KATA PENGANTAR
Buku 1 ini merupakan seri Buku Pedoman yang disusun dalam rangka Survei
Industri Mikro dan Kecil (VIMK) yang akan dilaksanakan pada tahun 2013. Buku ini
memuat pedoman bagi para Pimpinan BPS Provinsi, BPS Kabuapten/Kota.
Disamping memuat petunjuk teknis berkaitan dengan tata cara penggelolaan
kegiatan lapangan, buku ini dimaksudkan pula agar para Pejabat dan Petugas diatas memiliki keseragaman persepsi dan pemahaman tentang metodologi yang digunakan
dalam Survei Industri Mikro dan Kecil.
Saya minta agar semua pihak yang terkait khususnya para Pimpinan BPS
Provinsi, BPS Kabupaten/Kota membaca dan menggunakan buku pedoman ini secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat diperoleh hasil
pendataan yang maksimal sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran BPS serta para petugas lapangan atas kontribusinya dalam pelaksanaan Survei Industri
Mikro dan Kecil.
Selamat Bekerja.
Jakarta, Januari 2013 Deputi Bidang Statistik Produksi
Dr. Adi Lumaksono, MA
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ………. i DAFTAR ISI ……… ii I. PENDAHULUAN 1.1. U m u m ………. 1 1.2. Landasan Hukum ………... 2 1.3. T u j u a n ………... 21.4. Lingkup dan Cakupan ……… 2
1.5. Data dan Keterangan yang Dikumpulkan ………..……….. 3
1.6. Jadual Kegiatan dan Pelaksanaan VIMK13 …..………. 3
1.7. Jenis Dokumen Pelaksanaan VIMK13 ……..………. 5
1.8. Arus Dokumen Pelaksanaan VIMK13…..………. 6
II. METODOLOGI 2.1. Kerangka Sampel ……….. 7
2.2. Stratifikasi Blok Sensus ……… 7
2.3. Prosedur Penarikan Sampel ……… 11
2.4. Alokasi Sampel Usaha IMK Per Kabupaten/Kota di suatu Provinsi 12 2.5. Alokasi Sampel Industri Mikro Per Blok Sensus di suatu Kabupaten/Kota ………... 13
2.6. Pengambilan sampel Industri Kecil di setiap Blok Sensus …... 16
2.7. 2.8. 2.9. Pengambilan Sampel Industri Mikro di setiap Blok Sensus... Pengisian Daftar VIMK13 – DS... Contoh Penarikan Sampel... 16 19 20 III. ORGANISASI LAPANGAN 3.1. Organisasi Lapangan ………. 23
3.2. Penanggung jawab PelaksanaanVIMK13 di Daerah ………. 23
IV. TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN DOKUMEN 4.1. Pengiriman Dokumen dari BPS RI ke BPS Propinsi ……… 27
4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Propinsi ………. 27
4.3. Pengiriman File Hasil Entry dan Tabel Evaluasi dari BPS Propinsi ke BPS RI ……….. 28
LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel.1. Banyaknya Blok Sensus VIMK13 menurut Provinsi dan Strata...
Tabel.2. Sebaran blok Sensus (Panel dan Fresh) Per Provinsi Tahun 2013... Tabel.3. Sebaran Sampel Usaha IMK(Panel dan Fresh) Per Provinsi Tahun 2013... Tabel.4. Sebaran Blok Sensus dan Sampel IMK (Panel) Per Provinsi... Tabel.5. Sebaran Blok Sensus dan Usaha IMK (Fresh) Listing dan Pencacahan Per Provinsi Untuk Triwulan II Tahun 2013...
Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 Daftar Sampel Blok Sensus Non Panel(DSBS)... Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 Daftar Sampel Blok Sensus Panel(DSBS)... 31 32 33 34 35 36 37
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Dalam era reformasi bahwa perekonomian dibangun berlandaskan sistem ekonomi kerakyatan. Komponen utama sistem ekonomi kerakyatan adalah sumberdaya manusia sebagai konsumen, sebagai tenaga kerja, dan sebagai pengusaha. Dengan demikian sistem ekonomi kerakyatan merupakan tatanan ekonomi yang memberikan kesempatan kerja dan berusaha seluas luasnya kepada masyarakat untuk mencapai peningkatan kesejahteraan secara merata dan berkeadilan. Secara kongkret upaya peningkatan ekonomi masyarakat harus dilakukan dalam berbagai program diantaranya pembangunan Industri Mikro dan Kecil (IMK).
Industri Mikro dan Kecil mempunyai peran yang sangat vital dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan jumlah investasi yang relatif kecil, maka usaha Industri Mikro dan Kecil dapat lebih fleksibel dan beradaptasi terhadap perubahan pasar. Industri Mikro dan Kecil tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal , karena dapat tanggap menangkap peluang untuk subsitusi impor dan
meningkatkan (Supply) persediaan domestik. Pengembangan IMK dapat memberikan
kontribusi pada diversifikasi industri dan percepatan perubahan struktur sebagai pra kondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan.
Pada tahun 2011 dan 2012, Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK) diselenggarakan secara triwulanan. Triwulan I periode Januari-Maret, Triwulan II periode April-Juni, Triwulan III periode Juli-September, dan Triwulan IV periode Oktober-Desember.
VIMK13 diselenggarakan untuk mendata keberadaan, penyebaran, aktivitas, dan karakteristik kegiatan IMK. Pendekatan pencacahan VIMK13 dilakukan melalui pendekatan perusahaan/usaha. Sasaran pencacahan IMK adalah perusahaan/usaha berskala mikro dan kecil.
Dari hasil kegiatan VIMK13 ini diharapkan dapat diperoleh data mengenai pertumbuhan produksi IMK secara triwulanan, struktur pendapatan dan pengeluaran serta berbagai karakteristik usaha lainnya.
Buku pedoman ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk BPS Provinsi/Kabupaten/Kota, agar mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama tentang hal-hal teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan VIMK13.
1.2.
Landasan Hukum
Landasan hukum pelaksanaan VIMK13:
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik.
c. Peraturan Presiden RI No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.
1.3.
Tujuan
Secara umum VIMK13 bertujuan untuk mengetahui profil Industri Mikro dan Kecil
(IMK) daerah potensi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. VIMK13 akan mengumpulkan dan menyajikan data tentang kegiatan perusahaan/usaha berskala mikro dan kecil yang rinci dan mutakhir menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) pada tingkat nasional.
Secara khusus tujuan VIMK13 adalah :
1. Mengetahui pertumbuhan produksi IMK. Dimana listing tahap I ada sebanyak 3000 blok
sensus dan pencacahan sebanyak 9000 usaha setiap triwulan.
2. Mendapatkan informasi dasar tentang berbagai informasi mengenai kegiatan ekonomi
menurut 2 digit KBLI sebagai bahan untuk estimasi indikator IMK , seperti:
a. Banyaknya usaha
b. Banyaknya tenaga kerja
c. Pengeluaran untuk tenaga kerja
d. Struktur input dan output
e. Kendala dan prospek usaha
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 3
1.4.Lingkup dan Cakupan
VIMK13 ini dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota daerah potensi seluruh provinsi di Indonesia dengan jumlah blok sensus terpilih sebanyak 12.000 blok sensus. Mencakup 72.000 perusahaan/usaha mikro dan kecil, yang terbagi menjadi empat triwulan untuk setiap triwulan terdiri dari 9000 perusahaan/usaha. Sisanya 36.000 perusahaan/usaha dicacah pada Triwulan II 2013 tahap II. Sasaran pencacahan meliputi perusahaan/usaha industri mikro dengan banyaknya tenaga kerja 1-4 orang dan industri kecil dengan banyaknya tenaga kerja 5-19 orang termasuk pengusaha/pemilik.
