• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI KETERLAKSANAAN PBL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs NEGERI SUMBANG DAN MTs MA’ARIF NU 1 CILONGOK TAHUN AJARAN 2014/2015 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI KOMPARASI KETERLAKSANAAN PBL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs NEGERI SUMBANG DAN MTs MA’ARIF NU 1 CILONGOK TAHUN AJARAN 2014/2015 - repository perpustakaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Mulyono (2009) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah interaksi antara peserta didik dalam belajar dan berpikir untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi dengan cara menggunakan informasi, pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, pengetahuan tentang menghitung, dan menggunakan hubungan-hubungan antar gagasan matematika yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar matematika yang lebih optimal.

(2)

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, diperlukan proses pembelajaran matematika yang berkualitas. Dalam hal ini guru mempunyai peranan sangat penting. Guru harus dapat merubah paradigma pembelajaran yang lama. Pembelajaran matematika disekolah harus melibatkan peserta didik dalam segala aktifitas pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif, yang mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi.

Menurut Mulyasa (2006), pembelajaran dibuat oleh guru di setiap satuan pendidikan untuk menggerakkan mesin utama pendidikan. Tugas pokok seorang guru dalam keterlaksanaan kegiatan pembelajaran adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus dapat memahami konsep dasar kurikulum dan kemampuan merencanakan yang meliputi penyusunan silabus dan RPP, melaksanakan pembelajaran serta mampu melaksanakan penilaian pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran

(3)

proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

a. Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (BSNP, 2006). Dalam peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007, dijelaskan bahwa komponen-komponen silabus meliputi: identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam KTSP, hanya disajikan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan untuk strategi pembelajaran, metode, teknik penilaian, penyediaan sumber belajar, organisasi kelas dan waktu merupakan hak sepenuhnya bagi guru.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(4)

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran, dimana pengembangannya dilakukan oleh guru. Menurut Gagne dan Briggs (Majid, 2008), tugas guru dalam menyusun RPP adalah menjabarkan, mengubah, dan memodifikasi silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci serta dijadikan pedoman dalam pembelajaran dengan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, karakteristik peserta didik, serta kemampuan guru.

Perencanaan yang baik sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara mencapainya, dengan demikian guru dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatiannya pada pembelajaran yang telah diprogramkan (Mulyasa, 2006). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP memegang peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu sebagai perencanaan atas apa yang akan dilakukan di kelas, sehingga baik guru maupun peserta didik dapat mengetahui tujuan apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.

(5)

meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

(6)

yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau merangkum materiyang telah dipelajari, menilai sebagai bentuk refleksi, memberikan umpan balik, dan tindak lanjut.

Dalam pelaksanaan KTSP, proses pembelajaran harus dapat meningkatkan kemampuan siswa, guru harus berperan sebagai fasilitator dan berusaha menciptakan kondisi yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman pembelajaran tersebut dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Trianto (2010) menyatakan bahwa berlakunya KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran, diantaranya orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih pada siswa, metodologi yang semula didominasi ekspositori berganti partisipasi, dan pendekatan yang semula banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. KTSP menghendaki bahwa suatu pembelajaran tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

(7)

PBL merupakan salah satu metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran matematika. Sanjaya (2010) mengemukakan bahwa PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. PBL juga merupakan suatu metode yang banyak digunakan untuk menunjang pendekatan learner centered dan yang memberdayakan pemelajar yang juga merupakan ciri dari pembelajaran matematika.

3. Penilaian Pembelajaran

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (BSNP, 2006). Penilaian yang dilakukan menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian kompetensi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian yaitu:

1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria.

3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.

(8)

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian kompetensi peserta didik. Penetapan kriteria ketuntasan minimal belajar merupakan tahap awal pelaksanaan penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

B. PBL (Problem Based Learning)

1. Pengertian PBL (Problem Based Learning)

(9)

Beberapa pengertian tersebut, menginformasikan bahwa problem based learning merupakan aktifitas pembelajaran yang dimulai dari pemberian permasalahan autentik (nyata) yang menjadi dasar penyelidikan bagi siswa, sehingga siswa dapat mengemukakan ide-ide mereka dan menyusun pengetahuan mereka sendiri untuk memecahkan masalah.

2. Karakteristik PBL (Problem Based Learning)

Menurut Rusman (2011), karakteristik PBL adalah sebagai berikut: a. Permasalahan menjadistarting pointdalam belajar;

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam proses belajar mengajar;

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

(10)

i. Keterbukaan proses dalam proses belajar mengajar meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar;dan

j. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

3. Tahapan-Tahapan PBL (Problem Based Learning)

Tahapan-tahapan PBL (problem based learning) menurut Arends (2007) adalah sebagai berikut:

a. Fase 1: Orientasi siswa pada masalah

Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistic penting, dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.

b. Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Fase 3: Membimbing menyelidiki individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, kemudian melaksanakan percobaan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

(11)

e. Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Arends (2007) di atas, maka langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintak PBL

Tahap-Tahap

Pembelajaran Aktifitas Pembelajaran

Fase 1:

Orientasi siswa pada masalah

Siswa diberikan suatu fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Fase 2:

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

1. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan

2. Mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan.

Fase 3: Membimbing

menyelidiki individu dan kelompok

1. Guru mendorong siswa untk mengumpulkan informasi yang sesuai serta yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah yang telah disajikan.

