
2 Mhd. Kosim 1946-1947
3 Raja Kelelong Sinulingga 1947-1949
4 Rajin Peranginangin 1950
5 Rakutta Sembiring Milala 1950-1957
6 T. Raja Purba 1957
7 Abdullah eteng 1957-1960
8 Mayor Matang Sitepu 1960-1966
9 Drs. Baharuddin Siregar 1966-1969
10 Kol. Tampak Sebayang, SH 1969-1980
11 Drs. Rukun Sembiring 1980-1985
12 Ir. Menet Ginting M.A.D.E 1985-1990
13 Drs. Rupai Perangin-angin 1990-1994
14 Kol. Drs. D.D Sinulingga 1995-2000
33Ibid., hal.xlix.
15 Drs. IS. Sihotang (Pjs) 2000
16 Sinar Perangin-angin 2000-2005
17 Kol. (Pur) Drs. D.D Sinulingga 2005-2010
18 DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti 2011-2014
19 Terkelin S Brahmana, SH (Plt. Bupati) Juli 2014- Sekarang Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Sama seperti Kabupaten lain di seluruh Indonesia, Kabupaten Karo juga memiliki visi
dan misi dalam menjalankan pemerintahannya. Selanjutnya akan disebutkan visi dan misi
pemerintahan Kabupaten Karo. Visi pembangunan Kabupaten Karo adalah, “Terwujudnya
Masyarakat Karo yang Makmur dan Sejahtera Berbasis Pembangunan Pertanian dan Pariwisata
yang berwawasan lingkungan.”Dan misi pembangunan Kabupaten Karo adalah, 1)
Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme aparatur. 2) Meningkatkan produksi pertanian dan
pemasaran hasil pertanian setor unggulan yang berdaya saing melalui dukungan agro industri. 3)
Membangun dan atau meningkatkan kuantitas dan kualitas daerah tujuan wisata yang mampu
meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. 4) Membangun dan
meningkatkan kualitas infrastruktur yang menjangkau sentra produksi, kawasan strategis dan
wilayah terisolir yang memiliki dampak terhadap percepatan pembangunan ekonomi daerah. 5)
Menjamin dan meningkatkan kuantitas serta kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
secara merata. 6) Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan yang saling bersinergi
dan berkelanjutan. 7) Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan. 8) Melakukan
harmonisasi dan sinergitas hubungan antar tingkat pemerintahan dalam pembangunan
kewilayahan melalui pemantapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) secara
berkelanjutan. 9) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan SDM masyarakat.34
Dari visi dan misi pembangunan pemerintahan Kabupaten Karo dapat dilihat bahwa
pemerintahan Kabupaten Karo lebih berfokus dalam peningkatan keunggulan pertanian yang
dimiliki oleh Kabupaten Karo. Fokus selanjutnya adalah peningkatan dalam wisata alam
Kabupaten Karo, penigkatan kualitas infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
secara merata, memperkuat ekonomi kerakyatan, peningkatan kualitas pendidikan, sinergitas
antar tingkat pemeritahan secara berkelanjutan dan memperkuat sumber daya masyarakat.
Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo.Suku
Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan
sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh,
dan Rakut Sitelu. Dari suku bansa ini akan dijelaskan lagi sub-sub dari suku masing-masing,
yaitu :Pertama, Merga Silima yakni: Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin.
Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan Merga ini maka
tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan
Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada Rakut Sitelu yaitu: Senina/Sembuyak, Kalimbubu,
Anak Beru. Kedua, Tutur Siwaluh yaitu: Sipemeren, Siparibanen, Sipengalon, Anak Beru, Anak
Beru Menteri, Anak Beru Singikuri, Kalimbubu, Puang Kalimbubu. Ketiga, Perkade-kaden
Sepuluh Dua: Nini, Bulang, Kempu, Bapa, Nande, Anak, Bengkila, Bibi, Permen, Mama, Mami,
Bere-bere.35
Dalam perkembangannya, adat Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku
Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa
persyaratan adat. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan
modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat
Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3
(tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.Pertama, Tuah berarti menerima
berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas,
gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi
yang akan datang. Kedua, Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi
anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang. Ketiga, Mejuah-juah
berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan
antara manusia dengan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan
Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain.36
Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari
13 kecamatan menjadi 17 Kecamatan dan 269 Desa/ Kelurahan yaitu: 1) Kecamatan Kabanjahe,
sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan, 2) Kecamatan Berastagi, sebanyak 6 Desa dan 4 Kelurahan, 3)
Kecamatan Tigapanah, sebanyak 26 Desa. 4) Kecamatan Dolat Rayat sebanyak 7 Desa. 5)
Kecamatan Merek, sebanyak 19 Desa. 6) Kecamatan Barusjahe, sebanyak 19 Desa. 7)
Kecamatan Simpang Empat, sebanyak 17 Desa 8) Kecamatan Naman Teran sebanyak 14 Desa.