1.5. Data dan Keterangan yang Dikumpulkan
Adapun data dan keterangan yang dikumpulkan dalam VIMK13:
a. Daftar VIMK13-L1/L2 terdiri dari 6 (enam) blok, yaitu:
Blok I : Keterangan Tempat
Blok II : Ringkasan
Blok III : Pendaftaran Usaha/Rumah Tangga
Blok IV : Keterangan Penarikan Sampel Utama
Blok V : Catatan
Blok VI : Keterangan Petugas
b. Daftar VIMK13-S1/S2 terdiri dari 10 (sepuluh) blok, yaitu:
Blok I.1 : Keterangan Tempat
Blok I.2 : Keterangan Perusahaan/Usaha
Blok II : Keterangan Umum
Blok III : Keterangan Pekerja dan Balas Jasa
Blok IV : Total Biaya/Pengeluaran Produksi Perusahaan/Usaha
Blok V : Produksi dan Pendapatan Perusahaan/Usaha
Blok VI : Nilai Harta Yang Dimiliki Perusahaan/Usaha dan Sumber
Modal
Blok VII : Kendala, dan Prospek Usaha
Blok VIII Blok IX : : Catatan Pengesahan
1.6.
Jadual Kegiatan dan Pelaksanaan VIMK13
Adapun jadual kegiatan dan pelaksanaan VIMK13 yang dilaksanakan pada tahun 2013 seperti tabel di bawah ini:
Jadual Pelaksanaan Survei Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahun 2013
A. Survei IMK Triwulanan (Panel) No
. Kegiatan P/D Waktu Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4)
Triwulan I
1. Persiapan Buku Pedoman, Kuesioner & Program P 2 Jan – 10 Februari 2013
2. Pengambilan Sampel Blok Sensus P 2 - 15 Januari 2013
3. P Pengiriman Sampel Blok Sensus ke Provinsi P 15 Januari 2013
4. Pemeriksaan Sampel Blok Sensus D 15 Jan – 10 Pebruari 2013
5. Pengiriman Blok Sensus hasil pemeriksaan D 11 Pebruari 2013
6. Listing Blok Sensus D 18 - 26 Maret 2013
7. Pengambilan Sampel Usaha D 22 - 29 Maret 2013
8. Pencacahan Sampel Usaha D 1 - 11 April 2013
9. Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry D 2 – 19 April 2013
10. Pengiriman Data ke BPS RI D 20 April 2013
11. Pengolahan Tabulasi di BPS RI P 21 – 28 April 2013
12. 13.
Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB Rilis Pertumbuhan Industri
P P 27 – 29 April 2013 1 Mei 2013 14. Rilis PDB/PDRB P 5 Mei 2013 Triwulan II
1. Pencacahan Sampel Usaha D 1 – 11 Juli 2013
2. Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry D 5 – 20 Juli 2013
3. Pengiriman Data ke BPS RI D 10 – 20 Juli 2013
4. Pengolahan Tabulasi di BPS RI P 22 – 26 Juli 2013
5. Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB P 27 – 29 Juli 2013
6. Rilis Pertumbuhan IMK P 1 Agustus 2013
7. Rilis PDB/PDRB P 5 Agustus 2013
Triwulan III
1. Pencacahan Sampel Usaha D 1 – 11 Oktober 2013
2. Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry D 5 – 20 J Oktober 2013
3. Pengiriman Data ke BPS RI D 10 – 20 Oktober 2013
4. Pengolahan Tabulasi di BPS RI P 22 – 26 Oktober 2013
5. Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB P 27 – 29 Oktober 2013
6. Rilis Pertumbuhan IMK P 1 Nopember 2013
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 5 Triwulan IV
1. Pencacahan Sampel Usaha D 1 – 11 Januari 2014
2. Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry D 5 – 20 Januari 2014
3. Pengiriman Data ke BPS RI D 10 - 20 Januari 2014
4. Pengolahan Tabulasi di BPS RI P 22 – 26 Januari 2014
5. Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB P 27 – 29 Januari 2014
6. Rilis Pertumbuhan IMK P 1 Februari 2014
7. Rilis PDB/PDRB P 5 Februari 2014
B. Survei IMK untuk estimasi indikator IMK
No. Kegiatan P/D Waktu Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4)
1. 2. 3.
Listing Blok Sensus *)
Pengambilan Sampel Usaha *) Pencacahan Sampel Usaha
D D D 10– 25 Juni 2013 25 -28 Juni 2013 1 – 25 Juli 2013
4. Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry D 5 Juli – 10 Agustus 2013
5. Pengiriman Data ke BPS RI D 10 Juli 31 Agustus 2013
6. Pengolahan Tabulasi di BPS RI P 1 – 15 September 2013
7. Tabulasi sementara P 16 Agustus 2013
8. Pemeriksaan dan Evaluasi data P 19 Agustus – 5 Sept 2013
9. Tabulasi Final P 5 -8 September 2013
10. Publikasi Profil IMK Tahun 2013 P 10 September 2013
11. Pencetakan Publikasi P 15 Sept -15 Oktober 2013
12. Diseminasi data/Pengiriman Publikasi P 1 – 15 Nop. 2013
*) : Listing tambahan 9000 BS dan tambahan sampel 36.000 usaha/perusahaan Ket : Kolom (3) : P = Pusat D = Daerah
1.7.
Jenis Dokumen yang Digunakan
Jenis daftar dan buku pedoman yang digunakan untuk pencacahan perusahaan/usaha industri mikro dan kecil 2013 serta kegunaanya seperti tabel di bawah ini:
Jenis Dokumen, Kegunaan, dan Petugas
No Jenis Dokumen Kegunaan Petugas
(1) (2) (3) (4)
1. VIMK13-DSBS
(Daftar Sampel Blok Sensus)
Mengetahui identitas blok sensus terpilih Pengawas/ Pencacah
2. VIMK13-L1/L2
(Listing)
Pendaftaran perusahaan/usaha dalam blok sensus terpilih
Pengawas/ Pencacah
3. VIMK13-DS/DS
(Daftar Sampel)
Mengetahui nama dan alamat
perusahaan/usaha yang akan dicacah
Pengawas/ Pencacah
4. VIMK13-S1/S2
(Sampel)
Untuk mencacah perusahaan/usaha
terpilih
Pencacah/ Pengawas
5. VIMK13-RB
(Rekap Blok Sensus)
Untuk merekap jumlah Industri Mikro dan Kecil per Blok Sensus
Pengawas
6. Buku 1 Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS
Kab/Kota
Provinsi/ Kabupaten
7. Buku 2 Pedoman Pencacah Pengawas/
Pencacah
8. Buku 3 Pedoman Pemeriksaan/Pengawasan Pengawas
9. Buku 4 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia Industri Manufaktur
Pengawas
10. Buku 5 Pedoman Pengolahan Kasie Integrasi
Pengolahan Data/ Kasie Industri / Kasie
Stat.Pertanian & IKR (Prov. DKI),
editor dan
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 7
1.8.
Arus Dokumen Pelaksanaan IMK13
Alur pendistribusian dokumen IMK13 seperti pada gambar di bawah ini:
BPS BPS Provinsi BPS Kab/Kota Pengawas Petugas
1. VIMK13-DSBS 1. VIMK13-DSBS 1. VIMK13-DSBS 1. VIMK13-DSBS 1. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-L1/L2 2. VIMK13-L1/L2 2. VIMK13-L1/L2 2. VIMK13-L1/L2 2. VIMK13-DS
3. VIMK13-DS 3. VIMK13-DS 3. VIMK13-DS 3. VIMK13-DS 3. VIMK13-S1/S2
4. VIMK13-S1/S2 4. VIMK13-S1/S2 4. VIMK13-S1/S2 4. VIMK13-S1/S2 4. Pedoman Buku 2
5. VIMK13-RB 5. VIMK13-RB 5. VIMK13-RB 5. VIMK13-RB 5. Sketsa peta
6. Pedoman Buku 1 6. Pedoman Buku 1 6. Pedoman Buku 1 6. Pedoman Buku 2 hasil scanning 7. Pedoman Buku 2 7. Pedoman Buku 2 7. Pedoman Buku 2 7. Pedoman Buku 3
8. Pedoman Buku 3 8. Pedoman Buku 3 8. Pedoman Buku 3 8. Sketsa peta 9. Pedoman Buku 4 9. Pedoman Buku 4 9. Sketsa peta hasil scanning 10. Pedoman Buku 5 10. Pedoman Buku 5 hasil scanning
1. Tabel Evaluasi 1. VIMK13-DSBS 1. VIMK13-DSBS 1. VIMK13-DSBS
dalam bentuk Hard Copy 2. VIMK13-L1/L2 2. VIMK13-L1/L2 2. VIMK13-L1/L2
dan CD copy 3. VIMK13-DS 3. VIMK13-DS 3. VIMK13-DS
2. Data VIMK13_pp.krm 4. VIMK13-S1/S2 4. VIMK13-S1/S2 4. VIMK13-S1/S2
5. VIMK13-RB 5. VIMK13-RB 5.VIMK13-RB
6. Sketsa peta 6. Sketsa peta hasil scanning hasil scanning
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 9
BAB II
METODOLOGI
2.1. Kerangka SampelKerangka sampel yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan usaha.
Kerangka sampel blok sensus yang digunakan adalah daftar blok sensus yang dilengkapi dengan informasi jumlah usaha industri mikro dan kecil (IMK) hasil pencacahan Sensus Ekonomi 2006 (SE06).
