• Tidak ada hasil yang ditemukan

Clustering pola batik Yogyakarta dengan algoritma k-means clustering - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Clustering pola batik Yogyakarta dengan algoritma k-means clustering - USD Repository"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

i

CLUSTERING POLA BATIK YOGYAKARTA

DENGAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh:

Agnes Retnaningsih

NIM: 065314039

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

CLUSTERING THE YOGYAKARTA BATIK PATTERN

USING K-MEANS CLUSTERING ALGORITHM

A Thesis

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements

To Obtain the Sarjana Komputer Degree In Department of Informatics Engineering

By:

Agnes Retnaningsih

Student ID: 065314039

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ Apabila kamu punya mimpi, t aruh dia 5 cm di depan keningmu, jadi t ak akan pernah lepas dari mat amu. Dan sehabis it u yang kit a perlu :

Hanya kaki yang berjalan lebih jauh dari biasanya, t angan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, dan mat a yang akan menat ap lebih lama.

Juga lapisan t ekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan hat i yang akan bekerja lebih keras,

sert a mulut yang akan selalu berdoa.”

(quoted from 5cm: Donny Dhirgantoro)

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Y esus K ristus

K eluarga

para sahabat baik

(6)
(7)
(8)

viii

Abstrak

Terdapat keragaman pola batik di Indonesia, baik dalam ragam bentuk

maupun warnanya, seperti pada pola batik Yogyakarta, namun informasi melalui

pola yang ada tersebut tidak banyak diketahui. Pengelompokan pola batik

membantu untuk mengetahui batik yang mempunyai kemiripan informasi baik

bentuk ataupun warna.

Pengelompokan pola batik dapat dilakukan dengan algoritma K-means

clustering. Algoritma ini merupakan salah satu metode pengelompokan yang

sering digunakan karena prosesnya yang cepat dan sederhana. Algoritma K-means

dimulai dengan inisialisasi cluster awal kemudian cluster tersebut diperbaiki

hingga tidak terjadi perubahan anggota atau konvergen. Untuk mengetahui

kualitas clustering yang terbentuk dapat menggunakan nilai dissimilarity. Nilai

dissimilarity diperoleh dengan membandingkan 2 obyek hasil clustering, dimana

ketika nilai kedua obyek itu sama berarti nilai dissimilarity-nya0 dan jika berbeda

maka nilai dissimilarity-nya 1. Nilai dissimilarity yang rendah berarti

obyek-obyek dalam cluster memiliki nilai kesamaan yang tinggi. Pada dasarnya data

ditentukan similar atau dissimilar, berdasarkan atas kondisi jarak pada data

tersebut.

Terdapat 4 pola batik yang akan dikelompokan dimana masing-masing

batik memiliki 25 citra batik, sehingga terdapat 100 data citra batik. Percobaan

dilakukan dengan k=2,3,4,5,6 dan 7. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa ciri

warna merupakan ciri yang paling baik digunakan dalam pengelompokan pola

(9)

ix

ABSTRACT

There are various Indonesian batik patterns, not only in shape but also its

color, such as Yogyakarta’s batik pattern, but the information of the patterns is not

too much known. Clustering batik pattern helps to know batik which having

similarity information both the shape and color.

Clustering batik pattern can be used K-means clustering algorithm. This

algorithm is one of clustering method that used because its process is quick and

simple process. K-means algorithm started by initializing first cluster then the

cluster is corrected until there’s no alteration of the group or convergence. To

know the quality of clustering made can be used dissimilarity value. The

dissimilarity value is reached from comparing 2 result of clustering which will be

have 0 value if its same object and will be have 1 if its different. The low value of

dissimilarity means the objects in the cluster has high similarity. Basically, data is

similar or dissimilar based on the condition of data distance.

There are 4 batik patterns which are clustered, where each batik pattern

has 25 images so that there are 100 batik images data. The experiment is

conducted with k= 2, 3, 4, 5, 6 and 7. From the experiments resulted that feature

color is the best feature used in Yogyakarta batik pattern clustering with 60%

(10)
(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL BAHASA INDONESIA ... i

HALAMAN JUDUL BAHASA INGGRIS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I: PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Metodologi Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Batik Yogyakarta ... 5

2.2 Clustering………..……….6

2.2.1 Karakteristik Clustering……….……….7

2.2.2 Algoritma Clustering………...……..………….…………8

2.3 Ciri...………...………..…………17

2.4 Perhitungan validasi cluster………...…….………....18

BAB III : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ... 20

(13)

xiii

3.1.1 Perancangan proses ekstraksi ciri...….…….……….…….21

3.1.2 Perancangan proses clustering………..27

3.1.3 Perancangan proses evaluasi………....……….27

3.2.Perancangan antar muka...…………... ……….……..30

3.2.1 Halaman home………...………..30

3.2.2 Halaman clustering……...……...………....31

3.2.3 Halaman help………...…...32

3.2.4 Halaman about…...…...…..……...……….32

3.3 Kebutuhan Perangkat Keras………...……….33

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN ANALISA SISTEM………..34

4.1 Data………..34

4.2. Implementasi Proses…..……….……….34

4.3. Hasil Penelitian...………... ……….42

4.3.1 Set percobaan 1...………... ………….42

4.3.2 Set percobaan 2……….44

4.3.3 Set percobaan 3………...……….46

4.3.4 Set percobaan 4………...………….48

4.3.5 Set percobaan 5……….50

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……….…….55

5.1 Kesimpulan………....……….….55

5.2 Saran………55

DAFTAR PUSTAKA………....56

LAMPIRAN 1: Coding Program………..……….59

LAMPIRAN 2 : Hasil………..…..………78

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh pola batik Yogyakarta ... 6

Gambar 2.2 Ilustrasi Algoritma Hierarchical Clustering. ... 9

Gambar 2.3 Ilustrasi Single Linkage ... 10

Gambar 2.4 Ilustrasi Centroid Linkage ... 10

Gambar 2.5Ilustrasi Complete Linkage ... 11

Gambar 2.6Ilustrasi Average Linkage ... 12

Gambar 2.7Proses K-means clustering ... 13

Gambar 3.1 Gambaran sistem secara umum ... 20

Gambar 3.2 Blok digram sistem ... 21

Gambar 3.3 Hasil ciriinformasi tepipada citra batik ... 23

Gambar 3.4 Citra batik dalam 8 vektor vertikal dan 8 vektor horisontal... 24

Gambar 3.5 Halaman home ... 30

Gambar 3.6. Tampilan halaman clustering ... 31

Gambar 3.7. Tampilan help ... 32

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh data obat ...14

Tabel 2.2 Hasil pengelompokan ...17

Tabel 3.1. Matriks Mean 8 Vektor ...24

Tabel 3.2. Hasil clustering k=2 ...28

Tabel 3.3. Perhitungan dissimilaritas ...29

Tabel 4.1. Contoh hasil dissimilaritas pada percobaan 1 ...40

Tabel 4.2. Contoh hasil ekstraksi ciri warna ...41

Tabel 4.3. Contoh hasil ekstraksi ciri informasi tepi ...41

Tabel 4.4. Contoh hasil ekstraksi ciri warna dan informasi tepi ...41

Tabel 4.5. Contoh hasil pengelompokan ...41

Tabel 4.6. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna ...42

Tabel 4.7. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi. ...43

Tabel 4.8. Hasil dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi. ...43

Tabel 4.9. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna. ...44

Tabel 4.10. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi. ...45

Tabel 4.11. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi...45

Tabel 4.12. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna. ...46

Tabel 4.13. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi. ...47

Tabel 4.14. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi. ...47

Tabel 4.15. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna. ...48

Tabel 4.16. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi. ...49

Tabel 4.17. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi. ...49

Tabel 4.18. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna. ...50

Tabel 4.19. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi. ...51

Tabel 4.20. Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciriwarna dan informasi tepi. ...51

Tabel 4.21. Hasil perhitungan percobaan 1 sampai 5...52

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batik adalah suatu hasil karya asli dari masyarakat Indonesia. Setiap daerah

pembatik mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dalam ragam hias

maupun tata warnanya. Hal ini mengakibatkan keragaman pola batik di Indonesia,

seperti pada pola batik Yogyakarta, namun informasi melalui pola yang ada

tersebut tidak banyak diketahui. Pengelompokan pola batik atau image clustering

membantu untuk mengetahui batik yang mempunyai kemiripan informasi baik

bentuk, tekstur ataupun warna. Image Clustering merupakan suatu proses

pengelompokan yang bertujuan untuk mengelompokkan gambar menjadi

kelompok-kelompok dimana gambar dalam satu kelompok akan memiliki

karakteristik yang sama, sedangkan gambar dalam kelompok yang berbeda

memiliki karakteristik yang berbeda (Agusta Y,2011).