9) Kecamatan Merdeka sebanyak 9 Desa. 10) Kecamatan Payung, sebanyak 8 Desa. 11)
Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa.12) Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa, 13)
Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa. 14) Kecamatan Juhar, sebanyak 25 Desa. 15) Kecamatan
Tigabinanga, sebanyak 19 Desa dan 1 Kelurahan. 16) Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa.
17) Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa37
Dari sebanyak 17 Kecamatan yang ada, tidak semua kecamatan memiliki desa dan
kelurahan. Adapun kecamatan yang memiliki desa dan kecamatan adalah kecamatan Kabanjahe
36
Ibid. 37Ibid., hal.l
dengan tambahan 5 kelurahan, kecamatan Berastagi dengan tambahan 4 kelurahan dan desa
Tigabinanga dengan tambahan 1 kelurahan.
2.3 Profil Singkat DPRD Kabupaten Karo
Dewan Perwakilan Rakyat atau sering disebut dengan parlemen, kata parlemen berasal
dari kata “parle” yang berarti bicara.Artinya aspirasi masyarakat yang sudah diakomodir dalam
sebuah wacana kepentingan rakyat, kemudian harus mereka suarakan atau bicarakan dalam
sidang parlemen kepada pemerintah yang berkuasa. Ada tiga tugas utama Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai pemegang kekuasaan legislatif yang di Indonesia yaitu; memelihara dan menjaga
serta memajukan kepentingan Rakyat, membantu dan mengawasi Pemerintah agar menjalankan
tugas dengan sebaik-baiknya, dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tiap
tahun.
Yang menjadi sentral adalah memajukan kepentingan rakyat adalah menjadi sasaran
utama dari ketiga tugas DPR ini dan membantu dan mengawasi pemerintah serta menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bertujuan untuk mewujudkan kepentingan rakyat. Ada
sejumlah instrumen yang tersedia untuk pelaksanaan tugas DPR yaitu pertama, kewenangan
dalam pembuatan Undang-Undang dan atau Perda untuk DPRD yang bertujuan untuk mengatur
tata cara pelaksanaan tugas eksekutif dalam menjalankan pemerintahan. Peranan DPR sangat
besar dalam pengesahan sebuah RUU dan atau Ranperda untuk DPRD yang diajukan oleh
Pemerintah.Kedua, adalah mengawasi Pemerintah.Pengawasan tentu bertujuan agar semua
aturan yang ada telah mendapat persetujuan DPR terlaksana sebagaimana mestinya.38
Dalam wacana otonomi daerah, terdapat beberapa unsur pemerintahan yang menjalankan
roda pemerintah di daerah.Yang berkaitan dengan pengawasan, pengesahan anggaran daerah,
dan legislasi adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Adapun yang dimaksud dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.39
Menurut Pasal 13 UU No. 5 Tahun 1974 : ” Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”. Dengan demikian maka dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah ada pembagian yang jelas dalam kedudukan yang sama tinggi antara
Kepala Daerah dan DPRD, yaitu Kepala Daerah memimpin eksekutif dan DPRD bergerak dalam
bidang legislatif. Akan tetapi DPRD tidak boleh mencampuri urusan eksekutif.Dan dalam
Undang-undang ini tidak mengenal lembaga BPH atau DPD.
Jadi DPRD bagian dari penyelenggara pemerintahan
yang di daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan bersama-sama dengan
pemerintah daerah mewarnai sistem otonomi daerah.
Dalam kaitan perwakilan, DPRD sebagai perwakilan dari masyarakat yang duduk di
lembaga penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mempunyai fungsi merumuskan kemauan
rakyat itu melalui pembuatan perda yang mengikat seluruh rakyat di daerah tersebut.Sehingga
DPRD dapat juga dikatakan sebagai pembuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum.