Kerangka sampel usaha adalah daftar usaha hasil pendaftaran Survei IMK 2013. Kerangka sampel usaha ini dibedakan menurut usaha industri kecil dan usaha industri mikro.
2.2. Stratifikasi Blok Sensus
Stratifikasi blok sensus yang digunakan pada Survei IMK 2013 sama dengan stratifikasi yang digunakan pada Survei IMK 2010. Pada bagian ini diuraikan kembali proses stratifikasi blok sensus yang telah dilakukan pada saat persiapan IMK 2010 tersebut. Tujuan dilakukannya stratifikasi blok sensus adalah untuk mengelompokkan blok sensus menjadi kelompok-kelompok berdasarkan jumlah relatif usaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) menurut jenis Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Untuk setiap jenis KBLI, strata konsentrasi yang bersesuaian dengan jenis usaha adalah sekelompok blok sensus dengan komposisi jenis usaha yang dominan (menonjol). Stratifikasi blok sensus dilakukan pada level provinsi.
Notasi Dasar
Untuk memudahkan pemahaman terhadap proses stratifikasi blok sensus yang akan dilakukan, berikut ini disajikan notasi-notasi yang digunakan:
h : menyatakan blok sensus (h = 1, 2, …, k)
i : menyatakan jenis usaha sesuai KBLI (i = 1, 2, 3, …,24)
1 : Industri Makanan,
2 : Industri Minuman,
3 : Industri Pengolahan Tembakau,
4 : Industri Tekstil,
5 : Industri Pakaian Jadi,
6 : Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki,
7 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur), dan
8 : Industri Kertas, Barang dari Kertas,
9 : Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman,
10 : Industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi,
11 : Industri Bahan Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia,
12 : Industri Farmasi, Produk Obat dan Jamu,
13 : Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik,
14 : Industri Barang Galian Bukan Logam,
15 : Industri Logam Dasar,
16 : Industri Barang dari Logam, bukan Mesin dan Peralatannya,
17 : Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik,
18 : Industri Peralatan Listrik,
19 : Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL,
20 : Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer,
21 : Industri Alat Angkutan lainnya,
22 : Industri Furnitur,
23 : Industri Pengolahan Lainnya,
24 : Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatannya.
Nhi : banyaknya usaha IMK dengan KBLI i dalam blok sensus h.
Ai : jumlah blok sensus yang paling sedikit memuat satu usaha IMK dengan KBLI i.
N.i : jumlah usaha IMK dengan KBLI i.
Proses Stratifikasi
Proses stratifikasi blok sensus dilakukan dengan tahapan seperti berikut:
1. Jika Nhi = 0 untuk semua i, maka blok sensus tersebut langsung digolongkan sebagai strata
non usaha
2. Hitung rata-rata banyaknya usaha IMK pada blok sensus usaha dengan rumus:
i i i A N B . .
3. Menghitung indeks konsentrasi pada setiap blok sensus dan jenis usaha IMK dengan
rumus: i hi hi B N I .
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 11
4. Membuat peringkat dari Ihi diantara seluruh Ihi (i = 1, 2, …,24) untuk seluruh blok sensus
seperti berikut:
Rhi = 1 untuk nilai Ihi terbesar pertama
Rhi = 2 untuk nilai Ihi terbesar kedua
…. dst.
Rhi = 0 untuk seluruh i dengan Nhi = 0.
5. Definisikan R1h = i (peringkat pertama blok sensus h) bersesuaian dengan jenis usaha
IMK dengan KBLI h untuk Rhi = 1 dalam blok sensus h, dan R1h = 0 jika N.h = 0
6. Definisikan R2h = i (peringkat kedua blok sensus h) bersesuaian dengan jenis usaha IMK
dengan KBLI untuk Rhi = 2 dalam blok sensus h, dan R2h = 0 jika N.h = 0
7. Definisikan strata/substrata berdasarkan kombinasi dari R1h dan R2h.
Untuk lebih jelasnya, proses pembentukan blok sensus konsentrasi menurut jenis IMK sesuai KBLI secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Pembentukan Blok Sensus Konsentrasi
BS Jumlah Usaha (i=1,2,…,24) Indeks Konsentrasi (Ihi) R1h R2h Strata
1 … i … 24 1 … i … 24 1 2 … h Nh1 …. Nhi …. Nh24 Ih1 … Ihi … Ih24 … K N.i N.1 …. N.i …. N.24 Ai A1 …. Ai …. A24 Bi B1 …. Bi …. B24 Contoh :
R1h= 1 dan R2h= 0, adalah kelompok blok sensus yang hanya mengandung jenis usaha
R1h = 1 dan R2h= 2, adalah kelompok blok sensus yang peringkat pertama dari pada indeks konsentrasi terdapat pada jenis usaha Industri Makanan, sedangkan peringkat keduanya terdapat pada jenis usaha Industri Minuman.
Evaluasi
Proses stratifikasi yang telah dilakukan dengan prosedur yang tercantum pada butir (2.b) akan menghasilkan stratifikasi blok sensus awal yang harus dievaluasi sehingga menghasilkan kelompok-kelompok blok sensus yang lebih masuk akal. Prosedur evaluasi terhadap hasil stratifikasi awal adalah sebagai berikut:
3. Untuk simplifikasi notasi dalam evaluasi terhadap hasil awal stratifikasi maka dilakukan
perubahan notasi.
k : blok sensus
j : peringkat pertama indeks konsentrasi usaha dengan KBLI j (j = 1, 2, ...,24)
j’ : peringkat kedua indeks konsentrasi usaha dengan KBLI j’ (j’= 0, 1, 2, …,24)
Untuk j’= 0 berarti blok sensus tersebut hanya memuat jenis IMK dengan KBLI j.
j ) ' j , j ( k
N : jumlah IMK dengan KBLI j dalam substrata (j,j’)
j j
N : rata-rata banyaknya IMK dengan KBLI j dalam strata j
4. Prosedur Evaluasi Untuk j’= 0 Bila j j j j j k N
N ( ,') , maka j = 25, artinya blok sensus k digolongkan dalam strata non
konsentrasi usaha.
Untuk j’ 0
Bila Nkj(j,j')Njjdan Nkj('j,j')Njj'', maka j = j
Bila Nkj(j,j')<Njjdan Nkj('j,j')Njj'', maka j = j’
Bila Nkj(j,j')<Njjdan Nkj('j,j')<Njj'', maka j = 25
5. Berdasarkan hasil evaluasi, selanjutnya setiap satu blok sensus hanya dikelaskan
ke dalam salah satu kelas, yaitu:
a) Industri Makanan
b) Industri Minuman
c) Industri Pengolahan Tembakau
d) Industri Tekstil
e) Industri Pakaian Jadi
f) Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki
g) Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur), dan
Barang-Barang Anyaman dari Rotan, Bambu, dan Sejenisnya
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 13
i) Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
j) Industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi
k) Industri Bahan Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia
l) Industri Farmasi, Produk Obat dan Jamu
m) Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik
n) Industri Barang Galian Bukan Logam
o) Industri Logam Dasar
p) Industri Barang dari Logam, bukan Mesin dan Peralatannya
q) Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik
r) Industri Peralatan Listrik
s) Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
t) Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
u) Industri Alat Angkutan lainnya
v) Industri Furnitur
w) Industri Pengolahan Lainnya
x) Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatannya
y) Blok Sensus Non Konsentrasi Usaha.