Dalam pengelompokan dikenal beberapa teknik seperti pengelompokan

berdasarkan partisi, jarak, kepadatan dan hirarki. K-means merupakan salah satu

algoritma pengelompokan berdasarkan partisi dimana setiap data harus masuk ke

cluster tertentu (Zaiane, 1999). K-means memiliki kelebihan dalam kecepatan

memproses pengelompokan data (Wibisono Y dan Khodra, 2006), sehingga

algoritma K-means ini dipilih dalam pengelompokan pola batik daerah

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diperoleh rumusan

masalah pada tugas akhir ini adalah :

a. Bagaimana pengelompokan pola batik Yogyakarta menggunakan

algoritma K-means?

b. Bagaimana unjuk kerja algoritma K-means dalam pengelompokan pola

batik Yogyakarta?

1.3 Tujuan

Mengetahui unjuk kerja pengelompokan pola batik daerah Yogyakarta

dengan algoritma K-means clustering.

1.4Batasan Masalah

a. Penelitian dilakukan pada 4 pola batik dari daerah Yogyakarta yaitu pola

kawunggalar, nitik cengkeh, parang barong dan parang pancing.

b. Data citra diambil dengan kamera digital dengan jarak rata- rata sekitar

30cm.

c. Setiap satu pola citra batik dibagi menjadi 25 file citra batik.

d. Citra yang diproses adalah citra bertipe JPG (*.jpg) dengan ukuran

200x200 piksel.

e. Algoritma yang digunakan dalam pengelompokan pola batik Yogyakarta

adalah algoritma K-means.

f. Program yang dibuat hanya sebuah prototype untuk membantu

menganalisa penerapan algoritma K-means dalam pengelompokan pola

(18)

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam pengelompokan pola batik dengan

algoritma K-means adalah sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Pada tahap ini mengumpulkan informasi baik dengan mencari informasi ke

Museum Batik Yogyakarta, studi literatur dari buku, jurnal ataupun pencarian

informasi lain melalui internet.

b. Perancangan Sistem

Pada tahap ini dilakukan perancangan sistem yang akan dibuat.

c. Implementasi

Tahap untuk membuat aplikasi yang digunakan untuk mempermudah dalam

pengelompokan pola batik.

d. Pengujian dan Analisis Hasil

Tujuan dari tahap ini adalah mengetahui tingkat keakuratan algoritma

(19)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan skripsi, maka berikut ini akan

dijabarkan sistematika penulisan laporan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah,

tujuan penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan dalam clustering

pola batik Yogyakarta.

BAB III :

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi tentang perancangan sistem yang akan di bangun untuk

mengelompokan pola batik Yogyakarta dan algoritma yang digunakan.

BAB IV : IMPLEMENTASI SISTEM DAN ANALISA HASIL

Bab ini membahas tentang implementasi program serta analisa hasil

pengujian sistem clustering pola batik dengan algoritma K-means.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan proses pembuatan

(20)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Batik Yogyakarta

Batik Yogyakarta merupakan bagian dari perkembangan sejarah batik di

Jawa Tengah yang telah mengalami gabungan beberapa corak dari daerah lain.

Perjalanan batik Yogyakarta tidak bisa lepas dari perjanjian Giyanti 1755, begitu

Mataram terbelah dua, dan Kraton Yogyakarta berdiri, busana Mataram dibawa

dari Surakarta ke Yogyakarta, maka Sri Susuhunan Pakubuwono II merancang

busana baru dan pakaian adat Kraton Surakarta berbeda dengan busana

Yogyakarta (Anonim, 2009).

Ciri khas batik gaya Yogyakarta adalah ada dua macam latar atau warna

dasar kain yaitu putih dan hitam, sementara warna batik umumnya putih (warna

kain mori), biru tua kehitaman dan coklat soga. Ragam hias pertama geometris

yaitu garis miring lerek atau lereng, garis silang atau ceplok dan kawung, serta

anyaman dan limaran. Ragam hias yang kedua bersifat non-geometris yaitu

semen, lung-lungan dan boketan. Ragam hias yang bersifat simbolis erat

hubungannya dengan falsafah Hindu – Jawa antara lain Sawat melambangkan

mahkota atau penguasa tinggi, Meru melambangkan gunung atau tanah ( bumi ),

Naga melambangkan air, Burung melambangkan angin atau dunia atas dan Lidah

(21)

Contoh batik Yogyakarta :

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.1 Contoh pola batik Yogyakarta (a) kawunggalar, (b)parang barong,

(c) nitik cengkeh.

2.2 Clustering

Clustering adalah proses mengelompokkan obyek berdasarkan informasi

yang diperoleh dari data yang menjelaskan hubungan antar obyek dengan prinsip

memaksimalkan kesamaan antar anggota satu kelas dan meminimumkan

kesamaan antar kelas atau cluster (Agus I,2009). Tujuan dari clustering adalah

(22)

data mining berguna untuk menemukan pola distribusi di dalam sebuah data set

yang berguna untuk proses analisa data. Kesamaan obyek biasanya diperoleh dari

kedekatan nilai-nilai atribut yang menjelaskan obyek-obyek data, sedangkan

obyek-obyek data biasanya direpresentasikan sebagai sebuah titik dalam ruang

multidimensi.

Dengan menggunakan clustering, dapat diidentifikasi daerah yang padat,

pola-pola distribusi secara keseluruhan dan keterkaitan yang menarik antara

atribut-atribut data. Dalam data mining usaha difokuskan pada metode-metode

penemuan cluster pada basis data berukuran besar secara efektif dan efisien.

Image Clustering merupakan suatu proses pengelompokan yang bertujuan

untuk mengelompokkan gambar menjadi kelompok-kelompok, dimana gambar

dalam satu kelompok akan memiliki karakteristik yang sama, sedangkan gambar

dalam kelompok yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda (Agusta Y,

2011).

2.2.1 Karakteristik clustering

Karakteristik clustering dibagi menjadi 4 (Hasniawati,2007), yaitu :

a. Partitioning clustering

Partitioning clustering disebut juga exclusive clustering, dimana setiap

data harus masuk ke cluster tertentu. Karakteristik tipe ini juga memungkinkan

bagi setiap data yang termasuk cluster tertentu pada suatu tahapan proses, pada

tahapan berikutnya berpindah ke cluster yang lain.

(23)

b. Hierarchical clustering

Pada hierarchical clustering, setiap data harus masuk pada cluster

tertentu dan suatu data yang termasuk pada cluster tertentu pada suatu tahapan

proses, tidak dapat berpindah ke cluster lain pada tahapan berikutnya.

Contoh: Single Linkage, Centroid Linkage,Complete Linkage, Average

Linkage.

c. Overlapping clustering

Dalam overlappingclustering, setiap data memungkinkan termasuk ke

beberapa cluster. Data mempunyai nilai keanggotaan (membership) pada

beberapa cluster.

Contoh: Fuzzy C-means, Gaussian Mixture.

d. Hybrid

Karakteristik hybrid merupakan karakter yang menggabungkan

karakteristik dari partitioning, overlapping dan hierarchical.