40
Susunan Pemerintahan Daerah seperti yang diatur menurut UU No.22 Tahun 1999 bahwa
di daerah di bentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintahan Daerah sebagai
Badan Eksekutif Daerah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, dan dalam melaksanakan
tugas dan kewenangan selaku Kepala Daerah, Bupati dibantu oleh Seorang Wakil Bupati.41
39Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 40. 40
BN Marbun, DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 2006, hal.76. 41
Sejak dibentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini lembaga Legislatif Kabupaten Karo
telah dipimpin oleh 16 orang, dan salah satunya adalah puteri kandung dari Kena Ukur Karo
Jambi Surbakti, Nora Else Surbakti yang justru duduk sebagai ketua DPRD Kabupaten Karo
setelah terjadinya pemberhentian Kena Ukur oleh DPRD Karo periode sebelum
kepemimpinannya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel 6 dibawah ini :
Tabel 2.6
Ketua DPRD Kabupaten Karo
No. Nama Ketua DPRD Masa Bakti
1. Selamat Ginting 1950-1955 2. Tokoh Purba 1955-1959 3. Matang Sitepu 1959-1962 4. Tampe Perangin-angin 1962-1965 5. Kolam Bukit 1969-1971 6. Panjang Barus 1971-1977 7. Muli Sembiring 1977-1982 8. Kursi Singarimbun 1982-1987 9. Kursi Singarimbun 1987-1992
10. Musim Firman Tarigan 1992-1997
11. Natangsa Suka Tendel 1997-1999
12. Bon Purba 1999-2004
13. R. Romanus Purba 2004-2009
14. Siti Aminah BR Perangin-angin 2009-2011
15. Effendy Sinukaban, SE 2011-2014
16. Nora Else Surbakti 2014- Sekarang
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Untuk Menetapkan Anggota DPRD Karo Periode Tahun 2009-2014 telah ditetapkan
pemilihan II: Berastagi, Simpang Empat, Merdeka dan Namanteran, c) Daerah Pemilihan III:
Tigapanah, Barusjahe, Merek dan Dolat Rayat, d) Daerah Pemilihan IV: Munte, Payung,
Kutabuluh dan Tiganderket, e) Daerah Pemilihan V: Tigabinanga, Juhar, Laubaleng dan
Mardingding.42
NO
Adapun nama-nama anggota DPRD Kabupaten Karo pada saat pemakzulan Kena Ukur
Karo Jambi Surbakti yang dilakukan anggota DPRD pada periode 2009-2014 yaitu :
Tabel 2.7
Anggota DPRD Kabupaten Karo Periode 2009-2014
NAMA JABATAN
1 Effendy Sinukaban, SE Ketua DPRD
2 Ferianta Purba, SE Wakil Ketua DPRD
3 Onasis Sitepu, ST Wakil Ketua DPRD
4 Aceh Silalahi Anggota DPRD
5 Alar Karo-karo Anggota DPRD
6 Drg.Bantuan Purba, M.Si Anggota DPRD
7 Chairani Br Bako Anggota DPRD
8 Drs.Darta Bangun Anggota DPRD
9 Ir. Edi Ulina Ginting Anggota DPRD
10 Eka Jaya Sitepu, SE Anggota DPRD
11 Frans Dante Ginting Anggota DPRD
12 Gilbert Ginting Anggota DPRD
13 Harapan Sitepu Anggota DPRD
14 Harison Sitepu, SE Anggota DPRD
15 Inganta Kembaren, SH Anggota DPRD
16 Join Fransisco Ginting Anggota DPRD
17 Makmur Jambak, SPdi Anggota DPRD
18 Martin Luter Sinulingga Anggota DPRD
19 Masdin D.T Ginting Anggota DPRD
20 Ir. Monni Pandia Anggota DPRD
21 Nantanail Ginting, SE Anggota DPRD
22 Pengamat Sembiring, SE Anggota DPRD
23 Perhiasen Trywaty Br Ginting Anggota DPRD
24 Dra. Remita Br Sembiring Anggota DPRD
25 Rendra Gaulle Ginting, SH Anggota DPRD
26 Sarijon Bako, SP Anggota DPRD
27 Saut Guring Anggota DPRD
28 Sentosa Sinuligga Anggota DPRD
29 Siti Aminah Br Perangin-angin, SE Anggota DPRD
30 Sudarto Sitepu Anggota DPRD
31 Sudirman Ginting Anggota DPRD
32 Sumihar Sagala, SE Anggota DPRD
33 Suranta Ginting, SE Anggota DPRD
34 Suranta Sitepu, SSi Anggota DPRD
35 Ir. Thomas Sitepu Anggota DPRD
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Disetiap periode jabatan dalam lembaga legislatif, terdapat banyak keputusan yang
dikeluarkan baik berupa peraturan daerah, anggaran dan lain-lain. Dalam tabel dibawah ini akan
diperlihatkan jenis keputusan yang dikeluarkan oleh DPRD masa kepemimpinan Effendy
Sinukaban. Adapun jenis keputusan yang sudah dibuat oleh DPRD Kabupaten Karo periode
Tabel 2.8
Keputusan DPRD Kabupaten Karo
No Jenis Keputusan Jumlah
1 Peraturan Daerah 4 2 Keputusan DPRD 6 3 Peringatan 0 4 Pernyataan 1 5 Resolusi 0 6 Kesimpulan 0 7 Keputusan Pimpinan DPRD 2 8 Memorandum 0
9 Pendapat Panitia Anggaran 1
Jumlah 14
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014 .