2.3. Prosedur Penarikan Sampel
Rancangan penarikan sampel yang digunakan adalah penarikan sampel dua tahap
terstratifikasi (stratified two-stage sampling).
Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus dipilih 12000 blok sensus secara
probability proportional to size/pps dengan size banyaknya usaha IMK hasil pendaftaran
SE06. Penarikan sampel blok sensus antar strata dilakukan secara independent.
Estimasi Triwulan I, dan panel Triwulan II, III, dan IV, sebanyak 3000 blok sensus dipilih dari daftar sampel blok sensus Triwulan II secara sistematik sampling.
Tahap kedua, dari kerangka sampel usaha, seluruh industri kecil dipilih sebagai sampel, dan dilakukan pemilihan sejumlah industri mikro dari hasil pendaftaran IMK secara sistematik linier untuk setiap jenis usaha sesuai KBLI pada blok sensus terpilih. Bila jumlah industri kecil dalam suatu provinsi melebihi target sampel usaha IMK, maka harus dilakukan pemilihan sampel untuk industri kecil.
Pendaftaran dan pengambilan sampel usaha IMK dilakukan pada Triwulan I dan Triwulan II
Jumlah Sampel
Jumlah sampel Survei IMK 2013 dirancang untuk estimasi tingkat provinsi pada setiap triwulan. Jumlah sampel blok sensus Triwulan I, III, dan IV sebanyak 3000 blok sensus dan 9000 usaha IMK, sedangkan jumlah sampel blok sensus Triwulan II sebanyak 12000 blok sensus dan 45000 usaha IMK digunakan untuk estimasi usaha IMK Tahun 2013.
Tabel 1. Jumlah Sampel Blok Sensus, Usaha, dan Level Estimasi Survei IMK 2013
Triwulan
I II III IV
Jumlah sampel blok
sensus Panel - 3.000 3.000 3.000
Fresh 3.000 9.000 - -
Jumlah 3.000 12.000 3.000 3.000
Jumlah sampel blok
sensus yg di-listing 3.000 9.000 - -
Jumlah sampel usaha 9.000 9.000
panel + 9.000 9.000
fresh 36.000
fresh panel panel
Level estimasi Provinsi Provinsi Provinsi Provinsi
2.4. Alokasi Sampel Usaha IMK Per Kabupaten/Kota di suatu Provinsi
Khusus untuk industri kecil, seluruh usaha dalam tiap blok sensus terpilih dilakukan
pendaftaran IMK (take all) kecuali jika jumlahnya melebihi target sampel usaha IMK atau
industrinya homogen maka harus dilakukan pemilihan sampel. Untuk industri mikro, pencacahan dilakukan hanya pada usaha terpilih.
Alokasi sampel usaha industri mikro dan kecil (IMK) dilakukan oleh BPS Provinsi berdasarkan rekapitulasi jumlah IMK hasil listing per kabupaten/kota. Alokasi sampel industri mikro per kabupaten/kota dilakukan setelah terlebih dahulu mengambil populasi industri kecil sebagai sampel. Dengan demikian, target sampel industri mikro di provinsi tersebut adalah target sampel IMK provinsi dikurangi dengan jumlah industri kecil untuk seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut.
k P P m P m m m , dengan: m P
m = Target sampel industri mikro pada suatu provinsi,
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 15
k P
m = Jumlah sampel industri kecil pada suatu provinsi, ( Pk
k
P M
m bila sampel
industri kecil sama dengan populasinya (take all)).
Alokasi sampel industri mikro per kabupaten dilakukan secara proporsional terhadap akar jumlah industri mikro di masing-masing kabupaten/kota dengan rumus:
m P n K m K m K m K m M M m
1 , dengan: m Km : target sampel usaha industri mikro di kabupaten/kota K,
m P
m : target sampel usaha industri mikro di provinsi P,
m K
M : populasi usaha industri mikro di kabupaten/kota K.
Hasil alokasi sampel industri mikro per kabupaten/kota dikirim kembali ke setiap kabupaten/kota untuk selanjutnya dilakukan alokasi sampel usaha industri mikro menurut KBLI.
2.5. Alokasi Sampel Industri Mikro Per Blok Sensus di suatu Kabupaten/Kota
Alokasi sampel industri mikro menurut KBLI pada setiap blok sensus terpilih dilakukan dengan memperhatikan jumlah IMK hasil listing. Alokasi sampel industri mikro menurut KBLI per blok sensus dilakukan di BPS Kabupaten/Kota dengan tahapan seperti berikut:
1. Rekapitulasi jumlah industri mikro dan jumlah industri kecil menurut KBLI
Berdasarkan hasil listing IMK dari seluruh blok sensus sampel dengan menggunakan VIMK13-L, BPS Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi jumlah industri mikro dan jumlah industri kecil menurut KBLI dengan menggunakan Daftar VIMK13-RB sehingga memenuhi rumus sebagai berikut:
M Mk Mm,
k h i m hi m M M 1 24 1 , dengan:M = Jumlah populasi IMK pada suatu kabupaten/kota,
k
M = Jumlah industri kecil pada suatu kabupaten/kota,
m
M = Jumlah industri mikro pada suatu kabupaten/kota,
m i
M = Jumlah industri mikro dengan KBLI i (i =1, 2, 3, ...,24) pada suatu
kabupaten/kota,
m h
M = Jumlah industri mikro pada blok sensus ke-h pada suatu kabupaten/kota,
m hi
Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Industri Kecil dan Industri Mikro Menurut KBLI per Blok Sensus di Suatu Kabupaten dari Hasil Pendaftaran IMK
Provinsi : ………. Kabupaten /Kota : ………. Kode Kec. Kode Desa Blok Sensus Jumlah Industri Kecil
Jumlah Industri Mikro (Mm) menurut KBLI
Jum-lah IMK 1 2 3 ... i ... ... ... 24 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ... ... ... ... ... (28) (29) 1 2 3 . h . k Mk1 Mk2 Mk3 . Mkh . Mkk Mm11 Mm21 Mm31 . . . Mmk1 Mm12 Mm22 Mm32 . . . Mm2k Mm13 Mm23 Mm33 . . . Mm3k … … … … Mm1i Mm2i Mm3i . Mmhi . Mmki … … … … … … … … … … … … … … … Mm241 Mm242 Mm243 . . . Mmk24 M1 M2 M3 . Mh . Mk Jumlah Mk Mm1 Mm2 Mm3 … Mmi … … … Mm24 M Catatan : k
M = jumlah industri kecil dalam satu kabupaten/kota.
m i
M = jumlah industri mikro KBLI i (i=1, 2, 3….,24) dalam satu kabupaten/kota.
h
M = jumlah industri mikro dan kecil pada blok sensus ke-h.
2. Menentukan target sampel industri mikro per KBLI di suatu kabupaten/kota
Target sampel industri mikro dalam satu kabupaten/kota (mm) dialokasikan ke setiap
KBLI (mi) secara proporsional akar jumlah industri mikro pada suatu KBLI i terhadap
total akar jumlah industri mikro dari seluruh KBLI, dengan rumus:
m m i m i m i m M M m
24 1 1 , dengan: m im = Target sampel industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota,
m i
M = Jumlah industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota,
m
m = Target sampel industri mikro pada suatu kabupaten/kota,
m = Target sampel IMK pada suatu kabupaten/kota,
k
m = Jumlah sampel industri kecil pada suatu kabupaten/kota., (mk= k
M bila
sampel industri kecil sama dengan populasinya (take all)).
Jumlah sampel industri mikro pada suatu KBLI (mi)maksimum sama dengan populasinya
( m
i
M ). Apabila ternyata alokasi mi melebihi Mim, maka kelebihannya dialokasikan ke
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 17 Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Industri Kecil dan Industri Mikro Menurut KBLI di Suatu
Kabupaten dari Hasil Pendaftaran IMK
Provinsi : ……….