2.2.2 Algoritma clustering

Terdapat beberapa algoritma yang sering digunakan dalam clustering

(Zaiane,1999), yaitu :

a. Hierarchical Clustering

Dengan metode ini, data tidak langsung dikelompokkan ke dalam

beberapa cluster dalam 1 tahap, tetapi dimulai dari 1 cluster yang mempunyai

kesamaan, dan berjalan seterusnya selama beberapa iterasi, hingga terbentuk

(24)

Gambar 2.2 Ilustrasi Algoritma HierarchicalClustering (Hasniawati,2007)

Penghitungan jarak antar obyek, maupun antar cluster-nya dilakukan dengan

euclidian distance untuk data numerik (Barakbah dan Arai, 2004). Untuk

data 2 dimensi, digunakan persamaan sebagai berikut :

( , ) = ∑ | − | (2.1)

Algoritma hierarchical clustering banyak diaplikasikan pada metode

pengelompokan berikut :

i. Single Linkage Hierarchical Method (SLHM)

Single Linkage adalah proses pengelompokan yang didasarkan

pada jarak terdekat antar obyeknya atau minimum distance (Karypis dkk,

1999).

Metode SLHM sangat bagus untuk melakukan analisa pada tiap tahap

pembentukan cluster. Metode ini juga sangat cocok untuk dipakai pada

kasus shape independent clustering, karena kemampuannya untuk

membentuk pattern atau pola tertentu dari cluster, sedangkan untuk kasus

(25)

Gambar 2.3 Ilustrasi Single Linkage (Hasniawati,2007).

ii. Centroid Linkage Hierarchical Method

Centroid Linkage adalah proses pengelompokan yang didasarkan

pada jarak antar centroidnya (Barakbah A.R., 2006). Metode ini cocok

untuk memperkecil variance within cluster karena melibatkan centroid

pada saat penggabungan antar cluster. Metode ini juga baik untuk data

yang mengandung outlier.

(26)

iii. Complete Linkage Hierarchical Method

Complete Linkage adalah proses pengelompokan yang didasarkan

pada jarak terjauh antar obyeknya atau maximum distance (Barakbah,

2006). Metode ini baik untuk kasus clustering dengan normal data set

distribution, akan tetapi metode ini tidak cocok untuk data yang

mengandung outlier.

Gambar 2.5 Ilustrasi Complete Linkage (Hasniawati, 2007),

iv. Average Linkage Hierarchical Method

Average Linkage adalah proses pengelompokkan yang didasarkan

pada jarak rata-rata antar obyeknya (Barakbah, 2006). Metode ini relatif

yang terbaik dari metode-metode hierarchical, namun metode ini

memerlukan waktu komputasi yang paling tinggi dibandingkan dengan

(27)

Gambar 2.6 Ilustrasi Average Linkage (Hasniawati, 2007).

b. Algoritma K-means

Algoritma K-means adalah algoritma untuk mengelompokkan data

kedalam kelompok - kelompok atau cluster sejumlah k. K-means adalah teknik

yang cukup sederhana dan cepat dalam pekerjaan pengelompokkan data

(Wibisono dan Khodra, 2006). Prinsip utama dari teknik ini adalah menyusun k

centroid atau rata-rata (mean) dari sekumpulan data berdimensi tertentu.

Algoritma K-means dimulai dengan pembentukan inisialisasi cluster awal

kemudian secara iteratif cluster tersebut diperbaiki hingga tidak terjadi perubahan

anggota atau konvergen. Untuk perhitungan jarak dapat menggunakan

perhitungan jarak euclidean distance. Euclidean sering digunakan karena

penghitungan jarak dalam distancespace ini merupakan jarak terpendek yang bisa

(28)

Algoritma K-means:

i.Tentukan jumlah cluster

ii. Menentukan centroid

iii. Hitung jarak data terhadap centroid

iv. Mengelompokan berdasarkan jarak minimum

v. Menentukan centroid yang baru kemudian kembali ke langkah 3, sampai

tidak ada data yang berpindah

Gambar 2.7 Proses K-meansclustering (Santoso, 2005)

St art

Jum lah clust er

(kelom pok)

ya M enent ukan cent roid

M emeriksa apakah ada kelompok yang berubah dengan caram em bandingkan dengan kelompok sebelumnya M enghit ung jarak dat a

t erhadap cent roid

t idak

end M engelom pokan berdasarkan

(29)

Contoh penerapan K-means (Teknomo,2006):

Terdapat 4 tipe obat dimana obat tersebut memiliki 2 atribut, x dan y.

Kelompokan data tersebut dalam k=2.

Tabel 2.1 Contoh data obat

Data atribut 1 (X):

weight index(x)

atribut 2 (Y): pH(y)

Obat A 1 1

Obat B 2 1

Obat C 4 3

Obat D 5 4

1. Inisialisasi centroid awal : misalkan Obat A and Obat B sebagai centroid

awal, sehingga c1(1,1) dan c2(2,1).

2. Menghitung jarak data terhadap centroid : hitung jarak antara centroid

dengan masing-masing data. Perhitungan jarak dapat menggunakan

euclidean distance, sehingga diperoleh matrik jarak pada iterasi 0 yaitu :

Tiap kolom matrik jarak tersebut melambangkan obyek data. Baris

pertama matrik jarak merupakan hasil perhitungan jarak dengan c1

(30)

Jarak obat C = (4, 3) terhadap c1(1,1) adalah ,

dan terhadap c2 (2,1)adalah , dsb.

3. Pengelompokan : menentukan kelompok data berdasarkan jarak terkecil

sehingga obat A dalam kelompok 1, obat B dalam kelompok 2, obat C ke

kelompok 2 dan obat D pada kelompok 2. Matrik dengan elemen 1

menandakan anggota kelompok tersebut.

4. Iterasi-1, menentukan centroid baru : setelah anggota kelompok diketahui

selanjutnya pada tiap kelompok,hitung centroid baru berdasarkan anggota

kelompok tersebut. Kelompok 1 hanya memiliki satu anggota sehingga

titik tersebut merupakan centroid baru pada c1 sedangkan pada kelompok

2 memiliki 3 anggota, sehingga centroid yang baru diperoleh dengan

mencari rata-rata dari ketiga data tersebut:

5. Iterasi-1, menghitung jarak terhadap centroid : langkah berikutnya adalah

menghitung jarak semua data terhadap centroid yang baru. Seperti pada

langkah ke-2, hasil perhitungan dapat kita lihat dalam matrik jarak sebagai

(31)

6. Iterasi-1, pengelompokan data: seperti pada langkah 3, kita tandai tiap

data berdasarkan jarak terkecil sehingga diperoleh hasil obat A dan obat

B berada pada kelompok 1 sedangkan obat C dan obat D berada pada

kelompok 2.

7. Iterasi-2, menentukan centroid baru:seperti pada langkah ke-4, maka

tentukan centroid baru berdasarkan perhitungan pengelompokan dari

iterasi sebelumnya.kelompok 1 dan kelompok 2 sama-sama memiliki 2

anggota, sehingga centroid baru diperoleh sebagai berikut:

= , = 1 , 1 dan = , = 4 , 3

8. Iterasi-2, menghitung jarak terhadap centroid : kembali ulangi langkah 2,

(32)

9. Iterasi-2,pengelompokan : menentukan anggota kelompok berdasarkan

jarak paling kecil.

Hasil di atas menunjukan sehingga tidak ada perubahan anggota

kelompok, berarti proses pengelompokan telah stabil dan tidak memerlukan

iterasi lagi. Hasil akhir pengelompokan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Hasil pengelompokan

data atribut 1 (X):

weightindex

atribut 2 (Y): pH

hasil pengelompokan

obat A 1 1 1

obat B 2 1 1

obat C 4 3 2

obat D 5 4 2

Pada tabel di atas, obat A dan obat B termasuk dalam kelompok satu

sedang obat C dan obat D termasuk dalam kelompok 2.