Selanjutnya DPRD selama 5 tahun masa jabatannya juga melakukan beberapa jenis
kegiatan, seperti rapat paripurna, rapat komisi, rapat anggaran dan lain-lain. Utuk lebih
jelasnyadapat dilihat dalam tabel 9 dibawah ini. Adapun jenis kegiatan yang sudah dilaksanakan
oleh DPRD Kabupaten Karo adalah :
Tabel 2.9
Kegiatan DPRD Kabupaten Karo
No Jenis Kegiatan Jumlah
(1) (2)
1 Paripurna Istimewa 4
2 Paripurna Terbuka 24
3 Paripurna Khusus 0
4 Rapat-rapat
-Rapat Banmus (Badan Musyawarah)
84 16
-Rapat Pimpinan -Rapat Kerja
-Rapat Gabungan Komisi/Dengar Pendapat
21 21 26
5 Panitia Anggaran 10
6 Rapat Panitia Khusus 5
7 Rapat Kerja Komisi Rapat Dengar Pendapat -Komisi A -Komisi B -Komisi C 5 0 1 4
8 Rapat Rutin Komisi I 0
Jumlah 132
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Dari tabel diatas 9 dapat dilihat bahwa DPRD Kabupaten Karo paling banyak melakukan
kegiatan rapat seperti rapat Banmus, rapat Pimpinan, rapat kerja, dan rapat gabungan/dengar
pendapat yang bila ditotal sebanyak 84 kali rapat.
2.4 Profil DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo dan Profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti
Partai Demokrat kabupaten karo berdiri melalui MUSCAB I Partai Demokrat kabupaten
karo pada tanggal 12-13 Maret 2005 di Berastagi.Artinya pada tahun itulah terbentuk
kepengurusan pertama DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo untuk mengemban tugas sebagai
organisasi politik.Tugas yang dimaksud disini adalah peraturan dan visi misi sebagaimana yang
telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PD maupun ketentuan
ketentuan serta ketetapan organisasi yang menjadi kebijakan DPP Partai Demokrat. Awal
berdirinya Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Karo dipimpin oleh Drg. Bantuan Purba M.Si
Struktur awal DPC ditetapkan melalu Surat keputusan Dewan Pimpinan Daerah Tk. I Sumatera
Utara dengan No. 29/SK/SU/DPD.PD/VII/2006 tertanggal 01 Agustus 2006 dan menyusul
kembali Surat Dewan Pimpinan Pusat No. 33/SK/DPP.PD/DPC/III/2009 tertanggal 23 Maret
2009 tentang susunan dan personalia DPC Partai Demkrat Kab. Karo masa bakti 2005-2011.43
Sejak dilaksanakannya Muscab I PD Kabupaten Karo pada bulan Maret 2005,
kegiatan-kegiatan awal yang menjadi prioritas partai adalah pelaksanaan Musancab ( Musyawarah Anak
Cabang) di Kabupaten Karo yang terdiri dari 17 kecamatan. Dari kerja keras kader Partai
Demokrat Kabupaten Karo dalam mensukseskan agenda ini maka terbentuklah DPAC di setiap
kecamatan dan Pengurus Ranting di 258 desa dan kelurahan.44
Untuk menjalankan suatu organisasi tentu dibutuhkan suatu struktur yang mengatur
tentang pembagian kerja anggota organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi
tersebut.Sehingga pasca pendirian partai Demokraat Kabupaten karo dibentuklah susunan
kepengurusan yang diputuskan oleh internal partai. Adapun bentuk susunan Kepengurusan DPC
Partai Demokrat Kabupaten Karo masa bhakti 2011-2016 adalah sebagai berikut :
43
Sumber data : Data Laporan Pertanggungjawaban DPC Partai Demokrat Kab. Karo masa bakti 2005-2011 pada Muscab II.