Kabupaten/Kota : ……….
Jumlah Industri Kecil
Jumlah populasi dan sampel Industri Mikro menurut KBLI
1 2 3 .... i .... .... …. …. … 24 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) .... .... .... .... …. …. … (26) (27) Populasi Mk M1m m M2 m M3 … m i M … … … M24m Mm Sampel Mk m1m m m2 m m3 … m i m … … … m24m m m
3. Menentukan target sampel industri mikro menurut KBLI per blok sensus
Alokasi sampel industri mikro per blok sensus (mhi) untuk setiap KBLI dilakukan
dengan secara proporsional akar jumlah industri mikro hasil pendaftaran IMK (listing)
pada suatu blok sensus h dengan KBLI i terhadap total akar jumlah industri mikro dari
seluruh blok sensus dengan KBLI i, dengan rumus:
m i k h m hi m hi m hi m M M m
1 , dengan: m him = Target sampel industri mikro dengan KBLI i pada blok sensus ke h,
m hi
M = Jumlah industri mikro dengan KBLI h pada blok sensus ke h,
m i
m = Target sampel industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota.
Tabel 3. Alokasi Sampel Industri Mikro per Blok Sensus Menurut KBLI di Suatu Kabupaten/Kota Provinsi : ………. Kabupaten/Kota : ………. Kode Kec. Kode Desa Blok Sensus
Jumlah populasi dan sampel Industri Mikro menurut KBLI
1 2 3 ... i ... ... ... 24 (1) (2) (3) (4) (5) (6) ... ... ... ... ... (27) 1 2 3 . . . h . . k m m11 m m21 m m31 . . . m h m1 . . m k m1 m m12 m m22 m m32 . . . m h m 2 . . m k m 2 m m13 m m23 m m33 . . . m h m3 . . m k m3 m i m1 m i m2 m i m3 . . . m hi m . . m ki m m m124 m m224 m m324 . . . m h m 24 . . m k m 24 Jumlah m1m m m2 m m3 … m i m … … … m24m
2.6. Pengambilan Sampel Industri Kecil di setiap Blok Sensus
Dari hasil pendaftaran IMK (listing) dengan Daftar VIMK13-L1/L2, ambil seluruh
industri kecil yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang, dengan langkah sebagai berikut :
a. Berikan tanda lingkaran pada tanda cek () di Blok IV Kolom (18).
b. Berikan pula lingkaran pada nomor urut segmen, bangunan fisik, bangunan sensus dan
nomor perusahaan/usaha di Blok IV Kolom (1), (2), (3), dan (12).
2.7. Pengambilan Sampel Industri Mikro di setiap Blok Sensus
Pemilihan sampel industri mikro dilakukan berdasarkan hasil pendaftaran IMK industri mikro (Daftar VIMK13-L1/L2) di setiap blok sensus terpilih. Tahap pemilihan sampel industri mikro adalah sebagai berikut:
a. Berikan nomor urut pada sebelah kanan tanda cek () pada Daftar VIMK13-L1/L2 Blok
IV untuk masing-masing Kolom (20) s.d (43). Penomoran dimulai dari angka 1 pada Kolom (20) halaman pertama sampai dengan baris terakhir Kolom (20) halaman terakhir, kemudian penomoran dimulai dari angka 1 kembali pada Kolom (21) halaman pertama sampai dengan halaman terakhir, begitu seterusnya untuk Kolom (22) s.d Kolom (43).
Contoh :
Untuk Kolom (20) halaman pertama hingga halaman terakhir, pemberian nomor dimulai
dari : 1, 2, 3, .... 11. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada Kolom (21) halaman
pertama hingga halaman terakhir dimulai dengan nomor 1, 2, 3, .... 7. Kemudian
lanjutkan untuk Kolom (22) halaman pertama hingga halaman terakhir dengan nomor 1,
2, 3, 4, .... 27. Selanjutnya pemberian nomor dimulai dengan angka 1 untuk setiap Kolom (23), (24) sampai dengan Kolom (43). Contoh pemberian nomor urut Daftar VIMK13-L Blok IV Kolom (20) s.d. (43) halaman 1 s.d. terakhir:
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 19 Halaman 1 dari 5 halaman
10 11 12 13 14 15 16 17 … … … 33 (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (43) 1 1 1 1 1 1 1 2 1
Halaman 2 dari 5 halaman
10 11 12 13 14 15 16 17 … … … 33 (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (43) 2 3 2 2 1 2 2 2 2
Halaman 5 dari 5 halaman 10 11 12 13 14 15 16 17 … … … 33 (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (43) 27 11 10 2 9 26 4 3 7
b. Periksa terlebih dahulu, apakah pemberian nomor urut di Blok IV untuk tiap Kolom (20)
s.d (43) sudah benar atau ada yang terlewat. Perbaiki kesalahannya lebih dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel. Jika sudah benar, cek jumlah industri mikro di setiap KBLI pada Blok IV dengan rekapnya pada Blok II, yaitu dengan cara membandingkan antara nomor urut terakhir di tiap Kolom (20) s.d (43) dengan banyaknya industri mikro menurut KBLI pada Daftar VIMK13–L1/L2 Blok II Rincian 2.a. Jika ditemukan perbedaan, periksa kembali penomoran pada Blok IV Kolom (20) s.d (43).
c. Hitung interval (I) untuk tiap masing-masing industri mikro dengan cara:
m hi m hi m hi m M I , dimana: m hi
I = Interval untuk pengambilan sampel industri mikro dengan KBLI i pada blok
sensus ke-h,
m hi
M = Jumlah industri mikro dengan KBLI i hasil pendaftaran IMK, pada blok
sensus ke-h,
m hi
m = Target sampel industri mikro dengan KBLI i, pada blok sensus ke h.
d. Menentukan unit sampel industri mikro pertama yang terpilih (R1hi) untuk tiap jenis
KBLI.
Angka random pemilihan sampel telah ditentukan dengan paket program berdasarkan distribusi Uniform yang bernilai antara 0 dan 1. Untuk menentukan sampel terpilih
pertama (R1hi), dilakukan dengan rumus:
m hi hi AR I
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 21
e. Tentukan angka random berikutnya R2hi, R3hi, … Rmhi dilakukan dengan rumus sebagai
berikut: R2hi = R1hi + Ihim R3hi = R2hi + Ihim R4hi = R3hi + Ihim . . . . Rmhi = R(m-1)hi + Ihim , dengan
m hi m m .Angka random terakhir yang terpilih harus kurang dari jumlah industri mikro dengan
KBLI i di blok sensus terpilih (Rmhi Mhim).
f. Berikan lingkaran pada nomor urut tanda cek () di Kolom (20) atau (21) s.d (43) sesuai
dengan KBLI pada Blok IV Daftar VIMK13-L1/L2 yang sama dengan angka random terpilih (Rmhi).
g. Berikan pula tanda lingkaran pada Kolom (17), yang nomor urut tanda cek ()-nya pada
Kolom (20) atau (21) s.d (43) diberi lingkaran.
h. Berikan pula tanda lingkaran pada nomor segmen, bangunan fisik, dan bangunan sensus
serta nomor perusahaan/usaha pada Blok IV Daftar VIMK13-L1/L2 Kolom (1), (2), dan
(3) serta Kolom (12) yang nomor urut tanda cek () nya pada Kolom (20) atau (21) s.d
(43) diberi lingkaran.
2.8. Pengisian Daftar VIMK13-DS
Pengisian Daftar VIMK13-DS dilakukan setelah selesainya seluruh tahapan pemilihan sampel industri mikro maupun pemberian tanda lingkaran pada seluruh industri kecil.