2.3 Ciri

Ciri mewakili sesuatu yang khas pada citra yang akan di ekstraksi untuk

proses selanjutnya. Pada data citra terdapat beberapa ciri yang dapat digunakan

seperti warna dan bentuk (Herdiyeni, 2008). Pada pengelompokan pola batik

belum terdapat penelitian yang menyebutkan tentang ciri yang tepat, sehingga

penulis mencoba menggunakan ciri warna dan informasi tepi dengan harapan

(33)

a) Informasi tepi

Informasi tepi merupakan proses yang menghasilkan tepi-tepi dari

obyek-obyek citra, dimana tujuannya adalah menandai bagian yang menjadi

detail citra dan memperbaiki detail dari citra yang kabur, yang terjadi karena

error atau adanya efek dari proses akuisisi citra (Riyanto, 2006). Dalam

pengambilan informasi tepi ini digunakan metode canny karena merupakan

metode deteksi tepi yang paling baik (Fisher dkk, 2003) serta telah digunakan

dalam pengambilan ekstraksi dalam pengidentifikasian batik berdasarkan pola

batik dan ciri-ciri batik menggunakan ekstraksi ciri tekstur kain (Imanuddin,

2010).

b) Warna

Meneliti citra berdasarkan warna yang dikandungnya adalah salah satu

teknik yang paling banyak digunakan. Perhitungan kadar warna berdasarkan

atas percobaan yang telah dilakukan pada penelitian untuk klasifikasi tingkat

kematangan tomat merah menggunakan metode perbandingan kadar warna

(Noviyanto, 2009). Dalam sebuah citra terdapat 3 komponen warna utama,

yaitu red, green dan blue, atau yang sering disebut RGB. Komponen RGB

dalam setiap citra dapat digunakan sebagai ciri untuk proses pengolahan citra

selanjutnya.

2.4 Perhitungan validasi cluster

Konsistensi hasil clustering dapat di ukur dengan nilai dissimilarity (Adi

(34)

evaluasi dianggap semakin berbeda, namun jika semakin kecil nilai dissimilarity,

maka kedua obyek tersebut dianggap semakin mirip (Karhendana,2008).

Pada dasarnya data ditentukan similar atau dissimilar berdasarkan atas

kondisi jarak pada data tersebut, misalnya untuk kondisi similar interval yang

digunakan hanya 2 yaitu keadaan 0 (no similarity), 1(complete similarity).

Rumus Similarity :

= 1

0 (2.2)

Rumus Dissimilarity

= 0

1 (2.3)

p and q adalah nilai atribut untuk 2 data yang dibandingkan.

Rumus untuk menghitung rata –rata dissimilarity (Adi dkk, 2008) adalah:

, ∶= ∑ 1 ≠ (2.4 )

Dimana Pk adalah permutasi semua label, 1 ≠ = 1 ketika ≠ dan

bernilai 0 jika = . L adalah hasil clustering.

Permutasi digunakan untuk mengatasi adanya ketidakunikan label seperti

pada representasi label 1 pada pengelompokkan pertama dan label 2 pada

pengelompokan berikutnya yang terlihat berbeda, padahal kemungkinan kedua

label tersebut sama, sehingga semua data dibandingkan dengan hasil permutasi

untuk mengatasi adanya label yang berbeda yang sebenarnya mungkin sama pada

(35)

20

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab analisa dan perancangan sistem ini berisi tentang penjelasan

rancangan dan proses kerja sistem yang akan dibuat. Sistem yang akan dibuat

tersebut digunakan untuk mengelompokan data citra dan menguji keakuratan

metode clustering dengan algoritma K-means dalam pengelompokan pola batik

Yogyakarta.

3.1 Perancangan sistem secara umum

Sistem pengelompokan pola batik ini menggunakan algoritma K-means

untuk mengelompokan pola batik sehingga batik yang mempunyai kemiripan ciri

yang hampir sama akan dikelompokan menjadi satu kelompok. Proses berawal

dengan pembacaan data citra oleh sistem, kemudian data citra yang terbaca di

ekstraksi cirinya yaitu berupa informasi tepi dan warna. Dengan pengelompokan

menggunakan K-means, setiap citra yang telah di ekstraksi cirinya, kemudian

dikelompokkan. Setelah proses pengelompokkan selesai maka akan diperoleh

informasi tentang hasil pengelompokkan yang berupa label cluster untuk setiap

data dimana label yang sama menyatakan kelompok yang sama.

Gambar 3.1 Gambaran sistem secara umum

Pengelompokan

cit ra oleh sist em hasil User memasukan cit ra –cit ra yang

akan di kelom pokan

Keluaran berupa inf ormasi jumlah kelom pok yang ideal

(36)

Gambar 3.2 Blok diagram sistem

3.1.1 Perancangan proses ekstraksi ciri

Proses ekstraksi ciri merupakan tahap pengambilan komponen –

komponen yang penting dalam citra yang selanjutnya digunakan untuk proses

pengelompokkan. Dalam proses pengelompokkan pola batik ini digunakan tiga

ciri yaitu warna,informasi tepi dan gabungan antara warna dan informasi tepi.

a. Ciri warna

Ciri warna diperoleh dengan mencari rata-rata Red ( ), rata-rata Green

( ̅), rata-rata Blue ( ), kadar Red, kadar Green dan kadar Blue seperti dalam

rumus berikut:

Tiap citra di ekstraksi cirinya

Tiap ciri yang di peroleh di kelompokan dengan menggunakan algoritma K-means

Hasil pengelompokan ditampilkan

Proses ekst raksi ciri

K-means clust ering

hasil

evaluasi Hasil kemudian di evaluasi untuk

mengetahui jumlah cluster yang ideal

(37)

i. Rata – rata R (meanRed)

R = ∑ ∑

(3.1)

ii. Rata – rata G (meanGreen)

G = ∑ ∑

(3.2)

iii. Rata – rata B (meanBlue)

B = ∑ ∑

(3.3)

iv. = ̅ (3.4)

v. = ̅̅ (3.5)

vi. = ̅ (3.6)

di mana

M = lebar citra (kolom matriks)

N = tinggi citra (baris matriks)

Rij = nilai piksel Red

Gij = nilai piksel Green

Bij = nilai piksel Blue

= rata-rata Red

̅ = rata-rata Green

= rata-rata Blue

Dari ciri warna diperoleh 6 atribut yang berupa matrik dengan ukuran 1x6.

Algorit m a ekst raksi ciri w arna

Input : matrik dari citra batik berukuran 200x200 piksel

Output : matrik ciri warna berukuran 1x6 untuk setiap citra masukan

for x = 1: jumlah file citra Membaca citra

(38)

Mengambil keping warna hijau Mengambil keping warna biru Mencari rata-rata merah Mencari rata-rata hijau Mencari rata-rata biru

Kadar Merah = rata-rata merah/(rata-rata merah+rata-rata hijau+rata-rata biru)

Kadar Hijau = rata-rata hijau/(rata-rata merah+rata-rata hijau+rata-rata biru)

Kadar Biru = rata-rata biru/(rata-rata merah+rata-rata hijau+rata-rata biru)

Menyimpan matrik kepadatan end

b. Ciri informasi tepi

Citra yang digunakan adalah citra dengan ukuran 200 x 200 piksel.

Selanjutnya citra batik dirubah menjadi grayscale, kemudian dikenai proses

deteksi canny, metode ini dipilih karena deteksi canny memiliki hasil deteksi tepi

yang paling baik (Fisher dkk, 2003).

(a) (b) (c)

Gambar 3.3 Hasil ciri informasi tepipada citra batik. (a) citra asli, (b)

citra setelah proses grayscale, (c) citra setelah proses canny.

Citra selanjutnya dibuat menjadi 8 vektor secara vertikal dan 8 vektor secara

(39)

hitung rata- ratanya, maka diperoleh nilai rata – rata tiap vektor seperti dalam

tabel 3.1.

1 2 3 4 5 6 7 8

di hitung rata-rata tiap vektor

Gambar 3.4 Citra batik dalam 8 vektor vertikal dan 8 vektor horisontal

Tabel 3.1 Matriks mean 8 Vektor

mean11 mean12 mean13 …. …. …. …. mean18

mean21 …. …. …. …. …. …. ….

…. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. ….

mean81 …. …. …. …. …. …. mean88

Tabel di atas merupakan hasil perhitungan rata-rata tiap vektor dari citra

yang telah dibagi dalam 8 vektor vertikal dan 8 vektor horisontal. Mean11

merupakan rata – rata vektor pertama, mean12 merupakan rata – rata vektor

kedua, sampai seluruhnya di hitung rata – ratanya.

O Penjumlahan tiap kolom dihitung dengan rumus: Total1 = Mean11 + Mean21 + Mean31 + … + Mean81

Total2 = Mean12 + Mean22 + Mean32 + … + Mean82

Total3 = Mean13 + Mean23 + Mean33 + … + Mean83

…….

Total8 = Mean18 + Mean28 + Mean38 + … + Mean88

1

7 2 3

5 4

6

(40)

O Penjum lahan t iap baris dihit ung dengan rum us:

Total1 = Mean11 + Mean12 + Mean13 + … + Mean18

Total2 = Mean21 + Mean22 + Mean23 + … + Mean28

…..…

Total8 = Mean81 + Mean82 + Mean83 + … + Mean88

Matriks mean 8 vektor selanjutnya digunakan untuk penjumlahan tiap kolom dan

penjumlahan tiap baris sehingga 8 ciri diperoleh secara vertikal dan 8 ciri secara

horisontal, sehingga dihasilkan 16 atributatau matrik dengan ukuran 1x16.

Algoritma ekstraksi tepi

Input : matriks dari citraberukuran 200x200 piksel

Output : matriks ciri berukuran 1x16 untuk setiap citra masukan

for x=1 : jumlah file citra membaca file batik

membuat 64 atribut untuk menyimpan matrik rata-rata tiap vektor merubah citra menjadi biner

for a= 1 sampai panjang horizontal vektor pertama for b= 1 sampai panjang vertikal vector pertama

jika ditemukan obyek, maka di tambah satu end

ulangi sampai baris terakhir kolom pertama end

ulangi sampai kolom terakhir hitung rata-rata tiap vektor

jumlah tiap vektor secara horisontal dan vertikal simpan informasi kepadatan

end

c. Warna dan informasi tepi

Dari ciri warna diperoleh 6 ciri yaitu rata-rata Red ( ), rata-rata Green ( ̅),

(41)

diperoleh 16 ciri sehingga pada gabungan ciri warna dan informasi tepimemiliki

22 ciri yang digunakan untuk pengelompokan pola batik Yogyakarta, atau

diperoleh matrik dengan ukuran 1x22.

Algoritma ekstraksi warna dan informasi tepi

Input : matrik citra berukuran 200x200 piksel

Output : matrik ciri berukuran 1x22 untuk setiap citra masukan.

for x = 1: jumlah file citra Membaca file citra

membuat 64 atribut untuk menyimpan matrik rata-rata tiap vektor Mengambil keeping warna merah

Mengambil keeping warna hijau Mengambil keeping warna biru Mencari rata-rata merah Mencari rata-rata hijau Mencari rata-rata biru

Kadar Merah = rata-rata merah/(rata-rata merah+rata-rata hijau+rata- rata biru)

Kadar Hijau = rata-rata hijau/(rata-rata merah+rata-rata hijau+rata-rata biru)

Kadar Biru = rata-rata biru/(rata-rata merah+rata-rata hijau+rata-rata biru)

merubah citra menjadi biner

for a= 1 sampai panjang horizontal vektor pertama for b= 1 sampai panjang vertikal vector pertama

jika ditemukan obyek, maka di tambah satu end

ulangi sampai baris terakhir kolom pertama end

ulangi sampai kolom terakhir hitung rata-rata tiap vektor

jumlah tiap vektor secara horisontal dan vertikal simpan informasi kepadatan

(42)

3.1.2 Perancangan proses clustering

Setiap hasil ekstrasi ciri, baik warna ataupun informasi tepi pada masing -

masing citra selanjutnya dikelompokan dengan algoritma K-means. Data

dikelompokan menjadi k=2,3,4,5,6 dan 7 dengan nilai centroid awal ditentukan

secara acak atau random.

Algoritma clustering

Input : ciri-ciri dari citra masukan

Output : matrik hasil clustering

mengambil k centroid sacara acak

while

menghitung jarak data dengan centroid mengelompokan berdasarkan jarak minimum

jika kelompok sementara samadengan kelompok sebelumnya iterasi dihentikan

jika berbeda

maka disimpan dalam variable

menentukan centroid baru dengan mencari mean dari kelompok sementara

end

menyimpan hasil pengelompokan end

3.1.3 Perancangan proses evaluasi

Evaluasi merupakan tahap untuk mengetahui akurasi K-means clustering

dalam pengelompokan pola batik Yogyakarta. Dalam tahap ini digunakan nilai

dissimilarity untuk mengukur konsistensi hasil clustering. Implementasi

dissimilarity dilakukan pada pengelompokan yang dilakukan beberapa kali

(43)

Contoh perhitungan dissimilarity pada k=2, dengan proses clustering sebanyak 10

kali sehingga menghasilkan 10 hasil.

Tabel 3.2 Hasil clustering k=2

Percobaan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2

Keterangan:

Hasil clustering k=2

Hasil pertama sebagai acuan

Pada kolom pertama digunakan sebagai acuan untuk dibandingkan dengan hasil

clustering yang lain, jika hasil yang dibandingkan sama maka akan bernilai 0

tetapi jika berbeda akan bernilai 1, kemudian data acuan dibandingkan dengan

data hasil permutasi dari label, jika k=2 maka permutasi dari 2 adalah 1,2 dan 2,1

sehingga nilai hasil clustering pembanding di ubah dengan 2 untuk label bernilai 1

dan menjadi 1 untuk label yang bernilai 2, lalu dibandingkan hasilnya. Hal yang

sama dilakukan pada 9 data hasil pengelompokan yang lain. Setelah itu dihitung

nilai dissimilaritas rata-ratanya dengan menjumlah nilai dissimilaritas dan

(44)

Tabel 3.3 Perhitungan dissimilaritas

Tabel di atas digunakan untuk mencari nilai dissimilaritas dengan

membandingkan dua data hasil pengelompokkan . Langkah tersebut dilakukan

pada semua hasil clustering pada k=2 sampai k=7 untuk memperoleh kelompok

dengan nilai rata – rata dissimilaritas terendah.

Algoritma dissimilarity

Input : matrik hasil clustering

Output : matrik hasil perhitungan disimilaritas

pr = permutasi 1 sampai k

for col = 1 sampai jumlah kolom hasil cluster – 1

for brs =1 sampai jumlah baris hasil pengelompokan membandingkan acuan dengan hasil pengelompokan berikutnya, jika hasil berbeda maka bernilai 1 jika sama bernilai 0

end

for per = 1 sampai jumlah baris permutasi – 1 mengganti pembanding dengan hasil permutasi end

for pjg = 1 sampai jumlah baris hasil pengelompokan

membandingkan acuan dengan hasil permutasi, jika hasil berbeda bernilai 1 jika sama bernilai 0

(45)

jum= jumlah hasil

hasil penjumlahan paling kecil di simpan dalam indek nilai = menyimpan hasil berdasarkan indek terkecil

dissimilarity = jumlah((jumlah nilai)/jumlah baris nilai)/jumlah kolom nilai

end

3.2 Perancangan antar muka

Alat bantu pengelompokan ini terdiri dari halaman home, clustering,

about, help dan exit.

3.2.1 Halaman home

Gambar 3.5 Halaman home

Sistem pengelompokan pola batik Yogyakarta ini memiliki halaman utama, yang

berisi menu Clustering untuk proses pengelompokan pola batik Yogyakarta, about

yang berisi tentang identitas pembuat, help untuk bantuan dan exit untuk keluar

(46)

3.2.2 Halaman clustering

Gambar 3.6 Tampilan halaman clustering

Pada halaman clustering ini digunakan untuk proses pengelompokan pola

batik. Data berupa 100 citra batik yang terdiri dari 4 pola batik Yogyakarta .