Gambar 2.1
Struktur Kepengurusan DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo masa bhakti 2011-2016
Sumber : Data Laporan Pertanggungjawaban DPC Partai Demokrat Kab. Karo masa bakti 2005-2011 pada Muscab II.
Struktur kepengurusan ini ditetapkan oleh partai melalui hasil Musayawarah Cabang ke II
Partai Demokrat Kabupaten Karo yang dilaksanakan di Berastagi pada tanggal 30 Juni 2014.
Kepengurusan ini di tetapkan dengan keputusan MUSCAB II Partai Demokrat dengan nomor :
09/MUSCAB II/PD/Kabupaten Karo/I/2011.45
Kebijakan Umum Partai Demokrat terdiri dari Satuan Tugas pokok, target realitis, pokok
45Ibid.
DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti Ketua Umum
Jhon Heri Sembiring Bendahara Umum Drg. Bantuan Purba, M.Si
Wakil Ketua I Masa Sinulingga Sekertaris Umum Mustra Perangin-angin, SS Sekertaris I Irwan Sitepu Wakil Ketua II Usaha Pelawi, SE Bendahara II Nataleo Kaban, SH Sekertaris II
Lisada Ulina br Girsang, SE Bendahara I
Akorta Ginting, S.Pd Sekertaris III
strategi dan sasaran, serta tahapan dan pokok kegiatan. Pertama, tugas pokok : 1) Membulatkan
dan menyamakan visi dan misi politik partai Demokrat, dalam upaya menyukseskan agenda
konsolidasi partai, yang meliputi konsolidasi kelembagaan kaderisasi dan keanggotaan. 2)
Mengembangangkan, serta mensosialisasikan sikap politik partai Demokrat, yang demokratis
berbasis kebangsaan, religius dan merakyat melalui program penggalangan territorial, terutama
didaerah basis untuk meraih simpati masyarakat pada setiap linkungan TPS, serta melalui
program penggalangan fungsional untuk memperkuat basis partai di semua kelompok strategis.
3) Membangun opini yang lebih meningkatkan citra calon anggota legislatif dan partai
Demokrat, melalui berbagai kegiatan dan pendekatan yang dapat menimbulkan simpati
masyarakat secara luas, dengan dukungan media massa secara efektif. 4) Memperkuat peran
calon Anggota Legislatif dan partai di kecamatan dan desa melalui kader, fungsionaris dan
simpatisan partai, yang menjadi pimpinan maupun penggerak kegiatan di lingkungan supra dan
infra struktur politik Kabupaten Karo, sehinga dapat memberi manfaat bagi masyarakat
khususnya dikawasan basis suara partai.
Kedua, target: 1) Merebut kepercayaan masyarakat Karo dalam Pemilihan umum dengan dukungan perolehan suara sekurang-kurangnya 20% total suara sah dalam Pemilu. 2) Meraih
komposisi kursi terbesar dalam Kursi DPRD Kabupaten Karo, yang menjadi persyarat Demokrat
sebagai partai pemenang Pemilu di Kabupaten Karo.