2. Siswa membuat dugaan, mulai melakukan penyelidikan sehingga dapat menyempurnakan permasalahan yang

(12)

Tahap-Tahap

Pembelajaran Aktifitas Pembelajaran

2. Siswa merencanakan dan mempersiapkan hasil diskusi yang selanjutnya dipresentasikan di depan kelas.

Fase 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

1. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

2. Siswa melakukan evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka gunakan sehingga mampu menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

4. Kelebihan dan Kekurangan PBL (Problem Based Learning)

a. Kelebihan PBL (Problem Based Learning)

Setiap pembelajaran, memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Spencer dan Jordan (1999) mengemukakan keunggulan PBL, yaitu sebagai berikut.

1) meningkatkan penguasaan materi secara lebih mendalam dibandingkan dengan pembelajaran biasa;

2) meningkatkan dan menjaga keterampilan diri yang terarah;

3) pembelajaran lingkungan lebih menstimulasi (merangsang pembelajaran);

4) peningkatan interaksi atau hubungan antara siswa dan pengajar; 5) meningkatkan kerjasama antar mata pelajaran secara klinis dan

(13)

6) pembelajaran menjadi lebih menyenangkan untuk siswa dan guru; 7) meningkatkan penguasaan pengetahuan; dan

8) meningkatkan motivasi.

b. Kekurangan PBL (Problem Based Learning)

Menurut Sanjaya (2010) PBL memiliki kekurangan sebagai berikut. 1) manakala siswa tidak minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dihadapi sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba;

2) keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan waktu cukup lama untuk persiapan;

3) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

C. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

(14)

Dengan mempertimbangkan kondisi di atas, dalam setiap awal tahun ajaran baru, guru dengan malalui forum guru serumpun dapat menetapkan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) atau kriteria ketuntasan minimal (KKM), KKM tersebut harus diinformasikan kepada seluruh warga sekolah/madrasah dan orang tua. Sekolah/madrasah dapat menetapkan batas/standar ketuntasan belajar minimal di bawah nilai ketuntasan belajar maksimum (100), dengan catatan sekolah/madrasah harus merencanakan target dalam waktu tertentu untuk mencapai nilai ketuntasan belajar ideal.

( Muhaimin, 2008)

1. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal

Penentuan KKM dilakukan melalui analisis ketuntasan minimum pada setiap indikator, KD dan SK. Masing-masing dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan belajar minimal dan menetapkannya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(15)

pelajaran dalam menetapkan KKM didasarkan pengalaman dan analisi guru bidang studi terhadap tingkat kerumitan dan kesulitan setiap Indikator, KD, dan SK mata pelajaran. Semakin tinggi tingkat kompleksitas mata pelajaran maka semakin sulit untuk dicapai, sehingga rata-rata nilainya sangat rendah. Dan semakin rendah tingkat kompleksitas mata pelajaran maka semakin mudah dapat tercapai, sehingga rata-rata nilainya sangat tinggi.

(16)

c. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah/madrasah. Semakin tercukupi sumber daya baik yang berupa sumber daya manusia atau lainnya, semakin tinggi pula tingkat keefektifan pembelajaran. Pertimbangan daya dukung sekolah/madrasah dalam menetapkan KKM dapat didasarkan pada tingkat ketersediaan ketercukupan tenaga pendidikan, fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, biaya oprasional pendidikan (BOP), menejemen sekolah/madrasah, kepedulian stakeholders sekolah/madrasah. Semakin tinggi tingkat ketercukupan dan kesesuaian daya dukung sekolah/madrasah, maka semakin mudah mencapai hasil belajar, sehingga nilainya semakin tinggi. Dan semakin rendah tingkat ketercukupan dan kesesuaian daya dukung sekolah/madrasah, maka semakin sulit untuk dapat mencapai hasil belajar yang ditetapkan, sehingga rata-rata nilainya sangat rendah.

( Muhaimin, 2008)

2. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Negeri Sumbang dan MTs

Ma’arif NU 1 Cilongok

(17)

perhitungan tingkat kompleksitas, kemampuan sumber daya pendukung dan intakedari maring-masing sekolah.

D. Materi Pelajaran

Adapun materi pelajaran yang diajarkan yaitu sebagai berikut:

Standar Kompetensi:

3. Menggunakan bentuk aljabar, Aritmatika sosial, dan perbandingan dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar:

3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmatika sosial yang sederhana.

Indikator:

3.3.1 Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai sebagian.

Gambar

Tabel 2.1 Sintak PBL

Referensi

Dokumen terkait

Materi mengakses informasi lingkungan hidup dan sumber daya alam yang ada pada Bab 1 sangat penting untuk dibahas karena suatu advokasi tidak dapat dilakukan tanpa adanya

Cara lain untuk memasukkan gambar agar tidak satu satu, pada saat muncul kotak dialog untuk menentukan file yang akan disisipkan, tekan tombol ctrl pada keyboard kemudian pilih

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hidden Naïve Bayes dapat digunakan untuk klasifikasi penyakit Diabetes dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan Naïve Bayes Classifier.. Keywords

Kemampuan dua variabel untuk menjelaskan keragaman dari produktivitas kerja adalah sebesar 39.30 %, hal ini memberi arti bahwa presentase pengaruh variabel bebas

Hasil penelitian ini berdasarkan data masih tampak bahwa setiap tahunnya kasus pidana di Sumatera Utara masih banyak yang belum terselesaikan.. Hasil regresi linier

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam peningkatan pembelajaran matematika pada

Merancang pengujian substantive transaksi penjualan dapat dilakukan ketika kondisi penjualan yang dicatat benar-benar terjadi, penjualan yang dicatat adalah untuk barang yang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada wanita usia subur (WUS) dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Wilayah Kerja Puskesmas Dara Juanti