Tahapan pemindahan informasi industri mikro dan kecil dari Daftar VIMK13-L1/L2 ke Daftar VIMK13-DS dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Salin nomor urut segmen, bangunan fisik, dan bangunan sensus yang diberi lingkaran
pada Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IV Kol (1), (2), dan (3) ke Daftar VIMK13-DS Blok V Kolom (2), (3), dan (4) mulai dari nomor urut bangunan fisik terkecil.
b. Salin pula nama perusahaan/usaha atau pengusaha/pemilik pada Blok IV Daftar
VIMK13-L1/L2 Kolom (13) ke dalam Daftar VIMK13-DS Blok V Kol. (6), yang
nomor urut bangunan fisik, bangunan sensus, dan nomor urut tanda cek ()-nya diberi
c. Salin pula alamat lengkap dan KBLI pada VIMK13-L1/L2 Blok IV Kol.(20) s.d Kol
(43) yang nomor urut tanda cek ()-nya diberi lingkaran, ke Daftar VIMK11-DS Blok
V kol. (7) dan kol (8).
2.9. Contoh Penarikan Sampel
a. Hasil listing (VIMK13-L1/L2) blok sensus 003B Desa Pringgodani Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, sebagai berikut:
Jumlah indutri kecil sebanyak 3 usaha (jumlah kode 1 pada Daftar VIMK13-L1/L2
Blok IV Kolom (18) halaman terakhir = 3).
Jumlah industri mikro sebanyak 72 usaha (penjumlahan nomor urut terakhir pada
Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IV Kolom (20) s.d (43) = 72).
Jumlah industri mikro kode KBLI 19 (industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki)
sebanyak 26.
Angka random pemilihan sampel yang tercantum dalam DSBS adalah 0,53.
b. Hasil penghitungan alokasi sampel, dan interval sebagai berikut:
Target sampel industri mikro pada blok sensus 003B ini sebanyak 17.
Target sampel industri mikro KBLI 19 berjumlah 10 industri.
Interval untuk industri mikro KBLI 19 adalah 26/10 = 2,6.
c. Penentuan R1, serta penghitungan R2 ... Rn
R1 = AR × I = 0,53 × 2,6 = 1,38 1.
Setelah didapat R1 selanjutnya menghitung R2 hingga R10 dengan cara:
R2 = R1 + I = 1,38 + 2,6 = 3,98 4 R3 = R2 + I = 3,98 + 2,6 = 6,58 7 R4 = R3 + I = 6,58 + 2,6 = 9,18 9 R5 = R4 + I = 9,18 + 2,6 = 11,78 12 R6 = R5 + I = 11,78 + 2,6 = 14,38 14 R7 = R6 + I = 14,38 + 2,6 = 16,98 17 R8 = R7 + I = 16,98 + 2,6 = 19,58 20 R9 = R8 + I = 19,58 + 2,6 = 22,78 23 R10 = R9 + I = 22,78 + 2,6 = 24,78 25
d. Pemilihan Sampel Industri Mikro
Berikan lingkaran di kolom KBLI 19, yaitu Kolom (24) pada nomor-nomor tanda
cek yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula pada nomor urut segmen, bangunan fisik, bangunan sensus, dan nomor urut perusahaan/usaha Kolom (12), serta Kolom (17) yang bersesuaian dengan tanda cek yang dilingkari.
Dengan cara yang sama, lakukan penghitungan interval dan melingkari nomor
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 23
BAB III
ORGANISASI LAPANGAN
3.1.
Organisasi Lapangan
Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan kegiatan VIMK13, struktur organisasi lapangan telah ditetapkan sebagai berikut:
3.2.
Penanggung Jawab Pelaksanaan VIMK13 di Daerah
Seperti survei-survei lainnya yang dilakukan oleh BPS, penanggung jawab pelaksanaan VIMK13 di daerah baik teknis maupun administrasi adalah Kepala BPS Provinsi dibantu oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota. Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota mengatur segala hal mulai dari rekruitmen petugas sampai dengan terkumpulnya seluruh dokumen hasil survei.
Tugas masing-masing unsur, yaitu BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota, Pengawas (PMS), dan pencacah (PCS) adalah sebagai berikut:
a. BPS Provinsi
1. Merekrut calon petugas VIMK (PCS) yang berasal dari staf BPS Provinsi menurut
kebutuhan. BPS Provinsi Bidang Statistik Produksi BPS Kabupaten/Kota PMS Staf BPS PCS Mantis/Staf BPS
2. Mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan pencacahan perusahaan/usaha, mengecek Daftar Sampel Blok Sensus dan perusahaan/usaha terpilih yang lewat cacah.
3. Membuat petunjuk rinci tentang pengerahan petugas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
4. Mengatur pengiriman dokumen ke dan dari setiap BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan jadual yang telah ditentukan.
5. Mengkoordinasikan tugas BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan beban tugas baik yang menyangkut bidang teknis maupun administrasi.
6. Membuat laporan secara lengkap pelaksanaan kegiatan VIMK13, mengenai bidang teknis dan ditujukan ke BPS (Direktur Statistik Industri).
7. BPS Provinsi secara berkala mengadakan pertemuan dengan aparat pelaksana wilayahnya dalam rangka koordinasi untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan dan pemecahan permasalahan yang timbul.
8. Membuat Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) untuk memantau
pelaksanaan kegiatan VIMK13, baik kualitas data dan jumlah kuesioner yang telah didaftar oleh petugas maupun ketepatan waktu penyampaian dokumen.
b. BPS Kabupaten/Kota
1. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan dikoordinir oleh kepala
BPS Kabupaten/Kota.
2. Merekrut calon petugas PMS/PCS survei IMK yang berasal dari staf BPS
Kabupaten/Kota.
3. Melakukan pengawasan lapangan secara langsung pada waktu petugas melakukan pencacahan perusahaan/usaha, dan memeriksa secara sampel hasil pencacahan perusahaan/usaha tersebut.
4. Pemilihan sampel usaha dilakukan oleh pengawas di setiap BPS Kabupaten/Kota dengan dikoordinir oleh kasie produksi.
5. Pertemuan secara berkala dengan para pelaksana survei harus dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan pemecahan masalah lapangan.
6. Pelaksanaan administrasi dan pengolahan keuangan di BPS Kabupaten/Kota harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 25 7. Pembuatan laporan akuntabilitas tentang penyelengaraan survei harus dibuat oleh
setiap BPS Kabupaten/Kota dan dikirim ke BPS Provinsi.
8. Pengiriman dokumen hasil pencacahan yang telah diperiksa harus sesuai dengan jadual yang telah ditentukan.
c. Tugas Pengawas
1. Menyiapkan sketsa peta blok sensus hasil scanning, Daftar VIMK13-L1/L2,
VIMK13-S1/S2 untuk diteruskan kepada pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, serta Daftar VIMK13-DSBS, VIMK13-DS dan VIMK13-RB.
2. Bersama-sama pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan pengamatan
dan penelitian lapangan terhadap ketepatan sasaran wilayah pencacahan dan mengenali batas-batas blok sensus yang menjadi tanggung jawab setiap pencacah, dengan berpedoman Daftar VIMK13-DSBS.
3. Mendampingi dan membimbing pencacah pada awal pencacahan, sehingga pencacah
mampu melaksanakan pencacahan dengan benar.
4. Memantau aktivitas pencacah di lapangan, untuk menjamin pekerjaan pencacah
dapat selesai tepat waktu dan membantu memecahkan masalah jika pencacah menghadapi kesulitan di lapangan.
5. Melakukan pertemuan dengan pencacah yang menjadi tanggung jawabnya secara
periodik, untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai di lapangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut.
6. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian
Daftar VIMK13-L1/L2, dan menanyakan kepada pencacah apabila ditemui isian yang meragukan untuk dilakukan pembetulan dan pendaftaran ulang ke lapangan, kalau perlu bersama-sama dengan pencacah.
7. Apabila setiap pencacah telah selesai melakukan pendaftaran bangunan/rumah
tangga, maka pengawas harus segera memeriksa tanda cek (√) Daftar VIMK13-L1/L2 Blok III untuk usaha industri mikro pada kolom (17) dan tanda cek (√) pada salah satu kolom (19) s.d kolom (42) sesuai jenis produksi utama kode 2 digit kolom (16).