Ketiga, Pokok Strategi dan Sasaran: 1) Konsolidasi meningkatkan solidaritas Partai serta militansi kader, anggota dan simpatisan Partai segenap jajaran dan tingkatan partai se-Kabupaten
Karo. Dimana konsolidasi lebih ditekankan pada penguatan struktur kelembagaan partai sampai
ketingkat paling bawah. 2) Penggalangan untuk menyentuh hati nurani rakyat sehingga
3) Perkuat Basis, untuk memperluas basis dukungan terhadap calon di kecamatan, desa atau
kelurahan. 4) Pembinaan Opini, untuk meningkatkan citra calon dikalangan masyarakat luas.46
Karena dengan hal inilah Partai Demokrat meyakini, akan mampu bertahan dan tetap
dipercaya oleh kadernya sebagai perwakilan mereka di parlemen Kabupaten Karo, di tengah
pertarungan politik yang begitu ketat dari seluruh partai politik kompetitor Partai Demokrat pada
saat Pemilihan Umum di langsungkan. Atau dengan kata lain kunci kesuksesan Partai Demokrat
dalam memenangkan Pemilu, terletak pada mesin partai yang kuat, dengan di barengi kesolidan Kesimpulan dari proses ini adalah bagaimana kemapuan Partai Demokrat melakukan
Kaderisasi, mulai dari tingat kabupaten, hingga tingkatan terendah serta organisasi bawahan
partai, dengan kondisi demikian kekuatan partai bukan hanya terpusat pada pengurusan partai di
tingkat DPC di kabupaten Karo, tetapi memiliki kekuatan ataupun mesin politik sampai kepada
tingkatan yang bersinggungan langsung dengan grass rout (masyarakat akar rumput).
Selanjutnya dalam penunjukan pengurus Pimpinan Kelurahan dan Pimpinan Desa Partai
Demokrat, selalu mengutamakan, orang yang menjadi tokoh masyarakat, atau dikenal luas oleh
masyarakat di setiap desa. Keberadaan pengurus desa, ini selalu dimonitor oleh pengurus
kecamatan, dengan melakukan evaluasi terhadap proses kaderisasi dan kesolidan pengurus pada
saat rapat-rapat internal Demokrat di tingkat kecamatan. Kemudian hasil pembahasan di tingkat
kecamatan akan di konsultasikan kembali dalam rapat harian pengurus Partai Demokrat di
tingkat Kabupaten, yang ditujukan untuk megetahui permasalahan yang terjadi dan pemenangan
yang akan dilakukan. Karena pada dasarnya desain pemenangan Demokrat dalam Pemilu sangat
bertumpu dari kekuatan konsolidasi dalam Internal Partai, dan militansi kader untuk
mewujudkan cita-cita partainya.
46Ibid.
kader-kadernya seperti yang disampaikan oleh Jidin Ginting sebagai Ketua Fraksi Partai
Demokrat : “ya menurut saya kunci kesuksesan Partai Demokrat dalam memenangkan Pemilu
terletak pada mesin partai yang kuat dengan dibarengi kesolidan kader-kadernya, itu saja saya
rasa ya.”47
Profil Kena Ukur penting untuk diketahui dalam hal ini adalah karena Kena Ukur
merupakan objek dari pemberhentian Bupati yang diteliti dalam tulisan ini. Adapun profil
singkat dari Mantan Bupati Kabupaten Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti yang diperoleh
adalah, nama lengkap Kena Ukur Surbakti. Nama Karo Jambi merupakan nama catutan seperti
yang dikatakan oleh Irwan Sitepu : “Karo Jambi itu kan maksudnya orang Karo yang berada di
Jambi dulu masih pake sandal itu. Kalau namanya Kena Ukur itu namanya, Karo Jambi kan
panggilan itu di Jambi.”48
Selanjutnya mengenai riwayat pendidikan yang ditempuh oleh Kena Ukur selama
hidupnya yang membawanya pula hingga menjabat menjadi Bupati Karo pada tahun 2011.
Adapun riwayat pendidikan yang ditempuh oleh Kena Ukur adalah : 1) Lulus SR di Tiganderket
(sekarang SD Negeri No. 040487 Tiganderket) tahun 1962. 2) Lulus SLTP N 1 Kabanjahe tahun Jadi nama yang terkenal selama ini “Karo Jambi” merupakan nama panggilan yang sudah
terkenal yang di dapat oleh Kena Ukur selama merantau di Jambi sebagai pengusaha. Kena Ukur
lahir di Kabupaten Karo tepatnya di Kutambaru pada tanggal 17 November 1946. Ketika
menjabat sebagai Bupati, Kena Ukur tinggal dan beralamat di jalan Veretan No.40 Gunung Leto,
Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo.Ken Ukur menganut agama Kristen Protestan dan
merupakan runggun di GBKP (Gerja Batak Karo Protestan) di Kabanjahe.