Kemudian dilakukan ekstraksi ciri dari data tersebut. Terdapat tiga ciri yang

disediakan, yaitu warna, informasi tepi dan gabungan warna dan informasi tepi.

Selanjutnyaproses clustering dimulai dengan menekan tombol clustering. Untuk

evaluasi hasil cluster dapat diketahui dengan menekan tombol validasi.

Terdapat sebuah tabel yang digunakan untuk menampilkan hasil validasi,

sedangkan pada pojok kanan bawah menampilkan hasil proses yaitu informasi

tentang k ideal, jumlah k ideal yang memiliki nilai dissimilaritas minimum,

prosentase k ideal dalam 10 kali percobaan dan jumlah k=4 yang dissimilaritas

(47)

3.2.3 Halaman Help

Gambar 3.7 Tampilan help

Halaman help berisi tentang pengelompokan pola batik.

3.2.4 Halaman about

Gambar 3.8 Tampilan about

(48)

3.3 Kebutuhan Perangkat Keras

Kebutuhan perangkat keras dalam menyelesaikan tugas akhir ini adalah

sebuah notebook dengan spesifikasi:

Prosesor : Intel Core2 Duo Prosesor T6400

Sistem Operasi : Windows XP

Memori : 2 Giga Byte

(49)

34

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN ANALISA SISTEM

Bab ini akan membahas hasil implementasi sistem berupa hasil penelitian

yang di lakukan dan analisa hasil yang diperoleh.

4.1 Data

Terdapat 4 pola batik yang akan diteliti yaitu pola batik kawung galar,

nitik cengkeh, parang barong dan parang pancing dimana untuk setiap pola

terdapat 25 citra batik, sehingga total data adalah 100 citra batik. Data yang

digunakan diperoleh dengan memotret kain batik yang terdapat di Museum Batik

Yogyakarta dengan jarak rata-rata 30cm. Untuk setiap hasil citra yang diperoleh

kemudian dilakukan pemotongan pada bagian pola batik yang diharapkan

merupakan ciri dari pola batik tersebut, dan kemudian membuat ukuran hasil

potongan tersebut menjadi 200x200 piksel. Ekstraksi ciri yang digunakan dalam

proses clustering yaitu menggunakan ciri warna, ciri informasi tepi dan ciri

gabungan warna dan informasi tepi.

4.2 Implementasi Proses

a. Implementasi algoritma ekstraksi ciri warna

Ciri warna diperoleh dari perhitungan rata-rata Red ( ), rata-rata Green

( ̅), rata-rata Blue ( ), kadar Red, kadar Green dan kadar Blue sehingga

(50)

Implementasi algoritma ekstraksi ciriwarna

feature(y,:) =[meanR,meanG,meanB,kadarR,kadarG,kadarB];

Setiap komponen warna di ambil kemudian di cari rata- ratanya menggunakan

fungsi yang telah tersedia dalam matlab yaitu mean. Untuk mendapatkan masing

-masing kadar warna dengan membagi hasil rata warna terhadap jumlah

rata-rata ketiga warna. Contoh ekstraksi ciri warna dapat di lihat pada tabel 4.2

b. Implementasi algoritma informasi tepi

Pada ciri informasi tepidiperoleh matrik berukuran 1x16 yang merupakan

penjumlahan matrik secara vertikal dan horisontal dari matrik mean 8 vektor.

Implementasi algoritma ekstraksi ciriinformasi tepi dapat dilihat sebagai berikut :

(51)

for f = 101 : 125

if(tepiGambar(a,f)==putih) sum5 = sum5+1; end

end

for g = 126 : 150

if(tepiGambar(a,g) == putih) sum6 = sum6+1; end

end

for h = 151 : 175

if(tepiGambar(a,h) == putih) sum7 = sum7+1; end

end

for i = 176 : 200

if(tepiGambar(a,i) == putih) sum8 = sum8+1; end

end

end

mean1 = sum1/625; mean2 = sum2/625; mean3 = sum3/625; mean4 = sum4/625; mean5 = sum5/625; mean6 = sum6/625; mean7 = sum7/625; mean8 = sum8/625;

Ciri berupa 8 vektor horisontal dan 8 vektor vertikal di buat dengan cara

menelusuri per piksel dalam satu kolom yang berhenti pada setiap kelipatan 25

(piksel ke-25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, dan 200) untuk membaginya menjadi 8

vektor vertikal yang sama besar. Hal yang sama juga dilakukan untuk vektor

horisontal. Tiap menemukan sebuah titik piksel 1 maka menambahkan 1 pada

variabel penghitung. Hal ini dilakukan untuk semua citra batik. Contoh hasil

ekstraksi ciri informasi tepi dapat di lihat pada tabel 4.3

c. Implementasi gabungan ciri warna dan informasi tepi

Gabungan ciri warna dan informasi tepi menghasilkan matrik 1 x 22 yang

merupakan hasil penjumlahan matrik 1 x 6 pada ciri warna dan matrik 1 x 16 pada

ciriinformasi tepi. Implementasi algoritma ekstraksi ciriwarna dan informasi tepi

(52)
(53)

Proses ekstraksi pada cirigabungan warna dan informasi tepi hampir sama dengan

ekstraksi warna dan ekstraksi informasi tepi, hanya saja kedua proses tersebut di

gabungkan sehingga memperoleh matrik 1x22. Contoh hasil ekstraksi gabungan

ciriwarna dan informasidapat di lihat pada tabel 4.4

d. Implementasi algoritma K-means

Hasil ekstraksi ciri kemudian di kelompokan untuk k=2,3,4,5,6 dan 7.

Implementasi algoritma K-meansclustering

Pada proses clustering, centroid awal ditentukan secara random kemudian

menghitung jarak centroid terhadap data dan mengelompokan berdasarkan jarak

minimum. Dari kelompok tersebut dicari kembali rata-ratanya, kemudian dihitung

jaraknya terhadap data, dikelompokan lagi berdasarkan jarak minimum dan di

(54)

kelompok yang berubah anggotanya atau konvergen. Contoh hasil clustering pada

k=2 untuk 10 kali percobaan yang dapat di lihat dalam tabel 4.5.

e. Implementasi algoritma dissimilarity

Perhitungan nilai dissimilarity dilakukan setelah proses clustering

(55)

dissimilarity =(sum((sum(nilai))/rown))/coln;

end

Program di atas digunakan untuk menghitung nilai disimilaritas. Hasil

clustering pada kolom pertama dijadikan acuan sebagai pembanding dengan hasil

pengelompokan berikutnya. Nilai dissimilaritas diperoleh dengan rata-rata jumlah

perbandingan.

Dalam setiap ciri dilakukan 10 kali percobaan, untuk setiap percobaan

di cari nilai dissimilaritas terkecil yang di tandai dengan warna kuning pada tabel.

Nilai dissimilaritas terkecil menunjukan bahwa kelompok tersebut merupakan

kelompok ideal karena mempunyai nilai simmilaritas besar, yang berarti bahwa

sebagian besar data dalam kelompok tersebut adalah tetap atau tidak berpindah,

misalkan dalam percobaan dengan ciri warna pada percobaan 1, diperoleh hasil

seperti dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Contoh hasil dissimilaritas pada percobaan 1

k Perc 1 2 0.0836 3 0.4249 4 0.1511 5 0.2498 6 0.2889 7 0.1698

Pada percobaan tersebut terdapat nilai dissimilaritas untuk

masing-masing k=2 sampai 7. Dari nilai tersebut di cari nilai dissimilaritas paling kecil

yaitu 0.0836 pada k=2 sehingga pada percobaan pertama, k =2 merupakan k ideal,

begitu juga untuk percobaan 2 sampai percobaan 10, kemudian di hitung jumlah k

yang memiliki nilai dissimilaritas paling kecil dengan jumlah terbanyak yang

(56)

Tabel 4.2 Contoh hasil ekstraksi ciri warna

Tabel 4.3 Contoh hasil ekstraksi ciri untuk informasi tepi

M at rik ekst raksi infor masi t epi

Tabel 4.4 Contoh hasil ekstraksi ciri untuk warna dan informasi tepi

M at rik ekst raksi w arna dan infor masi t epi

(57)

4.3Hasil penelitian

a. Implementasi hasil penelitian menggunakan 3 ciri yaitu warna,

informasi tepi,gabungan ciri warna dan informasi tepi.

b. Dari hasil ekstraksi ciri tersebut kemudian dilakukan pengelompokan

untuk k=2, 3, 4, 5, 6 dan 7.

c. Di buat 5 set percobaan dimana untuk setiap set percobaan, setiap ciri

dipakai untuk 10 kali percobaan.