8. Selanjutnya pengawas memeriksa Daftar VIMK13-L1/L2 Blok III banyaknya usaha
9. Mengisi Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IIRingkasan.
10. Mengisi rekapitulasi jumlah Industri Mikro dan Kecil per Blok Sensus (VIMK13-RB) dari VIMK13-L1/L2 Blok II rincian 2 populasi industri, yaitu: 2a (industri mikro) dan 2b (industri kecil).
11. Berdasarkan target sampel usaha dari BPS Kabupaten/Kota, selanjutnya pengawas bertugas untuk melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IV Keterangan Penarikan Sampel Utama menurut masing-masing kategori lapangan usaha.
12. Pengawas harus segera menyalin sampel usaha dari hasil listing ke dalam
Daftar VIMK13-DSdi setiap blok sensus terpilih.
d. Tugas Pencacah
1. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan acuan sketsa
peta blok sensus terpilih hasil scanning. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat
cacah atau ganda cacah.
2. Memberitahukan dan minta ijin aparat desa/lurah, RW dan RT sebelum melakukan pencacahan pada wilayah tersebut.
3. Melakukan pendaftaran setiap bangunan sensus dan rumah tangga dalam blok sensus terpilih yang menjadi wilayah kerjanya dengan Daftar VIMK13-L1/L2, dan
menggambar bangunan pada sketsa peta blok sensus terpilih hasil scanning sesuai
dengan letaknya, dan memberi nomor urut bangunan fisik pada simbol bangunan tersebut sesuai dengan nomor urut yang dicatat pada Daftar VIMK13-L1/L2.
4. Melakukan pencacahan usaha terpilih dengan Daftar VIMK13-S1/S2 yang berpedoman pada Daftar VIMK13-DS(Daftar Sampel).
5. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai temuan/masalah yang ditemukan di lapangan, dan cara mengatasinya.
6. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas.
7. Menyerahkan dokumen yang telah selesai kepada pengawas.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 27
BAB IV
TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN DOKUMEN
Untuk memudahkan pelaksanaan pencacahan di BPS Provinsi/Kabupaten/Kota serta kompilasi hasil entri dan tabel evaluasi di BPS, maka perlu diatur mekanisme pengiriman dokumen baik dari BPS RI ke BPS Provinsi, BPS Provinsi ke BPS Kab/Kota.Begitu sebaliknya BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi kemudian dari BPS Provinsi ke BPS RI. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:
4.1. Pengiriman Dokumen dari BPSRI ke BPS Provinsi
a. Seluruh dokumen survei IMKakan dikirim melalui ekspedisi.
b. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci.
c. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap
pengiriman.
d. Pada salah satu sisi box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan
banyaknya box/koli, contoh:
Bila pada pengiriman ada sebanyak 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke
Daerah, maka cara penomoran untuk masing-masing box/koli adalah:
Box pertama : [1] [3]
Box kedua : [2] [3]
Box ketiga : [3] [3]
4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi
Adapun tata cara pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi, sebagai berikut:
a. Pengemasan dokumen survei IMK tidak boleh dicampur dengan dokumen lain.
b. Pengiriman dokumen tidak perlu menunggu seluruh pencacahan selesai.
Pengiriman minimal satu blok sensus selesai.
c. Susunan dokumen harus diurut berdasarkan nomor urut sampel dalam satu blok
sensus dan dibendel menjadi satu. Kemudian urutkan masing-masing blok sensus di setiap Desa/Kelurahan. Dokumen yang akan dikirim ke BPS Provinsi harus diurutkan berdasarkan Desa/Kelurahan.
4.3. Pengiriman File Hasil Entry dan Tabel Evaluasi dari BPS Provinsi ke
BPS RI.
Adapun tata cara pengiriman hasil entri dari BPS Provinsi ke BPS RI, sebagai berikut:
a. Tabel Evaluasi dalam bentuk hard copy dan CD(softcopy).
b. Hasil Entri yang sudah clean berupa file VIMK13_pp.krm
b. Pengiriman Hasil Entri dan Tabel Evaluasi Survei IMK2013 ditujukan kepada:
1. Mengirimkan CD ke alamat dibawah ini :
2. Atau melalui email dengan alamatikr@bps.go.id, indekbul@bps.go.id
Subdirektorat Statistik IKR
Direktorat Statistik Industri
Badan Pusat Statistik (BPS)
Jl. Dr. Sutomo No. 6-8
Jakarta Pusat 10010
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 29
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 31
Tabel 1. Banyaknya Blok Sensus dan Sampel IMK per Provinsi, Tahun 2013
No Kode dan Nama Provinsi Blok Sensus Sampel IMK
Triw I Triw II Triw III Triw IV Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 11 Aceh 312 560 560 560 560 2.240 2 12 Sumatera Utara 560 620 620 620 620 2.480 3 13 Sumatera Barat 352 540 540 540 540 2.160 4 14 Riau 296 330 330 330 330 1.320 5 15 Jambi 264 290 290 290 290 1.160 6 16 Sumatera Selatan 464 510 510 510 510 2.040 7 17 Bengkulu 224 250 250 250 250 1.000 8 18 Lampung 432 670 670 670 670 2.680 9 19 Kep. Bangka Belitung 204 180 180 180 180 720 10 21 Kepulauan Riau 148 200 200 200 200 800 11 31 DKI Jakarta 628 420 420 420 420 1.680 12 32 Jawa Barat 980 1.510 1.510 1.510 1.510 6.040 13 33 Jawa Tengah 1.112 2.050 2.050 2.050 2.050 8.200 14 34 D.I. Yogyakarta 344 620 620 620 620 2.480 15 35 Jawa Timur 1.024 1.830 1.830 1.830 1.830 7.320 16 36 Banten 408 630 630 630 630 2.520 17 51 Bali 352 650 650 650 650 2.600 18 52 Nusa Tenggara Barat 424 790 790 790 790 3.160 19 53 Nusa Tenggara Timur 324 600 600 600 600 2.400 20 61 Kalimantan Barat 292 450 450 450 450 1.800 21 62 Kalimantan Tengah 228 300 300 300 300 1.200 22 63 Kalimantan Selatan 276 490 490 490 490 1.960 23 64 Kalimantan Timur 304 270 270 270 270 1.080 24 71 Sulawesi Utara 228 400 400 400 400 1.600 25 72 Sulawesi Tengah 264 350 350 350 350 1.400 26 73 Sulawesi Selatan 424 740 740 740 740 2.960 27 74 Sulawesi Tenggara 244 280 280 280 280 1.120 28 75 Gorontalo 156 260 260 260 260 1.040 29 76 Sulawesi Barat 148 450 450 450 450 1.800 30 81 Maluku 152 270 270 270 270 1.080 31 82 Maluku Utara 132 200 200 200 200 800 32 91 Papua Barat 108 120 120 120 120 480 33 94 Papua 192 170 170 170 170 680 JUMLAH 12.000 18.000 18.000 18.000 18.000 72.000
Tabel 2. Sebaran Blok Sensus (Panel dan Fresh) per Provinsi , Tahun 2013
No Kode dan Nama Provinsi
Blok Sensus
Panel*) Fresh**) Total
(1) (2) (3) (4) (5) 1 11 Aceh 78 234 312 2 12 Sumatera Utara 140 420 560 3 13 Sumatera Barat 88 264 352 4 14 Riau 74 222 296 5 15 Jambi 66 198 264 6 16 Sumatera Selatan 116 348 464 7 17 Bengkulu 56 168 224 8 18 Lampung 108 324 432 9 19 Kep. Bangka Belitung 51 153 204 10 21 Kepulauan Riau 37 111 148 11 31 DKI Jakarta 157 471 628 12 32 Jawa Barat 245 735 980 13 33 Jawa Tengah 278 834 1.112 14 34 D.I. Yogyakarta 86 258 344 15 35 Jawa Timur 256 768 1.024 16 36 Banten 102 306 408 17 51 Bali 88 264 352 18 52 Nusa Tenggara Barat 106 318 424 19 53 Nusa Tenggara Timur 81 243 324 20 61 Kalimantan Barat 73 219 292 21 62 Kalimantan Tengah 57 171 228 22 63 Kalimantan Selatan 69 207 276 23 64 Kalimantan Timur 76 228 304 24 71 Sulawesi Utara 57 171 228 25 72 Sulawesi Tengah 66 198 264 26 73 Sulawesi Selatan 106 318 424 27 74 Sulawesi Tenggara 61 183 244 28 75 Gorontalo 39 117 156 29 76 Sulawesi Barat 37 111 148 30 81 Maluku 38 114 152 31 82 Maluku Utara 33 99 132 32 91 Papua Barat 27 81 108 33 94 Papua 48 144 192 JUMLAH 3 000 9.000 12.000 Catatan :
*) Panel : Listing dilakukan triwulan I/2013 dan sampel usahanya dicacah setiap triwulan **) Fresh : Listing dilakukan di trwulan II/2013 dan sampel usahanya dicacah pada
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 33 Tabel 3. Sebaran Sampel Usaha IMK (Panel* dan Fresh **) per Provinsi , Tahun 2013
No Kode dan Nama Provinsi
Sampel Usaha
Jumlah Q'I Q'II Q'III Q'IV
Total Tambahan Panel Q'II (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 11 Aceh 280 280 280 280 1.120 1120 2.240 2 12 Sumatera Utara 300 300 300 300 1.200 1280 2.480 3 13 Sumatera Barat 260 260 260 260 1.040 1120 2.160 4 14 Riau 155 155 155 155 620 700 1.320 5 15 Jambi 135 135 135 135 540 620 1.160 6 16 Sumatera Selatan 255 255 255 255 1.020 1020 2.040 7 17 Bengkulu 125 125 125 125 500 500 1.000 8 18 Lampung 335 335 335 335 1.340 1340 2.680
9 19 Kep. Bangka Belitung
100 100 100 100 400 320 720 10 21 Kepulauan Riau 95 95 95 95 380 420 800 11 31 DKI Jakarta 240 240 240 240 960 720 1.680 12 32 Jawa Barat 755 755 755 755 3.020 3020 6.040 13 33 Jawa Tengah 1025 1025 1025 1025 4.100 4100 8.200 14 34 D.I. Yogyakarta 305 305 305 305 1.220 1260 2.480 15 35 Jawa Timur 910 910 910 910 3.640 3680 7.320 16 36 Banten 310 310 310 310 1.240 1280 2.520 17 51 Bali 325 325 325 325 1.300 1300 2.600
18 52 Nusa Tenggara Barat
395 395 395 395 1.580 1580 3.160
19 53 Nusa Tenggara Timur
300 300 300 300 1.200 1200 2.400 20 61 Kalimantan Barat 225 225 225 225 900 900 1.800 21 62 Kalimantan Tengah 150 150 150 150 600 600 1.200 22 63 Kalimantan Selatan 245 245 245 245 980 980 1.960 23 64 Kalimantan Timur 150 150 150 150 600 480 1.080 24 71 Sulawesi Utara 200 200 200 200 800 800 1.600 25 72 Sulawesi Tengah 180 180 180 180 720 680 1.400 26 73 Sulawesi Selatan 375 375 375 375 1.500 1460 2.960 27 74 Sulawesi Tenggara 125 125 125 125 500 620 1.120 28 75 Gorontalo 130 130 130 130 520 520 1.040 29 76 Sulawesi Barat 245 245 245 245 980 820 1.800 30 81 Maluku 135 135 135 135 540 540 1.080 31 82 Maluku Utara 90 90 90 90 360 440 800 32 91 Papua Barat 60 60 60 60 240 240 480 33 94 Papua 85 85 85 85 340 340 680 JUMLAH 9.000 9.000 9.000 9.000 36.000 36.000 72.000 Catatan :
*) Panel : Listing dilakukan triwulan I/2013 dan sampel usahanya dicacah setiap triwulan **) Fresh : Listing dilakukan di trwulan II/2013 dan sampel usahanya dicacah pada triwulan II/2013
Tabel 4. Sebaran Blok Sensus dan Sampel IMK (Panel*) Per Provinsi, Tahun 2013
No Kode dan Nama Provinsi Blok Sensus Sampel Usaha
Q'I Q'II Q'III Q'IV Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8 1 11 Aceh 78 280 280 280 280 1.120 2 12 Sumatera Utara 140 300 300 300 300 1.200 3 13 Sumatera Barat 88 260 260 260 260 1.040 4 14 Riau 74 155 155 155 155 620 5 15 Jambi 66 135 135 135 135 540 6 16 Sumatera Selatan 116 255 255 255 255 1.020 7 17 Bengkulu 56 125 125 125 125 500 8 18 Lampung 108 335 335 335 335 1.340 9
19 Kep. Bangka Belitung 51 100 100 100 100 400
10 21 Kepulauan Riau 37 95 95 95 95 380 11 31 DKI Jakarta 157 240 240 240 240 960 12 32 Jawa Barat 245 755 755 755 755 3.020 13 33 Jawa Tengah 278 1025 1025 1025 1025 4.100 14 34 D.I. Yogyakarta 86 305 305 305 305 1.220 15 35 Jawa Timur 256 910 910 910 910 3.640 16 36 Banten 102 310 310 310 310 1.240 17 51 Bali 88 325 325 325 325 1.300 18
52 Nusa Tenggara Barat 106 395 395 395 395 1.580
19
53 Nusa Tenggara Timur 81 300 300 300 300 1.200
20 61 Kalimantan Barat 73 225 225 225 225 900 21 62 Kalimantan Tengah 57 150 150 150 150 600 22 63 Kalimantan Selatan 69 245 245 245 245 980 23 64 Kalimantan Timur 76 150 150 150 150 600 24 71 Sulawesi Utara 57 200 200 200 200 800 25 72 Sulawesi Tengah 66 180 180 180 180 720 26 73 Sulawesi Selatan 106 375 375 375 375 1.500 27 74 Sulawesi Tenggara 61 125 125 125 125 500 28 75 Gorontalo 39 130 130 130 130 520 29 76 Sulawesi Barat 37 245 245 245 245 980 30 81 Maluku 38 135 135 135 135 540 31 82 Maluku Utara 33 90 90 90 90 360 32 91 Papua Barat 27 60 60 60 60 240 33 94 Papua 48 85 85 85 85 340 JUMLAH 3.000 9.000 9.000 9.000 9.000 36.000 Catatan :
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13 35
Tabel 5. Sebaran Blok Sensus dan Usaha IMK (Fesh**) Listing dan Pencacahan Perprovinsi untuk Triwulan II , Tahun 2013
No Kode dan Nama Provinsi Blok Sensus Sampel Usaha IMK
(1) (2) (3) (4) 1 11 Aceh 234 1120 2 12 Sumatera Utara 420 1280 3 13 Sumatera Barat 264 1120 4 14 Riau 222 700 5 15 Jambi 198 620 6 16 Sumatera Selatan 348 1020 7 17 Bengkulu 168 500 8 18 Lampung 324 1340
9 19 Kep. Bangka Belitung 153 320
10 21 Kepulauan Riau 111 420 11 31 DKI Jakarta 471 720 12 32 Jawa Barat 735 3020 13 33 Jawa Tengah 834 4100 14 34 D.I. Yogyakarta 258 1260 15 35 Jawa Timur 768 3680 16 36 Banten 306 1280 17 51 Bali 264 1300
18 52 Nusa Tenggara Barat 318 1580 19 53 Nusa Tenggara Timur 243 1200 20 61 Kalimantan Barat 219 900 21 62 Kalimantan Tengah 171 600 22 63 Kalimantan Selatan 207 980 23 64 Kalimantan Timur 228 480 24 71 Sulawesi Utara 171 800 25 72 Sulawesi Tengah 198 680 26 73 Sulawesi Selatan 318 1460 27 74 Sulawesi Tenggara 183 620 28 75 Gorontalo 117 520 29 76 Sulawesi Barat 111 820 30 81 Maluku 114 540 31 82 Maluku Utara 99 440 32 91 Papua Barat 81 240 33 94 Papua 144 340 JUMLAH 9.000 36.000 Catatan :