47Hasil wawancara dengan Jidin Ginting, SH ketua Fraksi PD DPRD Kab. Karo pada tanggal 23 Maret 2014 pukul 15:15 WIB di Kantor DPRD Kabupaten Karo.
48
Hasil wawancara dengan Bapak Irwan Sitepu, Wakil Ketua DPC Kabupaten Karo pada tanggal 23 Maret 2014 pukul 16:25 WIB di Kantor DPC Partai Demokrat.
1865 (dengan SKPI tahun 2003). 3) Lulus STM Negeri 1 Kp Baru Medan 1968 (dengan SKPI
yang dikeluarkann oleh SMK Negeri 2 Medan pada tahun 2010).49
Sebelum menjabat sebagai Bupati Karo, Kena Ukur telah banyak memimpin organisasi
dan memiliki perusahaan yang karena begitu banyaknya hingga tidak dapat disebutkan satu
persatu. Kena Ukur Surbakti Juga memiliki perkebunan yang begitu luas,seperti yang dikatakan
oleh Irwan Sitepu : “Dia juga pemilik Perusahaan PT. Karo Jambi, ada lebih 10 kurasa
perusahaanya sangkin banyaknya jadi lupa.”
Dari keterangan riwayat pendidikan diatas dapat ditemukan banyak sekali kejanggalan,
yang mana masalah ini merupakan salah satu pemicu timbulnya rencana pemberhentian beliau
oleh DPRD Kabupaten Karo. Kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan tersebut dimulai dari :
Pertama, Kena Ukur Surbakti lahir pada tahun 1946 dan lulus SR pada tahun 1962 yang berarti bahwa beliau lulus pada usia 16 tahun. Kedua, Kena Ukur Surbakti masuk STM dengan tahun
ajaran tahun 1968 dan lulus pada tahun 1968 juga. Ketiga, pada keterangan (gambar SKPI Kena
Ukur) ditulis dan diakui bahwa Kena Ukur merupakan siswa di STM Negeri 1 Kp Baru Medan,
namun SKPI beliau dikeluarkan oleh SMK Negeri 2 Medan. Keempat, dalam keterangan
pengeluaran SKPI STM, SMK Negeri mengeluarkannya pada tahun 2010 sementara pada tahun
2005 Kena Ukur Surbakti sudah menjadi calon Bupati Kabupaten Karo.
50
Melalui wawancara yang sama dapat diketahui juga beberapa organisasi maupun partai
dan perusahaan yang dipimpin oleh Kena Ukur yang tercatat sejak tahun 2013. Adapun riwayat
pekerjaan Kena Ukur yang diperoleh antara lain: 1) Ketua Pemuda Merga silima se-Indonesia
pada tahun 2003. 2) Anggota DPRD Tk.II dari partai Golkar pada tahun 2004. 3) Calon Bupati
Kabupaten Karo dari Partai PDI P pada tahun 2005. 4) Ketua PNI Marhaenisme pada tahun
49
Ibid. 50Ibid.
2007. 5) Ketua PKPB (Partai Karya Peduli Bangsa) pada tahun 2008. 6) DPRD Tk.II pada tahun
2009. 7) Bupati Kabupaten Karo pada tahun 2010. 8) Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten
Karo pada tahun 2011. 9) Pemilik Perusahaan PT. Karo Jambi dan perkebunan sawit di Jambi.
Dari keterangan diatas ditemukan fakta bahwa Kena Ukur sudah beberapa kali
berpindah-pindah partai. Mulai dari partai Golkar yang membawanya duduk sebagai anggota
DPRD Kabupaten Karo pada tahun 2004, berselang kurang dari setahun beliau mencalonkan diri
sebagai Bupati Karo bersama Siti Aminah Br Perangin-angin dengan diusung partai PDI
Perjuangan. Selanjutnya pada tahun 2007 Kena Ukur menjadi ketua Partai Nasional Indonesia
(PNI) Marhaenisme, berselang kurang dari setahun pula ia menjadi ketua PKPB (Partai Karya
Peduli Bangsa) yang membawanya kembali menjadi anggota DPRD Kabupaten Karo dan
berhasil memenangkan Pemilihan Umum Daerah dan menjadi Bupati Kabupaten Karo pada
tahun 2010. Dengan waktu yang sama pula kurang dari setahun, Kena Ukur kemudian menjadi