4.3.1 Set percobaan 1

a. Pada percobaan 1 dengan ciri warna diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc 10 jum 2 0.2222 0.4444 0.4444 0.3333 0.1111 0.1111 0.2222 0.2222 0.1111 0.4444 3 0.3111 0.2044 0.2689 0.2511 0.2056 0.3122 0.2089 0.1533 0.2578 0.3578 4 0.1278 0.1611 0.0844 0.1511 0.0422 0.0378 0.2567 0.2589 0.2689 0.2456 7 5 0.1733 0.2456 0.2667 0.1944 0.1800 0.2467 0.2089 0.1744 0.1789 0.2556 6 0.3244 0.3589 0.2689 0.2222 0.2111 0.2989 0.2389 0.4378 0.3522 0.3222 7 0.2200 0.3767 0.2956 0.2722 0.2189 0.3011 0.4089 0.3367 0.2900 0.3244

Ket erangan w arna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dilakukan dengan 10 kali

percobaan. Pada k=4 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 7 kali,

sehingga k=4 pada percobaan ini merupakan k ideal karena memiliki kemunculan

dissimilaritas yang paling banyak dan sesuai dengan jumlah pola batik sebenarnya

(58)

b. Pada percobaan 2 dengan ciri informasi tepi diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.7 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi.

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc 10 jum 2 0.2400 0.2833 0.2900 0.3067 0.3822 0.1811 0.3478 0.5089 0.2733 0.3200 7 3 0.2844 0.3167 0.3633 0.2967 0.2444 0.2989 0.3667 0.2889 0.3622 0.3511 4 0.3144 0.3656 0.3967 0.4156 0.3044 0.3944 0.4211 0.3822 0.3600 0.3567 0 5 0.3656 0.3844 0.3444 0.4044 0.4044 0.4033 0.4267 0.3811 0.4156 0.4489 6 0.4200 0.4467 0.4333 0.4744 0.4311 0.4711 0.4333 0.4011 0.4378 0.4478 7 0.4878 0.4944 0.4633 0.5078 0.4833 0.4578 0.4744 0.4822 0.4478 0.4411

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri informasi tepi dilakukan dengan

10 kali percobaan. Pada k=2 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 7

kali sehingga pada percobaan ini k ideal adalah ketika k=2 karena memiliki

kemunculan dissimilaritas yang paling banyak namun k ideal ini tidak sesuai

dengan jumlah pola batik sebenarnya yaitu 4 pola batik.

c. Pada percobaan 3dengan ciri warna dan informasi tepi diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi

(59)

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dan informasi tepi

dilakukan dengan 10 kali percobaan. Pada k = 4 memiliki nilai dissimilaritas

paling kecil sebanyak 4 kali sehingga pada percobaan ini k=4 merupakan k ideal

karena memiliki kemunculan dissimilaritas yang paling banyak dan sesuai dengan

jumlah pola batik sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

4.3.2 Set Percobaan 2

a. Pada percobaan 1 dengan ciri warna diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 jum 2 0.4500 0.2400 0.2989 0.2467 0.1789 0.3478 0.2411 0.3556 0.1022 0.3611 4 3 0.3056 0.2811 0.3178 0.3256 0.3500 0.2922 0.3344 0.3667 0.3678 0.3567 4 0.2989 0.2933 0.2911 0.2656 0.1767 0.3178 0.3133 0.4100 0.3111 0.3456 2 5 0.2922 0.4300 0.3500 0.3811 0.3578 0.2544 0.3067 0.2489 0.3100 0.3678 6 0.3078 0.3689 0.4067 0.4389 0.3689 0.3711 0.3744 0.3344 0.3911 0.3489 7 0.3078 0.3433 0.3156 0.3789 0.4344 0.3800 0.3833 0.3989 0.3478 0.3911

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dilakukan dengan 10 kali

percobaan. Pada k = 2 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 4 kali

(60)

kemunculan dissimilaritas yang paling banyak namun tidak sesuai dengan jumlah

pola batik sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

b. Pada percobaan 2 dengan ciri informasi tepi diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.10 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 jum 2 0.3333 0.3333 0.4444 0.1111 0 0.4444 0 0.2222 0.5556 0.2222 3 0.2033 0.2022 0.2622 0.1033 0.2456 0.1511 0.1222 0.4422 0.2178 0.1567 4 0.1033 0.1767 0.2811 0.2367 0.1622 0.2100 0.2422 0.1922 0.2500 0.0889 4 5 0.1144 0.1800 0.1822 0.1189 0.1967 0.1956 0.2144 0.2089 0.1267 0.1522 6 0.1889 0.2189 0.1600 0.1989 0.2089 0.0756 0.2000 0.1978 0.2178 0.1633 7 0.2289 0.2822 0.2811 0.2289 0.2222 0.2444 0.1744 0.2044 0.2567 0.1867

Ket erangan w arna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri informasi tepi dilakukan dengan

10 kali percobaan. Pada k = 4 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 4

kali sehingga pada percobaan k=4 adalah k ideal karena karena memiliki

kemunculan dissimilaritas yang paling banyak dan k ideal tersebut sesuai dengan

jumlah pola batik sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

c. Pada percobaan 3 dengan ciri warna dan informasi tepi diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.11 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi

(61)

Ket erangan w arna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dan informasi tepi

dilakukan dengan 10 kali percobaan. Pada k=4 memiliki nilai dissimilaritas paling

kecil sebanyak 4 kali sehingga k=4 pada percobaan ini merupakan k ideal karena

memiliki kemunculan dissimilaritas yang paling banyak dan sesuai dengan jumlah

pola data sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

4.3.3 Set Percobaan 3

a. Pada percobaan 1 dengan ciri warna diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.12 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 jum 2 0 0.3333 0 0.2222 0.5556 0.3333 0.1111 0.1111 0 0.1111 3 0.2589 0.2056 0.1533 0.3044 0.1556 0.1533 0.3622 0.2556 0.1044 0.2122 4 0.1233 0.1533 0.1367 0.0944 0.1422 0.1700 0.0756 0.0522 0.1556 0.1689 5 5 0.2622 0.2022 0.2189 0.2567 0.2144 0.1911 0.2256 0.2422 0.2611 0.1578 6 0.2789 0.2378 0.3033 0.2733 0.3644 0.3100 0.3000 0.2689 0.3644 0.2367 7 0.3356 0.3311 0.2622 0.2911 0.2567 0.3644 0.3533 0.2767 0.2222 0.3667

Ket erangan w arna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dilakukan dengan 10 kali

percobaan. Pada k = 4 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 5 kali

sehingga pada percobaan k=4 merupakan k ideal karena memiliki kemunculan

dissimilaritas yang paling banyak dan k ideal ini sesuai dengan jumlah pola batik

(62)

b. Pada percobaan 2 dengan ciri informasi tepi diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.13 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi.

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 jum 2 0.5300 0.2511 0.3878 0.3500 0.4633 0.2311 0.4311 0.2489 0.3433 0.2333 3 0.3744 0.3078 0.2744 0.3467 0.3100 0.3278 0.2689 0.2344 0.3556 0.3156 5 4 0.3844 0.3944 0.4089 0.3211 0.3333 0.3811 0.4067 0.3067 0.4044 0.3722 1 5 0.4122 0.3933 0.4189 0.4278 0.3778 0.4478 0.4233 0.4511 0.4689 0.4244 6 0.4656 0.4756 0.4567 0.4411 0.4389 0.3978 0.4211 0.4622 0.4500 0.4211 7 0.5100 0.4567 0.4733 0.4811 0.4756 0.4800 0.5033 0.4989 0.4878 0.4067

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri informasi tepi dilakukan dengan

10 kali percobaan. Pada k=3 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 5

kali sehingga k=3 merupakan k ideal karena memiliki kemunculan dissimilaritas

yang paling banyak namun tidak sesuai dengan jumlah pola batik sebenarnya,

yaitu 4 pola batik.

c. Pada percobaan 3 dengan ciri warna dan informasi tepi diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.14 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi.

k Perc 1

(63)

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dan informasi tepi

dilakukan dengan 10 kali percobaan. Pada k=3 memiliki nilai dissimilaritas

paling kecil sebanyak 3 kali sehingga k=3 merupakan k ideal karena memiliki

kemunculan dissimilaritas yang paling banyak namun k ideal tersebut tidak sesuai

dengan jumlah pola batik sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

4.3.4 Set percobaan 4

a. Pada percobaan 1 dengan ciri warna diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.15 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 jum 2 0.2222 0.2222 0.3333 0.2222 0.2222 0 0.1111 0.2222 0.5556 0.3333 3 0.3278 0.2078 0.2556 0.2089 0.3600 0.2144 0.2056 0.1578 0.2578 0.1556 4 0.1222 0.1767 0.1033 0.1333 0.1200 0.2067 0.1978 0.0422 0.1178 0.1267 8 5 0.2278 0.2611 0.3356 0.2633 0.1967 0.1744 0.1711 0.3489 0.1389 0.2067 6 0.2289 0.3356 0.3300 0.2689 0.3144 0.2611 0.3556 0.2833 0.2944 0.2011 7 0.4100 0.2889 0.2933 0.2400 0.3033 0.3111 0.3122 0.2622 0.2333 0.3100

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dilakukan dengan 10 kali

percobaan. Pada k=4 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 3 kali

(64)

dissimilaritas yang paling banyak dan k ideal tersebut sesuai dengan jumlah pola

batik sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

b. Pada percobaan 2 dengan ciri informasi tepi diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.16 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri informasi tepi

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 2 0 0.3333 0.2222 0.1111 0.2222 0.2222 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 3 0.1133 0.1200 0.0067 0.1400 0.1267 0.0267 0.0767 0.1400 0.0633 0.0267 6 4 0.1900 0.1044 0.1900 0.1489 0.2667 0.0767 0.1856 0.1067 0.1067 0.0978 2 5 0.1578 0.2244 0.2033 0.1611 0.3000 0.2033 0.2389 0.2067 0.1900 0.1933 6 0.2911 0.2978 0.3122 0.2522 0.2633 0.2189 0.2900 0.2844 0.2378 0.3011 7 0.3011 0.3933 0.3000 0.2589 0.2889 0.2422 0.3544 0.2389 0.3144 0.2578

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri informasi tepi dilakukan dengan

10 kali percobaan. Pada k=3 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 6

kali sehingga k=3 pada percobaan merupakan k ideal karena memiliki

kemunculan dissimilaritas yang paling banyak namun k ideal tersebut tidak sesuai

dengan jumlah pola batik sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

c. Pada percobaan 3 dengan ciri warna dan informasi tepi diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.17 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi.

(65)

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dan informasi tepi

dilakukan dengan 10 kali percobaan. Pada k=3 memiliki nilai dissimilaritas paling

kecil sebanyak 8 kali sehingga k=3 merupakan k ideal karena memiliki

kemunculan dissimilaritas yang paling banyak namun k ideal tersebut tidak sesuai

dengan jumlah pola batik sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

4.3.5 Percobaan 5

a. Pada percobaan 3 dengan ciri warna diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.18 Hasil dissimilaritas dengan ciri warna

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 jum 2 0.3333 0.4489 0.3300 0.3233 0.2722 0.2878 0.2600 0.2344 0.1722 0.3756 3 0.2533 0.2622 0.2556 0.2100 0.3267 0.2756 0.2922 0.3067 0.3022 0.3000 5 4 0.3800 0.3289 0.3022 0.2800 0.2500 0.3211 0.3356 0.2344 0.3878 0.3500 2 5 0.3567 0.3033 0.3456 0.3378 0.3567 0.3778 0.4222 0.3511 0.3833 0.2833 6 0.3911 0.3656 0.3878 0.4011 0.4289 0.3178 0.3156 0.3256 0.3544 0.3411 7 0.3500 0.3600 0.3300 0.4178 0.3844 0.3189 0.4267 0.3867 0.3922 0.4100

Keterangan warna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri warna dilakukan dengan 10 kali

percobaan. Pada k = 3 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 5 kali

(66)

paling banyak namun k ideal tersebut tidak sesuai dengan jumlah pola batik

sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

b. Pada percobaan 2 dengan ciri informasi tepi diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.19 Hasil dissimilaritas dengan ciri informasi tepi.

k Perc 1 Perc 2 Perc 3 Perc 4 Perc 5 Perc 6 Perc 7 Perc 8 Perc 9 Perc10 jum 2 0.2822 0.2556 0.3233 0.3544 0.2811 0.1944 0.3944 0.1833 0.2711 0.3967 6 3 0.4011 0.3389 0.2533 0.3533 0.3144 0.2689 0.2889 0.2989 0.3189 0.3167 4 0.4078 0.3189 0.3578 0.3844 0.3522 0.3767 0.3456 0.2922 0.3333 0.4211 0 5 0.2933 0.3233 0.3744 0.3344 0.3944 0.3478 0.3300 0.3833 0.4567 0.3856 6 0.3911 0.4000 0.3511 0.3378 0.3467 0.4544 0.2811 0.3767 0.3133 0.3556 7 0.4367 0.4478 0.3956 0.3544 0.3644 0.3444 0.3478 0.3100 0.4589 0.4489

Ket erangan w arna

Nilai dissimilaritas terkecil pada tiap percobaan Jumlah k ideal terbanyak berdasarkan dissimilar terkecil pada ki

jumlah k=4 dalam 10 kali percobaan

Pada tabel di atas, percobaan dengan ciri informasi tepi dilakukan dengan

10 kali percobaan. Pada k=2 memiliki nilai dissimilaritas paling kecil sebanyak 6

kali sehingga k=2 merupakan k ideal karena memiliki kemunculan dissimilaritas

yang paling banyak namun k ideal tersebut tidak sesuai dengan jumlah pola batik

sebenarnya, yaitu 4 pola batik.

c. Pada percobaan 3 dengan ciri warna dan informasi tepi diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.20 Hasil perhitungan dissimilaritas dengan ciri warna dan informasi tepi.

Gambar

Gambar 2.1 Contoh pola batik Yogyakarta (a) kawunggalar, (b)parang barong,
Gambar 2.2 Ilustrasi Algoritma Hierarchical Clustering (Hasniawati,2007)
Gambar 2.3 Ilustrasi Single Linkage (Hasniawati,2007).
Gambar 2.5 Ilustrasi Complete Linkage (Hasniawati, 2007),
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejumlah masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai keyakinan akan kemudahan (perceived ease of use) dan keyakinan akan kemanfaatan (perceived usefulness)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan pertolongan, terutama nikmat sehat dan kesempatan sehingga penulis mampu menyelesaikan Tesis dengan

Maka Ha diterima Ho ditolak ini berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel BI Rate dan jumlah simpanan masyarakat terhadap Penyaluran

Hasil penelitian menunjukkan salah satu penyebab perbedaan penyerapan anggaran antara dua kelurahan tersebut terdapat pada kegiatan dan program yang dilakukan oleh

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah kembali yang selanjutnya diperoleh hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh

Pengaturan Kode Etik Pelayanan Publik lingkungan Polres Tabanan bertujuan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas pelayanan yang harmonis dan kondusif sesuai

Askes (Persero) dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana kas memegang peranan penting dan menjadi salah satu pusat perhatian dan pengawasan dalam menunjang kegiatan

Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan